berpikir ilmiah

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yagn dikehendaki. Menurut J.S Suriasumantri, manusia-homo sapiens, makhluk yang berpikir. Setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut dengan perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling asasi”. Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, meemutuskan, mengembangkan dan sebagainya. Secara ilmu pengtahuan (berdasarkan prinsip – prinsip ilmu pengetahuan. Atau menggunakan prinsip – prinsip logis terhadap penemuan, pegnesahan dan penjelasan kebenaran). Untuk memperoleh pengetahuan ilmuiah dapat digunakan dua jenis pendekatan, yaitu Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif. Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrument dan operasionalisassi. Dengan kata lain untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks pendekatan deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Berdasarkan uraian diatas nampak bahwa berpikir ilmiah, merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidupnnya di muka bumi. Manusia diberi akal untuk berpikir, bahkan untuk memikirkan dirinya sendiri. Namun demikian, berpikir yang benar adalah berpikir melalui metode ilmiah, sehingga hasil akan benar pula. Oleh karena itu penting untuk dikaji sejauh mana berpikir ilmiah melalui pendekatan alternatif ditinjau dari pendekatan ontology, epistemology dan aksiologi sebagai bahan dari telaahan filsafat ilmu.

Upload: jeacakep

Post on 24-Sep-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

berpikir ilmiah

TRANSCRIPT

BABIPENDAHULUANA.Latar BelakangBerpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yagn dikehendaki. Menurut J.S Suriasumantri, manusia-homo sapiens, makhluk yang berpikir. Setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut dengan perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling asasi.Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, meemutuskan, mengembangkan dan sebagainya. Secara ilmu pengtahuan (berdasarkan prinsip prinsip ilmu pengetahuan. Atau menggunakan prinsip prinsip logis terhadap penemuan, pegnesahan dan penjelasan kebenaran).Untuk memperoleh pengetahuan ilmuiah dapat digunakan dua jenis pendekatan, yaitu Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif. Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrument dan operasionalisassi. Dengan kata lain untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks pendekatan deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.Berdasarkan uraian diatas nampak bahwa berpikir ilmiah, merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidupnnya di muka bumi. Manusia diberi akal untuk berpikir, bahkan untuk memikirkan dirinya sendiri. Namun demikian, berpikir yang benar adalah berpikir melalui metode ilmiah, sehingga hasil akan benar pula. Oleh karena itu penting untuk dikaji sejauh mana berpikir ilmiah melalui pendekatan alternatif ditinjau dari pendekatan ontology, epistemology dan aksiologi sebagai bahan dari telaahan filsafat ilmu.

B.Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memberikan perumusan masalah khususnya yang berkenaan dengan kajian berpikir ilmiah. Untuk itu penulis merumuskan masalah, sebagai berikut :1.Bagaimna pengertian metode berpikir ilmiah ?2.Bagaimana konsep pendekatan alternatif.3.Bagaimana pendekatan alternatif dari sudut pandang ontologi, epistemologi dan aksiologi ?C.Tujuan dan Kegunaan PenulisanTujuan dari penulisan makalah ini untuk mendapatkan gambaran tentangsudut pandang ontology, Epistemologi dan Aksiologi terhadap Pendekata Alternatif sebagai metode Berpikir Ilmiahyang merupakan salah satu kajian mata kuliah Filsafat Ilmu. Sedangkan kegunaan dari penulisan makalah ini adalah (I) untuk dapat lebih menetahui dan memahami pendekatan atlternatif sebagai metode berpikir ilmiah khususnya tentang sejauh mana sudut pandang ontologi, epistemologi dan aksiologi terhadap berpikir ilmiah dalam pendekatan alternative, (2) sebagai bahan kajian lebih lanjut tentang berpikir ilmiah.

BABIIPEMBAHASANA.Pengertian Metode Berpikir ILmiahBerpikir merupakan proses bekerjanya akal, manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapi kebenrann disamping rasa dan kehendak untuk mencapai kebaikan . Dengan demikian, ciri utama dari berpikiradalah adanya abstraksi.Maka dalam arti yang luas kita dapat mengatakan berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi. Sedangkan dalam arti yang sempit berpikir adalah meletakkan atau mencarai hubungan atau pertalian antara abstraksi abstaksi. secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : bepikir alamiah dan berpikir ilmiah.Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka bepikir penelitian ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifatimperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.1.Sarana Berpikir IlmiahSarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membentuk kegiatan dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan saranan tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegitaan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatanberpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa : (1) Bahasa Ilmiah, (2)Logika matematika, (3) Logika Statistika. Bahasa Ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Logika matematika mempunyai peran penting dalam berpikir Deduktif sehingga mudah di ikuti dan dilacak kembali kebenarnnya. Sedangkan logika Statistika mempunyai peran penting dalam berpikir Induktif untuk mencari konsep konsep yang berlaku umum.2.Metode Berpikir IlmiahPada hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Masing masing penalaran ini berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme. Memang terdapat beberapa kelemahan berpikir secara rasionalisme dan empirisme, karena kebenaran dengan cara bepikir ini bersifat relative atau tidak mutlak. Oleh karena itu, seorang sarjanaa atau ilmuwan haruslah bersifat rendah hati dan mengakui adanya kebenaran mutlak tidak bisa dijangkau oleh cara berpikir mutlak yang bisa dijangkau oleh cara berpikir ilmiah.Untuk sampai kepada kebenaran yang dituju diperlukan adanya jalan atu cara. Jalan atau cara itulah yang disebut metode. Dalam kamus Paedagogik disebutkan bahwa Metode ialah cara bekerja yang tetap dipikirkan dengan seksama guna mencapai suatu tujuan.Afanasyev, seorang filosof Rusia , dalam bukunya The Maxist Pholosphyy,menulis bahwaMethod in the road for a goal, the sun of definities priciples and ways of theoretical study and practical activity.Metode atau cara yang dilalui oleh proses ilmu sehingga mencapai kebenaran (ilmiah) bermacam-macam, tergantung kepada obyek atau sifat dan jenis ilmu itu sendiri. Tetapi secara garis besar metode ilmiah biasanya terbagi kepada dua macam, yaitu: Metode Induksi dan Metode Deduksi.a.Metode InduksiMetode Induksi adalah suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari hal hal yang bersifat khusus (individu) menuju kepada hal yang besifat umum(universal).Jadi cara induksi dimulai dari penelitian tehadap kenyataan khusus satu demi satu kemudian diadakan generalisasi dan abstraksi lalu diakhiri dengan kesimpulan umu.Metode induksi ini memang paling banyak digunakan oleh ilmu pengetahaun, utamanya ilmu pengetahuan alam, yang dijalankan dengan caraobservasidaneksperimentasi. Jadi metode ini berdasarkan kepada fakta fakta yagn dapat diuji kebenarannya.b.Metode DeduksiMetode deduksi adalah dkebalikan dari induksi. Kalau induksi bergerak dari hal hal yang bersifat khusus ke umum, maka metode deduksi sebaliknya, yaitu : bergerak dari hal hal yang bersifat umum (universal) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal hal yang bersifat khusus.Cara deduksi ini banyak dipakai dalam logika klasikAristoteles, yaitu dalam membentukSyllogismeyang menarik kesimpulan berdasarkan atasduapremis mayordanminorsebelumnya. Contohnya yang paling klasik :-Semua manusia bisa mati-Socrates adalah manusia-Jadi, Socrates bisa matiDari apa yang diuraikan diatas terlihat bahwa antara Induksi dan Deduksi ( meskipun kelihataanya bertentangan) mempunyai kaitan yang erat. Kaitan itu dapat dilihat pada kenyataan bahwa kesimpulan umum yang diperoleh dengan jalan Induksi (misalnya semua logam dapat memulai bila dipanasi)dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi analisa deduktif. Seperti yang dikatakan olehJohn Stuart Mill, dalam bukunya A system of logic, bahwa setiap tangga besar didalam deduksi memerlukan deduksi bagi penyususn pikiran mengenai hasil hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi kedua duanya bukan merupakan baigan yang saling tepisah sebetulnya saling menyokong seperti aurdengan tebing.Memang terdapat kritikan terhadap metode ilmiah ini, khususnya pada apa yang disebutgeneral truth, yaitu kesimpulan umum yang terdapat dari hasil penyelidikan atu metode berpikir induktif.David Home, seorangfilosof skotlandia, menekankan bahwa dari sejumlah fakta betapun banyaknya dan betapun besarnya secara logis tidak pernah diperoleh atau disimpulkan suatu kebenaran umu (general truth). Alasannya, karena tidak pernah ada keharusan logis bahwa fakta-fakta yang sampai sekarang selalu berlangsugn dengan cara yagn sama, besok juga akan terjadi dengan sama pula. Misalnya, tidak ada kepastian logis bahwa besok pagi matahari akan terbit dari timur. Sehingga dari kejadian kejadian masa lampau tidak pernah dapat disimpulkan sesuatu pun tentang masa depan.Kritikan ini pernah dijawab oleh Karl R. Popper, seorang filosof inggris abad XX ini, dengan mengatakan bahwa sesuatu ucapan atau teori tidak bersifat ilmiah karena sudah dibuktikan, melainkan karena dapat diuji (testable). Ucapan semua logam akan memuai kalau dipanasi dapat dianggap ilmiah kalau dpat diuji dengan percobaan percobaan sistematis untuk menyangkalnya. Dan kalau suatu toeri tetap tahan setelah diuji, maka berarti bahwa kebenarannya diperkokoh (corroborasion). Makin besar kemungkinan untuk menguji dan menyangkal suatu etori, makin koloh pula kebenarannya jika toeri itu bertahan terus. Contoh yang sederhan, dengan observasi terhadap angsa angsa putih. Betapun besar jumlahnya orang tidak samapi kepada toeri umum bahwa semua angsa berwarna putih. Tetapi cukuplah satu observasi tehadap seekor angsa hitam untuk menyangkal toeri tadi. Salaam hitam belum ditemuakan maka pernyataan semua angsa berwarna putih tetap dianggap benar secara ilmiah.B.Pendekatan Alternatif dalam metode berpikir ilmiahPendekatan penelitian dalam metode berpikir iliah pada hakikatnya dibagi dua kelompok besar, yaiut pendekatan Deduktif dan pendekatan Induktif. Namun dala perkembanganya ada pendekatan lain yang merupakan pendekatan gabungan dari dua pendekatan tersebut yang dinamakan dengan pendekatan alternative (pendekatan deduktif induktif)Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yagn mengguankan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat presmis yang diberaikan. Dalam system deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dai satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu aygn umu ke sesuatu yang khusus (going from the general to the specific).Deduksi merupakan suatu cara penalaran dengan menggunakan kriteia atau suatu keyakinan tertentu untuk mendapatkan suatu kesimpulan kasus khusus atu spesifik. Sebuah pernyataan yang dianggap mewakili sebuah kebenaran atau setidaknya sesuatu yang dianggap benar yang memilikiimplikasi tertentu yang dapat diturunkan menjadi sebuah atau beberapa buah pernyataan yang lebih spesifik dan khusus, merupakan pertimbangan nilai (value judgement) yang berisi satu atau lebih premis menjelaskan cara yang seharusnya ditempuh. Sebagi contoh, premis yang menyatakan bahwa laporan akuntasi (acconting report) seharusnya didasarkan kapda pengukuran nilai asset bersih yang bisa direaslisasikan (net realizable value measurements of assets) merupakan premis dari toeri normative. Sebaliknya, teori deskriptif (descriptive theory) berupaya untuk menemukan hubungan yang sebenarnya terjadi. Meskipun terdapat pengecualian, sistem deduktif umumnya bersifat normatif dan pendekatan induktif umumnya berupaya untuk bersifat deskriptif. Hal ini karena metode deduktifpada dasarnya merupakan system yagn tertutup dan non empiris yang kesimpulannya secara ketat diddasarkan kepada premis. Sebaliknya, karena berupaya untuk menemukan hubungan empiris, pendekatan induktif bersifat deskriptif.Salah satu pertanyaan yang menarik adakah apakah temuan riset dapat bebas nilai (value free) atauneteralkarena pertimbangan nilai sesunggunnya mendasari bentuk dan isi riset tersebut. Meskipun riset empiris berupaya untuk deskriptif, penelitiannya tidak mungkin sepenuhnya bersikap netral dengan dipilihnya suatu permasalahan yang akan diteliti dan dirumuskannya definisi konsep yang terkait dengan permasalahan tersebut.Perbedaan yang lebih mencolok antara system deduktif dan induktif adalah : kanduangan atau isi (contents) teori deduktif kadang bersifat global (makro) sedangakn teori induktif umumnya bersifat particularistik (mikro). Oleh karena premis sistem deduktif bersifat global. Sistem deduktif, karena didasarkan kepada fenomena empiris umumnya relevan dengan permasalahan yang diamatinya.Meskipun perbedaan antara system deduktif dan induktif bermanfaat untuk maksud pengajaran, dalam praktek riset pembedaan ini seringkali tidak berlaku. Dengan kata lain, keduanya bukanlah pendekatan yagn saling bersaing tetapi saling melengkapi (complementary) dan sering kali digunakan secara bersama. Metode induktif bisa digunakan untuk menilai ketapan (appropriateness) peremis yang pada mulanya digunakan dalam suatu system deduktif.Proses riset sendiri tidak selalu emngikuti suatu pola yang pasti.Parapeneliti sering kali bekerja secara terbalik dari kesimpulan penelitain lainnya dengan mengembangkan hipoetsis baru yang tampaknya cocok dengan data yang tersedia. Dalam konteks akutansi, riset Induktif bisa membantu memperjelas hubungan dan fenomena yang ada dalam lingkuangn bisnis yang mendasari prakatek akuntasi. Riset Iduktif tersebut pada gilirannya akan bermanfaat dalam proses pembuatan kebijakan yang biasanya mengandalkan penalaran deduktifdalam menentukan aturan yang akan diberlakukan.C.Pendekatan Alternatif dari Sudut Pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi1.Pendekatan Alternatif dari Sudut Pandang OntologiOntologi adalah cabangfilasafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontology mempertanyakan tentang objek yagn ditelaah olehilmu, bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia yang berupa berpikir, merasa, dan mengindera yang membuahkan pengetahaun.Objek telaah ontology tersebut adalah yang tidak telihat pada satu perwujudan tertentu, yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yagn meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenayataan yang mengatasi semua perbedaaan antara bendabenda danmakhluk hidup, antara jenis jenis dan indidvidu individu.Pendekatan alternatif dari sudut pandang ontology, hal ini berarti pendekatan alterantif dari sudut pandang filsafat yang membahas tentang hakikat pendekatan alterantif sebagai pendekatan berpikir ilmiah. Dengan kata lain, dari sudut pandang ontology, pendekatan alterantif dalam kajianany akan mempersoalkan eksistensi pendekatanlain dala prosses berpikir ilmiah sesuai dengan cara - cara yagn digunakan oleh metode ilmih. Mempersoalkan hakikat alternatif sebagai metode ilmiah dalam mencari kebenaran ilmih.2.Pendekatan Alternatif dari Sudut Pnadang EpistemologiObjek telaah episteologi adalah mempertanyakan bagaiman sesuatu itu data dan bagaimanamengetahuinya, bagaimana membedakan dengan yang lain. Jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu tentang sesuatu hal. Landasan epistemology adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logkia, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, serta apa defininya. Epistmologi moral menelaah evaluasi epistemic tentang keputusan moral dan teori teori moral.Pembicaraannya tentang pendekatan alternatif dari sudut pandang epistemologi, hal ini berarti cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah pendekatan alteranatif yang sesuai dengan kaidah kaidah ilmu pengetahuan sehinggga diperolehnya metode ilmiah. Dengan kata lain, pendekatan alternative hendak dipahami secara rasional melalui metode ilmiah.3.Pendekatan alternative dari Sudut Pnadang AksionologiAksiologi adalah filsafat nilai. Aspek nilai din ada kaitannya dengan kategori : (1) baik dan buruk; serta (2) indah dan jelek. Kategori nilai yang pertama diawah kajian filsafat tingkah laku atau disebut etika, sedang kategori kedua merupakan objek kajian filsafat keindahan atu estetika.Landasan aksiologis, dengan pertanyaan mendasar : untuk apa ilmu digunakan ? bagimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah kaidah moral ? bagaiman kaitan antara tekhnik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma norma moral atau professional ?Landasan aksiologi tentang pendekatan alternatif adalah berhubungan dengan eksistensi pendekatan alternatif yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuannya. Dengan perkataan lain, apa yang dapat dikaji oleh pendekatan alternatif adalah segi pengembangan pendekatan alternatif itu terhadap peningkatan kualitas hidup manusia terhadap kemanfaatan berpikir ilmiah yang dapat mengarahkan manusia terhadap nilai baik maupun buruk.

BABIIIPENUTUPA.Kesimpulan1.Berpikir ilmiah dalam, sebagai proses untuk mencapai kebenaran ilmiah dikenal dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu metode Induktif dan metode Deduktif. Pandangan pandangan mengenai berpikir ilmiah, setiap waktu mengalami perubahan, sejalan dengan perjalanan konsep berpikir manusia dalam tiap zaman. Tidak ada pengertian mutlak benar dan mutlak salah dalam suatu ilmu pengetahuan ataupun filsafat yang senantiasa berkembang, yang akan menyempurnakan suatu pengertian maupun gagasan.2.Pendekatan alterantif adalah pendekatan yang menggabungkan pendekatan deduktif (deductive approach) dan pendekatan induksi (inductive approach). Penelitian yang menggunakan pendekatan alterantif pada hakikatnya bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan penelittian yang menggunakan paradigma kuantitatif kualitatif.3.Dalam sudut pandang landasan filsafat, pendekatan alternative dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian besar, yaitu onologi (metafisika), epistemology, dan aksiologi.B.Rekomendasi IlmiahKajian pendekatan alterantif dalam metode penelitian ilmiah, merupakan kajian yang berkaitan dengan pendekatan deduktif deduktif. Dengan adanya perkembangan filsafat ilmu dalam berpikir ilmiah dapatlah diambl sutau pelajaran bahwa itu semua berkat usaha gigih tokoh tokoh filsafat dalam mencsari sumber dan kebenaran melalui kajian kajian ontology, epistomologi dan aksiologi. Untuk itu diharapkan kepada penulis lain agar dikaji lebih lanjut kajian tentang pendekatan alternatif dalam kajian filsafat ilmu.

DAFTAR PUSTAKAAchmadi, asmori, 2001 ,Filsafat umum,Jakarta: Rajawali PersAchmad sanusi (1998),Filsasfat Ilmu, Toeri keilmuan dan Metode Penelitian,Bandung: Program Pasca Sarjana IKIP BandungBranner, Julia. (2002)Memadu Metode Penelitain Kualitatif dan Kuantitiatif, Samarinda : pustaka PelajarCapra, Fritjop, (1998), Titik Balik Peradaan :Sains Mayarakat dan Kebangkitan, Kebudayaan, Terjemahan M. Thoyibi.Yogyakarta: Yayasan Bentang budayaEndang Saefuddin Anshari, (1988),Dimensi Kreatif dalam Filsafat dan Agama,Surabaya: Bina ilmuHanafi, Ahmad, 1990.Pengantar Filsafat Islam,Jakarta: Bulan BintangHardiman, Budi F. 2004,Filsafat Modern,Jakarta: GramediaHadiwijono, Harun, 1980,Sari Sejarah Filsafat Barat,Yogyakarta: KanisiusHassan, faud,Pengantar Filsafatt Barat,Jakarta: Pustaka JayaHimsworth, Harold (1997),Pengetahuan Keilmuan dan pemikiran filosofi, (terjemahan Achamda Bimadja, PH.D ) ,Bandung: ITB Bandung.Jammer, Max (1999), Einstern and Religion :Physics and Theology,New jersey:PrincetonUniversity, PressKattsoff, L.O, 1992,Pengantar Filsafat,Yogyakarta: Tiara WacanaKuh, Thoma S, (200),The Structur of Scientific Revolution : Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, Terjemahan Tjun Surjaman,Bandung: Rosda).Liang, Gie The, 1982,Dari Administrasi Ke Filsafat, Yogyakrata : SupersuksesM. Hatta,Alam Pikiran Yunani, Jakarat : Tinta MasMagnis suseno, Franz, 1992,Filsafat Sebagai Ilmu Kritis,Yogyakarta: KanisiusMilton H, 2004. Peta filsafat :Pendekatan Kronolig dan Tematik,Jakarta: terajuNoeng Muhadjir, (1996),Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III,Yogyakarta, Rake Sarasin___________, (1998), Filsafat Ilmu :Telaah Sistematis, Fungisonal Komparatif, Yogyakarata : Rake sarasinPeursen, Van, 2003,Menjadi Filsuf,Yogyakarta: QalamRedja Mudyahardjo, (2001),Filsafat ILmu Pendidikan: Suatu Pengantar,Bandung: RosdaRicahrd, Popkin H, 1986,Philosophy,London: HeinemmanSidi Gazalba, (1973),Sistemaika Filsafat,Jakarta: Bulan BintangSudarto (1997)Metodologi Penelitian Filsafat,Jakarta: Raja Frafindo Persada. Tibawi,AL(1972), Islamic Education,LONDON: LUzak & Company Ltd.Sugiharto, Bambang, 1996, Posmodernisme: Tantangan Bagi Filsasfat, Jakarat : GramediaTitus, Harold. H (1959),Living Issues in Philosophy: An Introductory Book OfReading,New York: The Mac Millian CompanyZuhairini dkk. (1995),Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara

Definisi BerfikirDefinisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. Berpikir mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.

Definisi berpikir ilmiah1. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.(Hillway,1956).2. Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakanprinsip-prinsip logisterhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. uripsantoso.wordpress.com3. (Menurut Salam (1997:139)Pengertian berpikir ilmiah)1. Proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/ mendapatkan ilmu.2. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.3. Sarana berpikir ilmiah.4. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.5. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.6. Merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik.7. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.4. Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang menggabungkan induksi dan deduksi.(Jujun S. Suriasumantri,Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,)5. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. ( Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118)6. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/ pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah,yang sudah ada (Eman Sulaeman)7. Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.(wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas)8. Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakanprinsip-prinsip logisterhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran9. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat (Jujun S. Suria Sumantri, 1984)10. Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE)

PEMBAHASANA.Pengertian SaranaBerpikir IlmiahSurisumantri (2009:165), Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yangmembantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana ilmiahmerupakan suatu alat, dengan alat ini manusia melaksanakan kegiatan ilmiah. Pada saatmanusia melakukan tahapan kegiatan ilmiah diperlukan alat berpikir yang sesuai dengantahapan tersebut. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena manusia berpikirmengikuti kerangka berpikir ilmiah dan menggunakan alat-alat berpikir yang benar.Untuk mendapatkan ilmu diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir diperlukanuntuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan teratur. Sarana berpikir ilmiah ada empat,yaitu: bahasa, logika, matematika dan statistika (Suriasumantri, 2009:167). Sarana berpikirilmiah berupa bahasa sebagai alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikirankepada orang lain, logika sebagai alat berpikir agar sesuai dengan aturan berpikir sehinggadapat diterima kebenarannya oleh orang lain, matematika berperan dalam pola berpikirdeduktif sehingga orang lain dapat mengikuti dan melacak kembali proses berpikir untukmenemukan kebenarannya, dan statistika berperan dalam pola berpikir induktif untukmencari kebenaran secara umum.B.Tujuan Sarana Berpikir IlmiahSuriasumantri (2009:167), Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untukmemungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajariilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisamemecahkan masalah kita sehari-hari.Harus dibedakan antara tujuan mempelajari sarana ilmiah dan tujuan mempelajari ilmu.Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan kegiatan penelaahan ilmiah.Untuk memaksimalkan kemampuan manusia dalam berpikir menurut kerangka berpikir yangbenarmakadiperlukanpengetahuantentangsaranaberpikirilmiahdenganbaikpula.Manusia mempelajari ilmu agar dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yangterjadi dalam kehidupannya. Manusia dapat meningkatkan kemakmuran hidupnya denganilmu yang telah dipelajarinya.C.Fungsi Sarana Berpikir IlmiahSuriasumantri (2009 :167), ... fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metodeilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.Sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah secaramenyeluruh dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Suriasumantri, 2009:165). Keseluruhantahapan kegiatan ilmiah membutuhkan alat bantu berupa sarana berpikir ilmiah. Saranaberpikirilmiahhanyalahalatbantubagimanusiauntukberpikirilmiahagarmemperolehilmu. Sarana berpikir ilmiah bukanlah suatu ilmu yang diperoleh melalui proses kegiatanilmiah.D. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir IlmiahSalah satu perbedaan manusia dengan makhluk lainnya adalah kemampuan manusiaberbahasa.Bahasamemilikiperananyangsangatpentingdalamkehidupanmanusia,termasuk di dalamnya adalah kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah sangat berkaitan erat denganbahasa.Menggunakanbahasayangbaikdalamberpikirmembantuuntukmengkomunikasikan jalan pikiran kepada orang lain. Berpikir sebagai hasil kegiatan otakmanusia tidak akan ada artinya apabila tidak diketahui oleh orang lain. Cara untukmengkomunikasikannya kepada orang lain adalah menggunakan sarana bahasa.Bahasa merupakan lambang serangkaian bunyi yang membentuk suatu arti tertentu(Suriasumantri, 2006:175). Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alatkomunikasi manusia yang terdiri dari kata-kata atau istilah-istilah dan sintaksis. Kata atauistilah merupakan simbol dari arti sesuatu, sedangkan sintaksis merupakan cara menyusunkata-kata menjadi kalimat yang bermakna (Tim Dosen FilsafatIlmu UGM, 2010:98).Suatu obyek dapat dilambangkan dengan bunyi tertentu. Misalnya, suatu alat berbentukruncing yang diisi tinta dan digunakan untuk menulis dilambangkan dengan bunyi pena.Untuk melambangkan warna yang sama dengan darah digunakan bunyi merah. Dari keduakata tersebut (pena dan merah) dapat dibuat sebuah kalimat bermakna menjadi Andimembeli sebuah pena merah.Bahasa mengandung unsur simbol, sesuatu yang diucapkan oleh manusia merupakankegiatan memberi simbol terhadap suatu obyek nyata dalam dunia praktis. Agar simboltersebut dapat memenuhi tujuan pembicara maka simbol tersebut harus diucapkan denganbunyi tertentuyang dapatdidengar olehorang yang dituju sehinggamemudahkan pendengaruntuk mengetahuidengan jelas obyek yang dimaksud oleh pembicara. Bunyi simbolsuatuobyek tidak harus sama antara ucapan dan makna yang dikandungnya, artinya makna suatuobyek dapat diucapkan dengan kata yang berbeda untuk daerah atau komunitas yang berbeda.Para anggota komunitas kelompok sosial menggunakan bahasa untuk dapat berinteraksi satusama lainnya.Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, dan sikap.(Suriasumantri, 2009:175) Manusia dapat menyampaikan sesuatu yang dipikirkannya kepadaorang lain dengan menggunakan bahasa. Orang lain dapat mengetahui dan mempelajarisesuatu yang sedang dipikirkan dengan bahasa. Selain itu, manusia juga dapatmengekspresikan sesuatu yang dirasakannya kepada orang lain. Orang lain dapat mengetahuiseseorang sedang sedih atau senang melalui bahasayang disimbolkan.Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang mengemukakaninformasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran dalam mendapatkan pengetahuantersebut. Untuk mampu mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jelas maka seseorangharus menguasai bahasa yang baik. (Suriasumantri, 2009:182)Ketika manusia telah memperoleh suatu pengetahuan melalui kegiatan ilmiah yangdilakukan, maka harus mengkomunikasikan hasil yang telah diperoleh tersebut agarpengetahuannyadapatbermanfaatbagikemakmuranumatmanusia.Hal-halyangharusdikomunikasikan tersebut meliputi jalan pemikiran untuk memperoleh pengetahuan danpengetahuan itusendiri.Pengkomunikasian tersebutdituangkan dalamsebuahkaryailmiah.Penyusunan sebuah karya ilmiah menuntut kemampuan untuk menguasai bahasa yang baikdan benar. Tanpa menguasai bahasa yang baik, tidak mungkin dapat menyusun sebuah karyailmiah.Sumarna (2008:134), Melalui bahasa manusia dengan sesama manusia lainnya dapatsaling menambah dan berbagi pengetahuan yang dimilikinya. Bahasa menjadi sarana untukberbagidengansesamamanusia.Seseorangdapatmemberitahukansesuatuyangdiketahuinya kepada orang lain dengan menggunakan bahasa. Dalam proses berbagi tersebutmanusia mengalami penambahan pengetahuan, menjadi mengetahui sesuatu yang semulabelum diketahui.Suriasumantri (2009:175), dalam komunikasi ilmiah menonjolkan fungsi simbolikbahasa.Dalamkomunikasiilmiahproseskomunikasiharusterbebasdariunsuremotifagarpesanyang disampaikandapatditerimasecarareproduktif,artinyasamadengan pesanyangdikirimkan.Bahasa merupakan sarana komunikasi maka segala sesuatu yang berkaitan dengankomunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti halnya berpikir sistematis dalam memperolehilmu. Tanpa kemampuan berbahasa, seseorang tidak akan dapat melakukan kegiatan ilmiahsecara sistematis dan benarDalam komunikasi ilmiah harus memperhatikan fungsi simbolik bahasa, karenakomunikasi ilmiah dilakukan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuankepada orang lain. Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik maka harus menggunakanbahasayangterbebasdariunsuremotif.Unsuremotifdalambahasahanyaakanmengacaukan komunikasi ilmiah sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat diterimadengan baik oleh penerima. Komunikasi simbolik yang bebas dari unsur emotif dapatmencegah salah informasi.Bahasa sebagai sarana ilmiah mempunyai kelemahan. Kelemahan tersebut menurutSuriasumantri (2009:182-187) antara lain:a.bahasa bersifat multifungsi,b.bahasamemilikiartiyangtidakjelasdaneksakyangdikandungolehkata-katayangmembangun bahasa,c.bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikanarti yang sama, dand.konotasi bahasa yang bersifat emosional.Keberadaan bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah ternyata memiliki kelemahan-kelemahan yang melekat pada bahasa tersebut. Bahasa sulit dilepaskan dari emosi dan sikapseseorang, sedangkan bahasa sebagai sarana ilmiah dituntut untuk obyektif agar informasiyang dikomunikasikan dapatditerima dengan baikoleh oranglain. Kelemahanberikutnyaadalah sulit untuk mendefinisikan suatu obyek dengan sejelas-jelasnya, terkadang karenakeinginan untuk memberikan penjelasan yang detil tentang suatu obyek, yang terjadi justrukomunikasi yang dilakukan terkesan bertele-tele dan menjadi tidak jelas.Kelemahan bahasa juga dapat dilihat dari keberadaan beberapa kata yang yangmemiliki arti sama atau sebaliknya beberapa arti cukup menggunakan satu kata saja. Selainitu, ada kelemahan bahasa lain yaitu bahasa sulit dilepaskan dari emosional seseorang. Adamakna-makna tertentu yang dapat ditambahkan pada makna sebenarnya sebagai akibatemosional seseorang.E.Logika Sebagai Sarana Berpikir IlmiahMenurut Bakhtiar (2009:212), Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, validdan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai denganatura-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.Logika merupakan kumpulan kaidah-kaidah yang memberi jalan (sistem)berpikir tertibdan teratur sehingga kebenarannya dapat diterima oleh orang lain. Logika akan memberi suatu ukuran (norma) yakni suatu anggapan tentang benar dan salah terhadap suatukebenaran. Ukuran kebenarannya adalah logis (Sumarna, 2008:141).Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari tentang asas,aturan, dan prosedurpenalaranyangbenar.Denganistilahlainlogikasebagaijalanataucarauntukmemperolehpengetahuan yang benar (Susanto, 2011:143)Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk berpikir denganbenarsesuaidengankaidah-kaidahberpikiryangbenar.Manusiadapatberpikirdengansistematis dan dapatdipertanggungjawabkan kebenarannya dengan menggunakan logika. Jikaingin melakukan kegiatan berpikir dengan benar maka harus menggunakan kaidah-kaidahberpikiryang logis.Logikajugadapatdigunakan untukmembedakanantaraprosesberpikiryang benar dan proses berpikir yang salah.Menurut Susanto (2011:146), ada tiga aspek penting dalam memahami logika, agarmempunyai pengertian tentang penalaran yang merupakan suatu bentuk pemikiran, yaitupengertian,proposisi,danpenalaran.Pengertianmerupakantanggapanataugambaranyangdibentuk oleh akal budi tentang kenyataan yang dipahami, atau merupakan hasil pengetahuanmanusia mengenai realitas. Proposisi atau pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-pengertianyangdibentukolehakalbudiataumerupakanpernyataanmengenaihubunganyang terdapat di antara dua buah term. Penalaran adalah suatu proses berpikir yangmenghasilkan pengetahuan.Keberadaan ketiga aspek tersebut sangat penting dalam memahami logika. Dimulai darimembentuk gambaran tentang obyek yang dipahami, kemudian merangkainya menjadisebuah hubungan antar obyek, dan terakhir melakukan proses berpikir yang benar untukmenghasilkan pengetahuan. Tiga aspek dalam logika tersebut harus dipahami secarabersama-sama bagisiapapun yang hendak memahamidan melakukan kegiatan ilmiah. Tanpamelalui ketiga proses aspek logika tersebut, manusia akan sulit memperoleh danmenghasilkan kegiatan ilmiah yang benar.Terdapat dua cara penarikan kesimpulan melalui cara kerja logika. Dua cara itu adalahinduktif dan deduktif. Logika induktif adalah cara penarikan kesimpulan dari kasus-kasusindividual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan rasional. Logika deduktifadalah cara penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum rasional menjadi kasus-kasus yang bersifat khusus sesuai fakta di lapangan (Sumarna, 2008:150)Kedua jenis logika berpikir tersebut bukanlah dua kutub yang saling berlawanan dansaling menjatuhkan. Kedua jenis logika berpikir tersebut merupakan dua buah sarana yangsaling melengkapi, maksudnya suatu ketika logika induktif sangat dibutuhkan dan harusdigunakan untuk memecahkan suatu masalah, dan pada saat lain yang tidak dapatmenggunakan logika induktif untuk memecahkan masalah maka dapat digunakan logikadeduktif. Seseorang yang sedang berpikir tidak harus menggunakan kedua jenis logikaberpikirtersebut,tetapidapatmenggunakansatulogikaberpikirsesuaidengankebutuhanobyek dan kemampuan individunya.F.Matematika Sebagai Sarana Berpikir IlmiahBahasa sebagai alat komunikasi verbal mempunyai banyak kelemahan, karena tidaksemua pernyataan dapat dilambangkan dengan bahasa. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan bahasa tersebut maka digunakanlah sarana matematika.Suriasumantri (2009:191), Matematikaadalah bahasa yang berusaha untukmenghilangkan sifat kubur (pen: kabur), majemuk dan emosional dari bahasa verbal.Matematika sebagai sarana berpikir deduktif menggunakan bahasa artifisial, yaknimurni bahasa buatan manusia. Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas dari aspek emotifdan efektif serta jelas terlihat bentuk hubungannya. Matematika lebih mementingkankelogisan pernyataan-pernyataannya yang mempunyai sifat yang jelas (Tim Dosen FilsafatIlmu UGM, 2010:107).Dengan matematika, sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa dapatdihilangkan. Lambang yang digunakan dalam matematika lebih eksak dan jelas, lambang-lambang tersebut tidak bisa dicampuri oleh emosional seseorang, suatu lambang dalammatematika jelas hanya mengandung satu arti sehingga orang lain tidak dapat memberikanpenafsiranselaindarimaksudpemberiinformasi.Misalnya,seseorangyangmengatakan:Saya punya satu orang adik perempuan, orang lain dapat menerima bahwa orang itumempunyai satu adik, tidak mungkin orang lain akan mempunyai penafsiran bahwa orang itumempunyai dua atau tiga orang adik.Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untukmelakukan pengukuran secara kuantitatif (Suriasumantri, 2009:193). Matematika biasanyamenggunakan bahasa numeric yang menafikan unsur emosi, kabur dan majemuk seperti yangterdapat dalam bahasa biasa. Melalui unsur ini, manusia dapat melakukan pengukuran secarakuantitatif yang tidak diperoleh dalam bahasa yang selalu memberi kemungkinanmenggunakan perasaan yang bersifat kualitatif (Sumarna, 2008:143).Matematika memungkinkan untuk melakukan pengukuran yang jelas. Untukmembandingkan tinggi dua buah obyek yang berbeda, misal pohon jagung dan pohonmangga. Dengan bahasa hanya dapat dikatakan bahwa pohon mangga lebih tinggi dari pohonjagung, tetapi tidaktahu dengan jelasberapa perbedaan tinggi kedua pohon tersebut. Denganmatematika maka perbedaan tinggi kedua pohon tersebut dapat diketahui dengan jelas dantepat. Misal, setelah diukur ternyata tinggi pohon jagung 100 cm dan tinggi pohon mangga250 meter, maka dapat dikatakan bahwa pohon mangga lebih tinggi 150 cm dari pohonjagung.Matematikamemberikanjawabanyanglebiheksakdanmenjadikanmanusiadapatmenyelesaikan masalah sehari-harinya dengan lebih tepat dan teliti.Matematika sebagai sarana berpikir deduktif, memungkinkan manusia untukmengembangkan pengetahuannya berdasarkan teori-teori yang telah ada, misal, jumlah sudutsebuah lingkaran adalah 3600. Dari pengetahuan ini dapat dikembangkan, seperti besar sudutkeliling lingkaran sama dengan setengah besar sudut pusat jika menghadap busur yang sama.G.Statistika Sebagai Sarana Berpikir IlmiahSuriasumantri (2009:225), Statistika harus mendapat tempat yang sejajar denganmatematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dariberpikirilmiahdapatdilakukandenganbaik.Orangyanginginmampumelaksanakankegiatan ilmiah dengan baik tidak boleh memandang sebelah mata terhadap statistika.Penguasaan statistika sangat diperlukan bagi orang-orang yang akan menarik kesimpulandengan sah. Statistika harus dipandang sejajar dengan matematika. Kalau matematikamerupakan sarana berpikir deduktif maka orang dapat menggunakan statistika untuk berpikirinduktif. Matematika dan statistika sama-sama diperlukan untuk menunjang kegiatan ilmiahyang benar sehingga akan menghasilkan suatupengetahuan yang benar pula.Suriasumantri (2009:225),Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untukmemproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah makastatistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatukejadian secara lebih pasti dan bukan terjadai secara kebetulan.Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah tidak memberikan kepastian namun memberitingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan, dankesimpulannya mungkin benar mungkin juga salah. Langkah yang ditempuh dalam logikainduktif menggunakan statistika menurut Sumarna (2008:146) adalah: Observasi daneksperimen, memunculkan hipotesis ilmiah,verifikasidan pengukuran, serta sebuah teori danhukum ilmiah.Untuk mengetahui keadaan suatu obyek, seseorang tidak harus melakukan pengukuransatu persatu terhadap semua obyek yang sama, tetapi cukup dengan melakukan pengukuranterhadap sebagian obyek yang dijadikan sampel. Walaupun pengukuran terhadap sampeltidak akan seteliti jika pengukuran dilakukan terhadap populasinya, namun hasil daripengukuran sampel dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.Setelah melakukan observasi dan eksperimen kemudian merumuskan suatu hipotesisuntuk dilakukan verifikasi dan uji coba terhadap data dan keadaan yang sebenarnya dilapangan. Berdasarkan pengkajian-pengkajian terhadap data dan keadaan di lapangan tersebutdapat dirumuskan suatukesimpulan yangnantinya menjadi sebuahteori atau hukumilmiah.Artinya, kesimpulan yang ditarik bukanlah sesuatu yang kebetulan terjadi, tetapi telahmelalui tahap-tahap berpikir tertentu dengan melibatkan data dan fakta yang terjadi dilapangan.