beton03
DESCRIPTION
School WorkTRANSCRIPT
-
SOAL 1
Jelaskan mengapa spiral column memiliki kapasitas yang lebih besar dari tied column dan
jelaskan pula mengenai keruntuhan dari kolom spiral.
JAWAB
Kolom beton bertulang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tied atau spiral column,
tergantung pada metode yang digunakan untuk mengikat atau menahan tulangan memanjang
pada tempatnya. Bila kolom memiliki sengkang yang tertutup atau terikat (ties) maka kolom
tersebut disebut sebagai tied column. Sengkang yang terjalin tersebut akan efektif untuk
meningkatkan kekuatan kolom. Sengkang juga akan dapat menahan kecenderungan dari
tulangan memanjang untuk menekuk keluar saat kolom dibebani yang dapat menyebabkan
beton pecah atau rusak. Tied column umumnya berbetntuk kotak atau segiempat.
Saat terdapat sengkang spiral yang menerus dan membungkus sepanjang kolom memanjang,
maka kolom tersebut disebut spiral column. Sengkang spiral lebih efektif untuk meningkatkan
kekuatan atau kapasitas kolom dibandingkan sengkang ikat (ties). Sengkang spiral memiliki
sifat cenderung lebih mengikat tulangan memanjang dan juga memiliki jarak yang dekat
(closely spaced) sehingga akan dapat menahan tulangan longitudinal dengan lebih baik agar
tidak tertekuk keluar beton. Selain itu, sengkang spiral akan berperan untuk memberikan
kekangan pada beton (confine the concrete) sehingga meningkatkan kekuatan beton dalam
menahan beban aksial.
Gambar 1. (kanan) Spiral column, (kiri) Tied column
-
Pola keruntuhan antara tied dan spiral column juga berbeda. Sebenarnya perilaku dari sengkang
spiral dan sengkang ikat (ties) adalah sama hingga terjadi beban ultimit. Untuk tied column,
beton akan gagal dan hancur keluar (crushing outward) secara lateral. Tulangan longitudinal
gagal akibat terjadi tekuk pada bagian antar sengkang pada failure region (gambar 3).
Kegagalan beton akibat retak berlebih diikuti dengan tertekuknya tulangan longitudinal akan
menyebabkan terjadinya kegagalan kolom seketika, seperti kegagalan pada beton silinder.
Pada kolom spiral, saat terjadi beban ultimit, beton pada bagian luar sengkang (covering
concrete) akan pecah, namun beton pada bagian dalam sengkang spiral (core concrete) akan
tetap berdiri dan dapat menyediakan sedikit kekuatan sebelum runtuh akibat tahanan yang
diberikan oleh sengkang spiral. Sengkang spiral yang rapat dan kontinyu akan membungkus
tulangan longitudinal dengan baik dan membentuk suatu sangkar yang dapat menahan core
concrete. Saat terjadi beban ultimit dan beton tertekan maka timbul tegangan tarik (hoop
tension) pada sengkang spiral dan sengkang akan mengalami leleh sehingga tidak terjadi
keruntuhan seketika pada spiral column. Dengan demikian, retak atau pecahnya beton pada
bagian luar kolom akan menjadi peringatan bahwa kolom akan gagal apabila terjadi
penambahan beban.
Seperti terlihat pada gambar 2, saat sebelum beban ultimit, tulangan longitudinal pada kedua
kolom akan leleh dan cover concrete mulai pecah. Saat beban ultimit di puncak terjadi
kegagalan seketika pada tied column sedangkan pada spiral column akan dapat menahan beban
lebih lama sebelum akhirnya gagal.
Gambar 2. Perilaku tied column dan spiral column
-
Gambar 3. Kegagalan pada tied column dan spiral column
Gambar 4 (a) menunjukkan kegagalan spiral column pada penelitian yang dilakukan oleh
Lehigh University di Amerika. Dapat terlihat bahwa hingga beban ultimit, spiral column tidak
mengalami keruntuhan akibat tahanan yang diberikan oleh sengkang spiral, meskipun cover
concrete pecah dan hancur. Pada gambar 4 (b) merupakan kerusakan spiral column yang terjadi
di Santa Monica Freeway akibat beban gempa. Meskipun core concrete mengalami retak dan
sedikit hancur namun kolom masih tetap dapat berdiri.
(a) (b)
Gambar 4. Kegagalan pada spiral column
-
SOAL 2
Bagaimana menentukan rasio dari tulangan memanjang pada kolom?
JAWAB
Rasio tulangan longitudinal pada kolom merupakan rasio antara luas total tulangan longitudinal
dengan luas penampang bruto. Pada SNI 03-2847-2002 dan ACI 318-11 disebutkan bahwa
rasio penulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 0.01 dan tidak boleh lebih dari 0.08.
Dalam ACI 318-11 dijelaskan bahwa rasio tulangan longitudinal pada kolom merupakan batas
atau limit dari jumlah tulangan longitudinal yang dapat digunakan pada elemen tekan non
komposit. Apabila penggunaan dari rasio tulangan longitudinal yang terlalu tinggi
menyebabkan kesulitan pada saat pengerjaan atau kolom menjadi tidak efektif karena tulangan
terlalu rapat (berdesakan), maka lebih baik untuk memperbesar dimensi kolom atau memakai
baja dengan mutu lebih tinggi dibandingkan memakai tulangan yang lebih banyak. Prosentase
tulangan longitudinal kolom diambil tidak lebih dari 4% apabila tulangan longitudinal nantinya
akan disambung (lap sliced).
Penulangan kolom umumnya menggunakan rasio tulangan longitudinal antara 1.5% hingga 3%
atau 0.015 hingga 0.03. Pada bangunan bertingkat banyak dimana beban akan lebih berat rasio
penulangan yang digunakan akan meningkat hingga 4% atau lebih. Dapat disimpulkan bahwa
apabila kolom harus menumpu beban yang berat maka diperlukan tulangan longitudinal yang
lebih rapat sehingga rasio tulangan longitudinal akan meningkat. Namun apabila tulangan
terlalu rapat maka tulangan akan menjadi berdesakan terutama pada titik pertemuan antara
balok, plat, dan kolom. Apalagi apabila nantinya tulangan akan disambung untuk
memperpanjang tulangan longitudinal (lap sliced), tulangan bisa jadi akan berdempet satu
dengan yang lain. Maka dalam menentukan rasio tulangan memanjang yang perlu diperhatikan
tidak hanya banyaknya tulangan yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas kolom, namun
juga konfigurasi pada tulangan itu sendiri sehingga kolom akan dapat berfungsi dengan baik
dan maksimal.
Jumlah tulangan minimum (ACI 318-11):
Metode desain struktur untuk kolom pada dasarnya menggabungkan beban terpisah yang mana
harus dipikul oleh beton dan tulangan, sehingga jumlah minimum tulangan diperlukan agar
menjamin bahwa hanya kolom beton bertulang yang didesain menggunakan metode dalam ACI
318-11. Tulangan dibutuhkan untuk memberikan tahanan pada lentur yang pasti ada meskipun
-
dalam analisa tidak diperhitungkan, dan untuk mereduksi efek dari rangkak dan susut pada
beton yang mengalami tegangan tekan terus-menerus. Penelitian menunjukkan bahwa susut
dan rangkak cenderung untuk mentransfer beban dari beton ke tulangan, dengan konsekuensi
peningkatan tegangan pada tulangan dan akan meningkat saat rasio tulangan menurun. Kecuali
suatu batas bawah diterapkan dalam rasio tulangan, tegangan pada tulangan akan meningkat
hingga mencapai leleh.
Jumlah tulangan maksimum (ACI 318-11):
Rasio maksimum dari tulangan kolom adalah 0.08 dalam ACI 318-11. Hal ini karena lentur
butuh untuk diperhitungkan dalam desain dari semua kolom. Batas atas dari rasio tulangan ini
dapat dianggap sebagai batas praktis untuk tulangan agar ekonomis dan juga berkaitan dengan
kemudahan untuk penempatan atau pengerjaan (placing) dari tulangan kolom itu sendiri.
SOAL 3
Bandingkan mengenai peraturan dan syarat dalam desain kolom menggunakan standar ACI
dan SNI.
JAWAB
ACI 318-11 SNI 03-2847-2002
Desain kekuatan
aksial maksimum
, pada komponen struktur
tekan
Pasal 10.3.6.1
Untuk tulangan spiral
, = 0.85[0.85(
) + ] Pasal 10.3.6.2
Untuk tulangan sengkang ikat
(ties)
, = 0.80[0.85(
) + ]
Pasal 12.3.5 (1)
Untuk tulangan spiral
, = 0.85[0.85(
) + ] Pasal 12.3.5 (2)
Untuk tulangan sengkang ikat
(ties)
, = 0.80[0.85(
) + ]
Kuat tekan rencana
aksial maksimum
Pasal 10.3.6.3
Untuk tulangan spiral
= 0.85 Untuk tulangan sengkang ikat
(ties)
= 0.80 Dimana adalah kuat tekan rencana pada eksentrisitas sama
dengan nol.
Pasal 12.3.5 (3)
Untuk tulangan spiral
= 0.85 Untuk tulangan sengkang ikat
(ties)
= 0.80 Dimana adalah kuat tekan rencana pada eksentrisitas sama
dengan nol.
-
Rasio tulangan longitudinal pada
komponen struktur
tekan nonkomposit
Pasal 10.9.1
= 0.01 0.08 Pasal 12.9 (1)
= 0.01 0.08
Jumlah minimum
batang tulangan
longitudinal pada
komponen struktur
tekan
Pasal 10.9.2
4 untuk batang tulangan dalam sengkang segiempat atau
lingkaran
3 untuk batang pengikat sengkang segitiga
6 untuk batang tulangan dalam sengkang spiral
Pasal 12.9 (2)
4 untuk batang tulangan dalam sengkang segiempat atau
lingkaran
3 untuk batang pengikat sengkang segitiga
6 untuk batang tulangan dalam sengkang spiral
Ketentuan ukuran
minimum sengkang
ikat lateral pada
komponen struktur
tekan untuk tulangan
non-prategang
Pasal 7.10.5.1
Minimum ukuran No.3 untuk tulangan longitudinal lebih
kecil atau sama dengan No.10
Minimum ukuran No.4 untuk tulangan No.11, No.14, No.18
dan bundel tulangan
longitudinal
Pasal 9.10.5 (1)
Minimum ukuran D-10 untuk tulangan longitudinal lebih
kecil dari D-32
Minimum ukuran D-13 untuk tulangan D-36, D-44, D-56
dan bundel tulangan
longitudinal
Jarak vertikal
sengkang ikat untuk
komponen struktur
tekan
Pasal 7.10.5.2
Tidak melebihi 16 kali diameter batang longitudinal
Tidak melebihi 48 kali diameter sengkang ikat atau
kawat ikat (wire)
Dimensi terkecil dari komponen struktur tekan
tersebut
Pasal 9.10.5 (2)
Tidak melebihi 16 kali diameter tulangan longitudinal
Tidak melebihi 48 kali diameter batang atau kawat
sengkang/ sengkang ikat
Ukuran terkecil dari komponen struktur tekan
tersebut
Pengaturan sengkang
ikat (SNI) atau
rectilinear ties (ACI)
Pasal 7.10.5.3 (gambar 5)
Rectilinear ties harus diatur sedemikian sehingga tiap
sudut dan alternate
longitudinal bar mendapat
dukungan lateral yang
disediakan oleh sudut
sengkang ikat dengan sudut
dalam tidak lebih dari 135o.
Tidak ada batang yang berjarak bersih lebih dari 6 in.
di sepanjang sengkang ikat
terhadap batang yang
didukung secara lateral
(laterally supported bar).
Pasal 9.10.5 (3) (gambar 6)
Sengkang dan sengkang ikat harus diatur sedemikia hingga
tiap sudut dan tulangan
longitudinal yang berselang
harus mempunyai dukungan
lateral yang didapat dari sudut
sebuah sengkang atau kait ikat
yang sudut dalamnya tidak
lebih dari 135o.
Tidak boleh ada batang tulangan di sepanjang masing-
masing sisi sengkang atau
sengkang ikat yang jarak
bersihnya lebih dari 150 mm
terhadap batang tulangan yang
didukung secara lateral.
-
Pengaturan untuk
sengkang spiral
Pasal 7.10.4.2
Untuk konstruksi cast-in-place, ukuran diameter spiral
tidak boleh kurang dari 3/8 in.
Pasal 7.10.4.3
Jarak antar spiral tidak boleh melebihi 3 in., atau kurang
dari 1 in.
Pasal 9.10.4 (2)
Untuk konstruksi cor di tempat, ukuran diameter spiral
tidak boleh kurang dari 10
mm.
Pasal 9.10.4 (3)
Jarak bersih antar tulangan spiral tidak boleh melebihi 75
mm dan tidak kurang dari 25
mm
Rasio tulangan spiral
minimum
Pasal 10.9.3
= 0.45 [
1] [
]
Nilai tidak boleh lebih dari 100,000 psi
Pasal 12.9 (3)
= 0.45 [
1] [
]
Nilai tidak boleh lebih dari 450 MPa
Faktor reduksi untuk komponen
struktur tekan
Pasal 9.3.2.2
Dengan tulangan spiral
= 0.75 Dengan tulangan lain
= 0.65
Pasal 11.3.2 (2)
Dengan tulangan spiral
= 0.75 Dengan tulangan lain
= 0.65
Gambar 5. Sketsa untuk ACI (7.10.5.3)
Gambar 6. Sketsa untuk SNI (9.10.5 (3))