bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/jurnal 2.docx · web viewusahatani tanaman yang...

25
OPTIMASI USAHATANI TANAMAN DENGAN SAPI POTONG DI DAERAH LAHAN KERING MALANG SELATAN Oleh : Zaenal Fanani 1) dan Nur Sucipto 2) 1) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 2) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik Abstrak Usahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani tradisional atau subsistem yang sedikit memiliki sumber daya yang cukup dan dorongan untuk menerrykan praktek konservasi tanah yang kurang baik. Hal ini menyebabkan terjadinya laju eksploitasi lahan yang berlebihan sehingga dapat mempercepat terjadinya erosi dan mengakibatkan daerah tersebut akan menjadi kurang subur. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pola usahatani terpadu antara usahatani tanaman yang diusahakan dengan usaha sapi potong yang paling optimal. Lokasi penelitian dipilih Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang. Penelitian ini mengggunakan metode survei (suvey Method), kerangka sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling cluster dua tingkat (Two Stage Cluster Sampling). maka besarnya sampel yang diambil adalah sebanyak 276 responden. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Analisis ini diuji dengan menggunakan model analisis usahatani dan usaha sapi potong untuk menentukan kombinasi usaha yang optimum dengan menggunakan model linier programming berdasarkan kaidah yang dikemukakan oleh Gttinger (1986). Berdasarkan dari hasil pembahasan terhadap hasil- hasil penelitian dan pengkajian lebih lanjut dapam kaitan keseluruhan, maka dapat dibuat suatu kesimpulan adalah hasil analisis akhir dengan linier programming dari lima macam pola tanam yang ada di daerah kecamatan Kalipare, maka pola tanam terpilih adalah usahatani tanaman tebu dengan jagung dan usaha sapi potorg rakyat dengan

Upload: lamkhanh

Post on 17-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

OPTIMASI USAHATANI TANAMAN DENGAN SAPI POTONG DI DAERAH LAHAN KERING MALANG SELATAN

Oleh : Zaenal Fanani 1) dan Nur Sucipto 2)

1) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya2) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik

AbstrakUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir

seluruhnya dilakukan oleh petani-petani tradisional atau subsistem yang sedikit memiliki sumber daya yang cukup dan dorongan untuk menerrykan praktek konservasi tanah yang kurang baik. Hal ini menyebabkan terjadinya laju eksploitasi lahan yang berlebihan sehingga dapat mempercepat terjadinya erosi dan mengakibatkan daerah tersebut akan menjadi kurang subur.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pola usahatani terpadu antara usahatani tanaman yang diusahakan dengan usaha sapi potong yang paling optimal. Lokasi penelitian dipilih Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang.

Penelitian ini mengggunakan metode survei (suvey Method), kerangka sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling cluster dua tingkat (Two Stage Cluster Sampling). maka besarnya sampel yang diambil adalah sebanyak 276 responden. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Analisis ini diuji dengan menggunakan model analisis usahatani dan usaha sapi potong untuk menentukan kombinasi usaha yang optimum dengan menggunakan model linier programming berdasarkan kaidah yang dikemukakan oleh Gttinger (1986).

Berdasarkan dari hasil pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian dan pengkajian lebih lanjut dapam kaitan keseluruhan, maka dapat dibuat suatu kesimpulan adalah hasil analisis akhir dengan linier programming dari lima macam pola tanam yang ada di daerah kecamatan Kalipare, maka pola tanam terpilih adalah usahatani tanaman tebu dengan jagung dan usaha sapi potorg rakyat dengan pendapatan maksimum sebesar Rp 1.434.396,-. Untuk mendapatkan keuntungan tersebut diperlukan sumber daya antara lain lahan 1,01 hektar, nilai bibit pakan Rp 54.993,- pupuk urea 203 kg, pupuk TSP 67 kg, pupuk organik 1011 kg, tenaga kerja usahatani 218 HOK, pemilikan sapi potong 2,00 ST, pakan ternak 12775 kg dan tenaga kerja usaha ternak 106 HOK.

Page 2: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

I.PENDAHULUAN

I.1. Latar BelakangLuas lahan kering di Kabupaten Malang yaitu seluas 333.452 hektar atau 18.98

persen dari luas lahan kering di Jawa Timur. Perincian luas lahan kering berdasarkan penggunaan lahan yang ada di kabupaten tampak bahwa jenis penggunaan lahan untuk kabupaten Malang, yang terdiri dari tegalan 146.488 hektar atau 43,98 persen, hutan negara seluas 98.604 hektar atau 29,61 persen, lahan untuk pernukiman 46.629 hektar atat 14 persen, lahan yang tidak diusahakan seluas 16.946 hektar atau 5,08 persen, lahan untuk perkebunan 13.392 hektar atau 4,02 persen lahan untuk tanaman kayu 9.477 hektar atau 2,84 persen dan lahan kritis seluas 1.499 hettar atav 0,42 persen. Apabila dikaji lebih jauh dari uraian tersebut di atas tentang besarnya potensi lahan kering untuk kegiatan usahatani, maka usaha sapi potong dalam ekosistem pertanian di Kabupaten Malang akan sangat mendukung program pemanfaatan lahan kering, karena usaha sapi potong rakyat tergantung dari kebijaksanaan dalam mengelola empat macam komponen yang saling mengadakan interaksi yaitu : (1) lahan, (2) pakan, (3) ternak, (4) manusia. Ke empat macam komponen yang mengadakan interaksi tersebut mengakibatkan keterpaduan yang kuat antara kegiatan produksi dalam usahatani tanaman ternak sapi potong rakyat dan rumah tangga petani inilah yang merupakan dasar kuat bagi kehadiran usaha sapi potong dalam membangun kegiatan usahatani tanaman, meskipun tingkat efisiensi usaha dan produktivitasnya rendah serta harga jual yang diperoleh tidak menentu.

Usahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani tradisional atau subsistem yang sedikit memiliki sumber daya yang cukup dan dorongan untuk menerrykan praktek konservasi tanah yang kurang baik. Hal ini menyebabkan terjadinya laju eksploitasi lahan yang berlebihan sehingga dapat mempercepat terjadinya erosi dan mengakibatkan daerah tersebut akan menjadi kurang subur.

Pada kondisi tersebut di atas, para petani di dalam usahatani tanaman harus melaksanakan usahatani terpadu dengan usaha ternak. Para petani harus melaksanakan diversifikasi atau penganekaragaman usahatani yang dapat diusahakan secara berurutan sepajang tahun, sehingga tidak terjadi pemupukan pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga petani sendiri, tetapi sebaliknya juga tidak terjadi pengangguran nnrsiman, dimana tenaga kerja keluarga tidak dapat dimanfaatkan karena sudah tidak ada pekerjaan lagi yang harus dikerjakan di dalam usahataninya.

Pemanfaatan lahan kering untuk kepentingan pengembangan usahatani tanaman dengan usaha sapi potong rakyat ternyata banyak menghadapi masalah. Masalah yang utama adalah dari segi ketersediaan sumber daya hijauan pakan ternak, bahwa pada musim kemarau akan kekurangan pakan sedangkan pada musim penghujan akan kelebihan sumber hijuana pakan ternak, walaupun secara kualitas hijauan pakan ternak pada musim kemarau akan lebih baik dari musin hujan.

Page 3: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

Atas dasar kondisi di atas penelitian ini dilaksanakan, dengan terjadi optimalisasi usahatani tanaman dengan usaha sapi potong rakyat secara simultan dengan mengambil lokasi di kecamatan Kalipare kabupaten Malang. I.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pola usahatani terpadu antara usahatani tanaman yang diusahakan dengan usaha sapi potong yang paling optimal.

II. METODE PENELITIAN2.1. Lokasi Penelitian

Sebelum penelitian dimulai terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan, antara lain mengadakan konsultasi dengan Proyek Pertanian Lahan Kering dan Konservasi Tanah (P2LK2T) Malang, Interdisciplinary Research Project (INRES) Universitas Brawijaya, Proyek Pengembangan Hutan Tanah dan Air (P3HTA) Malang, Dinas Tanaman Pangan Jawa Timur, Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur dan Proyek Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Malang untuk studi pustaka dan orientasi lapangan, di samping tersedianya bahan yang diduga dapat memberikan cukup lengkap, pemilihan lahan kering untuk pengembangan sapi potong rakyat berdasarkan atas pertimbangan obyektif sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dipilih kecamatan Kalipare Kabupaten Malang. 2.2. Teknik Penarikan Sampel

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini mengggnakan metode survei (suvey Method), sesaui dengan yang dikemukakan oleh Singarimbun (1991). Maksud dari metode survei adalah mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat bantu dalam pengambilan data primer yang pokok diambil dari petani, sedangkan data sekunder diambil dari instansi yang terkait dengan penelitian (Singarimbun dan Efendi, 1989).

Dalam survei ini peneliti tidak mempunyai daftar lengkap seluruh nama-nama petani yang ada di kecamatan Kalipare sebagai kerangka sampling. Oleh karena itu kerangka sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling cluster dua tingkat (Two Stage Cluster Sampling).

Ukuran sampel penelitian ditentukan oleh bentuk anatsis yang akan digunakan sesuai dengan yang akan diajukan. Diantara hipotesis yang akan diajukan, maka hipotesis ke satu merupakan hipotesis utama. Oleh karena hipotesis utama itu akan diuji oleh analisis regresi berganda, maka ukuran sampel didasarkan pada koefisien korelasi. Dengan demikian untuk memperoleh ukuransampel yang maksimin (maksimal dan minimal), didasarkan pada besarnya koefisien korelasi terkecil arfiaru variabel bebas tertentu dengan variabel bebas yang lainnya, untuk itu besarnya = 0,30 atau 2 = 0,09 (Guliford, 1965).

Alokasi jumlah responden yang dipilihan rumus Machiad D and Campbel (1987) dan Harun Al-Rasyid, (1993) sebagai berikut :

2p =1/2 Ln ¿¿Maka dapat dirumuskan ke rumus tersebut:

Page 4: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

n2= (1,96+1,645 )0,3106092

+3

n2= 137,76977Karena n1 dan n2 harga sampel dengan bilangan satuannya sama maka iterasi

berhenti, sehigga ukuran sampel maksimum dan minimum adalah n = 138, tetapi oleh karena sampling yang digunakan bukan simple random sampling, tetapi sampling cluster dua tingkat (Two Stage Cluster Sampling), maka besarnya nilai n harus kali dua (2) dimana nilai dua adalah effect, maka besarnya sampel yang diambil adalah 2 kali 138 sampel yang berarti sebanyak 276 responden.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Sebagaimana telah dioperasionalisasikan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis yang diajukan itu hampir seluruhnya berupa data primer yang diperoleh dari petani yang memelihara ternak sapi potong rakyat, blantik, pasar hewan dan pasar yang menjual hasil palawija. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan observasi dilapangan. Untuk memenuhi maksud wawancara sebagai instrumen utama penelitian, maka tipe wawancara yang dipilih dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan skedul yang telah dipersiapkan. Pewawancara berperan sebagai pengarah melalui pertanyaan-pertanyaan dari pokok persoalan yang ada (Kerlinger, 1990; Rusidi, 1992). 2.4. Analisis Data

Alat analisis data yaitu pendapatan usahatani dan usaha sapi potong dalam hubungannya dengan sumber daya yang tersedia belum sepenuhnya teralokasi (optimal). Analisis ini diuji dengan menggunakan model analisis usahatani dan usaha sapi potong untuk menentukan kombinasi usaha yang optimum dengan menggunakan model linier programming berdasarkan kaidah yang dikemukakan oleh Gttinger (1986); Agrawal dan Heady (1972); Nasendi dan Anwar (1975) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Memaksimumkan (Z) = ∑j=1

n

CJ X j

Dengan kendala Aij biXj 0(Z): C1X1 + ... + Cn Xn

Dengan faktor pembatas sebagai berikut :a11X1 + a12X2 +...... a1jXj +......... a1nXn b1

a21X1 + a22X2 +...... a2jX2 +......... a2nXn b2

ai1X1 + ai2X2 +...... a1jX2 +......... ainXn bi

am1X1 + am2X2 +...... amjXj +......... amnXn bm

Xj 0 untuk j : 1, 2, 3, ...........................nDimana :Z = fungsi tujuan yaitu nilai yang dioptimalkanXj = tingkat aktivitas ke j

Page 5: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

Cj = koefisien fungsi tujuan untuk aktivitas ke jaij = banyaknya sumber daya ke i yang diperlukan untuk menghasilkan tiap unit output aktivitas ke jbi = banyaknya sumber daya yang tersediai = 1, 2, 3,.........................mj = 1, 2, 3,.........................n

Dalam setiap pemecahan masalah dengan teknik linier programming selalu terdapat soal kembar. Apabila masalah pokoknya adalah maksimisasi atau disebut persoalan utama, maka permasalah ini mempunyai persoalan rangkap (dual problem), yaitu maksimisasi atau minimisasi. Dalam penelitian ini persoalan rangkap tidak dibicarakan lebih lanjut karena tidak terdapat dan tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Syarat-syarat dan asumsi dari model linier programming dalam penelitian ini adalah sesuai dengan kaidah Agrawal dan Heady (1972) adalah sebagai berikut:(1) Aktivitas dan suberdaya bersifat aditip. Sifat aditip dimaksudkan penggunaan

sumber daya harus sama dengan jumlah sumber daya yang dipakai oleh setiap aktivitas.Dengan demikian sifat keaditipan mencakup asumsi bahwa tidak ada interaksi diantara aktivitas-aktivitas didalam proses produksi.

(2) Linieritas dari fungsi tujuan. Asumsi ini dimaksudkan bahwa harga dan semua produk-produk dan surnber daya yang digunakan oleh setiap aktivitas tidak berubah meskipun tingkat penggunaan input atau output berubah.

(3) Aktivitas tidak boleh negatip. Jawaban yang diperoleh dari linier programming tidak boleh negatip, misalnya aktivitas memelihara sapi potong rakyat tidak boleh minus.

(4) Sumber daya dan aktivitas dapat dibagi-bagi. Sifat ini mengandung pengertian kontinuitas sumber daya dan aktivitas dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan. Namun demikian dalam banyak kasus pembulatan ke atas atau ke bawah yang paling dekat dengan bilangan bulat, secara keseluruhan tidak merubah pemecahan optimal tetapi hanya akan merubah sedikit nilai dari pada fungsi tujuan.

(5) Aktivitas dan sumber daya bersifat terbatas, artinya banyaknya alternatip aktivitas dan sumber daya perlu ditentukan atau dibatasi agar dapat diperoleh pemecahan optimal.

(6) Tingkat aktivitas dan sumber daya bersifat sebanding. Anggapan ini mencakup pengertian adanya hubungan linier antara aktivitas dan sumber daya. Jika aktivitas di perbesar n kali, maka keperluan sumber daya juga meningkat n kali.

(7) Bersifat deterministik, yaitu menghendaki agar aktivitas, koefisien masukan dan keluaran serta besarnya kendala diketahui dengan pasti.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN3.1. Penerapan Optimalisasi Usahatani Tanaman dan Usaha Sapi Potong

Penerapan optimalisasi usahatani tanaman dan Usaha sapi potong rakyat dalam penelitian ini secara umum meliputi tiga komponen pokok yaitu :

(1) Lajur vektor kendala sumber daya (RHS) yarrg terdiri dari :l. Lahan usahatani tanaman ketela pohon

Page 6: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

2. Lahan usahatani tanaman ketela pohon dengan jagung3. Lahan usahatani tanaman jagung4. Lahan usaha tani tanaman tebu dan jagung5. Lahan usahatani tanaman tebu6. Biaya bibit untuk ketela pohon7. Biaya bibit untuk ketela pohon dengan jagung8. Biaya bibit untuk jagung9. Biaya bibit untuk tebu dengan jagung10. Biaya bibit untuk tebu11. Pupuk urea12. Pupuk TSP13. Pupuk kandang ketela pohon14. Pupuk kandang ketela pohon dan jagung15. Pupuk kandang jagung16. Pupuk kandang tebu dengan jagung17. Pupuk kandang tebu18. Tenaga kerja luar keluarga19. Pemilikan sapi potong rakyat usahatani tanaman ketela pohon

20. Pemilikan sapi potong rakyat usahatani tanaman ketela pohon dengan jaguag

21. Pemilikan sapi potong rakyat usahatani tanaman jagung22. Pemilikan sapi potong rakyat usahatani tanaman tebu dan jagung23. Pemilikan sapi potong rakyat usahatani tanaman tebu24. Hijauan pakan sapi potong rakyat usahatani tanaman ketela pohon25. Hijauan pakan sapi potong rakyat usahatani tanaman ketela pohon dengan jagung26. Hijauan pakan sapi potong rakyat usahatani tanaman jagung27. Hijauan pakan sapi potong rakyat usahatani tanaman tebu dengan jagung28. Hijauan pakan sapi potong rakyat usahatani tanaman tebu29. Tenaga kerja keluarga

(2) Kolom-kolom vektor aktivitas yang terdiri dari :1. Aktivitas usahatani tanarnaa ketela pohon dan usaha sapi potong rakyat2. Aktivitas usahatani tanaman ketela pohon dengan jagung dan usaha sapi

potong rakyat3. Aktivitas usahatani tanaman jagung dan usahasapi potong rakyat4. Aktivitas usahatani tanaman tebu dengan jagungdan usaha sapi potong rakyat5. Aktivitas usahatani tanaman tebu dan usaha sa-pi potong rakyat

(3) Baris fungsi tujua, yang terdiri dari :1. Pendapatan dari usahatani tanaman ketela pohondan usaha sapi potong rakyat

Page 7: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

2. Pendapatan dari usahatani tanaman ketela pohon dengan jagung dan usaha usapi potong rakyat3. Pendapatan dari usahatani tanaman jagung dan usaha sapi potong rakyat4. Pendapatan dari usahatani tanaman tebu dengan jagung dan usaha sapi potong rakyat5. Pendapatan dari usahatani tanaman tebu dan usaha sapi potong rakyatKomponen-komponen tersebut merupakan penunjang utama dalam aktivitas optomalisasi dengan menggunakan linier programming. Ketiga komponen tersebut membentuk suatu matrik dasar yang tersusun dalam Tabel. 1.

Tabel. 1.Hubungan Matrik Model Pereacanaan Linier Programming Usahatani Tanaman dan Usaha Sapi Potong Rakyat

No Aktivitas Usahatani dan Sapi Potong Rakyat SumberDaya

X1 X2 X3 X4 X5 bi

1234567891011121314151617181920212223242526272829

Lahan Ketela PohonLahan KP-JagungLahan JagungLahan Tebu JagungLahan TebuBibit Ketela PohonBibit Ketela dan JgBibit Jagun-jagungBibit Tebu-JagungBibit TebuPupuk UreaPupuk TSPPupuk Organ KpPupuk Organ Kp-JgnPupuk Organ JgnPupuk Organ Tebu-JgnPupuk Organ TebuTenaga UsahataniPemilik sapi KpPemilik sapi Kp-JgnPemilik sapi JgnPemilik sapi Tebu-JgnPemilik sapi TebuPakan ternak KpPakan ternak Kp-JgPakan ternak JgnPakan ternak Kp-JgPakan ternak TebuPakan kerja UsTer

100007476000090096000004510000126500000104

0000008283000423009800006601000012604000101

001000024000001004500990007700100001252400100

00010000539900340900001010021900010000135690102

00001000050094450120000010002140000100001256090

≤ 1.10≤ 1.10≤ 1.10≤ 1.10≤ 1.10≤ 9285≤9100≤14500≤44996≤56980≤1200≤335≥ 0≥ 0≥ 0≥ 0≥ 0≥ 734≤ 2.25≤ 2.25≤ 2.25≤ 2.25≤ 2.25≤ 12775≤ 12775≤ 12775≤ 12775≤ 12775≤ 556

3.2. Pembatas dan Koefisien Fungsi PembatasPembatas dalam penelitian ini bersifat teknis dan ekonomis yang dapat

dikuantitatifkan serta merupakan pembatas bagi tingkat aktivitas petani. Pembatas yang termasuk dalam penelitian ini secara garis besar dibagi dalam beberapa komponen pokok yaitu : lahan, sarana produksi (bibit dan pupuk), tenaga kerja usahatani, pemilikan sapi potong, pakan temak dan tenaga kerja usaha sapi potong.3.2.1. Pembatas Lahan

Page 8: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

Pembatas luas lahan pertanian mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan usahatani tanaman dan usaha sapi potong rakyat. Hubungan tersebut dikaitkan dengan peran lahan untuk kegiatan usahatani dan hasil dari pertanian tersebut limbah pertanian sebagai sumber hijauan pakan ternak. Koefisien lahan dalam penelitian ini dikonfersikan dalam satu hektar, karena dalam perhitungan ini adalah hektar dan nilai dari kendala diambil dari rata-rata lahan yang dimiliki yaitu sebesar 1,10 hektar.3.2.2. Pembatas Bibit Tanaman

Pembatas bibit tanaman tersebut dari nilai maksimum yang dimiliki oleh petani, koefisien dari rnasinymasing pola tanam untuk usatani tanaman ketela pohon adalah sebesar Rp 9285, usahatani tanaman ketela pohon dengan jagung sebesar Rp 9100, usahatani tanaman jagurg sebesar Rp 24500, usahatani tanaman tebu dengan jagung sebesar Rp 54995 dan usahatani tanaman tebu sebesar Rp 56980,-.3.2.3. Pembatas Pupuk Urea

Pembatas pupuk urea adalah dari penjumlahan nilai maksimum yang dimiliki oleh petani, koefisien dari pernbatas pupuk urea adalah sebesar 1200 kg. Pupuk urea dijadikan pembatas karena pada usahatani di daerah lahan kering wilayah kecamatan Kalipare hampir seluruhnya pupuk urea.3.2.4. Pembatas Pupuk TSP

Pembatas pupuk TSP adalah dari penjumlahan nilai maksimum yang dimiliki oleh petani, koefisien dari pembatas pupuk TSP adalah sebesar 335 kg. Nilai koefisien pembatas tersebut dipakai untuk mewakili penggunaan pupuk TSP oleh petani sehingga menjadi pembatas yang letaknya sebelah kanan.3.2.5. Pembatas Pupuk Organik

Pembatas pupuk organik tersebut ketersediaan yang dimiliki oleh petani di daerah penelitian rata-rata memiliki pupuk organik yang cukup sepanjang tahun. Hal ini karena petani tersebut memiliki ternak sapi potong rakyat yang fungsinya menghasilkan pupuk organik, sehingga kebutuhan pupuk organik terpenuhi. Dengan demikian koefisien pembatas untuk kebutuhan pupuk organik secara keseluruhan tidak terbatas yang artinya kebutuhan berapapun pupuk organik tidak terbatas.3.2.6.Pembatas Tenega Kerja Usahatani Tanaman

Pembatas tenaga kerja usahatani tanaman adalah dari penjumlahan nilai maksimum yang dimiliki oleh petani tiap-tiap kelompok pola tananl maka nilai koefisien dari pembatas usahatani tanaman adalah sebesar 734 HOK. Nilai koefisien dari pembatas tersebut dipakai untuk mewakili penggunaan tenaga kerja usahatani tanaman oleh petani secara keseluruhan sehingga menjadi pembatas yang letaknya sebelah kanan.3.2.7. Pembatas Pemilikan Sapi Potong Rakyat

Pembatas pemilikan sapi potong rakyat mernpunyai hubungan yang erat dengan keadaan usahatani tanaman dan ternak. Hubungan tersebut dikaitkan dengan peran sapi potong rakyat untuk kegiatan usahatani tanaman dan hasil dari pertanian tersebut berupa limbah pertanian sebagai sumber hijauan pakan ternak dan ternak tersebut dimanfaatkan oleh untuk tenaga kerja dan penghasil pupuk organik. Koefisien

Page 9: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

pemilikan sapi potong rakyat dalam penelitian ini dikonfersikan dalarn satu satuan ternak, karena dalarn perhitungan ini adalah dihitung dalam satuan ternak dan koefisien dari pernbatas diambil dairata-rata pemilikan sapi potong rakyat secara keselunrhan yang dimiliki oleh petani yaitu sebesar 2,25 satuan ternak.3.2.8..Pembetas Hijauan Pakan Sapi Potong Rakyat

Pembatas hijauan pakan sapi potong rakyat adalah dihitung berdasarkan dari kebutuhan hijauan pakan ternak atau berasal dari nilai maksimum yang ada dari responden (Rini Widiati, 1988). Sedangkan menurut Sabrani (1989) bahwa untuk pembatas pakan ternak nilainya tidak terbatas, karena pakan ternak tersedia sepanjang hari atau kebutuhan pakan ternak selalu terpenuhi. Hasil penelitian untuk koefisien pembatas hijauan pakan ternak di daerah lahan kering kecamatan Kalipare berasal dari nilai maksimum yaitu sebesar 12775 kg. Hal ini karena di daerah penelitian tersebut ketersediaan hijauan pakan ternak fluktuasinya tidak seimbang (variasinya tinggi), dimana pada musim hujan ketersediaan yang berlebihan sedangkan pada waktu musim kemarau ketersediaan hijauan pakan ternak mengalami kekurangan.3.2.9. Pembatas Tenaga Kerja Usaha Ternak

Pembatas tenaga kerja usaha ternak adalah dari hasil penjumlahan nilai maksimum yang dimiliki oleh petani, koefisien dari pembatas tenaga kerja usaha ternak adalah sebesar 566 HOK. Nilai koefisien pembatas tersebut dipakai untuk mewakili koefisien pembatas dari tenaga kerja usaha ternak oleh petani sehingga menjadi pembatas yang letaknya sebelah kanan.3.3. Koefisien Kendala (Constrain)

Koefisien kendala adalah merupakan kuantum sarana produksi yang diperlukan untuk mengusahakan satu hektar tanah dengan pola usaha produksi pertanian tertentu dalam satu tahun (Sukmadi, 1977). Pemakaian sarana produksi dalam usahatani tanaman mempunyai nilai koefisien kendala yang berbeda untuk menunjang kegiatan usalratani tanaman secara optimal.

Koefisien kendala suatu pola usahatani tanaman adalah khas dan merupakan koefisien gabungan dari usahatani tanaman yang membentuk pola usaha produksi tersebut. Koefisien kendala hasil penelitian tersebut berasal dari nilai rata-rata tiap kelompok pola tanam usahatani yang ada.3.3.1. Koefisien Kendala Luas Lahan

Koefisien kendala luas lahan untuk aktivitas usahatani tanaman meliputi : (1) ketela pohon, (2) ketela pohon dengan jagung, (3) jagung I dan jagung 2, (4) tebu dengan jugung, (5) tebu. Nilai koefisien kendala untuk lahan usahatani dikonfersikan dalam luas satu hektar. Hal ini tujuan untuk homogenitas dalam analisis linier programming sehingga data yang diperoleh akan lebih hornogen, sehingga nilai koefisien kendala luas lahan masing-masing sebesar satu hektar.3.3.2. Koefisien Kendala Bibit Tanaman

Koefisien kendala bibit tanaman adalah nilai bibit yang digunakan untuk aktivitas usahatani taaaman tiap-tiap pola tanam yang ada pada penelitian tersebut. Nilai

Page 10: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

koefisien kendala untuk bibit tanaman dapat disajikan pada Tabel .73. tersebut dibawah ini.Tabel.2. Nilai Bibit Tanaman yang Digunakan oleh Petani Contoh Untuk Aktivitas

Usahatani Tanarnan Sebagai KendalaNo. Aktivitas Usahatani Nilai Bibit yang digunakan (Rp)12345

Ketela PohonKetela Pohon dan JagungJagung 1- Jagung 2Tebu dan lagungTebu

74768283

240005399050094

Pada Tabel.2. nampak bahwa koefisien kendala untuk nilai bibit tanaman masing-masing untuk ahivitas usahatani tanaman ketela pohon sebesar Rp7476,- usahatani tanaman ketela pohon dengan jagung Rp 8283,- usahatani tanaman jagung sebesar Rp 24000,- usahatani tanaman tebu dengaa jagung Rp 53990,- dan usahatani tanaman tebu sebesar Rp 50094,-3.3.3. Koefisien Kendala pupuk

Koefisien kendala pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan untuk aktivitas usahatani tanaman tiap-tiap pola tanam yang ada pada penelitian tersebut. Macam pupuk yang digunakan oleh petani hasil penelitian tersebut yaitr: pupuk urea, pupuk TSP dan pupuk organik Nilai koefisien kendala pupuk baik junrlah dan macamnya dapat disajikan pada Tabel .3. tersebut dibawah ini.Tabel 3. Jumlah dan Macam pupuk yang Digunakan oleh petani contoh untuk

Aktivitas Usahatani Tanaman Sebagai Kendala

No. Aktivitas Usahatani Macam Pupuk (Kg)TSP Urea Organik

12345

Ketela PohonKetela Pohon dan JagungJagung 1- Jagung 2Tebu dan lagungTebu

9072100340450

0304590120

960980990l0101000

Pada Tabel 3. nampak bahwa koefisien kendala untuk pupuk urea untuk masing-masing aktivitas usahatani tanaman ketela pohon sebesar 90 kg, usahatani tanaman ketela pohon dengan jagung 72 kg,usahatani tanaman jagung sebesar 100kg, usahatani tanaman tebu dengan jagung 340 kg, dan usahatani tanaman tebu sebesar 450 kg, sedangkan koefisien kendala untuk pupuk TSP pada masing-masing aktivitas usahatani tanaman ketela pohon tidak diberi pupuk TSP, usahatani tanaman ketela pohon dengan jagurg 30 kg, usahatani tanaman jagung sebesar 45 kg, usahatani tanaman tebu dengan jagung 90 kg, dan usahatani tanaman tebu sebesar 120 kg. Koefisien kendala untuk pupuk organik pada masing-masing aktivitas usahatani tanaman ketela pohon sebesar 960 kg, usahatani tanaman ketela pohon dengan jagung 980 kg, usahatani tanaman jagung sebesar 990 kg, usahatani tanaman tebu dengan jagung 1010 kg, dan usahatani tanaman tebu sebesar 1000 kg.3.3.4. Koefisien Kendela Tenaga Kerja Usahatani

Page 11: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

Koefisien kendala tenaga kerja usahatani adalah jumlah waktu yang digunakan untuk rnengusahakan pada aktivitas usahatani tanaman tiap-tiap pola tanam yang ada pada penelitian tersebut. Satuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hari orang kerja (HOK). Nilai koefisien kendala untuk tenaga kerja usahatani dapat disajikan pada Tabel .4. tersebut dibawah ini. Tabe1.4. Jumlah Tanaga Kerja Usahatani yang Digunakan oleh Petani Contoh

Untuk Aktivitas Usahatani Tanaman Sebagai KendalaNo. Aktivitas Usahatani Jumlah Tenaga Kerja Yang

digunakan (HOK)12345

Ketela PohonKetela Pohon dan JagungJagung 1- Jagung 2Tebu dan lagungTebu

546677219214

Pada Tabel.4 nampak bahwa koefisien kendala untuk jumlah tenaga kerja usahatani tanaman untuk masing-masing pada aktivitas usahatani tanaman ketela pohon sebesar 54 HOK, usahatani tanaman ketela pohon dengan jagung 66 HOK, usahatani tanaman jagung sebesar 77 HOK, usahatani tanaman tebu dengan jagung 219 HOK, dan usahatani tanaman tebu sebesar 214 HOK.3.3.5. Koefisien Kendala Pemilikan Sapi Potong Rakyat

Koefisien kendala pemilikan sapi potong rakyat untuk aktivitas usahatani tanaman meliputi : (1) ketela pohon, (2) ketela pohon dengan jagung, (3) jagung 1 dan jagung 2, (4) tebu dengan jagung (5) tebu. Nlai koefisien kendala untuk pemilikan sapi potong rakyat dikonfersikan dalam pemilikan satu satuan ternak (ST) Hat ini mempunyai tujuan untuk homogenitas dalam analisis linier programming sehingga data yang diperoleh akan lebih homogen, sehingga nilai koefisien kendala untuk pemilikan sapi potong rakyat masing-masing sebesar satu satuan ternak (ST).3.3.6. Koefisien Kendala Pakan Ternak

Koefisien kendala pakan ternak adalah jumlah pakan yang diberikan untuk aktivitas usahatasi tanamaa tiap-tiap pola tanam yang ada pada penelitian tersebut. Satuan yang digunakan dalam penelitian ini untuk koefisien kendala pakan ternak dinyatakan dalam kiligrarn Nilai koefisien kendala untuk bibit tanaman dapat disajikan pada Tabel .5. tersebut dibawah ini.Tabel.5. Jumlah Pakan Ternak yang Diberikan oleh Petani Contoh Untuk Aktivitas

Usahatani Tanaman Sebagai KendalaNo. Aktivitas Usahatani Jumlah Pakan Ternak Yang

Digunakan12345

Ketela PohonKetela Pohon dan JagungJagung 1- Jagung 2Tebu dan lagungTebu

1265012604125241256912560

Pada Tabe1 5. nampak bahwa koefisien kendala untuk jumlah pakan ternak untuk pada aktivitas usahatani tanarnan ketela pohon sebesar 12650 kg, usahatani

Page 12: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

tanaman ketela pohon dengan jagung 12604 kg, usahatani tanaman jagung sebesar 12524 kg usahatani tanaman tebu dengan jagung 12569 kg, dan usahatani tanaman tebu sebesar 12560 kg.3.3.7. Koefisien Kendala Tenaga Kerja Usaha Ternak

Koefisien kendala tenaga kerja usaha ternak adalah jumlah waktu yang untuk meagusahakan pada aktivitas usahatani tanaman dan usaha sapi potong rakyat untuk tiap-tiap pola tanam yang ada pada penelitian tersebut. Satuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hari orang kerja (HOK). Nilai koefisien kendala untuk tenaga kerja usaha ternak dapat disajikan pada Tabel .6 tersebut dibawah ini.Tabel.6. Jumlah Tenaga Kerja Usaha Ternak yang Digunakan Oleh Petani Contoh

Untuk Aktivitas Usahatani Tanaman Sebagai KendalaNo. Aktivitas Usahatani Jumlah Tenaga Kerja Yang

digunakan (HOK)12345

Ketela PohonKetela Pohon dan JagungJagung 1- Jagung 2Tebu dan lagungTebu

10410610010298

Pada Tabel.6. nampak bahwa koefisien kendala untuk jumlah tenaga kerja usaha ternak untuk masing-masing pada aktivitas usahatani tanaman ketela pohon sebesar 104 HOK, usahatani tanaman ketela pohon dengan jagung 101 HOK usahatani tanaman jagung sebesar 100 HOK, usahatani tanaman tebu dengan jagung 102 HOK,dan usahatani tanaman tebu sebesar 98 HOK.3.4. Pola Aktivitas Optimal

Hasil analisis masalah alokasi sumber daya diantara lima aktivitas usahatani tanarnan dan usaha sapi potong rakyat di daerah lahan kering kecamatan Kalipare yang terdiri dari aktivitas usahatani tanaman ketela pohon dan usaha sapi potong rakyat, usahatani tanaman ketela pohon dengan jagung dan usaha sapi potong rakyat, usahatani tanaman jagung dan usaha sapi potong rakyat, usahatani tanaman tebu dengan jagung dan usaha sapi potong rakyat dan usahatani tanaman tebu dan usaha sapi potong rakyat.

Hasil analisis dengan memasuki penyelesaian akhir dengan komputer (lampiran 34) terhadap aktivitas lima (5) macam pola tanam yang ada seperti yang disajikan pada Tabel. 7 .Tabel. 7. Tingkat Aktivitas Pola Usahatani Tanaman dan Usaha Sapi Potong Rakyat

Optimal

No Aktivitas usahatani dan usaha sapipotong rakyat Nilai Aktivitas

KontribusiPendapatan

(Rp)1.2.3.4.5.

Usahatani ketela pohonUsahatani ketela pohon dengan jagungJagungUsahatani tebu dan jagungUsahatani tebu

000

1,0170,234

000

1.434.396312.149

Page 13: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

Pada Tabel 7. nampak bahwa aktivitas usahatani terpilih untuk usahatani tanaman tebu dengan jagung yang mempunyai nilai aktivitas 1,017 dan kontribusi pendapatan Rp 1.434.396,- sedangkan usahatani tanaman tebu, nilai aktivitas sebesar 0,230 dan kontribusi pendapatan Rp 312.149,-. Aktivitas usahatani tanaman ketela pohon, usahataai tanaman ketela pohon dengan jugung dan aktivitas usahatani tanaman jagung merupakan aktivitas yang tidak terpilih, karena hasil komputasi tahap akhir menunjukkan bahwa nilai aktivitas dari ketiga usahatani tanaman tersebut nilainya 0 sehingga kontribusi pendapatan juga nilainya 0. Dari hasil analisis pada Tabel. 7. tersebut di atas, maka pola optimal usahatani yang terpilih adalah.yanempunyai nilai pendapatan yang paling tinggi nilainya, sehingga dapat dipilih pada pola usahatani tanaman tebu dengan jagung. Karena pada pola tanam usahatani tanaman tersebut lebih besar dari pola tanam usahatani tanaman tebu.3.4.1. Alokasi Sumber Daya Secara Optimal

Kemantapan suatu rancangan dapat diketahui dengan merubah nilai sumber daya yang langka, tetapi dalam batas tertentu perubahan tersebut tidak mempengaruhi kemantapan rancangan. Kisaran dimana penrbahan sumber dayatersebut tidak mernpengaruhi rancangan, dapat dilihat dalam kisaran yang ada.Selain dari pada itu kelangkaan suatu sumber daya dalam pola perancangan linierprogramming dapat diketahui dari harga bayangan (shadow price) sumber daya tersebut. Harga bayangan adalah nilai produk marjinal atau nilai yang menunjukkan berapa besar pendapatan bersih akan berubah jika satu satuan sumber daya ditarnbahkan atau dikurangi (Agrawal dan Heady,1972). Sumber daya yang tersedia dari hasil penelitian ini terdiri dari sumber daya lahan, bibit tanaman, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk organik tenaga kerja usahatani, pemilikan sapi potong rakyat, pakan ternak dan tenaga kerja usaha ternak.3.4.2. Alokasi Sumber Daya Lahan Secara Optimal

Alokasi sumber daya lahan secara optimal hasil analisis linier programming dengan menggunakan komputer terhadap kegiatan usahatani tanaman tebu dengan jugung dan usahatani tanaman tebu dapat disarikan pada Tabel. 8. Tabel. 8. Alokasi Sumber Daya Secara OptimalNo. Jenis Sumber Daya Alokasi Sumber Daya

Tersedia Digunakan Sisa01. Sumber daya Lahan (Ha) 1,100 1,011 0,08902. Sumber Daya Bibit Tanaman (Rp) 54996 54993 2,05603. Sumber Daya Pupuk TSP (Kg) 1100 564 53604. Sumber Daya Pupuk Urea (Kg) 300 143 15705. Sumber Daya Pupuk Organik (Kg) - 1.010 +1,0106. Sumber Daya Tenaga Kerja Keluarga (HOK) 734 218 51607. Sumber Daya Pemilikan Sapi Potong (ST) 2,25 2,00 0,2508. Sumber Daya Pakan Sapi Potong (Kg) 72.775 72.775 009. Sumber Daya Tenaga Luar Keluarga (HOK) 115 115 0

Berdasarkan Tabel. 8. di atas nampak bahwa penggunaan sumber daya lahan yang tersedia untuk usahatani tanaman tebu dengan jagung sebesar 1,10 hektar ternyata penggunaan lahan pada pola optimal sebesar 1,011 hektar sehingga terdapat lahan yang

Page 14: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

tidak digunakan sebesar 0,089 hektar. Dari uraian tersebut karena lahan usahatani tanaman tebu dengan jagung masih terdapat sisa penggunaan lahan pertanian maka langkah yang harus ditempuh oleh petani adalah perlu penambahan jumlah tanaman pada lahan yang tersedia atau jarak tanam tersebut perlu di sempitkan lagi agar lahan yang digunakan dalam usahatani tanaman tersebut akan optimal dalam penggunaannya.

Berdasarkan Tabel 8. di atas nampak bahwa penggunaan sumber daya bibit tanaman yang tersedia untuk usahatani tanaman tebu dengan jagung sebesar Rp 54.996,- ternyata pengguhaan bibit tanaman pada pola optimal sebesar Rp 54.993,- sehingga terdapat nilai bibit tanaman yang tidak digunakan sebesar Rp 2,056,-.

Penggunaan strmber daya pupuk urea yang tersedia uutuk keseluruhan sebesar 1100 Kg sedangkan yang digunakan sebesar 564 kg sehingga sisa yang ada sebesar 536 kg. Penggunaan sumber daya pupuk urea untuk usahatani tanaman tebu dengan jagurg sebesar 385 Kg ternyata penggunaan pupuk urea pada pola optimal sebesar 203 Kg, sehingga terdapat pupuk urea yang tidak digunakan sebesar 182 Kg. Penggunaan sumber daya pupuk TSP yang tersedia untuk keseluruhan sebesar 300 Kg sedangkan yang digunakan sebesar 143 kg sehingga sisa yang ada sebesar 157 kg. Penggunaan sumber daya pupuk TSP untuk usahatani tanaman tebu dengan jagung sebesar 90 Kg ternyata penggunaan pupuk TSP pada pola optimal sebesar 67 Kg, sehingga terdapat pupuk urea yang tidak digunakan sebesar 23 Kg. Penggunaan sumber daya pupuk organik yang tersedia untuk usahatani tanaman tebu dengan jagung keseluruhan sebesar sampai tak terhingga sedangkan yang digunakan sebesar 1010 kg, tetapi sisa yang ada nilainya positip yaitu sebesar 1,01 kg.

Berdasarkan Tabel.8. di atas nampak bahwa penggunaan sumber daya tenaga kerja usahatani yang tersedia untuk usahatani tanaman tebu dengan jagung sebesar 250 HOK ternyata penggunaan tenaga kerja usahatani pada pola optimal sebesar 232 HOK, sehingga terdapat nilai sisa tenaga kerja usahatani yang tidak digunakan sebesar 18 HOK.

Berdasarkan Tabel. 8. di atas nampak bahwa penggunaan sumber daya pemilikan sapi potong rakyat usahatani yang tersedia untuk usahatani tanaman tebu dengan jagung sebesar 2,25 ST ternyata pemilikan sapi potong rakyat pada pola optimal sebesar 2,00 HOK, sehingga terdapat nilai sisa pemilikan sapi potong rakyat yang tidak digunakan sebesar 0,25 ST.

Hasil analisis menunjukkan bahwa alokasi sumber daya pakan sapi potong rakyat yang tersedia untuk usahatani tanaman tebu dengan jagurg sebesar 12275 kg dan yang digunakan sebesar 72775 kg, sehingga tidak ada sisa yang berarti peubah slack (slack variabel) adalah nilainya nol. Hal ini berarti bahwa penggunaan pakan sapi potong rakyat sebesar 12775 kg dipergunakan sepenuhnya dalam aktivitas tersebut, maka dari pada itu dalam masalah pakan ini merupakan sumber daya yang bersifat langka.

Alokasi sumber daya tenaga kerja luar keluarga yang tersedia untuk usahatani tanaman tebu dengan jagung sebesar 115 HOK dan yang sebesar 115 HOK sehingga tidak ada sisa yang berarti peubah slack (slack variabel) adalah nilainya nol. Hasil analisis tersebut di atas tenaga kerja sapi potong rakyat habis terpakai, maka aktivitas

Page 15: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

pembatas pakan sapi potong rakyat harga bayangan (Shadow Price) sebesar Rp 13.936,- yang artinya bahwa apabila ketersediaan pakan sapi potong rakyat sebesar satu satuan unit maka keadaan ini akan dapat menurunkan pendapatan sebesar Rp 16.936,-.

Hasil analisis linier programming menggunakan komputer untuk aktivitas usahatani tanaman dan usaha sapi potong rakyat dapat disajikan pada Tabel. 88. tersebut di bawah ini.Tabel. 9. Tingkat Aktivitas Pola Usahatani Tanaman dan Usaha Sapi Potong Rakyat

OptimalNo.

Aktifitas Optimal SatuanAktivitas

TingkatAktivitas

1

2345678910

Luas lahan Pola Tanam Tebu dengan JagungNilai Bibit TanamanPupuk UreaPupuk TSPPupuk OrganikTenaga Kerja UsahataniPemilikan Sapi Potong RakyatPakan TernakTenaga Kerja UsahataniPendapatan Maksimum

Hektar

RupiahKilogramKilogramKilogram

HOKST

KilogramHOK

Rupiah

1,011

5499320367

10112182,00

12775106

1.434.396

Hasil analisis akhir dengan linier programming, maka pola tanam terpilih adalah usahatani tanaman tebu dengan jagpng dan usaha sapi potong rakyat dengan pendapatan maksimum sebesar Rp 1.434.396,-. Untuk mendapatkan tersebut diperlukan sumber daya antara lain lahan 1,01 hektar, nilai bibit pakan Rp 54.993,- pupuk urea 203 kg pupuk TSP 67 kg, pupuk organik 1011 kg, tenaga kerja usahatan 218 HOK, pemilikan sapi potong 2,00 ST, pakan ternak 12775 kg dan tenaga kerja usaha ternak 106 HOK.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN4.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian dan pengkajian lebih lanjut dapam kaitan keseluruhan, maka dapat dibuat suatu kesimpulan adalah hasil analisis akhir dengan linier programming dari lima macam pola tanam yang ada di daerah kecamatan Kalipare, maka pola tanam terpilih adalah usahatani tanaman tebu dengan jagung dan usaha sapi potorg rakyat dengan pendapatan maksimum sebesar Rp 1.434.396,-. Untuk mendapatkan keuntungan tersebut diperlukan sumber daya antara lain lahan 1,01 hektar, nilai bibit pakan Rp 54.993,- pupuk urea 203 kg, pupuk TSP 67 kg, pupuk organik 1011 kg, tenaga kerja usahatani 218 HOK, pemilikan sapi potong 2,00 ST, pakan ternak 12775 kg dan tenaga kerja usaha ternak 106 HOK.4.2. Saran

Page 16: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal 2.docx · Web viewUsahatani tanaman yang dilakukan petani di daerah lahan kering hampir seluruhnya dilakukan oleh petani-petani

Dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas usahataninya, maka petani perlu dimulai dengan konsep usahatani secara integrasi yarg berkesinambungan dari mulai penyiapan sarana produksi sampai ke pasca produksi atau yang dikenal dengan model Agrobisnis walaupun sifatnya sederhana.

DAFTAR PUSTAKA