bronkiolitis pada anak gizi kurang

2
Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus menyebabkan gejala–gejala obstruksi bronkiolus yang ditandai oleh batuk, pilek, demam, wheezing pada saat ekspirasi, takipnea, dan retraksi dinding dada. Pada pasien ini terdapat sesak nafas dan kadang terdapat bunyi mengi, selain itu pasien juga demam. Salah satu faktor yang berperan dalam penyakit pasien yaitu factor gizi yang mempengaruhi kondisi tubuhnya. Mengenai status gizi pasien termasuk ke dalam kategori gizi kurang menurut standar baku NCHS berdasarkan pengukuran berat berdasarkan umur pasien. Kata kunci: bronkiolitis, gizi kurang. Isi Pasien anak laki-laki, umur 5 bulan dibawa ke rumah sakit karena batuk sejak 4 hari disertai pilek dan demam. satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih batuk ngikil disertai sesak nafas dan suara nafas yang berat. Anak tampak lelah, rewel, dan sedikit gelisah. Konsumsi ASI dan susu formula sering. Tidak terdapat riwayat penyakit dengan gejala seperti ini sebelumnya, riwayat alergi disangkal, terdapat riwayat diare setelah minum susu formula. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum pasien tampak sesak nafas, kesadaran compos mentis, vital sign menunjukan nadi: 114 x/menit, isi dan tegangan kuat dan teratur , Suhu badan: 38,0 º C, Pernapasan: 40 x/menit respirasi 48 x/menit, Berat badan : 5,8 kg , Tinggi badan : 62 cm . Pemeriksaan leher, jantung, abdomen dan ekstrimitas dalam batas normal. pada pemeriksaan region hidung terdapat nafas cuping hidung. Pada pemeriksaan thorax terdapat retraksi interkostal kanan dan kiri dan eksperium memanjang. Pada pemeriksaan paru secara auskultasi terdapat wheezing dan ronkhi kering pada paru kanan dan kiri. Status Antropometri : 1. BB/U : ( 5,2 / 7,6 ) x 100 % = 68% PEM II, 2. TB/U : ( 62 / 70 ) x 100 % = 88 % PEM I, Kesimpulan status gizi : KEP sedang / PEM II ( menurut standar baku NCHS ). Diagnosis Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan, pasien didiagnosis dengan bronkiolitis dengan gizi kurang (PEM II). Terapi Pada pasien ini diberikan terapi farmakologis berupa Oksigen 1-2 L/menit 30-40% (nasal), antibiotik : amoxicillin 3 x 225 mg, Bronkodilator b-agonis secara inhalasi: salbutamol 0,1 mg/kgBB/dosis diencerkan dengan cairan normal saline, diberikan 4-6 kali/hari. : 0,6 mg setiap kali pemberian, dan Parasetamol 10mg/KgBB = 3 x 0,5 cth Pembahasan Bronkiolitis sering mengenai anak usia dibawah 2 tahun dengan insiden tertinggi pada bayi usia 6 bulan, makin muda umur bayi menderita bronkiolitis biasanya akan makin berat penyakitnya. Bayi yang menderita bronkiolitis berat mungkin oleh karena kadar antibodi maternal (maternal neutralizing antibody) yang rendah. Selain itu , pada pasien ini keadaan gizi kurang yaitu kurangnya kalori dan protein menyebabkan semakin rentannya pasien terkena infeksi. Faktor yang memperberat bronkiolitis adalah asap rokok dan lingkungan yang kurang bersih, dalam keluarga pasien sebaiknya tidak ada yang merokok sehingga penyakit yang diderita pasien tidak bertambah berat dan

Upload: agsar-andri

Post on 30-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bronkiolitis pada anak gizi kurang

TRANSCRIPT

Page 1: Bronkiolitis Pada Anak Gizi Kurang

Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus menyebabkan gejala–gejala obstruksi bronkiolus yang ditandai oleh batuk, pilek, demam, wheezing pada saat ekspirasi, takipnea, dan retraksi dinding dada. Pada pasien ini terdapat sesak nafas dan kadang terdapat bunyi mengi, selain itu pasien juga demam. Salah satu faktor yang berperan dalam penyakit pasien yaitu factor gizi yang mempengaruhi kondisi tubuhnya. Mengenai status gizi pasien termasuk ke dalam kategori gizi kurang menurut standar baku NCHS berdasarkan pengukuran berat berdasarkan umur pasien.

Kata kunci: bronkiolitis, gizi kurang.

 

Isi

Pasien anak laki-laki, umur 5 bulan dibawa ke rumah sakit karena batuk sejak 4 hari disertai pilek dan demam. satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih batuk ngikil disertai sesak nafas dan suara nafas yang berat. Anak tampak lelah, rewel, dan sedikit gelisah. Konsumsi ASI dan susu formula sering. Tidak terdapat riwayat penyakit dengan gejala seperti ini sebelumnya, riwayat alergi disangkal, terdapat riwayat diare setelah minum susu formula.

Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum pasien tampak sesak nafas, kesadaran compos mentis, vital sign menunjukan nadi: 114 x/menit, isi dan tegangan kuat dan teratur , Suhu badan: 38,0 º C,  Pernapasan: 40 x/menit respirasi 48 x/menit, Berat badan : 5,8 kg , Tinggi badan : 62 cm . Pemeriksaan leher, jantung, abdomen dan ekstrimitas dalam batas normal. pada pemeriksaan region hidung terdapat nafas cuping hidung. Pada pemeriksaan thorax terdapat retraksi interkostal kanan dan kiri dan eksperium memanjang. Pada pemeriksaan paru secara auskultasi terdapat wheezing dan ronkhi kering pada paru kanan dan kiri. Status Antropometri : 1. BB/U : ( 5,2 / 7,6 ) x 100 % = 68% PEM II, 2. TB/U : ( 62 / 70 ) x 100 % = 88 % PEM I, Kesimpulan status gizi : KEP sedang / PEM II ( menurut standar baku NCHS ).

  

Diagnosis

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan, pasien didiagnosis dengan bronkiolitis dengan gizi kurang (PEM II).

 

Terapi

Pada pasien ini diberikan terapi farmakologis berupa Oksigen 1-2 L/menit 30-40% (nasal), antibiotik : amoxicillin  3 x 225 mg, Bronkodilator b-agonis secara inhalasi: salbutamol 0,1 mg/kgBB/dosis diencerkan dengan cairan normal saline, diberikan 4-6 kali/hari. : 0,6 mg setiap kali pemberian, dan Parasetamol 10mg/KgBB = 3 x 0,5 cth

 

Pembahasan

Bronkiolitis sering mengenai anak usia dibawah 2 tahun dengan insiden tertinggi pada bayi usia 6 bulan, makin muda umur bayi menderita bronkiolitis biasanya akan makin berat penyakitnya. Bayi yang menderita bronkiolitis berat mungkin oleh karena kadar antibodi maternal (maternal neutralizing antibody) yang rendah. Selain itu , pada pasien ini keadaan gizi kurang yaitu kurangnya kalori dan protein menyebabkan semakin rentannya pasien terkena infeksi.

Faktor yang memperberat bronkiolitis adalah asap rokok dan lingkungan yang kurang bersih, dalam keluarga pasien sebaiknya tidak ada yang merokok sehingga penyakit yang diderita pasien tidak bertambah berat dan lingkungan rumah pasien harus dibersihkan, beri ventilasi udara, biar rumah tidak terasa sumpek, sehingga udara dan sinar matahari yang masuk ke rumah cukup.

Sebaiknya dilakukan pengubahan menu makanan untuk mengatasi kekurangan kalori protein pada pasien, sehari-harinya dapat diberikan protein sebanyak 20-25 gr/hari dan kalori sebanyak 150-200 kkal/KgBB/hari. Pada pasien ini dengan berat badan sebesar 5,8 kg sebaiknya diberikan kalori sebanyak 512-768 kkal/hari. Sumber makanan dari makanan pokok setempat saja, seperti beras. Protein dari hati, daging, tempe dan kacang hijau.

 

Kesimpulan

Page 2: Bronkiolitis Pada Anak Gizi Kurang

Pada pasien ini keadaan gizi kurang menyebabkan rentannya terkena infeksi seperti bronkiolitis. Penanganan yang sebaiknya dilakukan adalah mengatasi kekurangan kalori protein pada pasien, sehari-harinya dapat diberikan protein sebanyak 20-25 gr/hari dan kalori sebanyak 150-200 kkal/KgBB/hari. Sumber makanan dari makanan pokok setempat saja, seperti beras. Protein dari hati, daging, tempe dan kacang hijau.

Referensi

Anonim. Bronkiolitis. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak,  Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1985, hal: 1203-1226.

Anonim, Pedoman Tatalaksana Medik Anak RSUP Dr. Sardjito, Unit Penyakit Anak RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, 1991, hal: 212-214.

Hardiono dkk.2004. standar pelayanan medic kesehatan anak. IDAI. Jakarta

Narendra MB, suryawan A, irwanto. 2006. Naskah lengkap continuing education ilmu kesehatan anak XXXVI penyimpangan tumbuh kembang anak. bag/SMF ilmu kesehatan anak FK UNAIR. Surabaya

Retno asih, landia setiawati.2005. continuing education tata laksana bronkiolitis. FK UNAIR. Surabaya

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak. EGC. Jakarta.