Download - Blok 13 Denver II
Menilai Laju Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dengan Denver
Edward Sundoro102013010 / A1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Perkembangan seorang anak selalu diiringi dengan pertumbuhan seorang anak.
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan besar dalam hal jumlah dan ukuran pada tingkat sel,
organ, maupun individu. Perkembangan (development) adalah peningkatan kemampuan
dalam hal struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Pertumbuhan pada dasarnya
merupakan dampak fisik, sedangankan perkembangan mengarah pada fungsi suatu organ atau
individu.
Jumlah balita di Indonesia yang sangat besar memiliki potensi yang tinggi jika
dikembangkan secara optimal. Sebaliknya, kondisi ini juga dapat menjadi sumber kerawanan
apabila tidak mendapat perhatian yang lebih dari berbagai pihak. Perkembangan dan
pertumbuhan anak yang optimal pada usia dini akan menjadi penentu bagi tahap-tahap
selanjutnya. Masa usia dini merupakan periode kritis dalam perkembangan anak.
Perkembangan kecerdasan anak berlangsung sangat pesat pada tahun awal-awal
kehidupannya. Oleh sebab itu, perkembangan anak usia dini harus mendapat perhatian yang
serius. Upaya ke arah sana tentunya memerlukan berbagai dukungan, terutama dukungan
dalam aspek gizi, kesehatan, dan pendidikan.
Keterlambatan perkembangan tentunya tidak diharapkan terjadi pada anak-anak.
Masyarakat dan terutama tenaga professional umumnya sudah memahami bahwa
keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan harus diidentifikasi dan ditangani sedini
mungkin. Penanganan dan pendidikan yang dilakukan sejak dini akan memakan biaya yang
lebih sedikit dan memberi hasil yang lebih efektif dalam pencapaian tujuan. Dengan
demikian, diperlukan suatu metode skrining untuk mendeteksi keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan pada anak sejak dini yang disebut Denver II.
1
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara untuk menetukan
diagnosis. Ada beberapa tipe anamnesis yaitu autoanamnesis, wawancara yang dilakukan
langsung kepada pasien dan aloanamnesis: wawancara yang dilakukan terhadap orangtua,
wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain (keterangan dari dokter yang
merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya
sendiri).1
Pada seorang pasien, terutama pasien anak, sebagian terbesar data yang diperlukan
untuk menegakkan diagnosis diperoleh dari anamnesis. Berdasarkan anamnesis sering dapat
ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktor-faktor yang mungkin menjadi
latar belakang penyakit, yang semuanya berguna dalam menentukan sikap untuk
penatalaksanaan selanjutnya.1
Jelaslah, bahwa anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat
menentukan dalam pemeriksaan klinis. Namun dalam kebanyakan kasus anak, aloanamnesis
akan lebih sering diterapkan dibandingkan dengan autoanamnesis, dalam hubungan ini
pemeriksa harus waspada akan kemungkinan terjadinya salah tafsir, oleh karena data tentang
keadaan pasien yang didapat mungkin berdasarkan asumsi atau persepsi orangtua atau
pengantar. Keadaan ini sering berkaitan dengan pengetahuan, adat, tradisi, kepercayaan,
kebiasaan, dan faktor budaya lainnya. Anamnesis yang ditanyakan adalah:1
1. Identitas pasien: nama lengkap dan nama panggilan, umur, jenis kelamin, nama
orangtua, alamat, data orangtua (umur, pendidikan dan pekerjaan), agama dan suku
bangsa.
2. Riwayat penyakit yang terdiri dari keluhan utama: riwayat perjalanan penyakit,
lamanya keluhan berlangsung, bagaimana sifat terjadinya gejala (apakah mendadak,
perlahan-lahan, terus menerus, hilang-timbul), apakah berhubungan dengan waktu
(pagi, sore, atau malam), untuk keluhan lokal harus dirinci lokasinya dan sifatnya
(menetap, menjalar, menyebar), berat-ringannya keluhan dan perkembangannya
(apakah menetap, cenderung bertambah berat, cenderung berkurang), terdapatnya hal
yang mendahului keluhan (apakah keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan atau
sudah pernah sebelumnya), bila sudah pernah, dirinci apakah intesitas dan
2
karakteristiknya sama atau berbeda, dan interval antara keluhan-keluhan tersebut,
apakah terdapat saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling pasien yang
menderita keluhan yang sama dan upaya yang telah dilakukan dan bagaimana
hasilnya.
3. Riwayat penyakit yang pernah diderita
4. Riwayat kehamilan ibu: kunjungan antenatal (ANC) dan kepada siapa kunjungan
antenatal itu dilakukan (dukun, perawat, bidan, dokter umum, dokter spesialis),
apakah ibu mendapatkan toksoid tetanus, terkena infeksi TORCH (toksoplasma,
rubella, cytomegalovirus, dan herpes simpleks), merokok atau minum minuman keras,
serta gizi ibu selama hamil (apakah tercukupi atau tidak), komplikasi selama
kehamilan ada atau tidak, hamil anak keberapa, dan lain sebagainya.
5. Riwayat kelahiran: tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran
(spontan, bedah cesar), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir, ada
komplikasi atau tidak dan morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir. Masa
kehamilan juga perlu ditanyakan (apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lewat
bulan). Berat dan panjang lahir, APGAR score yang bisa dilihat di kartu tempat anak
tersebut lahir, morbiditas yang berhubungan dengan kelahiran dan selama masa
neonatus seperti asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum, ikterus dan lain-lain.
Apgar score adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952
oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai
kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Apgar merupakan
singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, dan Respiration (warna kulit,
denyut jantung, respon refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan). Jumlah skor
rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini
membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan
terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes
menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30
menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami
kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan
otak. Namun, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi
yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera dan tidak didisain
untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
3
6. Riwayat makanan: ASI, MPASI (diberikan setelah usia anak diatas 6 bulan), makanan
tambahan, jenis dan jumlah, serta jadwal pemberian.
7. Riwayat imunisasi, apakah sudah lengkap/tidak sesuai dengan umur anak (hepatitis,
polio, BCG, DTP, campak, MMR, influenza, varisela, HPV, PCV, Hib, tifoid)
8. Riwayat tumbuh kembang: kurva berat badan dan tinggi badan, serta kemampuan
motor kasar, motor halus, sosial-personal, dan bahasa-adaptif, perkembangan pubertas
9. Riwayat penyakit keluarga, apakah ada penyakit bawaan/tidak.
10.Corak reproduksi ibu: umur ibu pada saat hamil (paling baik umur 20-30 tahun), jarak
kelahiran (paling baik 3 tahun), dan jumlah kelahiran/paritas (paling baik 2 anak),
jumlah persalinan termasuk aborsi.
Dari anamnesis diketahui bahwa riwayat kehamilan ibu tidak ada komplikasi dan
ANC teratur. Riwayat kelahiran lahir spontan per vaginam, tanpa komplikasi dan bayi
menangis kuat serta aktif. Riwayat penyakit dahulu dan keluarga tidak ada. Nutrisi
yang diberikan pada bayi usia 9 bulan adalah ASI dan MPASI. Imunisasi BCG,
Hepatitis B sebanyak 3x, Polio 4x, dan DPT 3x.
Pemeriksaan Denver
DDST atau Denver Developmental Screening Test adalah sebuah metode pengkajian
yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun.
Nama “Denver” menunjukkan bahwa uji skrining ini dibuat di University of Colorado
Medical Center di Denver. Tes ini dikembangkan oleh William K. Frankenburg dan J.B.
Dodds pada tahun 1967. DDST mereflesikan persentase kelompok anak usia tertentu yang
dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu. Tes ini dapat dilakukan oleh dokter
spesialis anak, tenaga professional kesehatan lainnya, atau tenaga professional dalam layanan
sosial.2
Dalam perkembangannya DDST mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir
adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standarisasi dari DDST dan DDST-R
(Revised Denver Developmental Screening Test). Perbedaan Denver II dengan skrining
terdahulu terletak pada item-item test, bentuk, interpretasi, dan rujukan.2
Penyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini seringkali sulit dideteksi
dengan pemeriksaan fisik rutin. Denver II ini dikembangkan untuk membantu petugas
kesehatan dalam mendeteksi masalah perkembangan anak usia dini. Menurut studi yang
dilakukan oleh The Public Health Agency of Canada, Denver II adalah metode tes yang
4
paling banyak digunakan untuk skrining masalah perkembangan anak. Tes ini bermanfaat
dalam mendeteksi masalah perkembangan yang berat. Akan tetapi, tes ini telah dikritik tidak
reliable dalam memprediksikan masalah-masalah yang kurang berat dan spesifik. Terhadap
kritik tersebut Frankenburg menjelaskan bahwa tujuan pokok dari Denver bukan untuk
menetapkan diagnosis akhir, melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi anak-
anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.2
Manfaat pengkajian perkembangan dengan menggunakan Denver bergantung pada
usia anak. Pada bayi baru lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis, salah
satunya serebral palsi. Pada bayi, tes ini seringkali dapat memberikan jaminan kepada
orangtua atau bermanfaat dalam mengidentifikasi berbagai problema dini yang mengancam.
Pada anak, tes ini dapat membantu meringankan masalah akademik dan sosial.2
Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, yaitu menilai tingkat
perkembangan anak sesuai dengan usianya, menilai tingkat perkembangan anak yang tampak
sehat, menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala dan kemungkinan
adanya kelainan perkembangan, memastikan anak yang diduga mengalami kelainan
perkembangan, dan untuk memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.3
Denver II bukanlah merupakan suatu tes IQ dan bukan alat peramal kemampuan
adaptif atau intelektual (perkembangan) pada masa yang akan datang. Tes ini juga bukan
digunakan untuk menetapkan diagnosis, seperti kesukaran belajar, gangguan bahasa,
gangguan emosional, dan sebagainya. Denver II diarahkan untuk membandingkan
kemampuan perkembangan anak dengan anak lain yang seusia, bukan sebagai pengganti
evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik.3
Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak,
mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi
menjadi 4 sektor, yaitu sektor personal-sosial (penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan
pribadi), sektor motorik halus-adaptif (koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan
menggunakan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah), sektor Bahasa (mendengar,
mengerti, dan menggunakan Bahasa), dan sektor motorik kasar (duduk, berjalan, dan
melakukan gerakan umum otot besar lainnya). Setelah melakukan tes Denver II, dilakukan
tes perilaku untuk membantu pemeriksa menilai seluruh perilaku anak secara subjektif dan
memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya.3
Dalam melaksanakan tes perkembangan anak dengan menggunakan Denver II, perlu
dilakukan langkah-langkah persiapan, diantaranya persiapan alat tes, formulir Denver II,
pedoman pelaksanaan pengujian, baru dilanjutkan dengan penghitungan usia anak, dan
5
terakhir pelaksanaan tes sesuai dengan usia anak. Alat-alat pokok yang dibutuhkan dalam
penerapan Denver II antara lain adalah benang wol merah, icik-icik dengan gagang kecil,
boneka kecil dengan botol susu, cangkir kecil dengan pegangan, kubus (dengan rusuk 2,5 cm,
berjumlah 8 buah berwarna merah, biru, kuning, dan hijau masing-masing 2 buah), botol
kecil berwarna bening dengan tutup berdiameter 2 cm, manik-manik/kismis, lonceng kecil,
bola tenis, pensil merah, dan kertas folio berwarna putih.3
Formulir Denver II berupa selembar kertas yang berisikan 125 tugas perkembangan
menurut usia pada halaman depan dan pedoman tes untuk item-item tertentu pada halaman
belakang. Pada garis horizontal teratas dan terbawah, terdapat skala usia dalam bulan dan
tahun yang dimulai dari anak lahir hingga usia 6 tahun. Pada usia 0-24 bulan, jarak antara 2
tanda (garis tegak kecil) adalah 1 bulan. Setelah usia 24 bulan, jarak antara 2 tanda adalah 3
bulan. Pada bagian depan, terdapat 125 item yang digambarkan dalam bentuk persegi panjang
yang ditempatkan dalam neraca usia, yang menunjukkan 25%, 50%, 75%, dan 90% dari
seluruh sampel standar anak normal yang dapat melaksanakan tugas tersebut.3
Pada beberapa kotak, terdapat catatan kecil angka (mis. 1, 2, dan 3) yang
menunjukkan bahwa item tersebut membutuhkan petunjuk khusus yang dapat dilihat di
bagian belakang lembar tes sesuai dengan angka yang tertulis. Pada sejumlah kotak juga
terdapat huruf “L” yang menandakan bahwa item tersebut dapat dinilai LULUS/LEWAT
berdasarkan laporan dari orangtua atau pengasuh anak.3
Seperti yang diketahui Denver II ditujukan untuk menilai perkembangan anak
berdasarkan usianya. Dengan demikian, sebelom melakukan tes ini, terlebih dahulu harus
mengetahui usia anak tersebut. Untuk menghitung usia anak, dapat dilakukan dengan menulis
tanggal, bulan, dan tahun dilaksanakannya tes. Selanjutnya kurangi dengan cara bersusun
dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran anak. Hasilnya adalah usia anak dalam tahun,
bulan, dan hari.3
Dalam pelaksanaan tes semua item harus diujikan sesuai dengan prosedur yang telah
terstandarisasi. Diperlukan kerja sama aktif dari anak sebab anak harus merasa tenang, aman,
senang, sehat (tidak mengantuk, tidak lapar, tidak haus, dan tidak rewel). Harus terbina kerja
sama yang baik antara kedua belah pihak baik pemeriksa maupun pasien. Ruangan test harus
cukup luas, ventilasi baik, dan berikan kesan yang santai dan menyenangkan. Orang tua harus
diberitahu bahwa tes ini bukan tes kepandaian/IQ, melainkan tes untuk melihat
perkembangan anak secara keseluruhan. Beritahukan bahwa anak tidak selalu dapat
melaksanakan semua tugas yang diberikan.3
6
Pada setiap item, perlu dicantumkan skor di area kotak yang berwarna putih (dekat
tanda 50%) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. L = Lulus/Lewat (P = Pass). Anak dapat melakukan item dengan baik atau
orangtua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat
menyelesaikan item tersebut (item yang bertanda L).
2. G = Gagal (F = Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau
orangtua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat
melakukan item tersebut (item yang bertanda L).
3. M = Menolak (R = Refusal). Anak menolak untuk melakukan tes untuk item
tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang
harus dilakukannya (khusus item tanpa tanda L).
4. Tak = Tak ada kesempatan (No = No Opportunity). Anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan (khusus item yang
bertanda L).4
Tes dilakukan terhadap semua item yang melalui garis usia dan 3 item sebelum garis
usia untuk masing-masing sektor. Jika seluruh skor item adalah L, melanjutkan tes pada item-
item di sebelah kanan garis usia sampai didapat skor gagal 3 kali berturut-turut. Jika
diperoleh skor G, M, atau Tak, melanjutkan tes pada item-item di sebelah kiri garis usia
sampai didapat skor lulus 3 kali berturut-turut.3
Penilaian perilaku dilakukan setelah tes selesai. Dengan menggunakan skala pada
lembar tes, penilaian ini dapat membandingkan perilaku anak selama tes dengan perilaku
sebelumnya. Dapat ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah perilaku anak sehari-
hari sama dengan perilakunya saat itu. Terkadang anak tengah dalam kondisi sakit, lapar, atau
marah sewaktu menjalani pemeriksaan tersebut. Jika demikian, tes dapat ditunda dan
dilanjutkan pada hari lain saat anak telah kooperatif.3
Interpretasi hasil untuk tes ini terdiri atas dua tahap, yaitu penilaian per item dan
penilaian tes secara keseluruhan. Penilaian per item dengan kategori sebagai berikut:
1. Penilaian item “Lebih” (Advance). Nilai lebih tidak perlu diperhatikan dalam
penilaian tes secara keseluruhan (karena biasanya hanya dapat dilakukan oleh
anak yang lebih tua). Nilai “Lebih” diberikan jika anak dapat “Lulus/Lewat” (L)
dari item tes di sebelah kanan garis usia. Anak dinilai memiliki kelebihan karena
dapat melakukan tugas perkembangan yang seharusnya dikuasai oleh anak yang
lebih tua.4
7
2. Penilaian item “OK” atau normal. Nilai normal ini tidak perlu diperhatikan dalam
penilaian tes secara keseluruhan. Nilai “OK” dapat diberikan pada anak dalam
kondisi berikut. Pertama anak “Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas
untuk item di sebelah kanan garis usia. Kondisi ini wajar, karena item di sebelah
kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak yang lebih tua.
Dengan demikian, tidak menjadi masalah jika anak gagal atau menolak
melakukan tugas tersebut karena masih banyak kesempatan bagi anak untuk
melakukan tugas tersebut jika usianya sudah mencukupi. Kedua, anak
“Lulus/Lewat” (L), “Gagal” (G), atau “Menolak” (M) melakukan tugas untuk
item di daerah putih kotak (daerah 25%-75%). Jika anak lulus, sudah tentu hal ini
dianggap normal, sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak di usia
tersebut. Anak gagal atau menolak juga masih digolongkan OK karena perlu
diketahui daerah putih pada kotak menandakan bahwa sebanyak 25%-75% anak
tersebut mampu/lulus melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain, masih ada
sebagian anak di usia tersebut yang belom berhasil melakukannya. Jadi, jika anak
gagal atau menolak melakukan tugas pada daerah itu, hal ini masih dianggap
wajar, dan anak masih memiliki kesempatan untuk melakukannya pada tes yang
akan datang.4
3. Penilaian item P (Peringatan/Caution). Nilai “Peringatan” diberikan jika anak
“Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh
garis usia pada daerah gelap kotak (daerah 75%-90%). Anak tersebut masuk ke
dalam kelompok minoritas yaitu 10%-25% yang belom berhasil melakukannya.
Perlu diperhatikan, meskipun dalam hal ini anak masih memiliki kesempatan
untuk memperbaikinya, karena masih berada dalam kelompok usianya, anak
tersebut tetap memerlukan perhatian yang lebih mengingat mayoritas teman
sebayanya sudah berhasil.4
4. Penilaian item T (Terlambat/Delayed). Nilai “Terlambat” diberikan jika anak
“Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas item di sebelah kiri garis usia
sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang lebih muda. Seorang
anak seharusnya mampu melakukan tugas untuk kelompok usia yang lebih muda,
yang tentunya merupakan tugas yang lebih ringan.
5. Penilaian item “Tak ada kesempatan” (No Opportunity). Nilai “Tak” ini tidak
perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai ini diberikan jika
anak tidak ada kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes.4
8
Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu, “Normal”,
“Suspek”, dan “Tak dapat diuji”. Penjelasan mengenai ketiga kategori tersebut adalah:
1. Normal. Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor “Terlambat” (0 T) dan
atau maksimal 1 “Peringatan” (1 P). Jika hasil ini didapat, lakukan pemeriksaan
ulang pada kunjungan berikutnya.4
2. Suspek. Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih skor
“Terlambat” (1 T) dan atau dua atau lebih skor “Perhatian” (2 P). Dalam hal ini, T
dan P harus disebabkan oleh kegagalan (G), bukan oleh penolakan (M). Jika hasil
ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu mendatang untuk menghilangkan
faktor-faktor sesaat, seperti rasa takut, sakit atau kelelahan.4
3. Tidak dapat diuji. Interpretasi tidak dapat diuji diberikan jika terdapat satu atau
lebih skor “Terlambat” (1 T) dan atau dua atau lebih skor “Perhatian” (2 P).
Dalam hal ini, T dan P harus disebabkan oleh penolakan (M), bukan oleh
kegagalan (G). Jika hasil ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu
mendatang.4
Jika hasil tes berulang kali menunjukkan Suspek atau Tidak dapat diuji, anak perlu
menjalani sesi konsultasi dengan seorang ahli guna menentukan keadaan klinis.
Diagnosis Kerja
Bayi perempuan berusia 9 bulan di atas memiliki berat badan 9 kg, panjang badan 70
cm, dan lingkar kepala 40 cm. Berdasarkan grafik berat badan, panjang badan, dan lingkar
kepala pada anak perempuan usia 9 bulan, berat badan 9 kg terdapat pada persentil 75th (25%
anak memiliki berat di atas anak tersebut dan 75% anak memiliki berat di bawah anak
tersebut) dan panjang badan 70 cm terdapat pada persentil 50th. Sedangkan lingkar kepala 40
cm terletak di bawah rata-rata, namun dapat disimpulkan pertumbuhan bayi perempuan
tersebut masih dalam batas normal.
Secara personal-sosial, bayi dapat memasukkan biskuit ke mulut, berusaha mencapai
mainan, mengamati tangannya, belum bisa tepuk tangan, belum bisa menyatakan keinginan
tanpa menangis, belum bisa melambaikan tangan. Secara motorik halus, bayi dapat
mengambil 2 kubus, memindahkan kubus ke tangan lain, menggapuk manik-manik, belum
bisa memegang dengan ibu jari dan jari, belum bisa membenturkan 2 kubus, belum bisa
menaruh kubus di cangkir. Secara bahasa, bayi dapat mengoceh, bisa mengucapkan lebih dari
9
3 silabel yang sama, mengucapkan papa/mama tidak spesifik, belum bisa mama/papa secara
spesifik, belum bisa 1, 2, dan 3 kata. Secara motorik kasar, bayi dapat berdiri dengan
pegangan, bisa duduk sendiri, bisa duduk dengan pegangan, bisa tengkurap sendiri, belum
bisa bangkit untuk berdiri, belum bisa bangkit terus duduk, belum bisa berdiri.
Berdasarkan pemeriksaan Denver II, penilaian per item seluruhnya didapatkan bayi
normal (OK) dimana “Gagal” pada bayi masih berada pada daerah 25%-75% yang dipotong
garis usia. Sedangkan untuk beberapa item yang rata-rata bayi seusianya “Lulus”, bayi ini
juga “Lulus”. Dengan demikian, penilaian keseluruhan tes adalah “Normal” dengan tidak ada
keterlambatan.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dibagi atas medika mentosa dan non medika mentosa.
Penatalaksanaan medika mentosa dengan memberikan multivitamin karena tidak didapatkan
kelainan atau keterlambatan, sedangkan penatalaksanaan non medika mentosa dengan
memberikan edukasi kepada orang tua untuk melatih anaknya agar lebih aktif lagi seperti
melatih anaknya duduk sendiri, mengucapkan papa dan mama secara spesifik, melatih
anaknya untuk berdiri sendiri, melatih anaknya untuk memegang dengan ibu jari dan jari,
membenturkan 2 kubus, dan hal-hal lain yang sesuai dengan usianya. Kemudian beberapa
bulan kemudian, dapat pergi ke dokter untuk periksa Denver II kembali untuk memastikan
apakah anak tersebut normal atau mengalami keterlambatan.5
Prognosis
Prognosis untuk bayi perempuan 9 bulan ini adalah bonam karena tidak didapatkan
keterlambatan (Delayed).
Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dapat diukur dengan berbagai macam
cara salah satunya yaitu pemeriksaan Denver dimana pemeriksaan ini tergolong cukup
sederhana dan mencakup banyak informasi. Pada skenario hal tersebut adalah hal yang wajar
terjadi, namun perlu diberikan edukasi lebih sehingga anak bisa dapat lebih mengerti dan
belajar sesuai dengan kemampuannya.
10
Daftar Pustaka
1. Bickley LS. Bates : buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi ke-8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h. 665-73
2. Hassan R, Alatas H, editor. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI; 2003.h. 2-4, 7-8, 11-4, 21.
3. Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika; 2008.
4. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson: ilmu kesehatan anak
esensial. Edisi ke-6. Singapore: Elsevier Inc.; 2014.h. 18.
5. Nugroho HSW. Petunjuk praktis denver developmental screening test. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. p. 4-22.
11