bidaiii
DESCRIPTION
traumaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar tetap stabil
selama pertolongan pertamaTransportasi adalah proses usaha untuk memindahkan dari
tempat satu ke tempat laintanpa atau mempergunakan alat. Tergantung situasi dan kondisi di
lapangan.
B. Prinsip Stabiliasi :
Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan yang
dialami.
Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil.
Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah
Menjaga agar perdarahan tidak bertambah.
Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk
lagi.
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma
sistemmuskuloskeletal untuk mengistirahatkan ( immobilisasi) bagian tubuh kita yang
mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat.
Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh yangmengalami
cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai
fixator/imobilisator.
C. Beberapa macam jenis bidai :
a) .Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan
ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan
darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
b) Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh
tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh: bidai traksi tulang paha
c) Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si
penolong.
Contoh: majalah, koran, karton dan lain-lain.
d) Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela(kain segitiga) dan
memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh: gendongan lengan.
D. Tujuan pembidaian:
Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi.
Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang
patah.
Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul.
Untuk mencegah terjadinya syok.
Untuk mengurangi nyeri.
Mempercepat penyembuhan.
E. Indikasi Pembidaian
Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
Dislokasi persendian
Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagiantubuh ditemukan :
Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek.
Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalamiangulasi
abnormal
Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
Posisi ekstremitas yang abnormal
Memar
Bengkak
Perubahan bentuk
Nyeri gerak aktif dan pasif
Nyeri sumbu
Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitasyang
mengalami cedera (Krepitasi)
Perdarahan bisa ada atau tidak
Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
Kram otot di sekitar lokasi cedera
Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka perlakukanlah pasien seperti
orang yang mengalami fraktur.
F. Kontra Indikasi Pembidaian
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasandan
sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasidan atau gangguan
persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jikaada resiko memperlambat sampainya
penderita ke rumah sakit, sebaiknyapembidaian tidak perlu dilakukan.
G. Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa ditimbulkan
oleh tindakan pembidaian :
Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur olehujung fragmen
fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasilainnya pada bagian tubuh
yang mengalami fraktur saat memasang bidai.
Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat.
Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderitamenunggu terlalu
lama selama proses pembidaian.
H. Jenis Pembidaian
Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit.Bahan untuk
bidai bersifat sederhana dan apa adanya.Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghindarkan kerusakan yang lebihberat.Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah
mengetahui prinsip dan teknik dasar pembidaian.
Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif
Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit). Pembidaian
dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi. Menggunakan alat dan bahan
khusus sesuai standar pelayanan (gips, dll). Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang sudah terlatih
I. Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan
dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan
ketandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan
danpembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu
dipikirkan setiap terjadikecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan,
perlakukan sebagai fraktur.
J. Prinsip umum dalam tindakan pembidaian
1. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerahfraktur). Sendi
yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawahdan di atas patah tulang.
Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa
mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.
2. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami frakturmaupun
dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan.
Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya Pada
trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang dibagian proksimal dan
distal.
3. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantudengan traksi
atau tarikan ringan ketika pembidaian
4. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien
merasakanpeningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jikaanda
telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikansebelum ekstremitas yang
mengalami fraktur telah terfiksasi denganbaik, karena kedua ujung tulang yang
terpisah dapat menyebabkantambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk
mencederai saraf atau pembuluh darah.
5. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada
daerah tubuh yang keras/peka (lutut, siku, ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi
sela antara ekstremitas dengan bidai.
6. Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat dibagian yang
luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa
titik yang berada pada posisi :
a. superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur
b. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama
c. inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur
d. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)
7. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehinggamengganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwapemasangan bidai telah
mampu mencegah pergerakan atauperegangan pada bagian yang cedera.
8. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat
9. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalamtindakan
pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yangsesuai untuk membidai,
cedera pada tungkai bawah seringkali dapatdilindungi dengan merekatkan tungkai
yang cedera pada tungkai yangtidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada
fraktur jari, denganmerekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan
sementara.
10. Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahuludibungkus dengan
perban elastis. Harus diberikan perhatian khusus untukmelepaskan kantong es secara
berkala untuk mencegah “cold injury”pada jaringan lunak. Secara umum, es tidak
boleh ditempelkan secaraterus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang
mengalami cederasebaiknya sedikit ditinggikan posisinya untuk
meminimalisasipembengkakan.
K. Prosedur Dasar Pembidaian
1. Mempersiapkan penderita
Penanganan kegawatan (Basic Life Support)
Menenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa akan memberikan pertolongankepada
penderita.
Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi.
Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedurtindakan yang
akan dilakukan.
Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan ataumemindahkan korban
sampai daerah yang patah tulang distabilkankecuali jika keadaan mendesak (korban
berada pada lokasi yangberbahaya, bagi korban dan atau penolong)
Sebaiknya guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jikadiperlukan, kainnya
dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.
Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan. Bersihkanluka dengan
cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan kasa steril.Jika luka tersebut mendekati
lokasi fraktur, maka sebaiknya dianggapbahwa telah terjadi patah tulang terbuka.
Balutlah luka terbuka ataufragmen tulang yang menyembul dengan bahan yang se-
steril mungkin
Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk menopang leher
jika dicurigai terjadi trauma servikal
Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang berat sebaiknya
hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan denyut nadiatau sensasi raba
sebelum dilakukannya pembidaian. Proses pelurusanini harus hati-hati agar tidak
makin memperberat cedera.
Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur:
Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, ataukahbahkan
mungkin menghilang?
Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari padaekstremitas yang
cedera dan ekstremitas kontralateral secarabersamaan. Lepaskan tekanan secara
bersamaan. Periksalah apakahpengembalian warna kemerahan terjadi bersamaan
ataukah terjadiketerlambatan pada ekstremitas yang mengalami fraktur.
Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsungdibawa ke
rumah sakit secepatnya.
Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, makasebaiknya
perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setalah andamenjelaskan pada
penderita.
Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial.Jangan
pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pulamencoba untuk
membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur terbukatanpa sterilitas hanya akan
menambah masalah.
2. Persiapan alat
Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namunjuga bisa
dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnyaranting pohon, papan kayu, dll.
Panjang bidai harus melebihi panjangtulang dan sendi yang akan dibidai.
Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknyadibungkus/dibalut terlebih
dahulu dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dll)
Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaianbisa berasal dari
pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakanuntuk membalut ini harus bisa
membalut dengan sempurnamengelilingi extremitas yang dibidai untuk mengamankan
bidai yang digunakan, namun tidak boleh terlalu ketat yang bisa menghambat
sirkulasi.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur
dahulupada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara
bagianyang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau
penekanansyaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari
sebelahatas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian
fraktur.
6. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh
yangdibidai.
7. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar
secarakeseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
8. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
9. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.
L. Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera
Fraktur cranium dan tulang wajah
Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada
tempatyang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur
tulangbelakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang. Ada beberapa
bidaikhusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah (bersifat bidai definitif),
namun tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan oleh para ahli.
Pembidaian leher
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan. Pembalutan
dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala.
Pembalutandianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.Jika
tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar
Tulang klavikula
Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu
dengan“ransel bandage” (lihat gambar 2). Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk
traksidan fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi
yangseanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil
yangcukup baik.
Tulang iga
Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah
bagianpatahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan sebagai
pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke rumah sakit
adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang sling untuk
merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian sehingga
menempelsecara nyaman pada dada.
Lengan atas
1. Pasanglah sling (kain segitiga) untuk gendongan lengan bawah, sedemikian
sehingga sendi sikumembentuk sudut 90%, dengan cara
2. Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan
puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan
lengan bawahsedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira
membentuk sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah
apex dari sling, dan sisipkan disisi siku.
3. Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian
sisilateral dinding thoraks
4. Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas
yangmengalami fraktur.- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral)
dan dinding thorax (pada sisimedial).
5. Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan
menggunakan kain yang lebar.
Lengan bawah
1. Imobilisasi lengan yang mengalami cedera.
2. Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara
sikusampai ujung telapak tangan
3. Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera
4. Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat
sudut 90°terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan
hati-hati
5. Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar
beradadalam posisi fungsional
6. Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara
sikusampai ujung jari
7. Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa
pergelangan tangan sudah terimobilisasi
8. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai
9. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi
pembidaian,untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat
10. Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara Letakkan
kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari
sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan
bawahsedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk
sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari
sling, dan sisipkan disisi siku.
Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan
Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi mekanik”, yakni posisi
yangsenatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang
menggenggamsebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain dapat
diletakkanpada telapak tangan sebelum tangan dibalut.
Tulang jari
Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan
merekatkanpada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)
Tulang punggung
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus
dibidaimenggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.
Fraktur Panggul
Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorangyang berusia tua
terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul,maka sebaiknya dianggap mengalami fraktur.
Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan pemendekandan
atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral.
Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggulharus menggunakan tandu.
Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada tungkai yang tidak
cedera sebagai bidai.Anda bisa melakukan penarikan/traksi untuk mengurangi rasa nyeri, jika
perjalanan menuju rumah sakit cukupjauh, dan terdapat orang yang bisa menggantikan anda
saat andasudah kelelahan.
Tungkai atas
Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggungbawah sampai dengan di
bawah lutut pada tungkai yang cedera.Traksi pada cedera tungkai lebih sulit, dan resiko untuk
terjadinyacedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali lebih besar.Sebaiknya jangan
mencoba untuk melakukan traksi pada cederatungkai kecuali jika orang yang membantu
pembidaian telah siapuntuk memasang bidai.
Fraktur/dislokasi sendi lutut
Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggulsampai dengan
pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisibelakang tungkai dan pantat
Tungkai bawah
1. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan
mencegah timbulnya kerusakan yanglebih berat
2. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapaijarak antara telapak
tangan sampai dengan diatas lutut.
3. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai
4. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus
5. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehinggabidai dalam posisi
memanjang antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki
6. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajardengan bidai yang
dipasang di sisi bawah tungkai
7. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur.Pastikan bahwa lutut
dan pergelangan kaki sudahterimobilisasi dengan baik
8. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai danlengan yang dibidai
9. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada regiondistal dari lokasi
pembidaian, untuk memastikan bahwapemasangan bidai tidak terlalu ketat
Fraktur/dislokasi pergelangan kaki
Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukupdengan menggunakan
pembalutan. Gunakan pola figure of eight : Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi atas
kaki,mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi ataskaki, kesisi bawah kaki, dan
demikian seterusnya.
Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakangdan sisi lateral pergelangan kaki
untuk mencegahpergerakan yang berlebihan. Saat melalukan tindakanimobilisasi pergelangan
kaki, posisi kaki harus selalu dijagapada sudut yang benar
Fraktur/dislokasi jari kaki
Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantudengan merekatkan jari
yang cedera pada jari di sebelahnya.
Contoh gambar pembidaian pada ekstremitas bawah
Evaluasi pasca pembidaian
Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lenganmaka periksa
sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5detik. Kuku akan berwarna
putih kemudian kembali merah dalam waktukurang dari 2 detik setelah dilepaskan.
Pemeriksaan denyut nadi dan raba seharusnya diperiksa di bagian bawah bidai paling
tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat,atau kesemutan, maka pembalut
harus dilepas seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang kembali dengan lebih longgar.
Tekan sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan.Kalau 1-2 detik berubah menjadi
merah, berarti balutan bagus. Kalau lebihdari 1-2 detik tidak berubah warna menjadi merah,
maka longgarkan lagi balutan, itu artinya terlalu keras.
Meraba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki (untuk kasus di kaki).Bila tidak
teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.Meraba denyut arteri radialis pada tangan
untuk kasus di tangan. Bilatidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar
Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM
Departemen Kesehatan RI. Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat.Jakarta.Departemen
Kesehatan. 20032.
Stone,Keith. Current Diagnosisi & Treatment: Emergency Medicine. 6th Ed.
Lange.20083.
Schwartz. Principle of Surgery. Mc Graw Hill. Eight edition. 20054.