documentbu
DESCRIPTION
buTRANSCRIPT
Bayu Ardianto04011181320006Nomor Absen 67
PSPD B 2013
1. Apa yg dimaksud dengan nuchal translucency?
Nuchal translusensi merupakan kumpulan cairan di bawah kulit di bagian belakang
leher bayi Hal ini bisa diukur menggunakan ultrasound (Nuchal Translucency):
Diantara minggu ke 11 dan ke 14 kehamilan
Atau ketika panjang bayi diantara 45 mm dan 84 mm
Semua bayi memiliki cairan di bagian belakang dari leher mereka. Tetapi beberapa
bayi dengan sindrom Down mengalami peningkatan jumlah dari cairan di bagian belakang
dari leher mereka. Nuchal Translucency scan (NT Scan) dapat membatu menilai resiko
Sindrom Down, beberapa abnormalitas kromosom, dan penyakit jantung kongenital yang
besar. NT Scan memeriksa bagian translusen pada jaringan yang terdapat di leher janin.
Leher janin yang mengalami abnormalitas biasanya mengandung banyak cairan, yang
menyebabkan ruang translusen menjadi lebih besar dari biasanya. NT Scan ini tidak bersifat
invasif.
NT Scan tidak dapat menegakkan diagnosis penyakit yang diderita oleh janin, namun
hanya dapat mengatakan bahwa janin beresiko menderita abnormalitas kromosom, sehingga,
pemeriksaan lain seperti chorionic villus sampling (CVS) atau amniocentesis diperlukan
untuk menegakkan diagnosis.
Nt kurang dari 3.5mm dianggap normal ketika bayi memiliki ukuran 45mm – 84mm.
Nuchal translucency of 1.3mm
Bayu Ardianto04011181320006Nomor Absen 67
PSPD B 2013
Bayi dengan NT normal 1,3 mm memiliki resiko yang kecil. Bagaimanapu peningkatan NT
tidak bisa menandakan adanya masalah. Beberapa bayi tanpa sindrom down mengalami
peningkatan cairan juga
Nuchal translucency of 2.9mm
Bayi dengan NT 2.9 juga masih dalam batas norma. Sembilan dari sepuluh bayi dengan
pengukuran antara 2.5 dan 3.5 akan sehat seutuhnya
Bayu Ardianto04011181320006Nomor Absen 67
PSPD B 2013
Nuchal translucency of 6mm
Bayi dengan NT 6 mm memiliki resiko tinggi sindrom down, dan kelainan kromosom
lainnya.
2. Apa dan bagaimana penyebab dari anensefalus?
Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak
terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal
perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak. Salah satu
gejala janin yang dikandung mengalami anensefalus jika ibu hamil mengalami
polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak).
Anensefalus
Penyebab Anensefalus
Anensefalus terjadi jika tabung saraf sebelah atas gagal menutup, tetapi penyebabnya secara
pasti tidak diketahui. Penelitian menunjukkan kemungkinan anensefalus berhubungan dengan
beberapa faktor seperti racun di lingkungan, juga kadar asam folat yang rendah dalam darah
Faktor penyebab anencefalus antara lain :
1. Faktor teratogenik
Teratogen adalah setiap factor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko
suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen. Infeksi pada
Bayu Ardianto04011181320006Nomor Absen 67
PSPD B 2013
ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat
menyebabkan sejumlah kelainan bawaan sindroma rubella congenital dan infeksi
toksoplasmosis pada ibu hamil. Infeksi Toksoplasma yang merupakan salah satu penyebab
anencephalus merupakan penyakit infeksi yang ditemukan pada hewan di peternakan atau
binatang peliharaan. Kucing merupakan pembawa (carrier) penyakit ini dan dapat
menularkan kepada manusia melalui tinja, terutama bila sudah kering dan terhirup oleh
manusia. Ciri-ciri terinfeksi toksoplasma yang mudah di kenali adalah dengan seringnya
gejala flu, seperti bersin-bersin
2. Faktor gizi
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam
folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya.
Karena spina bifida bisa terjadi sebelum wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap
wanita subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.
3. Faktor fisik pada rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap
cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal, yang bisa menyebabkan atau menunjukkan
kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa memperngaruhi pertumbuhan paru-
paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang
memperlambat proses pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin
mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat misalnya
anensefalus atau atresia esophagus.
4. Faktor genetik dan kromosom
Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang
abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah pembawa sifat individu yang
terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika satu gen hilang atau
cacat, bisa terjadi kelainan bawaan. Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom juga
bisa menyebabkan kelainan bawaan. Suatu kesalahan yang terjadi selama pembentukan sel
telur atau sperma bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kromosom yang terlalu banyak atau
Bayu Ardianto04011181320006Nomor Absen 67
PSPD B 2013
sedikit, atau bayi terlahir dengan kromosom yang telah mengalami kerusakan. Semakin tua
seorang wanita ketika hamil terutama diatas 35 tahun maka semakin besar kemungkinan
terjadinya kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya. Kelainan bawaan yang lainnya
disebabkan oleh mutasi genetic (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak dapat
dijelaskan).
3. Kapan kita dapat mendeteksi menilai anensefalus?
Anensefalus dapat dideteksi menggunakan USG mulai kehamilan usia 12 minggu. Gambaran
pada USG menunjukkan keadaan spesifik di mana tidak terlihatnya bagian puncak kepala
janin. Kemungkinan salah diagnosisnya sangat kecil karena gambaran yang khas.
Pemeriksaan lain yang dapat menunjang hasil USG ini adalah pemeriksaan amnion
(amniosentesis) di mana kadarnya berlebih (hidramnion), dan kadar alfa-feto protein di dalam
cairan amnion dan serum ibu biasanya meningkat.
4. Bagaimana prognosis dari anensefalus?
Ad vitam : malam
Ad fungsionam : malam
Ad sanationam : malam
5. Apa dan bagaimana kelainan yang dimaksud dengan eritroblastosis fetalis?
Eritroblastosis fetalis adalah suatu sindroma yang ditandai oleh anemia berat pada
janin dikarenakan ibu menghasilkan antibodi yang menyerang sel darah janin. Sindroma ini
merupakan hasil dari inkompabilitas kelompok darah ibu dan janin terutama pada sistem
rhesus. Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan masih banyak
perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi antigeniknya.
Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada
eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-
antigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut dinamakan antigen-D dan
merupakan antigen yang berperan penting dalam transfusi. Tidak seperti pada sistem ABO
Bayu Ardianto04011181320006Nomor Absen 67
PSPD B 2013
dimana seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang
berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu
oleh suatu paparan apakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus
merupakan antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan sistem golongan darah lainnya.
Pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali saja sebanyak ± 0,1 ml secara parenteral pada
individu yang mempunyai golongan darah Rhesus negatif (D-) sudah dapat menimbulkan anti
Rhesus positif (anti-D) walaupun golongan darah ABOnya sama.
Penyakit hemolisis pada janin dan bayi baru lahir adalah anemia hemolitik akut yang
diakibatkan oleh alloimun antibodi (anti-D atau inkomplit IgG antibodi golongan darah
ABO) dan merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Antibodi maternal isoimun bersifat
spesifik terhadap eritrosit janin dan timbul sebagai reaksi terhadap antigen eritrosit janin.
Penyebab hemolisis tersering pada neonatus adalah pasase transplasental antibodi maternal
yang merusak eritrosit janin.
Daftar Pustaka
http://www.babycentre.co.uk/a544491/nuchal-translucency-nt-scan Diakses pada 19 Januari
2016
Efriska, Filiana. 2015. Anensefalus. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/214
37/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 19 Januari 2016
Faith, dr. Medilcioglu. Nuchal Translucency. http://inancmendilcioglu.com.tr/nukal-
translusensi.html. Diakses pada 19 Januari 2016
Yuncie, SM. 2013. Kelainan Kongenital.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37882/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada
19 Januari 2016
Persify. 2014. Eritoblastosis Fetalis. http://www.persify.com/id/perspectives/medical-
conditions-diseases/eritroblastosis-fetalis-_-9510001031635. Diakses pada 19 Januari
2016