bronkopneumonia berat

27
PENDAHULUAN Pneumonia adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh infeksi akut, biasanya disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan adanya konsolidasi sebagian dari salah satu atau kedua paru. Sedangkan bronkopneumonia merupakan peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal. 1,2 Pneumonia pada anak dibedakan menjadi: 2,3 1. Pneumonia lobaris 2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis) 3. Bronkopneumonia Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. 3 Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri 1

Upload: echa-ayiimm

Post on 14-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cd

TRANSCRIPT

Page 1: bronkopneumonia berat

PENDAHULUAN

Pneumonia adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh infeksi akut,

biasanya disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan adanya konsolidasi

sebagian dari salah satu atau kedua paru. Sedangkan bronkopneumonia

merupakan peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini

menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan

dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.1,2

Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:2,3

1.      Pneumonia lobaris

2.      Pneumonia interstisial (bronkiolitis)

3.      Bronkopneumonia

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu

peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai

bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-

anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,

virus, jamur dan benda asing.3

Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini

dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik.

Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak

adalah Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza. 1,2

Insiden bronkopneumonia pada negara berkembang hampir 30% pada

anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. Di

Indonesia, bronkopneumonia merupakan penyebab kematian urutan ke-3 setelah

kardiovaskuler dan Tuberculosis. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) pada

tahun 2007, di Indonesia, 22,8% kematian pada anak umur 1-4 tahun disebabkan

oleh bronkopneumonia. 2

1

Page 2: bronkopneumonia berat

Pneumonia secara umum memiliki faktor resiko seperti tidak mendapat

imunisasi yang lengkap, asi tidak adekuat, sering terpajan polusi seperti asap

rokok, adanya penyakit paru seperti asma, pasien dengan malnutrisi, pasien

dengan imunosupresi dan imunodefisiensi.5

Bronkopneumonia terbagi atas 4 stadium, yaitu stadium kongesti, stadium

hepatisasi merah, stadium hepatisasi kelabu dan stadium resolusi.6

Diagnosis bronkopneumonia di rumah sakit ditegakkan berdasarkan gejala

klinis dengan didukung pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya.

Gejala klinis yang khas dari pneumonia yaitu: Batuk, demam dan sesak

napas.Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis.3,4,5

WHO mengembangkan pedoman klinis untuk memudahkan diagnosis

klinis dan tata laksana pneumonia pada anak. Dibedakan menjadi: Pneumonia

sangat berat, pneumonia berat, dan pneumonia. 7

Penatalaksanaan bronkopneumonia terbagi 2, yaitu penatalaksanaan

suportif dan kausal. 2,6

Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam

rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran

secara hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis. Komplikasi

pada anak meliputi empiema, perikarditis, pneumotoraks,atau infeksi

ektrapulmoner seperti meningtis purulenta.2,5

Prognosis bergantung pada cepat atau lambatnya penanganan yang

dilakukan.5,7

2

Page 3: bronkopneumonia berat

KASUS PASIEN

A. Identitas Pasien

Nama : An. SB

Umur : 1 tahun 11 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Tanjung Karang

Tanggal masuk : 06 Oktober 2014

B. Anamnesis

Keluhan utama : Sesak nafas

Keluhan sekarang :

Pasien mengalami sesak napas sejak pagi hari sebelum masuk rumah

sakit. Sesak terjadi setelah pasien batuk-batuk. Tampak pernafasan

cuping hidung dan retraksi intercostal. Saat sesak, pasien tidak

mengalami kebiruan pada bibir dan ujung jari. Pasien mengalami batuk

± 3 hari sebelumnya. Awalnya batuk hanya sekali-kali namun

memberat bersamaan dengan sesak napas. Batuk berlendir, tidak ada

darah, pasien juga beringus terjadi bersamaan dengan batuk.lendir

berwarna putih. Pasien mengalami demam sehari sebelum masuk

rumah sakit. Panas naik turun, pasien tidak menggigil dan tidak

kejang. Pasien mual dan muntah pada pagi hari sebelum masuk rumah

sakit, sebanyak 1 kali. Muntah berupa makanan yang dikonsumsi,

berwarna putih, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Pasien tidak

mengalami nyeri menelan. Buang air kecil lancar. Buang air besar

lancar.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien tidak pernah mengalami gejala yang sama seperti ini

sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga yang mengalami sesak napas dan batuk.

3

Page 4: bronkopneumonia berat

Riwayat sosial-ekonomi :

Pembiayaan administrasi rumah sakit menggunakan BPJS. Tergolong

menengah kebawah.

Riwayat kebiasaan dan lingkungan :

Pasien tinggal bersama kedua orangtua. Ayah pasien memiliki

kebiasaan merokok di rumah.

Riwayat Kehamilan dan persalinan :

G2P2A0, Pasien lahir di RSUD Undata, dibantu oleh bidan secara

normal, kehamilan cukup bulan dan langsung menangis. Berat badan

lahir dan panjang lahir tidak diketahui. Tidak ada masalah selama

kehamilan.

Kemampuan dan kepandaian bayi:

Merangkak usia 4 bulan

Berjalan umur 1 tahun

Anamnesis makanan:

ASI ekslusif 0-4 bulan

Susu formula >4bulan

Bubur saring >4bulan

Riwayat Imunisasi: Imunisasi dasar lengkap

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Derajat sakit : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Berat badan : 11 kg

Tinggi badan : 75 cm

Status Gizi : Gizi baik ( Z score (-1) - (-2) SD )

Tanda vital

Tekanan darah : 100/80 mmHg

Denyut nadi : 60x/menit

4

Page 5: bronkopneumonia berat

Respirasi : 60 x/menit

Suhu badan : 37,9 0C

Kulit

Warna : Sawo matang

Efloresensi : Tidak ada kelainan

Sianosis : Tidak ada

Turgor : Cepat kembali (<2 detik)

Kelembaban : Cukup

Kepala:

Bentuk : Normocephal

Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,

alopesia (-)

Mata : Konjungtiva : tidak ada anemis, sklera :

tidak ada ikterik, refleks cahaya: (+/+), refleks kornea: (+/+), Pupil:

Bulat, isokor.

Telinga : Sekret: tidak ada

Hidung :Pernafasan cuping hidung: ada, epistaksis: tidak

ada, rhinorea: Ada

Mulut : Bibir: mukosa bibir tidak kering, tidak

hiperemis, gigi: tidak ada karies, gusi: tidak berdarah, lidah :

tremor/tidak: tidak tremor, kotor/tidak: tidak kotor, warna:

kemerahan. Faring : Tidak hiperemis. Tonsil :T1-T1 tidak hiperemis

Leher :

Pembesaran kelenjar getah bening : - /-

Pembesaran kelenjar thiroid : -/-

Toraks :

Inspeksi : ekspansi dada simetris, retraksi intercostal (+),Ictus cordis

tidak terlihat

Palpasi : ekspansi dada simetris, vokal fremitus simetris meningkat,

Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra

Perkusi: Sonor kedua lapang paru, batas jantung normal

5

Page 6: bronkopneumonia berat

Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronchovesikuler +/+, rhonki

(+/+), wheezing (-/-), bunyi jantung I/II murni reguler, bunyi

tambahan (-)

Abdomen :

Inspeksi : Bentuk: kesan datar

Auskultasi : Bising usus (+) : Kesan normal

Perkusi : Bunyi : Timpani, asites : (-)

Palpasi : Nyeri tekan : (-),hepatosplenomegaly.

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), parese tidak ada, CRT<2 detik

Genitalia : Perempuan.

D. Pemeriksaan Penunjang:

Laboratorium:

Hasil Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

HGB 12,6 11,5-16,5 g/dl

WBC 21 3,5-10 103/mm

RBC 4,8 3,8-8,5 109/mm

HCT 33,3 35-52 %

PLT 410 150-450 Ribu/ul

MCV, MCH, MCHC

MCV 79,06 80-100 um3

MCH 28,44 27,8-33,8 Pg

MCHC 28,90 32-36 g/dL

HITUNG JENIS

- Gran% 70,05 40-70 %

6

Page 7: bronkopneumonia berat

- Limfosit% 28,04 20-30 %

-Monosit% 9,35 1-15 %

- Neutrofil% 28,60 20-30 %

E. RESUME

Pasien anak perempuan umur 1 tahun 11 bulan, berat badan 11 kg,

panjang badan 75 cm, status gizi baik, masuk dengan keluhan sesak nafas,

dialami sejak pagi hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien batuk ± 3 hari

sebelumnya memberat bersamaan dengan sesak nafas, batuk berlendir

warna putih, terdapat rinorhea. Pasien juga mengalami demam sehari

sebelum masuk rumah sakit. Demam naik turun. Pasien mual dan muntah

1 kali berupa makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum masuk

rumah sakit. Ayah pasien sering merokok didalam rumah.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis,

tampak sakit sedang, gizi baik. Pemeriksaan tanda vital didapatkan

tekanan darah 100/80 mmHg, Nadi 60 x/menit, respirasi 60 x/menit, suhu

37,9oC. Terlihat adanya pernapasan cuping hidung dan adanya rhinorea,

pemeriksaan thoraks di dapatkan adanya retraksi intercostal, suara napas

tambahan yaitu ronki basah kasar pada kedua lapang paru.

F. DIAGNOSIS

Bronkopneumonia Berat

G. TERAPI :

IVFD Dekstrosa 5% 10 tetes per menit

Oksigen 2L/ Menit

Injeksi Ceftriaxone 2 x 250 mg IV

7

Page 8: bronkopneumonia berat

Paracetamol syrup 3 x 1 cth (5 ml) (jika demam)

Puyer batuk 3 x 1 pulv (Ambroxol 16,5 mg + salbutamol 1,1 mg)

H. ANJURAN:

Foto thorax

FOLLOW UP

07 Oktober 2014

S : Sesak (+), batuk berlendir ( + ) demam (+), muntah (-)

O : Keadaan umum : sakit sedang,

Kesadaran : compos mentis

TD : 100/80 mmHg suhu : 38 0C

Nadi : 68 x/ menit pernafasan : 64 x/menit

pernapasan cuping hidung (+), rhinorrhea (+), Pergerakan dinding

dada simetris, retraksi intercostal (+). Auskultasi paru:

Bronkovesikuler +/+, Ronki basah kasar +/+, Wheezing -/-.

A : Bronkopneumonia Berat

P :

IVFD Dekstrosa 5% 10 tetes per menit

Oksigen 2L/ Menit

Injeksi Ceftriaxone 2 x 250 mg IV

Paracetamol syrup 3 x 1 cth (5 ml) (jika demam)

Puyer batuk 3 x 1 pulv (Ambroxol 16,5 mg + salbutamol 1,1 mg)

08 Oktober 2014

S : sesak masih ada, batuk berlendir ( + ), demam (+), muntah (-)

8

Page 9: bronkopneumonia berat

O : Keadaan umum : sakit sedang, kesadaran : kompos mentis

TD :100/60 mmHg suhu : 37,8 0C

Nadi : 84 x/ menit pernafasan : 58 x/menit

Pernapasan cuping hidung (-), rhinorrhea (+), Pergerakan dinding

dada simetris, retraksi intercostal (-), auskultasi paru :

Bronkovesikuler +/+, Rhonki +/+, Wheezing -/-

A : Bronkopneumonia

P :

IVFD Dekstrosa 5% 10 tetes per menit

Injeksi Ceftriaxone 2 x 250 mg IV

Paracetamol syrup 3 x 1 cth (5 ml) (jika demam)

Puyer batuk 3 x 1 pulv (Ambroxol 16,5 mg + salbutamol 1,1 mg)

9 Oktober 2014

S : sesak (+), batuk berlendir ( + ), demam (-), muntah (-)

O : Keadaan umum : sakit ringan, kesadaran : kompos mentis

TD :100/70 mmHg suhu : 37,1 0C

Nadi : 100 x/ menit pernafasan : 48x/menit

Pernapasan cuping hidung (-), rhinorrhea (+), Pergerakan dinding

dada simetris, retraksi intercostal (-), auskultasi paru: Bronkovesikuler

+/+, Rhonki +/+, Wheezing -/-

A : Bronkopneumonia

P : IVFD Dekstrosa 5% 10 tetes per menit

Injeksi Ceftriaxone 2 x 250 mg IV

Puyer batuk 3 x 1 pulv (Ambroxol 16,5 mg + salbutamol 1,1 mg)

PASIEN PULANG PAKSA.

9

Page 10: bronkopneumonia berat

DISKUSI KASUS

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

bronkus atau bronkiolus dimana distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy

distribution).3 Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :2,5

USIA ETIOLOGI YANG SERING ETIOLOGI YANG

JARANG

Neonatal

BAKTERI

E.Coli

Streptoccous Hemolitikus Grup B

Streptoccous Pneumoniae

BAKTERI

Bakteri Anaerob

Streptoccous Group D

Haemophillus Influenzae

VIRUS

cytomegalovirus

Herpes Simpleks

1 bulan - 3 bulan

BAKTERI

Chlamydia Trachomatis

Streptoccous PneumoniaeBAKTERI

Bordetella Pertussis

H.Influenza Tipe B

S. Aureus

VIRUS

Adenovirus

Virus Influenza

Virus Paraiinfluenza

4 bulan – 5 tahun Bakteri

Chlamydia Pneumonia

Mycoplasma Pneumoniae

Bakteri

H. Influenza

Moraxella Chataralis

10

Page 11: bronkopneumonia berat

Streptococcus Pneumoniae S. Aureus

Virus

Adenovirus

Virus Influenza

Virus Parainflueza

Rhinovirus

Virus

Varicella- Zooster

5 Tahun ke atas

Bakteri

Chlamydia Pneumoniae

Mycoplasma Pneumoniae

Streptococus Pneumoniae

H. Influenza

VIRUS

Adenovirus

Epstein-Barr

Rhinovirus

Parainfluenza Virus

Influenza Virus

Selain faktor diatas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh terhadap

terjadinya bronkopneumonia. Sistem imun pada penderita-penderita penyakit

yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi

dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.2,5

Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim

paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan

anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme

pertahanan awal berupa filtrasi rambut hidung, refleks batuk dan mukosilier

aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi IgA lokal dan respon

inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,

makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila

satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme

bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi

atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui

hematogen.2,4

11

Page 12: bronkopneumonia berat

Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya bakteri atau virus melalui

inhalasi, aspirasi, hematogen dari fokus infeksi atau penyebaran langsung

sehingga terjadi infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan

menimbulkan kebocoran sehingga cairan dan bahkan sel darah merah masuk ke

alveoli. Dengan demikian alveoli yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi

dengan cairan sel-sel dan infeksi menyebar dari alveolus ke alveolus lainnya.7

Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu6 :

1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan awal yang

berlangsung pada daerah yang baru terinfeksi. Hal ini ditandai dengan

peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.

Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari

sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-

mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel

mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama

dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler

paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan

perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi

pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel

darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )

sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat

oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga

warna paru menjadi merah. Pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau

sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini

berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

12

Page 13: bronkopneumonia berat

3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)

Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin

terakumulasi di seluruh daerah yang terinfeksi dan terjadi fagositosis sisa-

sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai direabsorbsi, lobus masih

tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat

kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

4.  Stadium IV (7-11 hari berikutnya)

Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan

peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh

makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

Gejala klinis yang khas dari pneumonia yaitu: Batuk, demam dan sesak

napas. Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi

saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak

dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,

dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan

sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal

penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya

berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.Menurut Henry Goma, Dkk,

Pneumonia diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 atau lebih gejala berikut:3,4,5

1.    Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada

2.    Demam

3. Batuk

3.    Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)

4.    Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus

5.    Leukositosis

13

Page 14: bronkopneumonia berat

WHO mengembangkan pedoman klinis untuk memudahkan diagnosis

klinis dan tata laksana pneumonia pada anak. Dibedakan menjadi:7

- pneumonia sangat berat, bila dijumpai sesak nafas, nafas cepat, terjadi

sianosis sentral, tidak dapat minum serta kesadaran menurun

- Pneumonia berat, bila dijumpai sesak, nafas cepat,adanya retraksi namun

tanpa sianosis dan masih dapat minum

- Pneumonia, bila hanya dijumpai nafas cepat tanpa adanya retraksi.

Kriteria nafas cepat yaitu : 2

- Bayi kurang 2 bulan : frekunsi nafas > 60 kali per menit

- Usia 2 bulan – 1 tahun : frekuensi nafas > 50 kali per menit

- Usia 1 – 5 tahun : frekuensi nafas > 40 kali per menit

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas atas

selama beberapa hari dan suhu tubuh yang meningkat hingga 39-40˚ C. Pada

pemeriksaan fisik dapat ditemukan pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan

cuping hidung. Pada pemeriksaan thoraks, dapat di temukan ronki basah halus

pada auskultasi, sedangkan pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan.5

Pneumonia secara umum memiliki faktor resiko seperti tidak mendapat

imunisasi yang lengkap, asi tidak adekuat, sering terpajan polusi seperti asap

rokok, adanya penyakit paru seperti asma, pasien dengan malnutrisi, pasien

dengan imunosupresi dan imunodefisiensi seperti pada pasien dengan HIV,

pasien dengan defek anatomi bawaan, adanya penyakit paru dan penyakit

penyerta lainnya. 5

Berdasarkan pedoman klinis WHO, kasus pada pasien ini tergolong

dalam bronkopneumonia berat karena terdapat sesak nafas, nafas cepat, dan

retraksi dada namun tidak disertai dengan sianosis.8

Pemeriksaan darah rutin pada pasien ini menunjukkan adanya

leukositosis sebesar 21 x 103/L. Berdasarkan teori, Pemeriksaan penunjang

laboratorium darah rutin pada bronkopneumonia menunjukkan leukositosis.

Leukositosis pada bronkopneumonia menunjukkan adanya infeksi. Pneumonia

14

Page 15: bronkopneumonia berat

yang disebabkan oleh virus dapat normal atau meningkat tetapi tidak melebihi

20.000/mm3 dengan predominan limfosit, sedangkan pada pneumonia bakterial

dapat meningkat 15.000-40.000/mm3 dan predominant granulosit. Dari nilai

leukosit pada pasien ini kemungkinan pneunomia pada pasien disebabkan oleh

bakteri.4

Pemeriksaan radiologi ditandai dengan gambaran difus merata pada

kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah

perifer paru,disertai dengan peningkatan corakan peribronkial. Pemeriksaan foto

thorax pada pasien ini tidak dilakukan.3,6

Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak

terdiri dari 2 yaitu penatalaksanaan umum dan khusus:2,6

1.    Penatalaksanaan Suportif

a.    Pemberian oksigen 2-4 L/menit  

b.    Pemberian cairan intravena.

2.    Penatalaksanaan Kausal

a.    Mukolitik dan ekspektoran

b.    Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita demam

c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan

manifestasi klinis. Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia

pada anak dilakukan secara empirik sesuai dengan pola bakteri tersering

yaitu Streptococcus Pneumonia dan Haemophilus Influenza. Untuk bayi

di bawah 3 bulan diberikan golongan penisilin seperti ampisillin 100 mg/

kgBB/ 24 jam IV dalam 4 dosis dan gentamisin 5 mg/kgBB/24 jam IV,

dalam 2 dosis. Untuk usia > 3 bulan, amoxicillin dipadu dengan

kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama. Jika kondisi pasien berat,

antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin. Antibiotik paranteral

diberikan 48-72 jam, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10

15

Page 16: bronkopneumonia berat

hari. Jika diduga penyebab adalah Stafilokokus, maka dapat diberikan

kloksasilin.8

Pada pneumonia yang memerlukan rawat inap, rumah sakit di

Indonesia biasanya menggunakan antibiotik beta-laktam, ampisillin, atau

amoksisilin dikombinasikan dengan kloramfenikol. Feyzullah dkk

melaporkan hasil perbandingan pemberian antibiotik yaitu penisilin G

intravena (25.000U/kgBB/4 jam), kloramfenikol (15 mg/kgBB setiap 6

jam), dan seftriakson intravena (50mg/kgBB/12 jam).2

Pengobatan pneumonia menurut MTBS (Manejemen Terpadu

Balita Sakit)menggunakan kotrimoksazol ( trimetoprim+sulfametoksazol

) sebagai antibiotik pilihan pertama dan amoksisilin untuk pengobatan

pilihan kedua.10

Umur atau Berat

Badan

Kotrimoksazol

2 x sehari selama 3 hari untuk

Pneumonia

Amoksisilin

2 x sehari selama 3 hari

untuk Pneumonia

Tab Anak

(20mg Tmp +

100 mg Smz)

Sirup per 5 ml

(40 mg Tmp+

200 mg Smz)

Tablet ( 500

mg)

Sirup per

5 ml

(125 mg)

2 bulan-<4 bulan

(4-<6kg)

1 2,5 ml

(11/2 sendok

takar)

1/4 5 ml

(1

sendok

takar)

4 bulan-<12

bulan

(6-<10kg)

2 5 ml

(1 sendok

takar)

1/2 10 ml

(2

sendok

takar)

12 bulan-<3tahun

(10-<16kg)

21/2 7,5 ml

(11/2 sendok

takar)

2/3 (21/2

sendok

takar)

16

Page 17: bronkopneumonia berat

3 tahun-<5 tahun

(16-<19 kg)

3 10 ml

(2 sendok

takar)

3/4 (3

sendok

takar)

Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam

rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran

secara hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah

komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi. Komplikasi pada

anak meliputi empiema, perikarditis, pneumotoraks,atau infeksi ektrapulmoner

seperti meningtis purulenta. Empiema merupakan komplikasi tersering yang

terjadi pada pneumonia bakteri.2,5

Bronkopneumonia pada kasus ini memiliki prognosis yang baik meskipun

penanganan belum tuntas, karena cepat ditangani. Prognosis bergantung pada

cepat atau lambatnya penanganan yang dilakukan.5,7

17

Page 18: bronkopneumonia berat

DAFTAR PUSTAKA

1. Meadow R & Newell S, 2005, Lecture Notes Pediatrika, EMS, Jakarta.

2. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak,

Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

3. Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. 2010. Buku Ajar Infeksi dan

Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

4. Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Pneumonia. Dalam: Behrman

R.E., et.al (editor). 2000.Ilmu Kesehatan Anak Nelson’s vol. 2 edisi. 15.

Jakarta: EGC.

5. FKUI. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

6. IDAI, 2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi

I.Jakarta :Badan Penerbit IDAI.

7. Permana, Adhy, dkk.2010.The Disease: Diagnosis & Terapi. Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

8. Alsagaff, Hood, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Penyakit

Paru dan Saluran Nafas FK UNAIR. Surabaya.

9. FK UNHAS.2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK UNHAS. Makassar.

10. Depkes RI. 2008. Manejemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta.

18

Page 19: bronkopneumonia berat

19