bioetik.docx
DESCRIPTION
Bioetik tugasTRANSCRIPT
Bioetik
OBSERVASI LAPANGAN
PUSKESMAS SUDIANG
NAMA : FARIDAH RAHMAH
NIM : C11112051
KELOMPOK : 15
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PENDAHULUAN
Observasi lapangan merupakan salah satu kegiatan pembelajaran pada Blok Bioetik,
Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran, dengan titik berat pada Humaniora. Dengan adanya
kegiatan ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana hubungan dokter-pasien, dokter-
dokter, dokter-petugas pelayanan kesehatan lain dan dokter-masyarakat dalam sudut pandang
humaniora. Pada hari Sabtu, 5 Mei 2013 ini saya bersama kelompok 15 melakukan pengamatan
langsung pada tempat pelayanan kesehatan yang ditugaskan yaitu Puskesmas Sudiang di jalan
Goa Ria, km 18 Makassar, telepon (0411-553190) yang dipimpin oleh Dr. Muhammad Sofyan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Makassar, Puskesmas Sudiang terletak di
Kelurahan Pai Kecamatan Biringkanya Kota Makassar pada sumbu titik koordinat: -5,08’077”
LS dan 119,52’467” BT. Adapun batas Wilayah administrasi sebagai berikut:
Ø Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Maros
Ø Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Sudiang Raya
Ø Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Paccerakkang
Ø Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Bira
Secara Geografi, wilayah kerja Puskesmas Sudiang dengan luas wilayah sekitar 25.83
Km2 yang terdiri dari 4 (empat) kelurahan. Pada tahun 2010 terdapat 47 RW, 2.350 RT
dan total penduduk sekitar 65.696 jiwa.
Berdasarkan Registrasi Penduduk dari Statistik Kecamatan Biringkanayya, Penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Sudiang tahun 2010 yang berjumlah 65.696 jiwa dengan komposisi
laki-laki 25.852 jiwa dan perempuan sekitar 39.844 jiwa dengan jumlah 17.625 KK dengan
kepadatan penduduk sekitar 94 jiwa /km2.
Sedang ratio beban tanggungan (dependentcy ratio) rata-rata sekitar 67 % atau dengan
interpretasi setiap 100 penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sudiang akan ditanggung sekitar
67 orang yang produktif. Angka ketergantungan lebih besar pada Kelurahan Untia yakni sekitar
86 %. Sedang sex ratio atau ratio jenis kelamin Laki-laki dan Perempuan sekitar 1 : 4. Bentuk
piramida penduduk berbentuk “Constriktif” yang menggambarkan penduduk kelompok muda
lebih sedikit dibanding penduduk usia produktif dan usia tua, dimana pada penduduk usia
produktif yang lebih dominan adalah penduduk pra Usila (kelompok usia 45 – 64 th).
Hal pertama yang kami lakukan setelah sampai di Puskesmas Sudiang yaitu
mengantarkan surat izin untuk melakukan observasi kepada Kepala Puskesmas. Setelah
mendapat izin dari Kepala Puskesmas kami pun melakukan perbincangan seputar tujuan kami
melakukan observasi dan kondisi Puskesmas Sudiang itu sendiri.
Waktu pelayanan di Puskesmas Sudiang itu sendiri yaitu, Senin-Kamis (08:00-11:00) dan
Jumat-Sabtu (08:00-10:00). Lokasi dari Puskesmas Sudiang yaitu berada di sebelah sebuah
Sekolah Dasar yang agak mengganggu khususnya pada pagi hari karena jalan masuk antara anak
sekolah dan petugas/pasien dalam arah yang sama, ujar dr. Sofyan. Puskesmas Sudiang terdiri
atas 2 lantai yang mana pada lantai atas terdiri atas ruang Kepala Puskesmas, ruang Poli Gigi,
dan Ruang KIA. Sementara pada lantai bawah, terdiri atas ruang registrasi, ruang tunggu, ruang
Poli Umum, ruang apotek, ruang Laboratorium, ruang UGD, ruang P2PL/K3, dan Toilet.
Setelah melakukan diskusi dengan Kepala Rumah Puskesmas kami pun melakukan
observasi diruangan-ruangan tersebut. Dimulai dari Ruang Kepala Puskesmas itu sendiri.
Interaksi yang diterapkan antara dokter-masyarakat dalam hal ini kami sebagai tim observasi
cukup baik. Kepala Puskesmas sangat ramah sehingga kami pun merasa cukup nyaman untuk
melakukan observasi. Sarana prasarana diruangan tersebut terbilang cukup berhubung
Puskesmas ini baru diresmikan beberapa bulan yang lalu yang merupakan hasil renovasi dari
puskesmas sebelumnya. Interaksi antara dokter-dokter dalam hal ini kepala Puskesmas dengan
dokter yang bertugas hal ini ditunjukkan sewaktu mengantar kami menuju ruangan-ruangan.
Ruang Poli Umum berukuran sekitar 3x4 meter. Pada ruangan tersebut terdapat 5 meja (1
meja administrasi, 1 meja timbangan bayi, dan 3 meja praktek dokter), 3 kursi tunggu, dan 1
ranjang untuk pemeriksaan. Kebersihan dalam ruangan Poli Umum cukup terjaga. Interaksi
antara dokter-pasien diruangan tersebut cukup baik. Dokter dengan ramah menanyakan kondisi
pasien dan begitupula dengan pasien dengan tanpa tekanan menjelaskan keluh kesanya. Dokter-
dokter yang berada dalam ruangan tersebut tergolong dokter senior karena sebelumnya 2
diantaranya telah menjadi kepala puskesmas terdahulu di Puskesmas tersebut dan keahliannya
tidak diragukan lagi. Cukup mengherankan karena didalam Poli Umum juga ditemukan seorang
dokter lainnya yang interaksi dengan tim observasi agak mengecewakan serta seorang petugas
Puskesmas yang juga turut berada diruangan tersebut dengan mengenakan stetoskop seakan-akan
ingin melakukan pemeriksaan terhadap pasien.
Ruang Poli Gigi berada dilantai dua bersebelahan dengan ruang Kepala Puskesmas dan
Ruang KIA. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan interaksi antara dokter-pasien diruang
Poli Gigi ini kurang terjalin dengan baik. Dokter yang menangani pasien dalam kondisi ini
kurang professional dalam menempatkan dirinya khususnya dalam merujuk pasien untuk
memeriksakan dirinya. Walaupun kita melihat hal ini memang cukup berat terlebih pasiennya
adalah seorang anak kecil. Tetapi, walau bagaimanapun dokter yang profesional tentu harus bisa
menempatkan dirinya dalam situasi apapun. Dalam situasi seperti ini harusnya ia dapat menahan
emosinya, menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang serta harus dapat membuat suasana
menjadi nyaman. Keganjalan lain yang terlihat yaitu dalam ruagan tersebut terdapat seorang
perawat yang sepertinya kurang berkompeten dalam menjalankan tugasnya terbukti beberapa
kali dokter memberikan pengajaran terhadap perawat tersebut.
Ruang apotek berada di lantai bawah yang bersebelahan dengan ruang UGD. Dari segi
pelayanan, menurut kami pelayanan dari apoteker cukup bagus, karena apoteker member
penjelasan tentang hal penting mengenai obat yang harus diketahui oleh pasien. Namun, cara
penyampaian apoteker tersebut sepertinya kurang sopan, apalagi pasien yang diberi penjelasan
itu mencoba menanyakan ulang mengenai apa yang disampaikan apoteker tadi untuk
memastikan, dan sepertinya apoteker tersebut sedikit jengkel. Dari aspek kebersihan terlihat
kurang memuaskan. Ukuran tempat sampah sekitar 3x2 m ditempatkan di pintu masuk apotek,
cukup mengherankan. Apalagi ruang apotek itu seharusnya menjadi ruang steril, karena disitu
pula dibuat racikan obat puyer. Dengan tempat sampah sebesar itu, dan isinya yang sebagian
besar makanan, bisa mengundang lalat datang. Dan jangan sampai lalat itu mengenai obat yang
sedang diracik. Hal yang cukup membanggakan yaitu obat-obat generik di puskesmas ini gratis
dengan memperlihatkan KTP. Program kesehatan gratis di Makassar, menurut k bagus, karena
setiap warga miskin dapat memeriksakan kesehatannya tanapa khawatir masalah uang.
Toilet berada di dekat ruang apotek dan ruang UGD. Toilet petugas dan pengunjung
dipisahkan. Cukup mengherankan mengapa WC petugas dan WC pengunjung dipisahkan.
Setelah dilihat ternyata perbedaan dari kedua WC adalah sabun. Kami tahu, petugas memang
pasti harus bersih, tapi mengapa pengunjung tidak diberikan sabun bukankah jika pengunjung
atau pasien itu bersih juga baik.
Setelah selesai melakukan observasi di Puskesmas Sudiang kami pun berencana segera
pulang. Dengan mendatangi ruang Kepala Puskesmas kami memohon izin untuk pulang. Namun,
sebelum itu, Kepala Puskesmas terlebih dulu menanyakan tentan kesan kami mengenai
Puskesmas Sudiang ini. Puskesmas ini sudang tergolong cukup bagus baik dari segi sarana-
prasarana maupun interaksi dokternya berhubung Puskesmas ini baru diresmikan beberapa bulan
yang lalu. Setelah itu kami pun mengambil foto bersama Kepala Puskesmas dan bergegas untuk
pulang.
Fokus dari narasi yang akan saya bahas yaitu mengenai Ruangan Poli Umum.
Hubungan Dokter-Pasien dan Dokter-Masyarakat
Ruangan Poli Umum ini berada disebelah ruangan P2PL/K3 dan sangat dekat dari ruang
tunggu. Dalam ruang Poli Umum di dapatkan 3 orang dokter yang melakukan pemeriksaan.
Interaksi antara dokter-pasien cukup bagus begitu pula dengan tim observasi. Namun, sewaktu
kami akan melakukan wawancara kepada dokter yang sedang tidak menangani pasien terlihat hal
yang cukup aneh. Dokter tersebut seakan-akan tidak memberikan kesempatan kepada kami untuk
bertanya dengan alasan dokter tersebut masih baru dan kurang mengetahui seputar puskesmas
tersebut. Padahal kami telah menjelaskan bahwa akan menanyakan seputar kondisi pasien yang
menjalani pemeriksaan. Hal ini membuktikan bahwa hubungan dokter-masyarakat dari sudut
pandang humaniora belum diterapkan dengan baik.
Dalam ruangan tersebut ditangani olegh 3 dokter berbeda yang berada dengan jarak yang
sangat dekat tanpa adanya pembatas antara ruangan periksa dokter yang satu dengan dokter
lainnya. Sehingga kerahasiaan medis antara pasien-pasien tidak terjaga. UU No. 29 tahun 2004
pasal 48 ayat 1 menyatakan setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran. Serta dalam KODEKI pasal 12 disebutkan setiap dokter wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia. Hal ini juga bertentangan dengan KDB yaitu prinsip beneficence karena tidak
mengupayakan yang terbaik untuk pasien dan membiarkan pasien lain mengetahui kondisi pasien lainnya
serta hak autonomi pasien terlupakan.
Dalam pengamatan juga didapatkan tindakan dokter yang cukup mencurigakan yaitu cara dokter
menangani pasien. Terlihat adanya pasien yang baru sebentar mendapat pelayanan di dokter A terpaksa
harus di lempar ke dokter lainnya tampak ada alasan yang pasti dan pasien hanya mengikuti saja. Apakah
hal ini berhubungan dengan tingkat professionaisme dokter dalam menangani pasien? dan Apakah
kompetensi dokter masih perlu dipertanyakan.Hal ini tentu bertentangan denagn hubungan dokter-
pasien. Berdasarkan pasal 10 Kewajiban dokter terhadap pasien disebutkan “Setiap dokter wajib
bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan
pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka
atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian
dalam penyakit tersebut”.
Bukan hanya hal tersebut dalam ruangan tersebut juga didapatkan petugas puskesmas
yang juga mengenakan stetoskop layaknya dokter seakan juga melakukan pemeriksaan terhadap
pasien. Sewaktu kami ingin melakukan wawancara dengan petugas tersebut, petugas tersebut
seperti menghindar seakan tidak ingin memberikan informasi. Terlihat interaksi antara dokter-
masyarakat kurang baik. Petugas ini juga terkadang kami dapatkan di bagian registrasi dalam hal
ini meninggalkan ruang poli umum sementara pemeriksaan berlangsung.
Dari sarana dan prasarana ruang poli umum termasuk cukup lengkap. Namun, cukup
mengherankan Karena di dalam poli umum masih terdapat kursi tunggu untuk pasien, padahal di
luar sudah tersedia kursi tunggu. Hal ini membuktikan dokter yang tersedia masih kurang.
Diperlukan adanya dokter tambahan agar pelayanan dapat berjalan dengan lancar.
Dari prinsip justice sendiri sudah diterapkan dimana pasein tetap mengantri menunggu
antrian untuk melakukan pemeriksaan. Setelah dipersilahkan baru pasien menuju ke ruang poli
umum.
Terlepas dari hal tadi, pelayanan yang diterapkan di Puskesmas ini cukup baik dan sarana
juga cukup menunjang. Apalagi puskesmas ini tergolong puskemas yang baru saja diresmikan
beberapa bulan yang lalu. Tentu hal ini cukup membanggakan. Walaupun demikian masih perlu
perbaikan demi terciptanya puskesmas yang diharapkan bersama.
KESIMPULAN
Dari hasil observasi yang kami lakukan, dari segi sarana dan prasarana di Puskesmas
Sudiang sudah cukup memadai walaupun ada bagian-bagian tertentu yang masih memerlukan
perbaikan serta tamabahan sarana dan prasarana.
Dari segi interaksi dokter-pasien, dokter-dokter, dan dokter-petugas pelayanan
kesehatan,serta dokter-masyarakat pada dasarnya sudah baik namun, masih perlu ditingkatkan
untuk menciptakan keharmonisan antara sesama.
Semua petugas pelayanan kesehatan sudah menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya.
Walaupun dalam kenyataan masih memerlukan tambahan SDM untuk mengelola Puskesmas ini
dan juga tambahan dokter dalam melayani pasien.
Kami berharap agar interaksi dokter-pasien, dokter-dokter, dan dokter-masyarakat agar
tetap di jaga dengan baik serta sarana prasarana yang masih harus dilengkapi.