bloookk 29
TRANSCRIPT
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel
Ceicilia Vicky Virlindasari
C8 / 102009058
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
Email : [email protected]
2012
PENDAHULUAN
Sinkop merupakan salah satu penyebab penurunan kesadaran yang banyak ditemukan di Unit
Gawat Darurat (UGD). Sinkop adalah kehilangan kesadaran sementara dengan awitan akut
yang diikuti dengan jatuh, dan dengan pemulihan spontan dan sempurna tanpa intervensi.
Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua. Akibat kelainan jantung (cardiac
sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini sangat penting, karena
berhubungan dengan tingkat risiko kematian.
Penyebab sinkop dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu vascular-cardiac,
neurologi, sinkop refleks, sinkop metabolik dan sinkop lain-lain. Sinkop vascular-cardiac
salah satunya penyebabnya aritmia (bradiaritmia ataupun takiaritmia). Pada takiaritmia
contohnya adalah takikardi ventrikel disebabkan oleh hambatan para aliran darah di pompa
ke jantung. Pemeriksaan yang dibutuhkan pada takikardi ventrikel adalah Ekokardiogram
(EKG). Penatalaksanaan takikardi ventrikel dibagi atas dua takikardi ventrikel nadi teraba
dan takikardi ventrikel nadi tidak terapi. Pada takikardi ventrikel memiliki prognosis yang
buruk karena bila tidak ditangan dengan cepat dan tepat dapat mengakibatkan kematian.
ANAMNESIS
Pada pasien sinkop kehilangan kesadaran terjadi akibatnya berkurangnya perfusi darah
diotak. Penting diketahui riwayat kejadian disaat-saat sebelum terjadinya sinkop tersebut
untuk menentukan penyebab sinkop serta menyingkirkan diagnosis banding yang ada.1
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 1
Dari anamnesis harus ditanyakan riwayat pasien secara teliti sehingga dari riwayat tersebut
dapat mengambarkan kemungkinan penyebab sinkop atau dapat sebagai petunjuk untuk
strategi evaluasi pada pasien. Gambaran klinis yang muncul pada setiap pasien sangat penting
untuk diketahui terutama faktor-faktor yang dapat merupakan predisposisi terjadinya sinkop
beserta akibatnya.
Hal-hal penting yang ditanyakan pada saat anamnesis adalah sebagai berikut :
Pertanyaan seputar keadaan saat sebelum serangan.
Pasien (duduk, terlentang atau berdiri)
Aktivitas (istirahat, perobahan posisi, sedang/habis melakukan latihan fisik, sedang atau
sesaat setelah berkemih, buang air besar, batuk atau menelan).
Faktor-faktor predisposisi (misalnya tempat ramai atau panas, berdiri dalam waktu
lama, saat setelah makan) dan faktor yang memberatkan (misalnya ketakutan, nyeri
hebat, pergerakan leher)
Pertanyaan mengenai saat terjadinya serangan.
Mual, muntah, rasa tidak enak diperut, rasa dingin, berkeringat, nyeri pada leher atau
bahu, penglihatan kabur.
Pertanyaan mengenai serangan yang terjadi (saksi mata)
Bagaimana cara seseorang tersebut jatuh (merosot atau berlutut), warna kulit (pucat,
sianosis, kemerahan), lamanya hilangnya kesadaran, jenis pernafasan (mengorok),
pergerakan (tonik, klonik, tonik-klonik), lama kejadiannya, jarak antara timbulnya
pergerakan tersebut dengan kejadian jatuh, lidah tergigit)
Pertanyaan mengenai latar belakang
Riwayat keluarga dengan kematian mendadak, penyakit jantung aritmogenik kongenital
atau pingsan.
Riwayat penyakit jantung sebelumnya.
Riwayat kelainan neurologis (parkinsonisme, epilepsi, narkolepsi)
Gangguan metabolik (misalnya diabetes melitus)
Obat-obatan (anti hipertensi, anti depresan, antiaritmia, diuretika dan obat-obatan yang
dapat membuat QT memanjang)
Bila terjadi sinkop berulang, keterangan mengenai berulangnya sinkop misalnya waktu
dari saat episode sinkop pertama dan jumlah rekurensi yang terjadi.1
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 2
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran
Status kesadaran pasien di nilai secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, di bagi
menjadi :1
Komposmentis (sadar)
Apatis (acuh tak acuh)
Somnolen (penderita di rangsang/dipanggil/disentuh baru bangun)
Sopor (dengan rangsang nyeri yang hebat baru penderitanya bangun)
Koma (segala rangsangan tidak berespon)
Tingkat-tingkat kesadaran :Komposmentis ApatisSomnolenSopor Koma
Derajat berat ringannya dapat diukur dengan Glasgow Coma Scale (GCS) dengan
menjumlahkan:E + M + V = (score: 3 – 15 )
Glasgow Coma Scale (GCS) pada dewasa
Eye (respon membuka mata)
(4) : spontan membuka mata
(3) : membuka mata dengan perintah (suara, sentuhan)
(2) : membuka mata dengan rangsang nyeri
(1) : tidak membuka mata dengan rangsang apa pun
Verbal (respon verbal)
(5) : berorientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau, disorientasi tempat dan waktu
(3) : bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat
(2) : bisa mengeluarkan suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak bersuara
Motor (respon motorik)
(6) : mengikuti perintah
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 3
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar/menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : menjauhi rangsang nyeri
(2) : extensi spontan
(1) : tidak ada gerakan
Keterangan
Ringan : 13 – 15 poin
Moderate : 9-12 poin
Berat : 3-8 poin
Koma : < 8 poin
2. Tanda-tanda vital
Nadi
Pemeriksaan tepat menekan arteri radialis. Kontraksi ventrikel kiri yang memompakan
darah ke pangkal aorta menghasilkan gelombang pulsa tekanan (pressure pulse wave)
yang disalurkan ke sistem arteri. Denyut nadi adalah gelombang denyutan akibat adanya
gelombang pulsa tekanan yang diteruksan ke perifer dan selanjutnya disebut nadi atau
gelombang nadi.
Nilai normal : 60 – 100 kali/ menit. Jika denyut nadi meningkat >100 x/menit disebut
takikardi dan jika di bawah dari 60x/menit di sebut bradikardi
Tekanan darah
Diperiksa pada lengan atas kiri/kanan. Tekanan darah yang diukur adalah tekanan pada
dinding arteri. Tekanan ini sebanding dengan tekanan aliran darah intra arterial yang
berasal dari tekanan aliran dari ventrikel kiri. Pengukuran tekanan darah adalah secara
indirek dengan sfigmomanometer pada arteri brakial dalam sikap berbaring tenang
(keadaan basal).
Nilai normal bergantung pada faktor umur, jenis kelamin. Untuk orang dewasa dengan
umur kurang lebih 40 tahun mempunyai nilai normal rata–rata :Tekanan sistolik: 110 –
140 mmHg dan Tekanan diastolik: 80 – 90 mmHg. Bila ditemukan tensi turun nadi cepat
dan kecil di sebut syok. Tensi naik nadi turun berarti ada peningggian TIK (tanda-tanda
peninggian TIK yaitu muntah proyektil, sakit kepala penurunan kesadaran, bradikardi).
Dikatakan hipertensi bila tekanan sistolik diatas sama dengan 160 mmHg dan diastolik
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 4
diatas sama dengan 95 mmHg. Sedangkan hipotensi bila tekanan sistolik kurang dari
sama dengan 100 mmHg dan diastolik kurang dari sama dengan 70 mmHg.
Frekuensi nafas
Frekuensi nafas berapa kali per menit dan apakah teratur atau tidak. Normophnea adalah
pernafasan normal fisiologis tanpa ada rasa hambatan subyektif. Dispnea adalah keadaan
gangguan pernafasan yang dirasakan berat disertai tanda – tanda obyektif antara lain
pernafasan cuping hidung, ikut aktifnya otot pernafasan pembantu, frekuensi dan
amplitudo pernafasan meningkat, tidal volume bertambah dan lain – lain.
Suhu
Kalori dalam suhu badan merupakan hasil metabolisme sel – sel jaringan tubuh. Kalori
suhu badan diatur melalui pusat termoregulator di susunan saraf pusat autonom. Aliran
darah melalui sistem kardiovaskular berperan untuk mendistribusikan panas ke seluruh
tubuh. Pada gangguan fungsi kardiovaskular, distribusi darah dan perfusi jaringan
mengalami gangguan sehingga tingkat metabolisme jaringan menurun, dan ini
mengakibatkan suhu badan juga ikut cenderung menjadi rendah. Pada penyakit infeksi,
melalui mekanisme kontrol pusat autonom terjadi kenaikan suhu badan disertai
takikardia.1
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan kepala dan leher harus memerhatikan abnormalitas atau dyssynchrony pada
pulsasi vena jugularis. Dibandingkan dengan pulsasi karotis atau auskultasi irama jantung
dan penemuan hipertiroidism seperti pembesaran tiroid dan eksopthalmus.
Inspeksi pada konjungtiva, palmar dan mukosa bukal untuk memastikan sama ada pucat
atau tidak.
Auskultasi jantung dilakukan untuk memastikan frekuensinya dan regularitas irama
jantung. Selain itu, harus mengenali secara pasti jika ada murmur atau bunyi jantung
ekstra yang mungkin mengindikasikan penyakit jantung structural maupun penyakit
valvular.2
4. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologik dilakukan untuk mengenal pasti ada atau tidaknya resting tremor
atau brisk reflexes (menunjukan stimulasi simpatis yang berlebihan). Jika adanya
penemuan neurologik yang abnormal biasanya lebih mengarah pada kejang daripada
kelainan jantung jika sinkop merupakan salah satu gejalanya.
5. Pemeriksaan jantung
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 5
Pemeriksaan jantung yang menyeluruh dan lengkap dapat memberikan gambaran
mengenai etiologi sinkop.
Penemuan klinis penting yang boleh dikaitkan dengan kejadian palpitasi :
Rasa kepala ringan atau sinkop
Nyeri dada (angina)
Onset baru irama jantung yang tidak regular
Frekuensi jantung melebihi 120 kali/menit atau kurang 45 kali/menit pada waktu
istirahat.
Penyakit jantung yang signifikan.
Riwayat keluarga dengan kematian yang mendadak.1
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG: menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.1
Gambar 1. EKG irama sinus normal
Gambar 2. EKG irama sinus normal
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 6
Kriteria Irama sinus normal:
Irama : interval P-P teratur, interval R-R teratur.
Frekuensi : 60–100 kali/menit
Gelombang P : normal, setiap P selalu diikuti gelombang QRS, T
Interval PR : normal (0,12– 0,20 detik)
Kompleks QRS : normal (0,06–0,10 detik).
Gelombang P tidak ada atau tidak berhubungan dengan kompleks QRS; kompleks QRS
memiliki bermacam-macam bentuk dan seringkali sangat lebar. Bisa sulit membedakan
takikardia supraventrikel aberans. Diagnosis takikardia ventrikel didukung dengan adanya
kelainan jantung yang telah diketahui (penyakit jantung iskemik atau kardiomiopati).
Takikardia supraventrikel biasanya menghilang setelah diberi adenosine intravena 3 mg,
sedangkan takikardia ventrikel tidak menghilang.
Gambar 3.EKG pada Ventrikel takikardi (VT) 3
Gambar 4. EKG pada VT 3
Kriteria:
Irama : Ventrikel Takikardi,
Heart Rate : > 100 kali/menit (250-300 kali/menit)
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 7
Gelombang P : tidak terlihat Interval
PR : tidak terukur Gelombang
QRS : lebar > 0,12 detik
Kompleks QRS lebar dengan bentuk yang abnormal. Dugaan VT harus selalu ada bila pasien
memiliki riwayat penyakit jantung ( terutama riwayat MI baik baru maupun lama) dengan
manifestasi takikardia regular dan kompleks QRS lebar.
2. Monitor Holter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia
disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan
untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto thorax
Rontgen thorax membantu untuk menilai kongesti paru. Foto polos dada akan terlihat
kardiomegali dan tanda kongesti paru atau odema paru pada gagal ventrikel kiri yang
berat. Bila terjadi kompikasi defek septal ventrikel atau regurgitasi akibat infark miokard
akut, maka akan tampak gambaran kongesti paru yang tidak disertai kardiomegali.
4. Elektrolit
Kadar elektrolit yaitu serum kalsium, magnesium dan fosfat. Kadar ion kalsium lebih
dipilih dibanding kadar kalsium total. Diperkirakan akan terjadi hipokalemia,
hipomagnesia dan hipocalcemia. Hipokalemia adalah pemicu VT umum dan umumnya
terjadi pada pasien yang memakai diuretik.
5. Pemeriksaan obat
Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat
contoh digitalis, quinidin.
6. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat menyebabkan/meningkatkan
disritmia. 2
DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan keadaan pasien: sopor-koma, TD 60/palpasi, nadi teraba lemah, dengan
gambaran EKG yang khas. Selain itu, pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan
hipertensi. Pasien didiagnosa sedang menderita Syok Kardiogenik e.c Takikardi Ventrikel.
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 8
Definisi
Syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang mengakibatkan perfusi jaringan tidak
cukup untuk mendistribusi bahan-bahan makanan dan pengambilan sisa-sisa metabolisme.
Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan oleh tidak adekuatnya perfusi jaringan akibat
dari kerusakan fungsi ventrikel kiri. 4
Dari segi hemodinamik syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang
mengakibatkan hal-hal berikut :
Tekanan arterial sistole < 90 mmHg (hipotensi absolut) atau paling tidak 60 mmHg di
bawah tekanan basal (hipotensi relatif)
Gangguan aliran darah ke organ-organ penting (kesadaran menurun, vasokonstriksi
perifer, oliguria (urine < 30 ml/jam) )
Tidak adanya gangguan preload atau proses non-miokardial sebagai etiologi syok
(aritmia, asidosis atau depresan jantung secara farmakologik maupun fisiologik)
Adanya gangguan miokardial primer secara klinik dan laboratorik
Jelas di sini ada 2 komponen penting dalam syok kardiogenik, yaitu :
Hipotensi : akibat memburuknya fungsi pompa jantung
Gangguan perfusi jaringan sebagai konsekuensi hipotensi.
Etiologi
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi jantung
atau akibat penurunan fungsi kontraktil jantung kronik. Secara praktis syok kardiogenik
timbul karena gangguan mekanik atau miopatik, bukan akibat gangguan elektrik primer.
Etiologi syok kardiogenik adalah :
Infark miokard akut dengan segala komplikasinya
Miokarditis akut
Tamponade jantung akut
Endokarditis infektif
Trauma jantung
Ruptur korda tendinea spontan
Kardiomiopati tingkat akhir
Stenosis valvular berat
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 9
Regurgitasi valvular akut
Miksoma atrium kiri
Komplikasi bedah jantung
Faktor predisposisi
Dari berbagai penelitian dilaporkan adanya faktor-faktor predisposisi timbulnya syok
kardiogenik yaitu :
Umur yang relatif lebih tua pada syok kardiogenik : umumnya lebih dari 60 tahun
Telah terjadi payah jantung sebelumnya.
Adanya infark lama dan baru
Lokasi pada dinding anterior lebih sering menimbulkan syok
IMA yang meluas secara progresif.
Komplikasi mekanik IMA : septum sobek, insufisiensi mitral, disenergi ventrikel
Gangguan irama dan nyeri hebat
Faktor ekstramiokardial : obat-obatan penyebab hipotensi atau hipovolemia
Patofisiologi
Skema 1. Patofisiologi syok kardiogenik
Syok kardiogenik dapat dipandang sebagai bentuk yang berat dari kegagalan ventrikel kiri.
Peristiwa patofisiologik dan respon kompensatoriknya sesuai dengan gagal jantung, tetapi
telah berkembang ke bentuk yang lebih berat. Penurunan kontraktilitas jantung mengurangi
curah jantung dan meningkatkan volume dan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, hingga
mengakibatkan kongesti paru-paru dan edema.
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 10
Depresi kontraktilitas miokard
Penurunan COP
Insufisiensi koroner
Penurunan tekanan darah
Dengan menurunnya tekanan arteria, maka terjadi perangsangan terhadap baroreseptor pada
aorta dan sinus karotikus. Perangsangan simpatoadrenal menimbulkan refleks vasokonstriksi,
takikardia, dan meningkatkan kontraktilitas untuk menambah curah jantung dan menstabilkan
tekanan darah. Kontraktilitas akan terus meningkat sesuai dengan hukum Starling melalui
retensi natrium dan air. Jadi, menurunnya kontraktilitas pada syok kardiogenik akan memulai
respon kompensatorik, yang meningkatkan beban akhir dan beban awal. Meskipun
mekanisme protektif ini pada mulanya akan meningkatkan tekanan arteria darah dan perfusi
jaringan, namun efeknya terhadap miokardium justru buruk karena meningkatkan beban kerja
jantung dan kebutuhan miokardium akan oksigen. Karena aliran darah koroner tidak
memadai, terbukti dengan adanya infark, maka ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen terhadap miokardium semakin meningkat. Gangguan miokardium juga terjadi
akibat iskemia dan nekrosis fokal, yang akan memperberat lingkaran setan dari kerusakan
miokardium. Dengan bertambah buruknya kinerja ventrikel kiri, keadaan syok berkembang
dengan cepat sampai akhirnya terjadi gangguan sirkulasi hebat yang mengganggu sistem
organ-organ penting.
Beberapa organ terserang lebih cepat dan berat daripada yang lain. Seperti telah diketahui,
miokardium akan menderita kerusakan yang paling dini pada keadaan syok. Selain dari
bertambahnya kerja miokardium dan kebutuhannya terhadap oksigen, beberapa perubahan
lain juga terjadi. Karena metabolisme anaerobik dimulai pada keadaan syok, maka
miokardium tidak dapat mempertahankan cadangan fosfat berenergi tinggi (adenosin
trifosfat) dalam kadar normal, dan kontraktilitas ventrikel akan makin terganggu. Hipoksia
dan asidosis menghambat pembentukan energi dan mendorong terjadinya kerusakan lebih
lanjut dari sel-sel miokardium. Kedua faktor ini juga menggeser kurva fungsi ventrikel ke
bawah dan ke kanan yang akan semakin menekan kontraktilitas.4
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 11
Gambar 5. Patofifiologi syok kardiogenik 5
Manisfestasi klinis
Timbulnya kardiogenik syok dalam hubungannya dengan IMA dapat dikategorikan dalam :
Timbulnya tiba-tiba dalam waktu 4 – 6 jam setelah infark akibat gangguan miokard
masif atau ruptur dinding bebas ventrikel kiri
Timbulnya secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infark berulang
Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark disertai timbulnya bising mitral
sistolik, ruptur septum atau disosiasi elektromekanik. Episode ini dapat disertai atau
tanpa nyeri dada, tetapi sering disertai dengan sesak nafas akut
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 12
Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya di daerah substernal, rasa seperti di tekan, diperas,
seperti diikat, rasa dicekik dan disertai rasa takut. Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang,
lengan dan punggung. Nyeri biasanya hebat, berlangsung lebih dari ½ jam, tidak
menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik yang berasal dari penyakit jantung
lainnya, keluhan sesuai dengan penyakit dasarnya.5
Takikardi ventrikular
Definisi
Takikardi ventrikel (Ventricular tachycardia / VT) adalah ekstrasistol ventrikel yang timbul
berturut-turut 4 kali atau lebih. Kelainan irama ini berbahaya dan membutuhkan pengobatan
segera. Takikardia ventrikel mudah berkembang menjadi fibrilasi ventrikel dan dapat
menyebabkan henti jantung (cardiac arrest ). Takikardi ventrikel umumnya menunjukkan
adanya penyakit jantung yang berat. Diagnosis takikardi ventrikel ditegakkan bila ditemukan
takikardi dengan kecepatan150-210 per menit, umumnya teratur tapi kadang-kadang sedikit
tak teratur. Biasanya timbul tiba-tiba dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Penekanan bola
mata atau penekanan pada arteri karotis tidak ada efek apa-apa. Intensitas bunyi jantung
kadang-kadang berubah-ubah karena adanya disosiasi AV. EKG menunjukkan kompleks
QRS lebar, bizarre seperti ekstrasistol ventrikel yang timbul berturut-turut dan terus menerus
dengan kecepatan lebih dari 150 per menit.6
Manifestasi Klinis
Berdasarkan hemodinamik, manifestasi dibagi menjadi :
Hemodinamik stabil
Pasien bisa saja asimptomatik tetapi lebih sering terjadi dengan sensasi palpitasi
bersamaan dengan dyspnea atau tidak nyaman pada dada. Stabilasi atau toleransi dari VT
tergantung dari derajat takikardi, adanya konduksi retrograde, fungsi ventrikel dan
integritas mekanisme kompensasi.
Hemodinamik tidak stabil
Hal ini mengkonotasikan bahwa takikardia berhubungan dengan hipotensi dan perfusi
jaringan yang buruk sehingga berpotensi menuju henti jantung atau syok apabila tidak
ditangani dengan baik.
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 13
Gejala utama dari ventrikel takikardia antara lain:
Gejala-gejala utama dari VT adalah palpitasi, ringan, dan sinkop dari perfusi serebral
berkurang. Nyeri dada mungkin karena iskemia atau irama itu sendiri. kecemasan
sering hadir. Syncope lebih sering terjadi pada penyakit jantung struktural.
Beberapa pasien menggambarkan sensasi kepenuhan leher, yang mungkin berkaitan
dengan peningkatan tekanan vena sentral dan bruit. Adanya bruit berhubungan dengan
kontraksi atrium kanan terhadap sebuah katup trikuspid tertutup.
Dyspnea mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan vena pulmonal dan kontraksi
atrium sesekali kiri terhadap katup mitral tertutup.
Klasifikasi VT
1. Takikardi Ventrikel Monomorfik : Setiap kompleks QRS tampak serupa dengan
kompleks sebelumnya. Sering terlihat pada infark yang sudah sembuh, jaringan parut
miokardium dapat mencetuskan terjadinya takikardia ventrikular re-entri.
Gambar 6. Takikardi ventrikel monomorfik 3
2. Takikardia Ventrikel Polimorfik : gambaran kompleks QRS berubah-ubah dari denyut
kedenyut. Sering ditemui pada iskemia koroner akut atau infark. Apabila orientasi
kompleks QRS berubah ia dikenali sebagai torsade de pointes.
Gambar 7. Takikardi ventrikel polimorfik 3
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 14
3. Takikardia Ventrikel Sustained dan Non-sustained : takikardia sustained ialah siri
daripada impuls ventrikular yang berkelanjutan melebihi atau sama dengan 100 kali
denyut per menit untuk jangka waktu melebihi dari 30 detik atau menghasilkan instabilitas
hemodinamik pada waktu kurang dari 30 detik. Manakala takikardia Non-sustained ialah
siri daripada impuls ventrikular terjadi dan berhenti spontan dalam tempo 6 hingga 30
detik.
Gambar 8. Sustained takikardia
Gambar 9. Non-sustained takikardia
4. Takikardia Ventrikel Idiopatik : biasanya terjadi pada pasien yang tidak mempunyai
kelainan jantung yang structural. Dua gejala entity utama ialah VT monomorfik yang
repetittif dan right ventricles outflow tract (RMVT) dan idiopatik left VT (fascicular VT
atau verapamil-sensitive VT). Perbedaan VT jenis ini dengan VT yang berasosiasi dengan
kelainan structural ialah golongan ini berespon baik terhadap terapi obatan dan
prognosisnya lebih baik.
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 15
DIAGNOSIS BANDING
1. Fibrilasi ventrikel
Merupakan aritmia yang paling ditakuti oleh karena menyebabkan kematian mendadak.
Rekaman EKG menunjukkan gambaran sentakan-sentakan mendadak dan tidak teratur.
Tidak ada kompleks QRS sejati. Pada fibrilasi ventrikular, jantung tidak menghasilkan
curah jantung, sehingga resusitasi jantung paru serta defibrilasi harus segera dilakukan.
Gambar 10: EKG pada fibrilasi ventrikel 3
Berbagai faktor yang boleh menurunkan ambang fibrilasi ventrikel. Antaranya ialah
abnormalitas elektrolit, medikasi proaritmik, perubahan keseimbangan jalur simpatik dan
parasimpatik (terutamanya peningkatan katekolamin), hipotermia atau hipertermia, penyakit
listrik primer (sindrom pemanjangan QT, sindrom Brugada,takikardia ventrikular polimorfik)
dan hipoksia/iskemik.7
Anamnesis
Kelainan ini biasanya didahului oleh aritmia ventrikel. Oleh itu, identifikasi aritmia
simptomatik dan gejala berhubungan dengan eksersise amat membantu dalam mencegah
fibrilasi ventrikular.
Gejala yang biasanya dialami oleh pasien ektopi ventrikel ialah pusing, palpitasi, nyeri
dada dan sinkop.
Obat yang diambil yang boleh meningkatkan resiko ektopi ventrikel.Contohnya kokain.
Pengaruh genetik juga harus dititik beratkan. Contohnya pada pasien dengan sindrom
pemanjangan QT, Sindrom Brugada. Riwayat keluarga harus dieksplorasi mengenai
sinkop, aritmia, kematian mendadak terutama pada anak muda.
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 16
Pemeriksaan Fisik
Difokuskan untuk mendeteksi penyakit dengan kelainan struktural jantung karena pasien ini
boleh meningkatkan resiko aritmia ventrikular yang malignant. Kenal pasti gejala seperti
gagal jantung kongestif, curah jantung yang berkurang, miokarditis, bunyi jantung yang
abnormal, atau deposit kolesterol boleh mengindikasikan keadaan yang menyebabkan aritmia
ventrikel.7
Fibrilasi Atrium (Atrial fibrillation/AF)
Definisi
Adanya irregularitas kompleks QRS dan gambaran gelombang “f” dengan frekuensi antara
350-650 permenit.
Fibrilasi atrium dapat timbul dari fokus ektopik ganda atau daerah reentri multiple. Aktivitas
atrium sangat cepat, namun setiap rangsangan listrik itu hanya mampu mendepolarisasi
sangat sedikit miokardium atrium, sehingga sebenarnya tidak ada kontraksi atrium secara
menyeluruh. Karena tidak ada depolarisasi uniform, tidak terbentuk gambaran gelombang P,
melainkan defleksi yang disebut gelombang “f” yang bentuk dan iramanya sangat tidak
teratur. Hantaran melalui nodus AV berlangsung sangat acak dan sebagian tidak dapat
melalui nodus AV sehingga irama QRS tidak teratur. 8
AF dapat simptomatik dapat pula asimptomatik. Gejala-gejala AF sangat bervariasi
tergantung dari kecepatan laju irama ventrikel, lamanya AF, penyakti yang mendasarinya.
Sebagian mengeluh berdebar-debar, sakit dada terutama saat beraktivitas, sesak npas, cepat
lelah, sinkop atau gejala tromboemboli. AF dapat mencetuskan gejala iskemik pada AF
dengan dasar penyakit jantung koroner. Fungsi kontraksi atrial yang sangat berkurang pada
AF akan menurunkan curah jantung dan dapat menyebabkan terjadi gagal jantung kongestif
pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri.9
Evaluasi klinik pada pasien AF meliputi :
Anamnesis :
Dapat diketahui tipe AF dengan mengetahui lamanya timbulnya ( episode pertama,
paroksismal, persisten, permanen )
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 17
Menentukan beratnya gejala yang menyertai : berdebar-debar, lemah, sesak nafas
terutama saat beraktivitas, pusing, gejala yang menunjukkan adanya iskemia atau gagal
jantung kongestif
Penyakit jantung yang mendasari, penyebab lain dari AF misalnya hipertiroid.10
Pemeriksaan Fisik :
Tanda vital : denyut nadi berupa kecepatan dengan regularitasnya, tekanan darah
Tekanan vena jugularis
Ronki pada paru menunjukkan kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif
Irama gallop S3 pada auskultasi jantung menunjukan kemungkinan terdapat gagal
jantung kongestif, terdapat bising pada auskultasi kemungkinan adanya penyakit katup
jantung
Hepatomegali : kemungkinan terdapat gagal jantung kanan
Edema perifer : kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : hematokrit ( anemia ), TSH ( penyakit gondok ), enzim jantung bila
dicurigai terdapat iskemia jantung.
Pemeriksaan EKG : dapat diketahui antara lain irama ( verifikasi AF ), hipertrofi
ventrikel kiri. Pre-eksitasi ventrikel kiri, sindroma pre-eksitasi ( sindroma WPW ),
identifikasi adanya iskemia.
Foto Rontgen Toraks : Gambaran emboli paru, pneumonia, PPOK, kor pulmonal.
Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup, ukuran dari atrium dan
ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow dan TEE
( Trans Esophago Echocardiography ) untuk melihat trombus di atrium kiri.
Pemeriksaan Fungsi Tiroid. Tirotoksikosis. Pada AF episode pertama bila laju irama
ventrikel sulit dikontrol.
Uji latih : identifikasi iskemia jantung, menentukan adekuasi dari kontrol laju irama
jantung.
Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan adalah holter monitoring studi
elektrofisiolagi. 10
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 18
Gambar 11. EKG pada atrial fibrilasi
ETIOLOGI
Kegiatan sebelum sinkop dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab gejala. Sinkop
dapat terjadi pada saat istirahat, dengan perubahan postur, pada tenaga, setelah latihan, atau
dengan situasi tertentu seperti batuk, atau berdiri lama. Sinkop terjadi dalam waktu 2 menit
berdiri menunjukkan hipotensi ortostatik.
Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua. Akibat kelainan jantung (cardiac
sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini sangat penting, karena
berhubungan dengan tingkat risiko kematian. Penyebab sinkop dapat diklasifikasikan dalam
lima kelompok yaitu vascular-cardiac, neurologi, sinkop refleks, sinkop metabolik dan sinkop
lain-lain.11
Vascular-cardiac
a) Sinkop Vasodepressor.
Merupakan penyebab yang paling lazim cenerung bersifat familial. Sinkop vasodepressor
terjadi jika individu yang rentan berhadapan dengan situasi yang membuat stress. Gejala
prodromal: kegelisahan, pucat, kelemahan, mendesah, menguap, diaphoresis, dan nausea.
Gejala-gejala ini mungkin diikuti dengan kepala terasa ringan, penglihatan kabur, kolaps, dan
LOC (loss of consciousness). Kadang-kadang tejadi kejang klonik ringan, tetapi tidak
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 19
diindikasikan penanganan kejang, kecuali terdapat tanda-tanda lain yang menunjuk kea rah
ini. Serangan berlangsung singkat dan cepat pulih jika berbaring. Episode ini dapat berulang.
Sinkop Vasodepressor dapat terjadi pada:
Seseorang dengan kondisi normal yang dipengaruhi oleh emosi yang tinggi
Pada seseorang yang merasakan nyeri hebat setelah luka, khususnya pada daerah
abdomen dan genitalia.
Selama latihan fisik yang keras pada orang-orang yang sensitive.
b) Penyebab Hipotensi Orthostatik
Definisi Hipotensi Orthostatik adalah apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik
20mmHg atau tekanan darah diastolik 10 mmHg pada posisi berdiri selama 3 menit. Pada
saat seseorang dalam posisi berdiri sejumlah darah 500-800 ml darah akan berpindah ke
abdomen dan eksremitas bawah sehingga terjadi penurunan besar volume darah balik vena
secara tiba-tiba ke jantung. Penurunan ini mencetuskan peningkatan refleks simpatis. Kondisi
ini dapat asimptomatik tetapi dapat pula menimbulkan gejala seperti kepala terasa ringan,
pusing, gangguan penglihatan, lemah, berbedebar-debar, hingga sinkop. Sinkop yang terjadi
setelah makan terutama pada usia lanjut disebabkan oleh retribusi darah ke usus.11
Hipotensi ortostatik merupakan penurunan tekanan darah seseorang sedang dalam posisi
tegak. Keadaan ini terjadi berbagai keadaaan:
Hipovolemia (perdarahan, muntah, diare,diuretik)
Gangguan pada reflex normal (nitrat, vasodilator, penghambat kanal kalium,
neuroleptik).
Kegagalan autonom. Primer atau sekunder. Diabetes paling sering menyebabkan
neuropati otonom sekunder, sedangkan usia lanjut merupakan penyebab lazim kegagalan
otonom primer. Paling tidak telah dicerminkan oleh tiga sindroma :
Disautonomia akut atau subakut
Pada penyakit ini, seorang dewasa atau anak yang tampak sehat mengalami palisis
parsial atau total pada system saraf parasimpatis dan simpatis selama beberapa hari
atau beberapa minggu. Refleks pupil menghilang sebagaimana halnya dengan fungsi
lakrimasi, saliva serta perspirasi, dan terdapat impotensi, paresis otot-otot kandung
kemih dan usus serta hipotensi ortostatik. Penyakit tersebut dianggap merupakan
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 20
suatu varian dari polyneuritis idiopatik akut yang ada hubungannya dengan sindroma
Guillain-Bard. Kesembuhan mungkin dapat dipercepat dengan prednisone.
Insufisiensi autonom pascanglionik kronis
Keadaan ini merupakan penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut.
Penderita berangsur-angsur mengalami hipotensi ortostatik kronik yang kadang-
kadang bersamaan dengan gejala impotensi dan gangguan sfingter. Gejala pucat atau
mual. Lakil-laki lebih sering terkena, tampaknya ireversibel.
Insufisiensi autonom praganglionik kronis
Pada keadaan ini, gejala hipotensi ortostatik dengan anhidrosis yang bervariasi,
impotensi dan gangguan sfingter terjadi bersama dengan kelainan yang mengenal
system saraf pusat.
Kelainan tersebut mencakup
(1) tremor, rigiditas ekstrapiramidal serta akinesia (sindroma Shy-Drager),
(2) degenerasi serebelum progressive yang pada sebagian kasus bersifat familial dan
(3) kelainan sereberal serta ekstrapiramidal yang lebih bervariasi (degenerasi
striatonigra).
c) Obstruksi aliran keluar. Stenosis aorta, stenosis mitral, stenosis pulmonal. Pasien dapat
dating dengan sinkop akibat latihan fisik. Malfungsi katup secara mekanik juga dapat
menyebabkan obstruksi aliran keluar.
d) Infark atau iskemia miokardium
e) Aritmia
Bradiaritmia: sindrom sinus sakit (sick sinus syndrome, blok nodus AV, dll)
Takiaritmia: PSVT, sindrom Wolf-Parkinson-White, takikardia ventrikel, dll
Ada dua kelainan jantung yang sering menjadi penyebab pingsan. Pertama adanya hambatan
pada aliran darah di pompa jantung. Seperti pada pompa air yang katupnya rusak, fungsi
pompa jantung pun bisa terganggu dan volume darah yang dihasilkan menurun.
Penurunan jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung ini akan menyebabkan penurunan
perfusi otak dan memicu pingsan. Hal ini terjadi pada kondisi penyempitan katup- katup
jantung, kelainan otot jantung, penumpukan cairan di selaput jantung, tumor dalam jantung,
dan lain-lain. Kedua adalah gangguan irama jantung (aritmia). Bayangkan apabila irama
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 21
jantung tiba-tiba melambat. Tentu saja terjadi penurunan aliran darah di otak. Begitu pula jika
ia memompa terlalu cepat. Pengisian ruang-ruang jantung menjadi tidak maksimal, dan
kekuatan pompa menurun drastis. Contoh melambatnya irama adalah sick sinus syndrome
(SSS).11
f) Hipersensitivitas sinus karotis.
Sinkop dapat terjadi saat bercukur atau memakai kerah yang ketat. Hal ini umum terjadi
pada pria dengan usia lebih dari 50 tahun. Aktivasi dari baroreseptor sinus karotis
meningkatan impuls yang dibawa ke badan Hering menuju medulla oblongata. Impuls
afferen ini mengaktivkan saraf simpatik efferen ke jantung dan pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan sinus arrest atau Atrioventricular block, vasodilatasi. Pemijatan salah satu
atau kedua sinus karotikus, khususnya pada orang usia lanjut, menyebabkan
(1) perlambatan jantung yang bersifat refleks (sinus bradikardia, sinus arrest, atau bahkan
blok atrioventrikel), yang disebut respons tipe vagal, dan
(2) penurunan tekanan arterial tanpa perlambatan jantung yang disebut respons tipe
depressor. Kedua tipe respons sinus karotikus tersebut dapat terjadi bersama-sama.
Etiologi Metabolik
Etiologi Metabolik
Episode biasanya diperkuat jika mengerahkan tenaga tetapi dapat terjadi jika pasien
berbaring. Awitan dan pemulihan biasanya lama. Penyebab Sinkop Metabolik Penyebab
metabolik pada sinkop sangat jarang, hanya berkisar 5% dari seluruh episode sinkop.
Hipoksia, seperti pirau pada penyakit jantung congenital
Hiperventilasi, menyebabkan vasokontriksi serebrum dengan gejala kesulitan bernafas,
ansietas, parestesia tangan atau kaki, spasme karpopedal, dan kadang-kadang nyeri
dada unilateral atau bilateral. Pasien dapat mengalami serangan ulangan jika melakukan
hiperventilasi dalam lingkungan yang terkendali.
Hipoglikemia, Jika gejala terjadi secara bertahap selama periode beberapa menit,
hiperventilasi atau hipoglikemia sebaiknya dipertimbangkan. Keadaan hipoglikemia
yang berat biasanya terjadi akibat seuatu penyakit yang serius, seperti tumor pada sel
pulau langerhan ataupun penyakit adrenal, hipofise atau hepar yang lanjut, atau akibat
pemberian insulin dalam jumlah yang berlebihan. Gambaran klinisnya berupa gejala
kebingunan atau bahkan penurunan kesadaran. Kalau keadaaannya ringan, sebagaimana
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 22
lazim terjadi pada hipoglikemia. Diagnosis keadaan ini bergantung pada hasil
anamnesis riwayat medis dan pengukuran gula darah pada waktu serangan.
Intoksikasi alcohol.11
Etiologi neurologic
Serangan iskemk sementara (TIA; transient ischemic attact) dapat menyebabkan sinkop tetapi
jarang terjadi. Agar terjadi hal ini system aktivasi reticular harus terkena. Jika terjadi “selalu”
terdapat manifestasi neurologic lainnya, seperti kelainan saraf cranial.
Migrain. Penyebab tersering kedua pada remaja. LOC diikuti dengan nyeri kepala.
Kejang. Biasanya mudah dibedakan dengan aura, riwayat gerakan tonik klonik dan
keadaan pascaiktal
Peningkatan tekanan intracranial mendadak yang diperlihatkan dengan perdarahan
subarachnoid atau kista koloid obstruktif pada ventrikel ketiga.
Terminologi ini merupakan bentuk dari seluruh sinkop yang berasal dari sinyal saraf SSP
yang berefek pada vaskular, khususnya pada Nucleus Tractus Solitarius (NTS). Sejumlah
stimulus, yang terbanyak bersala dari viseral, dapat menghilangkan respon yang berakibat
pengurangan atau hilang tonus simpatis dan diikuti dengan peningkatan aktivitas vagal. NTS
pada medula mengintegrasikan stimulus afferen dan sinyal baroreceptor dengan simpatis
efferen yang mempertahankan tonus vaskular. Beberapa studi mengatakan terdapat gangguan
pada pengaturan kontrol simpatis dan juga sinyal baroreceptor.
Sinkop refleks
Sinkop refleks disebabkan oleh gangguan pengisian jantung sebelah kanan dan hipoperfusi
serebral keseluruhan. Pasien biasanya sedang berdiri tegak sebelum suatu episode karena
pengumpulan darah akibat gravitasi berperan dalam penyebabnya. Penyebab yang
potensial antara lain, emboli atau infark paru, tamponade pericardium, hipertensi paru,
uterus hamil karena menekan vena kava inferior dan batuk, yang menurunkan beban awal
dengan meningkatkan tekanan intrathoraks.11
Lain-lain
Sinkop batuk
Keadaan ini merupakan keadaan langka yang terjadi akibat serangan batuk yang
mendadak dan biasanya dijumpai pada laki-laki yang menderita bronchitis kronis. Setelah
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 23
batuk-batuk kuat, pasien tiba-tiba lemah dan kehilangan kesadarannya untuk sementara.
Tekanan intrathorakal meninggi dan mennganggu vena balik ke jantung sebagaimana
halnya pada maneuver valsava (ekshalasi dengan glottis tertutup).
Sinkop pascamiksi
Suatu keadaan yang biasanya terlihat pada lansia selama atau sesudah urinasi. Khususnya
setelah bangkitan dari posisi berbaring, barangkali merupakan tipe khusus sinkop
vasodepressor. Diperkirakan bahwa pelepasan tekanan intravesikuler menyebabkan
vasodilatasi mendadak yang diperberat lagi dengan berdiri, dan bahwa bradikardia yang
terjadi lewat mediator vagal merupakan factor yang turut menyebabkan sinkop tersebut.
Psikogenik
Serangan ansietas atau kecemasan acapkali diinterpretasikan sebagai perasaan mau
pingsan tanpa kehilangan kesadaran yang sesungguhnya. Gejala tersebut tidak disertai
dengan wajah yang pucat dan juga tidak menghilang setelah pasien dibaringkan. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala lain yang menyertai, dan bagian dari serangan tersebut
dapat ditimbulkan kembali dengan hiperventilasi. Dua mekanisme yang diketahui terlibat
dalam proses terjadinya serangan tersebut adalah penurunan kadar karbon dioksida
sebagai akibat hiperventilasi dan pelepasan hormone epineprin. Hiperventilasi akan
mengakibatkan hipokapnia, alkalosis, peningkatan resistensi serebrovaskuler dan
penurunan aliran darah serebral.
Nyeri ligamentosa atau visceral berat
Dapat juga terjadi sebagai kelanjutan vertigo berat.11
ETIOLOGI TAKIKARDI VENTRIKEL
Penyebab dari ventrikel takikardia adalah biasanya berasosiasi dengan kelainan pada jantung,
yang meliputi:
Penyakit jantung koroner
Kardiomiopati
Prolaps katup mitral
Kelainan pada katup jantung
Penyebab lain dari ventrikel takikardia adalah :
Sarcoidosis (suatu inflamasi yang mengenai kuloit dan jaringan tubuh lainnya)
Medikasi/obat-obatan seperti digitalis dan obat antiaritmia
Perubahan postur, exercise, emosional (stress) atau stimulasi vagal.6
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 24
PATOFISIOLOGI
Ada beberapa mekanisme terjadinya aritmia ventrikel, yaitu:
Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari potensial aksi
jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya tercetus pada keadaan
akut dan kronis seperti infark miokard akut, gangguan elektrolit, gangguan
keseimbangan asam basa dan tonus adrenergik yang tinggi
Reentry merupakan mekanisme aritmia ventrikel tersering dan bisanya disebabkan oleh
kelainan kronis seperti infark miokard lama atau kardiomiopati dilatasi. Jaringan parut
yang terbentuk akibat infark miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi
keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkuit reentry. Bila sirkuit ini sudah terbentuk
maka aritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan menyebabkan kematian
mendadak.
Gambar 12. Ventrikel takikardi
Triggered activity memiliki gambaran campuran dari kedua mekanisme diatas.
Mekanismenya adalah adanya kebocoran ion positif kedalam sel sehingga terjadi
lonjakan potensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari potensial aksi jantung. 6
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 25
PENATALAKSANAAN
Skema 2. Resusitasi jantung paru
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 26
Gambar 13. Alur resusitasi jantung paru
Penatalaksanaan Syok Kardiogenik
Langkah 1. Tindakan resusitasi Segera
Tujuannya adalah untuk mencegah kerusakan organ, mempertahankan tekanan arteri rata-
rata untuk mencegah sekuele neurologi dan ginjal.
Memberikan aliran oksigen, intubasi atau ventilasi harus dilakukan segera jika ditemukan
abnormalitas difusi oksigen.12
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 27
Dopamin dan noradrenalin (norepinefrin) untuk meningkatkan tekanan arteri rata-rata
dengan hipotensi
Dobutamin dan dopamin dalam dosis sedang untuk keadaan low output tanpa hipotensi
yang nyata.
Intra-aortic ballon counterpulsation (IABP) dikerjakan jika tersedia sebelum transportasi.
Memonitor gas darah dan memberi tekanan udara positif berkelanjutan jika ada indikasi.
Memonitor EKG dan mempersiapkan alat defribilator, obat antiaritmia seperti amiodaron
dan lidokain
Terapi fibrinolitik harus dimulai pada pasien dengan elevasi ST jika diantisipasi
keterlambatan angiografi lebih dari 2 jam.
Pada infark miokard dengan elevasi non ST yang menunggu kateterisasi, diberikan
inhibitor glikoprotein IIb/IIIa
Langkah 2. Menentukan secara dini Anatomi Koroner
Hal ini merupakan langkah penting dalam tatalaksana syok kardiogenik yang berasal dari
kegagalan pompa (pump failure) iskemik yang perdominan. Hipotensi diatasi segera dengan
IABP. Syok mempunyai ciri penyakit 2 pembuluh darah.
Langkah 3. Melakukan revaskularisasi
Trial SHOCK merekomendasikan CABG emergensi pada pasien left main atau 3 pembuluh
darah besar.12
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 28
Skema 3. Tatalaksana VT 13
Tatalaksana VT dibagi dalam 2 cara dengan mengacu pada perabaan denyut nadi. VT dengan
denyut nadi masih teraba, dan VT dengan denyut nadi tidak teraba. Ketika sedang terjadi VT,
harus dipastikan dulu apakah denyut nadinya masih ada atau tidak. Pemeriksaan denyut nadi
harus dilakukan dalam waktu yang sangat cepat (3-5 detik) karena semakin lama VT
dibiarkan maka ancaman jiwa semakin cepat.13
VT dengan teraba nadi
VT yang masih teraba nadi menunjukan bahwa jantung masih melakukan kontraksi dengan
baik. Masih ada sirkulasi (aliran darah) dari jantung ke seluruh tubuh.
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 29
Tabel 1: Tatalaksana VT dengan teraba nadi 13
Tatalaksana
1.Umumnya kesadaran pasien tidak menurun sehingga masih bisa diajak bicara.
2.Pukul dada (chest tumb) atau defibrilasi tidak boleh dilakukan.
3.Jika tekanan darah masih stabil, pilihan terapi adalah obat-obatan anti aritmia yaitu
amiodaron dan lidokain (xylocard). Amiodaron diberikan bolus 150 mg-300 mg(dilarutkan
dalam 50 ml Dex 5%) diberikan dalam 10 menit.
Jika setelah bolus tidak memberikan efek, pemberian dapat di ulang dengan dosis 150 mg
setiap 3-5 menit. Untuk pemberian drip, di mulai dari 1 mg/menit selama 6 jam selanjutnya
diturunkan menjadi 0,5 mg/menit selama 18 jam. Total pemberian amiodaron tidak boleh
lebih dari 2,2 gram dalam 24 jam. Amiodaron dapat mengakibatkan efek samping berupa
hipotensi dan dapat meningkatkan kadar SGOT dan SGPT. Lidokain dapat menjadi alternatif
pilihan kedua. Dosis untuk bolus 0,5 mg- 0,75mg/kgBB. Drip dimulai dari 1-4 mg/menit. Jika
tekanan darah sistol < 100 mmHg, kardioversi menjadi pilihan utama. Kardioversi dimulai
dari 200J, jika tidak berhasil (irama masih VT) energi dinaikkan bertahap 300J kemudian kaji
irama, jika tidak berhasil naikkan energi menjadi 360Joule.
Sebelum tindakan kardioversi dimulai inform concern (persetujuan tindakan) harus sudah
disetujui keluarga. Karena pada VT dengan teraba nadi pada umumnya pasien masih sadar,
maka pemberian sedasi dan analgetik harus diberikan agar saat tindakan pasien dalam
keadaan tertidur dan tidak merasakan sensasi yang tidak nyaman. Midazolam IV 1-2mg di
ulang 3-5 menit sampai efek sedasi tercapai. Dapat juga ditambahkan morfin 2,5mg IV bolus
pelan jika efek sedasi belum tercapai. Midazolam lebih baik dalam hal memori, sehingga
setelah midazolam IV diberikan, pasien tidak ingat apa yang terjadi pada saat kardioversi
dilakukan.13
VT dengan nadi tidak teraba
VT dengan tidak teraba nadi menunjukan bahwa jantung tidak melakukan kontraksi dengan
baik. Tidak ada sirkulasi (aliran darah) dari jantung ke seluruh tubuh. Tatalaksananya sama
dengan VF (Ventrikel Fibrilasi).
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 30
Tabel 2. Tatalaksana VT dengan nadi tidak teraba13
Tatalaksana
Kesadaran pasien sudah dapat dipastikan menurun (tidak sadar), dan umumnya pada VT
tanpa nadi kondisi pasien disertai dengan episode kejang.
Jika defibrilator belum tersedia, resusitasi jantung paru (RJP) atau CPR lebih baik daripada
tindakan pukul dada (chest tumb). Karena dengan CPR masih memungkinkan adanya
sirkulasi jantung ke seluruh tubuh.
Jika defibrilasi sudah tersedia, energi dimulai dengan 360J (energy paling tinggi)
unsynchronize.
Jika 1x defibrilasi 360J tidak berhasil, berikan epinefrin IV 1mg bolus cepat diikuti plush
20ml Nacl 0,9% dengan ekstrimitas diekstensikan.
Prinsip pada VT tanpa nadi adalah ”DRUG” and ”SHOCK” artinya epinefrin dan shock
listrik atau defibrilasi.
Defibrilasi diulang setiap pemberian efinefrin. Energi yang digunakan tetap 360Joule selama
iramanya masih VT tanpa nadi
Epinefrin dapat diulang setiap 3-5 menit dengan dosis sama 1 mg selama VT masih menetap.
Obat-obat anti aritmia lain dapat dijadikan pertimbangan jika VT masih menetap.
Diantaranya amiodaron, Lidokain, MgSO4, Prokainamide dan bikarbonat
Sekalipun resusitasi (RJP) berhasil dilakukan namun selalunya kondisi pasien jatuh pada
kegagalan nafas (respiratory failure) dan pada akhirnya memerlukan dukungan ventilasi
mekanik atau ventilator.
Penanganan Jangka Panjang
1. Medika Mentosa
Obat antiaritmia tidak begitu menggembirakan terutama pada pasien dengan disfungsi
ventrikel kiri. Beberapa dapat menyebabkan kematian mendadak. Amiodarone adalah obat
antiarrhythmic kompleks yang pantas perhatian khusus. Hal ini umumnya terdaftar sebagai
obat kelas III namun terukur kelas I, II, dan efek IV. Tidak seperti kelas I antiarrhythmics,
amiodarone nampaknya aman pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri. Kelas III
antiarrhythmics lebih disukai pada kebanyakan pasien dengan disfungsi ventrikel kiri.13
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 31
Akan tetapi yang paling aman ialah amiodaron (antiaritmia kelas 3). Berikut merupakan
golongan obat antiaritmia :
Kelas 1: Sodium Channel Blocker, dan dibagi menjadi 3 subklas yaitu a,b dan c.
Kelas Ia memperlambat fase 0 depolarisasi pada ventrikel dan meningkatakan masa
refrakter. Obatnya ialah prokainamid, quiniden dan disopiramid.
Kelas Ib memperpendek fase 3 reolarisasi yaitu lidokain, mexiletin danfenitoin.
Kelas Ic memperpendek fase 0 tetapi tidak berefek pada masa refrakter yaitu flekainid,
propafenon dan moricizine.
Kelas 2: beta blocker yang menghambat depolarisasi nodus SA dan AV serta memperlambat
denyut jantung. Juga menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen. Beta 1 merupakan
kardioselektive.
Kelas 3: memperpanjang repolarisasi dengan menutup pengeluarkan K+. obat-obat yang
digunakan ialah bepiridil, amiodaron dan sotalol. Lebih banyak dipilih pada pasien dengan
disfungsi ventrikel kiri. Dosis amiodaron 1200-1800 mg/hari selama1-2 minggu. Selanjutnya
dosis rumatan 200-400 mg/hari. Dosis sotalol 120-240mg/hari.
Kelas 4: calcium channel blocker dengan menghambat potensial aksi dari nodus SA danAV.
Obat yang digunakan ialah verapamil.13
2. Non Medika Mentosa
Bedah:
Implantable cardioverter defibrillator (ICD)Alat ini ditanam secara transvenous,
merupakan prosedur yang beresiko rendah. Mekanisme kerja ICD dengan mendeteksi
adanya ventricular takiaritmia, serta memberikan defibrilasi agar hilang takikardianya.
ICD juga digunakan sebagai pacemaker pada bradikardia.
Ablasi kateter
Ablasi kateter endokardial umumnya digunakan pada idiopatik monomorphic VT
(struktur normal) tetapi juga dapat digunakan pada cardiomiopati. Tujuan utama Ablasi
Kateter digunakan ialah untuk mengurangi gejala yang timbul, dari pada untuk
mengurangi resiko terjadi kematian mendadak.
Konsultasi
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 32
Elektrofisiologi jantung adalah subspesialisasi yang dikhususkan untuk diagnosisdan
pengelolaan aritmia jantung. Pasien dengan VT harus dirujuk ke ahli jantung umum atau
electrophysiologist untuk perawatan khusus.
Diet
Pasien dengan ventrikuler takikardia iskemik (VT) dapat manfaat dari diet rendah
kolesterol dan atau diet rendah garam. Pada pasien dengan VT idiopatik penurunan
gejala mungkin terlihat sekiranya stimulant seperti kafein dihindari.
Aktivitas
VT dapat dipicu oleh peningkatan nada simpatis selama aktivitas fisik berat. Salah satu
tujuan dari manajemen VT yang sukses adalah untuk memungkinkan pasien untuk
kembali ke gaya hidup aktif melalui obat, implantasi ICD, dan atau terapi ablasi.13
KOMPLIKASI
Kematian mendadak akibat penyakit jantung. Selain itu, komplikasi Implantable
Cardioverter-Defibrillator (ICD) termasuklah infeksi dan syok.2
PROGNOSIS
Ventrikel takikardi atau fibrilasi merupakan penyebab kematian mendadak terbanyak.
Adanya gejala-gejala awal dan fraksi ejeksi ventrikel, mungkin merupakan penentu. Pada
umumnya buruk.
KESIMPULAN
Pasien dengan penurunan kesadaran dan memiliki riwayat serangan jantung menderita
ventrikel takikardia. Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang perlu diperhatikan dengan seksama untuk mengetahui
penyebab penurunan kesadaran pada pasien. Pada kasus ini diagnosis pasti ditegakkan
dengan gambaran EKG pada 12 sadapan.Ventrikel takikardia merupakan suatu aritmia pada
ventrikel yang mengakibatkan volume sekuncup berkurang bahkan tidak ada akibat
kecepatan denyut ventrikel yang cepat yaitu 160- 250 kali/menit.
VT adalah duatu keadaan gawat darurat karena kapan saja bisa terjadi mati mendadak pada
pasien yang menderitanya terutama pada pasien dengan berbagai penyakit jantung yang
menyertainya seperti infark miokard.
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 33
Ny A perlu diberi perawatan segera agar irama denyut jantungnya kembali normal. Oleh
sebab itu, terapi pada emergensi untuk nadi yang masih teraba harus segera dilakukan melalui
pemberian antiarimia dan jika perlu dilakukan kardioversi. Setelah keadaan pasien stabil
barulah penyakit dasarnya diobati.
DAFTAR PUSTAKA
1. Linzer M, Yang EH, Estes NA. Diagnosing syncope part 1 : value of history, physical
examination, and electrocardiography. Ann Intern Med 1997; 126: 989-96
2. Crawford MH. Current consult cardiology. Mc Graw Hill;2009.p.322, 354
3. Yanowitz, F. G. (2006). ECG Learning in Cyberspace. Utah, USA.
Website: http://library.med.utah.edu/kw/ecg/index.html
4. Alexander R H, Proctor H J. Shock. Dalam buku: Advanced Trauma Life Support Course
for Physicians. USA, 1993 ; 75 – 94
5. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J:
Harrison's Principles of Internal Medicine, 17th Edition. 2009.
Website: http://accessmedicine.com
6. Yamin M, Harun S. Aritmia ventrikel dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II edisi
ke-5.Jakarta:Interna publishing; 2009. 1623-9.
7. Stephenson EA, Berul CI. Ventricular fibrillation. Retrieved from:
http://emedicine.medscape.com/article/892748-overview/.Emedicine;2010.
8. Gray H. Fibrilasi atrium dalam Lecture Notes Kardiologi. Edisi ke-4. Jakarta:
Erlangga;2005. Hal 169-171.
9. Davey Patrick. At A Glance Medicine. Jakarta:Erlanggan; 2005. Hal 162-4
10. Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, et al . 2006. Fibrilasi atrial dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta; FKUI. Hal 1537-42.
11. Anonym, Epidemiologi Sinkop. From:
http://www.mentorhealthcare.com/news.php?nID=197&action=detail.Diakses tanggal 19
Mei 2011
12. Alwi I, Nasution SA. Syok Kardiogenik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I
edisi ke-5.Jakarta:Interna publishing; 2009. 245-9
13. Cheitlin MD, Sokolow M, Mellroy MB. Clinical cardiology. In: Cardiacarrythmias.6 th ed:
Prentice-Hall International Inc;1993.p.535-55
Syok Kardiogenik et causa Takikardi Ventrikel 34