bimkgi-vol-3-no1
DESCRIPTION
BIMKGI-Vol-3TRANSCRIPT
-
i
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni 2015
-
ii
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni 2015
Pelindung
Sekretaris Jendral Persatuan Senat Mahasiswa
Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI)
Penasehat
Failasofia Universitas Gadjah Mada
Pimpinan Umum
Intan Rizka Fitria Universitas Jember
Pimpinan Redaksi
Junti Rosa Veryani Universitas Jember
Sekretaris
Linda Surya S. Universitas Jember
Bendahara
Kharishah Muslihah Universitas Jember
Penyunting Ahli
drg. Agustin Wulan Suci D., M.DSc Universitas Jember
Dr. drg. Banun Kusumawardani, M.Kes Universitas Jember
Dr. drg. Didin Erma I., M.Kes Universitas Jember
Dr. drg. FX Adi Soesetijo, Sp.Prost Universitas Jember
Prof. Dr. drg. IDA Ratna Dewanti, M.Si Universitas Jember
drg. Niken Probosari, M.Kes Universitas Jember
Penyunting Pelaksana
Zulfa Fithri Universitas Jember
Aliful Nisa Noviga Universitas Jember
Sabrina Maharani P. Universitas Jember
Christian Agung P. Universitas Jember
Dwi Sri Lestari Universitas Jember
Asyiah Hamasah I. Universitas Jember
Humas dan Promosi
Ayu Prativia Yonenda Universitas Jember
Vinanti Nur C. Universitas Jember
Putri Rahmawati Y. Universitas Jember
Tira Aisah P. Universitas Jember
Tata Letak dan Layout
Wulan Tri Maulinda Universitas Jember
Medina Nanda U. Universitas Jember
Weka D. Bathari Universitas Jember
Nadia Kurniasih Universitas Jember
Fatimatuz Zahroh Universitas Jember
SUSUNAN PENGURUS
-
iii
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni 2015
Susunan Pengurus................................................................................................................................... i
Daftar Isi...................................................................................................................................................... ii
Petunjuk Penulisan ......................................................................................................................... iii
Sambutan Pimpinan Redaksi.............................................................................................................. ix
Laporan Penelitian Hubungan Perawatan Ortodontik dengan Status Psikososial pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Serlita Wahyu Utami
.................................................................................................................................................................................................................................. 1
Pola Perilaku Anak Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut (Puskesmas Sudiang Raya dan
RSUD Kota Makassar)
Andi Sri Permatasari
.................................................................................................................................................................................................................................. 9
Synthesis of Alumina Stabilized Zirconia-White Carbon Black Nanocomposite for Direct
Resin Bonded Prosthesis Application
Agung Prabowo Dhartono, Rafika Yusniar Kurniasari, Ziyada Salisa
.................................................................................................................................................................................................................................. 19
Laporan Tinjauan Pustaka
Potensi Asam Lemak Omega-3 Minyak Ikan Lemuru (Sardinella Longiceps) sebagai
Pencegah dan Terapi Alternatif Osteoarthritis pada Wanita Pasca-menopause
Dwi Riski Saputra, Akhmad Miftahul Huda, Dwi Yoga Setyorini, Mulia Hakam
.................................................................................................................................................................................................................................. 32
Ranula : Etiologi dan Penatalaksanaannya
Andi Sri Permatasari
.................................................................................................................................................................................................................................. 44
Laporan Kasus Penatalaksanaan Impaksi Gigi Kaninus tanpa Prosedur Bedah
Ni Wayan Pratita Wiprayani
.................................................................................................................................................................................................................................. 48
Perawatan Gingival Enlargement dengan Metode Excisional New Attachment Procedure
(ENAP)
Anrizandy Narwidina ..................................................................................................................................................................................................................................53
DAFTAR ISI ISSN : 2302-6448
-
iv
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Pedoman Penulisan Artikel
Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI)
Indonesian Dental Student Journal
Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) merupakan publikasi ilmiah yang terbit
setiap enam bulan sekali setiap Maret dan September berada dibawah Dirjen Perguruan Tinggi. Dalam
mempublikasikan naskah ilmiah dalam berkala ini, maka penulis diwajibkan untuk menyusun naskah
sesuai dengan aturan penulisan BIMKGI.
Ketentuan umum :
1. BIMKGI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan oleh publikasi ilmiah lain.
2. Naskah dengan sampel menggunakan manusia atau hewan coba wajib melampirkan lembar pengesahan
laik etik dari institusi yang bersangkutan.
3. Penulisan naskah :
a. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik dan benar, jelas, lugas,
serta ringkas.
b. Naskah diketik menggunakan Microsoft Word dengan ukuran kertas A4, dua (2) spasi, kecuali
untuk abstrak satu (1) spasi, dengan spacing after before 0 cm. Batas margin atas, bawah, kiri, dan
kanan setiap halaman adalah 3343 cm. Jarak antar bab atau subbab yaitu 1 spasi (1x enter). Font
Arial, size 10, sentence case, dan justify (rata kiri dan kanan).
c. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul.
d. Naskah terdiri dari minimal tiga (3) halaman dan maksimal lima belas (15) halaman.
4. Naskah dikirim melalui e-mail ke alamat [email protected] dengan menyertakan identitas
penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Ketentuan menurut jenis naskah :
1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran gigi, kesehatan gigi masyarakat, dan ilmu
dasar kedokteran. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, isi
(pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran), dan daftar rujukan.
2. Tinjauan pustaka: tulisan naskah review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam
dunia kedokteran dan kesehatan gigi, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi
pembaca.
3. Laporan kasus: naskah tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Naskah ini ditulis
sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi dokter gigi dan dokter gigi
muda. Format terdiri dari judul, nama dan lembaga pengarang, abstrak, isi (pendahuluan, laporan,
pembahasan, dan kesimpulan), dan daftar rujukan.
4. Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan gigi: naskah yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat
topik-topik yang sangat menarik dalam dunia kedokteran atau kesehatan gigi, memberikan human
PETUNJUK PENULISAN
-
v
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Naskah bersifat tinjauan serta
mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca.
5. Editorial: naskah yang membahas berbagai hal dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, mulai dari
ilmu dasar, klinis, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang kedokteran,
lapangan kerja sampai karir dalam dunia kedokteran. Naskah ditulis sesuai kompetensi mahasiswa
kedokteran gigi.
6. Petunjuk praktis: naskah berisi panduan diagnosis atau tata laksana yang ditulis secara tajam, bersifat
langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa kedokteran gigi).
7. Advertorial: naskah singkat mengenai obat atau material kedokteran gigi dan kesimpulannya. Penulisan
berdasarkan metode studi pustaka.
Ketentuan khusus :
1. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai
berikut:
a. Judul Karangan (Title)
b. Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)
c. Abstrak (Abstract)
d. Isi (Text), yang terdiri atas:
i. Pendahuluan (Introduction)
ii. Metode (Methods)
iii. Hasil (Results)
iv. Pembahasan (Discussion)
v. Kesimpulan (Conclusion)
vi. Saran (Recommendation)
vii. Ucapan terima kasih
e. Daftar Rujukan (Reference)
2. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai
berikut:
a. Judul Karangan (Title)
b. Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)
c. Abstrak (Abstract)
d. Isi (Text), yang terdiri atas:
i. Pendahuluan (Introduction)
ii. Pembahasan (Discussion)
iii. Kesimpulan (Conclusion)
iv. Saran (Recomendation)
e. Daftar Rujukan (Reference)
3. Judul ditulis singkat, padat, dan jelas yang menggambarkan isi naskah. Ditulis dengan sentence case, font
Arial, size 14 dicetak tebal (bold) di bagian tengah (center) atas dengan uppercase (semua huruf ditulis
kapital). Penulisan judul diperbolehkan menggunakan titik dua (:) tapi tidak diperbolehkan
menggunakan titik koma (;) dan bila perlu dapat dilengkapi subjudul dengan ketentuan ditulis dengan
-
vi
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
titlecase, font Arial, size 12, center dan dicetak tebal (bold). Naskah yang telah disajikan dalam
pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki. Terjemahan judul dalam bahasa
Inggris dicetak miring (italic).
4. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang dan bila lebih, cukup diikuti dengan kata-
kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan institusi asal penulis, ditulis dengan titlecase,
font Arial, size 10, center dan bold. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan e-
mail.
5. Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 250
kata, tidak menuliskan kutipan pustaka, dan diletakkan setelah judul naskah dan nama penulis.
6. Kata kunci (keywords) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata
kunci diletakkan di bawah abstrak. Tidak lebih dari lima (5) kata, dan sebaiknya bukan pengulangan
kata-kata dalam judul.
7. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan italic.
8. Tabel dan gambar disusun terpisah dalam lampiran terpisah. Setiap tabel diberi judul dan nomor
pemunculan. Foto orang atau pasien apabila ada kemungkinan dikenali maka harus disertai ijin tertulis.
9. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam
keseluruhan teks, bukan menurut abjad.
Contoh cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat sebagai berikut :
1. Naskah dalam jurnal
i. Naskah standar
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for
pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3.
atau
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for
pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3.
Penulis lebih dari enam orang
Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood
leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12.
ii. Suatu organisasi sebagai penulis
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety
and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4.
iii. Tanpa nama penulis
Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15.
iv. Naskah tidak dalam bahasa Inggris
Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk
kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2.
v. Volume dengan suplemen
-
vii
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung
cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82.
vi. Edisi dengan suplemen
Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer.
Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97.
vii. Volume dengan bagian
Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in noninsulin dependent
diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6.
viii. Edisi dengan bagian
Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing
patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8.
ix. Edisi tanpa volume
Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid
arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4.
x. Tanpa edisi atau volume
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood
transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33.
xi. Nomor halaman dalam angka Romawi
Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction.
Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.
2. Buku dan monograf lain
i. Penulis perseorangan
Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY):
Delmar Publishers; 1996.
ii. Editor sebagai penulis
Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill
Livingstone; 1996.
iii. Organisasi dengan penulis
Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington:
The Institute; 1992.
iv. Bab dalam buku
Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors.
Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven
Press; 1995.p.465-78.
v. Prosiding konferensi
-
viii
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings
of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-
19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996.
vi. Makalah dalam konferensi
Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in
medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO
92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10;
Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5.
vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis
a. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor:
Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during
skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and
Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.:
HHSIGOEI69200860.
b. Diterbitkan oleh unit pelaksana
Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work
force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995.
Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care
Policy and research.
viii. Disertasi
Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization
[dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995.
ix. Naskah dalam koran
Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions
annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5).
x. Materi audiovisual
HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book;
1995.
3. Materi elektronik
i. Naskah jurnal dalam format elektronik
Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online]
1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK
http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm
ii. Monograf dalam format elektronik
CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H.
CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995.
iii. Arsip komputer
-
ix
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version
2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.
-
x
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Assalamualaikum wr. wb.
Salam sejahtera untuk kita semua. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
kelancaran dan kesuksesan sehingga Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia
(BIMKGI) Volume Tiga Nomor Satu dapat diterbitkan. BIMKGI merupakan suatu wadah yang
menaungi seluruh mahasiswa Kedokteran Gigi se-Indonesia untuk memublikasikan karya ilmiahnya.
Manusia dapat dikenal salah satunya melalui tulisannya. Namun, sangat disayangkan jika tidak
dipublikasikan dan hanya tersimpan rapi dalam folder. BIMKGI dibentuk dengan harapan seluruh
Mahasiswa Kedokteran Gigi se-Indonesia dapat berkontribusi dalam memublikasikan karya
ilmiahnya, sehingga dapat menyumbang perbaikan IPTEK khususnya di bidang kedokteran gigi.
Sebagai pimpinan umum, saya mengucapkan terima kasih kepada penulis yang mewakili
institusinya untuk berkontribusi kepada BIMKGI dalam mengembangkan IPTEK. Terima kasih
kepada seluruh pengurus BIMKGI atas kerja kerasnya dalam penerbitan BIMKGI Volume Tiga
Nomor Satu serta kepada Mitra Bestari yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk menilai dan
memperbaiki kualitas karya ilmiah pada BIMKGI. Saya berharap semoga seluruh kerja keras untuk
menerbitkan jurnal ini dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan masyarakat luas.
Akhir kata, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam proses penyusunan hingga
diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia Volume Tiga Nomor Satu ini.
Kritik, saran, serta kontribusi karya ilmiah akan selalu kami butuhkan untuk menyempurnakan
peningkatan kualitas BIMKGI ke depannya.
Hidup Mahasiswa Kesehatan Indonesia! Jaya BIMKGI!
Wassalamualaikum wr. wb.
Jember, 21 Februari 2015
Intan Rizka Fitria
(Pimpinan Umum)
SAMBUTAN PIMPINAN UMUM
-
1
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Laporan Penelitian
ABSTRAK
Perawatan ortodontik merupakan perawatan alternatif untuk kecantikan dentofasial. Dewasa ini, kualitas hidup sangat terkait dengan kepuasan hidup dan harga diri terutama mengenai kondisi oklusi yang dapat memengaruhi kondisi psikologis. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa estetika gigi menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kualitas hidup yang memengaruhi kondisi psikologis pasien dewasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perawatan ortodontik status psikososial pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Penelitian diadakan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Gigi dan Mulut Hj. Halimah Daeng Sikati. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional terhadap 77 mahasiswa dengan 9% laki-laki dan 91% perempuan sebagai sampel dengan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan perawatan ortodontik dengan status psikososial pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, perawatan ortodontik seperti untuk hubungan dengan status sosial dengan nilai =0.013 (
-
2
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
with social status with the value =0.013 (
-
3
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
2. METODE
Penelitian ini menggunakan
metode observasional analitik untuk
mengaji hubungan perawatan ortodontik
dengan status psikososial pada
mahasiswa mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
dengan desain penelitian cross-
sectional untuk menganalisis hubungan
variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen pada
penelitian ini adalah perawatan
ortodontik, variabel dependen adalah
psikososial.
Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah accidental
sampling. Pada penelitian ini, sampel
diambil dari Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
yang menggunakan piranti ortodonsi
cekat, berusia 20 sampai 30 tahun
(dewasa awal) sedang menggunakan
piranti ortodontik cekat dan bersedia
mengikuti kegiatan penelitian. Alat yang
dipergunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner PIDAQ. Dalam
penelitian ini pengambilan data
dilakukan setelah mendapat persetujuan
pihak Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin, peneliti
melakukan penentuan sampel serta
menyiapkan alat yang akan digunakan.
Setelah itu, dilakukan prosedur
penelitian dengan penjelasan singkat
tentang tata cara pengisian kuesioner
PIDAQ oleh peneliti. Pengisian
kuesioner PIDAQ oleh Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hassanudin yang sesuai dengan kriteria
penelitian. Pengumpulan data kuesioner
PIDAQ oleh peneliti, lalu melakukan
pengolahan data kuesioner PIDAQ.
Data yang diperoleh diolah dan
dianalisis secara analitik menggunakan
program SPSS (versi 16).
3. HASIL PENELITIAN
Status sosial mahasiswa yang
merasa tidak percaya diri untuk
bersosialisasi sebelum perawatan
ortodontik sebanyak 76 orang (98,7 %)
dari total 77 orang responden,
sedangkan yang mengatakan percaya
diri sebelum perawatan ortodontik
sebanyak 1 orang (1,3 %) dari total 77
orang responden. Selama perawatan
ortodontik yang dapat bersosialisasi
dengan baik sebanyak 76 orang (98,7%)
-
4
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
sedangkan yang tetap tidak dapat
bersosialisasi dengan baik selama
perawatan ortodontik sebanyak satu
orang (1,3%) dari total 77 orang
responden (100%), dari hasil uji statistik
diperoleh nilai chi square 0,013
-
5
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
ortodontik yang disajikan pada tabel 3
memperlihatkan mahasiswa yang
merasa tidak percaya diri sebelum
perawatan ortodontik sebanyak 76
orang (98,7%) dari total 77 orang
responden, sedangkan yang
mengatakan percaya diri sebelum
perawatan ortodontik sebanyak satu
orang (1,3%) dari total 77 orang
responden. Selama perawatan
ortodontik yang merasa percaya diri
dengan estetika gigi sebanyak 75 orang
(97,4%) sedangkan yang tetap tidak
merasa percaya diri dengan estetika gigi
selama perawatan ortodontik sebanyak
dua orang (2,6%) dari total 77 orang
responden (100%), dari hasil uji statistik
diperoleh nilai chi square 0,027
-
6
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Tabel 5. Relationship Of Orthodontic Treatment With Psychosocial Status By
Sex
Hubungan perawatan ortodontik
dengan status psikososial pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin berdasarkan
jenis kelamin pada tabel 5
memperlihatkan responden laki-laki
yang tidak merasa rendah diri setelah
penggunaan piranti ortodontik cekat
sebanyak tujuh orang (9,3%).
Sedangkan perempuan yang tidak
merasa rendah diri setelah penggunaan
piranti ortodontik cekat sebanyak 68
orang (90,7%). Perempuan yang
merasa rendah diri setelah penggunaan
piranti ortodontik cekat sebanyak dua
orang (2,6%) sedang laki-laki 0 (0 %).
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai
chi square 0,205>0,05 hal ini berarti
bahwa tidak ada hubungan perawatan
ortodontik dengan status psikososial
berdasarkan jenis kelamin pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin.
4. PEMBAHASAN
Pada tabel 1 dapat dilihat selama
perawatan ortodontik, mahasiswa
kedokteran gigi yang dapat
bersosialisasi dengan baik sebanyak 76
orang (98,7%) dengan nilai
p=0,013
-
7
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
sendiri serta dampak psikologis yang
berakibat terjadinya penurunan
kepercayaan diri.6
Tabel 4 selama
perawatan ortodontik yang percaya
bahwa gigi yang rapi dan indah memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
karier untuk bersosialisasi sebanyak 74
orang (96,1%) dengan nilai p=0,041<
0,05. Manfaat dari segi psikososial
terhadap perawatan ortodontik memberi
pengaruh positif terhadap penampilan
dalam sosialisasi serta perbaikan
hubungan interaksi sosial sesuai
dengan keberhasilan perawatan selama
perawatan ortodontik. Hal ini berarti ada
hubungan perawatan ortodontik dengan
status psikososial pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin. Tabel 5 memperlihatkan
bahwa responden laki-laki yang tidak
merasa rendah diri selama perawatan
ortodontik sebanyak tujuh orang (9,3%)
sedangkan perempuan sebanyak 68
orang (90,7%) dengan niIai p=
0,205>0,05. Hal ini berarti tidak ada
hubungan perawatan ortodontik dengan
status psikososial pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin berdasarkan jenis kelamin.
Penelitian sebelumnya yang
mengatakan bahwa perempuan lebih
banyak menginginkan perawatan
ortodontik dibanding laki-laki karena
ingin hasil maksimal dari segi estetika
gigi dan wajah.7
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin, RSGM Hj.
Halimah Daeng Sikati dan RSGMP Hj.
Halimah Daeng Sikati pada MaretApril
2014, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada hubungan perawatan ortodontik
dengan status psikososial pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Hasanuddin
2. Tidak terdapat hubungan perawatan
ortodontik dengan status psikososial
pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin berdasarkan jenis
kelamin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Flores Mir, Major PW, Salazar FR. Self-perceived orthodontic treatment need evaluated through 3 scales in a university population, Journal of orthodontic scientific section;2004:31:3314
-
8
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
2. Bourne CO, Balkaran R, Scott E. Orthodontic treatment needs in caribbean dental clinics, Eur J Orthod ;2012:34:528-30
3. Arrow P, Brennan D, Spencer AJ. Quality of life and psychosocial outcomes after fixed orthodontic treatment: a 17-year observational cohort study, Community Dentistry And Oral Epidemiology;2011:39:511-4
4. Rappaport TG, Shalis MR, Gazit E. Psychosocial reward of orthodontic treatment in adult patients, Eur J Orthod ;2010:32:4446
5. Dibiase ATD, Sandler PJ. Malocclusion, Orthodontics and Bullying. Dent update; 2001. 28; 464-6
6. Paula DF, Silva ET. Effect of anterior teeth display during smiling on the self-perceived impact of malocclusion in adolescents. Angle Orthodontist; 2011. 81(3); 540-5
7. Ren Y, Boxum C, Sandham A. Patients perceptions, treatment need, and complexity of orthodontic re-treatment, Eur J Orthod;2009:31:1915
-
9
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Laporan Penelitian
ABSTRAK
Perawatan kesehatan gigi secara dini sangat berguna bagi anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang. Setiap anak yang datang berobat ke dokter gigi akan memperlihatkan perilaku yang berbeda terhadap perawatan gigi dan mulut yang akan diberikan. Beberapa ahli telah mengklasifikasikan perilaku anak, namun klasifikasi perilaku White paling baik karena mampu menunjukkan perilaku anak secara klinis, yaitu kooperatif, tidak mampu kooperatif, histeris, keras kepala, pemalu, tegang, dan cengeng. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perilaku anak terhadap perawatan gigi dan mulut di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah observasi deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sudiang Raya dengan jumlah responden 75 anak dan RSUD Kota Makassar dengan jumlah responden 104 anak sehingga total responden adalah 179 anak selama satu bulan sejak Juni-Juli 2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating scale menggunakan klasifikasi perilaku anak terhadap perawatan gigi dan mulut menurut White. Berdasarkan hasil penelitian, perilaku dengan persentase tertinggi (76.5%) adalah yang berperilaku kooperatif. Disimpulkan bahwa mayoritas anak-anak menunjukkan perilaku kooperatif terhadap perawatan gigi dan mulut di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar.
Kata Kunci: Perilaku Anak, Perawatan Gigi dan Mulut, Kooperatif
ABSTRACT
Early treatment of dental health is very useful for children who are still in early stages of growth and development. Every child who came to the dentist will show different behavior towards dental care service. Some scientists have classified childs behavior, but the classification according to White is the best because it can show the childs behavior clinically: cooperative, inability to cooperative, out of control, obstinate, timid, tense, and whining patient. The aim of this research was to determine the patterns of childs behavior towards dental care in Public Health Care Centre of Sudiang Raya and District General Hospital of Makassar. The study was observational descriptive with cross sectional study. This research was conducted at Public Health Care Centre of Sudiang Rayawith a respondent of 75 children and District General Hospital of Makassar with a respondent of 104 children, so the total respondents were 179 children for one month from June to July 2014. Instrument used in this study is the rating scale using behavioral classification the dental care according to White. The results showed behavior with the highest percentage (76.5%) is behave cooperatively. It can be concluded that majority of children show cooperative behavior towards dental care in Public Health Care Centre of Sudiang Raya and District General Hospital of Makassar.
Keywords: Childs Behavior, Cooperative, Oral Health Care
POLA PERILAKU ANAK TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT
(Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar)
Andi Sri Permatasari
1
1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Hasanuddin
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Jalan. Perintis Kemerdekaan KM 10 Kampus Tamalanrea,
Ujung Pandang Tel./Fax +62411512012
-
10
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
1. PENDAHULUAN
Perawatan kesehatan gigi secara
dini sangat berguna bagi anak yang
masih dalam taraf tumbuh kembang.
Perawatan gigi sulung sangat penting
agar anak dapat mengolah makanan
dengan baik. Selain itu, gigi sulung juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan
rahang, serta untuk estetik. Peranan gigi
sulung juga penting dalam membantu
anak berbicara dan sebagai petunjuk
jalan bagi tumbuhnya gigi permanen.
Namun masih banyak orang tua
yang menganggap bahwa gigi sulung
tidak perlu dirawat karena hanya
sementara dan akan digantikan oleh gigi
permanen. Kondisi ini berimplikasi pada
kerusakan gigi yang merupakan
masalah paling umum terjadi pada
anak-anak dibandingkan dengan
penyakit yang lainnya. Akibatnya,
banyak anak-anak mengalami
kehilangan gigi secara dini karena
tindakan pencabutan.1,2
Penyakit gigi dan mulut yang
menjadi masalah utama di Indonesia
adalah karies. Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
disebutkan bahwa prevalensi karies gigi
aktif pada umur tujuh tahun ke atas
sebesar 52% dan akan terus meningkat
seiring dengan bertambahnya umur
hingga mencapai 63% pada golongan
umur 45-54 tahun. Khusus pada
kelompok umur anak usia sekolah dasar
sebesar 66,8%-69,9%.3,4
Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 prevalensi
karies aktif penduduk umur 12 tahun di
Provinsi Sulawesi Selatan sebesar
37,6%, sedangkan prevalensi
pengalaman kariesnya sebesar 58,1%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
masalah kesehatan gigi di Indonesia
masih sangat memprihatinkan.5
Orang tua harus berperan aktif
dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut anaknya. Salah satu usaha yang
dapat dilakukan adalah dengan
membawa anaknya berkunjung ke
dokter gigi. Kunjungan ke dokter gigi
sejak dini diharapkan untuk
membiasakan anak melakukan
pemeriksaan gigi secara rutin dan
mengatasi rasa cemas dan ketakutan
anak terhadap perawatan gigi dan
mulut.
-
11
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Setiap anak yang datang berobat
ke dokter gigi memiliki kondisi
kesehatan gigi yang berbeda-beda dan
akan memperlihatkan perilaku yang
berbeda pula terhadap perawatan gigi
dan mulut yang akan diberikan.
Penyebabnya dapat berasal dari anak
itu sendiri, orang tua, dokter gigi,
ataupun lingkungan klinik.6
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Walker dan Todd pada tahun 1982
yang dikutip oleh Mappahijah, insidensi
rasa takut dan cemas terhadap
perawatan gigi sebanyak 16%
ditemukan pada anak-anak usia
sekolah. Penelitian lain pada tahun 1985
memberikan gambaran bahwa anak-
anak yang cemas cenderung menarik
diri dari lingkungan sekitar dan sulit
beradaptasi.
Hasil penelitian di Indonesia
ditemukan sebanyak 22% menyatakan
rasa takut dan cemas terhadap
perawatan gigi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa anak-anak seperti
itu akan mendatangkan lebih banyak
masalah pada kunjungan ke dokter gigi.
Perilaku anak tersebut akan sangat
mempengaruhi keberhasilan perawatan
gigi dan mulutnya karena akan
menyulitkan dokter gigi dalam
memberikan perawatan.7
Dokter gigi harus memiliki
kemampuan menetapkan diagnosis
perilaku pasien anak dan harus mampu
melakukan manajemen perilaku anak
yang sesuai dengan diagnosis perilaku
yang telah ditetapkan untuk merubah
perilaku anak agar dapat bersikap
kooperatif terhadap perawatan gigi dan
mulut. Beberapa ahli telah
mengklasifikasikan perilaku anak seperti
klasifikasi oleh Wright dan Frankl,
namun klasifikasi perilaku White paling
baik karena mampu menunjukkan
perilaku anak secara klinis, yaitu
kooperatif, tidak mampu kooperatif,
histeris, keras kepala, pemalu, tegang,
dan cengeng.8
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pola perilaku anak terhadap
perawatan gigi dan mulut di Puskesmas
Sudiang Raya dan RSUD Kota
Makassar.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
observasi deskriptif dengan rancangan
-
12
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
cross sectional study. Penelitian ini
dilakukan dengan mengumpulkan data
untuk mendapatkan gambaran atau
deskriptif suatu keadaan secara objektif
pada suatu waktu tertentu.
Penelitian dilaksanakan di
Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD
Kota Makassar. Populasi yang
digunakan adalah total populasi pasien
anak yang berkunjung di Puskesmas
Sudiang Raya dan RSUD Kota
Makassar pada Juni-Juli 2014. Kriteria
subjek penelitian adalah anak menurut
UU RI No. 23 Tahun 2002, yakni yang
belum berusia 18 tahun dan akan
mendapatkan perawatan gigi dan mulut.
Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah nonprobability
sampling. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rating scale
menggunakan klasifikasi perilaku anak
terhadap perawatan gigi dan mulut
menurut White.
Prosedur penelitian secara
ringkas adalah diawali dengan peneliti
memberi salam, menjabat tangan, dan
menanyakan nama responden.
Selanjutnya peneliti mengisi identitas
responden penelitian yang sesuai
dengan kriteria. Selanjutnya peneliti
memperhatikan perilaku responden dan
mengisi rating scale sesuai dengan
diagnosis perilaku anak pada perawatan
gigi dan mulut. Kemudian peneliti
menetapkan pola perilaku anak
tersebut. Data dianalisis menggunakan
SPSS versi 22.
3. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD
Kota Makassar selama satu bulan sejak
17 Juni19 Juli 2014. Data penelitian ini
adalah data primer yang didapatkan
langsung dari observasi subjek
penelitian, yaitu pasien anak yang
datang ke Puskesmas Sudiang Raya
dan RSUD Kota Makassar. Responden
yang diperoleh di Puskesmas Sudiang
Raya 75 anak dan di RSUD Kota
Makassar 104 anak sehingga total
responden adalah 179 anak.
Diagnosis perilaku anak
terhadap perawatan gigi dan mulut di
Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD
Kota Makassar disajikan dalam Tabel 1.
Perilaku dengan persentase tertinggi
yang ditemukan adalah perilaku
-
13
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
kooperatif yaitu sebanyak 137 orang
(76.5%).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perilaku
Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD
Kota Makassar.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya
Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD
Kota Makassar
Tabel 2 menunjukkan bahwa
jumlah responden yang paling banyak di
Puskesmas Sudiang Raya yakni pasien
anak kooperatif yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 31 orang (73,8%)
sedangkan responden laki-laki yang
kooperatif sebanyak 25 orang (75,8%).
Jumlah responden paling banyak di
RSUD Kota Makassar adalah pasien
anak dengan perilaku kooperatif yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 48
orang (77,4%) dibanding responden
perempuan yang kooperatif hanya
sebanyak 33 orang (78,6%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya
Berdasarkan Umur di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota
Makassar.
Tabel 3 menunjukkan bahwa
responden di Puskesmas Sudiang Raya
dengan persentase tertinggi adalah
pasien anak yang berperilaku kooperatif
pada umur 5-12 tahun sebanyak 37
orang (69.8%). Umur
-
14
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
orang (50%) dan tidak mampu
kooperatif satu orang (50%). Responden
yang berumur 12-18 tahun dengan
persentase tertinggi yaitu yang
berperilaku kooperatif sebanyak 19
orang (95%).
Responden di RSUD Kota
Makassar dengan persentase tertinggi
yaitu pasien anak yang berperilaku
kooperatif pada umur 12-18 tahun
sebanyak 52 orang (88,1%). Responden
yang berperilaku cengeng dan pemalu
di kedua lokasi penelitian paling banyak
ditemukan pada umur 5-12 tahun.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku
Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya Berdasarkan Kunjungan di Puskesmas
Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar.
Tabel 4 menunjukkan bahwa di
Puskesmas Sudiang Raya anak yang
berperilaku kooperatif paling banyak
terdapat pada kunjungan I yaitu
sebanyak 49 anak (73.1%) dari jumlah
kunjungan hanya sebanyak dua kali.
Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa
jumlah kunjungan di RSUD Kota
Makassar mencapai enam kali
kunjungan dengan jumlah persentase
tertinggi terdapat pada responden
dengan perilaku kooperatif pada
kunjungan I yaitu sebanyak 35 orang
(68,6%). Pada kunjungan pertama
perilaku anak juga masih sangat
bervariasi dibandingkan kunjungan
berikutnya. Jadi, penelitian tersebut
menunjukkan mayoritas anak pada
kunjungan pertama kali ke dokter gigi
memperlihatkan perilaku kooperatif.
4. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD
Kota Makassar selama satu bulan sejak
17 Juni 19 Juli 2014. Selama satu
bulan penelitian dilakukan secara
bergantian di Puskesmas Sudiang Raya
selama 14 hari dan di RSUD Kota
Makassar juga selama 14 hari.
-
15
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Penelitian ini menggunakan
data primer yang diperoleh dari hasil
observasi subjek penelitian yang
berjumlah 179 responden. Jumlah
responden di RSUD Kota Makassar
lebih banyak dibanding jumlah
responden di Puskesmas Sudiang
Raya, yakni 104 responden di RSUD
Kota Makassar dan 75 responden di
Puskesmas Sudiang Raya.
Penelitian ini menggunakan
diagnosis perilaku menurut White, yakni
perilaku kooperatif, tidak mampu
kooperatif, histeris, keras kepala,
pemalu, tegang, dan cengeng.
Klasifikasi tersebut detail menjelaskan
mengenai karakteristik setiap diagnosis
perilaku. Klasifikasi menurut Wright tidak
digunakan karena klasifikasi tersebut
sangat sulit untuk ditegakkan secara
klinis. Sementara klasifikasi menurut
Frankl juga tidak digunakan karena
klasifikasi tersebut bertentangan dengan
etika dan memberikan pencitraan yang
tidak baik.8
Data pada tabel 1 menunjukkan
diagnosis perilaku yang didapatkan
adalah perilaku kooperatif 137 orang
(76.5%), pemalu 18 orang (10.1%),
cengeng 10 orang (5.6%), tegang 12
orang (6.7%), histeris satu orang
(0.06%), tidak mampu kooperatif satu
orang (0.06%) dan perilaku keras kepala
tidak ditemukan dalam penelitian ini.
Berdasarkan data diatas maka perilaku
yang paling banyak ditemukan dari
kedua lokasi penelitian adalah perilaku
kooperatif.
Setiap anak yang datang
berobat ke dokter gigi memiliki kondisi
kesehatan gigi yang berbeda-beda dan
akan memperlihatkan perilaku yang
berbeda pula terhadap perawatan gigi
dan mulut yang akan diberikan. Ada
anak yang berperilaku kooperatif
terhadap perawatan gigi dan tidak
sedikit yang berperilaku tidak kooperatif.
Perilaku yang tidak kooperatif
merupakan manifestasi dari rasa takut
dan cemas anak terhadap perawatan
gigi dan mulut. Penyebabnya dapat
berasal dari anak itu sendiri, orang tua,
dokter gigi, ataupun lingkungan klinik.6
Perilaku kooperatif merupakan
kunci keberhasilan dokter gigi dalam
melakukan perawatan gigi dan mulut.
Anak dapat dirawat dengan baik jika dia
menunjukkan sikap positif terhadap
-
16
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
perawatan yang dilakukan. Kebanyakan
pasien gigi anak menunjukkan sikap
kooperatif dalam kunjungannya ke
dokter gigi.8,9
Tabel 2 menunjukkan bahwa
persentase paling tinggi di Puskesmas
Sudiang Raya adalah responden
perempuan yang berperilaku kooperatif.
Sedangkan di RSUD Kota Makassar
persentase paling tinggi adalah
responden laki-laki dengan perilaku
kooperatif. Data tersebut menunjukkan
bahwa jenis kelamin tidak
mempengaruhi tingkat kooperatif anak
terhadap perawatan gigi dan mulut.
Begitu pula untuk perilaku.
Perilaku cengeng paling banyak
dijumpai pada responden yang berjenis
kelamin perempuan. Sedangkan
perilaku tegang banyak dijumpai pada
responden yang berjenis kelamin laki-
laki. Hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, misalnya pengalaman
perawatan gigi sebelumnya ataupun
faktor budaya.
Tabel 3 menunjukkan bahwa
perilaku kooperatif paling banyak
ditemukan pada responden yang
berumur antara 5-18 tahun. Sedangkan
perilaku tidak mampu kooperatif
ditemukan pada responden yang
berumur
-
17
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
berikutnya. Anak-anak yang pernah
mendapat pengalaman perawatan
sebelumnya memiliki peranan yang
sangat penting terhadap reaksi mereka.
Anak-anak dengan pengalaman yang
positif dan menyenangkan akan
menunjukkan reaksi yang positif pula.
Orang tua membawa anaknya
ke dokter gigi untuk pertama kalinya
bertujuan untuk memperkenalkan anak
kepada dokter giginya dan lingkungan
klinik. Hal ini bertujuan agar anak
merasa nyaman dengan suasana klinik
dokter gigi. Anak-anak memiliki cara
pendekatan tersendiri yang berbeda
dengan orang dewasa dan memiliki cara
berkomunikasi yang berbeda juga.
Apabila anak merasa takut, tidak
nyaman, atau tidak kooperatif, maka
mungkin perlu dilakukan penjadwalan
ulang. Kesabaran dan ketenangan
orang tua dan komunikasi yang baik
dengan anak sangatlah penting pada
kunjungan ini. Kunjungan yang singkat
dan berkelanjutan ditujukan untuk
membangun kepercayaan anak pada
dokter gigi dan lingkungan klinik, dan hal
ini terbukti sangat berharga untuk
kunjungan anak selanjutnya.1
5. KESIMPULAN
Pola perilaku anak terhadap
perawatan gigi dan mulut di Puskesmas
Sudiang Raya dan RSUD Kota
Makassar terdiri atas perilaku kooperatif,
pemalu, cengeng, tegang, histeris, dan
tidak mampu kooperatif. Mayoritas
anak-anak menunjukkan perilaku
kooperatif terhadap perawatan gigi dan
mulut di Puskesmas Sudiang Raya dan
RSUD Kota Makassar. Perilaku anak
terhadap perawatan gigi dan mulut
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
faktor orang tua, tim dokter gigi, dan
lingkungan klinik gigi. Dan faktor yang
paling utama adalah faktor dari anak itu
sendiri, termasuk jenis kelamin, umur,
serta pengalaman perawatan gigi
sebelumnya.
7. SARAN
Untuk pengembangan lebih
lanjut, penelitian, disarankan untuk
melakukan penelitian terhadap pola
perilaku anak di lingkungan perawatan
gigi yang berbeda dan sampel yang
lebih besar untuk mendapatkan
distribusi perilaku yang lebih bervariasi
-
18
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
sehingga diagnosis perilaku dapat lebih
mudah ditegakkan secara klinis.
DAFTAR PUSTAKA 1. Soeparmin S. Pedodontic treatment
tringle berperan dalam proses keberhasilan perawatan gigi anak. Interdental JKG; 2011: 8(2):37-41.
2. Soeparmin S, Suarjaya IK, Tyas MP. Peranan musik dalam mengurangi kecemasan anak selama perawatan gigi. Interdental; :6(1):1-5
3. Tirahiningrum P, Nugrahini D, Pertiwi FN. Efektivitas penyuluhan dengan media poster dan animasi bergambar terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7- 10 tahun di MI NU Maudluul Ulum Kota Malang; 2012.
4. Agtini MD. Pola status kesehatan gigi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia pada tahun 1999-2007. Media Penelit dan Pengembang Kesehat; 2009:19(2):144-53.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar; 2008. p.130-47.
6. Horax S, Salurapa NS, Irma. Pengaruh tumbuh kembang psikis, emosi, dan sosial dalam ilmu kedokteran gigi anak. PIN IDGAI Makassar; 2011:780-7.
7. Mappahijah N. Rasa takut dan cemas anak terhadap perawatan gigi di SDN 20 Panyula Kab. Bone tahun 2010. Media Kesehatan Gigi; 2010: 28-36.
8. Zuhri A, Salurapa N, Horax S. Diagnosis perilaku suatu keharusan untuk mencapai derajat kesehatan gigi anak optimal. PIN IDGAI Bandung; 2010:1-7.
9. White GE, Kisby L. Clinical oral pediatric. Chicago: Quintessence Publishing co., Inc; 1981: 48-50.
10. Mittal R, Sharma M. Assessment of psychological effects of dental treatment on children. Contemp Clin Dent; 2012:3:S5-7.
-
19
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Laporan Penelitian
ABSTRAK
Komposit merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk membuat resin bonded prosthesis. Penelitian ini dilakukan sintesis komposit dari bahan alam berupa zirconia, alumina dan white carbon black. Tujuan penelitian ialah mendeskripsikan dan membandingkan karakteristik mikrostruktur serta kekerasan nanokomposit alumina stabilized zirconia-white carbon black dengan komposit pabrikan untuk aplikasi direct resin bonded prosthesis. Metode penelitian menggunakan eksperimental laboratoris murni dengan membagi sampel menjadi dua kelompok, yaitu sampel A (nanokomposit alumina stabilized zirconia-white carbon black) dan sampel B (komposit pabrikan). Hasil penelitian pada sampel A menghasilkan gambaran mikrostruktur berupa bentuk partikel bulat (spherical) dan nanorod dengan ukuran rata-rata 149 nm sedangkan sampel B berbentuk partikel spherical dengan ukuran rata-rata 153 nm. Aplikasi sampel A pada polyethylene fiber dengan konsentrasi kitosan 6% sebagai bahan adhesif antara fiber dengan komposit menghasilkan celah paling kecil dibandingkan dengan konsentrasi 2% dan 4%, yang sudah mendekati ukuran celah antara sampel B dengan polyethylene fiber yang diolesi bahan adhesif pabrikan. Nilai kekerasan yang dihasilkan sampel A sebesar 24,38 VHN sudah mendekati nilai kekerasan pada sampel B yaitu sebesar 27,48 VHN. Kesimpulannya terdapat perbedaan karakteristik mikrostruktur dan kekerasan antara komposit hasil sintesis dengan komposit pabrikan, akan tetapi perbedaan keduanya tidak signifikan.
Kata Kunci: Kekerasan, Mikrostruktur, Nanokomposit, Resin Bonded Prosthesis
ABSTRACT
Composite is one of the materials used to make a resin bonded prosthesis. In this study, composites has been synthesized from natural materials such as zirconia, alumina and white carbon black. The aim of this study is to describing and comparing the characteristics of microstructure and hardness of alumina stabilized zirconia-white carbon black nanocomposite to composite manufacturer for direct resin bonded prosthesis application. The method is a purely experimental laboratory by dividing the sample into two groups, namely sample A (alumina nanocomposite stabilized zirconia-white carbon black) and sample B (composite manufacturer). The results on sample A producing a microstructure picture that was obtained of spherical particle shape (spherical) and nanorod with an average of size is 149 nm whereas sample B spherical particle shape and average of size is 153 nm. Sample A applicated to polyethylene fiber with chitosan 6% as adhesive materials have a smallest crack between composite and fiber if it compared with the chitosan 2% and 4%, it's approaching to the size of the crack between
SYNTHESIS OF ALUMINA STABILIZED ZIRCONIA-WHITE CARBON BLACK
NANOCOMPOSITE FOR DIRECT RESIN BONDED PROSTHESIS APPLICATION
Agung Prabowo Dhartono
1, Rafika Yusniar Kurniasari
1,
Ziyada Salisa1
1Student of Faculty of Dentistry, Universitas Jenderal
Soedirman
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman Jalan. Dr. Soeparno, Kampus Karangwangkal Gedung
E, Purwokerto, Jawa Tengah Email: [email protected]
Tel/Fax. +62281643744
-
20
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
sample B and polyethylene fiber which be oiled with adhesive materials manufacturer. The results of hardness values in sample A was 24.38 VHN approaching to the hardness values in sample B that was equal to 27.48 VHN. The conclusion, there is a different between the microstructure characteristic and hardness synthesized composites to composite manufacturers, but that different results was insignifficant.
Keywords: Hardness, Microstructure, Nanocomposite, Resin Bonded Prosthesi
1. PENDAHULUAN
Gigi tiruan adalah alat yang dibuat
untuk menggantikan gigi yang hilang dan
jaringan lunak di sekitarnya. Pembuatan
gigi tiruan secara umum adalah dengan
gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat
konvensional. Saat ini telah dikembangkan
desain baru gigi tiruan cekat berupa resin
bonded prosthesis yang dapat disebut juga
resin bonded bridge atau adhesive
bridge.1,2
Resin bonded prosthesis
merupakan gigi tiruan cekat yang
menggantikan satu atau dua gigi yang
hilang dengan menggunakan teknik etsa
asam dan ikatan resin.3
Resin bonded prosthesis dapat
dijadikan sebagai alternatif pilihan untuk
mengatasi kehilangan sedikit gigi karena
lebih efisien, tidak terlalu banyak
melakukan pengurangan jaringan gigi, dan
tergolong mudah dalam pemasangannya
dibandingkan dengan gigi tiruan lepasan
atau pun gigi tiruan cekat konvensional.4
Salah satu bahan yang mulai
dikembangkan sebagai bahan baku direct
resin bonded prosthesis adalah fiber
reinforced composite.5 Fiber reinforced
composite yang digunakan pada direct
resin bonded prosthesis terbagi menjadi
dua komponen, yaitu fiber sebagai
kerangka dasar dan resin komposit
sebagai veneer yang melapisi fiber.6 Salah
satu penelitian menemukan bahwa resin
komposit yang diperkuat dengan ultra high
molecular weight polyethylene (UHMWPE)
fiber memiliki kekuatan fleksural yang
cukup baik sehingga diharapkan fiber
tersebut dapat diaplikasikan dengan
komposit dan dijadikan sebagai salah satu
material resin bonded prosthesis.7
Bahan restorasi gigi khususnya
komposit yang ada di Indonesia saat ini
pada umumnya ialah bahan restorasi gigi
yang diimpor dari negara lain. Hal ini
sangat disayangkan mengingat sumber
daya alam yang dapat diolah menjadi
bahan restorasi gigi di Indonesia sangat
melimpah, salah satunya ialah bahan
dasar zirconia. Zirconia dapat
dimanfaatkan di bidang kedokteran gigi
-
21
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
karena memiliki keunggulan seperti sifat
kimia (bioinert), sifat fisik (stabilitas
dimensional yang baik), sifat mekanis yang
paling baik diantara semua keramik
kedokteran gigi (kekuatan, kekerasan, dan
toughness yang tinggi, modulus elastisitas
dan flexural strength yang menyerupai
baja), serta memiliki biokompatibilitas yang
tinggi.8 Selain sifat mekaniknya yang baik,
zirconia juga memiliki warna serupa
dengan warna gigi sehingga meningkatkan
nilai estetis.9 Kelemahan dari zirconia ialah
memiliki stabilitas molekuler yang rendah
sehingga diperlukan adanya penambahan
bahan stabilizer pada zirconia. Bahan yang
digunakan sebagai stabilizer dalam
penelitian ini adalah alumina. Hal ini
berdasarkan pada penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa alumina dapat
dijadikan sebagai stabilizer pada
zirconia.10
Sintesis nanokomposit pada
penelitian ini selain menggunakan alumina
stabilized zirconia juga ditambah dengan
white carbon black atau disebut pula
dengan silika yang memiliki rumus kimia
SiO2.nH2O. White carbon black merupakan
silika berbentuk batang berukuran nano
(nanorod) yang memiliki sifat mekanis
seperti kekerasan dan modulus elastisitas
lebih rendah dari zirconia, akan tetapi
dapat memberikan efek translusen
sehingga keberadaannya dapat
menambah nilai estetis. Bentuk nanorod
dipilih pada penelitian ini karena memiliki
luas permukaan yang besar sehingga daya
tarik antar partikel lebih besar dan dapat
memperkuat ikatan antara filler dengan
matriks resin. Berdasarkan hal tersebut
diharapkan sifat mekanis suatu material
dapat meningkat dan kombinasi antara
alumina stabilized zirconia-white carbon
black diharapkan mampu menjadi
modifikasi nanokomposit yang cocok untuk
diaplikasikan dengan fiber dan dijadikan
sebagai material resin bonded
prosthesis.11,12,13
Berdasarkan uraian di atas peneliti
tertarik untuk melakukan sintesis alumina
stabilized zirconia-white carbon black
sebagai filler komposit untuk aplikasi direct
resin bonded prosthesis dan
membandingkan karakteristik mikrostruktur
dan kekerasannya dengan komposit
pabrikan.
2. METODE PENELITIAN
-
22
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Penelitian yang dilakukan adalah
eksperimental laboratoris. Sampel
penelitian dibagi menjadi dua, yaitu
nanokomposit alumina stabilized zirconia-
white carbon black dan komposit pabrikan.
Masing-masing sampel dikarakterisasi
mikrostruktur dan diuji kekerasan.
Prosedur penelitian diawali dengan
pembuatan sintesis alumina stabilized
zirconia dengan metode sol-gel dan
pembuatan sintesis white carbon black
dengan metode sol-gel.
Gambar 1. Tahap Pembuatan Alumina Stabilized Zirconia
Setelah pembuatan kedua sintesis
tersebut, dilakukan pembuatan gabungan
dari kedua sintesis tersebut dengan
perbandingan 50:50, kemudian diaduk
dengan menggunakan spatula sehingga
didapatkan filler. Filler tersebut direndam
dengan kitosan 2%, kemudian dikeringkan
dengan oven.
Gambar 2. Tahap Pembuatan Sintesis White
Hasil tersebut kemudian
dicampurkan dengan polimer UDMA
(Urethane Dimetacrylate) (17%), TEDGMA
(Triethylene Glycol Dimethacrylate) 95%
(5%), DMAEMA (Dimethylaminoethyl
Methacrylate) 95% (5%), HEMA
(Hydroxyethylene Methacrylate) 99+%
(10%), dan champorquinone 97% (1%)
dalam gelas kimia dan diaduk dengan
menggunakan spatula sampai homogen.
Selapis nanokomposit alumina
stabilized zirconia-white carbon black dan
komposit pabrikan secara terpisah
diletakkan dengan ketebalan sekitar 1 mm
di dasar cetakan berukuran diameter 6 mm
dan tinggi 3 mm yang diberi alas matriks
strip. Keduanya dipolimerisasi dengan light
curing unit selama empat menit untuk
nanokomposit hasil sintesis dan 40 detik
-
23
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
untuk komposit pabrikan. Bagian atas
lapisan pertama kedua kelompok
kemudian dilapisi kembali dengan 1 mm
bahan yang sesuai masing-masing
kelompok dan dipolimerisasi dengan light
curing unit, langkah ini diulang hingga
memenuhi cetakan. Seluruh sampel
dilepas dari cetakan, kemudian dilakukan
pemolesan pada sampel sebelum
pengujian.
Pembuatan Sampel Uji Scanning
Electron Microscopy (SEM) dengan selapis
nanokomposit alumina stabilized zirconia
white carbon black dan komposit pabrikan
secara terpisah diletakkan dengan
ketebalan sekitar 0,5 mm di dasar cetakan.
Fiber dipotong sesuai ukuran panjang
yang dibutuhkan. Fiber untuk
nanokomposit hasil sintesis dibasahi
dengan kitosan dan dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu kitosan 2%, 4%, dan 6%.
Fiber untuk komposit pabrikan dibasahi
dengan bahan adhesif pabrikan. Masing-
masing fiber yang sudah dibasahi kitosan
diletakkan di atas nanokomposit hasil
sintesis sedangkan fiber yang sudah
dibasahi bahan adhesif pabrikan
diletakkan di atas komposit pabrikan yang
telah berada di dalam cetakan dan
dipolimerisasi dengan menggunakan light
curing unit dengan penyinaran selama
empat menit untuk nanokomposit hasil
sintesis dan 40 detik untuk komposit hasil
pabrikan.
Fiber kemudian dilapisi dengan
bahan yang sesuai masing-masing
kelompok hingga memenuhi cetakan.
Permukaan atas cetakan ditutup dengan
glass lab, ditekan dengan tekanan ringan
serta dijepit di tiap sisi untuk menekan
bahan yang berlebihan kemudian
dipolimerisasi dengan light curing unit.
Sampel kemudian dipolimerisasi
menggunakan light curing unit dengan
langkah yang sama dengan lapisan
pertama. Seluruh sampel dilepas dari
cetakan, kemudian dilakukan pemotongan
dan pemolesan pada sampel sebelum
pengujian.
Sampel yang sudah jadi dilihat
karakteristik morfologinya menggunakan
SEM, kemudian dilakukan pengujian
kekerasan menggunakan microvickers
hardness tester.
3. HASIL PENELITIAN
Hasil karakterisasi X-Ray
Diffractometry (XRD) dari serbuk alumina
-
24
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
stabilized zirconia ditunjukkan pada
Gambar 1.
Gambar 3. XRD Alumina Stabilized
Zirconia22
Berdasarkan Gambar 3 karakterisasi
XRD dari serbuk alumina stabilized
zirconia didapatkan puncak-puncak
dengan dua fasa struktur kristal yang
terdiri dari sebagian besar fasa tetragonal
dan sedikit fasa monoklinik.
Dan hasil nilai kekerasan sampel
nanokomposit alumina stabilized zirconia-
white carbon black dengan perbandingan
filler dan matriks 60:40 ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Kekerasan Kelompok
Sampel A122
Berdasarkan Tabel 1 hasil pengujian
kekerasan terhadap sampel nanokomposit
alumina stabilized zirconia-white carbon
black dengan perbandingan filler dan
matriks 60:40 didapatkan nilai kekerasan
rata-rata sebesar 8,4 VHN.
Nilai kekerasan sampel
nanokomposit alumina stabilized zirconia-
white carbon black dengan perbandingan
filler dan matriks 70:30 ditunjukkan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Kekerasan Kelompok
Sampel A222
Berdasarkan Tabel 2 hasil pengujian
kekerasan terhadap sampel nanokomposit
alumina stabilized zirconia-white carbon
black dengan perbandingan filler dan
matriks 70:30 didapatkan nilai kekerasan
rata-rata sebesar 24,38 VHN. Nilai
kekerasan sampel komposit pabrikan
ditunjukkan pada Tabel 3.
Titik Nilai Kekerasan (VHN)
1 8,0
2 6,7
3 11,8
4 6,7
5 8,8
Rata-rata 8,4
Titik Nilai Kekerasan (VHN)
1 24,8
2 25,6
3 21,9
4 25,2
5 24,4
Rata-rata 24,38
-
25
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Tabel 3. Nilai Kekerasan Kelompok
Sampel B22
Berdasarkan Tabel 3 hasil pengujian
kekerasan terhadap sampel komposit
pabrikan didapatkan nilai kekerasan rata-
rata sebesar 27,48 VHN.
Hasil karakterisasi SEM serbuk
white carbon black ditunjukkan pada
Gambar 2.
Gambar 4. Hasil Karakterisasi SEM
Serbuk White Carbon Black. (A) Sebelum Dikalsinasi, (B) Kalsinasi dalam Suhu
500C Selama Dua Jam, dan (C) Kalsinasi dalam Suhu 500C Selama Satu Jam
Kemudian Dilanjutkan dengan Suhu 750C Selama Satu Jam. 22
Berdasarkan hasil karakterisasi
SEM pada serbuk white carbon black
sebelum dikalsinasi menunjukkan bahwa
partikel yang terbentuk berupa spherical
(bulat) dengan ukuran partikel sekitar 39-
114 nm. Hasil karakterisasi SEM pada
serbuk white carbon black yang dikalsinasi
dalam suhu 500C selama dua jam
menunjukkan bahwa partikel nanorod
mulai terbentuk namun masih didominasi
dengan bentuk spherical, sedangkan pada
serbuk white carbon black yang dikalsinasi
dalam suhu 500C selama satu jam
kemudian dilanjutkan dengan suhu 750C
selama satu jam menunjukkan bahwa
secara umum partikel nanorod sudah
terbentuk dengan ukuran diameter terkecil
hingga 35 nm.
Berdasarkan hasil SEM
nanokomposit alumina stabilized zirconia-
white carbon black dengan perbandingan
filler dan matriks 70:30, ukuran partikel
yang dihasilkan adalah sekitar 57-241 nm
dengan rata-rata 149 nm dan partikel yang
terbentuk berupa spherical (bulat) dan
Titik Nilai Kekerasan (VHN)
1 30,4
2 19,6
3 16,0
4 37,1
5 34,3
Rata-rata 27,48
-
26
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
nanorod. Partikel-partikel filler pada
komposit ini sudah terlihat tertutup oleh
matriks dengan cukup baik.
Berdasarkan hasil SEM pada
komposit pabrikan, ukuran partikel yang
dihasilkan adalah sekitar 117-189 nm
dengan rata-rata 153 nm dan ukuran
partikelnya terlihat cukup seragam.
Sampel alumina stabilized zirconia-
white carbon black dan polyethylene fiber
dengan bahan adhesif kitosan 2%, hasil
karakterisasi SEM menunjukkan bahwa
antara nanokomposit dengan polyethylene
fiber yang sebelumnya diolesi dengan
kitosan 2% terdapat celah yang cukup
besar yaitu 28,645 m.
Sampel alumina stabilized zirconia-
white carbon black dan polyethylene fiber
dengan bahan adhesif kitosan 4%, hasil
karakterisasi SEM menunjukkan bahwa
antara nanokomposit dengan polyethylene
fiber yang sebelumnya diolesi kitosan 4%
terdapat celah yang lebih kecil apabila
dibandingkan dengan sampel A yaitu
sekitar 1,077-4,252 m.
Sampel alumina stabilized zirconia-
white carbon black dan polyethylene fiber
dengan bahan adhesif kitosan 6%, hasil
karakterisasi SEM menunjukkan bahwa
antara nanokomposit dengan polyethylene
fiber yang sebelumnya diolesi kitosan 6%
terdapat celah yang lebih kecil dari
sampel-sampel sebelumnya yaitu sekitar
0,632-4,940 m.
Sampel komposit pabrikan dan
polyethylene fiber dengan bahan adhesif
pabrikan, hasil karakterisasi SEM
menunjukkan bahwa antara komposit
pabrikan dengan polyethylene fiber yang
sebelumnya diolesi bahan adhesif
pabrikan terdapat celah yaitu sekitar
0,600-0,825 m.
4. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil karakterisasi XRD
serbuk alumina stabilized zirconia yang
dihasilkan pada penelitian ini, didapatkan
dua fasa struktur kristal yang terdiri dari
sebagian besar fasa tetragonal dan sedikit
fasa monoklinik, padahal penambahan
alumina pada zirconia ini diharapkan dapat
menstabilkan fasa kristal menjadi
tetragonal homogen. Hal ini dikarenakan
material dengan struktur kristal tetragonal
memiliki sifat mekanis cukup memadai di
bidang kedokteran gigi dibandingkan
dengan dua struktur kristal yang lain pada
zirconia, yaitu struktur kristal monoklinik
-
27
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
dan kubik.14,15
Kristal monoklinik dalam
jumlah sedikit yang terbentuk pada
penelitian ini menunjukkan bahwa struktur
kristal pada zirconia hasil sintesis hampir
homogen dan menandakan bahwa kristal
zirconia pada sampel ini cukup stabil
sehingga mempengaruhi sifat mekanis dari
material yang dihasilkan.
Nilai kekerasan resin komposit yang
digunakan dalam kedokteran gigi berkisar
antara 30-90 VHN.16
Berdasarkan hal
tersebut, maka komposit hasil sintesis
belum memenuhi syarat untuk digunakan
sebagai filler komposit kedokteran gigi
karena nilai rata-rata kekerasannya ialah
24,38 VHN, akan tetapi nilai tersebut
sudah mendekati nilai kekerasan komposit
pabrikan yang dalam penelitian ini
menghasilkan kekerasan sebesar 27,48
VHN.
Rendahnya nilai kekerasan
komposit hasil sintesis dapat disebabkan
oleh rentang ukuran partikel pada
komposit hasil sintesis yang masih besar,
yaitu 57-241 nm. Ukuran dan distribusi
partikel yang belum merata tersebut
menyebabkan terbentuknya ruang antar
partikel. Adanya ruang yang tidak terisi
partikel menyebabkan sifat mekanis
komposit yang terbentuk akan menurun.
Kemungkinan penyebab lain rendahnya
nilai kekerasan komposit hasil sintesis ini
adalah proses pencampuran filler dan
matriks yang belum homogen. Proses
pencampuran filler dan matriks pada
komposit pabrikan dibuat dengan mesin
otomatis, sedangkan pada penelitian
masih secara manual menggunakan
spatula sehingga proses pencampuran
filler dan matriks kurang maksimal.17
Hasil karakterisasi SEM serbuk
white carbon black menunjukkan bentuk
partikel berupa batang berukuran nano
(nanorod) dengan ukuran diameter terkecil
hingga 39 nm. Proses pembuatan white
carbon black ini dilakukan dengan
menambahkan kitosan 1% dan larutan
kanji 0,5%. Kitosan dalam hal ini berperan
sebagai surfaktan yang berperan melapisi
permukaan partikel pada tahap sebelum
dikalsinasi. Kitosan memiliki gugus amino
(NH2) dan bersifat kation (positif). Hal ini
menyebabkan kitosan menjadi bersifat
bioadhesive, yaitu mudah berikatan
dengan permukaan yang bermuatan
negatif. Reaksi hidrolisis Na2SiO3
menghasilkan Si(OH) yang bersifat negatif
(anion) karena adanya gugus OH-.
-
28
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Permukaan partikel yang bermuatan
negatif tersebut akan segera ditutupi oleh
kitosan yang bermuatan positif ketika
dilakukan penambahan kitosan. Hal ini
menyebabkan pertumbuhan partikel
terhenti sehingga ukuran partikel yang
dihasilkan pun kecil.10,14
Penambahan kanji pada penelitian
ini berperan sebagai soft template yang
mengarahkan pertumbuhan partikel ke
arah bentuk nanorod dan menstabilkan
bentuk nanorod. Kanji termasuk jenis
amilum (pati), yaitu jenis polisakarida dari
jenis selulosa yang tersusun dari dua
polimer yang berbeda, yakni 10-20%
amilosa dan 80-90% amilopektin. Struktur
amilosa bersifat linier sehingga dapat
mengarahkan pertumbuhan partikel ke
arah bentuk nanorod, selain itu adanya
amilopektin yang bersifat stabil berfungsi
untuk menstabilkan bentuk nanorod.13,18,19
Pengamatan menggunakan SEM
pada sampel hasil sintesis dipilih sampel
nanokomposit alumina stabilized zirconia
white carbon black dengan perbandingan
filler dan matriks 70:30 karena
menghasilkan rata-rata nilai kekerasan
lebih besar dibandingkan sampel dengan
perbandingan filler dan matriks 60:40.
Hasil SEM pada sampel komposit hasil
sintesis menunjukkan distribusi ukuran
partikel yang masih kurang merata
dibandingkan komposit pabrikan. Hal ini
diduga disebabkan oleh kurang meratanya
kitosan sebagai surfaktan dalam melapisi
partikel pada tahap sebelum dilakukan
kalsinasi sehingga menyebabkan ukuran
partikel yang terbentuk menjadi kurang
homogen.14
Komposit hasil sintesis yang
diaplikasikan pada polyethylene fiber yang
diolesi kitosan 6% menghasilkan celah
yang paling kecil jika dibandingkan dengan
penggunaan kitosan 2% dan 4%. Hal ini
dapat disebabkan karena adanya kitosan
yang dioleskan pada fiber berikatan
dengan komposit hasil sintesis dan
semakin tinggi kemurnian kitosan maka
semakin banyak gugus amino yang
terbuka sehingga kemampuan kitosan
untuk berikatan menjadi lebih besar.20
Celah yang terdapat pada interface
antara komposit hasil sintesis dan
polyethylene fiber dapat disebabkan
karena tidak adanya ikatan antara gugus
fungsi pada kitosan dengan gugus fungsi
pada polyethylene fiber, dimana kitosan
dengan gugus amino (NH2) tidak dapat
-
29
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
berikatan dengan polyethylene fiber yang
memiliki gugus fungsi CH2 sehingga
keduanya sama-sama bermuatan positif.
Hal ini dapat diperbaiki dengan
menambahkan coupling agent dari bahan
alam yang biokompatibel dan memiliki
gugus fungsi yang cocok dengan kitosan
dan polyethylene fiber sehingga bisa
membentuk ikatan di antara
keduanya.10,14,21
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil sintesis dan
karakterisasi alumina stabilized zirconia-
white carbon black pada penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa nanokomposit
alumina stabilized zirconia-white carbon
black dengan perbandingan filler dan
matriks 70:30 memiliki ukuran partikel
yang lebih kecil dan lebih baik
dibandingkan dengan ukuran partikel
komposit pabrikan. Interface antara
nanokomposit alumina stabilized zirconia-
white carbon black dan polyethylene fiber
dengan bahan adhesif kitosan 6% memiliki
ukuran celah paling kecil dibandingkan
dengan penggunaan bahan adhesif
kitosan 2% dan 4%, serta sudah
mendekati ukuran celah pada fiber
reinforced composite pabrikan.
Nanokomposit alumina stabilized zirconia-
white carbon black dengan perbandingan
filler dan matriks 70:30 memiliki nilai
kekerasan yang sudah mendekati nilai
kekerasan komposit pabrikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rosentiel, S.F., Land, M.F., Fujimoto, J., Contemporary Fixed Prosthodontics, 4
th Ed., Mosby Elsevier, Missouri 2006;
805-824. 2. Durey, K.A., Nixon, P.J., Robinson, S.,
Chan, M.F.W.Y., Resin Bonded Bridges: Techniques for Success, British Dental Journal 2011; 211(3):113-118.
3. Pintadi, H., Penggunaan Fiber Reinforced Composite sebagai Resin Bonded Prosthesis pada Gigi Anterior, Laporan Kasus, Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta; 2012.
4. Shuman, I.E., Replacement of a Tooth with a Fiber-Reinforced Direct Bonded Restoration, Gen. Dent. 2000; 48(3): 314-318.
5. Vallittu, P.K., Resin-Bonded, Glass Fiber Reinforced Composite Fixed Partial Dentures: A Clinical Study, J. Prosthet. Dent., 2000; 84(4): 413-418.
6. Garoushi, S., Vallittu, P., Fiber-Reinforced Composites in Fixed Partial Dentures, Libyan Journal of Medicine 2006; 1(1): 73-82, http://www.ncbi. nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3081502/pdf/LJM-1-073.pdf, diakses pada tanggal 13 Agustus 2012.
7. Mozartha, M., Herda, E., Soufyan, A., Pemilihan Resin Komposit dan Fiber untuk Meningkatkan Kekuatan Fleksural Fiber Reinforced Composite (FRC), Jurnal PDGI, 2010; 59(1): 29-34.
8. Ozkurt, Z., Iseri, U., Kazazaoglu, E., Zirconia Ceramic Post System; A Literature Review and A Case Report, Dental Material Journal, 2010; 29(3): 233-34.
-
30
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
9. Hidayat, A.L.K., Perbandingan Kekerasan dan Modulus Elastisitas Material Implan Keramik Metakaolin-PSZ Menggunakan Rasio 1:2 dan 2:1 yang Diimpregnasi dengan PMMA-Apatit, Skripsi, Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan); 2012.
10. Pramata, R., Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Alumina Stabilized Zirconia (ASZ) sebagai Dental Bridge Material, Tugas Akhir Sarjana, Program Studi Teknik Material Institut Teknologi Bandung, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2011.
11. Murphy, C.J., Jana, N.R., Controlling the Aspect Ratio of Inorganic Nanorods and Nanowires, Advanced Materials; 2002.
12. Shujuan, D., Shuyong, Y., Zhigang, H., Limei B., Experimental Study on Developing White Carbon Black by Using Wollastonite, Advanced Materials Research, 2010; 9: 87-95.
13. Mulyani, W.E., Sintesis Nanorod White Carbon Black-Lavender Menggunakan Template Kanji dengan Metode Sol Gel-Emulsi untuk Aplikasi Tekstil Anti Nyamuk, Tesis, Program Studi Ilmu dan Teknik Material Institut Teknologi Bandung, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2013.
14. Kurniawati, A., Sintesis dan Karakterisasi Partikel Nano Magnesia Partially Stabilized Zirconia (Mg-PSZ) dengan Teknik Sol-Gel sebagai Bahan Baku Material Restorasi Gigi, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjajaran, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2011.
15. Denry, I., Kelly, J.R., State of The Art of Zirconia for Dental Application, Journal of Dental Materials 2008; 24: 299-307.
16. Mc Cabe, J.F., Walls, G.A., Applied Dental Materials, 9
th Ed, Blackwell
Munksgaard, UK; 2008. 17. Hakim, M,L.N., Variasi Besar Amplitudo
Ultrasonic Homogenizer terhadap Karakteristik Hasil Sintesis Zirconia Alumina Silika sebagai Filler Komposit serta Nilai Kekerasan Komposit yang Dihasilkan, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2012.
18. Zulfikar, Polisakarida, http://www.chem-is-ry.org/materi_kimia/ kimia-kesehatan/biomolekul/polisakarida/, diakses pada tanggal 23 Juni 2013; 2010.
19. Antono, S., Prosedur Identifikasi Amilum dalam Ubi Kayu, http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2265885-prosedur-identifikasi-amilum-dlm-ubi/ diakses pada tanggal 23 Juni 2013; 2012.
20. Hsu, S.H., Whu, S.W., Tsai, C.L., Wu, Y.H., Chen, H.W., Hsieh, K.H., Chitosan as Scaffold Materials: Effects of Molecular Weight and Degree of Deacetylation, Journal of Polymer Research 2004; 11: 141-147.
21. Castro, D.O., Filho, A.R., Frollini, E., Materials Prepared from Biopolyethylene and Curaua Fibers: Composites from Biomass, Polymer Testing 2012; 31(7):880-888.
22. Data Primer Penelitian, 20
-
31
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
Laporan Tinjauan Pustaka
ABSTRAK
Secara umum prevalensi penyakit sendi di Indonesia sangat tinggi, banyak studi menunjukkan bahwa osteoarthritis (OA) berhubungan dengan level estrogen. Penurunan hormon estrogen pada wanita pasca-menopause meningkatkan resiko terjadinya OA. Wright, Riggs, Lisse, & Chen melaporkan kejadian OA pada wanita post menopause bahwa resiko OA pada usia 70-79 tahun meningkat 2,69 kali jika dibandingkan dengan usia 50-59 tahun. Osteoarthritis adalah penyakit degenerasi sendi yang ditandai dengan kerusakan kartilago artikular sendi. Minyak ikan lemuru banyak mengandung DHA dan EPA yang berperan penting dalam regenerasi kartilago dibandingkan dengan ikan sejenisnya, yakni sebesar 18 % EPA dan 13 % DHA. Studi literatur ini bertujuan untuk mengaji potensi asam lemak omega-3 minyak ikan lemuru sebagai pencegah dan terapi alternatif OA pada wanita pasca-menopause. Degenerasi kartilago dapat menstimulasi pengeluaran mediator inflamasi. Sebagai agen pencegahan OA, asam lemak omega-3 berpotensi menurunkan produksi mediator inflamasi seperti prostaglandin, dan sitokin (IL-1, IL-6, dan TNF-) sehingga degradasi matriks kartilago dapat dihindari. Sebagai agen terapi, asam lemak omega-3 minyak ikan dapat mengganti asam arakidonat sehingga menurunkan metabolisme eukosanoid sehingga dapat menurunkan pelepasan sinyal pro-inflamasi. Asam lemak omega-3 juga dapat meningkatkan ekspresi bone sialoprotein (BSP) yang berperan dalam pergerakan osteoblas untuk mengadakan remineralisasi. Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa asam lemak omega-3 minyak ikan lemuru berpotensi sebagai pencegah dan terapi alternatif, osteoarthritis pada wanita pasca-menopause. Kata kunci: Degenerasi Kartilago, Asam Lemak Omega-3, Osteoarthritis
ABSTRACT
In general, the prevalence of joint disease in Indonesia is very high, many studies show that osteoarthritis (OA) associated with estrogen levels. The decrease of estrogen in postmenopausal women increases the risk of OA. Wright, Riggs, Lisse, & Chen reported incidence of OA in postmenopausal women sebahwa risk of OA at the age of 70-79 years increased by 2.69 times compared to the age of 50-59 years. Osteoarthritis is a disease characterized by the degeneration of joint cartilage damage articular joints. Lemuru much oil contains DHA and EPA which plays an important role in the regeneration of cartilage
POTENSI ASAM LEMAK OMEGA-3 MINYAK IKAN LEMURU (SARDINELLA
LONGICEPS) SEBAGAI PENCEGAH DAN TERAPI ALTERNATIF
OSTEOARTHRITIS PADA WANITA PASCA-MENOPAUSE
Dwi Riski Saputra1, Akhmad Miftahul Huda
2, Dwi Yoga
Setyorini2, Mulia Hakam
3
1Student of Faculty of Dentistry, Universitas Jember
2Student of Study Program of Nursing, Universitas Jember 3Departement of Study Program of Nursing, Universitas
Jember
1Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
2,3Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegalboto Jember, Jawa Timur Email: [email protected]
Tel/Fax. +6285791529577
-
32
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
compared to fish the like, which amounted to 18% EPA and 13% DHA. This literature study aims to assess the potential of omega-3 fish oil lemuru as OA prevention and alternative therapy in postmenopausal women. Cartilage degeneration can stimulate inflammatory mediator release. As a preventive agent OA, omega-3 fatty acids could potentially reduce the production of inflammatory mediators such as prostaglandins, and cytokines (IL-1, IL-6, and TNF-) that cartilage matrix degradation can be avoided. As a therapeutic agent, omega-3 fish oil can replace arachidonic acid (AA) metabolism resulting in lower eukosanoid so as to reduce the release of proinflammatory signals. Omega-3 fatty acids can also increase the expression of bone sialoprotein (BSP), which plays a role in the movement of osteoblasts to hold remineralization. Based on the above study it can be concluded that omega-3 fish oil lemuru preventive and therapeutic potential as an alternative, osteoarthritis in postmenopausal women. Keywords: Degeneration of Joint Cartilage, Omega-3 Fatty Acids, Osteoarthritis
1. PENDAHULUAN
Menurut Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2008, secara umum prevalensi penyakit
sendi di Indonesia sangat tinggi. Pada usia
45-54 prevalensinya sebesar 46,3%, usia
55-64 sebesar 56,4%, usia 65-74 sebesar
62,9 dan usia lebih dari 75 sebesar
65,4%.38
Pada wanita pasca-menopause
terjadi degenerasi folikel-folikel yang
memproduksi hormon estrogen sehingga
terjadi penurunan sekresi hormon
estrogen. Defisiensi estrogen pada wanita
pasca-menopause berdampak pada
peningkatan masalah kesehatan sehingga
dapat mempengaruhi kualitas hidup serta
produktivitas wanita pascamenopause.
Banyak wanita menopause
mengeluh nyeri otot dan sendi. Pada
sebagian wanita, nyeri sendi erat
kaitannya dengan terjadinya perubahan
hormonal. Timbulnya degenerasi sendi
yakni osteoarthritis (OA) dapat dipicu oleh
kekurangan estrogen, karena kekurangan
estrogen menyebabkan kerusakan matriks
kolagen, dan dengan sendirinya pula
tulang rawan ikut rusak.4
Peningkatan proses resorbsi tulang
dibanding pembentukan tulang pada
wanita pasca-menopause antara lain
disebabkan oleh karena defisiensi hormon
estrogen, yang lebih lanjut akan memicu
proliferasi dan diferensiasi progenitor
osteoklas dan mengaktifkan serta
memengaruhi pembentukan osteoklas
yang baru.
Osteoklasogenesis yang terjadi
dapat memicu degradasi matriks kartilago
yang merupakan bantalan sendi sehingga
dapat terjadi OA. Nyeri kronis
-
33
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari Juni 2015
muskuloskeletal akibat OA sangat
mengganggu aktivitas penderitanya. Salah
satu terapi OA yang selama ini banyak
digunakan adalah dengan obat anti
inflamasi nonsteroid, yaitu piroksisam yang
dapat menimbulkan efek samping yang
serius pada system gastrointestinal seperti
ulser, perforasi atau bleeding.41
Pengobatan dari bahan-bahan alami
saat ini sangat sering diperbincangkan
karena diduga memiliki potensi luar biasa
dengan efek samping yang minimal. Ikan
laut mengandung asam omega-3 yaitu
EPA (eicosapentaenoid acid) dan DHA
(docohexaenoic acid) yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan.
Diet minyak ikan yang banyak
mengandung n-3 PUFA khususnya EPA
dan DHA terbukti menurunkan mediator
resorbsi tulang yaitu prostaglandin maupun
sitokin pro-inflamasi yaitu IL-1, IL-1 dan
TNF-. Penurunan PGE2, IL-1 maupun
TNF- menyebabkan aktivitas osteoblas
meningkat dan pembentukan osteoklas
pada tulang alveolar terhambat.14
Ikan Lemuru (Sardinella longiceph)
kaya akan asam lemak omega-3 yang
mengandung EPA (eicosapentaenoid acid)
dan DHA (docohexaenoic acid) sebesar
18% dan 13%.11
Limbah minyak ikan
Lemuru banyak terdapat di daerah
Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur sebagai
hasil ekstraksi dari pengolahan tepung
ikan. Namun pemanfaatan minyak ikan
Lemuru masih belum optimal, minyak ikan
Lemuru biasanya diperdagangkan untuk
pakan ternak, industri cat dan tinta dengan
harga yang murah.11
Tujuan karya studi literatur ini
adalah untuk mengaji potensi asam lemak
omega-3 minyak ikan Lemuru (Sardinella
longiceps) sebagai pencegah dan terapi
alternatif OA pada wanita pasca-
menopause.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Lemuru
Ikan Lemuru terdiri dari beberapa
jenis, diantaranya adalah Sardinella
longiceps, Sardinella aurita, Sardinella
leiogas