beton prategang

5
Sumber : http://civilsociety.blogspot.co BETON PRATEGANG 1. Perkenalan Beton Prategang Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, tetapi kekuatan tariknya relatif rendah. Sedangkan baja adalah suatu material yang mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi. Dengan mengkombinasikan beton dan baja sebagai bahan struktur maka tegangan telah dipikulkan kepada beton sementara tegangan tarik dipikulkan kepada baja. Pada struktur dengan bentang yang panjang, struktur bertulang biasa tidak cukup untuk menahan tegangan lentur sehingga terjadi retak-retak didaerah yang mempunyai tegangan lentur, geser atau puntir yang tinggi. Untuk mengatasi keretakan serta berbagai keterbatasan yang lain maka dilakukan penegangan pada struktur beton bertulang. Sistem penegangan ini mulai digunakan pada tahun 1886 saat P.H. Jackson dasi Amerika Serikat membuat konstruksi pelat atap. Di Jerman pada tahun 1888, C.E.W. Doehring mendapatkan hak paten untuk penegangan plat beton dengan kawat baja. Pada 1928 Eugene Freyssinet seorang insinyur Prancis, berhasil memberikan pratekan terhadap stuktur beton sehingga dimungkinkan untuk membuat desain dengan penampang yang lebih kecil untuk bentang yang relatif panjang. Kesulitan kemudian timbul dalam perhitungan struktur statis tak tentu, karena pemberian pratekan menimbulkan gaya tambahan yang sulit diperhitungkan. Pada 1951 Yves Guyon berhasil memberikan solusinya. Perkembangan beton pratekan berlanjut dengan ditemukannya Load Balancing Theory oleh Tung Yen Lin pada 1963. Teori tersebut telah mendorong perkembangan penggunaan beton pratekan yang pesat. P.W. Abeles dari Inggris kemudian memperkenalkan penggunaan Partial Prestressing yang mengijinkan tegangan tarik terbatas pada beton. Keuntungan menggunakan beton prategang adalah : 1. Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang. 2.Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksinya. 3. Kelebihan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan. 4.Dapat dipakai pada rekayasa konstruksi tertentu, misalnya pada konstruksi jembatan segmental. 5.Berbagai kelebihan lain pada penggunaan struktur khusus, seperti struktur plat dan cangkang, struktur tangki, struktur pracetak dan lainnya.

Upload: indrarayz

Post on 26-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Beton Prategang

Sumber : http://civilsociety.blogspot.com

BETON PRATEGANG

1. Perkenalan Beton Prategang

Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, tetapi

kekuatan tariknya relatif rendah. Sedangkan baja adalah suatu material yang

mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi. Dengan mengkombinasikan beton dan

baja sebagai bahan struktur maka tegangan telah dipikulkan kepada beton sementara

tegangan tarik dipikulkan kepada baja. Pada struktur dengan bentang yang panjang,

struktur bertulang biasa tidak cukup untuk menahan tegangan lentur sehingga terjadi

retak-retak didaerah yang mempunyai tegangan lentur, geser atau puntir yang tinggi.

Untuk mengatasi keretakan serta berbagai keterbatasan yang lain maka dilakukan

penegangan pada struktur beton bertulang.

Sistem penegangan ini mulai digunakan pada tahun 1886 saat P.H. Jackson dasi

Amerika Serikat membuat konstruksi pelat atap. Di Jerman pada tahun 1888, C.E.W.

Doehring mendapatkan hak paten untuk penegangan plat beton dengan kawat baja.

Pada 1928 Eugene Freyssinet seorang insinyur Prancis, berhasil memberikan pratekan

terhadap stuktur beton sehingga dimungkinkan untuk membuat desain dengan

penampang yang lebih kecil untuk bentang yang relatif panjang. Kesulitan kemudian

timbul dalam perhitungan struktur statis tak tentu, karena pemberian pratekan

menimbulkan gaya tambahan yang sulit diperhitungkan. Pada 1951 Yves Guyon

berhasil memberikan solusinya. Perkembangan beton pratekan berlanjut dengan

ditemukannya Load Balancing Theory oleh Tung Yen Lin pada 1963. Teori tersebut telah

mendorong perkembangan penggunaan beton pratekan yang pesat. P.W. Abeles dari

Inggris kemudian memperkenalkan penggunaan Partial Prestressing yang mengijinkan

tegangan tarik terbatas pada beton.

Keuntungan menggunakan beton prategang adalah :

1. Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang.

2. Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksinya.

3. Kelebihan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan.

4. Dapat dipakai pada rekayasa konstruksi tertentu, misalnya pada konstruksi jembatan

segmental.

5. Berbagai kelebihan lain pada penggunaan struktur khusus, seperti struktur plat dan

cangkang, struktur tangki, struktur pracetak dan lainnya.

6. Pada penampang yang diberi penegangan, tegangan tarik dapat dieliminasi karena

besarnya gaya tekan disesuaikan dengan beban yang akan diterima.

Kekurangan struktur beton prategang relatif lebih sedikit dibanding berbagai

kelebihannya, diantaranya :

1. Memerlukan peralatan khusus seperti tendon, angkur, mesin penarik kabel

(Stressing, Jack Paul), dan lainnya.

2. Memerlukan keahlian khusus baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya.

Page 2: Beton Prategang

2. Metode Prategang

Untuk memberikan tekanan pada beton pratekan dilakukan sebelum atau setelah beton

dicetak/dicor. Kedua kondisi tersebut membedakan sistem prategang, yaitu Pre-Tension

(pratarik) dan Post-Tension (pasca tarik).

A. Pratarik (Pre-Tension)

Pada cara ini tendon pertama-tama ditarik dan diangkur pada abutmen tetap.

Beton dicor pada cetakan (bekisting) yang sudah disediakan dengan melingkupi

tendon yang sudah ditarik tersebut. Jika kekuatan beton sudah mencapai yang

disyaratkan maka tendon dipotong atau angkurnya dilepas. Pada saat baja yang

ditarik berusaha untuk berkontraksi, beton akan tertekan. Pada cara ini tidak

digunakan selongsong tendon.

B. Pasca Tarik (Post-Tension)

Dengan cara yang sudah disediakan, beton dicor disekeliling selongsong (ducts).

Posisi selongsong diatur sesuai dengan bidang momen dari struktur. Biasanya

baja tendon tetap berada didalam selongsong selama pengecoran. Jika beton

sudah mencapai kekuatan tertentu, tendon ditarik. Tendon bisa ditarik disatu sisi

dan sisi lain yang diangkur. Atau tendon ditarik didua sisi dan diangkur secara

bersamaan, beton menjadi tertekan setelah pengangkuran.

3. Tahap Pembebanan

Tidak seperti beton bertulang, beton ptategang mengalami beberapa tahap

pembebanan. Pada setiap tahap pembebanan harus dilakukan pengecekan atas kondisi

serat tertarik dari setiap penampang. Pada tahap tersebut berlaku tegangan ijin yang

berbeda-beda sesuai kondisi beton atau tendon. Ada dua tahap pembebana pada beton

prategang, yaitu transfer dan servis.

A. Transfer

Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai mongering dan

dilakukan penarikan kabel prategang. Pada saat ini biasanya yang bekerja hanya

beban mati struktur, yaitu berat sendiri struktur ditambah beban beban pekerja

dan alat. Pada saat ini beban hidup belum bekerja sehingga momen yang bekerja

adalah minimum, sementara gaya yang bekerja adalah maksimum karena belum

ada kehilangan gaya prategang.

B. Servis

Kondisi servis adalah kondisi pada saat beton prategang digunakan sebagai

komponen struktur. Kondisi ini dicapai setelah semua kehilangan gaya prategang

dipertimbangkan. Pada saat itu beban luar pada kondisi yang maksimum

sedangkan gaya pratekan mendekati nilai minimum.

Page 3: Beton Prategang

Pada setiap tahapan diatas ditentukan hasil analisis untuk dievaluasi. Hasil analisa bisa

berupa perhitungan tegangan atau kontrol terhadap harga, misalnya lendutan terhadap

lendutan ijin, nilai retak terhadap suatu nilai batas dan lainnya. Perhitungan tegangan

dilakukan untuk desain terhadap kekuatan, sedangkan kontrol terhadap harga

dilakukan untuk desain kekuatan, daya layan, ketahanan terhadap api ataupun tahap

batas yang lain. Perhitungan untuk tegangan bisa dilakukan dengan pendekatan

kombinasi beban, konsep kopel internal (Internal Couple Concept) atau metode beban

penyeimbang (Load Balancing Method).

4. Prosedur Perencanaan

Ada dua metode perencaan struktur beton, yaitu metode beban kerja (working stress

method) dan metode beban batas (limit states method). Metode beban kerja dilakukan

dengan menghitung tegangan yang terjadi dan membandingkan dengan tegangan ijin

yang bersangkutan. Apabila tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan yang

diijinkan maka dinyatakan aman. Dalam menghitung tegangan, semua beban tidak

dikalikan dengan faktor beban. Tegangan ijin dikalikan suatu faktor kelebihan tegangan

(overstress factor). Untuk struktur beton metode ini diterpakan pada Peraturan Beton

Indonesia (PBI 1971).

Metode beban kerja yang didasarkan pada batas-batas tertentu yang bisa dilampaui

oleh suatu system struktur. Batas-batas tersebut, terutama adalah kekuatan,

kemampuan layan keawetan, ketahanan terhadap api, ketahanan terhadap beban

kelelahan dan persyaratan khusus yang berhubungan dengan system struktur tersebut.

Setiap batas dinyatakan aman apabila aksi rencana lebih kecil dari kapasitas komponen

struktur. Aksi rencana dihitung dengan menggunakan faktor reduksi kekuatan.

Peraturan beton saat ini menggunakan pendekatan ini, termasuk di Indonesia, SNI T15-

1991-03 atau edisi barunya SNI 03-2874-2002.

Beban pada struktur umumnya terdiri dari beban mati, beban hidup, beban angin,

prategang, gempa, tekanan tanah, tekanan air, dan lain-lain. Beban yang digunakan

dalam desain struktur dikalikan dengan suatu faktor beban dalam suatu kombinasi

pembebanan. Berikut ini kombinasi pembebanan dari beberapa peraturan untuk tahap

batas kekuatan (Strength Limit States).

Menurut SNI 03-2874-2002 ;

Beban mati : U = 1,4 D

Beban mati & hidup : U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)

Beban angin : U = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W + 0,5 (A atau R)

Beban gempa : U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E atau 0,9 D ± 1,0 E

Menurut ACI 318-83 (1983) ;

Beban mati dan hidup : U = 1,4 D + 1,7 L

Beban angin : U = 0,75 (1,4 D + 1,7 L + 1,7 W) atau 0,9 D + 1,3 W

Beban gempa : U = 0,75 ( 1,4 D + 1,7 L + 1,1 E) atau 0,9 D + 1,1 E

Tekanan tanah : U = 1,4 D + 1,7 L + 1,7 E atau 0,9 D + 1,7 E

5. Material Beton Prategang

5.1. Beton

Page 4: Beton Prategang

Beton adalah campuran air, semen dan agregat serta suatu bahan tambahan. Setelah

beberapa jam dicampur, bahan-bahan tersebut akan langsung mengeras sesuai bentuk

pada waktu basahnya. Campuran tipikal untuk beton dengan perbandingan berat

adalah agregat kasar 44%, agregat halus 31% dan air 7%. Kekuatan beton