berpikir liberal berpikir mental

12
Pakar Kejiwaan: Berfikir Liberal Bagian Dari Penyakit Mental http://www.eramuslim.com/berita/bincang/pakar-kejiwaan-berfikir-liberal-bagian-dari-penyakit-mental.htm Suka · · Ikuti Kiriman · 18 Mei pukul 6:29 3 orang menyukai ini. o Rachmat Septiana Haryadi http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/11/thinking.pdf kalau berpikir termasuk dari pengembangan konsep/idea dan berpikir "liberal"/bebas adalah penyakit mental, semua gila karena berpikir? 18 Mei pukul 9:34 · Suka o Faisal Anugrah Hasibuan ah jangan sebut kita dong,saya tidak berfikir liberal :D,mungkin akang saja..,bedak antara berfikir liberal dengan berfikir secara fitrohnya manusia :D 18 Mei pukul 9:40 · Suka o Rachmat Septiana Haryadi ^oke definisikan berpikir liberal. 18 Mei pukul 9:41 · Suka · 1 o Kharisma Prima http://en.wikipedia.org/wiki/Religion_and_schizophrenia 18 Mei pukul 12:57 · Suka o Rachmat Septiana Haryadi yang bikin saya tidak mengerti adalah, "berpikir secara fitrohnya manusia" atau "b liberal" itu apa, manusia selama hidupnya selalu berpikir entah itu "inside the box" atau "outside the box"

Upload: achmad-ali-akbar

Post on 21-Jul-2015

96 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pakar Kejiwaan: Berfikir Liberal Bagian Dari Penyakit Mental http://www.eramuslim.com/berita/bincang/pakar-kejiwaan-berfikir-liberal-bagian-dari-penyakit-mental.htm Suka Ikuti Kiriman 18 Mei pukul 6:29

3 orang menyukai ini.

oRachmat Septiana Haryadi http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/11/thinking.pdf kalau berpikir termasuk dari pengembangan konsep/idea dan berpikir "liberal"/bebas adalah penyakit mental, berarti kita semua gila karena berpikir? 18 Mei pukul 9:34 Suka

oFaisal Anugrah Hasibuan ah jangan sebut kita dong,saya tidak berfikir liberal :D,mungkin akang saja..,bedakan berfikir antara berfikir liberal dengan berfikir secara fitrohnya manusia :D 18 Mei pukul 9:40 Suka

oRachmat Septiana Haryadi ^oke definisikan berpikir liberal. 18 Mei pukul 9:41 Suka 1

oKharisma Prima http://en.wikipedia.org/wiki/Religion_and_schizophrenia 18 Mei pukul 12:57 Suka

oRachmat Septiana Haryadi yang bikin saya tidak mengerti adalah, "berpikir secara fitrohnya manusia" atau "berpikir liberal" itu apa, manusia selama hidupnya selalu berpikir entah itu "inside the box" atau "outside the box"

apa yang dimaksud berpikir liberal? berada di area mana berpikir liberal? lalu apa itu berpikir dasar? apakah berpikir termasuk kedalam eros atau thanatos? setelah didapat kesimpulannya apa itu berpikir liberal, kenapa ia menjadi penyakit mental? mari berdiskusi dengan topik seperti ini :) 18 Mei pukul 13:13 Suka

oKharisma Prima "Bagaimana ciri mental hygiene dalam perspektif Islam? Kalau dalam Islam, mental hygiene didasarkan pada al Quran dan hadits. Ciri orang yang memiliki kesehatan mental di antaranya, jujur, tidak iri, saling menolong, rajin beribadah. Initnya, orang yang memiliki mental yang sehat apabila mengikuti perintah Allah dan Rasulnya." Profesor Yusuf mungkin lupa menambahkan: Ciri orang yang memiliki kesehatan mental di antaranya, jujur, tidak iri, saling menolong, rajin beribadah demi mendapatkan 72 bidadari perawan di surga. 18 Mei pukul 13:56 Suka

oElan Maulana secara simpelnya sih, berpikir liberal = berpikir dengan menganggap/ mengkhayalkan bahwa manusia itu lebih hebat dari tuhan (menuhankan manusia) sedangkan berpikir secara fitroh manusia = berpikir yg sesuai dengan fitroh manusia dengan mengakui dirinya hanyalah manusia 18 Mei pukul 14:04 Suka

oKharisma Prima sedangkan berpikir secara fitroh manusia = berpikir yg sesuai dengan fitroh manusia dengan mengakui dirinya hanyalah manusia biasa yg pasti tergiur ama 72 bidadari perawan di surga. lalu teman saya bertanya, apa bedanya surga ama saritem? 18 Mei pukul 14:09 Suka

o

Yasa Aulia Natasha wow Baru tahu saya, liberal itu ada kaitannya dengan ketuhanan :o 18 Mei pukul 14:16 Suka

oKharisma Prima Elan Maulana: Berpikir liberal itu bukan berarti menuhankan manusia. Berpikir liberal itu "THINK OUT OF THE BOX": Berpikir di luar kotak (think out of the box) adalah cara berpikir di luar batasan masalah yang ada ataupun cara berpikir dengan menggunakan perspektif yang baru. Yang dimaksud kotak dalam hal ini adalah perumpamaan pembatasan diri seseorang pada saat melihat suatu permasalahan. Dalam definisi yang lebih luas, berpikir di luar kotak dideskripsikan sebagai suatu cara pikir baru di luar kebiasaan dari cara berpikir yang sebelumnya, cara berpikir yang berbeda dari orangorang pada umumnya, cara berpikir kreatif, di luar kemampuan diri dan kelompok, dan cara berpikir yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh siapapun sebelumnya. Pada intinya, berpikir di luar kotak berarti berani untuk berpikir lebih jauh, tidak terfokus hanya pada apa yang dihadapi dan apa yang biasanya orang pikirkan, tapi untuk bisa berfikir lebih jauh dari kemampuan dan kebiasaan yang ada dan orang-orang pada umumnya. Cara berpikir di luar kotak pertama kali diperkenalkan oleh seorang matematikawan Inggris Henry Ernest Dudeney lewat sebuah teka teki yang ia ciptakan. Selain Henry, Edward de Bono juga mengartikan cara berpikir di luar kotak sebagai cara berpikir lateral. Ia berkata Seseorang tidak dapat menggali lubang di tempat yang berbeda dengan menggali lebih dalam lubang yang sama. Ini memiliki arti bahwa seseorang tidak akan menemukan hal yang baru, hal yang tidak pernah ditemui dan dialami sebelumnya jika masih berada pada cara pemikiran yang sama. Seseorang harus berani mengambil keputusan untuk keluar dari kotak tersebut, zona aman yang dimiliki, maka barulah hal-hal baru, inovasi, pengalaman, dan keberhasilan baru yang tidak terbayangkan bisa menghampiri diri seseorang. Albert Einstein mengatakan: "Hanya orang-orang gila yang mengharapkan hasil berbeda akan tetapi menggunakan cara-cara yang sama." Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Berpikir_di_luar_kotak Berpikir bebas itu TIDAK berpikir seperti "Katak Dalam Tempurung". Berpikir bebas itu keluar dari penjara pikiranmu, keluar dari penjara dogmatis, gunakan cara-cara baru, lihatlah dunia dan bebaskan imajinasimu, dan temukan hal-hal yang baru. 18 Mei pukul 14:22 Suka 2

oRachmat Septiana Haryadi ada kesimpulan lain? :) berkaitan tentang "berpikir"? 18 Mei pukul 17:16 Suka

oIrwan Izukage Syah "berpikir liberal = berpikir dengan menganggap/ mengkhayalkan bahwa manusia itu lebih hebat dari tuhan (menuhankan manusia)

sedangkan berpikir secara fitroh manusia = berpikir yg sesuai dengan fitroh manusia dengan mengakui dirinya hanyalah manusia" eh tunggu.. menuhankan manusia itu liberal, berarti orang2/kelompok2 yang ngerasa tafsirannya dan HANYA tafsirannya yang benar2 mewakili Tuhan termasuk liberal. sementara orang2/kelompok2 yang ngerasa tafsirannya cuman sekedar tafsiran sehingga tidak main klaim dan monopoli "kebenaran" termasuk berpikir secara fitroh. ah ya, kalau memang begitu berarti emang punya penyakit mental tuh para pelaku berfikir liberal.. :) 18 Mei pukul 17:24 Suka

oIrwan Izukage Syah Think Out of the box = memaksakan melebihi dari batas kemapuannya, mengkhayal #garuk2 kepala i'm out guys.. 18 Mei pukul 19:34 Suka

oElan Maulana perlu kita ketahui bahwa akal manusia itu mmpunyai batas kemampuan, karena hakkatnya manusia hanylah sebatas makhluk (ciptaan) hidup, bukan sebgai Sang Khalik (Pencipta)....Sehingga manusia pasti mempunyai keterbatasan dalam kemampuannya......kecuali klo ada manusia yg merasa lebih hebat kemampuannya daripda Sang Pencipta, walaupun hakikatnya hal itu sangat mustahil Jadi selamanya manusia tidak akan pernah mampu berpikir di luar batas kemapuan akal manusia, klaupun ada yg memaksakan melebihi dari batas kemapuannya (THINK OUT OF THE BOX) maka hakikatnya dia bukan lgi sedang berpikir melainkan sedang MENGKHAYAL, sehingga hasilnya pun hanya sekedar KHAYALAN, bukan pemikiran 18 Mei pukul 19:35 Suka

oKharisma Prima Elan Maulana: Betul.. Akal manusia memang terbatas, tp bukan berarti lalu manusia semakin membatasinya. :) 18 Mei pukul 19:38 Suka

o

Elan Maulana yg membatasi hanyalah batas kemampuan manusia, Oleh karena keterbatasan inilah, Sang Pencipta menurunkan tuntunan/pedoman melalui utusan-Nya utk menuntun manusia baik dalam berpikir tentang hakikat kehidupan maupun dalam menjalankan kehidupan......Sebab hakikatnya Sang Pencipta lebih Maha Mengetahui segala sesuatu tentang kehidupan ini daripada manusia 18 Mei pukul 19:51 Suka

oRachmat Septiana Haryadi ^karena manusia berpikir melebihi batas kemampuannya maka terciptalah teknologi baru :) dengan berpikir akan didapatnya sebuah problem solving, "out of the box" adalah sebuah proses berpikir radikal demi menyelesaikan sebuah masalah. contoh: seorang desainer komputer tentu tidak akan hanya "ngulik" sebuah desain mana yang bagus atau jelek tetapi ia akan juga memikirkan bagaimana fungsinya kedepannya. hal ini membuat seorang desainer berpikir antara desain dan fungsi desain dan fungsi itu dua bidang yang berbeda tetapi dapat disatukan bila kita melihat di "luar kotak" dalam hal ini barang. ----------------------------------------------------------------saya kutip dari makalah yang saya sudah share diatas. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu : Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidak berhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu. Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis. termasuk manakah berpikir liberal? 18 Mei pukul 19:59 Suka

oKharisma Prima Elan Maulana: Al quran 51:49 - "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangansupaya kamu mengingat akan kebesaran Allah." Al quran 36:36 - "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." Orang jaman dulu menginterpretasikan ayat itu sebagai berikut: Setiap makhluk hidup pasti diciptakan berpasangan, lelakiperempuan, jantan-betina. Tapi ilmu pengetahuan modern telah menemukan hermafrodit (hewan berkelamin ganda) dan hewan bersel satu yang tidak punya kelamin. Kalau kamu terus terpenjara oleh "kotak" interpretasi dogma agama itu, kamu gak akan pernah bisa

menerima kenyataan kalau ada hermafrodit dan makhluk hidup yg gak punya kelamin. Kamu akan bisa menerima kenyataan itu kalau kamu mau berpikir bebas. Itulah sebabnya kenapa ada ijtihad dan re-interpretasi ayat. Keluarkan pikiranmu dari "kotak" dogma agama yg belum tentu terbukti kebenarannya, lalu lihatlah hal-hal baru di sekelilingmu. Lihatlah sesuatu dari banyak sudut pandang, sudut pandang dirimu dan sudut pandang orang lain. Berpikirlah hal-hal yg baru. Itu yg dinamakan "think out of the box". NB: Kita baru ngebahas hermafrodit dan hewan bersel satu, belum ngebahas manusia kloning. 18 Mei pukul 20:37 Suka

oAlfian Al Ayyubby Pelu Parah ni pandangan si professor kejiawaan.. Pandangan simplistis begitu dijadiin rujukan.. 19 Mei pukul 0:10 Suka

oKharisma Prima 1. Pernyataan itu didapat dari wawancara, bukan dari jurnal penelitian ilmiah. Penggunaan kalimat dan terminologinya bisa dipelintir secara sepihak oleh jurnalis/editor berita yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan website. 2. Sumber websitenya aja tendensius. Kalau mencari referensi tentang psikologi ya seharusnya ke website yg memang khusus dan kompeten membahas bidang psikologi. 3. Latar belakang pendidikan Profesor Syamsu Yusuf itu bidang psikologi pendidikan, bukan bidang psikiatri ataupun neurologi. S1 Bimbingan dan Penyuluhan IKIP Bandung 1982, S2 Bimbingan dan Konseling IKIP Bandung 1989, S3 Bimbingan dan Konseling IKIP Bandung 1994. Sama halnya seperti kasus Harun Yahya (Adnan Oktar) yang pada akhirnya dituntut oleh ilmuwan dunia ke meja hijau dengan tuduhan pseudosains dan penipuan. Harun Yahya sama sekali tidak memiliki background di bidang biologi tp berani membuat teori biologi sendiri tanpa prosedur-prosedur ilmiah. 19 Mei pukul 6:24 Suka 1

oElan Maulana Rachmat Septiana Haryadi terciptanya teknologi baru merupakan bukti dari hasil berpikir yg masih dalam batas kemampuan akal manusia, karena dalam ranah ilmiah maupun teknologi merupakan masih dalm ranah logika yg masih dalam batas kemampuan manusia sedangkan yg di luar kemampuan akal manusia smpai sekarang belum pernuh terbukti hasilnya, seperti contohnya orang berpikir tentang hakikat kehidupan (filosofis), mereka mengklaim telah menemukan jalan kehidupan baru utk mencapai kebahagian dalam kehidupan, tapi sampai sekarang belum pernah terbukti hasilnya (mencapai kebahagian)... padahal hakikatnya sudah ada jalan/tuntunan/pedoman hidup sebgaimana yg saya jelaskan pada komentar sebelumnya yg mampu memuaskan akal dan menentramkan jiwa serta menjamin kebahagian dalam kehidupan dunia maupun akhirat Kharisma Prima,

sebelum kita masuk pada content Al-Qur'an, sebelumnya saya ingin mengetahui, bagaimana pandangan anda terhadap AlQur'an? 19 Mei pukul 6:25 Suka

oRachmat Septiana Haryadi ^apakah manusia dapat terbang? dulu orang yang memimpikan "pesawat" disebut gila loh. 19 Mei pukul 8:06 Suka

oElan Maulana terbang dengan TEKNOLOGI pesawat, 19 Mei pukul 8:10 Suka

oRachmat Septiana Haryadi ^ya, itu salah satu contoh teknologi adalah "ekstesibility" atau perpanjangan kemampuan manusia, ini adalah hasil dari manusia berpikir diluar kotak, jika manusia berpikir didalam kotak manusia dalam hal transportasi hanya akan berjalan saja. 19 Mei pukul 8:14 Suka

oRachmat Septiana Haryadi Kharisma Prima menanggapi pernyataan ke 3 darimanakah patokan pseudosains itu didapat? orang jaman dulu yang pertama ada kan ga pada punya bekrond sains tapi dapat menyebutkan hasil penelitian mereka. 19 Mei pukul 8:17 Suka

oElan Maulana tapi masih dalam batas kemampuan akal manusia kan?, buktinya teknologi bisa tercipta secara real

sya ulangi lagi, yg saya permasalahkan di sini adalah berpikir di luar kemapuan manusia, seperti berpikir tentang hakikat kehidupan, BUKAN tentang TEKNOLOGI, SAINS, ILMIAH 19 Mei pukul 8:20 Suka

oRachmat Septiana Haryadi ^mas teknologi itu hasil real dari sebuah pemikiran untuk membahas yang abstrak seperti pikiran bukankah kita harus melihat hasilnya manusia bila tidak berpikir "nyeleneh" tidak akan dapat menciptakan pesawat. proses penciptaan berbeda dengan proses pemikiran, bila diibaratkan penciptaan adalah semacam problem solving, ya disini kita membahas berpikir "liberal" darimana kita dapat mengetahui apa itu "berpikir" dari bidang Ilmiah bukan? yang anda catut saja pernyataan psikolog, oleh karena itu saya bertanya diatas kepada teman-teman apa itu berpikir "liberal" dan "hakikat" untuk menarik kesimpulan, apakah sama berpikir simplistis dengan kompleks, apakah systematis atau tidak systematis berpikir beda loh mas dengan pemikiran :) 19 Mei pukul 8:38 Suka 1

oAndi Doanks konsep teknologi 19 Mei pukul 9:38 Suka

oKharisma Prima Rachmat Septiana Haryadi: Menurut gw, patokan yg paling standar adalah bukti fisis. Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. http://teacher.nsrl.rochester.edu/phy_labs/AppendixE/AppendixE.html Misalkan teori yang mengatakan hantu pocong itu ada. Selama itu tidak ada bukti fisisnya, teori itu tidak bisa dikatakan ilmiah, tp masih dalam tahap diyakini atau diimani. Oleh sebab itu, iman merupakan sikap percaya pada sesuatu yg belum tentu terbukti kebenarannya. Coba kita pakai penalaran logis mengenai hantu pocong, kenapa cerita hantu pocong cuma ada di Indonesia, sedangkan di Amerika, Eropa, Arab, Jepang, atau di China sana cerita hantu poncong tidak ada? Elan Maulana: Pandangan saya terhadap al-quran sama saja seperti pandangan saya terhadap kitab suci lainnya.

19 Mei pukul 22:31 Suka

oKharisma Prima Rachmat Septiana Haryadi: Contoh lainnya teori yg mengatakan bahwa gempa di Aceh sebesar 8,5 skala Richter pada tanggal 26 Desember 2004 yg memicu tsunami merenggut lebih dari 150 ribu jiwa karena banyaknya maksiat, sehingga Tuhan memberi azab. Hipotesisnya: Semakin banyak maksiat --> Tuhan semakin marah --> Azab semakin besar --> Korban jiwa semakin banyak. Hipotesis itu diuji kembali ketika kemudian Jepang dilanda gempa sebesar 8,9 skala Richter pada tanggal 11 Maret 2011 dan memicu tsunami. Mayoritas penduduk Jepang mengaku atheis dan di Jepang JAV dilegalkan, Tuhan semakin marah, dan Azab semakin besar (8,9 skala Richter). Sampai disini hipotesis terpenuhi. Tp korban jiwa yg disebabkan oleh gempa tsunami tersebut sekitar 15 ribu jiwa. Hipotesis tidak lolos uji atau tidak konsisten dengan hipotesis gempa tsunami di Aceh sebelumnya. Maka teori itu tidak ilmiah. Kira-kira seperti itu penjelasan apa itu metode ilmiah. 19 Mei pukul 22:58 Suka

oKharisma Prima ^Tp kalau seseorang beriman secara fundamental, tetep konservatif dengan keyakinan argumennya, tidak mau membebaskan pikirannya dan tidak mau melihat sesuatu dari sudut pandang yg baru, selamanya ia tidak akan pernah mau bebas mengeksperimenkan hipotesis-hipotesis argumen baru. Selamanya ia tidak akan pernah bisa belajar halhal yg baru,selamanya tidak akan pernah bisa menemukan inovasi-inovasi baru. Itulah kenapa para ilmuwan bisa mengembangkan ilmu pengetahuan yg sampai sekarang kita nikmati ini karena mereka berpikir bebas/liberal. Mudah-mudahan penjelasan saya bisa membantu, mas Elan Maulana. :) 19 Mei pukul 23:24 Suka

oYusuf Suparman SId pakar kejiwaannya sakit jiwa kali.. 19 Mei pukul 23:30 Suka 1

oRachmat Septiana Haryadi oke sampai disini saya makin jadi bingung, tiap detik manusia berpikir, dan terjadilah beberapa pertanyaan. darimana tolok ukur "berpikir liberal" dan "berpikir hakikat"?

apa yang menjadi dasar "liberal" atau "hakikat"? saya rasa dari atas tidak ada yang menjawabnya Kharisma Prima kunci-nya adalah membebaskan? kalau begitu apakah ada kaitan dengan acara "camp pembebasan" dibawah? bila pola berpikir dibebaskan seperti yang di bicarakan profesor diatas = penyakit mental... 19 Mei pukul 23:33 Suka

oRachmat Septiana Haryadi "cogito ergo sum" kalau ditilik lagi hakikat manusia adalah berpikir, yang lalu menjadi pertanyaan juga, apakah orang berpenyakit mental berpikir? 19 Mei pukul 23:36 Suka

oKharisma Prima Rachmat Septiana Haryadi: Maka dari itu gw jg bingung. Menurut pemahaman gw, "camp pembebasan" ini memang membebaskan dari satu ideologi, tp jg lalu memenjarakan ke dalam ideologi lainnya. Yah, seperti keluar "kotak" satu, masuk ke "kotak" lainnya. Seharusnya setelah bebas, kemudian ia bebas untuk memilih "kotak" yg mana dimasuki lg atau tidak usah masuk "kotak" sama sekali. Mana ada orang gila yg sadar kalau dirinya gila? Logikanya, orang yg sadar kalau dirinya gila, itulah orang waras. :) 19 Mei pukul 23:41 Suka

oYusuf Suparman SId pakar sakit jiwa pada ditanggapin.. hoammm deh.. liberty egalite franternite.. hakikat manusia adalah berpikir dan itu yang membedakan dengan hewan walaupun banyak para pemikir yg mendefinisikan manusia sebagai "hewan berpikir".. 19 Mei pukul 23:42 Suka

oAlfian Al Ayyubby Pelu Cup, kontrol beunget, cup. Kalem. :p 19 Mei pukul 23:44 Suka

oYusuf Suparman SId hahah.. maneh d mana al..? NObar arek milu..? benget maneh tah palsu hahaha 19 Mei pukul 23:47 Suka

oRachmat Septiana Haryadi eh ai grup cover kaganti teu? mas ucup : biar yang ngepost mempertanggungjawabkan sudah membuat hamil thread seperti ini mari pertanyakan :* kape : kalau tidak sadar dia tidak gila bagaimana? waras? atau gila? 19 Mei pukul 23:47 Suka

oKharisma Prima Guys, gw ama temen-temen mo nobar di gampoeng aceh. Barengan aja, yuk. 19 Mei pukul 23:48 Suka

oRachmat Septiana Haryadi ^mabok ga? kalau ga mabok ga asik. 19 Mei pukul 23:49 Suka

oKharisma Prima Rachmat Septiana Haryadi: Logikanya sih gila hahaha. Tp ini pemahaman filosofis, jangan dimaknai simpel. 19 Mei pukul 23:49 Suka

o

Kharisma Prima ^Gak, gw udah lama tobat yg begituan hehe 19 Mei pukul 23:50 Suka

oAlfian Al Ayyubby Pelu Isi argumentasi si pemasang berkas ini, mirip pakar kejiawaan yg dia kutip. Pelintir2 juga. Memperkarakan pemikiran tanpa metode yg ketat, jelas, runtut, dan bisa dipertanggung-jawabkan di dalam kelas, bukan di dalam masjid, adalah 'sakit'.. Yusuf : Cup, nobar apa, "bokep"? 19 Mei pukul 23:54 Suka 2

oAlfian Al Ayyubby Pelu Pikiran liberal dan tidak liberal itu dipisahkan (dalam pendapat si prof ini) dan disimpulkan dengan tendensi yang moralis sekali, bukan dengan seperangkat metodologi ilmiah non-moral.. Di depan Nietzsche, Marx atau Foucault, moralitas adalah dongeng. Minggu pukul 0:11 Suka

oWybowo Kedot ah prof ini ma