berita-diklat ppns

5
4 DIKLAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI MEGA MENDUNG BOGOR JAWA BARAT Salah usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan adalah adanya pegawai negeri sipil yang bertugas untuk melakukan penyidikan dibidang tindak pidana lingkungan hidup yang biasa disebut dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah ang selanjutnya disingkat PPNS, adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Dalam kerangka sistem peradilan pidana (criminal justice system), peran aparatur penegak hukum, khususnya penyidik, sangat strategis. Penyidik merupakan pintu gerbang utama dimulainya tugas pencarian kebenaran materiil karena melalui proses penyidikan sejatinya upaya penegakan hukum mulai dilaksanakan. Dasar hukum diberikannya wewenang kepada PPNS untuk melakukan penyidikan di antaranya: 1. Pasal 6 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana; 2. Pasal 1 angka 10 dari Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia; Penyidik mempunyai peranan penting dan merupakan ujung tombak dalam proses penegakan hukum pidana. Kinerja penyidik berpengaruh besar dalam proses penanganan perkara pidana. Dalam Pasal 1 angka 1 dan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana disebutkan bahwa ada dua pejabat yang berkedudukan sebagai penyidik, yaitu pejabat polisi negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Munculnya PPNS sebagai institusi di luar Polri untuk membantu tugas-tugas kepolisian dalam melakukan penyidikan dengan tegas diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pengaturan lebih lanjut mengenai penyidik sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran

Upload: etty-septia-sari

Post on 27-Oct-2015

628 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Pelatihan PPNS

TRANSCRIPT

Page 1: BERITA-DIKLAT PPNS

4

DIKLAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPILDI MEGA MENDUNG BOGOR JAWA BARAT

Salah usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan adalah adanya pegawai negeri sipil yang bertugas untuk melakukan penyidikan dibidang tindak pidana lingkungan hidup yang biasa disebut dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah ang selanjutnya disingkat PPNS, adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Dalam kerangka sistem peradilan pidana (criminal justice system), peran aparatur penegak hukum, khususnya penyidik, sangat strategis. Penyidik merupakan pintu gerbang utama dimulainya  tugas pencarian kebenaran materiil karena melalui proses penyidikan sejatinya upaya penegakan hukum mulai dilaksanakan. Dasar hukum diberikannya wewenang kepada PPNS untuk melakukan penyidikan di antaranya:

1. Pasal 6 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana;2. Pasal 1 angka 10 dari Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia;Penyidik mempunyai peranan penting dan merupakan ujung tombak

dalam proses penegakan hukum pidana. Kinerja penyidik berpengaruh besar dalam proses penanganan perkara pidana. Dalam Pasal 1 angka 1 dan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana disebutkan bahwa ada dua pejabat yang berkedudukan sebagai penyidik, yaitu pejabat polisi negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Munculnya PPNS sebagai institusi di luar Polri untuk  membantu tugas-tugas kepolisian dalam melakukan penyidikan dengan tegas diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pengaturan lebih lanjut mengenai penyidik sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) tetapi dalam perkembangannya sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum dalam masyarakat dan belum dapat sepenuhnya berperan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Oleh karenanya, perlu mengubah ketentuan Peraturan Pemerintah tersebut, khususnya yang mengatur mengenai penyidik terutama pejabat penyidik pegawai negeri sipil (pejabat PPNS). Saat ini pengaturan mengenai penyidik diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Perubahan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dilakukan

Page 2: BERITA-DIKLAT PPNS

4

dengan tujuan agar dapat meningkatkan kinerja dan profesionalitas penyidik dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya, yaitu salah satunya dengan meningkatkan persyaratan untuk dapat diangkat menjadi penyidik seperti pendidikan paling rendah, pangkat/golongan, dan bertugas di bidang teknis operasional penegakan hukum.

Adapun substansi lain yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini antara lain mengenai, proses pengangkatan, pengambilan sumpah atau janji, kartu tanda pengenal, mutasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas, dan pemberhentian pejabat PPNS.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diberi wewenang sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana lingkungan hidup. Selanjutnya dalam pasal 94 ayat (2) dijelaskan bahwa Penyidik pejabat pegawai negeri sipil berwenang :

1) Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

2) Melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

3) Meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang berkenaan dengan peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

4) Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

5) Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain;

6) Melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

7) Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

8) Menghentikan penyidikan;9) Memasuki tempat tertentu, memotret, dan/atau membuat rekaman

audio visual;10) Melakukan penggeledahan terhadap badan, pakaian, ruangan,

dan/atau tempat lain yang diduga merupakan tempat dilakukannya tindak pidana; dan/atau

11) Menangkap dan menahan pelaku tindak pidana.

Untuk dapat menjaring dan meningkatkan kemampuan para calon PPNS, dilakukan diklat PPNS yang bekerja sama dengan Pusat Pendidikan Reserse Kriminal Kepolisian Republik Indonesia sebagai satu-satunya institusi di Indonesia yang bertugas untuk memberikan pembelakalan dan

Page 3: BERITA-DIKLAT PPNS

4

pelatihan terhadap calon – calon penyidik. Adapun tujuan dari pelaksanaan diklat PPNS ini adalah meningkatkan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan serta pembentukan kepribadian Calon PPNS. Selain itu diklat ini juga bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme PPNS dalam melaksanakan penyidikan atas pelanggaran peraturan perundang-undangan sesuai undang-undang yang menjadi acuannya.

Diklat yang berlokasi di Pusdik Reskrim Mega Mendung Bogor ini berlangsung selama 2 bulan yaitu 21 April s/d 24 Juni 2013. Jumlah peserta untuk diklat PPNS LH berjumlah 34 orang dengan jumlah peserta laki-laki sebanyak 26 orang dan perempuan sebanyak 8 orang. Peserta ini terdiri dari berbagai pegawai pusat, provinsi, kabupaten/kota se-Indonesia.

Materi yang disajikan dalam diklat dengan pola 400 jam pelajaran ini terdiri dari Hukum dan Perundang-Undangan, Teknik dan Taktik Sidik, Hubungan Polri dan PPNS, Kriminalistik, Orientasi Kegiatan CJS (Criminal Justice System) dan Latnis/Latja (Latihan Teknis dan Latihan Kerja). Pengajar materi tersebut berasal dari pegawai Polri yang bertugas sebagai tenaga pendidik (Gadik).

Sebelum pelaksanaan diklat ini, calon peserta PPNS diberi pembekalan di Pusdiklat Serpong untuk pemberian materi tentang tindak pidana lingkungan hidup. Pelaksanaan pembekalan ini berlangsung selama dua hari yaitu tanggal 22 April s/d 23 April 2013.

Gambar 1.Kegiatan pembelajaran

Gambar 2.Kegiatan diskusi di kelas

Page 4: BERITA-DIKLAT PPNS

4

Gambar 3.Kegiatan Lapangan

Gambar 4.Kunjungan ke Laboratorium Forensik Mabes Polri

Gambar 5.Peserta Diklat PPNS Tahun 2013

Dilaporkan oleh : Etty Septia Sari, ST, M.I.L