biografi utsman bin affan (bagian 01)

32
Umar terkena tikam dan penunjukan Majelis Syura K etika mula-mula Nabi bangkit menyerukan Islam, Semenanjung Arab terbagi-bagi di antara kabilah-kabilah yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, dengan tingkat perkotaan dan pedalaman yang berbeda-beda, dengan penduduk yang selalu dalam konflik dan perten- tangan teras-menerus. Sebagian besar daerah itu berada di bawah ke- kuasaan Persia atau pengaruh Rumawi. Sesudah Rasulullah berpulang ke rahmatullah — setelah dua puluh tiga tahun kerasulannya — pengaruh Persia dan Rumawi di Semenanjung sudah menyusut. Kabilah-kabilah Arab berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah. Kemudian Abu Bakr terpilih sebagai pengganti dan ia memerangi orang-orang Arab yang murtad dari Islam sampai mereka kembali kepada Islam. Setelah itu kesatuan agama dan politik di Semenanjung kembali lagi tertib. Ketika itulah Abu Bakr mulai merintis berdirinya Kedaulatan Is- lam dengan menyerbu Irak dan Syam; 1 tetapi ajal tak dapat ditunda untuk menyelesaikan rencana yang sudah dimulainya itu. Setelah itu Abu Bakr digantikan oleh Umar dan ia meneruskan kebijakan Abu Bakr. Pasukan Muslimin di Semenanjung itu menerobos ke kawasan kedua imperium Persia dan Rumawi. Imperium Persia dapat ditumpas dan daerah terpenting kekuasaan Rumawi telah pula berhasil dibebaskan. Kedaulatan Islam di masa Umar membentang luas ke Tiongkok di timur sampai ke seberang Barqah (Cyrenaica) di barat, dari Laut Kaspia di utara sampai ke Nubia di selatan, yang mencakup juga Persia, Irak, 1 Tindakan ini untuk membebaskan Irak dari penjajahan Persia dan Syam dari penjajahan Rumawi. — Pnj. 1 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. [email protected] MR. Collection's a

Upload: berbagi-semangat

Post on 04-Jul-2015

394 views

Category:

Education


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

Umar terkena tikam dan penunjukan Majelis Syura

K etika mula-mula Nabi bangkit menyerukan Islam, Semenanjung Arab terbagi-bagi di antara kabilah-kabilah yang masing-masing

berdiri sendiri-sendiri, dengan tingkat perkotaan dan pedalaman yang berbeda-beda, dengan penduduk yang selalu dalam konflik dan perten-tangan teras-menerus. Sebagian besar daerah itu berada di bawah ke-kuasaan Persia atau pengaruh Rumawi. Sesudah Rasulullah berpulang ke rahmatullah — setelah dua puluh tiga tahun kerasulannya — pengaruh Persia dan Rumawi di Semenanjung sudah menyusut. Kabilah-kabilah Arab berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah. Kemudian Abu Bakr terpilih sebagai pengganti dan ia memerangi orang-orang Arab yang murtad dari Islam sampai mereka kembali kepada Islam. Setelah itu kesatuan agama dan politik di Semenanjung kembali lagi tertib. Ketika itulah Abu Bakr mulai merintis berdirinya Kedaulatan Is­lam dengan menyerbu Irak dan Syam;1 tetapi ajal tak dapat ditunda untuk menyelesaikan rencana yang sudah dimulainya itu.

Setelah itu Abu Bakr digantikan oleh Umar dan ia meneruskan kebijakan Abu Bakr. Pasukan Muslimin di Semenanjung itu menerobos ke kawasan kedua imperium Persia dan Rumawi. Imperium Persia dapat ditumpas dan daerah terpenting kekuasaan Rumawi telah pula berhasil dibebaskan.

Kedaulatan Islam di masa Umar membentang luas ke Tiongkok di timur sampai ke seberang Barqah (Cyrenaica) di barat, dari Laut Kaspia di utara sampai ke Nubia di selatan, yang mencakup juga Persia, Irak,

1 Tindakan ini untuk membebaskan Irak dari penjajahan Persia dan Syam dari penjajahan Rumawi. — Pnj.

1

eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.

[email protected]

MR. Collection's

a

Page 2: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

2 USMAN BIN AFFAN

Syam dan Mesir. Dengan demikian kedaulatan Arab itu telah merangkul bangsa-bangsa dengan segala unsur budayanya yang sangat beragam, karena setiap golongan, dari segi bahasa, ras, keyakinan, peradaban, lingkungan sosial dan ekonominya satu sama lain tidak sama. Tetapi begitu Islam tersebar ke tengah-tengah mereka, agama baru ini telah menjadi perekat yang mempersatukan mereka. Juga kabilah-kabilah Arab itu telah berhasil dalam mewarnai negeri-negeri yang dibebaskan itu dengan warna Arab.

Berdirinya Kedaulatan Islam di masa Umar itu selesai dengan ter-bunuhnya Umar. Di masa hidupnya ada dua orang Persia berkompiot dan seorang lagi dari Nasrani Hirah. Kedua orang Persia itu adalah Hormuzan, dan seorang lagi Abu Lu'lu'ah budak Mugirah, sedang yang dari Hirah orang Nasrani bernama Jufainah. Hormuzan adalah salah seorang dari angkatan bersenjata Persia yang ikut dalam perang besar Kadisiah yang mengalami kekalahan. Kemudian ia lari ke Ahwaz dan dari sana ia menyerang angkatan bersenjata Muslimin di Irak-Arab yang masih berdekatan.

Sementara dalam keadaan demikian Umar memerintahkan pasukan-nya menyebar di wilayah Persia, dan pasukan Muslimin berhasil menge-pung Hormuzan di Tustar dan ia dibawa ke Medinah sebagai tawanan. Di sinilah terjadi dialog dia dengan Umar, yang kemudian pemimpin Per­sia itu yakin bahwa tak mungkin ia selamat kecuali jika masuk Islam. Sesudah menjadi Muslim oleh Umar ia ditempatkan di Medinah dengan mendapat tunjangan dua ribu dinar setahun.

Adapun Fairuz (Abu Lu'lu'ah), orang Persia yang berperang me-lawan Muslimin dalam perang Nahawand, kemudian tertawan dan men­jadi milik Mugirah bin Syu'bah. Pekerjaannya sebagai pemahat, tukang kayu dan pandai besi. Barangkali mata pisau yang digunakan untuk membunuh Umar dari hasil pekerjaannya sendiri. Mengingat pekerjaan­nya dalam pasukan Persia maka ia dipilih oleh komplotan itu untuk me-laksanakan rencana tersebut.

Jufainah adalah seorang Nasrani dari Hirah, istrinya ibu susuan Sa'd bin Abi Waqqas. Ia dibawa ke Medinah karena adanya pertalian susuan tadi.1 Oleh karena itu Sa'd marah sekali ketika ia dibunuh oleh Ubaidillah bin Umar sesudah ayahnya terbunuh. Antara keduanya hampir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.2

1 At-Tabari, 3/33 (al-Maktabah at-Tijariyah, 1939). 2 Lebih lanjut lihat Umar bin Khattab, hal. 797-798. — Pnj.

Page 3: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

Tanda-tanda adanya komplotan semacam ini meraang sudah ada, yang kemudian diperkuat oleh beberapa peristiwa. Tanda-tanda itu ialah bahwa beberapa kawasan yang sudah dibebaskan oleh Muslimin di masa Umar ada yang tidak senang dengan kejadian tersebut, dan karenanya ada penduduk yang marah. Indikasi itu lebih jelas lagi se-telah orang-orang yang berkomplot terhadap Umar dan kemudian mem-bunuhnya itu berada di bawah perlindungannya di Medinah. Pemimpin mereka adalah Hormuzan, orang yang disenangi oleh Umar dan men-dapat simpatinya, sehingga kadang ia dimintai pendapatnya; dan keber-adaannya di Medinah disamakan dengan masyarakatnya sendiri. Kalau mereka saja kini sudah berkomplot terhadap Umar, apalagi orang Persia yang tinggal di tanah air mereka sendiri. Mereka diperintah oleh Arab, hati mereka bergolak, mereka berontak, kendati masih terpendam, karena kuatnya kekuasaan asing yang menguasai negeri itu.

Setelah Umar terbunuh, di negeri Arab sendiri timbul suatu gejala, yang agaknya tak akan terjadi kalau tidak karena berdirinya kedaulatan Islam. Sejak Umar ditikam oleh Abu Lu'lu'ah kaum Muslimin dicekam oleh rasa ketakutan, khawatir akan nasib mereka sendiri kelak. Terpikir oleh mereka siapa yang akan menggantikannya jika dengan takdir Allah dia meninggal. Beberapa orang ada yang membicarakan masalah ini ke-pada Umar. Mereka meminta Umar mencalonkan pengganti.

Pada mulanya Umar masih ragu, dan ia berkata: "Kalaupun saya menunjuk seorang pengganti, karena dulu orang yang lebih baik dari saya juga menunjuk pengganti, atau kalaupun saya biarkan, karena dulu orang yang lebih baik dari saya juga membiarkan." Tetapi sesudah dipikirkan matang-matang, bahwa kalau dibiarkan begitu saja ia khawatir keadaan akan menjadi kacau. Dalam berperang dengan Persia dan Rumawi semua orang Arab sudah ikut serta sehingga setiap kabilah mengaku dirinya seperti kaum Muhajirin dan Ansar, berhak memilih khalifah. Malah di antara mereka ada yang mengaku berhak mencalonkan pemimpinnya sebagai khalifah. Jika Umar tidak memberikan pendapat, pengakuan se­perti itu akan sangat membahayakan kedaulatan yang baru tumbuh itu.

Karenanya, ia membentuk Majelis Syura yang terdiri dari enam orang dengan tugas memilih di antara mereka seorang khalifah sesudahnya. Keenam orang itu Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, Abdur-Rahman bin Auf dan Sa'd bin Abi Waqqas. Setelah menyebutkan nama-nama mereka ia berkata: "Tak ada orang yang lebih berhak dalam hal ini daripada mereka itu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam wafat sudah merasa puas ter­hadap mereka. Siapa pun yang terpilih dialah khalifah sesudah saya."

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 3

Page 4: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

4 USMAN BIN AFFAN

Sikap Ansar terhadap Majelis Syura Pilihan Umar atas keenam tokoh itu luar biasa. Tak seorang pun di

antara mereka terdapat orang Ansar dari Medinah atau dari kabilah-kabilah Arab yang lain. Semua mereka dari kaum Muhajirin dan dari Kuraisy. Sungguhpun begitu, dari pihak Ansar atau orang-orang Arab yang berdatangan ke Medinah sepulang menunaikan ibadah haji, tak seorang pun ada yang marah, memprotes pilihan Umar itu. Keadaan mereka tetap demikian sesudah Umar terbunuh, sampai khalifah peng-gantinya dibaiat. Rasa puas pihak Ansar dan orang-orang Arab yang lain dengan pilihan Umar atas keenam orang itu mengingatkan kita pada peristiwa Saqifah Banu Sa'idah setelah Nabi wafat dan jasadnya masih di rumah belum dikebumikan. Setelah Rasulullah, kaum Ansar-lah yang ingin memegang pimpinan. Mereka yang paling moderat ber-kata: "Dari pihak kami seorang amir dan dari pihak Kuraisy seorang amir." Setelah Abu Bakr, Umar dan Abu Ubaidah pun datang ke Saqifah, mereka berdiskusi dengan Ansar mengenai tuntutan mereka itu. Abu Bakr antara lain mengatakan: "Kami kaum Muhajirin dan kalian kaum Ansar, kita bersaudara dalam agama dan sama-sama dalam pembagian rampasan perang serta pembela-pembela kami dalam meng-hadapi musuh. Apa yang kalian katakan bahwa segala yang baik ada pada kalian, itu sudah pada tempatnya. Kalianlah di seluruh penghuni bumi ini yang patut dipuji. Dalam hal ini kabilah-kabilah Arab itu hanya mengenal lingkungan Kuraisy. Jadi, dari pihak kami para amir dan pihak kalian para wazir."1

Sejak diucapkan oleh Abu Bakr, kata-kata ini telah menjadi kon-stitusi dan undang-undang'kekhalifahan bagi kaum Muslimin selama berabad-abad. Oleh karena itu, tak ada pihak yang menentang perganti-an Abu Bakr kepada Umar. Juga tak ada yang menentang pilihan Umar membentuk Majelis Syura dalam lingkungan Kuraisy. Malah dengan menyerahkan kepada keenam orang itu untuk memilih seorang khalifah di antara mereka, pihak Ansar dan semua orang Arab merasa puas.

Mengapa Umar menyerahkan pemilihan khalifah kepada Majelis Syura tanpa menunjuk nama tertentu dari keenam orang yang diangkat-nya itu dengan mengambil teladan dari Abu Bakr saat menunjuknya sebagai penggantinya?

1 Wuzara' jamak wazir 'yang memberi dukungan' (N), yakni 'para menteri. 'Umara' jamak amir, harfiah 'yang memerintah, pemimpin, pangeran', dapat diartikan juga kepala negara. — Pnj.

Page 5: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

Ada beberapa sumber menyebutkan bahwa Sa'id bin Zaid bin Amr berkata kepada Umar: "Kalau Anda menunjuk seseorang dari kalangan Muslimin, orang sudah percaya kepada Anda," — dijawab oleh Umar: "Saya sudah melihat sahabat-sahabat saya mempunyai ambisi yang buruk!" Jawaban ini menunjukkan bahwa dia khawatir, kalau dia menunjuk nama tertentu, hal ini akan mendorong ambisi yang lain untuk bersaing. Jika terjadi demikian maka tak akan ada kesepakatan di kalangan Muslimin, malah akan timbul pertentangan dengan akibat yang tidak diharapkan.

Ada yang berpendapat bahwa Umar memang tidak melihat dari keenam mereka itu yang seorang lebih baik dari yang lain. la tidak ingin menanggung dosa musyawarah yang tidak benar-benar memuas-kan hatinya di hadapan Tuhan. Ataukah ketika terkena tikam itu ia khawatir akan cepat menemui ajalnya sebelum kaum Muslimin men-capai kesepakatan memilih salah seorang dari mereka lalu penyelesai-annya diserahkan kepada Majelis Syura karena sudah tak ada waktu lagi buat dia menyelesaikan? Semua ini adalah soal yang tidak mudah bagi seorang sejarawan untuk menentukan pilihannya, sekalipun harus juga ditambahkan apa yang dikutip orang tentang Umar yang mengata-kan: "Sekiranya Abu Ubaidah masih hidup, tentu akan saya tunjuk dia sebagai pengganti saya, dan kalau saya ditanya oleh Tuhan akan saya jawab: Aku mendengar Nabi-Mu berkata bahwa dia 'kepercayaan umat.' Sekiranya Salim bekas budak Abu Huzaifah masih hidup akan saya tunjuk dia sebagai pengganti saya, dan kalau saya ditanya oleh Tuhan akan saya katakan: Kudengar Nabi-Mu berkata bahwa Salim sangat mencintai Allah Ta'ala." Adakah ungkapan itu berarti bahwa dia lebih mengutamakan Abu Ubaidah dan Salim daripada keenam orang anggota Majelis Syura itu, dan bahwa keenam orang itu baginya semua sama...?

Tetapi kita masih mendapatkan penafsiran lain atas sikap Umar itu, yakni ia tidak ingin memikulkan tanggung jawab kekhalifahan itu ke atas pundak keenam orang tersebut, yang sudah dialaminya sendiri begitu berat dan sangat melelahkan. Ada sumber yang menyebutkan bahwa begitu sadar akibat penikaman itu ia berkata kepada Abdur-Rahman bin Auf: "Saya akan mempercayakan kepada Anda." Abdur-Rahman menjawab: "Amirulmukminin, kalau saran Anda ditujukan ke­pada saya, akan saya terima." Lalu ia ditanya oleh Umar: "Apa maksud Anda?"

"Amirulmukminin, demi Allah, benarkah Anda menyarankan itu ditujukan kepada saya?" tanya Abdur-Rahman lagi.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 5

Page 6: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

6 USMAN BIN AFFAN

"Sebenarnya tidak," jawab Umar. Sesudah konsultasi itu Abdur-Rahman berkata: "Saya memang tidak

ingin memasuki soal ini samasekali." "Anggaplah saya diam," kata Umar, "sebelum saya percayakan

kepada orang-orang yang ketika Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam wafat merasa senang terhadap mereka."

Apa pun yang mendorong Umar tidak mau menunjuk pengganti dan ia membentuk Majelis Syura untuk memilih khalifah di antara mereka, peristiwa-peristiwa yang terjadi sesudah itu memang menunjukkan bahwa pendapatnya itu benar.

Pertemuan dan perdebatan sengit Anggota-anggota Majelis Syura itu sudah mengadakan pertemuan

begitu mereka ditunjuk, tetapi ternyata mereka masih saling berbeda pendapat. Abdullah bin Umar berkata kepada mereka: "Kalian akan mengangkat seorang pemimpin sementara Amirulmukminin masih hidup?" Kata-kata itu didengar oleh Umar, maka ia segera memanggil mereka: "Berilah waktu," kata Umar. "Kalau terjadi sesuatu terhadap diri saya, biarlah Suhaib1 yang mengimami salat kalian selama tiga malam ini. Setelah itu bersepakatlah kalian: barang siapa di antara kalian ada yang mengangkat diri sebagai pemimpin tanpa kesepakatan kaum Muslimin, penggallah lehernya." Selanjutnya ia memanggil Abu Talhah al-Ansari — dari kalangan Ansar — orang yang terbilang pemberani yang tak banyak jumlahnya, lalu katanya: "Abu Talhah, bergabunglah Anda dengan lima puluh orang Ansar rekan-rekan Anda itu bersama beberapa orang anggota Majelis Syura. Saya rasa mereka akan bertemu di rumah salah seorang dari mereka. Berjaga-jagalah di pintu bersama teman-temanmu itu. Jangan biarkan dari mereka ada yang masuk, juga mereka jangan dibiarkan berlarut-larut sampai tiga hari belum ada yang ter-pilih. Andalah yang menjadi wakil saya pada mereka!"

Sebab-sebab timbulnya perselisihan Tatkala Umar wafat tiba saatnya Majelis Syura sudah akan ber-

sidang untuk memilih seorang khalifah di antara mereka. Sesudah berkumpul mereka meminta Abu Talhah al-Ansari menjaga mereka, dan mereka tidak ingin dijaga oleh Mugirah bin Syu'bah dan Amr bin As.

1 Suhaib adalah seorang budak asal Rumawi yang oleh Rasulullah ditebus dengan uang-nya sendiri.

Page 7: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

Malah oleh Sa'd bin Abi Waqqas mereka dilempari kerikil dan disuruh pergi sambil mengatakan: "Kalian akan mengaku: 'Kami telah ikut hadir dan termasuk anggota Majelis Syura!"'

Begitu musyawarah sudah dimulai, terjadi perdebatan sengit di antara mereka, dan ada yang dengan suara keras demikian rupa, se-hingga terkesan oleh Abu Talhah al-Ansari bahwa perselisihan mereka sudah makin memuncak. la masuk dan berkata: "Saya lebih ngeri melihat kalian saling dorong daripada saling bersaing. Saya tidak akan memperpanjang lebih dari tiga hari yang sudah diperintahkan kepada kalian. Setelah itu saya akan tinggal di rumah dan akan melihat apa yang kalian kerjakan!"

Bagaimana mereka sampai berselisih begitu sengit padahal mereka sahabat-sahabat besar Rasulullah dan dari kalangan Muslimin yang sudah beriman kepada Allah dan kepada Rasul-Nya begitu baik?

Kita sudah pernah menyaksikan perselisihan sengit antara kaum Muhajirin dan Ansar di Saqifah Banu Sa'idah dan kaum Ansar pun segera mengakui hak Kuraisy untuk memangku kekhalifahan. Ketika Abu Bakr duduk di antara Umar dengan Abu Ubaidah, ia memegang tangan keduanya dan berkata kepada orang-orang di sekitarnya: "Ini Umar dan ini Abu Ubaidah, baiatlah siapa di antara keduanya yang kalian kehendaki." Mendengar ucapan itu Umar berkata: "Abu Bakr, bentangkan tangan Anda!" Abu Bakr membentangkan tangannya lalu dibaiat oleh Umar, dibaiat oleh Abu Ubaidah dan yang hadir juga semua membaiatnya, selain Sa'd bin Ubadah pemuka Ansar. Dengan demikian Abu Bakr telah menjadi pengganti Rasulullah dalam pemerintahan Is­lam. Sampai ajal tiba ia tidak menemui kesulitan yang berarti untuk memperoleh kesepakatan Muslimin dengan pergantian Umar.

Bukankah kedudukan Majelis Syura dalam kedua peristiwa ini me-rupakan contoh yang akan melepaskan mereka dari perselisihan dan mengajak bersepakat atas orang yang akan dibaiat oleh Muslimin men­jadi khalifah?

Sebenarnya situasi yang dialami Majelis Syura berbeda sekali de­ngan situasi yang dialami oleh Muhajirin dan Ansar di Saqifah, dan yang dialami oleh Muslimin ketika Abu Bakr menunjuk Umar menjadi penggantinya. Ketika Rasulullah wafat persatuan di Semenanjung Arab belum lagi terpadu. Berita-berita mereka yang mendakwakan diri nabi dari Banu Asad, Banu Hanifah, begitu juga di Yaman sudah meluas dan sudah diketahui oleh pihak Muhajirin dan Ansar. Kekhawatiran bahwa kabilah-kabilah itu akan memberontak terhadap agama baru ini dan ter-hadap kekuasaan Medinah sangat mengganggu pikiran.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 7

Page 8: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

8 USMAN BIN AFFAN

Semua ini jelas sekali pengaruhnya dalam mempersatukan mereka yang sedang berkumpul di Saqifah. Mereka lebih cepat lagi melangkah mempersatukan diri mengingat Rasulullah sudah memerintahkan Usamah bin Zaid memimpin sebuah pasukan untuk menghadapi Rumawi. Lebih-lebih mereka memahami situasi genting itu serta beratnya tanggung jawab yang mesti dipikul oleh orang yang harus menggantikan Rasulullah. Waktu itu, baik Muhajirin maupun Ansar belum mengenal adanya daya tarik rampasan perang yang melimpah di Medinah dan yang akan mem-buat mereka melihat kekhalifahan itu sebagai hal yang menguntungkan. Oleh karenanya perdebatan mereka berkisar sekitar agama dan pem-belaannya dan siapa yang harus menggantikan Rasulullah.

Di luar itu, yang berhubungan dengan pemerintahan dan kekuasa-annya hanya sepintas lalu saja terlintas dalam pikiran mereka. Pada mulanya pihak Ansar hanya berpegang pada hak mereka sendiri dalam kekhalifahan atau bersama-sama karena Medinah adalah kota mereka dan kaum Muhajirin pendatang baru di tempat itu. Jadi merekalah yang paling berhak memegang dan mengurus kepentingan umat. Sesudah dalam diskusi Saqifah itu tampak bahwa soalnya bukan lagi soal Me­dinah saja melainkan sudah soal agama yang baru tumbuh ini, barulah mereka mengakui hak Muhajirin dalam kekhalifahan, mengingat mereka adalah pelopor-pelopor yang pertama dalam agama dan dalam per-sahabatan mereka dengan Rasulullah.

Ketika Abu Bakr menunjuk Umar sebagai penggantinya, dalam menghadapi Persia dan Rumawi pasukan Muslimin di Irak dan di Syam dalam posisi bertahan. Tak ada yang tahu bagaimana takdir kelak menentukan. Malah pihak Muslimin masih berat hati akan berangkat ke Irak membantu Musanna bin Harisah. Sampai selama tiga hari itu tak ada orang yang memenuhi seruan Umar, sebab mereka masih takut menghadapi Persia dan kehebatannya. Memikul tanggung jawab dalam situasi yang begitu genting bukan hal yang layak diperselisihkan, satu sama lain ingin memonopoli. Perhitungan Abu Bakr melihat situasi yang begitu genting, itulah yang membuatnya menunjuk Umar, sebab di antara sahabat-sahabatnya, dialah yang benar-benar tangguh dan paling mampu mengikuti suatu politik yang harus sukses dengan ketangguhan dan keteguhan hati, seperti yang ada pada Umar. Umat Muslimin dapat menerima kekhalifahan Umar kendati mereka sudah tahu wataknya yang begitu keras dan tegar, dan dalam hal ini tak ada orang yang mau menyainginya. Cemas sekali mereka melihat perang Persia dan Rumawi itu, mereka diliputi rasa khawatir jika pasukan Muslimin kalah dengan segala akibat yang timbul karenanya.

Page 9: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

Sesudah kemudian Umar memegang pimpinan temyata sukses meng-adakan penyebaran dan pembebasan serta berhasil membangun sebuah kedaulatan Islam dengan Medinah sebagai ibu kota yang disegani dunia. Di sisi itu, juga sebagai negeri Arab dengan kedaulatannya yang besar dan menjadi pusat perhatian semua bangsa dari segenap penjuru. Karena harta kekayaan yang melimpah berdatangan dari segenap penjuru ke­daulatannya itu, Umar sudah tidak tahu lagi jumlah harta itu harus dengan dihitungkah atau dengan ditimbang? Keadaan sudah berubah dari yang semula. Bukan hal yang mengherankan jika anggota-anggota Majelis Syura kemudian terlibat ke dalam perselisihan yang makin memuncak, masing-masing menginginkan pihaknya yang memegang kekhalifahan.

Di samping itu ada faktor lain yang memicu perselisihan, yang dampaknya kemudian begitu kuat dalam kehidupan negara, yaitu per-saingan keras antara kabilah-kabilah Kuraisy sendiri dengan pengaruh jahiliah yang begitu jelas. Setelah Nabi diutus dan menyerukan persama-an, kebenaran dan keadilan, lepas dari segala hawa nafsu, persaingan demikian ini di masa Rasulullah sudah tak terlihat lagi. Kemudian setelah Rasulullah wafat mulai timbul lagi, tetapi masih malu-malu. Sesudah kekhalifahan Abu Bakr dan Umar berlalu dan melihat Arab lebih unggul dari Persia dan Rumawi, fanatisme kekabilahan mulai timbul lagi. Orang mulai mengingat-ingat kembali persaingan dahulu antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah, begitu juga dengan yang Iain-lain di Mekah. Semua mereka terdorong untuk saling berseteru dan bermusuhan.

Persaingan antara Banu Hasyim' dengan Banu Umayyah; sikap orang-orang Arab terhadap kekhalifahan

Persaingan antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah itu sudah berjalan lebih dari seratus tahun sebelum Nabi lahir. Jabatan-jabatan di Rumah Suci semua bertumpu di tangan Qusai bin Kilab. Pada paruh pertama abad kelima Masehi penduduk Mekah sudah mengakui ke-pemimpinannya atas mereka. Ada tiga anak laki-laki Qusai, yakni Abdud-Dar, Abdu-Manaf dan Abdul-Uzza. Sesudah Qusai berusia lanjut dan sudah tidak kuat memikul tugas itu, semua urusan yang menyangkut pimpinan Mekah dan jabatan-jabatan di Rumah Suci diserahkan kepada anak sulungnya, Abdud-Dar. Sementara Banu (keluarga besar) Abdu-Manaf di tengah-tengah masyarakatnya itu paling terpandang dan punya kedudukan paling penting. Anak-anak mereka adalah Abdu-Syams, Naufal, Hasyim dan Muttalib. Kekuatan ini telah menggoda kesepakatan mereka untuk merebut segala yang ada di tangan sepupu-sepupunya itu.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 9

Page 10: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

10 USMAN BIN AFFAN

Sekarang Kuraisy terbagi menjadi dua persekutuan: Persekutuan al-Mutayyabun yang mendukung Banu Abdu-Manaf, dan Persekutuan al-Ahlaf yang mendukung Banu Abdud-Dar. Kemudian mereka meng-adakan kesepakatan bersama dalam soal logistik: Banu Abdu-Manaf mendapat bagian siqayah dan rifadah,1 sedang bagian Banu Abdud-Dar adalah hijabah, liwa' dan nadwah.2 Hasyim adalah saudara yang tertua dan dia yang memegang urusan siqayah dan rifadah. Sesudah ia ber-usia lanjut, terbayang oleh kemenakannya, Umayyah bin Abdu-Syams, bahwa dia mampu menyainginya untuk memberi makan Kuraisy di musim ziarah seperti yang dilakukan oleh Hasyim. Tetapi ternyata kemudian ia tidak mampu, dan karenanya ia dikutuk orang. Ia pergi ke Syam dan tinggal di sana selama 10 tahun. Al-Maqrizi berkata: "Inilah permusuhan pertama antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah."3

Permusuhan ini berlanjut terus turun-temurun. Orang Arab sangat menghormati persuakaan. Jika seorang orang Arab sudah memberi suaka kepada seseorang, maka orang itu berada di bawah perlindungannya, aman dari segala serangan pihak lain. Di kalangan mereka adat ini sangat dihormati. Sungguhpun begitu, Harb bin Umayyah pernah meng-ganggu Abdul-Muttalib bin Hasyim — kakek Nabi — karena orang Ya­hudi berada di bawah suaka Abdul-Muttalib. Harb bin Umayyah masih juga terus mengganggunya sampai akhirnya Yahudi itu dibunuhnya dan hartanya diambil.

Persaingan antara Banu Umayyah dengan Banu Hasyim ini tetap berlanjut. Sesudah Nabi diutus, Banu Umayyah menjadi golongan yang paling keras memusuhinya. Persaingan mereka terhadap Banu Hasyim itu merupakan pendorong terbesar dalam hal ini.

Abu Sufyan bin Harb, Akhnas bin Syariq dan Abu al-Hakam bin Hisyam mengintai Rasulullah selama tiga malam. Mereka mendengar dari balik tabir Rasulullah sedang membaca Qur'an. Akhnas pergi me-ngunjungi Abu Jahl di rumahnya dan menanyakan:

"Abu al-Hakam, bagaimana pendapat Anda tentang yang kita dengar dari Muhammad?"

1 Siqayah, persediaan air, dan rifadah persediaan makanan untuk para peziarah di Ka'bah. 2 Masing-masing berarti: 'juru kunci,' 'pemegang panji (komandan)' dan 'pimpinan rapat setiap tahun musim.' — Pnj. 3 Lihat al-Maqrizi, an-Niza' wat-Takhasum baina Bani Umayyah wa Bani Hasyim, h. 22-23.

Page 11: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 11

"Yang saya dengar?!" jawab Abu Jahl. "Kami sudah saling mem-perebutkan kehormatan dengan Banu Abdu-Manaf. Mereka memberi makan, kami pun memberi makan, mereka menanggung, kami pun be-gitu, mereka memberi, kami juga memberi, sehingga kami dapat sejajar dan sama tangkas dalam perlombaan itu dan kami seperti dua ekor kuda pacuan." Tetapi tiba-tiba kata mereka: "Di kalangan kami ada seorang nabi yang menerima wahyu dari langit. Kapan kita akan meng-alami yang semacam itu? Tidak! Kami samasekali tidak akan beriman kepadanya dan tidak akan mempercayainya!"

Abu Sufyan Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah adalah pemuka mereka yang

memusuhi Muhammad. Sejak Muhammad masih di Mekah sampai kemu-dian hijrah ke Medinah ia tetap selalu memusuhinya. Cukup kita ingat bahwa dialah yang memimpin Kuraisy dalam Perang Uhud. Setelah Kuraisy mendapat kemenangan dia yang berteriak: "Hari ini sebagai pembalasan Perang Badr. Sampai jumpa lagi tahun depan!" Dia juga lagi yang memimpin Ahzab dalam Perang Khandaq. Sebelum Uhud dan sesudah Khandaq dia yang menghasut orang untuk memusuhi Muhammad dan berusaha membunuhnya. Sesudah Nabi berangkat hendak mem-bebaskan Mekah dan Abu Sufyan juga keluar dan melihat bahwa tak mungkin pihak Mekah dapat melawan Muslimin, dia meminta perlin-dungan kepada Abbas bin Abdul-Muttalib, dan sesudah Abbas memberi perlindungan dibawanya ia kepada kemenakannya itu. Ketika itu Ra-sulullah menanya kepada Abu Sufyan: "Belum waktunyakah Anda me-ngetahui bahwa saya Rasulullah?" Abu Sufyan menjawab: "Demi ibu-bapaku! Sungguh bijaksana Anda, sungguh pemurah. Tetapi mengenai soal ini, masih ada sesuatu dalam hati saya."1

Sesudah jawaban itu ia melihat bahwa ia akan mati kalau tidak masuk Islam. Karenanya ia masuk Islam untuk menyelamatkan diri dari maut, bukan karena beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sesudah pembebasan itu penduduk Mekah semua menerima Islam, termasuk Banu Umayyah, yang jumlah kabilah dan anggotanya terbanyak.

Memperebutkan pengaruh Setelah Abu Sufyan dan Banu Umayyah masuk Islam fanatisme

kesukuan masih tetap merasuk dalam hatinya walaupun untuk meng-ungkap isi hatinya itu kekuatan Rasulullah dan kekuatan Islam sudah

1 At-Tabari, Tarikh, 2/221 (cetakan at-Tijariyah, 1939).

Page 12: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

12 USMAN BIN AFFAN

membuatnya lumpuh. Setelah Rasulullah wafat dan Abu Bakr dibaiat, ia menggunakan kesempatan untuk menyebarkan bibit-bibit fitnah. Di-sebutkan bahwa setelah ada kesepakatan bersama mengenai pelantikan Abu Bakr ia datang dan mengatakan: "Sungguh, hanya darah yang akan dapat memadamkan sampah ini." Kemudian ia memanggil-manggil Keluarga Abdu-Manaf, mengapa mesti Abu Bakr yang memerintah kamu... Mana kedua orang yang ditindas itu, mana orang yang dihina, Ali dan Abbas...?"

Tak seorang pun akan sudi di bawah kezaliman Yang terus-menerus disengajakan Hanyalah yang dihina menjadi pasak kampung halaman.

Sumber-sumber yang mengutip cerita ini sependapat, bahwa Ali menolak ajakan Abu Sufyan itu, dan ia berkata kepadanya: Anda me-mang mau membuat fitnah dengan cara itu. Anda selalu mau membawa Islam ke dalam malapetaka. Dan katanya lagi: "Anda selalu memusuhi Islam dan pemeluknya, tetapi Anda tak akan berhasil. Saya berpendapat Abu Bakr memang pantas untuk itu."

Mengenai sikap Abu Sufyan terhadap kaum Muslimin sesudah pelantikan Abu Bakr, sumber-sumber itu masih saling berbeda. Ada yang berpendapat bahwa dia menjadi seorang Muslim yang baik, dan dia yang mengerahkan Muslimin di Syam untuk menghadapi Rumawi. Cerita ini diperkuat karena kedua anaknya, Yazid dan Mu'awiyah, yang memimpin pasukan di Syam itu. Setelah Yazid meninggal, pimpinan Syam oleh Umar bin Khattab diserahkan kepada Mu'awiyah. Yang lain berpendapat bahwa Abu Sufyan berbeda kulit dari isi, dan bahwa dia merupakan tempat perlindungan kaum munafik. Kalau dia melihat pihak Rumawi muncul ia berkata: Ya Banu al-asfar!1 Kalau mereka dipergoki kaum Muslimin ia membaca sajak Nu'man bin Imru'ul Qais bin Aus — salah seorang raja Hirah:

Banu al-asfar, raja-raja, para raja Rumawi Tiada lagi mereka yang dapat diingat

Setelah Allah memberikan kemenangan kepada Muslimin dan Zubair bin Awwam diajak bicara tentang Abu Sufyan ia berkata: Terkutuk orang itu. Yang datang hanya orang munafik? Bukankah kita lebih baik dari bangsa Banu al-asfar?

1 Sebutan untuk orang-orang Rumawi di Asia Kecil, Konstantinopel dan sekitarnya, kemudian menjadi sebutan bagi semua ras kulit putih. — Pnj.

Page 13: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

Jelas, sumber terakhir ini dibuat-buat kemudian oleh pendukung-pendukung Banu Abbas. Sangat tidak wajar Abu Sufyan akan lebih ber-sikap fanatik terhadap pihak Rumawi daripada terhadap golongannya sendiri sementara anak-anaknya memimpin pasukan berperang melawan Rumawi. Juga sumber yang dikatakan dari Hasan bahwa Abu Sufyan menemui Usman bin Affan sesudah ia menjadi Khalifah dengan me-ngatakan: "Sekarang sudah menjadi giliran Anda sesudah Banu Taim dan Banu Adi. Gulirkanlah bola itu dan jadikanlah Banu Umayyah tali busumya. Dijawab oleh Usman dengan suara keras: "Pergilah kau dari sini!"

Persaingan Banu Hasyim dan Banu Umayyah Tetapi kalaupun kita dapat menerima bahwa sumber pertama itu

palsu karena berlawanan dengan logika peristiwa, namun kita tak dapat menerima kepalsuan sumber yang kedua karena memang, Abu Sufyan orang yang sangat fanatik terhadap golongannya, Banu Umayyah.

Sungguhpun begitu persaingan antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah ini tidak merintangi segolongan kerabat dekat Rasulullah untuk menyatakan permusuhan secara terbuka, sebab dia mengecam agama mereka dan mencela segala yang disembah nenek moyang mereka. Abu Lahab, pamannya, dan istrinya tukang fitnah1 selalu mengganggu Nabi melebihi Banu Umayyah dan orang-orang Kuraisy lainnya. Pamannya Abu Talib, kendati ia tetap bertahan dengan agamanya, ia melindungi Nabi dengan segala kedudukan dan kemampuannya itu di Mekah. Sebaliknya pamannya Hamzah, ia masuk Islam karena solider kepada kemenakannya itu ketika dilihatnya Abu Jahl memaki dan mengganggu Muhammad, sementara pamannya Abbas baru masuk Islam setelah pasukan Muslimin berangkat akan membebaskan Mekah.

Hak dan batil Tidak heran jika paman-paman Rasulullah bersikap demikian ke-

padanya. Kekuasaan dan pengaruh kepercayaan itu memang besar sekali dalam hati orang. Sebagian besar orang tidak mau memperdebatkan apa yang sudah diwarisinya dari nenek moyangnya untuk mengetahui mana yang hak dan mana yang batil, mana yang benar dan mana yang tidak. Dan yang sebagian kecil adalah mereka yang dengan hati nurani sudah

1 Harfiah, 'pembawa kayu bakar,' arti kiasan dalam Qur'an, yakni sering membawa kayu-kayu berduri yang diikat lalu diletakkan di jalan yang biasa dilalui Nabi; atau tukang memanas-manasi hati orang untuk memusuhi Nabi. — Pnj.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 13

Page 14: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

14 USMAN BIN AFFAN

mendapat cahaya ilahi, mereka yang oleh Allah sudah diberi hidayah, diberi petunjuk kepada kebenaran dengan bukti yang nyata. Mereka tidak akan bersikap fanatik terhadap kebatilan bilamana kebenaran itu sudah jelas dan sudah menerangi cita-citanya dengan cahaya-Nya. Mereka ini tidak akan terpengaruh oleh fanatisme pada suatu kabilah, ras atau kepercayaan untuk menerima kebenaran yang telah disampai-kan kepada mereka. Kalau mereka yakin, mereka akan mempercayainya dan akan menjadi orang-orang beriman dan akan menjadi penganjurnya yang tangguh.

Itulah yang telah terjadi dengan Usman bin Affan, Abdur-Rahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Sa'd bin Abi Waqqas dan Zubair bin Awwam. Tak seorang pun dari sahabat-sahabat itu yang termasuk Banu Hasyim. Usman dari Banu Umayyah, yakni Usman bin Affan bin Abi al-As bin Umayyah bin Abdu-Syams. Abu Bakr laki-laki pertama yang masuk Islam ketika diajak oleh Rasulullah setelah diutus membawa risalah Islam. Secara terbuka dakwah kebenaran itu disampaikan oleh Abu Bakr kepada sahabat-sahabatnya, lalu diikuti oleh kelima orang itu, dengan dipelopori oleh Usman. Mereka masuk ke dalam agama Allah serta beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kelima orang itulah yang mula-mula masuk Islam dan berpegang teguh, dan demi agama itu pula mereka berjuang mati-matian. Rasulullah wafat pun sudah merasa lega terhadap mereka. Mereka itulah yang didudukkan dalam Majelis Syura oleh Umar bin Khattab, termasuk Ali bin Abi Talib, sepupu dan me-nantu Rasulullah dari pernikahannya dengan putrinya Fatimah. Soalnya Ali adalah Muslim pertama dari Banu Hasyim dan dalam semua per-tempuran ia bersama Rasulullah.

Ali bin Abi Talib Karena kesertaan mereka yang mula-mula dalam Islam dan per-

sahabatan mereka dengan Rasulullah, mereka mendapat tempat di hati kaum Muslimin. Di antara mereka ada yang masih dalam hubungan kerabat dengan Rasulullah. Ini juga yang menambah kedekatan mereka di hati orang, dan sudah tentu Ali bin Abi Talib adalah kerabat dan hubungan keluarga terdekat dengan Rasulullah. Dia anak pamannya Abu Talib bin Abdul-Muttalib, dan Abu Talib inilah yang mengasuh Muhammad sejak mudanya setelah kakeknya Abdul-Muttalib mening-gal, dan dia pula yang melindunginya dari gangguan Kuraisy setelah kerasulannya, ketika Kuraisy selalu mengganggunya sampai berlebihan. Dalam pada itu Rasulullah juga mengasuh Ali di masa mudanya. Dengan demikian ia telah membalas budi pamannya Abu Talib dengan sebaik-

Page 15: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 15

Silsilah

Page 16: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

16 USMAN BIN AFFAN

baiknya. Kedudukan Ali dengan sepupunya itu, itu pula yang membuat-nya orang pertama masuk Islam dari kalangan anak muda, yang ketika itu umurnya belum mencapai akil balig. Sesudah memasuki usia muda remaja oleh Rasulullah ia dinikahkan dengan putrinya Fatimah, yang terus bersamanya sampai ia meninggal enam bulan sesudah kematian ayahnya. Fatimah ini ibunda Hasan dan Husain putra-putra Ali.

Zubair bin Awwam Dalam kekerabatannya dengan Rasulullah sesudah Ali, adalah Zu­

bair bin Awwam. Ibundanya Safiyah adalah putri Abdul-Muttalib, bibi Muhammad. Jadi dia anak Awwam bin Khuwailid, saudara Khadijah Ummulmukminin. Kekerabatan ini juga yang mendorongnya masuk Islam ketika umurnya baru enam belas tahun. Di samping itu, dia juga tak pernah ketinggalan dalam setiap pertempuran yang dialami oleh Rasulullah. Kejadian itu sesudah ia mengalami dua kali hijrah1 ke Abisi-nia, berlindung kepada Allah dengan agamanya, dari gangguan Kuraisy. Ketika dalam Perang Uhud, ia pun telah berikrar setia kepada Rasulul­lah dalam menghadapi kabilah-kabilah Arab. Dalam Perang Khandaq Rasulullah menugaskan orang yang dapat membawa berita tentang pa-sukan Ahzab yang mengepung Medinah, maka tugas itu dipercayakan-nya kepada Zubair. Seperti dikatakan oleh Rasulullah: "Setiap nabi punya seorang pembantu dekat,2 maka pembantu dekatku adalah Zubair bin Awwam." Ketika pembebasan Mekah, salah satu bendera dari tiga bendera Muhajirin dipegang oleh Zubair.3 Zubair dengan kekuatan fisik dan keberaniannya, juga sangat murah hati dan penuh rasa kasih sayang kepada orang. Oleh karena itu Nabi sangat dekat kepadanya dan saling mencintai. Tatkala di Medinah diadakan pembagian tanah ia mendapat sebidang yang cukup luas dan sebuah kebun kurma. Seperti Rasulullah,

1 Hijrah pertama terdiri dari 11 orang laki-laki dan 4 orang perempuan ke Abisinia ketika gangguan Kuraisy makin meningkat terhadap Muslimin. Setelah terbetik berita bahwa Kuraisy Mekah sudah tidak lagi mengganggu, mereka kembali. Tetapi ternyata sikap Kuraisy terhadap Muslimin tidak berubah. Terpaksa mereka kembali lagi ke Abisinia dengan 80 orang bersama istri dan anak-anak mereka. Ini yang disebut hijrah kedua. Mereka tinggal di sana sampai kemudian Nabi hijrah ke Medinah dan mereka pun kembali langsung ke Medinah. — Pnj. 2 Hawari (jamak hawariyun), 'yang murni, tersaring dari segalanya, banyak dipakai untuk pengikut-pengikut para nabi' (MAQ). —Pnj. 3 Ketiga orang Muhajirin itu ialah Khalid bin Walid, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Zubair bin Awwam. — Pnj.

Page 17: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

Abu Bakr dan Umar juga sangat mencintainya. Abu Bakr memberinya sebidang tanah di Jauf dan Umar memberinya di Aqiq.

Usman bin Affan Kekerabatan Usman bin Affan dengan Rasulullah tidak sedekat

mereka itu. Kakeknya, Abu al-As bin Umayyah bin Abdu-Syams bin Abdu-Manaf bin Qusai kakek Rasulullah yang kelima. Tetapi dia juga menantu Nabi yang menikah dengan putrinya Ruqayyah dan kemudian dengan Um Kulsum. Sebelum kerasulannya Rasulullah sudah me-nikahkan kedua putrinya dengan kedua anak pamannya, Abu Lahab. Sesudah ia menjadi Rasul permusuhan Abu Lahab begitu sengit ke-padanya dan menyuruh kedua anaknya itu menceraikan kedua putri Nabi. Lalu Usman menikah dengan Ruqayyah dan ikut bersama-sama dalam dua kali hijrah ke Abisinia, dan tetap bersamanya sampai se­sudah hijrah ke Medinah. Sebelum terjadi Perang Badr Ruqayyah jatuh sakit. Usman tidak ikut dalam perang itu dengan izin Rasulullah karena akan merawat istrinya. Tetapi Ruqayyah menemui ajalnya juga. Oleh Rasulullah ia dinikahkan kepada Um Kulsum, adik Ruqayyah, yang tetap bersamanya sampai ia meninggal sebelum ayahnya. Rasulullah berkata menghibur Usman: "Kalau kami punya tiga anak putri juga akan kami nikahkan kepada Anda." Terjadi demikian ini karena Usman seorang laki-laki yang saleh, lemah-lembut, mudah bergaul dan murah hati. Ra­sulullah sangat mencintainya, mengenal jasanya, otaknya yang tajam dengan imannya yang sungguh-sungguh.

Bukan karena semenda Usman kepada Nabi itu saja yang membuat Muhammad dekat kepadanya dan menanamkah rasa cinta dalam hati-nya, tetapi karena dia juga termasuk orang yang sudah lebih dulu dalam Islam. Ia tidak terpengaruh oleh persaingan golongannya Banu Umayyah terhadap Banu Hasyim. Bergabungnya ia ke dalam Islam telah me-nimbulkan kemarahan kabilahnya. Oleh pamannya, Hakam bin Abi al-As bin Umayyah ia diikat dan katanya: "Kau meninggalkan agama nenek moyangmu dan menganut agama baru? Tidak, aku samasekali tidak akan melepaskanmu sebelum kau meninggalkan apa yang kaulakukan sekarang!" Tetapi Usman menjawab: "Tidak, sekali-kali saya tidak akan melepaskan Islam dan tidak akan meninggalkannya." Melihat kegigih-annya mempertahankan kebenaran dan tetap berpegang teguh, tak ada jalan lain oleh pamannya ia dilepaskan.

Sesudah itu gangguan golongannya itu makin menjadi-jadi. Ia ikut dua kali hijrah ke Abisinia. Sesudah kemudian hijrah ke Medinah, tidak segan-segan ia mengeluarkan hartanya yang tidak sedikit untuk mem-

17 1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

Page 18: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

18 USMAN BIN AFFAN

bantu Muslimin. Bahkan ia telah memberikan saham terbesar dalam menyiapkan pasukan Usrah ke Tabuk. Dia yang membeli Bi'ir Rumah dari orang Yahudi untuk tempat minum pasukan Muslimin dan orang dapat menimbanya seperti yang lain. Dalam peristiwa Hudaibiyah Rasulullah menugaskannya sebagai utusan kepada Kuraisy. Sesudah lama belum kembali juga pihak Muslimin mengira ia sudah dibunuh. Rasulullah dan sahabat-sahabat mengadakan Ikrar Ridwan sebagai Ikrar setia, yang berarti siap memerangi Kuraisy.1 Kemudian Nabi menepukkan sebelah tangannya pada yang sebelah lagi sebagai tanda ikrar kepada Usman seolah ia hadir dalam peristiwa itu.2

Usman adalah juga salah seorang penulis wahyu. Sudah tentu, dengan begitu dekatnya kepada Rasulullah ia telah mendapat kehormatan dan kedudukan yang sangat mulia dalam hati kaum Muslimin.

Sa 'd bin Abi Waqqas Sa'd bin Abi Waqqas termasuk kabilah Banu Zuhrah — masih

pernah paman Nabi dari pihak ibu — Sa'd bin Malik bin Wuhaib bin Abdu-Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Jadi dia orang Kuraisy dari Banu Zuhrah. Ibunya putri Sufyan bin Umayyah, ada juga yang mengatakan dia putri Abu Sufyan bin Umayyah.

Sa'd termasuk orang yang mula-mula dalam Islam, masuk Islam ketika baru berumur 17 tahun, kaya dan hidup senang, berpakaian bahan tenun sutera dan bercincin emas. Ia mengalami semua peristiwa ber-sama Rasulullah, ia terus mendampinginya dan melindunginya dalam Perang Uhud saat banyak orang yang melarikan diri. Ia memperlihatkan kepahlawanannya dan begitu berani dalam berbagai pertempuran se-hingga kaum Muslimin sepakat memilihnya sebagai pimpinan untuk meng-hadapi Persia di Kadisiah setelah kehancuran Abu Ubaid bin Mas'ud as-Saqafi di Qirqis.3 Karena termasuk orang yang mula-mula dalam Is­lam, kecintaannya kepada Nabi serta kepahlawanan dan keberaniannya, ia sangat dicintai oleh Rasulullah dan dekat sekali dalam hatinya.

Itu sebabnya ketika Umar bin Khattab menyerahkan kepadanya pimpinan pasukan yang berangkat ke Kadisiah ia berkata: "Sa'd, Sa'd Banu Wuhaib! Janganlah Anda tertipu dalam menaati perintah Allah

1 Sehubungan dengan ikrar ini Allah berfirman: "Allah telah meridai orang-orang beriman ketika mereka memberikan ikrar setia kepadamu di bawah pohon..." (Qur'an 48:18). 2 Lihat Sejarah Hidup Muhammad, h. 398. — Pnj. 3 Lihat Umar bin Khattab, h. 213-9. — Pnj.

Page 19: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 19

karena Anda dikatakan masih paman Rasulullah sallallahu 'alaihi wa-sallam dan sahabatnya. Allah Yang Mahakuasa tidak akan menghapus kejahatan dengan kejahatan, tetapi Ia menghapus kejahatan dengan ke-baikan! Antara Allah dengan siapa pun tak ada hubungan nasab selain ketaatannya. Manusia yang tinggi dan yang rendah dalam pandangan Allah sama. Allah adalah Tuhan mereka dan mereka hamba-hamba-Nya, saling menghargai untuk keselamatan dan menjalankan kewajiban dengan ketaatan kepada-Nya. Perhatikanlah apa yang biasa dilakukan oleh Nabi sallallahu 'alaihi wasallam sejak diutus sampai ia me-ninggalkan kita. Teruslah kerjakan, sebab itu adalah perintah."1

Abdur-Rahman bin Auf Seperti Sa'd bin Abi Waqqas, Abdur-Rahman bin Auf juga orang

Kuraisy dari Banu Zuhrah dan termasuk paman Rasulullah dari pihak ibu: Abdur-Rahman bin Auf bin Abdul-Haris bin Zuhrah bin Kilab. Ibunya Syifa' binti Auf bin Abdul-Haris bin Zuhrah bin Kilab. Jadi dia masih kerabat dekat dari pihak ayah. Selain Abdur-Rahman masih semenda Usman bin Affan juga ia sepupu Sa'd bin Abi Waqqas. Sejak semula ia memang seorang pedagang yang jujur, dan karena kejujurannya itu ia makin beruntung dalam perdagangan dan menjadi kepercayaan semua orang. Ia mendapat kepercayaan Rasulullah sejak masuk agama Allah ini bersama dengan mereka yang mula-mula dalam Islam, se-hingga kata Rasulullah: "Dia jujur di bumi dan jujur di langit."2

Setelah hijrah ke Medinah ia tinggal di rumah Sa'd bin Rabi' al-Khazraji. "Ini harta saya," kata Sa'd, "dan akan saya bagi dua; saya punya dua orang istri, salah seorang untuk Anda." Tetapi Abdur-Rahman menjawab: "Terima kasih, semoga harta Anda dan istri Anda memberi berkah kepada Anda. Tetapi tolong besok pagi tunjukkan kepada saya di mana letak pasar."

Setelah ditunjukkan letak pasar dan kemudian ia berdagang di tempat itu ia memperoleh keuntungan yang makin lama makin besar sehingga waktu meninggal dia terbilang orang terkaya. Rasulullah senang ber-sahabat dengan dia seperti yang diperlihatkan kepada Abu Bakr dan Umar. Karena kejujurannya dan mudah bergaul ia mendapat kepercayaan kalangan pemikir terkemuka, sehingga banyak yang mengusulkan untuk dicalonkan sebagai khalifah sesudah Umar.

1 At-Tabari, 2/4. 2 Op. cit 2/29.

Page 20: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

20 USMAN BIN AFFAN

Talhah bin Ubaidillah Orang ini dari Banu Taim bin Murrah, satu kabilah dengan Abu Bakr

as-Siddiq. Dia anak Usman bin Umar bin Ka'b bin Taim bin Murrah. Ibunya Sa'abah binti Ubaidillah al-Hadrami, dan ibunda Sa'abah ini Aisyah binti Wahab bin Abdud-Dar bin Qusai bin Kilab. Talhah se-orang pedagang yang pada musim dingin dan musim panas pergi ke Yaman dan ke Syam. Selain sebagai salah seorang pemikir Kuraisy, dia juga pemberani dan di Mekah dikenal sangat pemurah. Sesudah Nabi diutus dan Abu Bakr masuk Islam, Talhah orang yang pertama pula datang kepada Abu Bakr dan ia diantarkan kepada Nabi menyatakan keislamannya.

Suatu hari sekembalinya dari perjalanan ke Syam ia mengatakan kepada Nabi bahwa penduduk Medinah sedang menanti-nantikan hijrah-nya ke kota mereka. Sesudah keadaan kaum Muslimin stabil di Me­dinah, dan ekspedisi kemudian dimulai, Talhah berada di barisan depan bersama-sama yang lain. Sebelum pecah Perang Badr Rasulullah pernah mengutusnya untuk mengumpulkan berita-berita tentang Abu Sufyan. Ketika Nabi mendapat musibah dalam Perang Uhud Talhah berada di sampingnya dan termasuk orang yang mati-matian membelanya sehingga dia sendiri mengalami luka-luka yang hampir saja merenggut nyawanya. Selepas Perang Tabuk dengan perintah Rasulullah ia membakar rumah Suwailim, orang Yahudi yang oleh orang-orang munafik dipakai markas untuk menjerumuskan Muslimin. Setelah Rasulullah wafat ia bersama-sama dengan Ali bin Abi Talib dan Zubair bin Awwam tinggal me-nyendiri di rumah Fatimah dan tidak menghadiri pertemuan Abu Bakr, Umar, Abu Ubaidah di Saqifah Banu Sa'idah. Setelah Abu Bakr dibaiat sebagai Khalifah dan sedang menghadapi kaum murtad dan mereka yang enggan membayar zakat, Talhah bersama Ali dan Zubair yang menjaga Medinah. Di samping itu, oleh Khalifah ia dipertahankan untuk mendampinginya bersama-sama dengan para penasihatnya yang lain, seperti Umar, Usman, Ali, Abdur-Rahman bin Auf dan sahabat-sahabat besar lainnya yang sudah mula-mula dalam Islam.

Talhah termasuk orang yang menentang Abu Bakr ketika dalam sakitnya yang terakhir ia menunjuk Umar untuk menggantikannya. Bersama sekelompok Muslimin yang lain ia datang menemuinya dan berkata: "Anda menunjuk Umar sebagai pengganti yang akan memim-pin kami. Sudah Anda lihat bagaimana ia menghadapi orang padahal Anda masih ada di sampingnya, bagaimana pula kalau dia hanya dengan mereka dan Anda sudah bertemu Tuhan!?" Abu Bakr marah dan berteriak kepada Talhah: "Untuk urusan Allah Anda mengancam

Page 21: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

saya!? Kalau saya bertemu Tuhan dan saya ditanya akan saya katakan, bahwa untuk memimpin hamba-hamba-Mu aku telah menunjuk seorang hamba-Mu yang terbaik."1

Pandangan Talhah tentang Umar tidak berubah dalam kedudukan-nya mendampingi Umar sesudah ia menjadi Khalifah. la tetap tinggal di Medinah dan sebagai penasihat Umar seperti terhadap Abu Bakr sebelum itu. Sesudah Umar terkena tikam ia menunjuk Talhah menjadi salah seorang anggota Majelis Syura kendati ia sedang tak ada di Medi­nah. Kepada anggota-anggota Majelis ia berpesan: "Tunggulah Sau-daramu Talhah selama tiga hari sampai dia datang. Kalau belum datang juga ambillah keputusan oleh kalian."

Pertimbangan Umar memilih anggota-anggota Majelis Syura Orang-orang yang oleh Umar dipilih menjadi anggota Majelis Syura

mengingat hubungan mereka dan kedudukan mereka bersama Rasulullah. Bagaimana sengitnya perselisihan mereka itu ketika mengadakan per-temuan untuk memilih khalifah di antara mereka, sampai-sampai Abu Talhah al-Ansari berkata: "Saya lebih ngeri melihat kalian saling men-dorong daripada saling bersaing."

Saya kemukakan pandangan ini untuk menunjukkan bahwa setelah Kedaulatan Islam makin luas kekhalifahan itu telah menjadi ajang per-saingan yang mau diperebutkan. Masih ada satu pandangan lagi yang menjurus pada perselisihan yang begitu tajam, dan wajar saja kalau hal ini sampai begitu keras. Ketika itu orang mau mencegah pencalonan khalifah dari pihak Banu Hasyim karena dikhawatirkan kenabian dan kekhalifahan hanya berada dalam keluarga mereka, yang dengan demi-kian berarti juga kekuasaan rohani dan kekuasaan duniawi. Sesudah itu, tak boleh lagi ada kabilah yang berharap menempati kedudukan khalifah, selain mereka. Kabilah-kabilah Arab itu juga khawatir kekhalifahan akan berada di tangan Banu Umayyah, sebab mereka adalah suku Kuraisy yang terbanyak.jumlahnya dan yang terkuat. Kalau kekhalifahan sudah di tangan mereka tak akan mudah dilepaskan.

Banu Hasyim dan Banu Umayyah berpendapat, dari pihak mereka posisi kabilah-kabilah Arab telah dirugikan tidak pada tempatnya. Kedua Keluarga itu masing-masing berupaya menyingkirkan bahaya yang tidak adil itu dengan cara menempati kekhalifahan dan mencari jalan supaya khalifah berada di antara para keturunannya. Keberadaan Usman dan Ali di Majelis Syura merupakan suatu kesempatan untuk itu dan adalah suatu keteledoran jika kesempatan ini sampai hilang.

1 Op.cit. 2/621. Ibn al-Asir, al-Kamil fit-Tarikh, 2/162.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 21

Page 22: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

22 USMAN BIN AFFAN

Tetapi persaingan lama Banu Hasyim dengan Banu Umayyah itu sangat menghambat pengumuman secara terbuka apa yang tersimpan dalam pikiran pemimpin-pemimpin mereka. Ikhtiar Umar membentuk Majelis Syura ini membantu juga segala yang masih tersimpan dalam hati mereka itu, kendati telah banyak juga perbedaan pendapat dalam Majelis Syura yang terungkap dan apa yang akhirnya terjadi.

Abbas bersemangat, Ali tenang dan berpandangan jauh Abbas bin Abdul-Muttalib, paman Nabi, memang tidak berhasrat

menduduki kekhalifahan untuk dirinya, sebab dia bukanlah dari kalangan Islam yang mula-mula. Malah cenderung ia sebagai orang yang masuk Islam karena Mekah sudah dikalahkan. Ia masuk Islam saat angkatan bersenjata Rasulullah sudah siap membebaskan Mekah. Tetapi di ka­langan Banu Hasyim dia yang paling bijak dan menginginkan sekali kekhalifahan berada di kalangan keluarga Nabi. Ada disebutkan bahwa dia berkata kepada Ali bin Abi Talib ketika Umar membentuk Majelis Syura: "Jangan ikut mereka!" Tetapi Ali menjawab: "Saya tidak meng-hendaki ada perselisihan." Dijawab lagi oleh Abbas: "Jadi Anda berpen-dapat apa yang tidak Anda sukai."

Ketika itu Umar sudah berkata kepada Majelis Syura: "Jika yang setuju tiga orang dan (yang tidak setuju) tiga orang, pilihlah Abdullah bin Umar menjadi penengah. Dari pihak mana pun dari kedua pihak itu yang diputuskan pilihlah seorang dari mereka. Kalau mereka tidak menyetujui keputusan Abdullah bin Umar, maka ikutlah kalian bersama mereka yang di dalamnya ada Abdur-Rahman bin Auf."

Sesudah mendengar suara' kedua pihak itu Ali keluar dan menemui pamannya Abbas dan kata Ali: "Sudah meninggalkan kita." Ditanya oleh Abbas: "Dari mana Anda tahu?" Kata Ali: "Usman mengajak saya de­ngan mengatakan, ikutlah suara terbanyak. Kalau dua orang menyetujui satu orang dan dua orang lagi menyetujui satu orang, ikutlah mereka yang di dalamnya ada Abdur-Rahman bin Auf. Sa'd tidak akan me-nentang sepupunya, dan Abdur-Rahman adalah semenda Usman, mereka tidak akan berbeda pendapat. Maka Abdur-Rahman akan mengangkat Usman, atau Usman akan mengangkat Abdur-Rahman. Kalau yang dua lainnya di pihak saya tak ada gunanya, lepas bahwa yang saya harap-kan itu salah seorang dari mereka."

Mendengar kata-kata Ali itu Abbas menjawab dengan nada agak keras: "Setiap saya mendorong Anda, Anda kembalikan kepada saya sudah terlambat dengan membawa hal yang tidak saya kehendaki. Ketika Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam wafat saya katakan kepada

Page 23: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

Anda supaya menanyakan siapa yang akan memegang pimpinan ini, Anda menolak. Saya katakan kepada Anda setelah ia wafat agar cepat-cepat bertindak, Anda menolak. Saya katakan kepada Anda ketika Umar menunjuk Anda untuk Majelis Syura agar jangan ikut mereka, Anda menolak. Berpeganglah pada yang satu ini: Setiap mereka me-nawarkan apa pun kepada Anda jawablah: Tidak, kecuali kalau Anda yang akan diangkat. Berhati-hatilah terhadap jemaah itu, mereka akah selalu menjauhkan kita dari persoalan ini sebelum ada yang lain tampil di luar kita. Ya, memang, kita tidak akan mendapat apa pun selain bencana!"

Ambisi untuk kedudukan khalifah Pihak Banu Umayyah tidak kurang ambisinya ingin agar ke-

khalifahan berada di tangan mereka. Setelah tiba saatnya Umar akan dikebumikan dan jenazahnya dibawa ke Masjid1 Nabi untuk disalatkan, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Talib tampil masing-masing ingin ke depan memimpin salat itu. Melihat yang demikian Abdur-Rahman bin Auf berkata: "Inilah ambisi orang yang ingin memegang pimpinan. Kalian tentu tahu bahwa dia sudah meminta yang lain di luar kalian. Suhaib, majulah dan salatkan!"2

Mendengar suara anggota-anggota Majelis Syura yang saling ber-selisih pendapat dengan suara lantang itu Abu Talhah al-Ansari masuk dan berkata: "Saya lebih ngeri melihat kalian saling dorong daripada saling bersaing. Saya tidak akan memperpanjang lebih dari tiga hari yang sudah diperintahkan kepada kalian. Setelah itu saya akan tinggal di rumah dan akan melihat apa yang kalian lakukan!"

Sungguhpun begitu, perselisihan pendapat itu terus berlanjut sehari penuh menurut satu sumber, sumber yang lain mengatakan dua hari. Abdur-Rahman bin Auf khawatir perselisihan itu akan makin me-muncak dengan segala akibatnya yang tidak diharapkan, maka katanya kepada kedua kelompok itu: "Siapa di antara kalian yang paling utama akan ditampilkan untuk dikukuhkan memegang pimpinan?" Mereka yang hadir terkejut keheranan sambil melihat kepadanya. Kata-kata apa itu?! Mereka bertengkar begitu sengit mau memperebutkan kekhalifahan.

1 Semua kata 'Masjid' berarti Masjid Nabawi di Medinah. —Pnj. 2 Ini menurut sumber Ibn Sa'd dalam at-Tabaqat. Menurut sumber at-Tabari, Abdur-Rahman bin Auf berkata: Besar sekali ambisi kalian untuk memegang pimpinan. Tidak-kah kalian tahu bahwa Amirulmukminin berkata: Suruh Suhaib memimpin salat. Maka Suhaib maju dan memimpin salat dengan empat kali takbir (at-Tabari 3/295).

23 1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

Page 24: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

24 USMAN BIN AFFAN

Bagaimana Abdur-Rahman mengharapkan ada dari mereka yang mau mundur dari ambisinya supaya dapat diambil keputusan dalam satu atau dua hari ini, dan dia sendiri tidak akan ikut mengambil bagian dalam pencalonan itu?!

Tetapi keheranan mereka tidak berlangsung lama. Cepat-cepat Abdur-Rahman menyambungnya: "Saya menarik diri dari pencalonan." Cepat-cepat pula Usman mengatakan: "Saya yang pertama setuju." Sa'd dan Zubair juga berkata: "Kami setuju." Karena Talhah tak ada di tempat, tinggal lagi Ali bin Abi Talib yang harus memberikan pendapatnya. Tetapi Ali tetap diam, tidak menyatakan setuju atau menolak. Barang-kali ia masih mengira tindakan Abdur-Rahman ini suatu muslihat ingin memberikan jalan untuk pengangkatan semendanya, Usman. Ia diam sambil berpikir-pikir muslihat apa yang akan digunakan. Tetapi Abdur-Rahman tidak memberi waktu lama-lama untuk memberikan pendapat­nya, malah ia bertanya: "Abu al-Hasan, bagaimana pendapat Anda?" Ali menyatakan kesangsiannya atas tindakan Ibn Auf itu. "Berjanjilah Anda," kata Ali, "bahwa Anda akan mendahulukan kebenaran, tidak memperturutkan hawa nafsu, tidak mengutamakan kerabat dan tidak mengabaikan bimbingan bagi umat." Cepat-cepat Abdur-Rahman tanpa ragu: "Berjanjilah kalian bahwa kalian akan mendukung saya dalam mengadakan perubahan dan menyetujui orang yang saya pilihkan. Saya berjanji kepada Allah tidak akan mengutamakan kerabat dan tidak akan mengabaikan bimbingan kepada umat Muslimin."

Usaha Abdur-Rahman bin Auf Gerangan apa yang mendorong Abdur-Rahman menempuh cara

ini!? Dia sudah tahu, banyak kalangan Muslimin yang mencalonkannya untuk kekhalifahan, dan orang-orang Arab merasa puas dan senang sekali karena dia juga termasuk yang mula-mula dalam Islam, dan kekhalifahan tidak lagi pada Banu Hasyim dan Banu Umayyah. Benar-kah ia tidak ingin menduduki kekhalifahan sejak Umar menyatakan keinginannya untuk memberikan kepercayaan kepadanya? Kalau begitu, mengapa sebelum ia duduk dalam Majelis Syura, dan mengapa tidak dari semula ia menghindari ikut serta dalam Majelis itu? Para sejarawan Muslimin berpendapat bahwa dia tidak akan menolak ikut bersama-sama dengan mereka, yang ketika Rasulullah wafat ia senang hati ke­pada mereka, dan bahwa dia menampik kekhalifahan itu tidak sulit untuk diidentifikasi sementara ia berada di antara mereka yang dipilih oleh Umar. Ini memang benar. Beberapa orientalis berpendapat bahwa ia melepaskan diri dari pencalonan dan pengangkatan sebagai khalifah

Page 25: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

untuk kemudian akan diberikan kepada semendanya, Usman. Untuk itu mereka berargumen kepada kata-kata Ali kepada pamannya, Abbas: "Abdur-Rahman adalah semenda Usman, mereka tidak akan berbeda pendapat. Mereka akan saling mengangkat satu sama lain."

Malah ada sekelompok orang yang berlebihan dalam menduga-duga. Mereka beranggapan bahwa Abdur-Rahman memperkirakan Usman tidak akan hidup lebih lama lagi, yang ketika itu umurnya sudah 70 tahun, dan bebannya sebagai khalifah pasti akan sangat memberatkan. Maka sudah dapat dipastikan Abdur-Rahman-lah saat itu yang akan menggantikannya. Dugaan yang berlebihan ini samasekali sudah tak masuk akal. Abdur-Rahman bin Auf orang yang teguh imannya, dia tahu bahwa setiap ajal sudah ditentukan. Kalau ajal sudah sampai tak akan dapat dimajukan atau diundurkan sesaat pun. Tentang semendanya, Usman, mungkin saja ia cenderung lebih menyukai Usman daripada Ali. Kesimpulan ini mungkin saja dapat dipercaya, karena dalam ke-nyataannya memang sudah terjadi, Usman diangkat oleh Abdur-Rahman. Tetapi ini tidak lebih dari suatu kesimpulan, yang adakalanya juga salah. Hanya saja kesimpulan ini bukan mustahil, melihat cara yang ditempuh oleh Abdur-Rahman dalam memilih khalifah.

Agaknya Abdur-Rahman sudah tahu bahwa Usman dan Ali adalah calon utama yang harus bersaing. Karenanya ia berusaha untuk mem-batasi pencalonan itu. Langkah pertama yang dilakukannya dalam hal ini ia mengajak Ali berbicara empat mata. "Anda akan berkata," kata Abdur-Rahman, "bahwa dalam hal ini Anda lebih berhak dimasukkan dalam pencalonan daripada mereka karena kekerabatan Anda, karena Anda sudah lebih dulu dalam Islam serta jasa Anda dalam agama. Memang. Tetapi bagaimana seandainya Anda terlewatkan dan dalam hal ini Anda tidak terpilih, siapa di antara mereka menurut hemat Anda yang lebih berhak?" Dijawab oleh Ali: "Usman!" Kemudian ia meng­ajak Usman berbicara empat mata, dan katanya: "Anda akan me-ngatakan 'Saya tetua Banu Abdu-Manaf, menantu Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, bersepupu pula, yang mula-mula dalam Islam dan sudah berjasa, mengapa akan dijauhkan, mengapa dalam hal ini saya akan dilewatkan?' Tetapi bagaimana seandainya Anda terlewatkan juga dan Anda tidak terpilih, siapa di antara mereka menurut hemat Anda yang lebih berhak?" Dijawab oleh Usman: "Ali!"

Sebelum itu ia sudah berbicara dengan semua anggota Majelis Syura dan dimintanya mereka memberi kuasa kepada tiga orang di antara mereka yang berhak memegang pimpinan. Maka Zubair memberikan haknya kepada Ali, Sa'd memberi kuasa kepada Abdur-Rahman dan

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 25

Page 26: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

26 USMAN BIN AFFAN

hak Talhah diberikan kepada Usman. Tetapi karena Abdur-Rahman sudah mengundurkan diri, maka pencalonan itu dibatasinya hanya pada Ali dan Usman. Hak memilih salah seorang dari keduanya itu kini ber-ada di tangan Abdur-Rahman.

Adakah dia melakukan istikharah dan mengambil keputusan siapa di antara dua calon itu yang lebih layak diangkat? Dia bebas bertindak untuk menentukan ikrarnya sendiri dan meminta ikrar mereka. Tetapi dia khawatir tidak disetujui oleh mayoritas Muslimin yang sedang ber-kumpul di Medinah dari berbagai kawasan Kedaulatan Islam seusai mereka menunaikan ibadah haji dan tertahan oleh terbunuhnya Umar dalam menunggu apa yang akan disampaikan oleh Majelis Syura. Oleh karena itu ia berusaha menemui sahabat-sahabat Rasulullah dan para perwira militer serta pemuka-pemuka masyarakat yang baru kembali ke Medinah setelah menunaikan ibadah haji. Mereka semua ditanyai, baik bersama-sama atau satu per satu, yang berkelompok atau yang terpencar, dengan diam-diam dan dengan terbuka — sampai dapat menghasilkan dua orang terbaik yang kemudian akan dilantik.

Kalangan sejarawan sependapat bahwa konsultasi-konsultasi Abdur-Rahman telah memperlihatkan banyaknya semacam kesepakatan di barisan Usman, tetapi mereka berbeda pendapat mengenai alasan-alasan yang menyebabkan banyaknya kesepakatan itu. Sebagian mereka me-ngatakan bahwa orang cenderung kepada tokoh yang tidak sekeras Umar, yang dalam hidupnya telah menjauhi kehidupan duniawi dan men-jauhkan orang dari yang demikian. Dalam hal ini Usmanlah orangnya, bukan Ali. Karenanya mereka tidak menghendaki Ali, karena khawatir Ali' akan membuat beban kepada mereka seperti yang dilakukan Umar. Sebagian lagi mereka berpendapat bahwa sudah dua hari dua malam Abdur-Rahman berkonsultasi.

Sementara itu Banu Hasyim dan Banu Umayyah berkampanye untuk pihaknya masing-masing. Karena Banu Umayyah lebih banyak jumlah orangnya, lebih kaya dan lebih dermawan, propaganda mereka dapat menekan propaganda Banu Hasyim, dan sebagian besar mereka con-dong kepada Usman. Kalau ini benar, barangkali propaganda Banu Umayyah itu dasarnya adalah bahwa jika kekuasaan di tangan mereka, orang akan lebih terbuka dan lebih bebas menikmati segala harta dan kekayaan hasil rampasan perang, tidak akan merasakan tekanan seperti pada masa Umar. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa orang melihat usia Usman sudah mendekati tujuh puluh enam tahun atau lebih sementara Ali belum mencapai usia enam puluh tahun. Juga mereka mengatakan tentang persahabatan Usman dengan Rasulullah serta posisinya. Selain

Page 27: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

itu mereka berpendapat kekhalifahannya tidak tertutup buat Ali untuk menggantikannya sebagai khalifah sesudahnya. Rasa kasihan mereka melihat umurnya yang sudah lanjut, penghargaan mereka pada masa lalunya, membuat mereka lebih cenderung kepada Usman dan mau me-milihnya.

Mana pun yang benar dari semua alasan itu suara mayoritas yang menyerupai konsensus itu jelas ada di pihak Usman. Kendatipun begitu, Abdur-Rahman bin Auf masih khawatir pembela-pembela Ali akan men-curigainya jika hasil ini sudah diumumkan. la pergi ke rumah keme-nakannya, Miswar bin Makhramah dan dibangunkannya ia dari tidurnya — yang ketika itu sudah larut malam — pada malam terakhir batas waktu yang sudah ditentukan oleh Umar untuk memilih seorang amirul-mukminin. Dimintanya ia memanggil Ali dan Usman. Setelah kemudian keduanya datang ia berkata kepada mereka: "Saya sudah menanyakan orang banyak, tetapi saya tidak melihat ada orang yang membeda-bedakan kalian berdua." Kemudian ia meminta janji mereka masing-masing: Yang terpilih agar berlaku adil, dan yang tidak terpilih supaya tetap taat dan patuh.

Subuh itu ia mengajak kedua mereka setelah terdengar suara azan untuk salat. Ketika Masjid sudah penuh sesak, ia naik ke mimbar dan berdoa panjang sekali. Setelah itu katanya: "Saudara-saudara, orang-orang dari daerah-daerah perbatasan menginginkan, begitu mereka pulang ke daerah masing-masing sudah tahu siapa pemimpin mereka." Sa'id bin Zaid menyela: "Kami lihat Andalah yang pantas untuk itu." Tetapi dijawab oleh Abdur-Rahman: "Kalian sebutkan nama yang lain!" Ammar bin Yasir dan Miqdad bin Amr menyebut nama Ali sementara Abdullah bin Abi Sarh dan Abdullah bin Abi Rabi'ah menyebut nama Usman. Perbedaan pendapat antara kedua golongan ini berlanjut dengan saling mencerca antara Ammar dengan Ibn Abi Sarh.

Khawatir perselisihan itu akan berlarut-larut Sa'd bin Abi Waqqas berteriak marah: Abdur-Rahman! Coba atasi ini sebelum orang banyak terpancing dalam keributan!" Abdur-Rahman menjawab: "Sudah saya pertimbangkan dan saya musyawarahkan. Janganlah kalian menjerumus-kan diri!"

Abdur-Rahman masih di tempat duduknya di mimbar dengan tanda-tanda kesungguhan tampak di wajahnya, dan Muslimin yang menge-lilinginya sudah memenuhi Masjid. Ia sudah bertekad agar Usman yang menjadi khalifah dan akan mengajak orang membaiatnya. Tetapi adakah hadirin mau segera memenuhi seruannya itu? Ataukah mereka masih terpecah dan masih beradu argumen seperti yang terjadi tadi antara

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 27

Page 28: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

28 USMAN BIN AFFAN

Ammar bin Yasir dengan Abdullah bin Abi Sarh? Kalau ini juga yang terjadi dan mereka terpancing, maka akibatnya adalah bencana besar. Kota Medinah akan menjadi ajang kerusuhan dengan bahaya yang lebih meluas. Kebanyakan orang hanya menjadi budak nafsu dan mengejar kepentingannya sendiri. Demi memperjuangkan semua itu mereka mau mengorbankan keamanan dan keselamatan negara. Tetapi sikap ragu dalam pengangkatan khalifah itu tidak akan dapat mencegah bahaya dan tidak akan menghindarkan kaum Muslimin dari kekacauan, malah akan makin memperkuat timbulnya fitnah itu. Oleh karena itu Abdur-Rahman memanggil Ali dan memegang tangannya seraya berkata:

"Bersediakah Anda saya baiat untuk tetap berpegang pada Kitabullah dan sunah Rasulullah serta teladan kedua orang penggantinya?" Ali menjawab: "Saya berharap dapat berbuat dan bekerja apa yang saya ketahui dan menurut kemampuan saya." Tangan Ali dilepaskan lalu ia memanggil Usman dan memegang tangannya seraya berkata:

"Bersediakah Anda saya baiat untuk tetap berpegang pada Kitabullah dan sunah Rasulullah serta teladan kedua orang penggantinya?" Usman menjawab: Ya, demi Allah! Abdur-Rahman mengangkat mukanya ke langit-langit Masjid dan sambil memegang tangan Usman ia berkata tiga kali: "Dengarkanlah dan saksikanlah!" dilanjutkan dengan katanya: "Saya sudah melepaskan beban yang dipikulkan di bahu saya dan saya letakkan di bahu Usman!" Setelah itu ia membaiat Usman, orang-orang di dalam Masjid pun beramai-ramai membaiat Usman.

Sumber-sumber itu tidak sama mengenai sikap Ali dan pelantikan Usman ini. Tetapi semua sepakat bahwa orang beramai-ramai membaiat khalifah tua itu, tak ada yang ketinggalan dan tak ada' yang menentang. Adakah itu berarti karena kecintaan mereka kepada Usman, ataukah karena gembira sudah lepas dari suatu bahaya yang mengancam ke-hidupan negara yang harus segera diselesaikan? Keenam tokoh tersebut adalah orang-orang yang sangat mereka hormati. Malah sesudah pe­lantikan Usman, ada sumber yang dikaitkan kepada Ali bahwa dia ber­kata: "Orang melihat Kuraisy dan Kuraisy melihat Keluarganya dengan mengatakan: Kalau Banu Hasyim sudah diangkat untuk kalian, kalian tidak akan pernah lepas dari mereka, juga Kuraisy yang lain tidak akan dapat saling bergantian di antara kalian." Itu sebabnya, ketika Abdur-Rahman bin Auf meninggalkan Ali bin Abi Talib, tak ada orang yang marah, malah orang menerima Usman sebagai Khalifah dengan senang hati dan rasa puas.

Sumber-sumber mengenai sikap Ali bin Abi Talib terhadap Usman ini masih saling berbeda, yang sukar sekali untuk dapat mengukuhkan

Page 29: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

salah satunya. Ibn Sa'd dengan sanadnya menyebutkan, bahwa orang pertama yang membaiat Usman adalah Abdur-Rahman bin Auf, kemu-dian Ali bin Abi Talib. Dengan sanad lain ia menuturkan, bahwa Ali adalah orang yang pertama membaiat Usman, kemudian berturut-turut yang lain juga membaiatnya. Ibn Kasir menuturkan bahwa Abdur-Rahman bin Auf di mimbar duduk di tempat duduk Nabi, dan sesudah dibaiat Usman didudukkan di tingkat kedua. "Orang datang beramai-ramai membaiatnya. Yang pertama kali membaiat adalah Ali bin Abi Talib, malah ada yang mengatakan justru dia yang terakhir."

Tetapi at-Tabari membawa dua sumber, salah satunya hampir sama dengan sumber-sumber tersebut dan yang kedua sangat berbeda. Kedua-nya menunjukkan bahwa pemilihan Usman ini meninggalkan dampak yang dalam sekali dalam hati Ali.

Sumber pertama berpendapat bahwa sesudah orang berdatangan membaiat Usman — sesudah dibaiat oleh Abdur-Rahman — Ali masih maju-mundur. Maka kata Abdur-Rahman:

"Barang siapa melanggar janji, sebenarnya ia telah melanggar janjinya sendiri, dan barang siapa menepati janji yang dijanjikannya kepada Allah, maka Ia akan memberinya pahala yang besar." (Qur'an, 48:10).

Kemudian Ali kembali dan setelah menyeruak di tengah orang banyak ia membaiat seraya berkata: "Suatu tipu muslihat yang luar biasa." Sumber kedua mengatakan bahwa setelah Abdur-Rahman mem­baiat Usman, Ali berkata kepadanya: "Anda merangkak untuk selama-nya. Ini bukan yang pertama kali Anda memperlihatkan kekuatan Anda kepada kami. Tabahkan dan sabarlah, itulah yang terbaik, dan memohon-kan pertolongan hanya kepada Allah atas segala yang kalian lukiskan itu! Sungguh, Anda mengangkat Usman itu hanya supaya kekuasaan kembali kepada Anda! Dan setiap hari Allah memperlihatkan kekuasaan baru."

Dalam hal ini Abdur-Rahman berkata: "Ali, janganlah menjerumus-kan diri! Sudah saya pertimbangkan dan sudah saya musyawarahkan dengan khalayak ramai, tetapi ternyata mereka tidak keberatan dengan Usman." Ali keluar sambil berkata: "Akan tiba waktunya."

29

Page 30: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

USMAN BIN AFFAN

Dengan mengacu pada kedua sumber at-Tabari ini Ibn Kasir me-ngatakan: "Orang-orang yang sering disebutkan oleh para sejarawan seperti Ibn Jarir (Tabari) dan yang lain tidak tahu bahwa Ali berkata kepada Abdur-Rahman: 'Anda telah menipu saya, dan Anda meng-angkatnya hanya karena dia semenda Anda, agar dapat berunding de­ngan Anda setiap hari.' Tetapi karena dia masih maju mundur Abdur-Rahman berkata kepadanya: Barang siapa melanggar janji, sebenarnya ia telah melanggar janjinya sendiri.... sampai akhir ayat, dan berita-berita lain yang bertentangan dengan yang terdapat dalam kitab-kitab yang sahih, tertolak kembali kepada yang mengatakannya dan yang melakukannya. Wallahualam."

Untuk memastikan mana salah satu sumber ini yang lebih kuat memang tidak mudah. Besar sekali dugaan kita bahwa semua ini di-rekayasa sesudah adanya propaganda untuk tujuan-tujuan politik, di antaranya apa yang ditafsirkan oleh Tabari kata-kata Ali bin Abi Talib: Suatu tipu muslihat yang luar biasa, yakni ketika ia dipanggil oleh Abdur-Rahman bin Auf untuk membaiat Usman supaya ia tidak me­langgar janjinya sendiri. Ibn Jarir juga menyebutkan bahwa Amr bin As bertemu dengan Ali pada malam-malam selama berlangsung Majelis Syura dan mengatakan kepadanya: "Abdur-Rahman orang yang mau berusaha dan suka bekerja keras dan bila dihadapkan pada tanggung jawab, ia akan sangat berhati-hati. Tapi dia mampu dan lebih berhasrat daripada Anda." Setelah itu ia menemui Usman dan berkata kepadanya: "Abdur-Rahman orang yang mau berusaha dan suka bekerja keras, dan akan membaiat Anda dengan penuh kepastian dan tanggung jawab, maka terimalah." Saya yakin ini adalah cerita yang dikarang-karang se­telah terjadi perselisihan antara Ali dengan Amr mengenai Mu'awiyah.

Sebenarnya Amr bin As tidak menyimpan dendam kepada Usman ketika Umar terbunuh. Beberapa sumber melangsir bahwa Usman me-mecat Amr dari Mesir tak lama setelah pengangkatannya itu. Suara mayoritas menyebutkan bahwa Usman meminta bantuan Amr saat Ru-mawi menyerang Iskandariah. Sesudah Amr memperoleh kemenangan Usman bermaksud akan mengangkat Amr sebagai komandan angkatan bersenjata Mesir dengan membiarkan Abdullah bin Abi Sarh tetap se­bagai wakilnya di Mesir dan kepala urusan pajak. Tetapi Amr menolak dengan mengatakan: "Jadi saya seperti orang yang memegang kedua tanduk sapi betina, orang lain yang memerah susunya!"

Setelah itu ia kembali ke Mekah dan bergabung dengan Mu'awiyah dalam perselisihannya dengan Ali. Semua ini membuktikan bahwa ketika dalam Majelis Syura itu Amr dan Usman sudah sepakat mendorong

30

Page 31: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

Amr untuk menipu Ali. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa sumber yang dikutip oleh Tabari sebagai pembenaran atas kata-kata Ali: "Suatu tipu muslihat yang luar biasa" itu samasekali tak punya dasar.

Juga saya yakin bahwa kata-kata yang dikutip dari Ali atau dari Abdur-Rahman bin Auf ataupun dari yang lain lebih menyerupai pe-malsuan yang dibuat untuk memuaskan sebagian orang bahwa seolah-olah hal itu memang terjadi, dan yang sebagian lagi tujuannya propa­ganda politik semata. Saya tidak ingin menjelaskan secara panjang lebar mengenai alasan saya berkeyakinan demikian. Cukup kalau saya menunjuk saja pada para penghimpun hadis Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, bahwa menurut mereka, sepersepuluh dari yang diriwayatkan itu tidak sahih. Penyampaian beberapa ungkapan dengan kata-katanya dari Ali bin Abi Talib atau dari Abdur-Rahman bin Auf, ataupun dari yang lain masih perlu disaring. Para sejarawan itu mencatatnya sesudah berlalu puluhan tahun dari peristiwa-peristiwa yang diceritakan itu dan sesudah berbagai propaganda politik memegang peranan amat penting dalam sejarah Kedaulatan Islam. Dalam keadaan semacam itu tidak heran jika mereka mencatat kata-kata yang mengungkapkan perasaan pihak-pihak yang bersangkutan, kendati kata-kata itu tidak bersumber dari mereka sendiri.

Tetapi masih ada dua masalah yang menurut hemat saya tidak diragukan kebenarannya. Pertama, Ali dan Banu Hasyim tidak puas atas pembaiatan Usman dengan alasan karena mereka masih keluarga Nabi. Kalau sekali pimpinan kekhalifahan diserahkan kepada Banu Umayyah, maka tidak akan pernah keluar lagi dari mereka.

Kedua, mayoritas Muslimin sudah merasa lega dengan pembaiatan Usman dan mereka menerima dengan senang hati dan puas. Ketika dibaiat, tak ada dari mereka yang menyebutkan bahwa Usman dari Banu Umayyah, atau menyebut-nyebut adanya permusuhan Banu Umayyah kepada Rasulullah atau adanya persaingan lama terhadap Banu Hasyim dan mereka masuk Islam sudah ketinggalan, baru sesudah Mekah mem-buka pintu karena sudah tidak mampu lagi mengadakan perlawanan terhadap Muslimin. Tetapi semua mereka mengatakan, bahwa Khalifah tua itu sudah lebih dulu masuk Islam, serta pembelaannya di samping Rasulullah dan hubungannya yang baik dengan kedua istrinya, Ruqay-yah dan Um Kulsum. Kemudian hijrahnya ke Abisinia dan ke Medinah dengan mengorbankan harta kekayaannya demi membela agama Allah dan kaum Muslimin.

Sejarah menyebutkan bahwa Talhah bin Ubaidillah sampai di Me­dinah pagi hari saat pelantikan Usman itu. Ketika dia diundang untuk

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 31

Page 32: Biografi Utsman bin Affan (bagian 01)

32 USMAN BIN AFFAN

juga membaiatnya ia bertanya: Sudah semua Kuraisy menerima dengan senang hati? Dijawab: Ya. Ia pergi menemui Usman dan menanyanya: Semua orang sudah membaiat Anda? Dijawab oleh Usman: Ya. Kata Talhah selanjutnya: Saya sudah puas. Saya juga bersama mereka. Lalu ia pun membaiat. Usman selesai dibaiat dalam suasana optimistis dan penuh harapan untuk masa depan. Sesudah semua acara itu usai, mereka yang datang ke Medinah selesai menunaikan ibadah haji mulai bubar, pulang kembali ke daerah mereka masing-masing — ke Irak, Persia, Syam dan Mesir. Dan semua mereka mengharapkan, semoga Allah dengan karunia-Nya melimpahkan segala kemudahan kepadanya.

Dengan demikian segalanya kembali seperti semula, dan orang pun sudah dalam suasana kehidupan seperti biasa. Tiba saatnya sekarang Usman untuk mulai memikul tanggung jawab pemerintahan, mengemudi-kannya sesuai dengan bawaannya yang lemah-lembut, budi bahasanya yang halus dengan keimanan yang sungguh-sungguh dan pengabdian yang semata-mata untuk kebaikan. Ia akan menghadapi situasi yang berbeda dengan situasi di masa Umar dan di masa Abu Bakr, saat mereka masing-masing memikul tanggung jawab kekhalifahan. Dalam menghadapi semua ini ia memerlukan warna kebijakan baru. Pada mulanya Usman memang jelas sekali berhasil baik. Kemudian ia ter-hambat oleh usianya yang sudah lanjut serta peristiwa-peristiwa yang sudah tak mampu lagi ia kendalikan.