bismillah proposal.doc
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri/usaha peternakan, khususnya ternak ruminansia cukup
pesat hal ini dikarenakan semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan bahan
pangan yang berkualitas tinggi diantaranya adalah daging sapi maupun susu. Jenis ternak
penghasil daging dan susu adalah sapi (potong dan perah), kerbau, kambing dan domba.
Produktifitas ternak ruminansia itu sendiri salah satunya ditentukan oleh faktor pakan
(ransum)-nya. Pakan utama untuk ternak ruminansia yang utama adalah hijauan . Agar
ternak ruminansia seperti sapi (potong, perah), kerbau, kambing, dan domba dapat
menghasilkan produksi yang tinggi diperlukan pakan hijauan yang cukup baik dari segi
segi kuantitas maupun kualitasnya.
Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas maupun
kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha
peternakan ternak ruminansia. Hal ini disebabkan hampir 90% pakan ternak ruminansia
berasal dari hijauan dengan konsumsi segar perhari 10 - 15% dari berat badan,
sedangkan sisanya adalah konsentrat dan pakan tambahan (feedsupplement) (Sirait et al.,
2005). Kendala dalam penyediaan pakan hijauan yang berkualitas dan berkelanjutan
adalah lahan subur atau produktif untuk penanaman pakan hijauan ternak, karena
penggunaan lahan produktif biasanya digunakan untuk tanaman bernilai ekonomis
tinggi. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pemanfaatan
lahan-lahan marjinal atau kurang produktif dengan pemberian unsur hara yang
diperlukan tanaman dengan cara pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman
(Fanindi et al., 2005).
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hijauan makanan ternak
adalah penggunaan pupuk organik. Pupuk dibagi menjadi dua macam yaitu pupuk kimia
dan organik. Pupuk kimia sendiri dibagi menjadi dua macam yaitu pupuk kimia tunggal
dan majemuk. Pupuk kimia tunggal hanya terdiri dari satu unsur hara misalnya pupuk
urea yang hanya mengandung N, sedangkan pupuk kimia majemuk sudah terdapat
beberapa unsur hara misalnya pupuk NPK yang mengandung N,P, dan K. Untuk pupuk
organik termasuk dalam pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih
dari satu unsur dan mengandung unsur mikro. Menurut Hardjowigeno (1987), hal-hal
yang perlu diperhatikan pada setiap usaha pemupukan adalah tanaman yang akan
dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang digunakan, dosis pupuk yang
diberikan, waktu pemupukan, dan cara pemupukan.
Limbah pertanian terutama pada bidang peternakan ini menyumbang emisi tingkat
pemanasan global yang tinggi. Menurut R. Goodland dan J. Anhang (2009), limbah
bidang peternakan menyumbang emisi sebesar kurang lebih 51%, terutama pada kotoran
ternak. Menurut Van Horn et al., (1994) seekor sapi perah dewasa akan menghasilkan
urine sebanyak 20 - 25 kg per hari. Salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran
limbah adalah mengintegrasikan usaha tersebut dengan usaha lainnya, yaitu usaha
pembuatan pupuk organik sebagai budidaya tanaman pertanian, sehingga menjadi suatu
sistem yang saling sinergis. Urine sapi dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi pupuk
organik cair karena di dalamnya terkandung potensi yaitu unsur mikro dan makro yang
lengkap.
Fermentasi merupakan segala macam proses metabolisme (enzim, jasad renik
secara oksidasi, reduksi, hidrolisa, atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan
kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk akhir. Prinsip dari
fermentasi ini adalah bahan limbah organik yang di ubah strukturnya oleh mikroba
dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu (Hannayuri, 2011).Pengolahan urine dapat
dilakukan dengan bantuan mikroorganisme. Pembuatan pupuk cair dari urine sapi ini
membutuhkan bahan tambahan lainnya agar urine berkomposisi kimia yang baik.
Bahan tambahan seperti lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, dan
tetes tebu, yang berguna untuk menghilangkan bau urine ternak dan memberikan
rasa yang tidak disukai hama.
Salah satu tanaman yang memiliki produksi yang tinggi dan disukai oleh ternak
adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum), selain memiliki produksi yang tinggi,
tumbuhan rumput Gajah juga mampu menahan erosi. Di Indonesia, rumput gajah telah
banyak digunakan oleh perusahaan peternakan, bahkan oleh peternak-peternak yang ada
di pedesaan. Akan tetapi pertumbuhan rumput gajah didaerah sekitar peternak rakyat,
pertumbuhannya kurang optimal, karena rumput hanya dibiarkan tumbuh begitu saja
tanpa adanya pemupukan. Pemupukan tanaman rumput gajah yang nantinya akan
menjadi sumber pakan untuk ternak dapat dilakukan dengan pemanfaatan limbah dari
ternak itu sendiri. Pemanfaatan limbah dalam hal ini yaitu urine yang dapat diolah
dengan penambahan starter yang nantinya akan memfermentasi urine sehingga
menghasilkan pupuk organik cair. Pupuk organik cair ini diharapkan dapat
mengoptimalkan pertumbuhan rumput gajah tersebut
B. Perumusan Masalah
1. Apakah pupuk cair dari urine sapi yang ditambahkan ampas pembuatan jamu
tradisional bisa dijadikan pupuk cair untuk meningkatkan produksi pakan ternak
yaitu rumput Gajah?.
2. Bagaimana komposisi pupuk cair dari urine sapi yang ditambahkan ampas
pembuatan jamu tradisional yang paling tepat digunakan untuk rumput Gajah?.
3. Bagaimanakah pertumbuhan rumput Gajah yang diberi pupuk cair dari urine sapi
yang ditambahkan ampas pembuatan jamu tradisional?.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keefektivan pemberian pupuk cair dari urine sapi yang
ditambahkan ampas pembuatan jamu tradisional pada rumput Gajah.
2. Untuk mengetahui kompisisi yang paling efektif dari pupuk cair dari urine
sapi yang ditambah ampas pembuatan jamu tradisional yang diberikan pada
rumput Gajah.
3. Untuk mengetahui pertumbuhan rumput Gajah yang diberi pupuk cair dari
urine sapi yang ditambahkan ampas pembuatan jamu tradisional.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk memanfaatkan limbah ternak berupa urine sapi menjadi pupuk cair organik.
2. Untuk memanfaatkan ampas dari pembuatan jamu tradisional.
3. Mengurangi adanya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah peternakan
terutama urine sapi.
4. Untuk memanfaatkan ampas pembuatan jamu tradisional .
TINJAUAN PUSTAKA
A. Urine Sapi
Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan bahwa urine ternak dapat dijumpai
dalam jumlah besar selain kotoran dari ternak. Urine dihasilkan oleh ginjal yang
merupakan sisa hasil perombakan nitrogen dan sisa-sisa bahan dari tubuh yaitu urea,
asam uric, dan creatinine hasil metabolisme protein. Urine juga berasal dari perombakan
senyawa-senyawa sulfur dan fosfat dalam tubuh.
Tabel 1. Kandungan unsur hara urine ternakSumber pukan
Kadar air
Bahan organik
N P2O5 K2O CaO
Sapi 92 4,8 1,21 0,01 1,35 1,35Kerbau 81 - 0,6 sedikit 1,61 sedikitKambing 86,3 9,3 1,47 0,05 1,96 0,16Babi 96,6 1,5 0,38 0,10 0,99 0,02Kuda 89,6 8,0 1,29 0,01 1,39 0,45
Sumber : Anonimus (1993) dalam Hartatik dan Widowati (2006)
Van Horn et al. (1994) menyatakan bahwa Sapi perah dewasa menghasilkan urine
sapi sebanyak 20 - 25 kg/hari. Lebih lanjut menurut Sihombing (2000), seekor sapi
dengan bobot badan 400 kg dapat menghasilkan urine rata-rata 15 l/hari. Persentase
kandungan bahan padat pada feses sapi lebih banyak dibandingkan dengan urinenya.
Akan tetapi kandungan zat N dan K justru lebih banyak terdapat pada urine sapi,
sedangkan kandungan zat P lebih banyak terdapat pada fesesnya karena urine sapi tidak
banyak mengandung asam fosfat (Sutejo, 1995).
B. Pupuk Organik Cair
Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun
yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah
dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau
lingkungan yang baik (Sutejo, 1995). Sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang
sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman,
kotoran hewan atau manusia antara lain pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos
(humus) berbentuk padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi (Suriadikarta et
al., 2004).
Menurut Hadisuwito (2007), kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara
cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu
menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk anorganik cair, pupuk
organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering
mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk
yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.
C. Rumput Gajah
Rumput gajah berasal dari Nigeria dan tersebar luas diseluruh Afrika Tropik. Rumput
gajah biasa dikembangbiakkan dengan stek batang atau pols dan mampu tumbuh baik
pada tanah ringan sampai berat. Rumput gajah dapat tumbuh pada ketinggian 0-3000 m
diatas permukaan laut dengan curah hujan tahunan sebesar sebesar 1000 mm atau lebih
Rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar
dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter
(bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm
dan terdiri sampai 20 ruas / buku. (Reksohadiprojo, 1985).
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman pakan ternak yang
sangat responsif terhadap pemupukan berat yaitu pada dosis 40 ton pupuk
kandang/ha/tahun, 800 kg/urea/ha/tahun, 200 kg KCl/ha/tahun dan 200 kg TSP/ha/tahun
(Lugiyo dan Sumarto, 2000). Rumput gajah juga sebagai tanaman konservasi lahan,
terutama di daerah bertopografi pegunungan dan berlereng (Prasetyo, 2003) dan sumber
bioethanol (Sari, 2009).
Rumput gajah adalah tanaman tahunan, tumbuh tegak, mempunyai perakaran dalam
dan berkembang dengan rizhoma untuk membentuk rumpun. Karangan bunga
mempunyai panjang 8-30 cm dan lebar 1,5-3cm dengan warna kuning, coklat
kekuningan atau ungu. Panjang batang rumput mencapai 2-7 m dengan buku dan kelopak
berbulu. Helai daun mempunyai panjang 30-90 cm dan lebar 2,5mm sedangkan lidah
daun sangat sempit dan berbulu putih pada ujungnya dengan panjang 3 mm (Soegiri et
al, 1990).
D. Pertumbuhan Rumput Gajah
Rumput gajah memiliki karakter tumbuh tegak, merumpun lebat, tinggi tanaman
dapat mencapai 7 m, berbatang tebal dan keras, daun panjang dan berbunga seperti es
lilin. Kandungan protein kasar rumput gajah menurun dengan bertambahnya umur
karena saat semakin tua rasio daun lebih kecil dari batang. Kandungan protein pada daun
rumput gajah lebih tinggi dibandingkan batang. Setiap peningkatan umur atau dilakukan
penundaan pemotongan selama sepuluh hari maka kandungan protein kasar akan
menurun sebesar 0,87% (Manauw, 2005).
Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki kondisi lingkungan pertumbuhan
tanaman yang pada akhirnya mampu meningkatkan hasil produksi suatu tanaman. Bahan
organik dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah juga dapat meningkatkan jumlah
dan aktifitas mikroorganisme tanah (Hsieh dah Hsieh, 1990).
Peningkatan hasil produksi tanaman dengan pemberian pupuk kandang bukan saja
karena pupuk kandang merupakan sumber hara N dan juga unsur hara lainnya untuk
pertumbuhan tanaman, selain itu pupuk kandang juga berfungsi dalam meningkatkan
daya pegang tanah terhadap pupuk yang diberikan dan meningkatkan kapasitas tukar
kation (KTK) tanah (Karama, 1990). Pemberian bahan organik pupuk kandang selain
meningkatkan kapasitas tukar kation juga dapat meningkatkan kemampuan tanah
menahan air, sehingga unsur hara yang ada dalam tanah maupun yang ditambahkan dari
luar tidak mudah larut dan hilang, unsur hara tersebut tersedia bagi tanaman. Pada tanah
yang kandungan pasirnya lebih dari 30% dan kandungan bahan organiknya tergolong
rendah dan sangat memerlukan pemberian bahan organik untuk meningkatkan produksi
dan mengefisiensikan pemupukan.
HIPOTESIS
Hipotesis penelitian ini adalah pemberian pupuk organik cair dari urine sapi yang
ditambahkan ampas pembuatan jamu tradisional , dapat mengoptimalkan pertumbuhan
rumput gajah dengan dosis ampas pembuatan jamu tradisional yang tinggi
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret. Penelitian dilaksanakan selama 74 hari. Analisis kandungan pupuk
organik cair dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu botol 1 ℓ (20 buah),
blender, timbangan digital, thermometer, pH meter, timbangan, karung, plastik, pisau,
gunting, meteran, gayung, ember, sekop, cangkul, polibag ukuran 15 kg , ember, kamera
dan alat tulis menulis dan seperangkat alat untuk analisis N, P, K dan pH.
Bahan penelitian yang digunakan untuk membuat pupuk organik cair yaitu urine
sapi Peranakan Fries Holstein (PFH), ampas pembuatan jamu tradisional, molases, tanah,
rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan bahan kemikalia untuk analisis analisis N, P,
K dan pH.
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan pembuatan pupuk
Mempersiapkan alat dan bahan untuk menampung urine. Urine diperoleh dari
beberapa sapi PFH sebanyak 4 liter. Urine tersebut kemudian dicampur hingga
homogen dan ditakar dalam wadah yang berukuran 1 liter sebanyak 4 buah.
2. Pembuatan pupuk cair
Setelah persiapan semua bahan, tahap selanjutnya yaitu proses pembuatan
yang merupakan homogenisasi dari semua bahan tersebut. Urine sapi yang sudah
ditampung, dicampur dengan ampas pembuatan jamu tradisional 5%, 10%, 15% dan
molases. Wadah tersebut ditutup rapat dan didiamkan selama 7 hari agar terjadi
proses fermentasi. Setiap 3 hari sekali dilakukan pengocokan agar terjadi
homogenisasi kembali. Setelah 7 hari, dilakukan pengocokan kembali selama enam
jam dan kemudian dilanjutkan dengan analisis laboratorium untuk mengetahui
parameter yang diamati.
3. Persiapan media
Tanah digemburkan supaya homogen terlebih dahulu kemudian diisikan ke
polybag ¾ tinggi polybag dan membuat lubang kecil pada bagian bawahnya untuk
saluran pembuangan air apabila terjadi kelebihan pada saat dilakukan penyiraman.
4. Persiapan bahan stek
Stek rumput diambil dari batang yang sehat, tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua, minimal mengandung 2 ruas atau 3 buku, stek dipotong dengan posisi
potongan miring sekitar 45°, sehingga mudah ditanam.
5. Penataan
Dilakukan dengan jarak antar tanaman 90 x 90 cm. Stek ditanam dengan
posisi miring sekitar 45° ke arah timur, dengan kedalaman kurang lebih 15 cm dari
permukaan tanah atau 2 buku dibenamkan dalam tanah dan 1 buku di atas permukaan
tanah.
6. Penanaman
Rumput gajah yang sudah di stek ditanam di media yang telah disiapkan
sesuai dengan perlakuan dalam masing-masing polybag sebanyak 1 bahan tanam
7. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara pengocoran. Pertama mencampurkan
pupuk organik cair tersebut sebanyak 250cc/10 ltr air kemudian dikocorkan pada
pangkal batang dengan 100 cc/batang. perlakuan pada umur dua minggu setelah
penanaman dilakukan. Pengaplikasian pupuk organik cair dilakukan sebanyak 5 kali
yaitu hari ke 14, 21, 28, 35, 42 dengan konsentrasi sesuai perlakuan.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) pola searah yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan.
Perlakuan tersebut yaitu :
P0 : urine sapi + molases
P1 : urine sapi + molases + ampas pembuatan jamu tradisional 5%
P2 : urine sapi + molases + ampas pembuatan jamu tradisional 10%
P3 : urine sapi + molases + ampas pembuatan jamu tradisional 15%
1. Peubah yang diamati
a. Diameter batang
Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong dan dipilih diameter
terbaik pertumbuhannya. Diameter diukur setiap 2 ruas dari batang tanaman
paling bawah.
b. Tinggi Batang
Tinggi rumput gajah diukur perminggu dengan menggunakan penggaris, untuk
mengamati pertumbuhan rumput gajah. Rumput gajah memiliki karakter tumbuh
tegak, merumpun lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 m, berbatang tebal dan
keras, daun panjang dan berbunga seperti es lilin. Karena dengan penggunaan
pupuk dari kotoran sapi ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan
baik (Karama,1990).
c. Jumlah Daun
Kriteria daun yang dihitung untuk jumlah daun yaitu daun yang sudah terbuka
sempurna dan daun yang berada dibagian bawah atau daun yang sudah berwarna
coklat atau kering tetap dihitung.
d. Imbangan batang dan daun
Imbangan daun dan batang merupakan perbandingan antara daun dan batang yang
ditunjukan dengan banyaknya jumlah dan berat daun serta batang yang telah
dipanen dalam bentuk kering .
E. Analisis Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis variansi untuk mengetahui
adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Model matematikanya
sebagai berikut :
F.
Keterangan :
Yij : nilai pengamatan pada satuan ke-i dan ulangan ke-j
µ :nilai tengah perlakuan ke-i
τi : pengaruh perlakuan ke-i
ɛij : kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Apabila hasil analisis menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan
uji kontras ortogonal menggunakan pembanding sebanyak (t-1) perlakuan atau
sama dengan derajat bebas (db) galat tersebut (Gaspersz, 1991).