bst tht

25
ANALISIS KASUS PROBLEM HYPOTHESIS MECHANISM MORE INFO DON’T KNOW LEARNING ISSUE PROBLEM SOLVING 1. ANAMNESIS Keluhan utama: nyeri tenggorok sejak 1 minggu yang lalu RPS: odinofag ia (+), nyeri untuk DD Tonsilo faringi tis kronik eksaser basi akut viral Tonsilo faringi tis kronik eksaser basi TERLAMPIR PEMERIKSAAN PENUNJANG Swab tenggorok Kultur bakteri 1.Tes vestibuler 2. Macam antibiotik dan kepekaan terhadap bakteri 1. Sistem vestibular dapat dinilai dengan tes Romberg, tandem gait test, uji jalan di tempat (fukuda test) atau berdiri dengan satu atau dua kaki. 2. Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu: menghambat sintesis 1. Diagnosis Tonsilofaringit is kronik eksaserbasi akut 2.Treatment Medikamentosa: Amoksisilin 500mg, 3x1 Ibuprofen 200mg, 3x1 Betadine gargling,

Upload: hera-dwi-p

Post on 15-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kiguftysts

TRANSCRIPT

Page 1: BST THT

ANALISIS KASUS

PROBLEM HYPOTHESIS MECHANISM MORE INFO DON’T KNOW LEARNING ISSUE PROBLEM SOLVING

1. ANAMNESIS

Keluhan utama:

nyeri tenggorok

sejak 1 minggu

yang lalu

RPS:

odinofagia

(+), nyeri

untuk

menelan

makanan &

minuman.

Nyeri

dirasakan

pada

tenggorokan

DD

Tonsilofar

ingitis

kronik

eksaserbas

i akut viral

Tonsilofar

ingitis

kronik

eksaserbas

i akut

bakterial

TERLAMPIR PEMERIKSAA

N PENUNJANG

Swab

tenggorok

Kultur bakteri

1.Tes vestibuler

2. Macam

antibiotik dan

kepekaan

terhadap bakteri

1. Sistem vestibular dapat dinilai

dengan tes Romberg, tandem

gait test, uji jalan di tempat

(fukuda test) atau berdiri

dengan satu atau dua kaki.

2. Antibiotik bisa

diklasifikasikan berdasarkan

mekanisme kerjanya, yaitu:

menghambat sintesis atau

merusak dinding sel bakteri,

seperti beta-laktam

(penisilin, sefalosporin,

monobaktam, karbapenem,

inhibitor beta-laktamase),

basitrasin, dan vankomisin.

memodifikasi atau

menghambat sintesis

1. Diagnosis

Tonsilofaringitis

kronik eksaserbasi

akut

2. Treatment

Medikamentosa:

Amoksisilin

500mg, 3x1

Ibuprofen 200mg,

3x1

Betadine gargling,

2x1

Non medikamentosa:

a. Mengurangi

makanan berlemak,

berminyak,

Page 2: BST THT

saja, tidak

menjalar.

Nyeri

dirasakan

terus

menerus.

Nyeri terasa

baikan saat

istirahat.

batuk

berdahak

(+), warna

putih kental,

jumlah

sedikit

tenggorokan

terasa

kering,

mengganjal

& gatal

febris (+),

tipe

3. Efek pemberian

anti inflamasi

(steroid/NSAID)p

ada

tonsilofaringitis

protein, misalnya

aminoglikosid,

kloramfenikol, tetrasiklin,

makrolida (eritromisin,

azitromisin, klaritromisin),

klindamisin, mupirosin, dan

spektinomisin.

menghambat enzim-enzim

esensial dalam metabolisme

folat, misalnya trimetoprim

dan sulfonamid.

mempengaruhi sintesis

atau metabolisme asam

nukleat, misalnya kuinolon,

nitrofurantoin.

3. Beberapa aktiftas

glukokortikoid sebagai anti-

inflamasi :

-  Menghambat dilatasi kapiler

dan penurunan permeabilitas

kapiler

minuman dingin.

b. Menjelaskan

mengenai cara

minum obat

c. Istirahat yang

cukup

d. Konsumsi makanan

bergizi

e. Menjaga hygiene

sanitasi

f. Rujuk Sp,THT

Monitoring

KU, TV

Perbaikan klinis

Efek samping obat

Prognosis:

- ad sanam : ad bonam

- ad vitam : ad bonam

Page 3: BST THT

kontinyu

otalgia (-),

nausea

vomiting (-),

rinorea (-),

mata berair

(-), dispneu

(-),

hipersalivasi

(-), halitosis

(-)

angina

pectoris (-),

takikardi (-),

atralgia (-)

Sering

makan

makanan

berminyak

RPD:

Riwayat

keluhan

- Penurunan ekstravasasi plasma

- Penurunan pergerakan neutrofil

dan monosit ke daerah radang

- Penurunan aktivasi makrofag

melalui penghambatan produksi

limfokin oleh limfosit

- Mengurangi pembentukan

kolagen dan mukopolisakarida

-  Mengurangi pelepasan mediator

inflamasi karena kestabilan

membran sel lisosom dan sel mast

- Glukokortikoid menginduksi

pelepasan protein spesifik

(lipocortin atau lipomodulin) dari

leukosit. Lipocortin kemudian

akan menghambat enzim

fosfolipase A2 yang berperan

dalam produksi asam arachidonat

dari membran sel. Adanya

hambatan terhadap produksi

eikosanoid yang merupakan

mediator inflamasi, maka

glucocorticoid mampu

- ad functionam: ad

bonam

Page 4: BST THT

yang sama :

1 bulan

yang lalu,

dalam

setahun

kambuh 4x

Riwayat

batuk lama :

disangkal

Riwayat

asma :

disangkal

Riwayat

alergi :

disangkal

Riwayat

pengobatan

lama :

disangkal

Riwayat

atralgia :

disangkal

Riwayat

5.Macam

tonsilitis

6. Macam tipe

menghambat peradangan

AINS merupakan bahan aktif

yang secara farmakologi tidak

homogen dan terutama bekerja

menghambat biosintesis

prostaglandin serta digunakan

untuk perawatan nyeri akut dan

kronik. Obat ini mempunyai sifat

mampu mengurangi nyeri, demam

dengan inflamasi, dan yang

disertai dengan gangguan

inflamasi nyeri lainnya. Ketika

memberikan NSAID untuk

meredakan nyeri dosisnya

biasanya lebih tinggi daripada

untuk pengobatan inflamasi.

5. Terlampir

6. Terlampir

Page 5: BST THT

penyakit

jantung :

disangkal

Riwayat

HT, DM,

penyakit

ginjal :

disangkal

Riwayat

sering sakit

gigi :

disangkal

RPK:

Keluarga

tidak ada

yang

mengalami

sakit yang

sama

hipersensitivitas

7.Efektivitas

pengobatan lokal

atau sistemik

7. Fradiomycin sulfate disebut

juga Neomycin Sulfate,mrp AB

golongan aminoglikosida - Aktif

hambat bakteri gram negatif spt

pseudomonas, acinetobacter &

enterobacter –Bersifat bakterisidal

(membunuh bakteri) dengan

menghambat sintesa protein -

Gramicidin S (AB yg kedua) adl

antibiotik yg berifat lokal, aktif

melawan bakteri gram positif,

negatif dan jamur. Secara sistemik

pemberian antibiotik pada tfa

lebih efektif karena obat

terdistribusi ke seluruh jaringan

tubuh

Page 6: BST THT

R. Pribadi Sosial:

Sering

makan

makanan

berminyak

(gorengan)

Sering

minum

minuman

dingin

Jika naik

motor tidak

memakai

masker

Jarang cuci

tangan

sebelum

makan

Tidak

merokok &

konsumsi

alkohol

Page 7: BST THT

2. PEMERIKSA

AN FISIK

KU: tampak

sakit ringan

Kesadaran:

compos

mentis

GCS 15 (E4,

V5, M6)

Kesan gizi:

cukup

TD: 120/80

mmHg

Nadi:

80x/menit

(regular, isi

dan

tegangan

cukup)

RR:

Page 8: BST THT

19x/menit

Suhu: 38,50

C

Status

generalis:

d.b.n

Status lokalis:

1. Telinga : d.b.n

2. Hidung : d.b.n

3. Tenggorok :

a. orofaring

• mukosa :

dinding faring

posterior

hiperemis (+),

• tonsil

ukuran :

T2/T2

warna :

Page 9: BST THT

Hiperemis

(+/+)

permukaan :

Tdk rata (+/+)

kripte :

melebar (+/+)

detritus :

(+/+)

Skor MCISAAC :

2

Daftar Pustaka

1. Kee, Joice L. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC . 19962. Radde C., Macleod S.M. Pediatric Pharmacology and Therapeutics , 2 ed. Hipocrates, 1998, 665-73. Acerra JR. Pharyngitis in systemic therapy.2001 http://emedicine.medscape.com/article/764304-overview#a0199

1. ......

Page 10: BST THT

2. .....

3. Penggolongan Antibiotik

Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerja:

1. Obat yang Menghambat Sintesis atau Merusak Dinding Sel Bakteri

a. Antibiotik Beta-Laktam

Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin, sefalosporin,

monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase. Obat-obat antibiotik betalaktam umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar

efektif terhadap organisme Gram -positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri, dengan menghambat

langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri.

1.) Penisilin

Golongan penisilin diklasifikasikan berdasarkan spektrum aktivitas antibiotiknya.

Page 11: BST THT

2.) Sefalosporin

Sefalosporin menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mekanisme serupa dengan penisilin. Sefalosporin diklasifikasikan

berdasarkan generasinya.

3.) Monobaktam (beta-laktam monosiklik)

Contoh: aztreonam.

Page 12: BST THT

Aktivitas: resisten terhadap beta-laktamase yang dibawa oleh bakteri Gram- negatif. Aktif terutama terhadap bakteri Gram-negatif.

Aktivitasnya sangat baik terhadap Enterobacteriacease, P. aeruginosa, H. influenzae dan gonokokus.

4.) Karbapenem

Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga yang mempunyai aktivitas antibiotik yang lebih luas daripada sebagian besar beta-

laktam lainnya. Yang termasuk karbapenem adalah imipenem, meropenem dan doripenem. Spektrum aktivitas: Menghambat

sebagian besar Gram-positif, Gramnegatif, dan anaerob. Ketiganya sangat tahan terhadap beta-laktamase. Efek samping: paling

sering adalah mual dan muntah, dan kejang pada dosis tinggi yang diberi pada pasien dengan lesi SSP atau dengan insufisiensi

ginjal. Meropenem dan doripenem mempunyai efikasi serupa imipenem, tetapi lebih jarang menyebabkan kejang.

5.) Inhibitor beta-laktamase

Inhibitor beta-laktamase melindungi antibiotik beta-laktam dengan cara menginaktivasi beta-laktamase. Yang termasuk ke dalam

golongan ini adalah asam klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam. Asam klavulanat merupakan suicide inhibitor yang mengikat

betalaktamase dari bakteri Gram-positif dan Gram-negatif secara ireversibel. Obat ini dikombinasi dengan amoksisilin untuk

pemberian oral dan dengan tikarsilin untuk pemberian parenteral. Sulbaktam dikombinasi dengan ampisilin untuk penggunaan

parenteral, dan kombinasi ini aktif terhadap kokus Gram-positif, termasuk S. aureus penghasil beta-laktamase, aerob Gram-negatif

(tapi tidak terhadap Pseudomonas) dan bakteri anaerob. Sulbaktam kurang poten dibanding klavulanat sebagai inhibitor beta-

laktamase. Tazobaktam dikombinasi dengan piperasilin untuk penggunaan parenteral. Waktu paruhnya memanjang dengan

kombinasi ini, dan ekskresinya melalui ginjal.

b. Basitrasin

Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotik polipeptida, yang utama adalah basitrasin A. Berbagai kokus dan basil Gram-positif,

Neisseria, H. influenzae, dan Treponema pallidum sensitif terhadap obat ini. Basitrasin tersedia dalam bentuk salep mata dan kulit, serta bedak

untuk topikal. Basitrasin jarang menyebabkan hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan, sering dikombinasi dengan neomisin dan/atau

polimiksin. Basitrasin bersifat nefrotoksik bila memasuki sirkulasi sistemik.

c. Vankomisin

Page 13: BST THT

Vankomisin merupakan antibiotik lini ketiga yang terutama aktif terhadap bakteri Gram-positif. Vankomisin hanya diindikasikan untuk

infeksi yang disebabkan oleh S. aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA). Semua basil Gram-negatif dan mikobakteria resisten

terhadap vankomisin

2. Obat yang Memodifikasi atau Menghambat Sintesis Protein

Obat antibiotik yang termasuk golongan ini adalah aminoglikosid, tetrasiklin, kloramfenikol, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin),

klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.

a. Aminoglikosid

Spektrum aktivitas: Obat golongan ini menghambat bakteri aerob Gramnegatif. Obat ini mempunyai indeks terapi sempit, dengan toksisitas

serius pada ginjal dan pendengaran, khususnya pada pasien anak dan usia lanjut. Efek samping: Toksisitas ginjal, ototoksisitas (auditorik

maupun

vestibular), blokade neuromuskular (lebih jarang).

b. Tetrasiklin

Antibiotik yang termasuk ke dalam golongan ini adalah tetrasiklin, doksisiklin, oksitetrasiklin, minosiklin, dan klortetrasiklin. Antibiotik

golongan ini mempunyai spektrum luas dan dapat menghambat berbagai bakteri Gram-positif, Gram-negatif, baik yang bersifat aerob maupun

anaerob, serta mikroorganisme lain seperti Ricketsia, Mikoplasma, Klamidia, dan beberapa spesies mikobakteria.

c. Kloramfenikol

Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas, menghambat bakteri Grampositif dan negatif aerob dan anaerob, Klamidia, Ricketsia, dan

Mikoplasma. Kloramfenikol mencegah sintesis protein dengan berikatan pada subunit ribosom 50S. Efek samping: supresi sumsum tulang,

grey baby syndrome, neuritis optik pada anak, pertumbuhan kandida di saluran cerna, dan timbulnya ruam.

d. Makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin)

Page 14: BST THT

Makrolida aktif terhadap bakteri Gram-positif, tetapi juga dapat menghambat beberapa Enterococcus dan basil Gram-positif. Sebagian besar

Gram-negatif aerob resisten terhadap makrolida, namun azitromisin dapat menghambat Salmonela. Azitromisin dan klaritromisin dapat

menghambat H. influenzae, tapi azitromisin mempunyai aktivitas terbesar. Keduanya juga aktif terhadap H. pylori.

e. Klindamisin

Klindamisin menghambat sebagian besar kokus Gram-positif dan sebagian besar bakteri anaerob, tetapi tidak bisa menghambat bakteri Gram-

negatif aerob seperti Haemophilus, Mycoplasma dan Chlamydia. Efek samping: diare dan enterokolitis pseudomembranosa.

f. Mupirosin

Mupirosin merupakan obat topikal yang menghambat bakteri Gram-positif dan beberapa Gram-negatif. Tersedia dalam bentuk krim atau salep

2% untuk penggunaan di kulit (lesi kulit traumatik, impetigo yang terinfeksi sekunder oleh S. aureus atau S. pyogenes) dan salep 2% untuk

intranasal. Efek samping: iritasi kulit dan mukosa serta sensitisasi.

g. Spektinomisin

Obat ini diberikan secara intramuskular. Dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk infeksi gonokokus bila obat lini pertama tidak dapat

digunakan. Obat ini tidak efektif untuk infeksi Gonore faring. Efek samping: nyeri lokal, urtikaria, demam, pusing, mual, dan insomnia.

3. Obat Antimetabolit yang Menghambat Enzim-Enzim Esensial dalam Metabolisme Folat

a. Sulfonamid dan Trimetoprim

Sulfonamid bersifat bakteriostatik. Trimetoprim dalam kombinasi dengan sulfametoksazol, mampu menghambat sebagian besar patogen

saluran kemih, kecuali P. aeruginosa dan Neisseria sp. Kombinasi ini menghambat S. aureus, Staphylococcus koagulase negatif,

Streptococcus hemoliticus, H . influenzae, Neisseria sp, bakteri Gram-negatif aerob (E. coli dan Klebsiella sp), Enterobacter, Salmonella,

Shigella, Yersinia, P. Carinii.

4. Obat yang Mempengaruhi Sintesis atau Metabolisme Asam Nukleat

a. Kuinolon

1.) Asam nalidiksat

Asam nalidiksat menghambat sebagian besar Enterobacteriaceae.

Page 15: BST THT

2.) Fluorokuinolon Golongan fluorokuinolon meliputi norfloksasin, siprofloksasin, ofloksasin, moksifloksasin, pefloksasin,

levofloksasin, dan lain-lain. Fluorokuinolon bisa digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh Gonokokus, Shigella, E. coli,

Salmonella, Haemophilus, Moraxella catarrhalis serta Enterobacteriaceae dan P. aeruginosa.

b. Nitrofuran

Nitrofuran meliputi nitrofurantoin, furazolidin, dan nitrofurazon. Absorpsi melalui saluran cerna 94% dan tidak berubah dengan adanya

makanan. Nitrofuran bisa menghambat Gram-positif dan negatif, termasuk E. coli, Staphylococcus sp, Klebsiella sp, Enterococcus sp,

Neisseria sp, Salmonell sp, Shigella sp, dan Proteus sp

4. .....

5. Macam Tonsilitis

1. Tonsilitis Akut

a. Tonsilitis viral

Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Virus Epstein Barr adalah penyebab paling sering.

Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan

tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan klien.

b. Tonsilitis bakterial

Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, β hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus

viridan, Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit

polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus

ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.

2. Tonsilitis Membranosa

a. Tonsilitis difteri

Tonsilitis difteri merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne bacterium diphteriae. Penularannya melalui udara, benda atau makanan yang

terkontaminasi. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak berusia kurang dari 10 tahun frekuensi tertinggi pada usia 2 sampai 5 tahun.

Page 16: BST THT

b. Tonsilitis septik

Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam susu sapi.

c. Angina plaut vincent ( stomatitis ulsero membranosa )

Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan hygiene mulut yang kurang dan

defisiensi vitamin C.

d. Penyakit kelainan darah

Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala

pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.

e. Tonsilitis Kronik

Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan

fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

5. Reaksi Hipersensitivitas

Urutan kejadian rx Tipe I :

1. Fase sensitisasi: wkt yg dibutuhkan u/ pembtkan IgE smp diikat oleh reseptor spesifik (Fce-R) pd permukaan sel mast & basofil

2. Fase aktivasi: waktu yg diperlukan antara pajanan ulang dg antigen spesifik & sel mast melepas isinya yg berisi granul yg menimbulkan reaksi

3. Fase efektor: waktu terjadi respons kompleks (anafilaksis) sbg efek mediator yg dilepas sel mast dg aktivitas farmakologik

Reaksi Hipersensitivitas Gell dan Coombs Tipe III

Disebut juga reaksi kompleks imun à tjd bila kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam sirkulasi, dinding pembuluh darah dan jaringan

Mengaktifkan komplemenàmelepas anafilatoksin (C3a,C5a)àmemacu sel mastàhistamin

Menimbulkan agregasi trombosit membentuk mikrotrombi & melepas amin vasoaktif

Mengaktifkan makrofag yg melepas IL-1

Page 17: BST THT