beton03

7
SOAL 1 Jelaskan mengapa spiral column memiliki kapasitas yang lebih besar dari tied column dan jelaskan pula mengenai keruntuhan dari kolom spiral. JAWAB Kolom beton bertulang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tied atau spiral column, tergantung pada metode yang digunakan untuk mengikat atau menahan tulangan memanjang pada tempatnya. Bila kolom memiliki sengkang yang tertutup atau terikat (ties) maka kolom tersebut disebut sebagai tied column. Sengkang yang terjalin tersebut akan efektif untuk meningkatkan kekuatan kolom. Sengkang juga akan dapat menahan kecenderungan dari tulangan memanjang untuk menekuk keluar saat kolom dibebani yang dapat menyebabkan beton pecah atau rusak. Tied column umumnya berbetntuk kotak atau segiempat. Saat terdapat sengkang spiral yang menerus dan membungkus sepanjang kolom memanjang, maka kolom tersebut disebut spiral column. Sengkang spiral lebih efektif untuk meningkatkan kekuatan atau kapasitas kolom dibandingkan sengkang ikat (ties). Sengkang spiral memiliki sifat cenderung lebih mengikat tulangan memanjang dan juga memiliki jarak yang dekat (closely spaced) sehingga akan dapat menahan tulangan longitudinal dengan lebih baik agar tidak tertekuk keluar beton. Selain itu, sengkang spiral akan berperan untuk memberikan kekangan pada beton (confine the concrete) sehingga meningkatkan kekuatan beton dalam menahan beban aksial. Gambar 1. (kanan) Spiral column, (kiri) Tied column

Upload: rizki-amalia-tri-cahyani

Post on 03-Oct-2015

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

School Work

TRANSCRIPT

  • SOAL 1

    Jelaskan mengapa spiral column memiliki kapasitas yang lebih besar dari tied column dan

    jelaskan pula mengenai keruntuhan dari kolom spiral.

    JAWAB

    Kolom beton bertulang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tied atau spiral column,

    tergantung pada metode yang digunakan untuk mengikat atau menahan tulangan memanjang

    pada tempatnya. Bila kolom memiliki sengkang yang tertutup atau terikat (ties) maka kolom

    tersebut disebut sebagai tied column. Sengkang yang terjalin tersebut akan efektif untuk

    meningkatkan kekuatan kolom. Sengkang juga akan dapat menahan kecenderungan dari

    tulangan memanjang untuk menekuk keluar saat kolom dibebani yang dapat menyebabkan

    beton pecah atau rusak. Tied column umumnya berbetntuk kotak atau segiempat.

    Saat terdapat sengkang spiral yang menerus dan membungkus sepanjang kolom memanjang,

    maka kolom tersebut disebut spiral column. Sengkang spiral lebih efektif untuk meningkatkan

    kekuatan atau kapasitas kolom dibandingkan sengkang ikat (ties). Sengkang spiral memiliki

    sifat cenderung lebih mengikat tulangan memanjang dan juga memiliki jarak yang dekat

    (closely spaced) sehingga akan dapat menahan tulangan longitudinal dengan lebih baik agar

    tidak tertekuk keluar beton. Selain itu, sengkang spiral akan berperan untuk memberikan

    kekangan pada beton (confine the concrete) sehingga meningkatkan kekuatan beton dalam

    menahan beban aksial.

    Gambar 1. (kanan) Spiral column, (kiri) Tied column

  • Pola keruntuhan antara tied dan spiral column juga berbeda. Sebenarnya perilaku dari sengkang

    spiral dan sengkang ikat (ties) adalah sama hingga terjadi beban ultimit. Untuk tied column,

    beton akan gagal dan hancur keluar (crushing outward) secara lateral. Tulangan longitudinal

    gagal akibat terjadi tekuk pada bagian antar sengkang pada failure region (gambar 3).

    Kegagalan beton akibat retak berlebih diikuti dengan tertekuknya tulangan longitudinal akan

    menyebabkan terjadinya kegagalan kolom seketika, seperti kegagalan pada beton silinder.

    Pada kolom spiral, saat terjadi beban ultimit, beton pada bagian luar sengkang (covering

    concrete) akan pecah, namun beton pada bagian dalam sengkang spiral (core concrete) akan

    tetap berdiri dan dapat menyediakan sedikit kekuatan sebelum runtuh akibat tahanan yang

    diberikan oleh sengkang spiral. Sengkang spiral yang rapat dan kontinyu akan membungkus

    tulangan longitudinal dengan baik dan membentuk suatu sangkar yang dapat menahan core

    concrete. Saat terjadi beban ultimit dan beton tertekan maka timbul tegangan tarik (hoop

    tension) pada sengkang spiral dan sengkang akan mengalami leleh sehingga tidak terjadi

    keruntuhan seketika pada spiral column. Dengan demikian, retak atau pecahnya beton pada

    bagian luar kolom akan menjadi peringatan bahwa kolom akan gagal apabila terjadi

    penambahan beban.

    Seperti terlihat pada gambar 2, saat sebelum beban ultimit, tulangan longitudinal pada kedua

    kolom akan leleh dan cover concrete mulai pecah. Saat beban ultimit di puncak terjadi

    kegagalan seketika pada tied column sedangkan pada spiral column akan dapat menahan beban

    lebih lama sebelum akhirnya gagal.

    Gambar 2. Perilaku tied column dan spiral column

  • Gambar 3. Kegagalan pada tied column dan spiral column

    Gambar 4 (a) menunjukkan kegagalan spiral column pada penelitian yang dilakukan oleh

    Lehigh University di Amerika. Dapat terlihat bahwa hingga beban ultimit, spiral column tidak

    mengalami keruntuhan akibat tahanan yang diberikan oleh sengkang spiral, meskipun cover

    concrete pecah dan hancur. Pada gambar 4 (b) merupakan kerusakan spiral column yang terjadi

    di Santa Monica Freeway akibat beban gempa. Meskipun core concrete mengalami retak dan

    sedikit hancur namun kolom masih tetap dapat berdiri.

    (a) (b)

    Gambar 4. Kegagalan pada spiral column

  • SOAL 2

    Bagaimana menentukan rasio dari tulangan memanjang pada kolom?

    JAWAB

    Rasio tulangan longitudinal pada kolom merupakan rasio antara luas total tulangan longitudinal

    dengan luas penampang bruto. Pada SNI 03-2847-2002 dan ACI 318-11 disebutkan bahwa

    rasio penulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 0.01 dan tidak boleh lebih dari 0.08.

    Dalam ACI 318-11 dijelaskan bahwa rasio tulangan longitudinal pada kolom merupakan batas

    atau limit dari jumlah tulangan longitudinal yang dapat digunakan pada elemen tekan non

    komposit. Apabila penggunaan dari rasio tulangan longitudinal yang terlalu tinggi

    menyebabkan kesulitan pada saat pengerjaan atau kolom menjadi tidak efektif karena tulangan

    terlalu rapat (berdesakan), maka lebih baik untuk memperbesar dimensi kolom atau memakai

    baja dengan mutu lebih tinggi dibandingkan memakai tulangan yang lebih banyak. Prosentase

    tulangan longitudinal kolom diambil tidak lebih dari 4% apabila tulangan longitudinal nantinya

    akan disambung (lap sliced).

    Penulangan kolom umumnya menggunakan rasio tulangan longitudinal antara 1.5% hingga 3%

    atau 0.015 hingga 0.03. Pada bangunan bertingkat banyak dimana beban akan lebih berat rasio

    penulangan yang digunakan akan meningkat hingga 4% atau lebih. Dapat disimpulkan bahwa

    apabila kolom harus menumpu beban yang berat maka diperlukan tulangan longitudinal yang

    lebih rapat sehingga rasio tulangan longitudinal akan meningkat. Namun apabila tulangan

    terlalu rapat maka tulangan akan menjadi berdesakan terutama pada titik pertemuan antara

    balok, plat, dan kolom. Apalagi apabila nantinya tulangan akan disambung untuk

    memperpanjang tulangan longitudinal (lap sliced), tulangan bisa jadi akan berdempet satu

    dengan yang lain. Maka dalam menentukan rasio tulangan memanjang yang perlu diperhatikan

    tidak hanya banyaknya tulangan yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas kolom, namun

    juga konfigurasi pada tulangan itu sendiri sehingga kolom akan dapat berfungsi dengan baik

    dan maksimal.

    Jumlah tulangan minimum (ACI 318-11):

    Metode desain struktur untuk kolom pada dasarnya menggabungkan beban terpisah yang mana

    harus dipikul oleh beton dan tulangan, sehingga jumlah minimum tulangan diperlukan agar

    menjamin bahwa hanya kolom beton bertulang yang didesain menggunakan metode dalam ACI

    318-11. Tulangan dibutuhkan untuk memberikan tahanan pada lentur yang pasti ada meskipun

  • dalam analisa tidak diperhitungkan, dan untuk mereduksi efek dari rangkak dan susut pada

    beton yang mengalami tegangan tekan terus-menerus. Penelitian menunjukkan bahwa susut

    dan rangkak cenderung untuk mentransfer beban dari beton ke tulangan, dengan konsekuensi

    peningkatan tegangan pada tulangan dan akan meningkat saat rasio tulangan menurun. Kecuali

    suatu batas bawah diterapkan dalam rasio tulangan, tegangan pada tulangan akan meningkat

    hingga mencapai leleh.

    Jumlah tulangan maksimum (ACI 318-11):

    Rasio maksimum dari tulangan kolom adalah 0.08 dalam ACI 318-11. Hal ini karena lentur

    butuh untuk diperhitungkan dalam desain dari semua kolom. Batas atas dari rasio tulangan ini

    dapat dianggap sebagai batas praktis untuk tulangan agar ekonomis dan juga berkaitan dengan

    kemudahan untuk penempatan atau pengerjaan (placing) dari tulangan kolom itu sendiri.

    SOAL 3

    Bandingkan mengenai peraturan dan syarat dalam desain kolom menggunakan standar ACI

    dan SNI.

    JAWAB

    ACI 318-11 SNI 03-2847-2002

    Desain kekuatan

    aksial maksimum

    , pada komponen struktur

    tekan

    Pasal 10.3.6.1

    Untuk tulangan spiral

    , = 0.85[0.85(

    ) + ] Pasal 10.3.6.2

    Untuk tulangan sengkang ikat

    (ties)

    , = 0.80[0.85(

    ) + ]

    Pasal 12.3.5 (1)

    Untuk tulangan spiral

    , = 0.85[0.85(

    ) + ] Pasal 12.3.5 (2)

    Untuk tulangan sengkang ikat

    (ties)

    , = 0.80[0.85(

    ) + ]

    Kuat tekan rencana

    aksial maksimum

    Pasal 10.3.6.3

    Untuk tulangan spiral

    = 0.85 Untuk tulangan sengkang ikat

    (ties)

    = 0.80 Dimana adalah kuat tekan rencana pada eksentrisitas sama

    dengan nol.

    Pasal 12.3.5 (3)

    Untuk tulangan spiral

    = 0.85 Untuk tulangan sengkang ikat

    (ties)

    = 0.80 Dimana adalah kuat tekan rencana pada eksentrisitas sama

    dengan nol.

  • Rasio tulangan longitudinal pada

    komponen struktur

    tekan nonkomposit

    Pasal 10.9.1

    = 0.01 0.08 Pasal 12.9 (1)

    = 0.01 0.08

    Jumlah minimum

    batang tulangan

    longitudinal pada

    komponen struktur

    tekan

    Pasal 10.9.2

    4 untuk batang tulangan dalam sengkang segiempat atau

    lingkaran

    3 untuk batang pengikat sengkang segitiga

    6 untuk batang tulangan dalam sengkang spiral

    Pasal 12.9 (2)

    4 untuk batang tulangan dalam sengkang segiempat atau

    lingkaran

    3 untuk batang pengikat sengkang segitiga

    6 untuk batang tulangan dalam sengkang spiral

    Ketentuan ukuran

    minimum sengkang

    ikat lateral pada

    komponen struktur

    tekan untuk tulangan

    non-prategang

    Pasal 7.10.5.1

    Minimum ukuran No.3 untuk tulangan longitudinal lebih

    kecil atau sama dengan No.10

    Minimum ukuran No.4 untuk tulangan No.11, No.14, No.18

    dan bundel tulangan

    longitudinal

    Pasal 9.10.5 (1)

    Minimum ukuran D-10 untuk tulangan longitudinal lebih

    kecil dari D-32

    Minimum ukuran D-13 untuk tulangan D-36, D-44, D-56

    dan bundel tulangan

    longitudinal

    Jarak vertikal

    sengkang ikat untuk

    komponen struktur

    tekan

    Pasal 7.10.5.2

    Tidak melebihi 16 kali diameter batang longitudinal

    Tidak melebihi 48 kali diameter sengkang ikat atau

    kawat ikat (wire)

    Dimensi terkecil dari komponen struktur tekan

    tersebut

    Pasal 9.10.5 (2)

    Tidak melebihi 16 kali diameter tulangan longitudinal

    Tidak melebihi 48 kali diameter batang atau kawat

    sengkang/ sengkang ikat

    Ukuran terkecil dari komponen struktur tekan

    tersebut

    Pengaturan sengkang

    ikat (SNI) atau

    rectilinear ties (ACI)

    Pasal 7.10.5.3 (gambar 5)

    Rectilinear ties harus diatur sedemikian sehingga tiap

    sudut dan alternate

    longitudinal bar mendapat

    dukungan lateral yang

    disediakan oleh sudut

    sengkang ikat dengan sudut

    dalam tidak lebih dari 135o.

    Tidak ada batang yang berjarak bersih lebih dari 6 in.

    di sepanjang sengkang ikat

    terhadap batang yang

    didukung secara lateral

    (laterally supported bar).

    Pasal 9.10.5 (3) (gambar 6)

    Sengkang dan sengkang ikat harus diatur sedemikia hingga

    tiap sudut dan tulangan

    longitudinal yang berselang

    harus mempunyai dukungan

    lateral yang didapat dari sudut

    sebuah sengkang atau kait ikat

    yang sudut dalamnya tidak

    lebih dari 135o.

    Tidak boleh ada batang tulangan di sepanjang masing-

    masing sisi sengkang atau

    sengkang ikat yang jarak

    bersihnya lebih dari 150 mm

    terhadap batang tulangan yang

    didukung secara lateral.

  • Pengaturan untuk

    sengkang spiral

    Pasal 7.10.4.2

    Untuk konstruksi cast-in-place, ukuran diameter spiral

    tidak boleh kurang dari 3/8 in.

    Pasal 7.10.4.3

    Jarak antar spiral tidak boleh melebihi 3 in., atau kurang

    dari 1 in.

    Pasal 9.10.4 (2)

    Untuk konstruksi cor di tempat, ukuran diameter spiral

    tidak boleh kurang dari 10

    mm.

    Pasal 9.10.4 (3)

    Jarak bersih antar tulangan spiral tidak boleh melebihi 75

    mm dan tidak kurang dari 25

    mm

    Rasio tulangan spiral

    minimum

    Pasal 10.9.3

    = 0.45 [

    1] [

    ]

    Nilai tidak boleh lebih dari 100,000 psi

    Pasal 12.9 (3)

    = 0.45 [

    1] [

    ]

    Nilai tidak boleh lebih dari 450 MPa

    Faktor reduksi untuk komponen

    struktur tekan

    Pasal 9.3.2.2

    Dengan tulangan spiral

    = 0.75 Dengan tulangan lain

    = 0.65

    Pasal 11.3.2 (2)

    Dengan tulangan spiral

    = 0.75 Dengan tulangan lain

    = 0.65

    Gambar 5. Sketsa untuk ACI (7.10.5.3)

    Gambar 6. Sketsa untuk SNI (9.10.5 (3))