mtv thn.2011.vol. 3

64
Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 Tunas Verbist Magazine Sajian Utama Seperti Ibu Maria, Kitapun Mengandung Ysesus #2 Opini Per Mariam ad Jesum #5 Maria Karunia Indah Dari Yesus #9 Semangat Maria Yang Menjiwai karya Misi #12 Bunda Maria Teladan Hidup Bermisi #29 Sharing No Pain No Gain #14 Work Experience: Belajar Bermisi #17 Inspirasi 101 % #20 Hadiah Terindah #27 Refleksi Mengubah Padang Gurun Menjadi Oase #21 Damai Sejahtera di Bumi #23 Awas Virus Natal! #46 Puisi Kutatap Jauh Disana #28 Teringat Bunda #49 Tak Ada Arti #63 Warta Komunitas #32 Cerita Komunitas Komunitas SST In The Making #36 Diutus Menjadi Nabi, Imam, dan Raja #42 Setia Sampai Akhir #52 Cerita Pendek Selamat Natal Malaikat Kecilku #43 Cerita Dari Tanah Misi Hola! Republica Dominicana #50 Profile Frater Tingkat 1 #54 Daftar Isi

Upload: clemens-bhajo

Post on 10-Aug-2015

933 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Maria, Misi, Inspirasi, No pain no Gain, Refleksi, Watra Komunitas, Cerita dari tanah Misi, Cerita Pendek, Puisi,

TRANSCRIPT

Page 1: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 �

Tunas Verbist

MagazineSajian UtamaSeperti Ibu Maria, Kitapun Mengandung Ysesus #2

OpiniPer Mariam ad Jesum #5Maria Karunia Indah Dari Yesus #9Semangat Maria Yang Menjiwai karya Misi #12Bunda Maria Teladan Hidup Bermisi #29

SharingNo Pain No Gain #14Work Experience: Belajar Bermisi #17

Inspirasi101 % #20Hadiah Terindah #27

Refleksi Mengubah Padang Gurun Menjadi Oase #21Damai Sejahtera di Bumi #23Awas Virus Natal! #46

PuisiKutatap Jauh Disana #28Teringat Bunda #49Tak Ada Arti #63

Warta Komunitas #32

Cerita KomunitasKomunitas SST In The Making #36Diutus Menjadi Nabi, Imam, dan Raja #42Setia Sampai Akhir #52

Cerita PendekSelamat Natal Malaikat Kecilku #43

Cerita Dari Tanah MisiHola! Republica Dominicana #50

Profile Frater Tingkat 1 #54

Daftar Isi

Page 2: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3�

‘Ah, yang benar aja!’ Mungkin itu reaksi kita. Atau ‘Mengapa tidak?’ Bagi yang melihat judul renungan ini dalam arti kiasan atau bagi mereka yang mengikuti perkembangan teknologi ge-netika akan membayangkan pada suatu saat akan ditemukan sisa rambut atau percikan darah dari Yesus yang bisa di-cloning dan selanjutnya disemaikan dalam rahim seorang bahkan beberapa ibu untuk mendapatkan duplikat Yesus. Sebelum merenungkan kemungkinan ataupun kemustahilan kita mengandung Yesus, ada baiknya kita melihat sekilas bagaimana Ibu Maria mengandung Ye-sus.

Yesus itu adalah Sabda yang men-jadi manusia. Untuk menjadi manusia, Tuhan menempuh jalan yang manu-siawi pula yang artinya bahwa Ia akan dikandung dan dilahirkan sebagaimana layaknya seorang manusia. Untuk itu, perlu perantara seorang ibu. Kita patut berterima kasih kepada Ibu Maria yang berani mengatakan ‘ya’ kepada tawaran Tuhan: mengandung dari Roh Kudus. Itu adalah satu keputusan yang berani karena Ibu Maria tahu akan mendapat-kan rajaman batu akibat kehamilannya

Berani dan rendah hati. Itulah sikap Ibu Maria. Ia tidak hanya berani tetapi juga rendah hati. Ia bisa saja mulai berke-liaran ke sana ke mari memberitakan bahwa ia lagi mengandung Putra dari Yang Mahatinggi. Akan tetapi, setelah ia diberitahu bahwa ia akan mengandung seorang putra yang akan diberi nama Yesus nantinya, ia bergegas ke rumah saudarinya Elisabet dan tinggal di sana. Demikian juga ketika Yesus lahir, tum-buh menjadi dewasa dan bangkit dalam kemuliaan, Ibu Maria tidak pernah ber-maksud mengambil tempat Yesus. Ia tidak menginginkan tempat istimewa dari Yesus. Ia tetap menjadi seorang ibu seperti ibu yang lain. Banyak orang yang protes hingga saat ini tentang keistime-waan Ibu Maria dalam Gereja Katolik. Perlu kita ketahui bahwa keistimewaan yang diberikan kepada Ibu Maria bu-kanlah pertama-tama dari umat manu-

Seperti Ibu Maria, kita pun mengandung Yesus

di luar pernikahan. Ia berani karena ia mengandalkan Tuhan. Tuhan tentunya tidak akan meninggalkan dia meskipun nantinya ia bisa saja mati dirajam batu. Tuhan pulalah yang akan memberikan jawaban untuk dia terhadap semua per-tanyaan seputar dirinya.

Sajian Utama

P. Fransiskus Sule, CICM. Pater Sule, begitu panggilan akrabnya adalah salah seorang Formator di Skolasti-kat Sang Tunas Pondok Bambu, yang juga bekerja seb-agai Dosen mata kuliah Misiologi di STF Driyarkara.

Page 3: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 �

Seperti manusia lainnya, Yesus men-galami kematian. Meskipun Ia akan me-nyertai kita sampai akhir zaman, namun kehadiran-Nya perlu diteruskan secara manusiawi dalam berbagai cara. Ia ha-dir dalam mereka yang percaya kepada-Nya, dengan kata lain dalam diri orang-orang Kristen. Ketika mereka berkumpul untuk mendengarkan Sabda Tuhan dan memecahkan Tubuh Kristus, mereka se-cara nyata mengalami kehadiran Yesus. Lebih jauh lagi, Yesus menghadirkan diri dalam diri orang-orang kecil, hina dan miskin, sebab barang siapa yang melay-ani mereka itu, sesungguhnya ia melay-ani Yesus sendiri.

Sabda yang kita dengarkan dan Tu-buh yang kita santap perlu menjadi dag-ing dalam diri kita. Bagaimana caranya? Seperti yang dilakukan oleh Ibu Maria yaitu dengan mengandungNya. Apakah kita berani mengandung Yesus dalam diri kita? Apakah kita tidak takut den-gan segala kesulitan yang akan kita ha-dapi? Setelah membulatkan hati untuk mengandung Yesus, apakah kita punya kerendahan hati yang cukup? Apakah kita tidak akan menjadi sombong ketika orang mulai mengagumi kita?

Ketika kita memutuskan untuk men-gandung Yesus, Sabda menjadi daging dalam diri kita, ada hal-hal yang perlu

kita perhatikan. Sebagaimana seorang ibu yang sedang mengandung, kita per-lu ketenangan, makanan bergizi, istira-hat yang cukup dan di atas semuanya ini adalah mendisiplinkan diri. Hal yang berbahaya bagi bayi dalam kandungan jika ibunya mulai melakukan apa saja yang ia inginkan tanpa memperhitung-kan bayi yang sedang dikandungnya. Demi bayinya, si ibu harus menghenti-kan kebiasaan-kebiasaan yang memba-hayakan perkembangan si bayi. Tidak hanya itu, si ibu juga harus melakukan hal-hal yang mungkin tidak ia sukai, tetapi penting untuk kelangsungan hid-up si bayi. Karena cintanya kepada bay-inya, seorang ibu berani meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang bisa beraki-bat buruk terhadap si bayi dan melaku-kan hal-hal yang mendukung pertumbu-hannya.

Sabda yang kita dengarkan hanya akan berkembang dalam diri kita jika di-berikan ruang yang baik dalam pikiran dan hati kita. Pikiran dan hati yang baik itu adalah yang terbuka. Keterbukaan itu adalah jawaban ‘ya’ kepada Sabda. Mungkin kita berpikir bahwa kita tidak pantas menerima Sabda itu sehingga kita menjadi segan dan menunda untuk menyambutnya. Kita ingin membersih-kan pikiran dan hati kita lebih dahulu, supaya kita menjadi layak. Akan tetapi, kita menciptakan pekerjaan yang berat bagi diri kita sendiri. Biarkanlah Sabda itu yang membersihkan pikiran dan hati kita, hanya yang dibutuhkan dari kita adalah kemauan untuk menerima-Nya. Semakin besar ruang yang kita berikan, semakin pesat pula perkembangan Sab-da itu.

sia, tetapi berasal dari Putranya sendiri, dari Tuhan sendiri. Umat Katolik hanya melanjutkan penghormatan yang Tu-han sendiri telah berikan kepada Ibu Maria. Di samping itu, kita perlu meng-ingat juga bahwa Ibu Maria itu rendah hati. Oleh karena, kita tidak perlu takut penghormatan kita akan disalahgunak-an oleh Ibu Maria.

Sajian Utama

Page 4: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3�

Ketika Sabda mulai berkembang dalam diri kita, kehidupan kita pun akan berubah. Kita pun mulai menyelaraskan hidup kita dengan kebutuhan Sabda itu. Dengan sukacita, kita akan berse-dia melakukan apa saja demi Sabda itu. Tanpa disadari bahwa Sabda mulai me-nampakkan diri-Nya dalam hidup kita. Dengan demikian, Sabda telah menjadi daging dalam hidup kita.

Mungkin kelihatan agak rumit, teta-pi tidak serumit untuk memulainya. Mu-lailah dengan membaca Kitab Suci dan hafalkanlah ayat-ayat yang menyentuh hatimu. Lafalkanlah setiap saat atau bahkan selalu merenungkannya. Lama kelamaan akan muncul keinginan untuk menyelaraskan hidupmu dengan ayat-ayat Kitab Suci tersebut. Ketika keingi-nan itu semakin lama semakin besar, tidak bisa tidak, hanya yang bisa engkau lakukan adalah mewujudkannya. Akh-irnya, Sabda telah mewujudkan diri-Nya dalam dirimu.

Sajian Utama

Page 5: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 �

Per Mariam ad JesumMenyimak peranan Maria dalam Karya Keselamatan Yesus dan bagi kehidupan Gereja

Fr. Anto Binsasi putra asli Kefamenanu, adalah Frater tingkat Satu – Penghuni SST Pondok Bambu JakartaAngkatan 55 Seminari Sta. Mara Immaculata Lalian, Atam-bua-Timor

IntroduksiKita sebenarnya tidak tahu banyak

tentang Bunda Maria. Kita hanya men-getahui dalam Injil dan dari iman keper-cayaan kita sebagai orang Kristiani yakni melalui khotbah, doa rosario, devosi ke-pada Bunda Maria, perayaan-perayaan pesta Bunda Maria dalam liturgi Gereja Katolik serta dogma Gereja tentang Ma-ria, dan lewat ziarah-ziarah ke gua-gua Maria. Kita mengetahui bahwa Maria adalah Bunda Yesus dan itu kita menge-tahuinya dari Kitab Suci. Namun, untuk memperdalam penghayatan kita kepada Bunda Maria, maka kita harus memba-ca dan merenungkan apa yang tertulis dalam Kitab Suci serta tekun berdevosi kepada Bunda Maria.

Karya penyelamatan oleh Allah dalam diri Kristus menjadi nyata dalam diri Maria, Per Mariam ad Jesum. Maria diberi peran untuk mengandung, mela-hirkan, mengasuh, dan mendampingi Yesus dalam menjalankan karya kese-lamatan yang dimandatkan Allah kepa-da-Nya. Apakah peranan Maria dalam keselamatan Yesus melahirkan nilai-nilai positif bagi pertumbuhan dan perkem-bangan Gereja? Bagaimana pandangan

Dalam Injil Yesus Kristus yang dika-rang oleh Matius, daftar silsilah Yesus Kristus ditempatkan pada awal bab per-tama. Dalam Injil ini dijelaskan bahwa daftar silsilah tentang Yesus Kristus ter-bagi dalam tiga bagian yang mencakup 14 generasi. Pandangan Matius tentang Maria tentunya sedikit berbeda dengan ketiga Injil lainnya. Matius meletakkan Maria sebagai penutup daftar sisillah itu. Ada tiga hal yang menunjukkan bahwa Matius memberi perhatian yang yang istimewa kepada Maria. Ketiga hal itu misalnya; pertama, ketika Matius sampai pada kelahiran Yesus, ia tidak mengatakan bahwa Yusuf yang memper-anakkan Yesus melalui Maria melainkan ia menyatakan bahwa Maria yang mela-hirkan Yesus (bdk. Mat. 1:16). Kedua, ia memberikan penjelasan lebih lanjut ten-tang pernyataan di atas (bdk. Mat.1:18-25). Ketiga, ia memandang Maria bu-kan satu-satunya wanita yang terdapat

Posisi Maria Dalam Daftar Silsilah: Sebagai Wanita Pilihan atau Wanita

Pelengkap?

umat Kristiani terhadap peranan Maria dalam kehidupan Yesus dan dalam se-jarah penyelamatan umat manusia?

Opini

Page 6: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3�

dalam silsilah itu, ada empat wanita lain dari zaman Perjanjian Lama (Tamar, Ra-hab, Rut, dan Batsyeba-Istri Uria) yang disisipkan dalam daftar silsilah tersebut. Dari kelima wanita ini kita dapat meli-hat kesamaannya, yakni semua wanita itu mengalami suatu perkawinan yang “tidak biasa” dan mungkin dapat dipan-dang rendah oleh orang lain. Namun melalui perkawinan seperti ini, Allah melaksanakan janji-janji dan rencana-Nya demi keselamatan dunia. Maria mengalami nasib yang sama dengan keempat wanita tersebut. Akan tetapi, Maria memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh keempat wanita itu yakni, Maria dikandung tanpa noda asal, Maria mengandung dari Roh Kudus, dan Maria melahirkan Kristus, Putera Allah. Hal ini mau menunjukkan bahwa Maria meru-pakan wanita pilihan Allah, pemenuh segala rencana Allah—titik tolak menu-ju keselamatan kekal karena di dalam dan melalui dia, Salvator (penyelamat) lahir untuk menyelamatkan dunia dari belenggu dosa.

Peranan Maria Dalam Karya Keselamatan Kristus

Karya keselamatan yang dijanjikan Allah menjadi nyata dalam pribadi Ye-sus Kristus. Akan tetapi, tanpa Maria sejarah keselamatan umat manusia tak-kan pernah terlaksana. Sejak dalam kan-dungan, Maria sebenarnya telah disiap-kan oleh Allah untuk mengemban tugas mulia untuk mengandung, melahirkan, dan mengasuh Yesus. Semua ini tidak melulu pada peran fisik semata, sebab Maria membaktikan seluruh hidupnya menyambut dan mendampingi Yesus dengan sepenuh hati dan iman hingga wafat-Nya di kayu salib.

Ada pendapat yang mengatakan seandainya Maria menolak tawaran malaikat untuk menjadi Bunda Yesus, maka karya keselamatan tidak dapat terjadi. Pandangan ini dapat dikatakan salah besar. Sebab apabila Malaikat Ga-briel tidak memberikan tawaran kepada Maria, tetapi memberitahukan fakta bahwa Maria akan mengandung, maka tidak ada alasan untuk berkata bahwa Allah tidak dapat atau tidak mau me-nyelamatkan umat manusia seandainya Maria tidak setuju. Pandangan yang te-pat dirumuskan oleh Konsili Vatikan II: “Bapa Maharahim menghendaki, agar sebelum inkarnasi tugas Bunda, yang telah ditentukan terlebih dahulu, diteri-ma. Dengan demikian, sebagaimana seorang wanita (Hawa) menyebabkan kematian (dengan dosa manusia yang pertama), demikian pula seorang wani-ta (Maria) mendatangkan kehidupan” (LG. art. 56).

Juga tidak tepat kalau dikatakan bahwa Maria ikut menyelamatkan kita. Hanya satu penyelamat kita yaitu Ye-sus, atau Allah yang menjelma dalam diri Kristus. Namun dalam keseluruhan karya Yesus, Maria diberi juga suatu peranan aktif dan penting yaitu men-gandung, melahirkan, mengasuh, dan mendampingi Yesus dengan pengabdian yang penuh, dan memperluas perhatian itu kepada kita “adik-adik Yesus” dalam Kerajaan Allah.

Opini

Page 7: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 �

Peranan Maria Bagi Kehidupan Gereja(Sebagai Pengantara Segala Rahmat

dan Penolong)

Allah merupakan sumber segala rah-mat dan kasih sayang. semua itu nyata dalam kerelaan-Nya untuk mengutus Putra-Nya yang tunggal ke dunia un-tuk menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa pusaka. Namun untuk mewujudkan semua itu, Allah membu-tuhkan seorang perantara yang termak-tub dan menjadi nyata dalam pribadi Maria. Konsili dan Sri Paus menekankan kepengantaraan Maria, kerja sama Ma-ria dalam karya keselamatan, tetapi peranan Maria selalu dijelaskan sebagai doa, pujian, kepasrahan dan penghara-pan yang besar kepada kehendak Allah; Maria membawa kebutuhan kita kepada Yesus dan Bapa, diperkuat oleh keingi-nannya sendiri supaya kita memperoleh keselamatan yang direncanakan Allah.

Ajaran utama mengenai hal ini diberi-kan oleh Konsili Vatikan II yakni:

“Hanya satu perantara kita, menurut kata rasul-rasul: “karena satu Allah, satu pula perantara antara Allah dan ma-nusia, Kristus Yesus yang memberikan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua orang” (I Tim. 2:5-6). Namun tugas Ma-ria sebagai Bunda terhadap manusia, sama sekali tidak mengaburkan dan mengurangi satu-satunya tugas peran-tra Kristus ini, melainkan menunujukan keampuhannya. Pengaruh itu bertum-puh pada perantaraannya dan bergan-tung sama sekali kepadanya, serta men-imba seluruh kekuatan dari padanya. Ia sama sekali tidak menghalangi kesatuan langsung antara umat beriman dan Kris-

tus, melainkan memupuknya”. (LG.60). oleh sebab itu di dalam Gereja, Santa Perawan Maria menyandang gelar: Pengacara, Pembantu, Penolong, dan Perantara. Akan tetapi hal ini dipahami sedemikian sehingga tidak sesuatu apa-pun dikurangi dari dan ditambahkan kepada martabat dan daya guna Yesus Kristus sebagai satu-satunya penganta-ra” (LG. art.62 bagian pertama).

Seperti Kristus dan Allah Bapa send-iri, Maria amat peka akan segala pend-eritaan dan keluh-kesah umat manusia dan selalu tergerak untuk menolong, asalkan pertolongan itu sesuai dengan rencana Allah. Maria mencintai dan memperhatikan kita sebagaimana ia mencintai dan memperhatikan Yesus. Dalam arti tertentu dapat dikatakan bah-wa Maria melahirkan kita bagi Kerajaan Allah. Dalam Konsili Vatikan II, dengan mengutip perkataan Santo Agustinus: Maria adalah Bunda para anggota (Kris-tus), karena ia turut berusaha dengan cintanya agar di dalam Gereja dilahirkan para beriman, yang merupakan anggota dari kepalanya (Kristus)” (LG. art.53).

Opini

Virgin Mary by/teopa.deviantart.com

Page 8: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3�

Sebagai bunda kita, Bunda Umat Beriman, Maria pertama-tama ingin agar kita percaya kepada Kristus dan Allah Bapa, mempercayakan hidup kita kepada Kristus, dan mengikuti jalan Kristus, supaya akhirnya kita sampai pada keselamatan yang penuh.

Catatan AkhirPer Mariam ad Jesum, “Melalui Ma-

ria sampai kepada Yesus”, merupakan keinginan Maria agar setiap umat beri-man semakin percaya dan semakin dekat kepada Yesus sebagai satu-satu-nya sumber keselamatan. Perlu diingat, Maria bukanlah sumber segala rahmat melainkan sebagai pengantara segala rahmat dari Kristus dan Allah Bapa sendiri. Peranan Maria dalam karya keselamatan Kristus dan bagi perkem-bangan Gereja patut diteladani. Sebab dengan segala kerendahan hati dan kepasrahan akan segala kehendak Allah,

ia berani menjadi Bunda Yesus dan Bun-da kita. “ Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut per-kataan-Mu itu.” (Luk. 1:38). Inilah sikap dasar yang diambil Maria. Kelihatannya proses memberikan jawabannya berja-lan dengan cepat, namun pada kenyata-annya pilihan dasar ini diambil setelah melalui pergulatan batin yang panjang. Inilah keistimewaan pokok dari Maria: Maria adalah Hamba Tuhan, orang yang percaya dengan sepenuh hati, memper-cayakan diri kepada rencana Allah dan menanggapi, menjalani dan melayani dengan sepenuh hati.

Opini

Page 9: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 �

Maria Karunia Indah dari YesusKetika saya mengalami sakit berkepanjangan di seminari menengah, saya mera-

sakan kesepian yang amat dalam. Ada sebuah Gua Maria kecil di belakang kapel seminari tempat para seminaris berdoa Rosario. Saya tertarik dan ingin meminta bantuan bunda Bunda Maria. Awalnya saya hanya ikut-ikutan saja ketika melihat yang lain sedang berdoa. Namun, setelah berulang-ulang berdoa batin saya mulai tenang, seperti ada sesuatu sedang mengisi hati saya. Setiap malam, setelah doa di kapel saya pun mencari ketenangan di gua Maria itu dan berdoa Rosario. Saya akh-irnya menemukan teman sejati dalam diri Bunda Maria. Semangat saya untuk men-jalani hidup di seminari mulai bangkit, dan semangat tersebut yang mendukung kesembuhan saya. Maria telah menjadi ibu yang mendengarkan dan mengantar doa-doa saya kepada Yesus.

Pernahkah kita merenungkan se-berapa besar peran Maria dalam hidup kita? Sepenggal kisah di atas merupak-an salah satu contoh yang menggambar-kan peranaan Maria dalam kehidupan manusia. Ia dapat dijadikan seorang teman dalam perjalanan hidup kita. Ia juga adalah sosok ibu yang setia men-dengarkan setiap keluhan manusia dan menyampaikannya kepada Allah. Ma-ria adalah karunia terindah dari Yesus untuk kita. Karunia itu diberikan cuma-cuma, sehingga kehadiran Maria tidak dipaksakan ke dalam hidup kita. Ia se-lalu hadir tanpa batas untuk kita, tentu jika kita mau mencari dan menyiapkan hati untuk-Nya.

Bunda Maria: Karunia Terindah, Apa Dasarnya?

Dalam Yohanes 19:26-27 Yesus se-cara langsung menyerakan Sang Bunda kepada murid Yohanes. Yesus bersabda kepada bunda-Nya: “Ibu inilah anakmu”. Kemudian Yesus bersabda kepada mu-rid tersebut: “inilah Ibumu”. Dua ayat ini menjadi dasar bagi kita untuk mema-hami arti karunia terindah dari Yesus. Penyerahan Sang Bunda menunjukkan bahwa ikatan batiniah antara Yesus dan ibu-Nya juga diwariskan-Nya kepada para murid. Yesus menyadari bahwa kehadiran Sang Bunda dalam seluruh karya-Nya di dunia sangatlah berarti

Fr. Andrianus Safarin adalah putra asal Manggarai. Frater yang sedang menjalani tahun pertama ini adalah fansnya Pato (pemain bola AC Milan). Fr. Andri, begitu sapaan akrabnya saat ini sedang mengikuti kuliah se-mester satu di STF Driyarkara.

Opini

Page 10: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3�0

Reaksi Maria ketika Yesus men-gatakan demikian adalah menerima dengan kerendahan hati. Dengan ker-endahan hati yang sama ketika Malaikat Gabriel pertama kali menyampaikan ka-bar gembira dari Allah, Maria ikut serta dalam perutusan para murid, ia menjadi pendamping dan pendoa bagi keber-hasilan karya Allah. Bunda Maria secara rohani menerima dan membawa kita ke dalam hati-Nya dengan cinta sekuat cinta-Nya menerima Yesus dalam hati-Nya.

Kisah selanjutnya adalah Yohanes “Menerima Maria kedalam rumahn-ya”. Yohanes menerima Maria dalam rumahnya memiliki makna yang amat dalam. Yohanes tidak sekadar meneri-ma Maria karena Ia adalah Ibu Yesus yang adalah Gurunya, melainkan ia me-nerima Maria sebagai ibunya sendiri, ia menerima Maria tidak hanya dalam rumahnya tetapi juga dalam hatinya. Ia menyertakan Maria dalam seluruh suka dan duka hidupnya. Kita pun diajak un-tuk memiliki sikap seperti Yohanes. Kita diajak mengambil Maria menjadi mi-lik kita dan memberi ruang bagi Maria dalam hati kita.

Maria, Teladan BermisiDalam rangka mewartakan Kristus

ke tempat di mana Ia belum dikenal dan menjadi penjelmaan Sang Sabda lewat kasih dan perhatian kepada orang-orang yang tersingkirkan, kita patut

meneladani pribadi Maria. Tugas bermi-si bukanlah sebuah tugas yang mudah, karena sebagai pewarta dibutuhkan ketegaran dan persiapan mental yang kuat, dan dalam diri Bunda Maria kita dapat menemukannya. Bunda Maria pertama-tama dikenal sebagai sosok yang kuat dan tegar. Jawabannya: “Ter-jadilah padaku menurut perkataan-Mu” tidak hanya menunjukkan kerendah-an hati-Nya tetapi juga menunjukkan kekuatan batin-Nya untuk menyanggupi tugas berat dan mulia dari Allah yakni menjadi tempat penjelmaan Sang Sab-da. Karena kekuatan batin-Nya pintu keselamatan bagi manusia terbuka per-tama kali dan menjadi nyata dalam kela-hiran Sang Penebus.

Hidup bermisi berarti hidup untuk melayani sesama siapa, kapan dan di-mana saja. Misi tersebut adalah mewu-judkan Kerajaan Allah ke tengah-tengah dunia. Pada suatu kesempatan dalam acara tatap muka dengan para frater di Skolastikat Sang Tunas Pondok Bambu, Edouard Tsimba, Pater Superior General CICM mengatakan demikian: “There is not own mission here, our mission is the God’s mission”( Tidak ada misi pribadi, misi kita adalah misi Allah). Pernyataan Beliau sebenarnya mau menjelaskan bahwa dalam bermisi yang terutama adalah karya Allah bukan kehendak pribadi. Dalam bermisi dibutuhkan se-mangat pelayanan yang total dan tetap fokus kepada tujuan imamat itu sendiri. Ketika seorang imam mewartakan kera-jaan Allah maka ia mewartakan kerajaan Allah bagi semua orang bukan untuk diri sendiri atau orang-orang tertentu saja.

dan Ia ingin agar pengalaman berarti tersebut juga dialami para murid. Peny-erahan itu juga menjadi tanda keikutser-taan Bunda Maria dalam mendampingi gereja atau umat Allah di dunia

Opini

Page 11: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Namun untuk mencapai pelayanan yang total tersebut bukanlah suatu hal yang mudah. Walaupun seorang religius telah dipersiapkan untuk itu, namun se-bagai manusia ia kadang jatuh dan ter-jebak ke dalam kesibukan pribadi, ke-pentingan dan masalah-masalah yang dialaminya sehingga ia tampak kehilan-gan fokus panggilannya. Dalam ke-adaan seperti itu, ia sebenarnya mem-butuhkan suatu pegangan, panutan, dan pendamping untuk menemukan kembali semangat asli pelayanannya. Bunda Maria adalah sosok yang tepat untuk membatu dan membawa manu-sia kembali kepada kedekatan dengan Allah. Ia adalah sosok Ibu yang setia mendoakan murid-murid Tuhan dan tu-rut membantu mendoakan keberhasilan karya misi yang di emban baik oleh para imam maupun awam di tengah-tengah dunia.

Bunda Maria telah dianugerahkan secara cuma- cuma oleh Allah kepada para murid maka Ia pun dianugerahkan juga kepada kita menjadi ibu yang setia mendampingi. Kesetiaan sang Bunda telah terbukti dalam kesetiaan-Nya dalam seluruh karya keselamatan Allah. Puncaknya adalah ketika Ia hadir dan turut mengambil bagian dalam penderi-taan yang dialami Putera-Nya di salib. Kepedulian dan kesetiaan yang sama juga Bunda Maria lakukan untuk kita. Dia hadir disaat kita mengalami situasi sulit dalam hidup kita bahkan ketika kita kehilangan arah dan tujuan hidup. Dalam suatu pristiwa penampakan-Nya kepada Juan Diego di Guadalupe ,pada bukit Tapeyaco di Mexico, berapa kata terindah yang diucapakan-Nya adalah “Jangan gelisah…..Jangan takut….bu-kankah Aku Ibumu?” Oleh karena itu janganlah pernah takut meminta ban-tuan-Nya dan jangan sungkan-sungkan menyapa-Nya karena Ia telah menjadi ibu kita semua.

Opini

Page 12: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Opini

Semangat Maria: yang Menjiwai Karya Misi

Fr. Went Koban adalah putra asli Lembata, Flores Timur, sekarang dia tengah menjalani tahun per-tama di Skolastikat Sang Tunas. Alumnus Seminari Hokeng ini bercita-cita menjadi seorang filsuf seperti Platon.

Dalam tradisi dikatakan bahwa Ma-ria berperan penting dalam sejarah pe-nyelamatan karena sikapnya yang pas-rah pada kehendak Allah. Tradisi Katolik mengakui bahwa Maria mendapat tempat yang layak dalam penyemba-han. Maria menjadi perantaraan bagi doa-doa mereka untuk sampai kepada Yesus. Maria adalah bagian dari sejarah penyelamatan manusia dari dosa.

Sebelum Yesus naik ke surga ia ber-pesan untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya. Yesus mau supaya semua bangsa mengenal Kerajaan Allah dan dengan begitu mereka dapat diselamat-kan berkat kurban salib. Dalam amanat-Nya tersebut Yesus sebenarnya mau menantang rasul-rasul-Nya apakah mer-eka mampu mewujudkan mimpi itu?

Beruntunglah masih ada Maria dan penyertaan Roh Kudus yang me-nyemangati mereka untuk tetap kuat dalam melaksakan pewartaan sabda ke-selamatan. Maria menjadi inspirasi bagi mereka untuk terus-menerus berusaha mewujudkan impian itu.

Belajar dari MariaMisionaris merupakan orang-orang

yang dipanggil untuk mewartakan sabda kepada semua bangsa. Semua misionaris bekerja keras untuk dapat mewujudkan mimpi yaitu pewartaan kabar gembira kepada bangsa-bangsa. Misionaris menjadi agen gereja di ten-gah dunia; tugas mereka adalah sebagai imam, nabi, dan raja.

Motto misionaris sebenarnya dapat disimpulkan dalam kalimat sederhana “ Mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus.” Wajah dunia yang telah dino-dai oleh perbuatan-perbuatan jahat di-ubah menjadi wajah Kristus yang terang cemerlang. Dunia menjadi tempat pew-artaan sabda. Dunia harus dipandang sebagai sesuatu yang positif seperti cara pandang Karl Rahner yang melihat bah-wa dunia baik adanya yang bertitik to-lak dari pemikiran bahwa semua karya yang ada di dunia akan berujung pada Yang Ilahi. Globalisasi telah menyeret peradaban dunia menjadi sekularistis, individualistis dan banyak hal lain yang membuat kerja seorang misionaris tidak mudah. Ia harus mampu menembus dinding-dinding individualisme, seku-larisme, dan lain-lain untuk menyatakan kabar gembira.

Page 13: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Seorang misionaris dapat bercermin dari pengalaman Maria dalam mengha-dapi tantangan hidup. Tantangan Maria sangat berat; harus ditinggalkan oleh suami dan anaknya yang sampai wafat di kayu salib. Maria mampu melewati semua itu walaupun banyak luka yang harus ia derita. Derita yang ia alami pada akhirnya membawa ia kepada kebaha-giaan. ”Siapa yang menabur dengan air mata ia akan menuai dengan sorak-so-rai.” Derita membuat orang berefleksi, menyadari bahwa ada kekuatan yang lebih dasyat yang mampu membawa ia sampai kepada kebahagiaan.

Perjalanan hidup Maria penuh deri-ta, tetapi Maria memasrahkan semuan-ya itu kepada penyelenggaraan Ilahi. Ia menyakini bahwa Allah akan membawa ia kepada kebahagiaan sejati dan hal itu telah ia dapatkan .

Perjalanan hidup yang menginspirasi.

Perjalanan Maria ,menginspirasikan misionaris untuk tetap melanjutkan pewartaan mereka di tanah misi yang penuh dengan gejolak perubahan za-man.Menjadi misionaris adalah pang-gilan kita semua. Kita dipanggil untuk

menyelamatkan yang lain. Kita ini mis-ionaris yang harus membawa peruba-han bagi dunia dan mewartakan Kristus sebagai penyelamat umat manusia.

Maria menjadi teladan bagi mision-aris karena semangat pantang meny-erah, menyanggupi karya penyelamatan hingga usai. Manusia diselamatkan ber-kat jawaban “ya” dari Maria yang mau mengandung Putra Allah yang menjadi manusia. Manusia juga dipanggil untuk menyelamatkan sesamanya. Misionaris bukan homo homini lupus tetapi men-jadi partner.

Misionaris sejati harus mendasar-kan kekuatan kemisionerannya pada te-ladan Kristus dan mencontohi sikap rela berkorban. Misi akan menghargai pew-artaan kita jika kita pantang menyerah seperti Maria yang menemani Yesus sampai kematian-Nya.

Maria adalah teladan para mision-aris. Dengan semangat Maria, semua misionaris diarahkan pada tujuan Kera-jaan Allah. Maria menginspirasi, men-jadi pelindung, dan teman seperjuan-gan dalam suka dan duka. Oleh karena itu, janganlah melupakan kekuatan doa karena dari doa itulah kita memperoleh kekuatan.

Tantangan menjadi semakin berat apabila seorang misionaris kehilangan pegangan hidup, kehilangan arah. Tan-tangan akan selalu ada dalam setiap langkah. Ini adalah tahap yang harus dijalani dan terus berlangsung selama manusia masih bernafas. Mau mundur atau tetap berjalan? Tidak ada kata mun-dur bagi seorang misionaris. Misionaris tidak akan pernah mundur bahkan sam-pai wafat. Wafat demi pewartaaan yang membebaskan.

Opini

Page 14: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Sharing

Mendung menyelimuti kota Makas-sar pagi ini. Angin Selatan bertiup ken-cang menggugurkan helai-helai ke-muning pepohonan. Burung-burang pipit yang tadinya berkicau riang di antara ranting-ranting kecil mulai mel-oncat ringan mencari tempat bert-eduh yang nyaman kala tetes-tetes bening mulai tercurah dari atap langit.

Gerimis pagi itu, Selasa 01 Juni 2010 tidak menyurutkan semangat dua pemuda penerus Theophile Verbist menuju kawasan Kima. Dengan tergesa-gesa keduanya turun dari sepeda motor yang mengantar mereka karena diburu hujan. PT. Wahyu Utama sebuah pabrik pengalengan udang di kawasan KiMa 10 menjadi tempat saya dan partner saya, Fr. Steve menjalani masa Work Ex-perience kami selama sebulan. Setelah melaporkan diri pada satpam yang ber-tugas, saya dan Fr. Steve pun diantar menemui pimpinan sementara perusa-haan, Pak Andre. Kami disambut den-gan hangat oleh beliau. Kami menerima penjelasan singkat dari beliau mengenai situasi perusahaan, tugas-tugas yang harus kami kerjakan, jumlah karyawan/wati, dan aturan-aturan yang harus kami patuhi selama bekerja di PT. Wa-hyu. Kami lalu dipersilahkan untuk mu-lai bekerja setelah diberi pakaian kerja.

Saya dan Fr. Steve bekerja pada ba-gian pembelian. Tugas kami ialah men-gangkat udang-udang yang sudah diisi dalam keranjang berkapasitas 50 kg yang disetor dari truk-truk pengangkut udang. Udang-udang dari keranjang ini kemudian disebarkan di atas meja un-tuk dipilah-pilah dan dikelompokkan berdasarkan ukurannya pada keranjang-keranjang kecil yang telah tersedia. Tugas mengelompokkan udang-udang ini dik-erjakan oleh mereka yang sudah berpen-galaman. Sepintas tugas kami ini terlihat ringan tetapi membutuhkan ketelitian, kegesitan, kekuatan fisik, dan kesabaran.

Pekerjaan ini membutuhkan keteli-tian karena udang-udang yang disetor mempunyai kode pemiliknya masing-masing sehingga harus dipisahkan. Jika kurang teliti maka udang-udang itu bisa bercampur-baur dan ini akan membawa kerugian bagi pemilik udang. Kegesitan, karena udang-udang ini harus segera disebarkan pada setiap meja yang su-dah kosong untuk dipilah-pilah dan dikelompokkan lagi berdasarkan uku-rannya. Kekuatan fisik, karena dalam satu hari udang yang disetor bisa men-capai 7-10 ton dan kami harus men-gangkat keranjang berisi udang-udang dengan bobot total 7-10 ton itu. Kesaba-ran, karena sering kali rasa lelah datang

Fr. Juan Kromen yang senang merefleksikan hidupnya ini ternyata putra asal Larantuka. Alumnus Seminari Mata-loko ini akan menceritakan seuntai refleksi hidupnya keti-ka ia ber-work experience di Kawasan Industri Makassar.

NO PAIN NO GAIN

Page 15: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Hari pertama saya belajar untuk mulai mengenal sesama karyawan/wati khususnya di bagian pembelian. Saya juga mulai belajar untuk mencintai pe-kerjaan mengangkat udang ini. Awalnya saya memang merasa agak canggung tetapi begitu merasa diperhatikan dan dibimbing selama bekerja saya pun mu-lai membuka diri dan menjalin persaha-batan dengan sesama karyawan/wati. Apalagi dengan gaya bicara saya dan Fr. Steve yang selalu diselingi dengan humor semakin menceriahkan suasana kerja. Praktis dalam seminggu suasana keakraban dan persaudaraan sudah ter-cipta di antara kami. Saya dan Fr. Steve bahkan dianggap anak oleh ibu-ibu yang anak-anak mereka sebaya dengan kami. Mungkin karena suka bergaul saya dan Fr. Steve dengan cepat dikenal oleh seba-gian besar karyawan maupun karyawati.

Suasana yang hangat ini pun men-jadi motivasi tersendiri bagi saya ketika bekerja. Meskipun sering merasa lelah, saya toh tetap merasa bersemangat karena bisa tertawa ketika menden-gar berbagai gurauan yang ‘mengocok perut’. Sering ketika lelah saya diminta untuk beristirahat sejenak atau ber-tukar tempat dengan salah seorang karyawan yang kerjanya lebih ringan. Suasana akrab seperti ini juga seolah-olah meringankan pekerjaan saya dan membuat saya larut dalam pekerjaan-dan kami harus menunggu waktu un-tuk beristirahat pada jam 12.00-13.00.

Masa Work Experience saya di pabrik pengalengan udang ini, menjadi satu dari sekian banyak pengalaman saya yang patut saya catat dengan tinta emas dalam lembaran memoar hidup saya. Bagi saya pribadi pengalaman ini mem-bawa dan mengantar saya turut mera-

sakan bagaimana kerasnya perjuangan dalam hidup ini. Ketika bekerja saya sering bertanya kepada para pekerja yang mayoritas adalah kaum wanita yang menjadi orang tua tunggal (single par-ent). Apakah ibu merasa bahagia bekerja di pabrik ini? Jawaban mereka bagi saya sangat membekas di hati, “ya kami ba-hagia karena dari pekerjaan ini kami bisa menyekolahkan anak-anak kami, mem-biayai kuliah kakak atau pun adik kami, membantu membahagiakan orang tua kami”, demikian biasanya jawaban mer-eka. Begitu besar pengorbanan mereka.

Pelajaran hidup lain yang saya dapatkan selama bekerja di PT. Wahyu

adalah suasana keakraban, persaudara-an, dan kekeluargaan. Suasana seperti ini sungguh saya rasakan. Di PT. Wahyu ini hampir semua karyawan/watinya beragama Islam, tetapi bagi saya kasih yang mereka berikan begitu nyata. Ke-tika masa Work Experience ini selesai ada dari antara mereka yang menitik-kan air mata karena harus berpisah dan banyak nasihat juga pesan yang mereka berikan supaya saya dapat menggapai apa yang saya cita-citakan yakni men-jadi pastor. Pesan mereka ini menjadi motivasi juga untuk panggilan saya.

Sharing

Page 16: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Pelajaran berikut yang dapat saya petik ialah bagaimana mencintai dan menghargai setiap pekerjaan. Segala macam pekerjaan akan terasa lebih mudah jika dikerjakan dengan hati yang penuh dengan kegembiraan dan

keceriaan. Hati yang diliputi dengan kegembiraan dan keceriaan ini ten-tunya tercipta, juga karena pengaruh suasana lingkungan di sekitar kita. Den-gan bekal ini saya berusaha untuk bisa menciptakan suasana hati yang cerah sebelum memulai suatu pekerjaan.

Di akhir tulisan singkat saya ten-tang masa Work Experience saya ini ada satu ungkapan menarik yang hemat saya bisa menjadi pesan bagi pembaca MTV edisi kali ini. Ungkapan itu ialah “No pain, no gain”. Untuk bisa meng-

Sharing

gapai kesuksesan dibutuhkan pengor-banan, kerja keras, dan perjuangan yang gigih. Karena itu, janganlah me-nyerah sebelum bertanding, wujud-kan mimpi-mimpi yang telah kita rang-kai dengan perjuangan tanpa henti.

SALAM SEHATI SEJIWA

Page 17: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

WORK EXPERIENCE; BELAJAR BERMISI(Suatu refleksi atas work experience)

Program work experience merupak-an progam komunitas SST. Dalam pro-gram ini, para frater (tingkat II yang akan beranjak ke tingkat III) dikirim ke tempat-tempat kerja tertentu untuk mengalami secara langsung kehidupan dan situasi yang dialami para pekerja pada umum-nya. Setiap Frater berkesempatan untuk mendapatkan pengalaman kerja di tem-pat-tempat yang sudah ditawarkan oleh formator. Pater Anis selaku rektor SST menawarkan saya sebuah pekerjaan yang menurut saya sangat menantang, yakni bekerja di harian KOMPAS. Awal-nya saya canggung dan bingung apakah menerima tawaran itu atau tidak karena saya merasa latar belakang pendidikan saya kurang cocok dengan bidang pe-kerjaan yang akan saya jalani. Namun berkat dukungan pater Anis sendiri dan teman-teman lainnya, saya akhirnya menerima tawaran itu.

Harian KOMPAS lahir pada tanggal 28 Juni 1965 dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat”. Pendirinya adalah PK. Ojong dan Jakob Oetama. PK.Ojong su-dah meninggal dunia dan yang menjadi pemimpin Kompas hingga hari adalah Bapak Jakob Oetama. KOMPAS lahir sebagai suatu harian yang bertujuan memberikan arah dan petunjuk yang jelas pada masa itu dan masa-masa se-

lanjutnya. Pada mulanya bertujuan mel-awan pers komunis yang berkembangan saat itu dan memberikan pengaruh yang kurang baik kepada masyarakat Indone-sia. Nama Kompas sendiri merupakan sebuah nama yang dianjurkan oleh pres-iden Soekarno dan beliau mengharapkan Kompas sebagaimana namanya mampu menjadi “pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba...” Sebagai sebuah harian yang berupa-ya melawan komunis, perkembangan Kompas pada awalnya sangat sulit dan selalu mendapat reaksi keras dari pers komunis. Tantangan yang diberikan pers komunis rupanya tidak melemahkan se-mangat para pendiri, malah menjadi lebih semangat mencari dukungan dari berbagai pihak. Akhirnya, berkat usaha yang keras, Kompas mendapatkan ijin resmi.

Saat ini Kompas berlokasi di Jl. Palm-erah Selatan 26-28 Jakarta Selatan. Kantornya cukup jauh dari SST Pondok Bambu, sehingga setiap hari saya ha-rus bangun pagi agar bisa masuk kerja tepat pada waktunya. Saya juga harus menumpang bus 213 untuk bisa sampai di sana. Waktu yang di perlukan untuk sampai di kantor Kompas ± 1 jam atau lebih, semuanya bergantung pada situ-asi di jalanan.

Fr. Ryno Sintharo adalah putra asli Manggarai ini ten-gah menjalani tahun ketiga di Skolastikat Sang Tunas. Dia akan membagikan suka duka pengalamannya ke-tika ber-work experience di Harian Kompas.

Sharing

Page 18: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Hari pertama bekerja di Kompas, saya merasakan sesuatu yang lain. Kera-guan dan ketakutan yang saya rasakan sebelumnya seakan sirna terhapus oleh senyum hangat dan “rangkulan mesra” para pegawai dan pemimpin divisi di-mana saya ditempatkan. Saya merasa bahwa saya diterima dengan senang hati oleh seluruh rekan saya di Divisi Lit-bang. Hal itu terlihat dari cara mereka memperlakukan saya dan ekspresi wa-jah mereka. Oleh pimpinan divisi, saya diperkenalkan kepada semua orang yang bekerja dalam divisi itu dan ke-pada semua orang yang pada kesempa-tan itu ada di dalam ruangan itu. Saya memulai pekerjaan saya hari ini dengan membaca buku sesuai dengan instruksi pemimpin divisi dan mencoba mem-baca situasi. Dengan membaca buku tersebut, saya dihantar memasuki dunia jurnalistik. Namun, karena bukunya lu-mayan banyak halamannya, saya harus bekerja ekstra, membaca buku di kantor dan juga membaca buku di rumah. Wa-laupun demikian, saya melakukannya dengan senang hati karena hanya den-gan itulah saya dapat bekerja dengan lebih baik dan bisa menyesuaikan diri dengan tempat saya bekerja. Di hari-hari selanjutnya saya lalu dibantu oleh rekan-rekan saya untuk bekerja dengan baik dan benar.

Hari berganti hari, saya dapat menye-suaikan diri dengan pekerjaan yang saya geluti dan lebih rileks ketika berkumpul bersama rekan-rekan kerja di sana. Hal yang menonjol yang saya perhatikan adalah situasi keakraban dan kekeluar-gaan sangat terasa di sana. Namun, ke-tika bekerja, mereka semua tahu apa yang harus mereka lakukan dan akan

berkonsentrasi pada pekerjaan mereka masing-masing. Suatu yang membang-gakan bagi saya bisa bekerja bersama orang-orang ini. mereka semua adalah orang-orang berpendidikan tinggi dan memiliki kelebihan masing-masing, na-mun suatu yang membahagiakan bagi saya bahwa mereka mau menerima saya apa adanya.

Hal pertama yang saya pelajari dari seluruh rangkaian kegiatan WE ini adalah pentingnya ketaatan. Seorang misionar-is harus taat kepada kongregasinya, hal ini berkaitan juga dengan kaul yang dii-krarkannya. Maka, saya harus taat keti-ka ditunjuk pastor Rektor untuk ber-WE di KOMPAS. Ketaatan ini sejalan dengan apa yang ditunjukkan oleh Bunda Maria ketika dipilih Tuhan untuk menjadi Ibu dari Putera-Nya. Karena saya bergabung dalam Kongregasi Hati Tak Bernoda Ma-ria, maka saya juga perlu meneladani sikap Bunda Maria dalam bermisi. Se-lain itu, salah satu sikap yang ditunjuk-kan Bunda Maria adalah kerendahan hati. Kerendahan hati sangat dibutuh-kan dalam bermisi. Hal ini saya rasakan pada hari-hari pertama bekerja dimana saya menemukan banyak kesulitan, terutama karena latar belakang pendi-dikan saya yang tidak sesuai dengan bi-dang pekerjaan yang saya jalani. Untuk mengatasi kesulitan ini, saya harus ren-dah hati dan terbuka mengakui ketidak-pahaman saya akan perintah pimpinan dan rendah hati untuk berani bertanya kepada sesama rekan kerja. Rendah hati belajar dari orang lain, rendah hati un-tuk mengakui kelemahan, dan rendah hati untuk mendapat tuntunan dari orang lain. Sikap inilah yang memam-pukan saya menyelesaikan “tugas misi” saya di KOMPAS.

Sharing

Page 19: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Sebagai calon misionaris saya me-lihat bahwa pekerjaan ini adalah salah satu bentuk pengutusan ke dalam du-nia baru yang sebelumnya tidak pernah saya masuki. Hal pertama yang penting dilakukan adalah kehadiran. Kehadiran mengandaikan adanya kontak langsung dengan sesama dan kebiasaan yang ter-jadi di sana. Semuanya dimulai dengan kehadiran. Dengan menghadirkan diri dalam “dunia baru” itu saya dapat be-lajar dan memahami apa yang seharus-nya saya lakukan di sana. Ketika saya su-dah mampu memahami dan mengerti apa yang seharusnya saya lakukan, saya mulai bekerja. Kesempatan ber-WE di KOMPAS saya jadikan sebagai ajang latihan bermisi bukan dalam arti mew-artakan sabda Tuhan, namun lebih-leb-ih adalah latihan bagaimana memasuki suatu situasi baru.

Pelajaran lain yang saya dapatkan dari pengalaman kerja ini adalah pent-ingnya kesadaran akan tanggung jawab pribadi dan mengetahui apa yang ha-rus kita lakukan. Sebagai anggota suatu komunitas, saya perlu menyadari tang-gung jawab saya dan mengetahui apa yang seharusnya saya kerjakan, sehing-ga tidak perlu ada formator yang bertin-dak sebagai “polisi” untuk mengawasi setiap pergerakkan saya. Demikian pun sebagai anggota suatu masyarakat, kita perlu menyadari tanggung jawab mas-ing-masing sehingga tercapai kehidupan yang aman, tentram, dan harmonis.

Aturan di tempat kerja juga mem-bentuk saya untuk menghargai waktu dan menggunakan waktu se-efektif mungkin demi mengembangkan ke-mampuan dan menyelesaikan peker-jaan. Selain itu, kelelahan yang saya dapatkan ketika pulang kerja menyadar-kan saya akan susahnya mendapatkan uang. Hal ini memberi saya pelajaran untuk lebih menghargai uang yang di-berikan orang tua dan komunitas serta para donatur; penghargaan saya pada uang yang diberikan itu menandakan bahwa saya menghargai setiap tetesan keringat yang mereka teteskan untuk mendapatkan beberapa rupiah. Semua saya lakukan dalam rangka memper-siapkan diri menjadi misionaris sejati dengan meneladani Bunda Maria.

Salam sehati sejiwa!!!!!

Sharing

Page 20: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3�0

101%*What Equals 100%?What does it mean to give MORE than 100%?Ever wonder about those people who say they are giving more than 100%?We have all been in situations where someone wants you toGIVE OVER 100%.How about ACHIEVING 101%?What equals 100% in life?Here’s a little mathematical formula that might helpanswer these questions:If:A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y ZIs represented as:1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26.If:H-A-R-D-W-O-R- K8+1+18+4+23+15+18+11 = 98%And:K-N-O-W-L-E-D-G-E11+14+15+23+12+5+4+7+5 = 96%But:A-T-T-I-T-U-D-E1+20+20+9+20+21+4+5 = 100%

THEN, look how far the love of God will take you:L-O-V-E-O-F-G-O-D12+15+22+5+15+6+7+15+4 = 101%Therefore, one can conclude with mathematical certainty that:While Hard Work and Knowledge will get you close, and Attitude willget you there, It’s the Love of God that will put you over the top!

* www.duniapustaka.net/2010/04/amazing-maths.html

Fr. Eric Sanggaria yang berasal dari daerah Sangalla ini adalah crew G-52, tamatan Seminari St. Petrus Claver Makassar. Frater yang punya bakat mengurut ini senang mencari inspirasi buat hidupnya dan salah satunya di bagi-kan dalam edisi kali ini.

Inspirasi

Page 21: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Mengubah Padang GurunMenjadi Oase(Sebuah Refleksi Teologis Atas Kekeringan Rohani)

Fr. Marianus Frederikus Gati. “Bete”, begitu nama kes-ayangannya, sekarang sedang menjalani tahun Novia-siatnya di Novisiat Sang Tunas Makassar. Pada kesem-patan ini, Fr, Bete membagikan refleksinya.

Pada dunia modern dimana semakin banyak tawaran-tawaran yang menggi-urkan dan menghibur, justru ditemukan banyak orang yang mengalami keker-ingan. Sebenarnya apa itu kekeringan? Kekeringan bisa diartikan sebagai ke-adaan di mana tidak ada air yang me-nyegarkan dan menghidupkan. Sebagai contoh, di daerah Flores terdapat be-berapa daerah yang sering mengalami kekeringan karena curah hujan yang rendah. Kekeringan seperti ini bisa membawa malapetaka; menimbulkan kelaparan hebat yang membuat ma-nusia, hewan, dan tumbuhan menuju kebisanaan.

Namun demikian, kekeringan yang diterima dangan akal yang sehat, pikiran yang terbuka, dan budi yang cerah dapat menjadi berkat bagi yang mengalamin-ya. Kekeringan bisa medorong manusia, hewan, tumbuhan untuk berbuat lebih. Kekeringan memotivasi mereka untuk mencari solusi, melahirkan kreativitas serta inovatif untuk bertahan hidup. Pada daerah tertentu yang sering men-galami kekeringan, orang dengan send-

Bagaimana dengan kekeringan ro-hani? Ada begitu banyak buku yang berbicara mengenai kekeringan rohani. Kekeringan rohani dapat dikatakan seb-agai saat di mana seseorang merasakan segala-galanya kosong, hampa, dan sia-sia. Tanda dari kekeringan rohani adalah hilangnya semangat, gairah ser-ta kekuatan yang membuat seseorang termotivasi untuk menjalankan tugas-nya, semua menjadi rutinitas belaka yang tanpa makna. Jika dibiarkan terus menerus tanpa mengolahnya dalam kesadaran, biasanya kekeringan yang demikian akan melahirkan kemalasan, hilangnya motivasi, arah, dan tujuan hid-up. Dalam bahasa spiritual kekeringan dikenal sebagai saat di mana orang be-rada pada masa desolasi. Bisa diibarat-kan dengan saat di mana seseorang ma-suk dalam hidup padang gurun. Padang gurun merupakan gambaran yang jelas

Refleksi

irinya dituntut untuk berbuat sesuatu. Artinya, kekeringan lebih menjadi ses-uatu yang melahirkan hal baru. Demiki-anlah kiranya apa yang dapat dikatakan mengenai kekeringan yang dialami oleh beberapa daerah tertentu.

Page 22: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Kengerian pengalaman padang gu-run membuat orang melakukan segala hal untuk dapat menghidarinya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara rekreasi bersama, berbelanja, dan bahkan ada yang memilih seks dan obat-obatan un-tuk menghindar dari kekeringan. Semua usaha tersebut mungkin dapat meng-hilangkan sesaat pengalaman kekerin-gan tetapi tetap tidak dapat meniada-kannya. Sebagaimana tubuh mannusia tidak dapat dipisahkan dari jiwanya, demikian pula pengalaman kekeringan akan tetap ada dalam kehidupan manu-sia.

Untuk dapat mengubah kekeringan menjadi kesuburan, kiranya kita perlu melihat kembali apa yang dikatakan dalam Kitab Suci. Ternyata, semua ke-bahagiaan, penyerahan diri, penemuan diri, dan iman kepercayaan dapat dica-pai setelah orang bergelut di padang gurun. Selama 40 tahun umat Israel berada dipadang gurun bersama Musa. Ketika berada di sana, YHWH begitu dekat malah banyak melakukan karya-karya besar untuk menolong mereka. Padang gurun malah membuat mer-eka menemukan siapa adanya mereka serta arah dan tujuan hidup mereka. Padang gurun membuat mereka bela-jar bagaimana mengembangkan sikap rendah hati dan mengenal Allah mer-eka secara benar serta hidup menurut ketetapan-ketetapan-Nya. Padang gu-run melahirkan hubungan yang erat an-tara Israel-YHWH.

Selain itu, seluruh karya besar kes-elamatan dalam Perjanjian Baru dimulai dari padang gurun. Yohanes menyiapkan jalan Tuhan dengan berpuasa di padang gurun. Yesus juga memulai karyanya dengan tinggal di padang gurun. Luar bi-asa! Padang gurun ternyata menyimpan seribu pesona dan daya tarik. Padang gurun merupakan bagian integral dari diri manusia yang tidak dapat diambil. Sebagaimana panas dapat dirasakan karena adanya rasa dingin, indahnya hutan dan padang hijau dapat dirasakan karena adanya padang gurun. Baik pa-nas maupun dingin harus ada bersama walau dalam waktu dan tempat yang berbeda. Orang tidak dapat merasakan yang satu tanpa pernah pernah mera-sakan yang lain.

Sebagaimana pohon Ketapang di Biara CICM, Sang Tunas, Makasar yang belajar beradaptasi dengan menggu-gurkan daunnya demikian pula manusia dianugerahi rahmat untuk hidup dalam pengalaman kekeringan. Pada saatnya pohon Ketapang akan kembali hijau dan memberikan kesejukan bagi yang be-rada di sekitarnya. Biarlah kekeringan yang dijalankan dalam kesadaran dapat menjadi sumber mata air yang mem-bawa kesegaran. Biarlah Allah sekali lagi meminta Musa memukulkan tong-katnya di kedalaman hati kita sehingga mampu mengalirkan air kehidupan di tengah padang gurun kehidupan kita. Kiranya Natal yang sebentar lagi kira rayakan menjadi tanda yang jelas bah-wa Allah senantiasa menjadi sahabat kita dalam mengarungi padang gurun hidup kita. Salam Sehati Sejiwa!!! Terus Semangat!!! Amin.

Refleksi

dari kekeringan karena di sana memang kering, gersang, tidak ada air. Dengan demikian, berada di pang gurun meru-pakan hal yang mengerikan.

Page 23: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Refleksi NatalDAMAI SEJAHTERA DI BUMI(Luk 2: 1-14)Fr. Canisius Jenali dilahirkan di tanah Manggarai, NTT 29 Desember 1985. Pria ini bergabung dengan Kon-gregasi CICM pada tahun 2007. Sekarang dia sedang menempuh pendidikan filsafat dan teologi tahun ke-3 di STF Driyarkara – Jakarta.

(Sebuah refleksi atas ketidakadilan, bencana alam dan masalah sosial lainnya yang masih “membumi” di bumi pertiwi kita tercinta ini, yang dihubungkan dengan kisah dan makna Natal).

“Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi di-bungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai se-jahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2 : 10-14).

Situasi Sosial dan Ketidakadilan Sosial.

Hampir 2010 tahun lalu, pada malam kelahiran Yesus Kristus Juru Selamat, di padang Efrata para malaikat bernyanyi: “Terpujilah Allah di langit yang tinggi dan damai sejahtera di bumi bagi manu-sia yang berkenan kepada-Nya!!” Sudah 2010 tahun berlalu sejak lagu damai itu dinyanyikan, tetapi rasanya perdamaian dan keadian itu tidak kunjung tercipta di bumi kita ini, terutama di Tanah Air kita sekarang ini. Malah dari waktu ke wak-tu kita melihat dan merasakan adanya ketidakadilan dan kesenjangan sosial; misalnya: pembunuhan, kerusuhan, aksi-aksi teror yang melibatkan kaum

fundamental dan radikalisme agama. Pemerkosaan dan penyiksaan terhadap para “pahlawan devisa negara” alias TKW dan TKI di luar negeri, kriminalitas, korupsi, mafia dan rekayasa terhadap hukum, ketidakjujuran dan masih ban-yak lagi daftar peristiwa yang bisa kita tambahkan sendiri, membuat rasa kem-anusiaan kita tersayat.

Di samping masalah dan bencana kemanusiaan di atas, masalah lain yang sedang menyertai perjalanan bangsa In-donesia saat ini adalah bencana alam. Hari-hari terakhir ini bencana demi bencana melanda di sebagian wilayah

refleksi

Page 24: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Krisis multidimensi yang melanda bangsa dan negara kita sekarang men-jadi satu momok yang menakutkan yang bisa menghantar kita (bangsa dan nega-ra ini) ke ujung tanduk, ambang kehan-curan. Krisis ini muncul akibat tindak kejahatan yang begitu kompleks yang tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang dicap sebagai penjahat (peram-pok, pencuri, dsb), melainkan juga oleh orang-orang yang menganggap diri seb-agai pemimpin, orang-orang yang diper-cayakan oleh bangsa ini (rakyat) sebagai pengarah bangsa, yang bisa menghantar bangsa ini menuju suatu bangsa yang kondusif.

Namun, ada hal yang disayangkan, mereka seakan berada di dalam situasi aman yang menguntungkan karena po-sisi mereka. Jangankan diadili, dicurigai pun tidak akan menerpa mereka karena merekalah yang pemimpin, pengatur roda kehidupan bangsa.

Ketika rakyat mulai berani untuk menguak misteri-misteri itu, maka mu-lai muncul rasa tidak percaya terhadap para pemimpin itu. Karena itu, muncul suatu krisis dalam suatu kehidupan ber-negara adalah krisis kepercayaan. Inilah salah satu bentuk krisis yang paling bu-ruk, karena di sana akan ada sikap saling mencurigai dan saling mempersalah-kan.

Tindak kejahatan yang begitu kuat terjadi di antara para pemimpin yang belum pernah tertuntaskan adalah tin-dak kejahatan: korupsi. Korupsi seakan menjadi satu kebudayaan yang sudah mendarah daging dalam diri orang-orang tertentu dari bangsa ini. Telah banyak luapan hati yang muncul, baik dalam tulisan maupun lewat media elektronik yang hanya mau menggugah para koruptor untuk bisa menyadari diri bahwa yang mereka lakukan adalah hal yang paling keji. Namun, sayangnya, hal itu dianggap sebagai angin lalu, hanya suara kaum tak bersuara yang jangank-an dilaksanakan, didengar saja bagi mer-eka adalah membuang-buang waktu. Lebih baik waktu itu digunakan untuk meraup lebih banyak lagi uang negara. Ketamakan telah menguasai mereka. Ingat diri yang kuat membuat mereka lupa bahwa masih banyak orang yang lebih membutuhkan dari pada mereka. Hati nurani mereka tertutup akan suara mereka-mereka yang membutuhkan.

Selain masalah korupsi, persoalan lain yang dihadapi oleh bangsa dan negara kita saat ini adalah adanya tin-dak kejahatan dan kekerasan serta aksi-aksi teror merebak di mana-mana. Ke-kerasan cenderung menjadi budaya,

refleksi

di tanah air. Mulai dari peristiwa banjir bandang di Wasior, Papua ; gempa dis-ertai tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat; letusan Gunung Merapi di Yogyakarta, dan terakhir ancaman letusan Gunung Bromo, di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Page 25: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

bermacam-macam bentuk dan wajah kekerasan kian canggih dan dahsyat, mencabik-cabik citra Allah di dalam diri manusia, masyarakat dan alam. Aksi-aksi teror menginjk-injak nilai-nilai kemanu-siaan dan menyebarkan kemelaratan serta penderitaan. Pertanyaan baru un-tuk kita sekarang adalah akankah bangsa dan negara kita ini keluar dari polemik yang begitu kompleks seperti sekarang ini? Akankah bangsa kita bisa bebas dari ambang kehancuran bila masih saja ada yang menguras kekayaan bangsa ini?

Pesan Natal Di saat seperti ini, kita merayakan

Natal. Ketika segala sesuatu sudah ru-sak dan tidak menjanjikan, Allah di dalam diri Yesus Kristus mencari dan menemukan kita. Di dalam peristiwa Natal, kita bertemu dengan kelembutan dan kasih sayang. Kita bertemu dengan kepedulian dan pengorbanan tanpa pamrih. Inilah upaya yang paling tu-lus untuk menampilkan citra Allah dan manusia yang sejati. Kristus Allah dan manusia yang sejati itu membahasakan kembali secara jernih kebenaran Kitab Suci bahwa manusia diciptakan menu-rut gambar dan citra Allah (Kej 1:26-

Di dalam peristiwa Natal, Allah mem-proklamirkan damai di bumi. Sungguh benarlah bahwa peristiwa kelahiran Ye-sus sendiri ditandai dengan pernyataan kemuliaan Allah di surga dan damai di bumi bagi yang berkehendak baik, seb-agaimana dikidungkan oleh para malai-kat (bdk Luk 2:14).

Namun ketika Yesus Kristus lahir ke dunia, ternyata ia disambut dengan hati dan mata tertutup dengan aneka ke-bencian dari bangsa-Nya sendiri. Ketika kita merayakan Natal berarti kita harus membuka diri untuk menyambut Yesus. Untuk itu kita harus menanggalkan dan menguburkan sikap kedengkian, keben-cian, karakusan, sikap tidak adil, dan keegoisan kita, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam. Tugas kita sebagai orang-orang Kristen ialah menjadi agen-agen perdamaian, me-nyebarkan beinih-benih cinta, kepedu-lian dan pengorbanan tanpa pamrih seperti yang didemontrasikan Yesus dalam peristiwa Natal. Kita mau beru-saha supaya luka-luka yang bernanah disembuhkan, mata rantai dendam dan benci diputuskan dan ditanamkan nilai-

27). Ketika dunia dan alam semesta terancam tergeletak mati dan tidak ada lagi kehidupan, Allah melawat manusia dalam peristiwa Natal. Bumi pun mera-sakan sentuhan Tuhan sehingga kita di-ingatkan kembali bahwa alam ciptaan Tuhan adalah baik menurut pandangan Allah (Kej 1:10). Semua ciptaan Tuhan memperlihatkan gambaran dan citra Al-lah. Langit menceritakan kemulian Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mzm 19:2).

refleksi

Page 26: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Mari kita kalahkan budaya kekerasan, kebencian, kedengkian, kerakusan dan ko-rupsi dengan budaya ramah, jujur dan budaya damai. Kita yakin kasih dan damai akan mengalahkan segala-galanya, sebab setiap upaya perdamaian mempunyai dasar yang kuat dan akan menang karena dikehendaki oleh Tuhan sendiri. Akhirnya salam dan selamat Natal kepada kita semua, semoga damai Natal terus bergema dalam hati kita. Amin.

refleksi

nilai pengampunan. Gereja hendaknya senantiasa mewartakan perdamaian walau-pun ia dikasari dan ditampar. Tuhan kita pernah bersabda: Siapapun yang menampar pipi kananmu, berikanlah juga kepadanya pipi kirimu (Luk 6:29).

Page 27: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Alkisah ada seorang pembuat jam tangan yang berkata kepada jam yang sedang dibuatnya.

“Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak kurang lebih 31,104,000 kali selama setahun?” “Ha?,” Kata jam terperanjat. Mana saya sanggup?”

Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari ?”“Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti

ini?” Jawab jam penuh keraguan.“Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?”

“Dalam satu jam harus berdetak 3,600? Banyak sekali itu,” tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuannya sendiri.

Dengan penuh kesabaran, tukang jam itu kemudian berbicara kepada jam, “ Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?”

“Naaaaah…,kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan antusias.Demikianlah, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.

Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu. Dan sungguh luar biasa, jam itu ternya-ta mampu berdetak tanpa henti selama setahun penuh.Itu berarti, ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Ada kalanya kita merasa ragu dengan apa yang akan kita hadapi. Jika sudah men-jalankannya, kita akan menyadari bahwa kita ternyata mampu. Bahkan untuk peker-jaan yang awalnya kita anggap impossible . Jadi jangan berkata “tidak”sebelum Anda

mencobanya.Ada yang mengukur hidup dari hari -hari dan tahun dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi, ukuran sejati di bawah mentari adalah “apa yang telah engkau

lakukan dalam hidup ini untuk dirimu dan orang lain”.

Inspired by “ Hadiah Terindah “Fr Santho

Inspirasi

Fr. Santho Dendy yang akrab disapa Santho ini adalah anggota tim basket Skolastikat Sang Tunas. Sekarang dia sedang menjalani tahun ketiganya di STT dan semester lima di STF Driyarkara.

Berani Mencoba

Page 28: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Puisi

Mengayunkan langkah bersama mentariBerharap ada kedamaian di sana…Berjalan sembari melantunkan doaPercaya ada petunjuk di sana……

Walau kegalauan hati terus menerjang Kecemasan silih berganti Tangis tiada henti… Namun hati ini tak pernah lelah… Hati ini kan kuat bak karang dihempas ombak Tak akan menyerah ditelan masa…..

Gunung dan bukit hanyalah persolan kecilKerikil-kerikil tajam hanyalah pewarna langkahHarimau hutan kan jadi selingan keceriaanCongo yang tandus menjadikan hidup semakin berarti Kamerun yang miskin bukanlah penghalang langkahNegeri Paman Sam yang dipenuhi orang-orang pintarTak akan menyulutkan niat

Itu semua karena….. semangat maria yang terekam dalam naluriku Semangat pengabdian tanpa batas… Mencintai tanpa pamri… Berjuang hingga akhir..

Perjalanan ini mungkin kan terasa berat Tapi aku bukan seorang diriBanyak kawanku yang akan slalu menopangMenemani ketika aku gundah…

Kuyakin mereka kan berjalan di sampingku selalu menangis …. Ketika aku sedih.. tertawa kala aku bahagia…. Semangat sehati sejiwa Kan jadi acuan setiap langkahku… Menjadi penyejuk langkah hidupku…

“Kutatap Jauh di Sana”

Fr. Rufinus Lelang, atau yang akrab disapa dengan “Upin” adalah frater Tingkat satu. Frater yang ge-mar menulis puisi ini, bercita-cita menjadi Mision-aris di Mongolia.

Page 29: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Bunda Maria Teladan Hidup Misionaris CICM

Pada suatu hari malaikat Gabriel sedang berbincang dengan temannya yang juga malaikat. “Tahukah kamu, kapan dalam hidupku aku merasa paling begitu takut?”

“pernahkah?” Tanya teman itu tak percaya. “Kapan?”“kemarin, waktu aku diutus Allah Bapa ke bumi, ke sebuah desa di Nazareth, ke-

pada seorang gadis bernama Maria,” jawab Gabriel.“apa susahnya menyampaikan pesan. Bukankah engkau sudah biasa menjadi tu-

kang pos Allah?”“iya, tetapi kemarin itu lain daripada biasanya. Bukan pesan biasa-biasa saja yang

kubawa. Ini menyangkut masalah keselamatan seluruh dunia.” Kemudian berceritalah Gabriel tentang perjumpaannya dengan gadis suci itu. Tidak mudah menyampaikan pesan Tuhan Allah kepadanya sekaligus meminta jawaban atas pesan itu. Gadis itu banyak bertanya sebelum akhirnya memberikan tanggapannya.

“untung gadis itu tidak tahu bahwa di balik sayapku ini aku gemetar dan basah kuyup berkeringat karena terbayang bahwa seluruh masa depan dunia sekarang ter-gantung pada jawaban gadis itu,” lanjut Gabriel. “dan betapa leganya hati saat aku dengar gadis itu akhirnya menjawab: sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Fr. Erwin Palalungan, putra asli dari Toraja. Frater Ewink, begitu ia biasa disapa, berasal Pare pare, Kota Kelahiran mantan Presiden RI, B.J. Habibie. Sekarang ia sedang fokus mempersiapkan Skripsinya.

Bagi sebagian besar pembaca, cerita di atas mungkin sudah tidak asing lagi karena biasa didengar dalam khotbah-khotbah romo atau dalam renungan-re-nungan, namun bagi saya cerita di atas memberikan inspirasi yang luar biasa tentang sosok seorang Bunda Maria yang dalam kesederhanaannya menun-jukkan ketaatan pada kehendak Allah.

Kata-kata malaikat penuh kegem-biraan dan penuh makna kehidupan ditujukan kepada Bunda Maria. Ma-ria memahami perkataan malaikat itu

bahwa Allah memberitakan kepadanya untuk menjadi seorang Ibu Tuhan. Ke-tika Bunda Maria diberi tahu bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus, bisa kita bayangkan betapa sulitnya situasi Bunda Maria saat itu. Bagaimana ia ha-rus meyakinkan Santo Yosef, tunangan-nya waktu itu, dan bagaimana ia bisa mengerti dan percaya bahwa ia akan mengandung oleh Roh kudus. Pada um-umnya timbul ketakutan dan kecema-san bahwa ia akan menanggung malu dan hukuman ketika masyarakat sekitar tahu ia hamil di luar nikah. Tetapi malai-

Opini

Page 30: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3�0

Maria memahami bahwa ada cam-pur tangan Allah di dalamnya. Maka ia berani menghadapi risiko dengan me-nerima tawaran yang datang dari Allah dan berseru: “Aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Apa jadinya jika Maria berkata TIDAK, Terima Kasih? Tidak bisa dibay-angkan apa jadinya dunia dan manusia tanpa peranan Maria. kita juga tidak bisa membayangkan apakah akan ada wanita lain yang sepantas Maria untuk menerima panggilan serta tugas Allah yang begitu penting dan mendesak. Syu-kurlah Maria menyanggupi permintaan malaikat itu dan menaruh kepercay-aan kepada penyelenggaraan Tuhan di dalam dirinya..

Keseluruhan tujuan hidup Maria adalah menjadi ibu, pertama sebagai ibu Kristus dan kemudian sebagai ibu umat manusia. Bunda Maria secara men-dalam memasuki sejarah keselamatan, dan dengan cara tertentu merangkum serta memantulkan pokok-pokok iman yang terluhur dalam dirinya. Dalam ke-sederhanaan dan ketaatannya kepada kehendak Tuhan serta kemurniannya, Bunda Maria mengundang umat beri-man untuk mendekati Puteranya seb-agai pengatara satu-satunya kepada Al-lah Bapa.

Tuhan Yesus sangat menghormati Maria sebagai ibuNya. Ia tidak pernah menolak apa yang Maria inginkan. Misal-nya pada pesta pernikahan di Kana (Yoh 2:1-11). Sebenarnya Yesus belum saat-nya untuk melakukan sesuatu yang be-sar tetapi karena Maria yang menyuruh-nya maka Ia melakukan perintah Maria yaitu mengubah air menjadi anggur. Be-gitu besar kekuatan suara seorang ibu sehingga dapat melunturkan kekerasan hati setiap anaknya. Doa seorang ibu sangat besar dan kuat karena mereka berdoa dengan penuh ketulusan bah-kan mereka sampai mencucurkan air mata. Oleh karena itu Tuhan senantiasa mendengarkan doa seseorang yang me-minta dengan tulus hati.

Bunda Maria menjadi teladan kita dalam berdoa. Orang Katolik percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya pen-antara kita kepada Bapa, tetapi kita per-caya bahwa Maria dapat berdoa bagi kita dalam Yesus dan melalui Roh Kudus kepada Bapa.

Opini

kat memberikan peneguhan terhadap-nya untuk tidak takut (“jangan takut, Maria! Tuhan Allah besertamu”)

Page 31: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Sama seperti Bunda Maria yang be-rasal dari daerah terpencil di Nazareth, demikian pula para misionaris CICM dipanggil dari berbagai daerah, bahasa dan budaya yang disatukan dalam se-mangat CICM, yaitu semangat Sehati dan Sejiwa. Untuk mewartakan kabar suka cita Tuhan Yesus di manapun diu-tus baik sekarang maupun masa men-datang. Para Scheutis (misionaris CICM) di utus menjadi saksi misi universal.

Bunda Maria adalah teladan ketaatanMasing-masing kita mempunyai

keunikan tersendiri bagaimana Allah memanggil, namun dengan keseder-hanaan dan kepoloson, kita dipersatu-kan di sini karena dengan jawaban ‘YA’ atas panggilan Tuhan. Tuhan tidak me-mandang seberapa besar atau kecilnya kita, tetapi yang Tuhan inginkan adalah apakah kita siap akan tugas yang akan Dia berikan kepada kita. Bunda Maria dalam ketaatannya mendengarkan sab-da Tuhan dengan penuh perhatian dan jawaban Ya atas sabda Tuhan adalah bukti ketaatannya kepada Tuhan

Bunda Maria menjadi Teladan berdoa.Bunda Maria senantiasa berdoa.

Menyandarkan dirinya pada kehendak Allah karena ia yakin segala sesuatu indah pada waktunya di dalam Tuhan. Maka hendaknya kita juga senantiasa berdoa kepada Tuhan, menyerahkan diri pada segala kehendak Tuhan sambil tetap mengusahakan sesuatu yang baik untuk kehidupan.

Seperti bunga mawar di taman Tu-han, Maria datang mempesonakan hid-up kita dengan hadir serta keindahannya yang bersinar. Gereja mengagumi wani-ta itu sebagai Meterai Roh Kudus: suatu anugerah dari Allah. Layaklah kita ingat bahwa wanita itu telah berkembang dengan sempurna karena Cahaya Ilahi. Sesungguhnyalah Tuhan telah mengikat perjanjian abadi dengan umatNya. Tu-han telah memilih Maria sebagai pintu masuk ke dunia ini.

Bunda Maria adalah bunda yang penuh rahmat, namun meskipun dia “penuh rahmat” tetapi karunia rahmat itu tidak disimpannya sendiri. Dengan kerendahan hati dan kepolosonnya, ia tidak henti-hentinya mendorong dan mengajak manusia untuk menyambut Yesus.

Opini

Peran Bunda Maria dalam diri kita sebagai kaum religius misionaris

CICM

Maria mempunyai tempat istimewa di hadapan Allah. Ia dipilih menjadi ibu dari Sabda Yang Menjadi Manusia. Ma-ria juga mempunyai tempat istimewa dalam hati insan-insan CICM. Maria sebagai teladan dalam hidup beriman, dengan kerendahan hatinya dan pe-nyerahan diri secara total kepada misi Tuhan Yesus anaknya. Spiritualitas ker-endahan hati dan penyerahan diri total kepada misi menjadi spiritualitas CICM

Page 32: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Dies Natalis CICM

Lagu “Ajarilah Kami” mengalun lembut dalam misa Dies Natalis Kongregasi CICM mengenang 148 tahun di dunia dan 73 ta-hun hadir di Indonesia yang dibawakan oleh koor para Frater CICM di Gereja St. Thomas Rasul Bojong, Minggu 28 November 2010. Selain suara merdu para frater, koor umat Paroki Bojong turut menyemarakkan sua-sana misa tersebut di bawah komando ibu Angel, selaku konduktor koor umat.

Dalam perayaan tersebut, ada sem-bilan imam misionaris CICM turut dalam barisan pendamping konselebran utama. Konselebran utamanya adalah P. Anton, CICM, provinsial CICM Indonesia. Dalam kotbahnya, P. Anton, CICM mengemukakan bahwa kita harus bersyukur kepada Tuhan dan mengandalkan kekuatannya di dalam melayani sesama. “Semoga kami dalam melayani umat tetap tinggal di dalam jalan Tuhan”, ungkapnya. Usai misa, para frater dan imam CICM mengadakan ramah tamah bersama umat Paroki Bojong di pendopo pastoran paroki.

Malam harinya, berlangsung acara syu-kuran Dies Natalis di rumah provinsialat CICM di Slipi. Selain para imam dan frater CICM, hadir pula dalam acara tersebut, an-tara lain Mgr. John Liku Ada, para suster, anggota friends of CICM, dan tamu-tamu undangan. Pada kesempatan ini, Pastor An-ton mempresentasikan sejarah pendirian Kongregasi CICM. Kemudian, dilanjutkan dengan acara pemberkatan patung Theofil Verbist, pendiri Kongregasi CICM. Patung bertinggi kurang lebih dua meter ini terle-tak di halaman tengah rumah provinsialat dan dipolesi dengan warna putih.

Setelah menikmati santapan malam bersama, para frater larut dalam acara goy-ang bareng dalam irama hentakan musik dari berbagai genre music baik dari tingkat lokal, nasional, maupun internasional....lebay...

Warta Komunitas

Page 33: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Mission Sunday bisa menjadi ajang bagi para biarawan/i untuk memperkenalkan kehidupan membiara kepada kaum muda. Itulah yang menjadi tujuan acara minggu panggilan komunitas SST, Pondok Bambu, Minggu 7 November 2010. Acara Mission Sunday ini digelar di rumah SST dengan se-jumlah agenda acara bersama antara para frater dengan kaum muda dari paroki Slipi, Rawa Mangun, Bekasi, Ciledug, lingkungan Pondok Bambu, dan SMA Budaya serta Seminaris Stela Maris Bogor.

Mission Sunday

Acara minggu panggilan ini dimulai dengan Open house. Dalam kesempatan ini, para tamu undangan diizinkan untuk berja-lan-jalan ke ruangan-ruangan di SST, terma-suk kamar tidur para frater. Kemudian, para frater dan mudika kelihatan antusias dalam nyanyi, sharing, permainan, dan makan siang bersama di bawah tema “ga’ ada loe, ga’ rame”. Lebih seru lagi ketika menyaksi-kan film pendek produksi OMK Paroki Slipi. Juga film dokumenter SST yang menarasi-kan rutinitas kehidupan komunitas SST. Film ini merupakan hasil kerja keras Fr. Wahyu selama beberapa pekan.

Pukul 15.00, perayaan ekaristi bersama berlangsung di Kapel SST sebagai acara penutup. Dipimpin oleh P. Syl, CICM yang pernah menjadi misionaris di Jepang.

Superior General CICM, P. Edouard Tsimba, CICM mengunjungi komunitas SST pada 22-23 Oktober 2010. Warga SST mem-berikan kesan yang sangat positif dengan kehadiran beliau di komunitas SST. “Orang-nya tinggi, no!” Komentar Fr. Yorrick. “Ra-mah banget”, tutur Fr. Enjang. Yang lain pun berkomentar, pria asal Congo ini memiliki senyum yang menawan, bicaranya asyik dan inspiratif banget.

Jumat malam, 22 Oktober Superior General mengadakan “tatap muka” den-gan warga komunitas SST. Layaknya Mario Teguh dalam acara The Golden Ways, pria bertinggi kurang lebih dua meter ini meny-irami benih-benih panggilan di SST dengan kalimat-kalimat persuasi yang sangat inspi-ratif. “We must be proud of being CICM! Our Congregation is the best congregation in the world. You have chosen CICM, be-cause you think, CICM is the best,” tegasnya dengan lantang. Ia juga menggarisbawahi bahwa CICM tidak membawa misi sendiri tetapi membawa misi Kristus. Kita dipanggil menuju “dunia” yang bervariasi dalam bu-daya, agama, bahasa, dll.

Kunjungan Superior

General

Warta Komunitas

Page 34: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Ketiga petinggi urusan keuangan CICM mengunjungi dan mengadakan bincang-bincang santai dengan warga SST dan TVFC di kamar makan SST, 21 September 2010. Mereka adalah, bendahara umum CICM di Roma, P. Peter, CICM yang berasal dari Sin-gapura, Bendahara Provonsi Jepang P. Jerry, CICM, yang berasal dari Messawa, dan ben-dahara Provinsi Filipina, P. Ronnie Provido, CICM yang berasal dari Filipina. Juga hadir para formator, antara lain P. Syl, P. Anis, dan P. Frans.

Menjadi misionaris yang tangguh, be-

rani, dan siap menerima tanggung jawab apapun kira-kira menjadi pesan penting dalam sharing ketiganya. Kurang lebih hal itu menggambarkan pengalaman yang mereka alami. Pasalnya, mereka baru saja diangkat sebagai pejabat penting untuk regulasi keuangan kongregasi. Mereka men-gakui bahwa masih sangat belia dalam uru-san manajemen keuangan. Meski demikian. Mereka berani menyanggupi tugas tersebut lantaran mereka beranggapan bahwa tugas tersebut juga merupakan bagian dari karya misi yang perlu dimaknai oleh semangat in-jil.

Kunjungan National

Treasure

Delapan seminaris asal Seminari Wa-cana Bhakti Jakarta mengadakan live-in di SST, mulai minggu 10 Oktober-15 Oktober 2010. Mereka adalah Tara, Reza, Yohan, Banu, Yosep, Victor, Jonas, dan “X”.

Dalam kegiatan ini, mereka sedikit demi sedikit mulai mengorek kehidupan “Verbist-Verbist muda”. Mulai dari bangun pagi, doa/ misa, masak, olahraga, nonton bareng, dan suasana makan bersama. Mereka juga tam-pak tak canggung ketika sedang berceng-kerama dengan para frater.

Meski dari segi waktunya singkat, na-mun mereka mendapatkan kesan yang mendalam. “Semua frater di sini bersaha-bat”, kesan Reza. Tara juga menambahkan bahwa meski bebas para frater tetap mem-perlihatkan sikap tanggung jawabnya.

Setelah mereka pulang, giliran dua orang seminaris asal Stella Maris Bogor datang berkaca dari dekat kehidupan di ko-munitas SST. Keduanya adalah Leo dan An-deras yang sudah menempati kelas akhir di Seminari. Mereka berharap bahwa semoga melalui kegiatan live-in tersebut mereka se-makin teguh dalam panggilan.

Live In Seminaris

Warta Komunitas

Page 35: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Dalam rangka memeriahkan pesta kon-gregasi, 28 November 2010, komunitas SST menggelar apel pembukaan kompe-tisi olahraga. Bertempat di lapangan Basket SST, 4 Oktober 2010. Apel ini dihadiri lima tim yang terlibat dalam kompetisi. Antara lain Ciledug, Slipi, Tello, Bojong, dan Sudan (nama-nama paroki yang menjadi tempat bermisi CICM di Indonesia). Juga hadir P. Fransiskus SUle,CICM selaku pembina upa-cara dalam apel ini.

Dalam rangkaian kompetisi olahraga tersebut, masing-masing kelompok men-gasah strategi dan mengadu teknik untuk memperebutkan kemenangan dalam per-tandingan bola basket, futsal, volley, tenis meja, sepak takraw, dan panco. Sama sep-erti kompetisi olahraga tahun-tahun sebel-umnya, suhu panas kompetisi ini juga mu-lai terasa. Apalagi kompetisi ini memakai sistem gugur. Untuk menengarai hal terse-but, P. Sule menegaskan pentingnya untuk menjaga sportivitas dalam bertanding.

Setelah putaran pertama kompetisi ber-jalan, kelompok Ciledug harus menelan pil pahit. Kelompok yang dinahkodai Fr. Yohan kalah di semua cabang olahraga. Sempat tersiar kabar bahwa Fr.Joe dan Fr. Yorrick biang dari kekalahan tersebut. Namun Fr. Umbu menampik isu tersebut. “Ini kerja tim, bukan individu. Jadi kalau kalah bukan karena kesalahan satu orang. Begitu juga kalau menang” demikian Fr. Umbu men-erangkan duduk permasalahannya dengan bijak.

Akhirnya, sampai perayaan Dies Nata-lis CICM dilaksanakan minggu, 28 Novem-ber 2010, kompetisi ini belum juga tuntas. Rupa-rupanya alasan utamanya adalah setiap kolompok yang menjadi kandidat juara membutuhkan waktu yang lama un-tuk mencakar strategi guna dapat melumat kekuatan lawan. “kompetisi ini tidak ringan. Di sinilah kita diuji, tidak hanya uji urat otot, tetapi juga urat saraf untuk mengadu strategi”, kata fr. Sandy.

Pembukaan Verbist Cup

Warta Komunitas

*Para Frater yang siap bertanding.

Page 36: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

KOMUNITAS SKOLASTIKAT SANG TUNAS (SST) IN THE MAKING(that we may not forget our history)

P. Yohanes “Anis” Karinus Laga Muda, CICM pernah bekerja sebagai Misionaris di Amazon, Brazil. Rektor Skolastikat Sang Tunas Pondok Bambu ini adalah Fans Berat dari FC. Barcelona.

SEKILAS SEJARAH

Proses pembinaan bagi para calon misionaris religius, imam dan bruder CICM di Indonesia sudah dirintis sejak akhir tahun 1970-an. Tgl 1 juli 1979 dua orang calon Felix Lengkong dan Marcel Tandiallo berangkat ke Angin Mamiri Jogyakarta kemu-dian menuju ke Jakarta. Tgl 5 agustus 1980 ke-dua calon mengambil studi Filsafat di STF Driyarkara dengan formatornya P. LudoReekmans. Mereka berdomisili di Jl. Per-cetakan Negara 34, Perumahan Cempaka Putih Indah, Rawasari Jakarta. Felix kemudi-an berangkat ke Manila tanggal 1 juni 1981 untuk menjalani masa Novisiat sementara Marcel meninggalkan Tarekat CICM tanggal 15 maret 1981.

Pada tanggal 15 juli 1981 P. Jerome Pattyn memulai masa pembinaan Pra-Novisiat di Malino dengan beranggotakan 6 orang calon. Pada tahun berikutnya 1982 tepat-nya pada tanggal 1 February P. Provinsial Michel Mingneau secara resmi membuka Masa Pembinaan Novisiat bertempat di Wisma Kare – Makassar, setelah sebelumnya beliau telah menerima sebuah surat resmi dari Roma yang berisikan Dekrit Pendirian Novisiat untuk Provinsi Indonesia. Dengan adanya Novisiat itu maka P. Jerome Pat-tyn ditunjuk sebagai Novice Master pertama dan dibantu oleh P. Rob Suykens seb-agai Socius yang saat itu masih bertugas di pulau Muna. Ke-6 novis ini mengikrarkan Kaul pertamanya di Kare pada tanggal 2 Februari 1983. Selanjutnya untuk pendidikan Filsafat dan Teologi pada waktu itu segera setelah Novisiat semuanya diarahkan ke negara Filipina sesuai dengan visi dan misi CICM.

Pada tanggal 19 maret 1985 untuk Pra-novisiat dan Novisiat dipindahkan ke Jl. Biring Romang 19, KM 13, Daya. Misa pemberkatan Novisiat yang baru dipimpin lang-sung oleh P. Superior Jendral Paul Van Daelen, CICM.

Dari Manila ke JakartaSeiring dengan perjalanan waktu calon-calon CICM pun berdatangan sehingga

mencapai jumlah yang cukup besar. Di satu pihak ini merupakan suatu keuntungan buat panggilan CICM di Indonesia, namun di lain pihak praktek pengiriman semua calon CICM untuk belajar di luar negeri bukanlah sebuah hal yang mudah, apalagi bila hal ini dikaitkan dengan biaya yang super mahal. Kenyataan inilah yang membuat CICM Indonesia berpikir untuk mengirimkan para calonnya untuk belajar filsafat dan

Cerita Komunitas

Page 37: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

theologi di Driyarkara Jakarta, jadi bukan lagi ke Filipina. Proses konsultasi dengan De-wan Jenderal di Roma pun diupayakan sehingga pada akhirnya membuahkan sebuah keputusan yang mendapat tanggapan positif dari Dewan Jendral di Roma.

Dengan demikian maka sejak tahun 1995 pendidikan Filsafat dan Teologi bagi para calon misionaris religius, imam dan bruder CICM dilaksanakan di Sekolah Tinggi Filsa-fat dan Teologi Driyarkara, Jakarta. Kenyataan ini pun tidak bisa ditolak dan akhirnya berdampak pada lahirnya Komunitas Skolastikat Sang Tunas atau SST yang sekarang ini.

Namun mengingat saat itu SST belum mempunyai gedung sendiri maka CICM In-donesia diberkati dengan peminjaman sebuah sebuah rumah milik Serikat Jesuit (SJ) di Jl. Pulau Nangka yang berdekatan dengan lokasi sekolah filsafat Driyarkara. Komu-nitas perdana ini berada dibawa kepemimpinan P. Jerome Pattyn. Syukurlah, pada tahun 1996 CICM Indonesia mulai memiliki sebuah rumah setengah jadi di Pondok Bambu maka frater-frater yang masih berstatus pengembara ini akhirnya memasuki rumahnya sendiri untuk pembinaan CICM. P. Rob Suykens pun ditunjuk sebagai Rek-tor sementara SST Pondok Bambu untuk setahun sembari menunggu P. Theo Wynants (Rektor utama) yang secara khusus dipersiapkan ke London – Inggris untuk formasi.

Tahun 1997 P. Theo Wynants kembali dari London – Inggris dan ditunjuk menjadi Rektor SST ditemani P. Rob Suykens sebagai Ekonom rumah. Komunitas Skolastikat Sang Tunas atau ‘SST’ Pondok Bambu pada akhirnya mengalami “bentuknya” sesuai yang diharapkan. Dalam batas-batas tertentu bisa dikatakan bahwa Komunitas SST adalah Rumah Biara yang didirikan untuk menunjang proses pembinaan, pembentu-kan dan pendidikan termaktub di atas.

*Tampak gedung Skolastikat Sang Tunas Pondok Bambu dahulu, dan kini.

Cerita Komunitas

Page 38: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Sejak berdirinya, CICM Skolastikat Sang Tunas – Jakarta sebenarnya telah meng-hasilkan begitu banyak calon. Namun begitu banyak pula yang telah mengundurkan diri atau meninggalkan tarekat. Patut dibanggakan bahwa dari sekian banyak yang sempat melewati masa pendidikannya bersama SST, ada sejumlah penting yang suk-ses menjadi imam atau diakon yang tentunya tidak terlepas dari dukungan yang besar Tunas Verbist Formation Community (“TVFC”) di Jl. 29, Rawa Domba – Duren Sawit. Para konfrater kita yang telah mengalami hidup di SST antara lain:

P. Kraeng Kirang Yogkim, Tello – Makassar.P. Juvensius Jemadi, Kare, MakassarP. Benny Claudius, Kare - MakssarP. Mateus Pawai, Sungai Danau – Banjarmasin.P. Yans Dipati Sumaryani, BrazilP. Ananias Dundu, Kasay – KongoP. Marcelus Manggau, Kasay – Kongo P. Kornelius La Tabo, Kasay – KongoP. Robertus Khalifa, Kasay – KongoP. Hieronimus Jemantur, Republik DominicanaP. Hendrikus Hardum, Republik DominicanaP. Fransiskus Gella, Kalinga – PhilippinesP. John Teguh, USADiakon Antonius Pasang, Kasay – Kongo

Sementara itu SST – Jakarta patut berbangga pula atas tiga frater TOPER yang se-dang menjalankan tugas pastoralnya di tiga tempat yang berbeda pula antara lain:

Fr. Gideon Maurits di Republik DominicanaFr. Thomas Hendrikus di Sungai Danau – BanjarmasinFr. Yermias Lakonawa di Batu Licin – Banjarmasin

Sebagai “DAPUR” CICM, Provinsi Indonesia akan terus giat dalam mempersiap-kan calon-calon misionarisnya untuk diutus ke mana saja sesuai dengan kebutuhan tarekat.

GAMBARAN UMUM KEHIDUPAN DI SSTSetiap tahunnya komunitas SST selalu mendapat penghuni antara 35-40 orang

terbagi dalam empat tingkatan yang berbeda.Adapun aspek-aspek yang mendapat penekanan utama selama masa pembinaan

di SST:1. Hidup Doa2. Hidup Kerja3. Hidup Apostolat/ Kerasulan4. Hidup Akademis

Dengan aspek-aspek ini diharapkan agar dapat menumbuhkan dalam diri para calon:

1. Perkembangan pribadi dan kedewasaan diri baik itu menyangkut kesadaran

Cerita Komunitas

Page 39: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

pribadi maupun identitas diri2. Perkembangan intelektual dan pendidikan Kristiani3. Semangat dan pengetahuan tentang CICM4. Semangat pemurnian akan motivasi panggilan5. Semangat hidup missioner yang diwujudnyatakan dalam hidup ber-komuni-

tas, ber-spiritualitas, ber-akademis dan ber-pastoral.

SST juga menyadari bahwa keberhasilan yang telah dicapai selama ini tidak terlepas dari campur tangan Tuhan dan kepedulian para pendahulu CICM, konfrater CICM yang masih aktif di lapangan, orang tua calon, para donatur CICM, secara khu-sus Friends of CICM (FoC), sahabat, kenalan dan para penjasa lainnya.

Demi keberlangsungan proses pendidikan calon-calon CICM ini, Komunitas SST akan terus memperhitungkan campur tangan dan kepedulian dari bapak, ibu dan saudara-saudari semuanya.

Akhirnya kepada Tuhan kami kenangkan seluruh jasa dan budi baik anda sekalian. Amin.Tuhan memberkati.

Cerita Komunitas

Page 40: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3�0

Minggu Misi-Mengenal CICM Lebih Dekat LagiMaria Maya Mayesta Sareng, OMK Salvator Slipi yang sedang menjalani masa perkuliahan semester VII di Uni-versitas Atma Jaya Jakarta membagikan sekelumit pen-galamannya saat acara Mission Sunday di Skolastikat Sang Tunas.

Frater, sebuah istilah yang tak as-ing lagi di telinga umat Katolik, secara khusus orang mudanya (OMK-red). Frater, adalah sebutan bagi mereka yang terpanggil untuk menjadi pastor, apapun tarekat atau ordonya. Sembari menjalani masa pembinaan (baik di komunitas, maupun di bangku perku-liahan), mereka biasanya diutus untuk pergi ke berbagai paroki dalam rangka mendampingi orang-orang muda yang ada di paroki tersebut.

Dalam menjalankan tugas pendamp-ingan tersebut, para frater seringkali disambut dengan baik oleh orang muda pada khususnya dan umat paroki pada umumnya. Itu pula yang penulis lihat terjadi pada diri para frater dari ordo CICM (Fr Gusti.) yang bertugas di paro-ki Kristus Salvator. Sebagai salah satu paroki asuhan dari CICM, OMK (Orang Muda Katolik) Salvator selalu mendapat pendampingan dari para frater CICM.

Banyak kegiatan yang telah dilaku-kan OMK Salvator di bawah pendamp-ingan para frater CICM. Kadang kegiatan tak hanya dilakukan di paroki, tapi juga di komunitas para frater. Salah satu keg-iatan tersebut adalah Minggu Misi yang diadakan di Skolastikat Sang Tunas, Duren Sawit pada tanggal 7 November 2010

Dalam Minggu Misi tersebut, ber-kumpullah OMK dari beberapa paroki, seperti dari paroki St. Arnoldus (Bekasi),

Sharing yang menarik dari Rm. Syl ke-mudian dilanjutkan dengan ice breaking yang dibawakan oleh para frater yang dikomandoi oleh frater tingkat IV. Sua-sana yang tadinya kaku kemudian bisa dicairkan, apalagi para OMK yang datang juga dipisah ke dalam beberapa kelom-pok agar dapat lebih mengenal. Setelah itu, OMK yang juga didampingi para frater di dalam setiap kelompoknya, di-minta menjawab pertanyaan yang telah disiapkan. Acara lalu dilanjutkan kemba-li dengan melakukan perbincangan ber-

Cerita Komunitas

paroki Rawamangun, paroki Kristus Sal-vator (Slipi), paroki St. Bernadeth (Cile-dug), serta dari paroki St. Anna sendiri (Duren Sawit). Selain itu, ada juga dari Seminari Menengah Stella Maris Bogor dan juga SMA Agustinus Budhaya. Acara dimulai dengan sharing dari Rm. Silves-ter, CICM mengenai karya yang pernah ia lakukan di salah satu paroki di Tokyo, Jepang. Saat itu, bukan hal mudah bagi Rm.Syl (panggilan akrab Rm. Silvester) untuk menyesuaikan diri dengan kebu-dayaan setempat. Salah satu hal unik yang beliau rasakan yaitu, umat di sana lebih terbuka mengungkapkan idenya saat berada di tempat pemandian air panas, ketimbang ketika berada di paro-ki.

Page 41: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

sama Rm Jerome yang sedang berada di negara Jepang via webcam. Perbin-cangan ini sangatlah menarik, apalagi Rm Jerome juga mengatakan bahwa beliau sangat senang karena dapat me-lihat banyak orang muda berkumpul di hadapannya (sesuatu yang jarang beliau jumpai di tempatnya berkarya). Beliau bercerita bahwa orang muda di Jepang biasanya akan sibuk dengan urusan kari-er atau akademis yang memang menyita hari-hari mereka. Kebanyakan dari mer-eka baru akan kembali ke dalam Gereja setelah usia mereka sudah tak muda lagi. Menjawab pertanyaan dari salah satu OMK, Rm Jerome juga mengatakan bahwa saat ini beliau sedang berusaha agar misa dapat diadakan pada hari Sab-tu sore, waktu di mana anak-anak kecil di Jepang sudah selesai melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Berbincang dengan para romo dan para frater, merupakan suatu hal yang mengasyikkan sekaligus menyenang-kan. Melalui perbincangan yang terjadi, kami yang adalah awam menjadi lebih tahu lagi seperti apa kehidupan para calon pastor saat di biara. Kami juga menjadi tahu, apa dan bagaimana lika-liku tugas penggembalaan para pastor, khususnya pastor CICM, di tempat pe-rutusannya. Kegiatan seperti ini ada bai-knya tetap dipertahankan pada tahun-tahun ke depan. Mengapa? Pertama, dari kegiatan ini bisa saja muncul benih-benih panggilan di dalam diri OMK yang datang. Kedua, perbincangan dengan pastor di tempat mereka berkarya juga menjadi sarana katekese yang baik un-tuk menggerakkan awam (khususnya kaum muda) agar juga membantu pas-tor untuk bersama-sama membangun Kerajaan Allah di dunia ini, sebab tanpa adanya kerjasama yang baik dari kedua belah pihak, hal itu tidak dapat terwu-jud (bdk.LG art.33).

Cerita Komunitas

Page 42: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Diutus Menjadi Nabi, Imam, dan Raja

Fr. Sandy manggau yang gondrong ini telah menyele-saikan pendidikan S-1 di STF Driyarkara. Kini dia sedang menjalani masa Novisiat di Makassar, Sulawesi Selatan.

Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku Ada’ Pr,’ menahbiskan dua orang anggota tarekat CICM menjadi Imam dan diakon pada Misa tahbisan di Gereja Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria, Makale, Tana Toraja, 15/7/2010.

Misa dipersembahkan Uskup didam-pingi oleh Vikep Regio Tana Toraja, Pastor Frans Arring Pr. dan Provinsial CICM Indo-nesia, Pastor Anton Hestasusilo CICM, serta puluhan imam. Ratusan umat dari paroki-paroki di regio Tana Toraja dan sejumlah Friends of CICM dari Jakarta dan Makas-sar turut serta menghadiri Misa ini. Acara pentahbisan pastor CICM merupakan kali pertama dilakukan di Tana Toraja, maka tak mengherankan kalau umat menyambut-nya dengan begitu gembira. Mereka mem-persiapkan acara yang begitu meriah baik dalam liturgi maupun selama acara ramah tamah. Misa ini berlangsung dengan begitu semarak yang diwarnai dengan inkulturasi budaya Tana Toraja.

Kedua orang anggota tarekat CICM yang ditahbiskan adalah Diakon Fransiskus Sule CICM menjadi imam, dan Frater Anton Pasang CICM menjadi diakon. Sebelumnya, Pastor Fransiskus adalah seorang bruder yang telah lama bermisi di Perancis dan ke-mudian dipanggil ke Indonesia untuk men-gajar misiologi di STF Driyarkara. Ia juga menjabat sebagai ekonom rumah pendidi-kan Skolastikat Sang Tunas Jakarta hingga saat ini. Sedangkan Diakon Anton sebelum-nya menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Congo, Afrika dan selanjutnya akan kembali bertugas di sana.

Dalam khotbahnya, Mgr John Liku Ada’ menekankan pentingnya para imam untuk kembali menghidupi tiga martabat imamat Kristus, yakni menjadi nabi, imam dan raja. Ketika ditahbiskan menjadi imam, mer-eka diutus menjalankan fungsi nabi, imam dan raja dalam hidup pelayanannya. Dalam rangka itu, beliau mengungkapkan pent-ingnya para imam memelihara semangat hidup doa karena hal itu yang menjadi lan-dasan hidup seorang imam. Jika kehidupan seorang imam tidak dilandasi dengan hidup doa yang mendalam, maka pelayanan dan kehidupan panggilan dapat dipastikan akan terasa kering.

Sedangkan dalam sambutannya, Pastor Anton Hestasusilo selaku Provinsial CICM Indonesia mengemukakan bahwa peristiwa pentahbisan kedua orang anggota tarekat CICM yang diadakan di Tana Toraja ini merupakan suatu momen yang istimewa, karena menjadi suatu kesempatan untuk mengenang kembali pelayanan-pelayanan misi pertama CICM di Tana Toraja khusus-nya di wilayah Makale, yang sejak 23 tahun lalu telah diserahkan sepenuhnya kepada penggembalaan imam-imam diosesan Keuskupan Agung Makassar.

Cerita Komunitas

Page 43: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Dua puluh empat Desember . Hari ini Malam Natal. Sepenggal hari pada sepanjang tahun yang paling dinantikan semua orang katolik. Lagu malam ku-dus, kandang domba dengan bayi kecil tidur lelap dikelilingi malaikat. Semua orang berbondong-bondong ke Gereja guna merayakan Malam Natal, malam bahagia, penuh dengan makna. Pak-aian baru, sepatu baru, parfum baru, semuanya baru untuk menyambut Na-tal hari kelahiran juru selamat yang lahir dalam rupa bayi mungil yang tak ber-noda dosa.

Berbeda dengan Cinta, seorang pe-kerja malam di salah satu Club Malam di kota Jakarta. Ia tidak mengenal Malam Natal. Baginya malam natal tidak pent-ing, yang terpenting ialah melihat ma-laikat kecilnya bisa merasakan setetes susu, sesuap nasi, dan selembar pakian. Ia rela melakukan apa saja demi malai-kat kecilnya itu.

Itulah Cinta, perempuan yang di-remehkan “orang-orang berduit” yang menyebut dirinya “orang-orang baik”. Mereka membayarnya untuk meng-habiskan malam bersama, namun ke-tika dia sudah terbaring lunglai mereka tertawa, memelototinya, menatapnya dengan tatapan kasihan lalu berkata,” perempuan goblok”. Mereka jijik dan

menyebutnya sebagai perempuan kotor. Orang yang tidak baik. Tapi sebaik apak-ah mereka? Seburuk apakah perem-puan itu dibalik auranya yang memen-dar-mendar cahaya kejujuran? Tidakah dia seperti cermin bahwa terlalu banyak kesalahan manusia yang menyeruak namun samar. Tersembunyi. Atau lebih tepatnya disembunyikan .Tidak terlihat karena pembual yang sangat pandai memilih topeng. Namun, perempuan itu tidak pernah ragu seberapa ban-yak laki-laki yang datang menemuinya. Lantaran uang yang mereka sodorkan bukan untuk menumpuk kekayaan, me-lainkan hanya untuk membeli sebotol sabun mandi, selembar pakian, dan tiga kotak susu buat malaikat kecilnya.

Malam semakin menggelayut saat aku dalam perjalanan pulang dari Gere-ja, tanpa sengaja aku melewati sebuah persimpangan dimana ada sebuah Club Malam tempat perempuan itu bekerja. Aku pun tak mengerti kenapa aku bisa melewati jalan ini. Aku terkejut ketika melihat gadis cantik. Gadis berparas elok masuk kedalam Club malam itu. Aku berusaha membalikan pandan-ganku dan cuek saja. Akan tetapi, se-dikit demi sedikit pandanganku semua tertuju pada perempuan itu. Ku akui memang perempuan ini sangat cantik. Sekejap aku berfantasi apakah ini kado

“Selamat Natal Malaikat Kecil Ku”

Fr. Roni Mau, berasal dari Atapupu-NTT. Pemuda yang ge-mar menulis dan bermain futsal ini adalah frater tingkat satu.

Cerita pendek

Page 44: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

natal dari Tuhan untuku.? Angin malam menampar wajahku, membuyarkan fan-tasiku dan menyadarkan ku dari lamu-nan itu. Akhirnya ku memutuskan untuk masuk ke dalam club itu dengan tujuan untuk melihat gadis itu lagi.

Ketika aku masuk, ku duduk di sofa paling depan. Kedatanganku disam-but semerbak senyum. Senyum hangat perempuan yang memiliki paras indah itu. Perempuan itu bernama Cinta. Ya, aku memanggilnya Cinta. Perempuan yang murah senyum yang pernah ku kenal. Sesekali mengibaskan rambut, tertunduk menatapku sendu lalu terse-nyum lagi. Begitulah ia. Ia lihai sekali tersenyum seperti senyuman seorang gadis yang baru jatuh cinta,” Akan tetapi benarkah ia masih punya cinta?” pikirku sambil menatap Cinta. Dia duduk di ujung bar yang sumpek dipenuhi orang teller.

Suara musik menghentak-hentak, mengiringi lagu hip-hop, menggentar-kan. Sementara di sudut yang lain, tam-pak orang-orang lelah, dan mabuk. Ma-buk yang sebenarnya mabuk kehidupan. Di hadapannya berderet perempuan yang sedemikian cantik , sedemikian tegar, sedemikian pandai mengepulkan asap rokok. Segala pesona di bawah ke-dap-kedip lampu. Oh… Tuhan … begini-kah dunia malam.? Tidak sadarkah mer-eka akan malam hari ini, kelahiran Sang Juru Slamat yang sangat di nanti-nanti-kan. Mengapa Cinta berada di dunia ini, dunia yang penuh dengan kenikmatan sesaat yang menyesatkan.? Pertanyaan itu membuatku penasaran kenapa Cinta rela hidup di dunia kecil ini. Aku yakin Cinta adalah perempuan baik-baik. Tapi demi siapa dia melakukan hal ini.?

Aku mulai mendekatinya, menik-mati senyumnya dan menghirup sedikit aroma parfumnya sambil bertatapan dengannya. Sejenak ku terdiam dan mulai menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk mulai bertanya. Tapi rasa takut dan bersalah datang meng-hampiriku. Takut dimarahi Cinta bila pertanyaanku membuatnya marah, dan bersalah bila pertanyaanku membuat-nya sedih. Aku benar-benar dilema. Tapi jika aku tak bertanya, rasa penasaranku takan terobati. Akhirnya ku memutus-kan untuk bertanya. Cinta… boleh aku bertanya..” boleh” jawab Cinta. Men-gapa kamu melakukan hal ini..? sejenak ia terdiam… Aku sendiri melakukan hal ini hanya karena uang. Aku butuh uang untuk hidup dan menghidupi anakku, kata Cinta, matanya berkaca-kaca. ”Ke-napa kamu menangis? bukankah kau ti-dak pernah menyesali kenyataan?” “Aku menangis bukan karena menyesal tetapi karena kasihan padamu. Loh, bukankah kamu yang lebih pantas dikasihani..?”

“Hehehe….. Aku sudah sering ber-temu dengan orang yang berpura pura mengasihaniku. Tapi meremehkanku, seolah-olah mereka tidak memiliki dosa. Maaf…. Karena menyinggungmu..

Setiap malam Cinta bekerja dengan senang hati. Hidupnya mengalir seperti air sungai. Berasal dari hulu dan kelak ia akan tiba di muara. Ia pun tidak me-nyebut saya adalah laki-laki ke berapa yang menemuinya. Bagiku, dia adalah perempuan yang merajut mimpi, ber-main angan di antara patung lelaki. Dia tak sekedar menari atau berpesta. Dia sadar bahwa dirinya adalah seorang ibuyang harus membesarkan darah dag-

Cerita pendek

Page 45: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

ingnya. Dialah pertanda kejujuran, dan seolah-olah ingin membisikkan bahwa sesuatu yang lembut menghantuiku. Benar-benar nyata. Mungkin karena ti-dak pernah menyesali kenyataan. Tapi,.. tidak..!! aku tidak mungkin larut den-gannya. Maaf Cinta jalan kita berbeda.

Malam itu kuputuskan untuk meng-hantarnya pulang. Awalnya ia menolak tetapi dengan sedikit paksaan dariku, akhirnya ia pun mau ku antar pulang. Dalam perjalanan pulang tiba-tiba ia menyuruhku memberhentikan motor tepat di depan sebuah mini market. Aku tak tahu apa yang ia lakukan di tempat ini. Ternyata ia masuk kedalam mini market itu. Lima belas menit kemudian ia keluar dari mini market itu, tetapi dengan membawa sebuah kotak yang di bungkusi kertas kado yang bertemakan natal. ”Untuk siapakah kado itu?” Tan-yaku dalam hati..

Setibanya di rumah aku memak-sakan diri untuk masuk ke dalam se-buah rumah yang kecil dan sederhana. Ia melangkah masuk kamar sambil membawa kotak itu, ternyata ada se-buah pemandangan mengharukan yang belum pernah ku saksikan. Ternyata malaikat kecil yang ia maksudkan ialah Angel, puterinya yang sedang tertidur. Puterinya mengidap kanker dan butuh banyak biaya untuk mengoperasinya. Cinta menyanyikan lagu Natal sambil meneteskan air mata. Mengecup kening Angel sambil berkata, ”Selamat Natal Malaikat Kecilku” maafkan mama. Men-dengar ucapan itu membuatku terharu akan suasana yang belum pernah ku rasakan. Betapa berharganya malaikat kecilnya itu dalam hidupnya. Malaikat kecil itu adalah cahaya bagi Cinta. Aku

mulai membalikan badanku perlahan-lahan dan pulang. Dalam perjalanan pulang aku terus memikirkan Cinta dan Angel. Ya Tuhan terima kasih atas ke-nyataan yang ku alami ini. Inilah kado Natal yang paling indah dari-Mu. Teri-ma kasih Cinta atas pengalaman yang boleh ku lewati bersamamu, semoga malaikat kecilmu selalu menemanimu mengahadapi kenyataan ini… ”Selamat Natal Malaikat Kecilku”…..

Cerita pendek

Page 46: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Sebuah Realita: Virus…!!!Di penghujung November lalu, keti-

ka mengunjungi sebuah mall di bilangan Jakarta Pusat, saya terkesima dengan berbagai ornamen natal yang dipajang di berbagai etalase penjualan. Ada yang berupa kartu natal, cangkir bergambar St. Claus, bingkisan-bingkisan natal, dan DVD album natal. Di bagin tengah mall juga sedang dikosongkan para pekerja untuk sebuah pohon natal raksasa. Ornamen-ornamen natal itu dipajang sedemikian rupa, hampir tak kalah me-nariknya dengan pakaian-pakaian impor di etalase lain dari pusat perbelanjaan itu.

Pada malam harinya, ketika sedang menyaksikan pertandingan MU vs Wigan di layar kaca, konsentrasiku pada can-tiknya performa The Red Devils sejenak terbagi ketika melihat tulisan pada layar iklan di salah satu sisi lapangan dalam stadion milik ‘setan merah’ itu: Diskon menyongsong natal dari sebuah mas-kapai penerbangan.

Menyaksikan kedua pemandangan itu, saya sempat kagum. Betapa mem-pesonanya sosok Yesus, kelahiran-Nya tidak hanya dipersiapkan oleh panitia

natal tetapi juga oleh para pebisnis. Dari pusat perbelanjaan, televisi, hingga stadion bola menyisikan tempat untuk mengiklankan kedatangan-Nya. Padahal setiap tahun kelahiran-Nya dirayakan dan tanggal 25 Desember menjadi hari libur nasional hampir seluruh negara. Aku bangga menjadi orang Katolik, pengikut Kristus.

Mencoba menukik lebih dalam ten-tang rasa banggaku itu, justru rasa pesi-mis yang aku temukan. Beberapa waktu lalu P. John Teguh, CICM (misionaris di Amerika) mensharingkan pengalaman-nya tentang kehidupan menggereja di Amerika yang hanya didominasi oleh para lanjut usia (gejala yang sama su-dah mulai terasa dalam kehidupan menggereja di Indonesia). Kalau dipikir, dengan diiklankanya Sang Yesus di ber-bagai tempat justru sebenarnya hasil-nya setiap hari minggu atau paling tidak saat pesta natal, Jesus Fans Club (baca: gereja) juga seharusnya dipadati pen-gagum-Nya.

Aku bingung, ada dua fakta yang seharusnya saling mendukung, tetapi nyatanya bertolak belakang. Ornamen natal di mall-mall laris terjual, tetapi ge-reja tetap kosong. Lantas aku berpikir,

Awas Virus Natal…!!!(sebuah refleksi atas religiositas kita)

Fr. Josef Leribun, atau yang akrab disapa “Joe”, adalah frater tingkat IV yang sedang bergulat dengan skripsinya. Frater yang gemar menulis ini sering dikira orang sebagai adiknya CR_7.

Refleksi

Page 47: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

sebenarnya fenomena apa yang sedang terjadi dalam sikap keagamaan kita? Kalau memang banyak orang mulai ter-larut dalam sikap apatis terhadap Tuhan dan praktek keagamaan, kenapa orna-men natal masih laris terjual. Ironis.

Globalisasi dan konsumerisme. Saya yakin kedua hal tersebut yang menjadi biang dari fakta yang kontradiktif di atas. Hubungan trans negara dan kapi-talisme pasar yang menjadi biang “vi-rus” konsumerisme, kini sedang meng-gerogoti sikap keagamaan kita. Kaum kapitalis sepertinya menangkap kecen-drungan praktek keagamaan kita yang sering dangkal, luaran saja, alias agama (katolik) KTP. Banyak orang mengaku be-ragama katolik tetapi tidak sepenuhnya mengerti iman mereka. Banyak orang yang memakai kalung salib mahal dan keren, serta senang memakai baju ber-nuansa agama.

Mungkin saja kesukaan itu terjadi karena sering melihat Kaka (pemain sepak bola Real Madrid) menunjukan baju dalamnya bertulis I Belongs To Je-sus, dalam setiap selebrasi kemenangan-nya di lapangan hijau. Atau seperti para penggemar musik reggae yang senang memakai kalung warna hijau, merah, kuning, untuk menunjukan identitasnya sebagai penggemar musik reggae, tan-pa mengerti bahwa beberapa warna itu adalah corak bendera Jamaika, lambang nasionalisme Bob Marley.

Jelaslah sudah, ornamen-ornamen natal yang dipajang di etalase pusat perbelanjaan itu perlu dikritisi. Me-mang ornemen-ornamen itu penting bagi perkembangan kehidupan religius kita, namun yang lebih penting lagi ialah

penting bagi untuk membedakan antara sarana dan tujuan dari iman kita. Tujuan lebih penting dari sarana. Mengerti apa makna dari natal itu sendiri dan mendekatkan diri dengan Yesus dalam Gereja jauh lebih penting dari sekedar menghiasi rumah dengan pohon natal. Berhati-hatilah jangan sampai anda ter-infeksi “virus natal”!!!!

Ayo Kembali ke Semangat Dasar Natal!!

Natal 25 Desember bukanlah se-buah kebetulan, apalagi sosok bayi yang dilahirkan itu (Yesus), “menjadikan seg-ala-galanya baik” (Mrk 7:37). Tugas kita sekarang ialah bagaimana menajamkan pesan Natal di tengah pelbagai curat-marut ketimpangan sosial dewasa ini. Pesan Natal harus berporos pada kes-ensitifan kita pada realitas.

Menurut kisah klasik yang kita semua tahu, Yesus terbaring di antara orang sederhana dan lemah. Kita bisa melihat Yesus kecil dengan tangan lemah teru-lur dan terbuka lebar. Ia memohon ban-tuan orang lain: Aku butuh bantuanmu! Tatapan mata bening dan uluran tan-gannya seolah menyapa siapa saja yang memandangnya. Ia menyatukan segala perbedaan dalam solidaritas. Dalam se-buah kandang, ia menyatukan para gem-bala sederhana dengan tiga raja: Gaspar, Baltasar, dan Melkhior. Ini adalah kado natal bagi kita: Ia datang dan bersolider dalam kesahajaan supaya semua orang dapat menyambut-Nya.

Refleksi

Page 48: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Lewat solidaritas terhadap sesama, kita back to basic dari natal itu sendiri, di-mana Allah menanggalkan segala kemuliaan-Nya dan berkenan datang dalam sosok yang kecil dan lemah dalam kandang yang sederhana.

Jon Sobrino, seorang teolog pembebasan Amerika Latin mengatakan “tanpa sol-ider terhadap kenyataan bahwa ada banyak orang miskin, lemah, dan tertindas....iman kita ada dalam bahaya menjadi tidak nyata”, maka gambaran natal di mana Ye-sus hadir dalam kesolidaritasannya dengan orang miskin dan tersingkirkan harus pula menjadi semangat keagamaan kita. Katolik jangan hanya sekedar tertulis di KTP atau ditunjukan lewat kalung dan baju tetapi lebih dari itu terpatri dalam hati kita.

Akhirnya, atas nama saudara-saudari kita yang miskin, lemah, dan para korban tsunami, gempa dan longsor serta korban tragedi kemanusiaan lainya, kita dipang-gil untuk makin lantang menyuaran sikap solidaritas universal demi dunia baru yang lebih cerah. Sebab Yesus pun lahir untuk bersolidaritas dengan kita. Selamat Natal.

Refleksi

Natal by Monique_Mika.deviantart.com

Page 49: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Aku terbangunOleh

Deruh ombak malamDingin ….

Diterpa angin malamBasah …

Oleh titik-titik embun malamDi manakah engkau wahai Selimut Malamku?

Sejenak Menatap Langkah

Pada langkah iniKutemukan kerikil-kerikil tajam

Mengganjal cela-celah kehidupanpada setiap jalanku yang panjang

pada langkah iniada semangat membara

tuk mengukir setiap lembar deritadengan tinta terindah tuk gapai bahagia

pada langkah iniderap kaki semakin cepat

tak terasa kerikil tajam menusuktak peduli batu-batu mengusik

pada langkah inisecercah harap mulai nampak

tergantung pada samar-samar salibyang tertancap pada puncak bahagia

pada langkah inikutemukan jejak-jejak sang Kehidupan

menghentak batinku sejenakaku tak melangkah sepi sendiriDialah yang menggendongku.

Teringat Bunda

puisi

Oleh: Andry

Page 50: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3�0

¡Hola! Republica DominicanaAku tiba di Santo Domingo, Re-

publica Dominikana kira-kira dua jam setelah Wesley Sneijder dkk takluk di fi-nal Piala Dunia. Di dalam pesawat kami mengikuti jalannya pertandingan me-lalui laporan eksklusif sang pilot, yang kemudian mengakhiri beritanya dengan menyanyikan refren kebanggaan: yo soy español…español…español. Hampir se-luruh isi pesawat berpesta merayakan kemenangan itu dengan riang gembira sambil bernyanyi, berpelukan, berjo-get, minum bersama, berfoto, dll. Ya ekspresi kegembiraan ini menjadi ini-siasi untukku di negeri baru yang ko-non ‘ditemukan’ oleh Colombus lima abad yang lalu. Perjalananku lancar dan aku dijemput oleh P. Delfin, provincial RD bersama Jayson, rekan internku.

Hari-hari awal kulalui dengan per-asaan bercampur aduk: senang dan tertarik dengan tempat dan orang-orang baru, tapi juga ada kesedihan kala mengingat keluarga dan teman-temanku di belahan dunia yang lain. Aku bersyukur mendapat rekan dan director intern yang peduli denganku, mereka mendoakan dan mendukung-ku. Setelah lima hari di provinsialat aku menyetujui untuk memulai program

Dominicanization, yakni program studi bahasa español di sekolah dan tinggal di rumah orang Dominikana. Aku tinggal di rumah seorang ibu dengan anak lelakin-ya, yang mana lebih tua dariku. Mereka sangat baik dan cukup sabar menden-garkanku, khususnya saat aku harus membuka kamus lebih dahulu. Aku ting-gal bersama mereka kurang lebih tiga bulan hingga studi bahasaku berakhir.

Aku ingat akan lirik sebuah lagu reg-gae kesukaan para frater SST yang menu-rutku menggambarkan dengan baik kes-anku tentang negara ini: Where this sky so blue, where the sunshine so bright, where you can be free, where the party never ending, welcome to my paradise… Bagi orang Dominikana pergi ke pantai, pesta, minum, joget seperti bagian hidup yang tak terpisahkan. Konon ini adalah percampuran antara budaya Spanyol dan Afrika yang menyatu sebagai akibat dari perkawinan massal di masa lalu. Hal yang paling berkesan dari budaya mereka adalah kesatuan sebagai kelu-arga dan keakraban dalam bersahabat. Ini ditunjukkan dengan seringnya mer-eka berkomunikasi, saling mengunjungi, dan melakukan acara bersama seperti ke pantai rame-rame atau pesta bersama.

Fr. Gideon, CICM. Setelah menyelesaikan program studinya di STF Driyarkara, kini ia sedang menjalani tahun internship-nya di Republik Dominika. Pada kesempatan ini, ia akan membagikan sedikit pengalamannya selama berada di sana.

Cerita Dari Tanah Misi

Page 51: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Sebagai intern di sini, aku menikmati dan menanti dengan antusias program yang telah dan akan diberikan mulai dari kursus bahasa, kunjungan ke paro-ki, tempat-tempat bersejarah dan wi-sata, kursus keuangan hingga menyaksi-kan konser Shakira. Secara pribadi aku juga mengalami banyak tantangan dan kesulitan di sini, khususnya dalam hal aculturacion. Aku berasal dari budaya Toraja yang lebih cenderung tertutup

dan kaku kemudian berhadapan dengan budaya setempat yang sangat terbuka, fleksibel dan hangat. Kadang-kadang agak risih dengan pelukan saat berjum-pa, atau dengan sapaan langsung yang kelihatannya kurang sopan untuk imam atau orang yang lebih tua. Pernah ku-melihat seorang imam yang disudutkan saat pertemuan oleh seorang katekista

Misi CICM RD menurutku sangat menantang meski dengan jumlah kon-frater yang sangat sedikit. Perlu diketa-hui bahwa Republica Dominicana adalah satu dari sedikit negara yang memiliki perencanaan nasional untuk evange-lisasi. Konfrater CICM memberi arti lebih dalam kehadirannya berlandaskan deklarasi misi bersama yang ditunjang

dengan se-buah metode kerja bernama Marco Lógico dan didukung oleh kebijakan k e u a n g a n yang sangat baik. Setiap tahun ada dua kali perte-muan bersama guna mem-

garisbawahi perlunya kedewasaan pribadi dan kesabaran dalam bekerja di sini. Masih ada sejumlah kesulitan lain-nya, tapi aku menjalaninya semampuku dengan berserah kepada Dia yang me-manggil dan mengutusku. Aku juga ber-syukur atas dukungan dan doa dari para konfrater (khususnya konfrater dari Indonesia di sini yakni Geronimo dan Enrique), keluarga dan teman-teman yang sangat menyemangatiku. Demiki-an pengalamanku dari tanah Karibia. Kami sangat menantikan kedatangan rekan-rekan dari Tanah Air untuk ber-gabung di sini dan untuk itu kami akan selalu berkata: welcome..welcome…and welcome to my paradise…. Gideon.RD.

bahas bagaimana perkembangan di paroki dan tarekat, masalah sosial di negara, dan selalu diakhiri den-gan rekreasi bersama ke pantai.

karena tidak bisa memberi argumen yang bermutu un-tuk keputusan di paroki yang telah dibuat-nya. Ternyata hal seperti itu adalah hal biasa di sini, maka itu seorang kon-frater meng-

*Fr. Gideon saat upacara pembaharuan kaulnya.

Cerita Dari Tanah Misi

Page 52: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Kami yang tak pernah tahu pasti siapa ia yang dulu. Namun, tentang dia yang kini kami akan mengatakan bahwa kini ia adalah bagian dari kami. Di saat kami ada ber-sama, di situlah perkenalan kami dengan Pater Rob dimulai. Kami mulai tahu bahwa Pater Rob adalah pribadi yang penuh se-mangat. Bayangkan saja senyum dan can-danya: mengalihkan perhatian seisi rumah. Untuk semua orang kami sajikan sebuah kisah yang ia tulis sendiri untuk dibagikan bagi pembaca sekalian.

“Ketika menyelesaikan masa novisiat 50 tahun yang lalu, kami mengucapkan kaul pertama pada tanggal 8 September 1960. Waktu itu ada tiga kali pengucapan kaul se-tiap tahun, baru setelah itu mengucapkan kaul kekal. Saya tidak ingat lagi berapa jum-lah kami, yang saya ingat hanya ketika me-masuki novisiat kami ada 38 orang. Setelah satu hari di novisiat ada satu orang teman yang mengundurkan diri.”

“Sebenarnya saya heran peristiwa itu tidak dirayakan, malahan tidak disebut oleh Tarekat. Itu memberikan kesan bahwa tidak begitu penting. Hanya 50 tahun imamat yang disebut.”

Selain itu ada seorang Bruder teman novisiat kami yang juga merayakan 50 ta-hun berkaul. Kami mengucapakan kaul kami pada tanggal 10 September 2010 di Kassel-Lo Belgia. Bersama teman-teman se-novisiat.

Setengah Abad Menjadi CICM

SETIA SAMPAI AKHIR

P. Rob Suykens, CICM

Cerita Komunitas

Page 53: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Pada saat memperingati 50 tahun kaul, kami merayakan ibadat bersama yang disu-susn oleh P. Marc De Roy yang sejak dulu merupakan ahli liturgi. Kami berkumpul bersama dengan konfrater yang tinggal di Kassel-Lo, Belgia. Kami sungguh merasakan kebersamaan itu, ketika kami makan siang di satu meja dan minum anggur dari satu gelas yang sama. Pesta ini kecil tetapi san-gat bermakna. Pesta yang kecil itu meng-ingatkan kami bahwa ada kaul dan bahwa itu adalah bagian penting dalam hidup re-ligius.”

“Setia sampai akhir”, begitu ka-tanya dengan semangat. Sebuah kalimat pendek yang baginya memiliki makna yang sangat besar. Di usianya yang sudah lebih dari setengah abad ini, Pater Rob menjadi salah satu sosok yang sangat diidolakan oleh kami, para Scheutiz muda CICM. Se-nyum dan canda tawa yang khas, yang se-lalu ia bagikan dalam kesehariannya men-jadi semangat bagi kami untuk juga berani mengatakan “Setia sampai akhir”.

Cerita Komunitas

Page 54: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Nama IGNASIUS HUGO LINUS den-gan sapaan manis HUGO. Saya lahir di Timor, tanggal 4 Juli 1990. Pemuda Timor yang memiliki kulit sedikit gelap ini, memiliki hobi olahraga, bermain, dan mendengar musik. Semua masa pendidikan, saya habiskan di Pulau Timor hingga masuk SMA di Seminari Lalian Atambua. Berdasarkan motto hidupku, “Di mana ada kehidupan di situ ada harapan.” Akhirnya, saya mem-punyai harapan besar untuk menjalani hidup sebagai Missionaris CICM. Satu kalimat akan selalu teringat adalah “Mimpi itu akan terwujud apabila me-miliki harapan yang besar.” Saya rasa hanya ini yang bisa saya perkenalkan, apabila masih penasaran silahkan ber-temu dengan orangnya secara lang-sung di Skolastikat Sang Tunas. Terima kasih Tarekat CICM. I LOVE U FOREVER.

Saya kira inilah kolom yang ditung-gu-tunggu para pembaca ketika per-tama kali melihat cover dari majalah ini. Oke deh, agar kalian semua tidak penasaran langsung aja, nama saya Benediktus XVI ups salah, Benediktus Nama Koro Kaha, biasa dipanggil Eddie (awas jangan salah tulis). Lahir di Flores Timur tepatnya di Lamapaha tanggal 11 Juli 1989. Sejak kecil sampai sekarang, saya selalu berpindah-pindah tempat.

Lahir di Flores, sekolah kelas 1-2 di Timor Leste. Namun, karena kerusuhan maka kami pindah ke Lamapaha (ting-gal bersama Nenek) dan melanjutkan ke kelas 3-4. Setelah itu karena bapak telah mendapat SK maka sekali lagi kami semua pindah ke Baniona (tempat tinggalku sampai sekarang) dan lagi-lagi saya melanjutkan kelas yang masih tertinggal yakni kelas 5-6 di Baniona.

Apa lagi ya? Oh, iya! Nama bapak saya Yoseph Laba Ama Kaha dan Mama Saya Maria Primintiva Barek Duga Lamapaha (busyet panjang banget) kedua-duanya

Profile

asli Flores. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saya 100% orang Flores dan saya bangga akan hal ini.

Sekarang saya masih ada di CICM, Pondok Bambu Jakarta dan akan terus berada di CICM sampai akhir hayat kalau Tuhan merestui. Untuk merealisasikan cita-cita saya ini, saya sangat membutuhkan dukungan dari semua orang terutama teman-teman dan tentu saja para pembaca yang gan-teng dan cantik. Oleh karena itu, jangan lupa dukunglah selalu Benediktus Nama Koro Kaha, caranya ketik “Eddie Pasti Bisa” dan kirimkan ke nomor 110789. Selamat mencoba, Tuhan memberkati.

Page 55: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Malam itu langit tampak cerah, kelap-kelip bintang dan cahaya rembu-lan menjadi lentera semesta yang in-dah. Keheningan malam yang syahdu itu dipecahkan oleh tangisan seorang bayi yang menandai awal kehidupan-nya di muka bumi ini. BKIA Waibalun tampat insan mungil itu dilahirkan pada tanggal 4 Maret 1991. Buah cin-ta pasangan Dominikus D. Kromen dan Katharina Perada Tukan ini kemu-dian diberi nama Yohanes Juan Kro-men dengan sapaan manisnya Juan.

Anak sulung dari empat ber-saudara ini melewati masa kecilnya yang indah di lewotana tercinta Waibal-un, Larantuka, Flores Timur. Tamat dari SDK Waibalun II, cowok dengan hobby membaca dan bernyanyi ini melan-jutkan studinya di Seminari St. Maria Bunda Segala Bangsa Maumere. Benih panggilan yang mulai tumbuh meng-hantarnya melanjutkan studi di lembah kabut Mataloko . Seminari St. Yohanes Berkhmans Mataloko. Sempat mera-sakan indahnya masa sekolah di SMAK St. Thomas Aquino Mataloko kurang leb-ih 5 bulan. Pria yang satu ini kemudian memilih Tarekat CICM sebagai pelabu-han panggilannya. Tarekat CICM den-gan slogannya, “Beranikah engkau ber-mimpi?” dianggap sebagai pelabuhan yang tepat untuk merealisasikan mimpi

Profile

pria ini menjadi seorang misionaris.So, dengan mengutip ungkapan

seorang konfrater CICM, “Bermimpi-lah dengan mata terbuka di siang hari.” Pria ini mulai menapaki pang-gilannya menjadi penerus Theophile Verbist dengan penuh semangat dan rasa optimis. Salam sehati sejiwa…

Kala itu, hari ke-20 dalam bulan ke-9 di tahun 1990. Pesona warna-warni yang menggantung terang telah lama memulas indah di senja temaram. Se-limut hitam nan kelam perlahan me-nyelimuti kota Kefamennu dan mem-bawanya ke pucuk-pucuk kesenyapan.

Tatkala malam hanyalah titik sepi dan penantian akan seorang buah hati seakan tak pernah bertepi, sembari gundah gulana kian merasuki sukma, tiba-tiba bumi dikejutkan oleh tan-gisan seorang bayi yang memecah su-nyi. Percikan kebahagiaan pun berbi-nar indah di mata pasangan ALOYSIUS BINSASI,STP dan ELISABETH BIPNIA, menyambut kehadiran sang bayi. Bayi yang manis dan sulung itu pun diberi nama Chrisantus De Rosario Binsasi.

Page 56: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Hallo semuanya jumpa lagi bersama saya dalam edisi kali ini. Edisi ke berapa ya? Waduh, aku lupa edisinya, chuy!

Kali ini saya hadir dalam ruang baca anda untuk menyita waktu anda karena edisi kali ini cukup menarik buat para pembaca dengan perkenalan singkat tentang saya. Pasti pada penasaran nih! Daripada kamu penasaran, mend-ingan saya langsung perkenalkan diri aja, chuy. Kedua orang tuaku mem-berikan nama yang sangat bagus buat aku yaitu Stefanus Ramli. Chuy, jangan salah, nama Ramli punya sejarahnya. Itu bukan nama sembarangan! Nama Ramli menurut ceritanya sih, diambil dari nama pastor yang ditabiskan jadi imam ketika saya lahir. Dia yang per-mandikan saya. Namanya, Pastor Her-man Yosep Ramli. Asal saya dari Mang-

Profile

Seiring bergulirnya waktu, Anto sa-paan akrabnya mulai diperkenalkan dengan dunia pendidikan. Semuanya berawal dari pendidikan Taman Kanak-Kanak Kala itu, hari ke-20 dalam bulan ke-9 di tahun 1990. Pesona warna-warni yang menggantung terang telah lama memulas indah di senja temaram. Selimut hitam nan kelam perlahan me-nyelimuti kota Kefamennu dan mem-bawanya ke pucuk-pucuk kesenyapan.

Tatkala malam hanyalah titik sepi dan penantian akan seorang buah hati seakan tak pernah bertepi, sembari gundah gulana kian merasuki sukma, tiba-tiba bumi dikejutkan oleh tan-gisan seorang bayi yang memecah su-nyi. Percikan kebahagiaan pun berbi-nar indah di mata pasangan ALOYSIUS BINSASI,STP dan ELISABETH BIPNIA, menyambut kehadiran sang bayi. Bayi yang manis dan sulung itu pun diberi nama Chrisantus De Rosario Binsasi.

Seiring bergulirnya waktu, Anto sa-paan akrabnya mulai diperkenalkan den-gan dunia pendidikan. Semuanya beraw-al dari pendidikan Taman Kanak-Kanak pada TK Dharna Wanita Nunpene (1993-1996), dan dilanjutkan pada SDN Nun-pene (1996-1999) serta SDN Gua Aplasi (1999-2002), lalu diteruskan pada SLTPK St. Fransiskus Xaverius Putri Kefamena-nu (2002-2005). Sedangkan masa remaja yang bertabur sejuta gejolak dihabiskan pada Penjara Suci, Seminari Sta. Ma-ria Immaculata Lalian, Atambua-Timor.

Karena gema panggilan Sang Guru yang begitu menguat dan kebulatan tekad untuk terus berkanjang dalam ja-jaran calon imam, maka ia memutuskan untuk melanjutkan ziarah panggilan-nya di bawah naungan Tarekat CICM,

Sang pemimpi yang memiliki aneka impian dan berani mewujudkan impi-annya menjadi nyata. Kini, ia sedang menjalani masa pendidikan di STF Dri-yarkara dan merupakan salah seorang frater tahun pertama dalam komunitas Skolastikat Sang Tunas Pondok Bambu.

Page 57: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Profile

garai Barat khususnya kampung Nara Kempo. Umurku sekarang 20 tahun, pastilah lahirnya tahun 1990 tanggal 19 bulan September. Sekarang saya tahun ke-2 di Tarekat CICM dan Tingkat 1 di STF Driyarkara. Apalagi ya? Wow, hobi saya main bola kaki dan futsal. Eh, chuy! Udah dulu ya Metro Mini menunggu nih. saya ke kampus dulu ya. Takut terlambat, ada kuliah Filsafat Yunani

Obsesi rambut lurus, stylist, hid-ung mancung, bibir tipis, senyum manis, mata sedikit sipit dengan tatapan yang bisa buat loe grege-tan, bodi ramping, tinggi 162. Itu-lah ciri fisik yang dapat loe liat pada seorang pemuda berusia 20 tahun ini.

Batlyol Emelianus Vikrisius adalah nama lengkap dari anak ke-4 yang paling cakep dan putih dari 5 bersaudara, dari pasangan Batlyol Petrus Canisius dan Rosalina Saragosa, yang lahir di Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Muna, Kecamatan Katobu, Kelurahan Mangga Kuning, Jln. Basuki Rahmat no.5, Raha. Dia bertumbuh dan berkembang dalam

dunia musik dari orang tuanya, makanya selain hobby main basket, dia juga hob-by main musik tapi dia sukanya lagu-lagu hard rock, bahkan dia sudah beber-apa kali ikut festival musik baik pelajar maupun umum. Walaupun tidak per-nah dapat juara sih, hehehe! Biar dapat pengalamanlah. Pengalaman inilah yang buat dia makin gila bermain musik.

Ketika dia mengetahui di Semi-nari ada studio musiknya, dia langsung mengikuti test seminari, “mumpung ada studio gratis, hehehe,” pikirnya. Namun, di Seminari dia mengalami perubahan drastis. Dia beralih dari lagu-lagu rock ke lagu rohani. Dia mera-sakan bahwa ternyata lagu rohani lebih menghadirkan kedamaian, ketenan-gan, dan kebahagian. Di situ, dia mulai mendalami hidup rohani. Namun, tak lama kemudian, dia merasa tidak co-cok karena berbagai peraturan yang mengekangnya. Akhirnya, dia keluar dan bergabung dengan Tarekat CICM saat ini. Sekarang dia sedang men-jalani tingkat pertama di SST Jakarta.

Pada tahun 1989, sepasang suami-istri telah mempunyai dua orang anak, tetapi kedua anak tersebut adalah anak perempuan. Oleh karena itu, suami-is-tri itu berdoa kepada Tuhan agar mer-eka dikaruniai anak laki-laki. Selang beberapa bulan kemudian, sang istri mengandung dan sembilan bulan beri-kutnya, ia melahirkan seorang bayi laki-laki di rumah sakit Cipto Mangunku-sumo, Jakarta Pusat. Bayi imut itu lahir pada Rabu Kliwon, 11 Juli 1990 tepat pukul 10 pagi. Karena bayi itu berparas cakap, mata cokelat berkulit putih, dan imut maka orang tua member nama Maximillian Yorrick Triwugantara.

Page 58: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Profile

Seiring waktu berjalan, anak itu bertambah gagah dan sedikit jelek (kumis dan jenggotnya mulai leb-at) serta warna kulitnya yang sudah mulai bercorak sawo matang aki-bat iklim Jakarta yang sangat panas.

Ia senang jalan-jalan, mendengar-kan lagu, minum air putih dan “istira-hat”. Ia juga hobi bermain sepak bola dan badminton. Selama masa pendi-dikannya, ia selalu berpindah-pindah sekolah, jadi maklumlah jika sekarang ia memiliki banyak teman pria dan wanita.

Ia melanjutkan pendidikannya di Seminari Menengah Stella Maris Bogor selama 4 tahun. Setelah itu, ia melan-jutkan panggilan “ajaib”nya di Congre-gatio Immaculati Cordis Mariae (CICM). Sekarang ia tengah belajar di STF Dri-yarkara demi mewujudkan impian ber-misi di benua Amerika. Motto hidup, 3B, “Berdoa, Berusaha, Berharap.” Ia sangat senang mengatakan, “Buat hidup loe berarti hari ini sebab kita ga akan tahu apa yang akan terjadi di hari esok!!”

Dunia digetarkan dengan kabar gem-bira, tentang datangnya malaikat kecil dalam rupa bayi mungil dan polos. Ma-laikat dalam rupa bayi mungil dan polos ini kemudian diberi nama Lambertus Roni Mau yang akrab disapa Roni. Ma-laikat ini pertama kali muncul di neg-eri yang sangat jauh, negeri yang masih polos seperti dirinya, yakni Timor-Timur yang sekarang dikenal Timor Leste. Di ujung negeri ini, terdapat sebuah kam-pung kecil yang bernama Atabai. Di sinilah pertama kali terdengar tangisan sang bayi malaikat. Malaikat ini berpa-rade pada tanggal 23 Desember 1991

Dunia digetarkan dengan kabar gem-bira, tentang datangnya malaikat kecil dalam rupa bayi mungil dan polos. Ma-laikat dalam rupa bayi mungil dan polos ini kemudian diberi nama Lambertus Roni Mau yang akrab disapa Roni. Ma-laikat ini pertama kali muncul di neg-eri yang sangat jauh, negeri yang masih polos seperti dirinya, yakni Timor-Timur yang sekarang dikenal Timor Leste. Di ujung negeri ini, terdapat sebuah kam-pung kecil yang bernama Atabai. Di

Page 59: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

sinilah pertama kali terdengar tangisan sang bayi malaikat. Malaikat ini berpa-rade pada tanggal 23 Desember 1991

Seiring berjalannya waktu, malaikat ini bertumbuh dan berkembang men-jadi pemuda yang mandiri dan dewasa. Ia mulai menjawab panggilan-Nya di du-nia dengan masuk Seminari Maria Imac-ulata Lalian. Tetapi ternyata Tuhan pu-nya rencana yang lebih indah untuknya. Dengan melalui SMA Kristen Atambua, ia bisa bergabung dengan sebuah komuni-tas Hati Maria Tak Bernoda atau Tarekat CICM. Dalam semangat sehati sejiwa malaikat itu menyelesaikan masa Tahun Orientasi Rohani di Makassar, dan seka-rang bergabung di Skolastikat Sang Tunas Pondok Bambu, Jakarta Timur. Ia yakin bahwa bersama Tarekat CICM ia mam-pu mewujudkan impian, “Mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus.”

Untuk dekat dengan pria yang satu ini sangatlah gampang. Cukup dengan secangkir kopi toraja saja, dia bakal tak-luk. Namanya Rufinus Lelang, tapi dia biasa disapa Rufi. Orang Toraja yang pu-nya semangat berpetualang ini sangat senang berolahraga. Saking gemarnya, di siang yang terik sekali pun dia ma-sih tetap berani membanting- banting bola basket.”Dia gak nyadar kalo kulit-nya udah gelap, hahahah.” Jika engkau tersenyum padanya, dia bakal mem-balasmu dengan sebuah tawa yang menggelegar. Cobalah bertanya padan-ya tentang panggilan yang telah ia pilih. Jangan kaget kalau dia malah menjaw-abmu dengan sebuah pertanyaan yang bakal membuatmu bingung. “Ah, untuk apa bertanya padaku tentang itu? Irikah dirimu karena aku mau menjadi pelayan

Tuhan?” gombalnya sambil menggoy-ang-goyangkan rambutnya yang mulai gondrong. “ Mencintai sampai benar-benar terluka” menjadi refleksi pang-gilan hidup lelaki berzodiak Aries ini.

Siapa yang paling suka senyum le-bar di Skolastikat Sang Tunas? Nah, ini aku orangnya! Perkenalkan, aku Eric! aku terlahir dengan nama Melkiades Eric Sanggaria. Aku lahir di Lampio, San-galla, Tana Toraja tanggal 02 Mei 1990. Nama ibu saya Elisabet Tambing, sedan-gkan ayah saya, Petrus Dicky. Pekerjaan sehari-hari mereka, yaitu berladang dan sebagai petani. Aku sebagai yang

Profile

Page 60: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3�0

bungsu mempunyai empat orang kakak, tiga perempuan dan satunya laki-laki.

Aku alumnus Seminari Menen-gah St. Petrus Claver, Makassar sangat hobi memancing ikan, tapi sejak me-ninggalkan kampung, aku tidak pernah melakukannya lagi. Ya, terpaksa aku nyari hobi yang lain dan terpaksa bera-lih ke musik aja. Aku suka mukul-mukul panci, dandang, belanga, dan meja di rumah, bahkan ada yang rusak sehingga dimarahi oleh ibu karena terlalu kasar mainnya. Terpaksa main drum aja, biar lebih simple, hehe!!! Alirannya? Telin-gaku agak pekak jadi alirannya seperti trash metal, misalnya band Children of Bodom, A7X dan Slipknot. Hobi yang lain? Baca bukulah kalo gak ada ker-jaan, biar bisa menjadi misionaris yang “baik” gitu yang tahu keadaan dunia sekarang. Kayaknya kepanjangan nih profilenya. Tapi kalau mau kenal lebih lanjut dateng aja ke SST. Hehehhe..!!!

“SAY IT WHAT YOU WANT TO SAY”Pria bernama Adrianus Safarin ini

merupakan putera kelahiran Mang-garai, 7 januari 1991, di sebuah desa yang indah di pantai utara Pulau Flores. Nama desa ini mungkin sedikit aneh bagi mereka yang tak ingin nuraninya disobek-sobek alias dicabik-cabik oleh putera kelahiran Robek ini (heheh, don’t worry, jangan dilihat dari nama kampungnya bung, sebab anak yang satu ini memiliki hati seperti orang Sa-maria yang baik hati dalam Kitab Suci.)

Ia anak ketiga dari pasangan Bapak Servulus Sun dan Ibu Lusia Mimu. Keduanya adalah petani yang sangat

sederhana dan pekerja keras. Keha-diran cinta dan dukungan dari orang tua dan keluarganya, rupanya sangat berpengaruh dalam perjalan hidup dan panggilannya. Sejak kecil, ia ingin menjadi seorang pastor. Ia pun me-mutuskan masuk Seminari Menengah Pius X11 Kisol. Namun sayang, karena sakit yang dideritanya, ia hanya menik-mati pendidikannya di Seminari hingga kelas dua SMA, kemudian ia melanjut-kan pendidikanya di SMA Katolik Fran-siskus Saverius Ruteng sampai tamat. Kerasnya kehidupan di luar Seminari tidak membuat benih panggilan dalam hatinya menjadi kering. Namun, justru karena pengalaman-pengalaman itulah ia merindukan Tuhan dan memutuskan masuk biara. Ia pun memutuskan me-milih tarekat CICM karena merasa me-miliki satu mimpi “Mengubah wajah du-nia menjadi wajah Kristus” dan ia yakin ia dapat mewujudkan mimpi itu besama CICM. Dalam menyambut tantangan tersebut ia pernah berkata “karena ku sanggup walau ku tak mau….eh.salah, maksudnya karena ku sanggup di dalam Engkau yang menguatkanku.

Pria ini juga ternyata cukup berbakat, beberapa teknik berenang dikuasainya dengan baik, dan ia ternyata menyukai olahraga seperti bola kaki dan futsal.

Profile

Page 61: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

My Profile

Wie gehen Sie (apa kabar)?Ketemu lagi dengan saya (emangnya udah pernah ketemu ya?Asal-asal aja lu, kaya artis aja).To the point aja deh. Sorry bos!

Nama gua Ignasius Yudiwan, bi-asa dipanggil Ignas. Kata orang ban-yak, saya ini berasal dari Jawa, tetapi semua anggapan itu salah. Begini-be-gini, saya asli orang Toraja loh! Saya lahir di Tana Toraja tepatnya di Ulu-salu pada tanggal 31 Juli 1990. Saya adalah anak pertama dari pasangan Liwan Patrisius dan Yulita Tandigau.

Kalau dipandang lebih jauh, katanya saya ini agak aneh. Memang aneh, kare-

Mengenai futsal jangan heran jika lon-ceng berdentang tanda olahraga di mulai, penggemar berat Robinho ini langsung ditemukan di lapangan futsal ketimbang di ruang baca atau komputer. Untuk diketahui, sekarang ia menjalank-an tahun keduanya di tarekat CICM di SST Pondok Bambu Jakarta Timur, dan ia juga menjalankan kuliah program Te-ologi di STF Driyarkara Jakarta. Salam sehati sejiwa..

na saya sering buat yang aneh-aneh. Alumnus Seminari Menengah St. Petrus Claver Makassar ini sangat suka ber-canda apalagi kalau sudah akrab. Salah satu anggota G-52(Generasi kelima pu-luh dua) ini sangat senang jalan-jalan. Dalam menjalani panggilanku sebagai calon misionaris CICM, saya mengambil motto: “Bersukacitalah dalam peng-harapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa.” (Rom. 12:12)

Nama saya Fransiskus Xaverius Gambur, biasa dipanggil Safrin. Saya lahir pada tanggal 8 September 1989 di Anam Kabupaten Manggarai. Saya merupakan buah cinta yang ketiga dari pasangan bapak Stefanus Bona dan ibu Matildis Umbut. Bola volley dan futsal adalah bakat yang dianugerahkan Tuhan kepada saya. Saya menghabiskan enam tahun untuk belajar di Seminari Pius XII Kisol. Setelah lulus tahun 2008, saya datang merantau ke Jakarta dan tahun 2009 saya bergabung dalam TOR CICM Sang Tunas Makassar untuk mewujud-kan mimpi saya yang tertunda. Be Your Self adalah motto saya dalam menjawab panggilan Tuhan.

Profile

Page 62: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

-Wajah-wajah Frater Tingkat I-

Kenangan akan masa lalu membuat orang merenung akan eksistensi dirinya. Setiap langkah kehidupan harus selalu dimulai dengan motivasi dan semangat.

Langkah semakin pasti dan kini langkah itu berhenti pada suatu titik yang pasti. Banyak orang di sana. Mereka semua mengumbar senyum yang khas. Semua yang dilalui adalah proses “menjadi.”

Dengan nama lengkap Wilibald Claude Kae Koban, biasa dipanggil Went. Lahir di Lewoleba, 07 Juli 1990. Hati-hati teman dengan angka tujuh karena ang-ka tujuh adalah angka sempurna, begi-tulah kata Pythagoras. Hobinya menu-lis, membaca, bermusik, dan olahraga. Dalam pencariaan akan “Yang Ada”, ia menemukan suatu tempat yang cocok untuknya yaitu di Tarekat CICM. Motto hidupnya, ”Di pintumu aku mengetuk, aku tidak dapat berpaling.”

Profile

Page 63: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3 ��

Tak cukup kata dalam artiTak habis makna meringkas isiTapi cukup jelas semua ini Bila kita mengimani Ada makna tanpa kata Ada pula kata tanpa makna Akankah yang ada tetap ada Ataukah menjadi tak ada?

Tak jelaskah kata, Yang terbaca oleh hatiAtaukah, hati semakin matiDalam keadaan sunyi?

Sering, seiring nada Hati menjadi bahagia Tapi, apakah itu apa adanya Ataukah ada apanya?

Keadaan ini menjadi kebutuhan Tak kala hidup penuh ketakutan,Ketakutan akan keselamatanYang merindukan kebahagiaan

Ku mencoba mencari maknaDalam kelam dan temaram duniaTapi, dimana-mana hanya ada “masa”Masaku, masamu, dan masa kita

Tak ada arti bukan berartiTak menghayati, Melainkan, tak ada arti barartiMencari arti itu sendiri

Tapi, dimanakah aku mencari? Kemanakah aku akan pergi?,,, Aku sebenarnya bisa mencari Dalam dunia kita ini

Pernakah, engkau merasakanPerasaan yang mengguncang?...Seperti, sebatang tunas muda Yang bertahan agar tetap tegap

Tak ada arti...

Fr. Yohan Mau

Puisi

Page 64: MTV Thn.2011.Vol. 3

Tunas Verbist Magazine 2011 Volume 3��

Jika anda ingin berpartisipasi (membantu kami) dalam proses pembinaan para calon Misionaris CICM, silahkan melayang-kan bantuan anda melalui:

No. Rekening BRI 3302-01-000703-0A/n. JONI PAYUK E-mail: [email protected]

Pater Animator Indonesia BaratSkolastikat Sang Tunas CICM

Jl. Gotong Royong No.71 Rt.12/Rw.03Pondok Bambu - Jakarta Timur 13430

Tlp. 021 - 8632174Fax. 021 - 8632175

Pater Animator Indonesia Timur(Sulawesi, Flores, Timor, Ambon, Bali, dan sekitarnya)

Novisiat Sang Tunas CICMJl. Biring Romang 19

Km 13, Daya, Makassar - Sulawesi SelatanTlp. 0411 - 586205Fax. 0411 - 587963

CICMCongregatio Immaculati Cordis Mariae