block book spp1

24
SISTEM PERADILAN PIDANA KODE MATA KULIAH : WHI 6258 BLOCK BOOK Planning group : I Ketut Keneng, SH,MH ( Kordinator) Bagian Hukum Acaraa FH UNUD, Telp. 431876, e-mail: [email protected] I Wayan Tangun Susila SH. MH Bagian Hukum Acara FH UNUD, Telp 461225

Upload: kertiyasa-komang

Post on 26-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Block Book Spp1

SISTEM PERADILAN PIDANAKODE MATA KULIAH : WHI 6258

BLOCK BOOK

Planning group : I Ketut Keneng, SH,MH ( Kordinator) Bagian Hukum Acaraa FH UNUD, Telp. 431876, e-mail: [email protected]

I Wayan Tangun Susila SH. MH Bagian Hukum Acara FH UNUD, Telp 461225

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS UDAYANA

2009/ 2010

Page 2: Block Book Spp1

1. Identifikasi Mata Kuliah

WHI 6258 : Sistem Peradilan PidanaTeam Pengajar : I Ketut Keneng, SH,MH

I Wayan Tangun Susila SH. MH

Status Mata Kuliah : MK Wajib Institutional (Universitas / Fakultas)SKS : 2

2. Diskripsi Mata Kuliah :

Sistem peradilan pidana dapat digambarkan secara singkat sebagai suatu sistem yang

bertujuan untuk menanggulangi kejahatan, salah satu usaha masyarakat untuk

mengendalikan terjadinya kejahatan agar berada dalam batas-batas toleransi yang dapat

diterimanya. Sistem ini dianggap berhasil, apabila sebagian besar dari laporan dan

keluhan masyarakat bahwa mereka telah menjadi korban dari suatu kejahatan dapat

diselesaikan dengan diajukan pelaku kemuka siding pengadilan dan menerima pidana.

Gambaran di atas adalah memang tugas utama dari sistem ini, tetapi tidak merupakan

keseluruhan tugas sistem. Masih merupakan bagian tugas sistem adalah mencegah

terjadinya korban kejahatan maupun mencegah bahwa mereka yang sedang ataupun telah

selesai menjalani pidana tidak mengulangi lagi perbuatan mereka yang melanggar hukum

itu. Sistem peradilan pidana dikenal ada empat komponen, adapun keempat komponen

yang bekerjasama dalam sistem ini adalah terutama instansi-instansi (badan-badan) yang

kita kenal dengan nama: kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.

Dapat diketahui bahwa keempat instansi (badan) tersebut merupakan instansi yang

masing-masing berdiri sendiri secara administratif. Kepolisian mempunyai puncak

MABES POLRI, Kejaksaan mempunyai puncak Kejaksaan Agung, Pengadilan

mempunyai puncak Mahkamah Agung dan Lembaga Pemasyarakatan berada dalam

struktur organisasi Departemen Hukum dan HAM. Dalam pengertian dan gambaran

sistem peradilan pidana seperti diuraikan dengan singkat di atas, maka kerjasama erat

dalam satu sistem oleh keempat instansi adalah suatu keharusan. Jelas hal ini tidak

mudah, tetapi kerugian yang dapat timbul apabila hal ini tidak dilakukan adalah pula

besar.

Page 3: Block Book Spp1

3. Tujuan Mata Kuliah

Melalui pemahaman terhadap Mata Kuliah Sistem Peradilan Pidana ini diharapkan

mahasiswa dapat memahami tentang semua aspek Sistem Peradilan Pidana Terpadu, dan

cara penyelesaian masalah yang terdapat di dalamnya, guna mencapai tujuan dari SPP,

serta dapat memahami perkembangan Pendidikan hukum & ilmu pengetahuan yang

dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk turut serta menciptakan suatu sistem: peradilan

pidana , penegakan, penyelenggaraan/tindakan yang lebih sesuai dengan perkembangan

perubahan masyarakat.

4. Metoda dan Strategi Proses Pembelajaran

Metode Perkuliahan adalah Problem Based Learning (PBL) pusat pembelajaran ada

pada mahasiswa. Metode yang diterapkan adalah “belajar” (Learning) bukan

“mengajar” (Teaching). Karena itu, strategi pembelajaran berupa tanya jawab, tugas

terstruktur, diskusi, belajar mandiri, diskusi berkelompok terarah (Focus Group

Discussion), dan permainan peran (Rule Play). Pada awalnya perkuliahan, tanya jawab

dilakukan untuk mengetahui pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Prior

Knowledge) oleh mahasiswa dan untuk melakukan Brainstorming atas permasalahan-

permasalahan yang telah diidentifikasi.

Strategi perkuliahan :

Perkuliahan tentang sub-sub pokok bahasan dipaparkan dengan alat bantu media

papan tulis, power point slide, serta peyiapan bahan bacaan tertentu yang dipandang

sulit diakses oleh mahasiswa. Sebelum mengikuti perkuliahan mahasiswa sudah

mempersiapkan diri (self study) mencari bahan materi, membaca dan memahami

pokok bahasan yang akan dikuliahkan sesuai dengan arahan ( guidance ) dalam Block

Book. Tehnik perkuliahan : pemaparan materi , tanya jawab dan diskusi ( proses

pembelajaran dua arah ).

Page 4: Block Book Spp1

5. Ujian dan Penilaian

Ujian

Ujian dilaksanakan dua kali dalam bentuk tertulis yaitu Ujian tengah Semester

(UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS)

Penilaian

Penilaian Akhir dari proses pembelajaran ini berdasarkan Rumus Nilai Akhir

sesuai Buku Pedoman yaitu :

(UTS + TT) + 2 (UAS)

2 NA = ____________________

3

Nilai Range

A 80-100

B+ 70-79

B 65-69

C+ 60-64

C 55-59

D+ 50-54

D 40-49

E 0-39

6. Materi Perkuliahan ( Organisasi perkuliahan)

I. PENDAHULUAN

1. Pengertian Sistem Peradilan Pidana

2.Tujuan Sistem Peradilan Pidana

II. PENDEKATAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA

1. Pendekatan Law and Order

2. Pendekatan sistem.

3. Pendekatan normative, administratif dan social

Page 5: Block Book Spp1

III. KOMPONEN SISTEM PERADILAN PIDANA

.1 Kepolisian sebagat sub Sistem Peradilan Pidana.

2 Kejaksaan sebagat sub Sistem Peradilan Pidana.

3 Pengadilan sebagai sub Sistem Peradilan Pidana.

4 Lembaga Pemasyarakat sebagai subSistem Peradilan Pidana.

5 Advokat sebagai sub Sistem Peradilan Pidana.

IV.MODEL-MODEL SISTEM PERADILAN PIDANA

1.Model sstem pemeriksaan Inkuisitur.

2.Crime Control Model.

3 Due Prosess Model.

4. Family Model

5. Integreted Model

V. SISTEM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA.

1. Perubahan fundamental dalam Sistem Peradila Pidana dengan berlakunya

KUHAP.

2. Hubungan fungsional antara sub. sistem dalam proses peradilan pidana.

3. Implikasi UU No.8 Th 1981 terhadap sistem peradilan pidana di Indonesia.

4. Sistem peradilan pidana terpadu (Intergreted Criminal Justice Sistem).

6.BAHAN BACAAN:

1. Romli Atmasasmita, SH.LLM : Sistem Peradilan Pidana-Persspektif

Eksistensialisme

dan Abolisionisme.

2. Sidik Sunaryo : Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

3. Prof. Dr. H. Muladi, SH. : Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

4. Mardjono Reksodiputro : Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan

Pidana.

Page 6: Block Book Spp1

5. ----------------------------- : Kriminologi Dalam Sistem Peradilan Pidana.

6. Martiman Prodjohamidjojo : Pembahasan Hukum Acara Pidana

7. Herbert L. Parker : The Limits of The Criminal Sanction.

8. Ansori Sabuan, dkk. : Hukum Acara Pidana.

9. Soedjono D : Sistem Peradilan Pidana di Indonesia,

10. ______________________ : Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

11. ______________________ : Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP).

7.Persiapan Proses Perkuliahan

Mahasiswa diwajibkan sudah memiliki Block Book Mata Kuliah Sistem Peradilan Pidana

ini sebelum perkuliahan dimulai, dan sudah mempersiapkan materi sehingga proses

perkuliahan dan toutorial dapat terlaksana dengan lancar.

Pertemuan 1 : Perkuliahan 1 ( Lectures)

Pendahuluan.

1. Pengertian Sistem Peradilan Pidana

2.Tujuan Sistem Peradilan Pidana

Bahan Bacaan :

PerUndang-Undangan

UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 4 Tahun 2004 Literatur

• Romli Atmasasmita SH.LLM.; Sistem Peradilan Pidana Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme

• Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia dan Sistem Peradilan Pidana

• -----------------------------, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana

Page 7: Block Book Spp1

Pertemuan 2 : Perkuliahan 2 ( Lectures)

Pendekatan dalam Sistem Peradilan Pidana

1. Pendekatan Law and Order

2. Pendekatan sistem.

3. Pendekatan normative, administratif dan social

Bahan Bacaan :

• Romli Atmasasmita SH.LLM.; Sistem Peradilan Pidana Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme

• Mardjono Reksodiputro, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana.

• Sidik Sunaryo; Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana

• Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia dan Sistem Peradilan Pidana

Pertemuan 3 : Perkuliahan 3 ( Lectures)

KOMPONEN SISTEM PERADILAN PIDANA

1 Kepolisian sebagat sub Sistem Peradilan Pidana.

2 Kejaksaan sebagai sub Sistem Peradilan Pidana.

Bahan Bacaan :

PerUndang-Undangan

UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 4 Tahun 2004, UU NO. 2 Tahun. 2002, NO. 16

Tahun 2004.

Literatur • Romli Atmasasmita SH.LLM.; Sistem Peradilan Pidana Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme

• Mardjono Reksodiputro, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana.

• Martiman Prodjohamidjojo : Pembahasan Hukum Acara Pidana

• Sidik Sunaryo; Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana

Page 8: Block Book Spp1

• Ansori Sabuan, dkk.; Hukum Acara Pidana.

• Soedjono D; Sistem Peradilan Pidana di Indonesia.

• Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia dan Sistem Peradilan Pidana.

Pertemuan 4 : Tutorial ke 1.

Discussion Task- Study Task

“ Bekerjanya sub sistem peradilan pidana adalah dimulai dari tejadinya tindak pidana

yang selanjutnya ada dua kemungkinan yang dilakukan oleh pihak korban yaitu: pertama

tidak mengadukan/melaporkan kepada kepolisian dengan beberapa alasan dan kedua

mengadukan/melaporkan kepada kepolisian. Apabila korban mengadukan/melaporkan

kepada kepolisian, maka pihak kepolisian ada dua kemungkinan yang dilakukan yaitu:

pertama tidak memproses aduan/laporan dari korban dengan beberapa alasan dan kedua

memproses aduan/laporan dari korban. Apabila kepolisian memproses aduan/laporan dari

korban, maka kepolisian (penyidik) menyerahkan perkaranya kepada kejaksaan.

Kepolisian menyerahkan perkaranya ke kejaksaan dilakukan dengan dua tahap, yaitu

tahap pertama dan tahap kedua. Pada saat kejaksaan menerima perkara tahap pertama,

terlebih dahulu akan diteliti dan bila dianggap belum lengkap maka akan dikembalikan

kepada kepolisian untuk dilengkapi (prapenuntutan). Apabila sudah dianggap lengkap,

maka pihak kejaksaan ada dua kemungkinan yang dilakukan yaitu: pertama tidak

melakukan penuntutan dengan beberapa alasan, kedua melakukan penuntutan dengan

melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang.

Diskusikan bekerjanya sub sistem peradilan pidana dari mulainya terjadinya tindak

pidana sampai Kejaksaan (penuntut umum) melimpahkan perkara ke pengadilan yang

berwenang.

Bahan Bacaan :

PerUndang-Undangan

Page 9: Block Book Spp1

UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 4 Tahun 2004, UU NO. 2 Tahun. 2002, NO. 16

Tahun 2004.

Literatur

• Romli Atmasasmita SH.LLM.; Sistem Peradilan Pidana Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme

• Mardjono Reksodiputro, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana.

• -----------------------------, Hak Asasi Manusia dan Sistem Peradilan Pidana.

• Sidik Sunaryo; Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana

• Ansori Sabuan, dkk.; Hukum Acara Pidana.

• Martiman Prodjohamidjojo : Pembahasan Hukum Acara Pidana

• Soedjono D; Sistem Peradilan Pidana di Indonesia.

Pertemuan 5 : Perkuliahan 4 ( Lectures)

KOMPONEN SISTEM PERADILAN PIDANA

1. Pengadilan sebagai sub Sistem Peradilan Pidana.

2. Lembaga Pemasyarakat sebagai subSistem Peradilan Pidana.

3. Advokat sebagai sub Sistem Peradilan Pidana.

Bahan Bacaan :

Per Undang-Undangan

UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 4 Tahun 2004, UU NO 8 Tahun. 2OO4; UU NO 5

Tahun 2004, UU NO. 12 Tahun 1995, UU NO. 18 Tahun 2003

Literatur

Romli Atmasasmita, SH.LLM, Sistem Peradilan Pidana-Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme.

Sidik Sunaryo, Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

Prof. Dr. H. Muladi, SH., Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

Page 10: Block Book Spp1

Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana.

-----------------------------, Kriminologi Dalam Sistem Peradilan Pidana.

Ansori Sabuan, dkk., Hukum Acara Pidana.

Martiman Prodjohamidjojo : Pembahasan Hukum Acara Pidana

Soedjono D, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia,

Pertemuan 6 : Tutorial ke 2

Discussion Task- Study Task

” Pada saat pengadilan menerima pelimpahan perkara dari kejaksaan (penuntut umum),

Ketua Pengadilan Negeri terlebih dahulu memeriksa pelimpahan perkara dari kejaksaan

tersebut, apakah merupakan kewenangan pengadilan atau tidak. Apabila tidak merupakan

kewenangnya maka perkara tersebut akan dikembalikan kepada pengadilan yang

berwenang dan tidak ada permasalahan, tetapi kalau ada permasalahan maka akan terjadi

sengketa kewenangan mengadili yang harus diselesaikan oleh peradilan yang berwenang

memeberikan putusan. Akan tetapi kalau merupakan kewenangannya maka Ketua

Pengadilan Negeri akan menunjuk hakim yang akan memerikasa perkara tersebut.

Selanjutnya hakim yang ditunjuk akan melakukan dua kemungkinan, yaitu pertama tidak

menyidangkan perkara tersebut dengan beberapa alasan dan kedua menyidangkan

perkara tersebut sampai membacakan putusannya. Selanjutnya bila putusan hakim

membebaskan/melepaskan dari segala tuntutan hukum maka terdakwa tidak masuk

Lembaga Pemasyarakatan, akan tetapi kalau putusannya menjatuhkan pidana maka

terdakwa akan masuk Lembaga Pemasyarakatan sebagai terpidana untuk dilakukan

pembinaan”.

Diskusikan bekerjanya sub sistem peradilan pidana dari mulainya Ketua Pengadilan

Negeri menerima pelimpahan perkara dari kejaksaan (penuntut umum) sampai keluar dari

Lembaga Pemasyarakatan.

Bahan Bacaan :

Per Undang-Undangan

UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 4 Tahun 2004, UU NO 8 Tahun. 2OO4; UU NO 5

Tahun 2004, UU NO. 12 Tahun 1995, UU NO. 18 Tahun 2003

Page 11: Block Book Spp1

Literatur

Romli Atmasasmita, SH.LLM, Sistem Peradilan Pidana-Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme.

Sidik Sunaryo, Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

Prof. Dr. H. Muladi, SH., Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana.

-----------------------------, Kriminologi Dalam Sistem Peradilan Pidana.

Ansori Sabuan, dkk., Hukum Acara Pidana.

Martiman Prodjohamidjojo : Pembahasan Hukum Acara Pidana

Soedjono D, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

Pertemuan 7 : Perkuliahan 5 ( Lectures)

MODEL-MODEL SISTEM PERADILAN PIDANA

1. Model sIstem pemeriksaan Inkuisitur.

2. Crime Control Model.

3. Due Prosess Model.

Bahan Bacaan :

PerUndang-Undangan

UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 4 Tahun 2004, UU NO 8 Tahun. 2OO4; UU NO 5

Tahun 2004, UU NO. 12 Tahun 1995.

Literatur:

Romli Atmasasmita, SH.LLM, Sistem Peradilan Pidana-Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme.

Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana.

-----------------------------, Kriminologi Dalam Sistem Peradilan Pidana.

Ansori Sabuan, dkk., Hukum Acara Pidana.

Page 12: Block Book Spp1

Martiman Prodjohamidjojo : Pembahasan Hukum Acara Pidana

Soedjono D, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia,

Herbert L. Parker, The Limits of The Criminal Sanction.

Ansori Sabuan, dkk., Hukum Acara Pidana.

Soedjono D, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia,

Pertemuan 8 : Tutorial ke 3

Discussion Task- Study Task

Berlakunya UU No 8 Th 1981 tentang KUHAP telah menimbulkan perubahan

fundamental baik secara konsepsional maupun secara implementasi terhdap tata cara

penyelesaian perkara pidana di Indonesia. Perubabahan Sistem Peradilan yang dianut

melalui UU tersebut sudah barang tentu mengakibatkan adanya perubahan dalam cara

berpikir yang kemudian mengakibatkan pula perubahan sikap dan caraberpikirserta

bertindak para aparat penegak hukum secara keseluruhan.Hal ini dapat dilihat dari

landasan UU No 8/1981 yang memiliki beberapa asas diantaranya; perlakuan yang sama

dimuka hukum; praduga tidak bersalah; hak untuk memperoleh bantuan hukum hak

untuk memperoleh ganti kerugian dan rehabilitasi.

Dalam Sistem Peradilan Pidana dikenal adanya dua model yaitu:

1. Due Proses Model dengan beberapa karakteristik.

2. Crime Control Model dengan beberapa karakteristik.

Tugas mahasiswa ;

1. Bandingkan Due process model dan crime control model.

2. Di antara kedua model tesebut, model apakah yang diterapkan semasa berlakunya

Het Herziene Inlandsch Reglement (Stbl. 1941 No. 44) dan UU No 8 Tahun 1981?

Bahan Bacaan :

Page 13: Block Book Spp1

PerUndang-Undangan

UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 4 Tahun 2004, UU NO 8 Tahun. 2OO4; UU NO 5

Tahun 2004.

Literatur

Romli Atmasasmita, SH.LLM, Sistem Peradilan Pidana-Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme.

Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana.

-----------------------------, Kriminologi Dalam Sistem Peradilan Pidana.

Ansori Sabuan, dkk., Hukum Acara Pidana.

Soedjono D, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia,

Herbert L. Parker, The Limits of The Criminal Sanction.

Ansori Sabuan, dkk., Hukum Acara Pidana.

Martiman Prodjohamidjojo : Pembahasan Hukum Acara Pidana

Soedjono D, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia,

Pertemuan 9 : Perkuliahan 6 ( Lectures).

MODEL-MODEL SISTEM PERADILAN PIDANA

Family Model

Integreted Model

Bahan Bacaan :

PerUndang-Undangan

UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 4 Tahun 2004, UU NO 8 Tahun. 2OO4; UU NO 5

Tahun 2004, UU NO. 12 Tahun 1995.

Literatur:

Romli Atmasasmita, SH.LLM, Sistem Peradilan Pidana-Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme.

Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana.

-----------------------------, Kriminologi Dalam Sistem Peradilan Pidana.

Soedjono D, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia,

Page 14: Block Book Spp1

Herbert L. Parker, The Limits of The Criminal Sanction.

Soedjono D, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia,

Pertemuan 10 : Perkuliahan 7 ( Lectures).

SISTEM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA.

Perubahan fundamental dalam Sistem Peradila Pidana dengan berlakunya

KUHAP.

Hubungan fungsional antara sub. sistem dalam proses peradilan pidana.

Bahan Bacaan :

Per Undang-Undangan

UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 4 Tahun 2004, UU NO 8 Tahun. 2OO4; UU NO 5

Tahun 2004, UU NO. 12 Tahun 1995, UU NO. 18 Tahun 2003

Literatur

Romli Atmasasmita, SH.LLM, Sistem Peradilan Pidana-Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme.

Sidik Sunaryo, Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

Prof. Dr. H. Muladi, SH., Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana.

-----------------------------, Kriminologi Dalam Sistem Peradilan Pidana.

Ansori Sabuan, dkk., Hukum Acara Pidana.

Martiman Prodjohamidjojo : Pembahasan Hukum Acara Pidana

Soedjono D, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia.

Pertemuan 11 : Perkuliahan 8 ( Lectures).

Implikasi UU No.8 Th 1981 terhadap sistem peradilan pidana di Indonesia.

Page 15: Block Book Spp1

Sistem peradilan pidana terpadu (Intergreted Criminal Justice Sistem).

Bahan Bacaan :

Per Undang-Undangan

UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 4 Tahun 2004, UU NO 8 Tahun. 2OO4; UU NO 5

Tahun 2004, UU NO. 12 Tahun 1995, UU NO. 18 Tahun 2003.

Literatur

Romli Atmasasmita, SH.LLM, Sistem Peradilan Pidana-Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme.

Sidik Sunaryo, Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

Prof. Dr. H. Muladi, SH., Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana.

-----------------------------, Kriminologi Dalam Sistem Peradilan Pidana.

Ansori Sabuan, dkk., Hukum Acara Pidana.

Martiman Prodjohamidjojo : Pembahasan Hukum Acara Pidana

Soedjono D, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia.

Pertemuan 12 : Tutorial ke 4

Discussion Task- Study Task

Berlakunya UU No 8 Th 1981 tentang KUHAP telah menimbulkan perubahan

fundamental baik secara konsepsional maupun secara implementasi terhdap tata cara

penyelesaian perkara pidana di Indonesia. Perubabahan Sistem Peradilan yang dianut

melalui UU tersebut sudah barang tentu mengakibatkan adanya perubahan dalam cara

berpikir yang kemudian mengakibatkan pula perubahan sikap dan cara berpikir serta

bertindak para aparat penegak hukum secara keseluruhan. Dilihat dari segi ilmu

pengetahuan hukum acara pidana, perubahan cara berpikir ini sangat penting artinya oleh

karena kaitan dan konsekuensinya terhadap cara bersikap dan bertindak. Suatu undang-

Page 16: Block Book Spp1

undang yang secara konsepsional baik bukan hanya akan efektif, akan tetapi sekaligus

akan menjadi tidak memiliki nilai-nilai yang dianggap baik dan adil apabila tidak

didukung oleh penghayatan yang baik atas nilai-nilai yang terkandung pada konsep

undang-undang. Perubahan sistem peradilan dari sistem inkuisitur semasa berlakunya

Het Herziene Inlandsch Reglement (Stbl. 1941 No. 44) ke sistem akusatur yang menurut

sementara orang dianut oleh Undang-undang No. 8 tahun 1981, perlu diamati dan diteliti

secara amat berhati-hati. Hal ini disebabkan perubahan dimaksud memiliki implikasi

yang mendasar dan meluas. Perubahan setelah berlakunya Undang-undang No. 8 tahun

1981, ini dapat dilihat dari landasan UU No 8/1981 yang memiliki beberapa asas

diantaranya; perlakuan yang sama dimuka hukum; praduga tidak bersalah; hak untuk

memperoleh bantuan hukum hak untuk memperoleh ganti kerugian dan rehabilitasi.

Diskusikan: apakah semasa berlakunya Het Herziene Inlandsch Reglement (Stbl. 1941

No. 44) menganut system inkuisitur dan semasa berlakunya UU No. 8 tahun 1981

menganut system akusatur?

Bahan Bacaan :

Per Undang-Undangan

UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 4 Tahun 2004, UU NO 8 Tahun. 2OO4; UU NO 5

Tahun 2004, UU NO. 12 Tahun 1995, UU NO. 18 Tahun 2003

Literatur

Romli Atmasasmita, SH.LLM, Sistem Peradilan Pidana-Persspektif

Eksistensialisme dan Abolisionisme.

Sidik Sunaryo, Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

Prof. Dr. H. Muladi, SH., Kapita Slekta Sistem Peradilan Pidana.

Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana.

-----------------------------, Kriminologi Dalam Sistem Peradilan Pidana.

Ansori Sabuan, dkk., Hukum Acara Pidana.

Martiman Prodjohamidjojo : Pembahasan Hukum Acara Pidana

Page 17: Block Book Spp1

Soedjono D, Sistem Peradilan Pidana di Indonesia.