bismillah laporan kasus ujian marini
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS UJIAN
Dokter Pembimbing :
dr. Prasila Darwin, Sp.KJ
Oleh :
Dina Marini 2011730023
KEPANITERAAN KLINIK STASE PSIKIATRI
RS JIWA ISLAM KLENDER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
I. IDENTITAS PASIEN
- Nama : Tn. G
- TTL : Bekasi, 12 April 1986
- Umur : 30 tahun
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Pekerjaan : Tidak bekerja
- Pendidikan : Akademi Pariwisata jurusan perhotelan (cuti)
- Agama : Kristen-protestan
- Suku : Batak karo
- Status : Belum menikah
- Alamat : Jati bening permai, bekasi
- Tanggal Masuk : Senin, 11 Januari 2016
- Tanggal Wawancara : Sabtu, 16-19 Januari 2016
AUTOANAMNESIS
- Hari Sabtu, 16 Januari 2016, pukul 16.00 WIB, di Ruang Bangsal Pria RS Jiwa
Islam Klender.
- Hari Minggu, 17 Januari 2016, pukul 13.00 WIB, di Ruang Bangsal Pria RS Jiwa
Islam Klender.
- Hari Senin, 18 Januari 2016, pukul 13.00 WIB, di Ruang Bangsal Pria RS Jiwa
Islam Klender.
- Hari Selasa, 19 Januari 2016, pukul 13.00 WIB, di Ruang Bangsal Pria RS Jiwa
Islam Klender
2
ALLOANAMNESIS
- Dengan Ny. E ( Ibu pasien, Bidan ), pada sabtu 16 Desember 2016 pukul 10.00
WIB
- Dengan Tn. L (Ayah pasien, Wiraswasta), pada Minggu, 17 Desember 2016, pukul
16.00 WIB
II. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Banyak bicara dan mengamuk tanpa sebab sejak 1 hari SMRS
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1 Bulan SMRS pasien sering mendengarkan radio dengan volume yang sangat
keras sehingga mengganggu tetangga. Tetangga pasien mematikan aliran listrik
rumah pasien. Pasien sangat marah sehingga melempar kotoran dirinya ke tetangga.
Pasien juga merasa bahwa tetangganya mempunyai kekuatan gaib yang dapat
memasuki pikirannya. Setelah kejadian itu, pasien melarikan diri ke cikarang ke
rumah saudara ayahnya. Ayah pasien menjemput pasien lalu membawanya tinggal
dirumah ayahnya, ketika ayahnya pergi untuk mengambil pakaian di rumah pasien,
pasien sudah mengamuk dan memecahkan piring yang ada di rumah ayahnya, pasien
jadi sering buang air besar di lantai. Menurut ayah pasien, pasien mendengar suara-
suara yang menyuruhnya untuk buang air besar di lantai dan mengotori semua
sendoknya dengan menggunakan kotorannya. Ayah pasien juga mengatakan bahwa
pasien juga mendengar suara orang lain yang mengatakan agar ayahnya cepat mati.
Pasien mengatakan bahwa ia tidak dapat berhenti bicara sejak tidak minum obat dan
3
memiliki penyakit parkinson. Ayah pasien masih berusaha sabar dan membawa
pasien kembali ke RSUD Bekasi. Pertemuan pertama dengan psikiater pasien sudah
diberikan obat olandos dan amitriptin, pasien telah meminum semua obatnya,
pertemuan kedua juga pasien minum obat yang diberikan. Namun pertemuan ketiga
pasien sama sekali tidak minum obat yang diberikan oleh dokter di RSUD Bekasi.
Dokter mengatakan bahwa jika pasien tidak mengalami perubahan maka pasien akan
dirujuk ke RSIJ Klender. Lama kelamaan kondisi pasien menjadi semakin
memburuk,disana pasien diberikan surat rujukan agar dibawa ke RSJI Klender.
Sebelum dibawa ke RSJI Klender, ayah pasien masih berusaha untuk mengajak pasien
jalan-jalan, tapi pasien malah sering kabur
1 minggu SMRS pasien mengancam ayahnya agar ayahnya memberikan modal
untuk membuka usaha JNE TIKI. Tapi permintaannya tidak dituruti akhirnya pasien
pergi kelampung. Pasien datang ke lampung dengan menggunakan bis dan kapal jam
4 pagi, pasien berteriak keras-keras disana, lalu tetangga merasa terganggu dan
membicarakan pasien. Sebelumnya pasien makan pisang di kapal sehingga pasien
buang air besar di depan pagar rumah saudaranya hingga kotorannya jatuh ke lantai,
lalu saudara pasien membakar celana dalam pasien karena sudah terkena kotoran,
saudara marah besar. Pasien pergi kerumah adik ibunya untuk menelfon ibunya dan
minta uangnya segera dicairkan untuk membuka usaha. Lalu pasien mengatakan
bahwa ayahnya telah menjanjikan untuk membuka kios pulsa dan bengkel motor jika
pasien kembali ke jakarta, namun pasien merasa curiga dan tertipu, dia yakin orang
tuanya akan membawanya ke RSJI klender karena mereka sudah tidak tahan terhadap
tingkah laku pasien. Di jalan menuju ke jakarta pasien kabur ke medan dengan bis
ALS, tapi sampai di palembang pasien buang air besar sembarang di bis dan
menimbulkan bau, akhirnya pasien diturunkan di jalan. Lalu pasien kembali lagi ke
4
lampung ke rumah bibi, akhirnya pasien langsung dijemput ayahnya dan dibawa ke
jakarta. Selama di jakarta pasien sering bicara tanpa henti dan mengeluh kakinya
semakin sering gemetar. Pasien menyangkal pernah mengalami trauma, ataupun
epilepsi. Pasien juga menyangkal pernah mengalami keadaan gembira atau sedih
berlebihan. Pasien tidak pernah merasa cemas berlebihan, pasien juga tidak
mengkonsumsi rokok atau obat-obatan terlarang
2 hari SMRS pasien mengaku datang ke RSJI karena hanya untuk mengganti obat
bukan untuk rawat inap karena obat dari RSUD sudah habis, tetapi pasien akhirnya
dirawat. Ayah pasien mengatakan bahwa pasien menjadi semakin gelisah dan bicara
kasar, pasien sering merasa curiga atau dendam terhadap orangtuanya, dia merasa
yakin bahwa penyakit yang dialaminya saat ini adalah akibat dari kesalahan kedua
orangtaunya. Karena tidak tahan dengan keadaan pasien akhirnya keluarga pasien
membawa pasien ke RSIJ Klender.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a. Riwayat psikiatri sebelumnya
September 2013 pasien menghancurkan jalan karena jalanan depan rumahnya
ingin diaspal,.pasien tidak mau di cor karena pasien tidak punya mobil, namun
tetangga memaksa dan minta bayaran. Karena itulah pasien menghancurkan
jalannya dengan alat, pasien memperoleh alat dari tukang bangunan. Lalu tetangga
pasien memanggil satpam dan alatnya pun diambil
Awal januari 2014 : awal mulanya pasien sakit, pasien merasa dendam
karena orang tuanya bercerai. Pasien sering berpakaian kotor, pura-pura gila dan
suka mengancam orang tuanya bahwa dia akan telanjang ke rumah neneknya.
Setiap permintaan pasien selalu menuntut untuk dipenuhi. Pasien sering bolak-
balik pergi ke medan ke rumah keluarga ayahnya untuk meminta uang, disana
5
pasien membuat malu keluarga dengan memakai pakaian yang kotor dan berbicara
ngelantur. Pasien merusak jalan depan rumahnya di bekasi dengan tujuan agar dia
diakui sebagai pemilik rumah itu karena pasien curiga bahwa ibunya akan
memberikan rumah itu kepada suami barunya. Ibu pasien juga diancam akan
dilempar dengan benda tajam
Akhir januari 2014 pasien mengatakan dia dibohongi, keluarganya
menjanjikan bahwa dia akan dibawa untuk mendaftar di universitas jurusan
teoologi namun tiba-tiba kaki pasien dirantai dan dibawa ke panti yayasan di
medan, panti yayasan itu seperti rumah sakit jiwa. Pasien tidak mengetahui
kenapa ia dibawa namun menurutnya karena sebelumnya pasien menghancurkan
jalan tetangganya. Di panti itu pasien dilatih untuk mengontrol emosi, mencabut
rumput dan dilatih untuk bersosialisasi dengan sesama. Pasien diberi obat artan,
haloperidol dan CPZ. Pasien minum obat dengan teratur. Pasien dirawat selama 1
tahun 4 bulan. 3 bulan sebelum pasien pulang,dosis obat sudah diturunkan karena
keadaan pasien yang telah membaik. Tapi pasien masih merasa dendam karena
telah dimasukkan ke panti itu. Pasien pulang dengan pulang paksa, bukan dengan
saran dokter dan setelah itu pasien sudah tidak mengkonsumsi obat apapun
April 2015 pasien tinggal bersama pembantu karena kedua orang tua pasien
telah bercerai. Namun ayah pasien setiap hari rajin datang kerumah pasien untuk
melihat kondisinya. Sejak keluar dari panti, pasien mengeluhkan susah berjalan
karena tremor/parkinson, dan pasien merasa dendam dan menyalahkan kedua
orangtuanya atas keadaannya yang sekarang. Ayah pasien sering mengajak pasien
ikut fisioterapi untuk mengobati kaki pasien dan pasien pun tidak menolak ketika
diajak terapi. Ayah pasien sering mengajak pasien berenang dan melakukan
kegiatan-kegiatan lainnya. Pasien sudah tidak minum obat lagi, namun lama
6
kelamaan pasien kembali sering mengancam ayahnya, dia selalu mengancam
ayahnya dan sering menyembunyikan benda tajam. Pasien juga mengatakan ingin
membuat ayahnya nangis darah dan ingin mempermalukannya. Pasien juga sering
mengotori rumahnya dengan kotorannya sendiri
Juli 2015 pasien dibawa ke RSUD Bekasi untuk pengobatan kakinya. Tetapi
ketika disana pasien suka mencuri sendal dan mengambil barang-barang yang
tidak berguna. Pasien suka mengambil karet yang ada dijalanan. Sebelumnya juga
pasien sering mengambil kayu jati yang tidak ada nilainya. Di RSUD Bekasi
pasien akhirnya tidak jadi melakukan pengobatan pada kakinya, namun pasien
dibawa ke poli jiwa dan diberikan obat, orangtua pasien lupa apa nama obatnya.
Obatnya ada yang berukuran besar dan ada yang sangat kecil. Di rumahnya pasien
tidak teratur minum obat karena pasien hanya tinggal dengan pembantu. Ayah
pasien masih sering mengajak pasien pergi untuk pengobatan fisioterapi kakinya
Riwayat medis umum
Tidak pernah mengalami cedera kepala, tumor, dan penyakit neurologis. Diabetes dan
hipertensi disangkal. Namun kaki pasien sering merasa sakit sejak pasien keluar dari
panti rs jiwa
Riwayat penggunaan alkohol dan NAPZA
Pasien tidak pernah merokok, namun pasien pernah mengkonsumi alkohol sebanyak 2
botol yaitu mansion johny walker dan chivas regal, pasien tidak pernah menggunakan
obat-obat terlarang
b. RIWAYAT PREMORBID
a. Masa Prenatal
Menurut keluarga, ibu pasien tidak mengalami gangguan kesehatan selama
kehamilan. Pasien anak ke-2 lahir secara spontan ditolong oleh bidan
7
b. Masa Kanak-Kanak Dini (0-3 tahun)
Masa kana-kanak dilalui dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang
anak seusianya
c. Masa Kanak-kanak Pertengahan (3-7 tahun)
Masuk TK pada usia 5 tahun. Pasien TK selama 2 tahun. pasien mampu
bersosialisasi dengan anak-anak lainnya. TK nol kecil kegiatan pasien hanya
bernyanyi,dan pada nol besar pasien diajarkan untuk melipat origami
Pasien masuk SD pada usia 6 tahun. Pasien mampu bersosialisasi dengan
anak-anak lainnya. Tidak ada masalah dengan interaksi sosial, pasien menjadi
kepala ketua geng, jadi setiap ada murid baru pasien akan membully murid itu
melalui kata-kata seperti mengejek nama ayah temannya. Prestasi pasien baik
dan rangking 3 besar. Pasien pernah bertengkar ketika kelas 6 SD hingga
mencakar temannya.
d. Masa kanak akhir dan pubertas (11-18 tahun)
Ketika pasien SMP, pasien dibully karena badannya gendut, pasien juga
diminta uangnya secara paksa oleh teman-temannya. Pasien tidak bisa
melawan temannya. Pasien tidak mengalami masalah dengan pola tidurnya.
Saat SMP juga pasien merupakan anak yang berprestasi. Pasien saat ingin
pacaran namun tidak kesampaian.
Saat SMA pasien masih dibully. Pasien merupaka ketua keagaamaan
namun dia mengundurkan diri karena seniornya terlalu dominan, oleh karena
itu pasien di bully. Pasien juga tidak mampu melawan karena teman-temannya
membela seniornya. Pasien masih menjadi anak yang pintar namun tidak dapat
ranking
8
e. Masa Dewasa
Riwayat Pendidikan
Pasien awalnya kuliah jurusan teologi tahun 2004, namun ayah pasien
tidak setuju karena menurut mereka ini hanya perlarian karena keluarga
mereka adalah keluarga broken home. Tapi pasien ini melarikan diri ke dalam
keagamaan dengan melakukan kebaktian yang berlebihan karena pasien
mencari kasih sayang di komunitas itu. Namun akhirnya pasien masuk ke
jurusan itu dengan dibiayai oleh pamannya. Pasien hanya 1 tahun berkuliah di
jurusan teologi dan mengambil cuti karena tidak kuat belajar bahasa ibrani
Pasien berniat untuk belajar kursus ac mobil dan menjadi montir,
namun ayah pasien suka memarahi pasien dengan kata-kata binatang.
Akhirnya pasien memutuskan untuk kuliah pariwisata
Tahun 2007 pasien kuliah pariwisata, pada saat kuliah pasien dipaksa
untuk menjadi chef oleh ketua jurusan. Awalnya pasien ingin menjadi front
office namun ketua jurusannya tidak memperbolehkan pasien karena tubuhnya
terlalu gemuk. Pasien hanya kuliah selama 6 bulan setelah itu di drop out.
Riwayat Keagamaan
Pasien lahir dalam keluarga beragama kristen protestan. Pasien beragama
kristen protestan selama kurang lebih 30 tahun. Pasien mengikuti kebaktian
yang berlebihan dan senang membaca alkitab
Riwayat Kehidupan Sosial
Menurut keluarga pasien, pasien memiliki banyak teman, dia tidak
mempunya masalah dengan interaksi sosial.
9
2005-2007 akhir, kegiatan pasien pergi ke planet hollywood, pasien
pindah dari satu bar ke bar yang lainnya. Pasien mengaku sebagai sosialita,
Pasien mendapatkan uang saku dari orang tuanya. Orang tua pasien tidak tahu
kalau uangnya dipakai untuk pergi ke bar. Tapi pada akhirnya orangtuanya
mengetahui dan uang saku pasien dikurangin.
Situasi Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama kakak perempuan dan pembantunya di
rumahnya. Sumber penghasilan berasal dari ayah dan ibu pasien
Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah melanggar hukum dan tidak pernah terkait masalah
dengan kepolisian.
f. RIWAYAT KELUARGA
10
KETERANGAN
Pria :
Wanita :
Pasien :
Bercerai :
Meninggal :
Penyakit yang sama
Tinggalserumah: - - - - -
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Dari lahir pasien tinggal dengan ibu dan
ayahnya. Orangtua pasien bercerai ketika pasien kelas 6 SD sehingga pasien hanya tinggal
bersama dengan pambantunya. Ibu dan ayah pasien masing-masing menikah lagi. Ayah
pasien menikah pada saat pasien kelas 2 SMP dan mempunyai seorang anak dan tinggal di
pd.gede. Ketika kuliah pasien merasa dipaksa ibunya untuk tinggal di grogol di asrama
kampusnya. Pasien merasa ibunya mempunyai rencana jahat yaitu menikah lagi. Pasien
merasa shock ketika ibu menikah lagi pada tahun 2004 bulan desember akhir ketika pasien
masih semester 1. Semua pendeta menentang karena status calon suami baru ibunya belum
resmi bercerai. Pasien merasa calon suami ibu barunya akan menguras uang ibunya karena
ibu pasien membelikan semuanya untuk suami barunya. Ibu dan ayah tiri pasien tidak tinggal
bersama pasien. Setelah ibunya menikah lagi pasien pun keluar dari asrama kampusnya .
Setelah keluar dari asrama, pasien tinggal bersama pembantu dan ibunya. Ibunya setiap 3
kali seminggu mengunjungi ayah tirinya di kranji. Pasien sekarang tinggal bersama kakak
dan pembantunya. Kakak pasien pernah mengalami penyakit yang sama ketika awal
perkuliahan karena tidak tahan di ospek, kakak pasien tidak kuat dan timbul gejala
mengurung diri, murung, tidak mau bicara dan pernah mencoba bunuh diri sebanyak 2 kali
dengan cara minum baygon. Kakak pasien melakukan percobaan bunuh diri karena mengaku
mendengar suara-suara yang menyuruhnya berbuat seperti itu.
Ayah kandung pasien pernah mengalami keluhan yang sama pada saat awal diterima kerja,
ayah pasien mengaku di opname karena stress dan ditolak cintanya. Ayah pasien merasa
menjadi orang penting dan orang-orang di sekitar banyak memperhatikan gerak-geriknya.
Ayah pasien tidak mengamuk ataupun marah-marah, ia juga minum obat teratur selama 6
bulan, ayahnya pun sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa.
11
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
Penampilan
Laki-laki berusia 30 tahun, penampilan pasien sesuai dengan usianya, berpakaian
cukup rapi memakai kaus berwarna hijau dan celana pendek abri berwarna hijau,
rambut hitam pendek, tampak lebih gemuk, warna kulit putih, pasien memiliki kumis
dan janggut. jari-jari kuku tangan pasien terlihat rapi. Berat badan pasien sekitar 80 kg
dan tinggi badan pasien 172 cm.
Perilaku dan aktifitas motorik
Sebelum Wawancara
Pasien sedang tiduran di atas kasur
Selama Wawancara
Selama wawancara kontak mata kurang, pasien terlihat menggerak gerakan kedua
kakinya, pasien tidak selalu menjawab pertanyaan dengan baik.
Perhatian pasien mudah terganggu oleh adanya stimulus dari luar wawancara
(distraktibilitas).
Sesudah Wawancara
Pasien duduk di kursi dan mengobrol dengan pasien lainnya
Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif.
B. MOOD DAN AFEK
• Mood : Hipertimik
• Afek : luas
• Keserasian afek : afek serasi
12
C. PEMBICARAAN
Logore, bicara lancar, kualitas, kuantitas, dan kecepatan saat berbicara baik. Pasien dapat
berbicara spontan, jelas. Volume suara keras, intonasi baik.
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi :
Riwayat halusinasi auditorik ( ayah pasien mengatakan bahwa pasien mendengar
suara yang menyuruh ayahnya mati dan mendengar suara yang menyuruh pasien
buang air besar dilantai
Riwayat halusi penciuman ( pasien sering mencium kotoran anjing dirumah padahal
orang tua dan pembantunya tidak mencium bau itu )
Ilusi : Tidak ada.
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Pikir
- Produktivitas : flight of ideas
- Kontinuitas : Tidak ada
- Hendaya bahasa : Tidak ada
F. Isi pikir
- Waham
Waham kejar/persekutorik : pasien merasa yakin bahwa penyakitnya disebabkan
oleh orangtuanya yang bercerai.
13
thought of insertion ( pasien merasa bahwa tetangganya mempunyai kekuatan gaib
yang dapat memasuki pikirannya )
thought of broadcasting ( pasien merasa bahwa jika ada orang yang menatap matanya
orang itu dapat membaca pikirannya
- Preokupasi : Tidak ada
- Obsesi : Tidak ada
- Ide referensi : Tidak ada
- Fobia : Tidak ada
G. FUNGSI KOGNITIF DAN KESADARAN
Kesadaran : E4V5M6 (composmentis)
Orientasi
- Waktu : baik (pasien mengetahui bulan dan tahun sekarang)
- Tempat : baik (pasien mengetahui negara dan kota).
- Orang : Baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter muda
dan dapat menyebutkan nama pemeriksa dan beberapa pasien).
Daya Ingat
- Segera : Baik (menyebutkan 3 benda pewawancara sebutkan)
- Jangka pendek : Baik (pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi)
- Jangka sedang : Baik (pasien mampu mengingat tanggal masuk rumah sakit)
- Jangka panjang :Baik (pasien dapat mengingat tanggal lahir nya, tempat
sekolah pasien ketika SD, SMP)
Konsentrasi dan perhatian : Baik (pasien mampu menyebut kata “DUNIA”
dari belakang)
Kemampuan membaca dan menulis : Baik (pasien mampu menulis dan membaca)
14
Kemampuan visuospasial : Baik (pasien bisa menggambarkan segi lima
berhimpitan)
Pikiran abstrak : Baik (pasien bisa mengartikan peribahasa)
Intelegensia : Baik (pasien mengetahui ibukota Indonesia dan
presiden Indonesia saat ini)
H. PENGENDALIAN IMPULS
Baik ( pasien mampu mengontrol impuls agresif)
I. DAYA NILAI
Baik ( pasien mengetahui apa yang dilakukan jika menemukan dompet dijalan)
J. TILIKAN
Derajat 3 (tahu tentang penyakitnya namun menyalahkan faktor lain sebagai
penyebabnya)
K. RTA
Terganggu
L. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Dapat dipercaya
IV. STATUS FISIK
a. Status Internus
Keadaan umum : Baik
Tanda vital : TD 140/100 mmHg, nadi: 110x/menit, RR 20x/menit , suhu 36,7 C
Kepala : Normochephal
15
Thorax
Cor : BJ I/II Regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+/+), rhonki (-/-) wheezing (-/-)
Abdomen : supel, BU +
Ekstremitas : atas : edema -/-, tremor -/-, CRT < 2 detik
bawah : edema -/-, tremor -/-, CRT < 2 detik
b. Status Neurologis
Rangsang meningeal : -
Mata
Gerakan bola mata : Baik ke segala arah
Refleks pupil : RCL +/+, RCTL +/+
Motorik
Tonus otot : Normal
Kekuatan : Ekstremitas atas 5555 / 5555, ekstremitas bawah 5555/5555
Koordinasi : Baik
Sensorik : Normal
Gejala EPS : Tremor (-), rigiditas (+), berjalan dengan menyeret kaki, hipersalivasi
(-), bradikinesia (-), akatisia(-), distonia akut (-)
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sering marah-marah, mengancam
orangtua dan berprasangka buruk terhadap orang tua maupun tetangga. Pasien gelisah
kesulitan utnuk tidur. Menurut keluarga, pasien sering berbicara tanpa henti dan
sering berbicara kasar, dengan tetangganya juga pasien sering mempermalukan
16
dirinya sendiri.. Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dialami sekarang adalah
akibat dari perceraian orang tuanya di masa lalu. Pasien juga sering merasa jika ada
orang yang menatapnya, orang itu bisa membaca pikirannya dan akan berbuat jahat
padanya. Pasien sebelumnya pernah rawat inap di panti di medan, pasien berhenti
minum obat setelah keluar dari panti itu. 3 bulan setelah itu pasien berobat ke RSUD
di bekasi, disana pasien berobat jalan dan minum obat namun pasien tidak
mengkonsumsi obat secara teratur
Dari pemeriksaan status mental didapatkan:
Mood : Hipertimik
Afek : luas
Gangguan persepsi: Riwayat halusinasi auditorik dan halusinasi penciuman
Gangguan isi pikir : Waham kejar, thought of insertion, thought of broadcasting
RTA terganggu
Dari pemeriksaan status fisik ditemukan adanya kelainan rigiditas dan pasien terlihat
seperti menyeret kakinya karena kesakitan
Hendaya tersebut sudah dirasakan selama kurang lebih 2 tahun sehingga disimpulkan
diagnosis Aksis I adalah Skizofrenia Paranoid
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan pola perilaku dan psikologis
yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan
hendaya (impairment/ disability) dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang
biasa, dan fungsi pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien ini
menderita gangguan jiwa.
17
Aksis I. Dari riwayat penyakit dahulu tidak didapatkan riwayat kejang
epilepsi dan trauma kepala sehingga diagnosis gangguan mental organik (F00-F09)
dapat disingkirkan. Pasien tidak menggunakan zat psikoaktif misalnya alkohol, opioid,
kokain, stimulansia, halusinogen, hipnotik sedatif, dan volatile agent sehingga
diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F10-F19) juga dapat
disingkirkan.
Dari status mental didapatkan perilaku waham dan riwayat halusinasi,
distraktibilitas, mood hipertimia, afek luas, flight of ideas dan logore, tilikan derajat II,
RTA terganggu. Berdasarkan data-data diatas, maka sesuai kriteria PPDGJ III, untuk:
Aksis I pada pasien memenuhi kriteria diagnosis F20.0 Skizofrenia paranoid
Aksis II Menurut keluarga pasien, pasien adalah seseorang yang keras kepala, suka
memaksakan kehendak, kecurigaan yang berulang terhadap orang tuanya ataupun orang
lain. Sehingga disimpulkan diagnosis Aksis II adalah ciri kepribadian paranoid
Aksis III Tidak ada diagnosis
Aksis IV.
Pasien terlihat seperti kurang kasih sayang dari orangtua nya. Pasien tidak tinggal lagi
dengan kedua orangtuanya sejak pasien SD karena kedua orangtuanya bercerai
sehingga pasien hanya tinggal bersama ibu dan pembantunya. Menurut keluarga,
pasien tidak suka berbicara dengan tetangga sekitar karena rasa curiganya. Pasien juga
minum obat tidak teratur karena orangtuanya tidak memantau pemberian obatnya.
Sehingga disimpulkan diagnosis Aksis IV adalah masalah psikososial dan
lingkungan lain, masalah "primary support group" (keluarga).
Aksis V. Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assessment
Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III, untuk saat ini didapatkan 60-51, dimana
18
terdapat gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. Dan GAF 1 tahun terakhir
adalah 50-41.
VII. DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Adanya faktor genetik
Psikologik
- Gangguan Persepsi : Riwayat halusinasi auditorik dan halusinasipenciuman
- Gangguan Isi Pikir :
Waham kejar ( pasien merasa penyakitnya sekarang adalah akibat dari
perceraian kedua orang tuanya ),
thought of insertion ( pasien merasa bahwa tetangganya mempunyai
kekuatan gaib yang dapat memasuki pikirannya )
thought of broadcasting ( pasien merasa bahwa jika ada orang yang
menatap matanya orang itu dapat membaca pikirannya
Lingkungan dan faktor sosial
Masalah dengan keluarga dan tidak dapat bersosialisasi dengan baik dengan tetangga
sekitar.
VIII. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia paranoid
DD : F25.0 Gangguan sizoafektif tipe manik
Aksis II : Ciri Keprbadian paranoid
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lain, masalah "primarry support
group" (keluarga).
19
Aksis V
GAF saat masuk : 50-41
GAF saat diperiksa : 60-51
GAF terbaik satu tahun terakhir : 50-41
IX. PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Risperidone 2 x 2 mg
Tryhexyphenidil 2 x 2 mg
Psikoterapi
Terapi Suportif : Menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejalanya akan hilang
dengan menganjurkan pasien untuk selalu minum obat secara teratur agar gejala
penyakitnya berkurang dan menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi
bila pasien tidak teratur minum obat
Terapi berorientasi keluarga : Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi
pasien agar keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi, dan agar dapat mendukung
kesembuhan pasien.
Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau pekerjaan yang
bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok
di RSJI Klender agar ia dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya
secara normal.
Religi : Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti rajin pergi ke gereja
20
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
21