blok 13 denver ii

18
Menilai Laju Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dengan Denver Edward Sundoro 102013010 / A1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Pendahuluan Perkembangan seorang anak selalu diiringi dengan pertumbuhan seorang anak. Pertumbuhan (growth) adalah perubahan besar dalam hal jumlah dan ukuran pada tingkat sel, organ, maupun individu. Perkembangan (development) adalah peningkatan kemampuan dalam hal struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Pertumbuhan pada dasarnya merupakan dampak fisik, sedangankan perkembangan mengarah pada fungsi suatu organ atau individu. Jumlah balita di Indonesia yang sangat besar memiliki potensi yang tinggi jika dikembangkan secara optimal. Sebaliknya, kondisi ini juga dapat menjadi sumber kerawanan apabila tidak mendapat perhatian yang lebih dari berbagai pihak. Perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal pada usia dini akan menjadi penentu bagi tahap-tahap selanjutnya. Masa usia dini merupakan periode kritis dalam perkembangan anak. Perkembangan kecerdasan anak berlangsung sangat pesat pada tahun awal-awal kehidupannya. Oleh sebab itu, perkembangan anak usia dini harus mendapat perhatian yang serius. Upaya ke arah sana tentunya memerlukan berbagai 1

Upload: edwardsundoro

Post on 22-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

blok 13

TRANSCRIPT

Page 1: Blok 13 Denver II

Menilai Laju Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dengan Denver

Edward Sundoro102013010 / A1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan

Perkembangan seorang anak selalu diiringi dengan pertumbuhan seorang anak.

Pertumbuhan (growth) adalah perubahan besar dalam hal jumlah dan ukuran pada tingkat sel,

organ, maupun individu. Perkembangan (development) adalah peningkatan kemampuan

dalam hal struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Pertumbuhan pada dasarnya

merupakan dampak fisik, sedangankan perkembangan mengarah pada fungsi suatu organ atau

individu.

Jumlah balita di Indonesia yang sangat besar memiliki potensi yang tinggi jika

dikembangkan secara optimal. Sebaliknya, kondisi ini juga dapat menjadi sumber kerawanan

apabila tidak mendapat perhatian yang lebih dari berbagai pihak. Perkembangan dan

pertumbuhan anak yang optimal pada usia dini akan menjadi penentu bagi tahap-tahap

selanjutnya. Masa usia dini merupakan periode kritis dalam perkembangan anak.

Perkembangan kecerdasan anak berlangsung sangat pesat pada tahun awal-awal

kehidupannya. Oleh sebab itu, perkembangan anak usia dini harus mendapat perhatian yang

serius. Upaya ke arah sana tentunya memerlukan berbagai dukungan, terutama dukungan

dalam aspek gizi, kesehatan, dan pendidikan.

Keterlambatan perkembangan tentunya tidak diharapkan terjadi pada anak-anak.

Masyarakat dan terutama tenaga professional umumnya sudah memahami bahwa

keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan harus diidentifikasi dan ditangani sedini

mungkin. Penanganan dan pendidikan yang dilakukan sejak dini akan memakan biaya yang

lebih sedikit dan memberi hasil yang lebih efektif dalam pencapaian tujuan. Dengan

demikian, diperlukan suatu metode skrining untuk mendeteksi keterlambatan pertumbuhan

dan perkembangan pada anak sejak dini yang disebut Denver II.

1

Page 2: Blok 13 Denver II

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara untuk menetukan

diagnosis. Ada beberapa tipe anamnesis yaitu autoanamnesis, wawancara yang dilakukan

langsung kepada pasien dan aloanamnesis: wawancara yang dilakukan terhadap orangtua,

wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain (keterangan dari dokter yang

merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya

sendiri).1

Pada seorang pasien, terutama pasien anak, sebagian terbesar data yang diperlukan

untuk menegakkan diagnosis diperoleh dari anamnesis. Berdasarkan anamnesis sering dapat

ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktor-faktor yang mungkin menjadi

latar belakang penyakit, yang semuanya berguna dalam menentukan sikap untuk

penatalaksanaan selanjutnya.1

Jelaslah, bahwa anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat

menentukan dalam pemeriksaan klinis. Namun dalam kebanyakan kasus anak, aloanamnesis

akan lebih sering diterapkan dibandingkan dengan autoanamnesis, dalam hubungan ini

pemeriksa harus waspada akan kemungkinan terjadinya salah tafsir, oleh karena data tentang

keadaan pasien yang didapat mungkin berdasarkan asumsi atau persepsi orangtua atau

pengantar. Keadaan ini sering berkaitan dengan pengetahuan, adat, tradisi, kepercayaan,

kebiasaan, dan faktor budaya lainnya. Anamnesis yang ditanyakan adalah:1

1. Identitas pasien: nama lengkap dan nama panggilan, umur, jenis kelamin, nama

orangtua, alamat, data orangtua (umur, pendidikan dan pekerjaan), agama dan suku

bangsa.

2. Riwayat penyakit yang terdiri dari keluhan utama: riwayat perjalanan penyakit,

lamanya keluhan berlangsung, bagaimana sifat terjadinya gejala (apakah mendadak,

perlahan-lahan, terus menerus, hilang-timbul), apakah berhubungan dengan waktu

(pagi, sore, atau malam), untuk keluhan lokal harus dirinci lokasinya dan sifatnya

(menetap, menjalar, menyebar), berat-ringannya keluhan dan perkembangannya

(apakah menetap, cenderung bertambah berat, cenderung berkurang), terdapatnya hal

yang mendahului keluhan (apakah keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan atau

sudah pernah sebelumnya), bila sudah pernah, dirinci apakah intesitas dan

2

Page 3: Blok 13 Denver II

karakteristiknya sama atau berbeda, dan interval antara keluhan-keluhan tersebut,

apakah terdapat saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling pasien yang

menderita keluhan yang sama dan upaya yang telah dilakukan dan bagaimana

hasilnya.

3. Riwayat penyakit yang pernah diderita

4. Riwayat kehamilan ibu: kunjungan antenatal (ANC) dan kepada siapa kunjungan

antenatal itu dilakukan (dukun, perawat, bidan, dokter umum, dokter spesialis),

apakah ibu mendapatkan toksoid tetanus, terkena infeksi TORCH (toksoplasma,

rubella, cytomegalovirus, dan herpes simpleks), merokok atau minum minuman keras,

serta gizi ibu selama hamil (apakah tercukupi atau tidak), komplikasi selama

kehamilan ada atau tidak, hamil anak keberapa, dan lain sebagainya.

5. Riwayat kelahiran: tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran

(spontan, bedah cesar), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir, ada

komplikasi atau tidak dan morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir. Masa

kehamilan juga perlu ditanyakan (apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lewat

bulan). Berat dan panjang lahir, APGAR score yang bisa dilihat di kartu tempat anak

tersebut lahir, morbiditas yang berhubungan dengan kelahiran dan selama masa

neonatus seperti asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum, ikterus dan lain-lain.

Apgar score adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952

oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai

kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Apgar merupakan

singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, dan Respiration (warna kulit,

denyut jantung, respon refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan). Jumlah skor

rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini

membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan

terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes

menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30

menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami

kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan

otak. Namun, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi

yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera dan tidak didisain

untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.

3

Page 4: Blok 13 Denver II

6. Riwayat makanan: ASI, MPASI (diberikan setelah usia anak diatas 6 bulan), makanan

tambahan, jenis dan jumlah, serta jadwal pemberian.

7. Riwayat imunisasi, apakah sudah lengkap/tidak sesuai dengan umur anak (hepatitis,

polio, BCG, DTP, campak, MMR, influenza, varisela, HPV, PCV, Hib, tifoid)

8. Riwayat tumbuh kembang: kurva berat badan dan tinggi badan, serta kemampuan

motor kasar, motor halus, sosial-personal, dan bahasa-adaptif, perkembangan pubertas

9. Riwayat penyakit keluarga, apakah ada penyakit bawaan/tidak.

10.Corak reproduksi ibu: umur ibu pada saat hamil (paling baik umur 20-30 tahun), jarak

kelahiran (paling baik 3 tahun), dan jumlah kelahiran/paritas (paling baik 2 anak),

jumlah persalinan termasuk aborsi.

Dari anamnesis diketahui bahwa riwayat kehamilan ibu tidak ada komplikasi dan

ANC teratur. Riwayat kelahiran lahir spontan per vaginam, tanpa komplikasi dan bayi

menangis kuat serta aktif. Riwayat penyakit dahulu dan keluarga tidak ada. Nutrisi

yang diberikan pada bayi usia 9 bulan adalah ASI dan MPASI. Imunisasi BCG,

Hepatitis B sebanyak 3x, Polio 4x, dan DPT 3x.

Pemeriksaan Denver

DDST atau Denver Developmental Screening Test adalah sebuah metode pengkajian

yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun.

Nama “Denver” menunjukkan bahwa uji skrining ini dibuat di University of Colorado

Medical Center di Denver. Tes ini dikembangkan oleh William K. Frankenburg dan J.B.

Dodds pada tahun 1967. DDST mereflesikan persentase kelompok anak usia tertentu yang

dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu. Tes ini dapat dilakukan oleh dokter

spesialis anak, tenaga professional kesehatan lainnya, atau tenaga professional dalam layanan

sosial.2

Dalam perkembangannya DDST mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir

adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standarisasi dari DDST dan DDST-R

(Revised Denver Developmental Screening Test). Perbedaan Denver II dengan skrining

terdahulu terletak pada item-item test, bentuk, interpretasi, dan rujukan.2

Penyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini seringkali sulit dideteksi

dengan pemeriksaan fisik rutin. Denver II ini dikembangkan untuk membantu petugas

kesehatan dalam mendeteksi masalah perkembangan anak usia dini. Menurut studi yang

dilakukan oleh The Public Health Agency of Canada, Denver II adalah metode tes yang

4

Page 5: Blok 13 Denver II

paling banyak digunakan untuk skrining masalah perkembangan anak. Tes ini bermanfaat

dalam mendeteksi masalah perkembangan yang berat. Akan tetapi, tes ini telah dikritik tidak

reliable dalam memprediksikan masalah-masalah yang kurang berat dan spesifik. Terhadap

kritik tersebut Frankenburg menjelaskan bahwa tujuan pokok dari Denver bukan untuk

menetapkan diagnosis akhir, melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi anak-

anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.2

Manfaat pengkajian perkembangan dengan menggunakan Denver bergantung pada

usia anak. Pada bayi baru lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis, salah

satunya serebral palsi. Pada bayi, tes ini seringkali dapat memberikan jaminan kepada

orangtua atau bermanfaat dalam mengidentifikasi berbagai problema dini yang mengancam.

Pada anak, tes ini dapat membantu meringankan masalah akademik dan sosial.2

Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, yaitu menilai tingkat

perkembangan anak sesuai dengan usianya, menilai tingkat perkembangan anak yang tampak

sehat, menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala dan kemungkinan

adanya kelainan perkembangan, memastikan anak yang diduga mengalami kelainan

perkembangan, dan untuk memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.3

Denver II bukanlah merupakan suatu tes IQ dan bukan alat peramal kemampuan

adaptif atau intelektual (perkembangan) pada masa yang akan datang. Tes ini juga bukan

digunakan untuk menetapkan diagnosis, seperti kesukaran belajar, gangguan bahasa,

gangguan emosional, dan sebagainya. Denver II diarahkan untuk membandingkan

kemampuan perkembangan anak dengan anak lain yang seusia, bukan sebagai pengganti

evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik.3

Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak,

mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi

menjadi 4 sektor, yaitu sektor personal-sosial (penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan

pribadi), sektor motorik halus-adaptif (koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan

menggunakan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah), sektor Bahasa (mendengar,

mengerti, dan menggunakan Bahasa), dan sektor motorik kasar (duduk, berjalan, dan

melakukan gerakan umum otot besar lainnya). Setelah melakukan tes Denver II, dilakukan

tes perilaku untuk membantu pemeriksa menilai seluruh perilaku anak secara subjektif dan

memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya.3

Dalam melaksanakan tes perkembangan anak dengan menggunakan Denver II, perlu

dilakukan langkah-langkah persiapan, diantaranya persiapan alat tes, formulir Denver II,

pedoman pelaksanaan pengujian, baru dilanjutkan dengan penghitungan usia anak, dan

5

Page 6: Blok 13 Denver II

terakhir pelaksanaan tes sesuai dengan usia anak. Alat-alat pokok yang dibutuhkan dalam

penerapan Denver II antara lain adalah benang wol merah, icik-icik dengan gagang kecil,

boneka kecil dengan botol susu, cangkir kecil dengan pegangan, kubus (dengan rusuk 2,5 cm,

berjumlah 8 buah berwarna merah, biru, kuning, dan hijau masing-masing 2 buah), botol

kecil berwarna bening dengan tutup berdiameter 2 cm, manik-manik/kismis, lonceng kecil,

bola tenis, pensil merah, dan kertas folio berwarna putih.3

Formulir Denver II berupa selembar kertas yang berisikan 125 tugas perkembangan

menurut usia pada halaman depan dan pedoman tes untuk item-item tertentu pada halaman

belakang. Pada garis horizontal teratas dan terbawah, terdapat skala usia dalam bulan dan

tahun yang dimulai dari anak lahir hingga usia 6 tahun. Pada usia 0-24 bulan, jarak antara 2

tanda (garis tegak kecil) adalah 1 bulan. Setelah usia 24 bulan, jarak antara 2 tanda adalah 3

bulan. Pada bagian depan, terdapat 125 item yang digambarkan dalam bentuk persegi panjang

yang ditempatkan dalam neraca usia, yang menunjukkan 25%, 50%, 75%, dan 90% dari

seluruh sampel standar anak normal yang dapat melaksanakan tugas tersebut.3

Pada beberapa kotak, terdapat catatan kecil angka (mis. 1, 2, dan 3) yang

menunjukkan bahwa item tersebut membutuhkan petunjuk khusus yang dapat dilihat di

bagian belakang lembar tes sesuai dengan angka yang tertulis. Pada sejumlah kotak juga

terdapat huruf “L” yang menandakan bahwa item tersebut dapat dinilai LULUS/LEWAT

berdasarkan laporan dari orangtua atau pengasuh anak.3

Seperti yang diketahui Denver II ditujukan untuk menilai perkembangan anak

berdasarkan usianya. Dengan demikian, sebelom melakukan tes ini, terlebih dahulu harus

mengetahui usia anak tersebut. Untuk menghitung usia anak, dapat dilakukan dengan menulis

tanggal, bulan, dan tahun dilaksanakannya tes. Selanjutnya kurangi dengan cara bersusun

dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran anak. Hasilnya adalah usia anak dalam tahun,

bulan, dan hari.3

Dalam pelaksanaan tes semua item harus diujikan sesuai dengan prosedur yang telah

terstandarisasi. Diperlukan kerja sama aktif dari anak sebab anak harus merasa tenang, aman,

senang, sehat (tidak mengantuk, tidak lapar, tidak haus, dan tidak rewel). Harus terbina kerja

sama yang baik antara kedua belah pihak baik pemeriksa maupun pasien. Ruangan test harus

cukup luas, ventilasi baik, dan berikan kesan yang santai dan menyenangkan. Orang tua harus

diberitahu bahwa tes ini bukan tes kepandaian/IQ, melainkan tes untuk melihat

perkembangan anak secara keseluruhan. Beritahukan bahwa anak tidak selalu dapat

melaksanakan semua tugas yang diberikan.3

6

Page 7: Blok 13 Denver II

Pada setiap item, perlu dicantumkan skor di area kotak yang berwarna putih (dekat

tanda 50%) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. L = Lulus/Lewat (P = Pass). Anak dapat melakukan item dengan baik atau

orangtua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat

menyelesaikan item tersebut (item yang bertanda L).

2. G = Gagal (F = Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau

orangtua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat

melakukan item tersebut (item yang bertanda L).

3. M = Menolak (R = Refusal). Anak menolak untuk melakukan tes untuk item

tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang

harus dilakukannya (khusus item tanpa tanda L).

4. Tak = Tak ada kesempatan (No = No Opportunity). Anak tidak mempunyai

kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan (khusus item yang

bertanda L).4

Tes dilakukan terhadap semua item yang melalui garis usia dan 3 item sebelum garis

usia untuk masing-masing sektor. Jika seluruh skor item adalah L, melanjutkan tes pada item-

item di sebelah kanan garis usia sampai didapat skor gagal 3 kali berturut-turut. Jika

diperoleh skor G, M, atau Tak, melanjutkan tes pada item-item di sebelah kiri garis usia

sampai didapat skor lulus 3 kali berturut-turut.3

Penilaian perilaku dilakukan setelah tes selesai. Dengan menggunakan skala pada

lembar tes, penilaian ini dapat membandingkan perilaku anak selama tes dengan perilaku

sebelumnya. Dapat ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah perilaku anak sehari-

hari sama dengan perilakunya saat itu. Terkadang anak tengah dalam kondisi sakit, lapar, atau

marah sewaktu menjalani pemeriksaan tersebut. Jika demikian, tes dapat ditunda dan

dilanjutkan pada hari lain saat anak telah kooperatif.3

Interpretasi hasil untuk tes ini terdiri atas dua tahap, yaitu penilaian per item dan

penilaian tes secara keseluruhan. Penilaian per item dengan kategori sebagai berikut:

1. Penilaian item “Lebih” (Advance). Nilai lebih tidak perlu diperhatikan dalam

penilaian tes secara keseluruhan (karena biasanya hanya dapat dilakukan oleh

anak yang lebih tua). Nilai “Lebih” diberikan jika anak dapat “Lulus/Lewat” (L)

dari item tes di sebelah kanan garis usia. Anak dinilai memiliki kelebihan karena

dapat melakukan tugas perkembangan yang seharusnya dikuasai oleh anak yang

lebih tua.4

7

Page 8: Blok 13 Denver II

2. Penilaian item “OK” atau normal. Nilai normal ini tidak perlu diperhatikan dalam

penilaian tes secara keseluruhan. Nilai “OK” dapat diberikan pada anak dalam

kondisi berikut. Pertama anak “Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas

untuk item di sebelah kanan garis usia. Kondisi ini wajar, karena item di sebelah

kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak yang lebih tua.

Dengan demikian, tidak menjadi masalah jika anak gagal atau menolak

melakukan tugas tersebut karena masih banyak kesempatan bagi anak untuk

melakukan tugas tersebut jika usianya sudah mencukupi. Kedua, anak

“Lulus/Lewat” (L), “Gagal” (G), atau “Menolak” (M) melakukan tugas untuk

item di daerah putih kotak (daerah 25%-75%). Jika anak lulus, sudah tentu hal ini

dianggap normal, sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak di usia

tersebut. Anak gagal atau menolak juga masih digolongkan OK karena perlu

diketahui daerah putih pada kotak menandakan bahwa sebanyak 25%-75% anak

tersebut mampu/lulus melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain, masih ada

sebagian anak di usia tersebut yang belom berhasil melakukannya. Jadi, jika anak

gagal atau menolak melakukan tugas pada daerah itu, hal ini masih dianggap

wajar, dan anak masih memiliki kesempatan untuk melakukannya pada tes yang

akan datang.4

3. Penilaian item P (Peringatan/Caution). Nilai “Peringatan” diberikan jika anak

“Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh

garis usia pada daerah gelap kotak (daerah 75%-90%). Anak tersebut masuk ke

dalam kelompok minoritas yaitu 10%-25% yang belom berhasil melakukannya.

Perlu diperhatikan, meskipun dalam hal ini anak masih memiliki kesempatan

untuk memperbaikinya, karena masih berada dalam kelompok usianya, anak

tersebut tetap memerlukan perhatian yang lebih mengingat mayoritas teman

sebayanya sudah berhasil.4

4. Penilaian item T (Terlambat/Delayed). Nilai “Terlambat” diberikan jika anak

“Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas item di sebelah kiri garis usia

sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang lebih muda. Seorang

anak seharusnya mampu melakukan tugas untuk kelompok usia yang lebih muda,

yang tentunya merupakan tugas yang lebih ringan.

5. Penilaian item “Tak ada kesempatan” (No Opportunity). Nilai “Tak” ini tidak

perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai ini diberikan jika

anak tidak ada kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes.4

8

Page 9: Blok 13 Denver II

Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu, “Normal”,

“Suspek”, dan “Tak dapat diuji”. Penjelasan mengenai ketiga kategori tersebut adalah:

1. Normal. Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor “Terlambat” (0 T) dan

atau maksimal 1 “Peringatan” (1 P). Jika hasil ini didapat, lakukan pemeriksaan

ulang pada kunjungan berikutnya.4

2. Suspek. Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih skor

“Terlambat” (1 T) dan atau dua atau lebih skor “Perhatian” (2 P). Dalam hal ini, T

dan P harus disebabkan oleh kegagalan (G), bukan oleh penolakan (M). Jika hasil

ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu mendatang untuk menghilangkan

faktor-faktor sesaat, seperti rasa takut, sakit atau kelelahan.4

3. Tidak dapat diuji. Interpretasi tidak dapat diuji diberikan jika terdapat satu atau

lebih skor “Terlambat” (1 T) dan atau dua atau lebih skor “Perhatian” (2 P).

Dalam hal ini, T dan P harus disebabkan oleh penolakan (M), bukan oleh

kegagalan (G). Jika hasil ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu

mendatang.4

Jika hasil tes berulang kali menunjukkan Suspek atau Tidak dapat diuji, anak perlu

menjalani sesi konsultasi dengan seorang ahli guna menentukan keadaan klinis.

Diagnosis Kerja

Bayi perempuan berusia 9 bulan di atas memiliki berat badan 9 kg, panjang badan 70

cm, dan lingkar kepala 40 cm. Berdasarkan grafik berat badan, panjang badan, dan lingkar

kepala pada anak perempuan usia 9 bulan, berat badan 9 kg terdapat pada persentil 75th (25%

anak memiliki berat di atas anak tersebut dan 75% anak memiliki berat di bawah anak

tersebut) dan panjang badan 70 cm terdapat pada persentil 50th. Sedangkan lingkar kepala 40

cm terletak di bawah rata-rata, namun dapat disimpulkan pertumbuhan bayi perempuan

tersebut masih dalam batas normal.

Secara personal-sosial, bayi dapat memasukkan biskuit ke mulut, berusaha mencapai

mainan, mengamati tangannya, belum bisa tepuk tangan, belum bisa menyatakan keinginan

tanpa menangis, belum bisa melambaikan tangan. Secara motorik halus, bayi dapat

mengambil 2 kubus, memindahkan kubus ke tangan lain, menggapuk manik-manik, belum

bisa memegang dengan ibu jari dan jari, belum bisa membenturkan 2 kubus, belum bisa

menaruh kubus di cangkir. Secara bahasa, bayi dapat mengoceh, bisa mengucapkan lebih dari

9

Page 10: Blok 13 Denver II

3 silabel yang sama, mengucapkan papa/mama tidak spesifik, belum bisa mama/papa secara

spesifik, belum bisa 1, 2, dan 3 kata. Secara motorik kasar, bayi dapat berdiri dengan

pegangan, bisa duduk sendiri, bisa duduk dengan pegangan, bisa tengkurap sendiri, belum

bisa bangkit untuk berdiri, belum bisa bangkit terus duduk, belum bisa berdiri.

Berdasarkan pemeriksaan Denver II, penilaian per item seluruhnya didapatkan bayi

normal (OK) dimana “Gagal” pada bayi masih berada pada daerah 25%-75% yang dipotong

garis usia. Sedangkan untuk beberapa item yang rata-rata bayi seusianya “Lulus”, bayi ini

juga “Lulus”. Dengan demikian, penilaian keseluruhan tes adalah “Normal” dengan tidak ada

keterlambatan.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dibagi atas medika mentosa dan non medika mentosa.

Penatalaksanaan medika mentosa dengan memberikan multivitamin karena tidak didapatkan

kelainan atau keterlambatan, sedangkan penatalaksanaan non medika mentosa dengan

memberikan edukasi kepada orang tua untuk melatih anaknya agar lebih aktif lagi seperti

melatih anaknya duduk sendiri, mengucapkan papa dan mama secara spesifik, melatih

anaknya untuk berdiri sendiri, melatih anaknya untuk memegang dengan ibu jari dan jari,

membenturkan 2 kubus, dan hal-hal lain yang sesuai dengan usianya. Kemudian beberapa

bulan kemudian, dapat pergi ke dokter untuk periksa Denver II kembali untuk memastikan

apakah anak tersebut normal atau mengalami keterlambatan.5

Prognosis

Prognosis untuk bayi perempuan 9 bulan ini adalah bonam karena tidak didapatkan

keterlambatan (Delayed).

Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dapat diukur dengan berbagai macam

cara salah satunya yaitu pemeriksaan Denver dimana pemeriksaan ini tergolong cukup

sederhana dan mencakup banyak informasi. Pada skenario hal tersebut adalah hal yang wajar

terjadi, namun perlu diberikan edukasi lebih sehingga anak bisa dapat lebih mengerti dan

belajar sesuai dengan kemampuannya.

10

Page 11: Blok 13 Denver II

Daftar Pustaka

1. Bickley LS. Bates : buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi ke-8.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h. 665-73

2. Hassan R, Alatas H, editor. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta: Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FKUI; 2003.h. 2-4, 7-8, 11-4, 21.

3. Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta:

Salemba Medika; 2008.

4. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson: ilmu kesehatan anak

esensial. Edisi ke-6. Singapore: Elsevier Inc.; 2014.h. 18.

5. Nugroho HSW. Petunjuk praktis denver developmental screening test. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. p. 4-22.

11