perencanaan smk3 di ppns-its
DESCRIPTION
Tugas akhir tentang perencanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di PPNS-ITS (Berdasarkan Permenaker 05/men/1996)TRANSCRIPT
1
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(SMK3) DI PPNS-ITS
(Berdasarkan PERMENAKER 05/MEN/1996)
Gratcia N. Simanjuntak
NRP (6506.040.003)
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(SMK3) DI PPNS-ITS
(Berdasarkan PERMENAKER 05/MEN/1996)
Gratcia N. Simanjuntak
NRP. 6506.040.003
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2010
i
FINAL PROJECT
SAFETY AND HEALTH MANAGEMENT
SYSTEM PLAN (SMK3) in PPNS-ITS
(Based on PERMENAKER 05/MEN/1996)
Gratcia N. Simanjuntak
NRP (6506.040.003)
DEPARTMENT OF HEALTH AND SAFETY ENGINEERING
SURABAYA SHIPBUILDING STATE POLYTECHNIC
SEPULUH NOPEMBER INSTITUT OF TECHNOLOGY
SURABAYA 2010
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 29 Juni 2010
Periode Wisuda : September 2010
Mengetahui/menyetujui,
Dosen Penguji Tanda tangan
1. Galih Anindita, ST (............................................... )
2. Mirna Apriani, ST (................................................ )
3. Priyo Agus Setiawan, ST (………………………………)
4. Wiediartini, SE, MT (………………………………)
Dosen Pembimbing Tanda tangan
1. Mirna Apriani, ST (………………………………)
2. Indri Santiasih, S.KM (………………………………)
Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Mengetahui/menyetujui
Ketua Program Studi,
Projek Priyonggo S.L., ST., MT
NIP. 131792970
iii
ABSTRAK
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah sebuah perguruan tinggi negeri dibawah naungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang memiliki komitmen dalam menerapkan Keselamatan dan Kesehatan kerja. Perguruan tinggi negeri ini adalah satu-satunya yang memiliki program studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan kerja di Indonesia. Manajemen puncak PPNS-ITS berencana mewujudkan kampus yang safety. Kondisi PPNS-ITS yang memiliki jumlah karyawan lebih dari 100 orang dan memiliki potensi bahaya yang cukup besar, mengharuskan PPNS-ITS untuk menerapkan SMK3 sesuai dengan Permenaker 05/MEN/1996.
Tugas akhir ini adalah sebuah perencanaan SMK3 yang bersifat aplikatif, mampu diterapkan secara manajemen untuk mendukung komitmen K3 manajemen PPNS-ITS. Perencanaan ini berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja. Draft manual yang disusun akan dilengkapi dengan prosedur dan form yang berkaitan dengan prosedur tersebut. Dalam penerapannya, akan dilakukan oleh seluruh bagian dan divisi di PPNS-ITS. Manajemen puncak akan melakukan peninjauan ulang untuk memastikan bahwa seluruh klausul dilaksanakan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan, demi menuju visi PPNS-ITS.
Setelah seluruh prosedur dan manual selesai disusun, maka dilakukan penerapan sebagai bentuk komitmen pelaksanaan K3. Jika sistem manajemen ini diterapkan secara keseluruhan, maka hasil akhir dari penerapan sistem manajemen K3 ini adalah berupa pengakuan dari pemerintah yang diberikan dalam bentuk sertifikat SMK3 dan bendera.
Kata kunci: SMK3.
iv
ABSTRACT
Shipbuilding State Polytechnic of Surabaya is a government university under the Sepuluh Nopember Institute of Technology which has commitment to implement occupational health and safety program. This government college is the only one which has a safety engineering study program in Indonesia. The top management has a plan to realize a PPNS-ITS campus of safety. The condition of PPNS-ITS which has more than 100 employees, and has a high potential of hazard, requires a safety and health management system according to the regulation of the minister of labor (Permenaker 05/MEN/1996).
This final project is a plan of safety and health management system which can be applicated by the top management, to support the management’s commitment for occupational health and safety. This design based on the regulation of labor minister. The manual draft will be prepared including the procedures and forms related to the manual. In its implementation/apllication, will be performed by all sections and division in PPNS-ITS. The top management will perform a management review to ensure that all clauses implemented, for continuous improvement, in order to PPNS-ITS vision.
After all of the procedures and manual were compiled, it is implemented as a form of commitment to the implementation of safety. If this management system is implemented, then the end of result of this safety and health management system is an acknowledgement form the goverment, given in the form of certificate and flag.
Key words: Safety and health management system.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Allah Bapa, Putra dan Roh
Kudus, sumber dari segala sesuatu, hanya oleh anugerahNya penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan tepat waktu sebagai syarat
kelulusan Diploma IV Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya-Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Penulis juga
menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga tercinta, kedua orang tua dan adik-adik yang selalu mendoakan
dan memberi dorongan semangat kepada penulis.
2. Bapak Ir. Muhammad Mahfud M. MT selaku Direktur PPNS-ITS
3. Bapak Projek Priyonggo, S.L.,S.T.,M.T sebagai ketua program studi
teknik keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Ibu Mirna Apriani, S.T., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan waktu yang berharga untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Ibu Indri Santiasih, S.KM, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan waktu untuk membimbing penulis, meskipun dalam keadaan
mengandung. Penulis berharap anak yang lahir nanti dapat menjadi teladan
dan kebanggaan bagi orang tua dan negara.
6. PT. United Tractor yang menjadi acuan penulis dalam menyusun tugas
akhir ini.
7. Wanita spesial dalam hidup penulis, Maria Carolina Lopulalan yang
memberikan dukungan semangat dan doa sehingga penulis tetap mampu
bertahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Teman-teman K3 2006 yang telah memberikan bantuan berharga (Juwita,
Afrizal) bagi penulis, dan teman yang lain yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
9. Seluruh staf dan karyawan PPNS-ITS, terutama kepala setiap laboratorium
dan bengkel.
10. Seluruh dosen PPNS-ITS dan khususnya dosen K3
11. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya.
vi
Penulis berharap tugas akhir ini dapat diterapkan secara manajemen,
karena itu adalah impian penulis dan tujuan khusus penulis. Penulis sadar bahwa
tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala bentuk
saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk menjadikan tugas akhir ini lebih
sempurna.
Surabaya, Juli 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. ii ABSTRAK........................................................................................................ iii KATA PENGANTAR..................................................................................... v DAFTAR ISI.................................................................................................... vii DAFTAR TABEL............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1 1.1 Latar belakang............................................................................................. 1 1.2 Perumusan masalah..................................................................................... 2 1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2 1.4 Manfaat penelitian....................................................................................... 3 1.5 Batasan permasalahan................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4 2.1 Sistem manajemen....................................................................................... 4 2.2 Manajemen K3............................................................................................ 5 2.3 Sistem manajemen K3
2.3.1 Sejarah sistem manajemen K3.......................................................... 5 2.3.2 Sistem manajemen K3 di beberapa negara....................................... 7 2.3.3 Manfaat penerapan sistem manajemen K3........................................ 9 2.3.4 Penerapan sistem manajemen K3 berdasarkan Permenaker
05/MEN/1996................................................................................... 12 2.4 PHA (Preliminary Hazard Analysis)........................................................... 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 16 3.1 Lokasi penelitian......................................................................................... 16 3.2 Kerangka penelitian..................................................................................... 16 3.3 Tahap identifikasi awal............................................................................... 16 3.4 Tahap pengumpulan data............................................................................ 17 3.5 Tahap penyusunan draft SMK3................................................................... 17 3.6 Tahap analisa dan kesimpulan
3.6.1 Analisa............................................................................................... 17 3.6.2 Kesimpulan....................................................................................... 18
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA....................................... 20 4.1 Data untuk SMK3
4.1.1 Komitmen perusahaan tentang K3.................................................... 20 4.1.2 Kebijakan K3.................................................................................... 20 4.1.3 Profil perusahaan............................................................................... 21 4.1.4 Struktur organisasi perusahaan......................................................... 23 4.1.5 Visi dan misi perusahaan.................................................................. 24
4.2 Usulan pembentukan tim kerja.................................................................... 24 4.3 Usulan pembentukan divisi K3................................................................... 25 4.4 Usulan penunjukan Manajemen Representatif............................................ 25 4.5 Perhitungan jumlah jam kerja praktek........................................................ 26 4.6 Penetapan indikator kinerja......................................................................... 27
viii
4.7 Penyusunan draft manual SMK3................................................................ 28 4.8 Penyusunan prosedur bagi draft manual SMK3......................................... 47 4.9 Penerapan prosedur
4.9.1 Prosedur identifikasi bahaya............................................................. 47 4.9.2 Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan........................................ 62
4.10 Analisa penerapan prosedur 4.10.1 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel
konstruksi..................................................................................... 73 4.10.2 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel
sheet metal.................................................................................... 74 4.10.3 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel
permesinan................................................................................... 74 4.10.4 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel
non metal...................................................................................... 74 4.10.5 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di
laboratorium steam power plant.................................................. 75 4.10.6 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di
laboratorium automatic diesel engine.......................................... 75 4.10.7 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di
laboratorium reparasi listrik......................................................... 75 4.10.8 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di
laboratorium SPPK...................................................................... 75 4.10.9 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di
laboratorium uji bahan................................................................. 76 4.10.10 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di
laboratorium instrumentasi listrik dan fisika............................... 76 4.10.11 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di
laboratorium kimia....................................................................... 76 4.10.12 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di
laboratorium ergonomi................................................................. 76 4.10.13 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di
laboratorium reparasi mesin......................................................... 77 4.11 Kesimpulan penerapan prosedur............................................................... 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 78 5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 78 5.2 Saran............................................................................................................ 78 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 79 LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sistem manajemen K3 di beberapa negara....................................... 8
Tabel 3.1 Tabel rencana kegiatan...................................................................... 18
Tabel 4.1 Perhitungan jumlah jam kerja praktek di PPNS-ITS selama 1
tahun................................................................................................. 27
Tabel 4.2 Kategori bahaya................................................................................ 48
Tabel 4.3 Identifikasi bahaya di bengkel konstruksi......................................... 49
Tabel 4.4 Identifikasi bahaya di bengkel sheet metal....................................... 50
Tabel 4.5 Identifikasi bahaya di bengkel permesinan....................................... 51
Tabel 4.6 Identifikasi bahaya di bengkel pengelasan........................................ 52
Tabel 4.7 Identifikasi bahaya di bengkel non metal.......................................... 53
Tabel 4.8 Identifikasi bahaya di laboratorium steam power plant.................... 54
Tabel 4.9 Identifikasi bahaya di laboratorium automatic diesel marine........... 55
Tabel 4.10 Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi listrik......................... 56
Tabel 4.11 Identifikasi bahaya di laboratorium SPPK...................................... 57
Tabel 4.12 Identifikasi bahaya di laboratorium instrumentasi listrik dan
fisika................................................................................................. 57
Tabel 4.13 Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi mesin........................ 59
Tabel 4.14 Identifikasi bahaya di laboratorium kimia...................................... 60
Tabel 4.15 Identifikasi bahaya di laboratorium ergonomi................................ 61
Tabel 4.16 Identifikasi bahaya di laboratorium kontroller dan
mikroprosessor.................................................................................. 62
Tabel 4.17 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi.................. 62
Tabel 4.18 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal................ 65
Tabel 4.19 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan................ 66
Tabel 4.20 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal................... 67
Tabel 4.21 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam power
plant.................................................................................................. 68
Tabel 4.22 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic diesel
marine............................................................................................... 68
x
Tabel 4.23 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi listrik.... 69
Tabel 4.24 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK................. 70
Tabel 4.25 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan............ 70
Tabel 4.26 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium instrumentasi
listrik dan fisika................................................................................ 71
Tabel 4.27 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia................. 72
Tabel 4.28 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi........... 72
Tabel 4.29 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi mesin... 73
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan elemen Permenaker 5/MEN/1996...................................... 14
Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir................................................................ 19
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Denah PPNS-ITS
Lampiran II Kumpulan Prosedur
Lampiran III Data
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah perguruan tinggi yang
berada dibawah naungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Perguruan
tinggi ini memiliki beberapa jurusan dan program studi, antara lain Teknik
Kelistrikan Kapal, Teknik Bangunan Kapal, Teknik Mesin, Program Studi D4
Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi D4 Teknik
Otomasi, Program Studi D4 Teknik Pengelasan. Salah satu program studi
yang ada di PPNS-ITS adalah Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Program studi ini dibuka pada tahun 2003 dengan
mahasiswa lintas jalur. Sebagai sebuah perguruan tinggi satu-satunya di
Indonesia yang memiliki Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, pihak manajemen merasa perlu untuk mewujudkan kampus PPNS-ITS
sebagai sebuah kampus yang safety yang dapat menjadi contoh bagi kampus
lainnya. Dalam rangka memenuhi tuntutan kemajuan jaman, serta untuk
menunjukkan keseriusan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya untuk
mewujudkan visi menjadi kampus yang safety, pihak manajemen telah
membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebuah
sistem yang mengutamakan keselamatan dalam bekerja, tidak melihat besar
kecilnya pekerjaan dan tempat kerja tersebut. Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan kerja ini sangat bermanfaat karena dapat
menciptakan lingkungan kerja yang aman, melindungi pekerja dan orang lain
yang ada di tempat kerja, serta memperkecil biaya yang harus dikeluarkan
untuk memperbaiki atau membeli barang baru, serta membayar santunan bagi
pekerja yang mengalami kecelakaan. Sistem ini dapat diterapkan dalam
struktur organisasi perusahaan dan dapat diaudit untuk menilai apakah sistem
ini berjalan dengan baik dan sesuai prosedur, serta untuk memperoleh
sertifikat SMK3 dari Depnakertrans.
2
Sebagai suatu sistem, PPNS-ITS memiliki tingkatan mulai dari tingkat
manajemen hingga tingkat karyawan. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya berjumlah lebih dari 100 orang, yang
bertugas di bengkel dan laboratorium di PPNS-ITS. Menurut Permenaker No.
Per-05/MEN/1996 Bab III pasal 3 menyatakan bahwa tempat kerja yang
berisi 100 orang atau lebih; memiliki potensi bahaya yang yang ditimbulkan
oleh karakteristik proses atau bahan produksi; atau dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja dan kerugian wajib menerapkan SMK3. Pihak manajemen
memiliki suatu komitmen untuk membentuk suatu sistem yang memiliki visi,
misi, dan tujuan yang harus dipenuhi dalam rangka mewujudkan kampus
PPNS berstandar Internasional.
Untuk mendukung program manajemen dalam menerapkan PPNS-ITS
sebagai kampus yang safety maka penulis merencanakan sebuah Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat digunakan sebagai
sebuah pedoman untuk menuju visi tersebut. Dengan Sistem Manajemen K3
ini diharapkan PPNS-ITS dapat menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya
untuk menerapkan K3 yang lebih baik.
1.2 Perumusan Masalah
Pada penelitian ini yang menjadi rumusan permasalahan adalah
bagaimana menyusun suatu draft Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3).
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun draft Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan Peraturan menteri
tenaga kerja RI No. Per-05/MEN/1996 bagi PPNS-ITS.
3
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaaat dari penelitian ini :
1. Bagi PPNS-ITS sebagai user
Sebagai suatu rekomendasi yang sangat penting dan berguna serta dapat
diterapkan secara manajemen.
2. Bagi penulis
Sebagai suatu pembelajaran dan menambah pengetahuan tentang Sistem
Manajemen K3.
1.5 Batasan Permasalahan
Mengingat keterbatasan penulis, luas serta kompleksnya
permasalahan, dan agar pembahasan lebih terarah, serta terstruktur maka
penulis membatasi bahwa :
1. Dokumen (manual) yang akan disusun sampai pada tahap peninjauan
ulang dan peningkatan oleh manajemen
2. Tahap penerapan/implementasi prosedur membahas elemen tentang:
- Identifikasi kebutuhan pelatihan (bengkel dan laboratorium)
- Identifikasi bahaya (bengkel dan laboratorium)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Manajemen
Dalam suatu organisasi, kita mengenal adanya suatu struktur. Setiap
elemen dalam struktur tersebut memiliki peran masing-masing. Manajemen
puncak sebagai pemegang kekuasaan memiliki tanggung jawab penuh atas
organisasi yang dipimpinnya. Pihak manajemen berkewajiban menerapkan
syarat-syarat keselamatan kerja yang beberapa diantaranya adalah mencegah
dan mengurangi kecelakaan, memberi pertolongan pada kecelakaan, dan
syarat lain yang fungsinya adalah untuk melindungi tenaga kerja atau
karyawan, serta orang lain yang ada di tempat kerja (Undang-undang No.1
tahun 1970, pasal 3). Biasanya manajemen puncak memiliki visi dan misi
yang harus dicapai dalam rentang waktu jabatan organisasi tersebut. Tidak
jarang dalam manajemen tersebut terdapat beberapa perbedaan, namun pada
akhirnya menuju suatu tujuan dan sasaran yang sama. Setiap organisasi harus
memiliki sistem manajemen yang menjamin agar kegiatan organisasi tersebut
dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan alur yang tepat.
Kebijakan dan komitmen manajemen selalu mencakup keseluruhan
tujuan dan sasaran dari organisasi tersebut. Jika ada kebijakan yang
menyimpang maka akan menghambat pencapaian. Oleh karena itu sebuah
organisasi harus menerapkan sistem manajemen yang tepat dan saling
mendukung agar keseluruhan visi dan misi perusahaan atau organisasi dapat
tercapai tepat pada waktunya. Dalam penetapan kebijakan dan komitmen ini
harus berlandaskan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Kebijakan dan
komitmen ini akan dilaksanakan oleh seluruh elemen dalam sistem
manajemen tersebut, termasuk diantaranya adalah P2K3 yang dibentuk oleh
perusahaan itu sendiri (Per 04/MEN/1987, pasal 2).
5
2.2 Manajemen K3
Dalam pasar bebas yang marak dengan berbagai persaingan,
penerapan manajemen K3 sangat penting untuk dijalankan dengan baik dan
terarah. Proses industrialisasi merupakan “syarat mutlak” untuk membangun
negeri ini. Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa trend suatu
pertumbuhan dari sistem K3 adalah melalui fase-fase, yaitu fase
kesejahteraan, fase produktivitas kerja, dan fase toksikologi industri (Suardi,
2006).
Sekarang ini, K3 sebagaimana halnya aspek-aspek tentang pengaturan
tenaga kerja, sedang pada fase “kesejahteraan”, terutama pada umumnya para
buruh. Mungkin setelah tercapainya kestabilan politik, hukum, dan ekonomi,
kita bisa mulai menginjakkan kaki ke fase produktivitas kerja. Sedang fase
toksikologi industri, cepat lambatnya dicapai tergantung pada kemampuan
untuk mengembangkan perindustrian pada umumnya.
Penerapan peraturan perundangan dan pengawasan serta perlindungan
para buruh merupakan prinsip dasar dalam sistem manajemen ini.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disesuaikan dengan “sistem
ergonomi” (penyesuaian beban kerja/alat kerja dengan kemampuan dan fisik
pekerja), merupakan salah satu usaha untuk mencetak para buruh yang
produktif dengan peningkatan SDM yang profesional dan andal.
2.3 Sistem Manajemen K3
2.3.1 Sejarah Sistem Manajemen K3
Dibandingkan dengan dua kerabat dekatnya, sistem manajemen
mutu ISO 9001:2000 dan sistem manajemen lingkungan ISO
14001:2004, sistem manajemen K3 memang belum begitu terkenal.
Standar yang sekarang dikenal seperti OHSAS 18001:1999 pun tidak
diterbitkan oleh lembaga standardisasi dunia (ISO), tapi melalui
kesepakatan badan-badan sertifikasi yang ada diberbagai negara
(Suardi, 2006).
Sistem manajemen K3 sebenarnya telah mulai diterapkan di
Malaysia pada tahun 1994 dengan dikeluarkannya Undang-undang
6
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada 1996. Lembaga ISO juga telah
mulai merancang sebuah sistem manajemen K3 dengan melakukan
pendekatan terhadap sistem manajemen mutu ISO 9000 dan sistem
manajemen lingkungan ISO 14000. Hasil workshop yang diadakan saat
itu adalah didapatkan agar ISO menghentikan upayanya membangun
sebuah sistem manajemen K3 sejenis ISO 9000 dan ISO 14000.
Alasannya kala itu adalah K3 merupakan struktur yang bersifat tiga
pihak (tripartite) maka penyusunan ketentuan standard sistem
manajemen K3 diserahkan ke masing-masing negara.
Pada tahun 1998, The Occupational Safety and Health Branch
(sekarang: SafeWork) ILO bekerja sama dengan International
Occupational Hygiene Association (IOHA) melakukan identifikasi
elemen-elemen kunci dari sebuah sistem manajemen K3.
Pada akhir tahun 1999, anggota lembaga ISO yaitu British
Standards Institution (BSI) meluncurkan sebuah proposal resmi (Ballot
document ISO/TMB/TSP 190) untuk membuat sebuah komite teknik
ISO yang bertugas membuat sebuah Standar Internasional
Nonsertifikasi. Hal ini menimbulkan persaingan dengan ILO yang
sedang mempopulerkan sistem manajemen K3. ILO sendiri didukung
oleh International Organization of Employers (IOE) dan International
Confederation of Free Trade Unions (ICFTU) dan afiliasi-afiliasinya.
Akibatnya proposal yang diusulkan oleh BSI pun ditolak.
Draft final yang disusun ILO dihasilkan awal tahun 2001. Hasil
pertemuan pada April tahun 2001 The ILO Guidelines on OSH
Management System (THE ILO/OSH 2001) pun disepakati.
THE ILO/OSH 201 merupakan model yang unik. Selain dapat
disesuaikan dengan sistem manajemen lainnya, tapi tidak ditujukan
untuk menggantikan undang-undang di negara bersangkutan, tidak
mengikat dan tidak mempersyaratkan sertifikasi.
Akan tetapi pada tahun 1999 BSI dengan badan-badan sertifikasi
dunia meluncurkan juga sebuah standard sistem manajemen K3 yang
diberi nama Occupational Health and Safety Management System
7
(OHSAS 18001). Struktur yang dimiliki THE ILO/OSH 2001 pun
memiliki kesamaan dengan OHSAS 18001.
2.3.2 Sistem Manajemen K3 di Beberapa Negara
Sebuah kabar baik, beberapa negara di dunia sudah
mengembangkan sendiri sebuah sistem manajemen K3. Berarti ini
menunjukkan adanya perhatian yang kuat dari negara-negara tersebut.
Kebanyakan sistem yang diterapkan di negara bersangkutan dibuat
dalam bentuk undang-undang atau ketetapan menteri. Di India dan
Malaysia, peraturan K3 yang dibuat dalam istilah umum hanya
menyebutkan bahwa pengusaha bertanggung jawab dalam mengelola
K3, dan tidak secara khusus menjelaskan suatu sistem manajemen K3.
Di Australia penerapan sistem manajemen K3 diatur di tingkat Negara
bagian untuk membuat suatu organisasi yang dikenal dengan the Joint
Accreditation System of Australia and New Zealand (JAS-ANZ). China
dan Thailand membuat sebuah standar sistem manajemen K3 yang
dikenal dengan OHSMS Trial Standard dan TIS 18000 series. Jadi
setiap negara melakukan pendekatan yang berbeda termasuk pihak yang
bertanggung jawab dalam menetapkan ketentuan tersebut, walaupun
pada intinya memiliki tujuan yang sama. Dalam tabel dibawah akan
terlihat fungsi pemerintah dalam sistem manajemen K3 (Suardi, 2006).
8
Tabel 2.1 Sistem manajemen K3 di beberapa Negara
Negara Penanggung jawab
Aturan Isi Sistem sertifikasi
Australia-Selandia Baru
Komisi nasional K3, gubernur negara bagian, agensi yang terkait pada JAS-ANZ
(The National OHS improvement framework by NOHSC)
Pedoman bagi Negara-negara bagian, dukungan untuk AS/NZS 4301
Pengendali JAS-ANZ yang diakreditasi badan sertifikasi SMK3
China Komisi nasional ekonomi dan perdagangan, biro nasional pengawas keamanan produksi
OHSMS Trial Standard
Materi pedoman bagi biro dan komisi pedoman
Akreditasi organisasi sertifikasi dan komisi registrasi auditor komisi pedoman
Hongkong Departemen perburuhan
Kerangka kerja parlemen untuk SMK3
Pedoman dewan K3
Rencana audit safety OSHC
India Menteri perburuhan, direktorat jenderal industri dan inspektorat propinsi
(Standard K3)
NA Bukan pada tingkat nasional
Indonesia Menteri tenaga kerja dan transmigrasi
Ketetapan menteri tentang SMK3 dan ketetapan audit
Pedoman SMK3 dan audit
Tiga kategori sertifikasi berdasarkan audit
Jepang Menteri kesehatan, perburuhan dan kesejahteraan
Peraturan tentang pedoman K3
Pedoman bagi kegiatan SMK3
Tidak ada sertifikasi resmi
Korea Menteri perburuhan, Korea Occupational Safety and Health Agency (KOSHA)
Pedoman SMK3
Kode KOSHA pada SMK3 dan program KOSHA 2000
Sertifikasi program KOSHA 2000
9
Lanjutan tabel 2.1
Negara Penanggung jawab
Aturan Isi Sistem sertifikasi
Malaysia Menteri sumber daya manusia
(Undang-undang K3)
OHSAS 18001 bagi standard organisasi
Sertifikasi OHSAS 18001 oleh SIRIM QAS Sdn Bhd
Singapura Menteri tenaga kerja
Regulasi industri
Kode praktis untuk SMK3
Tidak mensyaratkan sertifikasi
Thailand Menteri perburuhan dan kesejahteraan sosial dan perindustrian
TIS 18000 Pedoman SMK3 khususnya bagi perusahaan kecil dan menengah
Sertifikasi TIS 18000 oleh institusi sertifikasi sistem manajemen
Sumber: (SMK3 Rudi Suardi)
2.3.3 Manfaat Penerapan Sistem Manajemen K3
Sistem manajemen K3 memiliki manfaat yang dapat dirasakan
langsung oleh karyawan maupun industri terkait.
- Perlindungan karyawan
Tujuan inti penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja atau K3 adalah memberi perlindungan kepada
pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah asset perusahaan yang
harus dipelihara dan dijaga keselamatannya. Pengaruh positif
terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan
kerja. Kita tentu menyadari karyawan yang terjamin
keselamatan dan kesehatannya akan bekerja lebih optimal
dibandingkan karyawan yang terancam keselamatan dan
kesehatan kerjanya. Dengan adanya jaminan keselamatan,
keamanan, dan kesehatan selama bekerja, mereka tentu akan
memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas mereka
terhadap perusahaan.
10
- Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang
Banyak organisasi yang telah mematuhi peraturan menunjukkan
eksistensinya dalam beberapa tahun. Kita bisa saksikan
bagaimana pengaruh buruk yang didapat bagi perusahaan yang
melakukan pembangkangan terhadap peraturan dan undang-
undang, seperti citra yang buruk, tuntutan hukum dari badan
pemerintah, seringnya menghadapi permasalahan dengan
tenaga kerjanya, semua itu tentunya akan mengakibatkan
kebangkrutan. Dengan menerapkan sistem manajemen K3,
setidaknya sebuah perusahaan telah menunjukkan itikad
baiknya dalam mematuhi peraturan perundangan sehingga
mereka dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari
segi ketenagakerjaan (Suardi, 2006).
- Mengurangi biaya
Tidak berbeda dengan falsafah dasar sistem manajemen pada
umumnya, sistem manajemen K3 juga melakukan pencegahan
terhadap ketidak sesuaian. Dengan menerapkan sistem ini, kita
dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit
akibat kerja. Dengan demikian kita tidak perlu mengeluarkan
biaya yang ditimbulkan akibat kejadian tesebut. Memang dalam
jangka pendek kita akan mengeluarkan biaya yang cukup besar
dalam menerapkan sebuah sistem manajemen K3. Apalagi jika
kita juga melakukan proses sertifikasi dimana setiap enam
bulannya akan dilakukan audit yang tentunya juga merupakan
biaya yang harus dibayar. Akan tetapi jika penerapan sistem
manajemen K3 dilaksanakan secara efektif dan penuh
komitmen, nilai uang yang dikeluarkan tersebut jauh lebih kecil
dibandingkan dengan biaya yang ditimbulkan akibat kecelakaan
kerja. Salah satu biaya yang dapat dikurangi dengan penerapan
sistem manajemen K3 adalah biaya premi asuransi. Banyak
perusahaan yang mengeluarkan biaya premi asuransi yang jauh
11
lebih kecil dibandingkan sebelum menerapkan sistem
manajemen K3 (Suardi, 2006).
- Membuat sistem manajemen yang efektif
Tujuan perusahaan beroperasi adalah mendapatkan keuntungan
yang sebesar-besarnya. Hal ini akan dicapai dengan adanya
sistem manajemen perusahaan yang efektif. Banyak variabel
yang ikut membantu pencapaian sebuah sistem manajemen
yang efektif, disamping mutu, lingkungan, keuangan, teknologi
informasi dan K3. Salah satu bentuk nyata yang bisa kita lihat
dari penerapan sistem manajemen K3 adalah adanya prosedur
terdokumentasi. Dengan adanya prosedur, maka segala aktivitas
dan kegiatan yang terjadi akan terorganisir, terarah dan berada
dalam koridor yang teratur. Rekaman-rekaman sebagai bukti
penerapan sistem disimpan untuk memudahkan pembuktian dan
identifikasi akar masalah ketidak sesuaian. Persyaratan
perencanaan, evaluasi dan tindak lanjut merupakan bentuk
bagaimana sistem manajemen yang efektif. Pengendalian dan
pemantauan aspek penting menjadi penekanan dan ikut
memberi nilai tambah bagi organisasi. Penerapan sistem
manajemen K3 yang efektif akan mengurangi rapat-rapat yang
membahas ketidak sesuaian. Dengan adanya sistem maka hal
itu akan dapat dicegah sebelumnya disamping kompetensi
personel yang semakin meningkat dalam mengetahui potensi
ketidak sesuaian. Dengan demikian organisasi dapat
berkonsentrasi melakukan peningkatan terhadap sistem
manajemennya dibandingkan melakukan perbaikan terhadap
permasalahan-permasalahan yang terjadi (Suardi, 2006).
- Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya
akan bekerja lebih optimal dan ini tentu akan berdampak pada
12
produk yang dihasilkan. Pada gilirannya ini akan meningkatkan
kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dibandingkan sebelum
dilakukan penerapan sistem manajemen K3, citra organisasi
terhadap kinerjanya akan semakin meningkat, dan tentu ini
akan meningkatkan kepercayaan pelanggan (Suardi, 2006).
2.3.4 Penerapan Sistem Manajemen K3 Berdasarkan Permenaker
05/MEN/1996
Peraturan menteri tenaga kerja no 05/MEN/1996 merupakan
sebuah pedoman yang data digunakan untuk menyusun sebuah sistem
manajemen K3 dalam sebuah perusahaan. Dalam peraturan ini jelas
dikatakan bahwa tempat kerja yang berisi 100 orang atau lebih;
memiliki potensi bahaya yang yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi; atau dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
dan kerugian wajib menerapkan SMK3 (Per 05/MEN/1996, pasal 3).
Peraturan menteri ini menetapkan bahwa tujuan dan sasaran
sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan
dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.
Dalam penerapan sistem manajemen K3, perusahaan wajib
melaksanakan ketentuan sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem
manajemen K3.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai
13
kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan
kerja.
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan
perbaikan dan pencegahan.
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan
sistem manajemen K3 secara berkesinambungan dengan
tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja.
Didalam peraturan menteri ini, ditetapkan apa yang wajib
diterapkan oleh perusahaan melalui pelaksanaan prosedur (wajib
prosedur), dan apa yang tidak wajib diterapkan (tidak wajib prosedur).
Seluruh prosedur yang disusun akan disimpan secara rapi melalui
sistem pendokumentasian untuk memastikan bahwa seluruh prosedur
telah diterapkan sebagaimana mestinya.
Untuk pembuktian penerapan sistem manajemen K3 maka
perusahaan dapat melaksanakan audit yang dilakukan oleh badan audit
yang ditunjuk oleh menteri. Elemen yang akan diaudit adalah sebagai
berikut:
a) Pembangunan dan pemeliharaan komitmen
b) Strategi pendokumentasian
c) Peninjauan ulang desain dan kontrak
d) Pengendalian dokumen
e) Pembelian
f) Keamanan bekerja berdasarkan sistem manajemen K3
g) Standar pemantauan
h) Pelaporan dan perbaikan kekurangan
i) Pengelolaan material dan pemindahannya
j) Pengumpulan dan penggunaan data
k) Pemeriksaan sistem manajemen
l) Pengembangan keterampilan dan kemampuan
14
Komitmen dan kebijakan
Perencanaan
Pengukuran dan evaluasi
Peninjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen
Penerapan
Perbaikan berlanjut
Pedoman ini cocok diterapkan di Indonesia karena telah diuji
kesesuaiannya dengan kondisi di Indonesia. Dalam peraturan ini
dijelaskan bahwa sistem manajemen K3 mengikuti sebuah pola yang
terstruktur seperti dibawah ini.
Gambar 2.1 Bagan elemen Permenaker 05/MEN/1996 (sumber: SMK3 Rudi Suardi)
2.4 PHA (Preliminary Hazard Analysis)
Preliminary Hazard Analysis adalah sebuah teknik yang
dikembangkan oleh angkatan bersenjata Amerika (U.S. Army). Dalam CPI
(Chemical Process Industry), PHA dilaksanakan secara lazim selama konsep
desain pabrik proses atau selama perkembangan terdahulu untuk menentukan
potensi bahaya apa saja yang ada. PHA tidak mencegah/menghalangi
keperluan penilaian potensi bahaya yang lebih jauh; faktanya PHA biasanya
digunakan sebagai perintis evaluasi potensi bahaya selanjutnya. Ada dua
keuntungan penggunaan PHA yaitu:
1) Dapat mengidentifikasi potensi bahaya dan pada saat bersamaan
juga dapat dikoreksi dengan biaya dan gangguan sekecil mungkin.
2) Dapat menolong identifikasi tim pengembang dan/atau
mengembangkan petunjuk operasi yang dapat digunakan diseluruh
masa hidup proses operasi tersebut.
15
Didalam PHA, tim mendaftarkan elemen dasar dari sistem dan
potensi-potensi bahaya yang menarik perhatian, yang mana dapat
didefenisikan di tahap konsep desain. Daftar ini dapat termasuk:
- Sifat potensi bahaya dari bahan baku, pertengahan proses,
katalis, limbah dan produk akhir.
- Peralatan/perlengkapan pabrik
- Lingkungan operasi
- Prosedur operasi
- Denah instalasi
- Pelindung kebakaran dan perlengkapan keamanan
Tim identifikasi akhirnya mengklasifikasikan potensi bahaya yang
ada pada beberapa kategori yaitu:
- Kategori I : Negligible
- Kategori II : Marginal
- Kategori III : Critical
- Kategori IV : Catastrophic
Organisasi yang menggunakan teknik PHA sebaiknya
mendefinisikan lebih lanjut setiap kategori diatas kepada tim sehingga mereka
dapat menilai setiap potensi bahaya secara tepat. Kemudian tim akan
mencatat masukan apa saja yang mereka identifikasi untuk memperbaiki atau
meringankan potensi bahaya (Guidelines for hazard evaluation procedures).
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menjelaskan pengelolaan permasalahan yang akan diteliti.
sesuai dengan alur yang terstruktur dengan penyelesaian permasalahan yang ada
didalam metode penelitian. Metode penelitian ini menjelaskan tentang langkah –
langkah penyelesaian tugas akhir ini.
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PPNS-ITS.
3.2 Kerangka Penelitian
Dalam memecahkan masalah diperlukan kerangka penelitian yang
merupakan pegangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dari awal
hingga akhir penyelesaian. Kerangka penelitian yang dilakukan ada pada
gambar 3.1 diagram alir tugas akhir.
3.3 Tahapan Identifikasi Awal
Adapun isi dari tahapan ini digambarkan sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan identifikasi beberapa permasalahan yang
didapatkan pada saat melakukan pengamatan sehingga bisa dilakukan
sebuah penelitian.
2. Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian
Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan tentang apa yang ingin
dicapai dan manfaatnya bagi pihak terkait serta bagi penelitian selanjutnya.
Tahap ini merupakan dasar tentang apa yang dilakukan selama penelitian.
17
3. Studi Lapangan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap kondisi lapangan
yang sebenarnya, jenis pekerjaan apa yang ada, serta potensi bahaya apa
saja yang terdapat di tempat kerja.
4. Studi Pustaka
Setelah dilakukan identifikasi terhadap permasalahan maka perlu
adanya studi pustaka dari literatur terkait yaitu Permenaker No. Per-
05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
3.4 Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data ini, dimana pengumpulan semua bahan –
bahan kajian yang berhubungan dengan penyelesaian permasalahan yang
telah didapat. Tahap ini melakukan pengambilan data tentang struktur
organisasi di PPNS-ITS, komitmen, kebijakan, profil PPNS-ITS, visi dan
misi.
3.5 Tahap Penyusunan Draft Manual SMK3
Tahap penyusunan ini dengan menggunakan Pola Pendekatan secara
manajemen. Dengan memahami hal ini, dapat diprediksi apakah penelitian
tersebut layak digunakan.
3.6 Tahap Analisa dan Kesimpulan
Tahap ini merupakan akhir dari penelitian, dimana peneliti melakukan
tahap analisa tugas akhir, dan memberikan solusi, kesimpulan dan saran bagi
pihak institusi PPNS-ITS.
3.6.1 Analisa
Tahap ini Peneliti mengelola kajian sesuai dengan bahan tugas
akhir yang dilakukan pada data – data yang telah didapat dan telah
diolah.
18
3.6.2 Kesimpulan
Tahap ini akhir dari pengerjaan yang dilakukan oleh peneliti,
dimana kesimpulan ini dapat memberi masukan pada pihak yang telah
dijadikan objek penelitian, hingga kedepannya dapat digunakan sebagai
kebijakan pihak tersebut. Oleh sebab itu rekomendasi dari peneliti
sangat bermanfaat bagi PPNS-ITS sebagai user.
Tabel 3.1 Tabel rencana kegiatan
KEGIATAN
BULAN
I II III IV
Identifikasi dan perumusan masalah
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisa dan kesimpulan
Penyusunan tugas akhir
19
MULAI
PENGUMPULAN DATA:KOMITMENKEBIJAKAN
VISI DAN MISIPROFIL PPNS-ITS
STRUKTUR ORGANISASI
IDENTIFIKASI MASALAH
PENENTUAN TUJUAN DAN
RUMUSAN MASALAH
PENELITIAN
STUDI PUSTAKA:SMK3
PERMENAKER 05/MEN/1996
PENYUSUNAN DRAFT MANUAL SMK3
ANALISA DAN KESIMPULAN
SELESAI
IMPLEMENTASI SESUAI BATASAN
MASALAH
STUDI LAPANGAN:PENGAMATAN PROSES KERJAIDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA
Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir
20
BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
4.1 Data untuk SMK3
Dalam penyusunan draft manual SMK3, ada beberapa data yang
dibutuhkan, antara lain:
a. Komitmen perusahaan tentang K3
b. Kebijakan K3
c. Profil perusahaan
d. Struktur organisasi perusahaan
e. Visi dan misi perusahaan
Seluruh data ini akan dimasukkan dalam draft manual sesuai dengan
elemen yang terdapat dalam Per-05/MEN/1996.
4.1.1 Komitmen Perusahaan tentang K3
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
ITS (PPNS-ITS) bertekad memberikan hasil kepada seluruh pihak
yang berkepentingan dengan menerapkan praktek K3 yang terbaik
dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
4.1.2 Kebijakan K3
Dalam mendukung komitmen PPNS-ITS dalam menerapkan
K3 di wilayah kampus, maka pihak manajemen PPNS-ITS telah
menyusun suatu kebijakan K3 yang akan dijalankan di seluruh
wilayah kampus dengan mendapat pengawasan dari seluruh pihak
yang berkepentingan di PPNS-ITS
21
PPNS-ITS menetapkan kebijakan untuk:
1. Menciptakan suasana kampus yang berbudaya K3.
2. Melaksanakan 5R (Rapi, Resik, Ringkas, Rajin, Rawat)
3. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja pada
lingkungan kampus.
4. Mengkomunikasikan dan selalu berusaha mematuhi setiap
hukum serta kebijakan mutu dalam K3 kepada seluruh
Civitas Akademika dan pihak terkait lainnya.
5. Menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen mutu
dalam K3 dengan benar, tepat dan konsisten.
Kebijakan ini wajib dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh
karyawan, mitra kerja dan pihak-pihak terkait lainnya sesuai bidang
tugas masing-masing.
4.1.3 Profil Perusahaan
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
(PPNS-ITS) berdiri pada tahun 1987 dengan nama POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI SURABAYA. PPNS-ITS merupakan
perguruan tinggi yang memiliki jurusan dan program studi antara
lain: Teknik Bangunan Kapal, Teknik Kelistrikan Kapal, Teknik
Permesinan Kapal, Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Program Studi D4 Teknik Perpipaan, Program
Studi D4 Teknik Pengelasan, Program Studi D4 Teknik Otomasi.
PPNS-ITS juga bergerak dibidang pembuatan kapal dengan
teknologi canggih, mutakhir dan ramah lingkungan. PPNS-ITS ini
didukung oleh manajemen profesional yang sudah berpengalaman
dalam dunia perkapalan, pelayaran dan kelautan. Bertekad untuk
memberikan yang terbaik dalam bisnis ini, kami selalu berpijak
pada nilai-nilai Profesionalisme, Pengembangan Teknologi dan
Peningkatan Kualitas Sumber Daya sebagai landasan dasar dalam
memberikan layanan terbaik demi kepuasan pelanggan dan
22
peminat. Maka tidak mengherankan jika pelanggan dan peminat
kami terus meningkat dari segi kuantitas dari waktu ke waktu.
Demi menjaga kualitas, perusahaan kami telah menerapkan sistem
manajemen mutu (ISO 9001:2008) yang didukung oleh para tenaga
ahli yang berkompeten dan mampu bekerja secara tim demi
tercapainya tujuan dan sasaran mutu PPNS-ITS.
23
PEMBANTU DIREKTURBIDANG AKADEMIK
PEMBANTU DIREKTURBIDANG
KEMAHASISWAAN
SENATPOLITEKNIK
KAJURTEKNIK BANGUNAN
KAPAL
BAUK
IAB
UNIT PERENCANAAN DAN
PENGEMBANGAN
KOORDINATOR JASA DAN PRODUKSI
UNIT PENGEMBANGAN
DAN INSTITUSI
BAAK
PEMBANTU DIREKTURBIDANG ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN
DIREKTUR
KAJUR PRODI K3
KAJUR TEKNIK MESIN KAPAL
PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN
PADA MASYARAKAT
UNIT PENELITIAN
DAN HKI
UNIT LAYANAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT
KABID PELATIHAN DAN
SERTIFIKASI
KABID KARYA PENGABDIAN MASYARAKAT
UPT GUDANG DAN
PERLENGKAPAN
UPT PERPUSTAKAAN
UPT BAHASA DAN KOORDINATOR
MKDU
UPT PERAWATAN DAN PERBAIKAN
UPT E-LEARNING CENTRE
UPT FASILITAS INTERNET
STRUKTUR ORGANISASI POLITEKNIK PERKAPALAN
NEGERI SURABAYA
4.1.4 Struktur organisasi perusahaan
24
4.1.5 Visi dan Misi Perusahaan
Visi perusahaan:
- Menjadi Politeknik bereputasi global dalam melaksanakan
dan mengembangkan teknologi kemaritiman dan teknologi
penunjang kemaritiman serta berperan aktif
mengimplementasikannya.
Misi perusahaan:
- Melaksanakan program pendidikan vokasi dan penelitian
terapan dibidang teknologi kemaritiman (professionalism-
sustainability).
- Berperan dalam kegiatan kemasyarakatan secara aktif dan
produktif, untuk mengembangkan teknologi kemaritiman
(good governance-professionalism).
- Membangun masyarakat akademis berkualitas yang mampu
berkompetisi secara global (sustainability-professionalism).
- Membentuk jejaring kerja dengan sektor industri kemaritiman
serta berbagai institusi terkait untuk merealisasikan sistem
pendidikan yang komprehensif (good governance-
sustainability).
4.2 Usulan pembentukan Tim Kerja
Dalam melaksanakan SMK3 sesuai dengan peraturan yang
berlaku, maka diusulkan untuk membentuk Tim kerja yang akan
melaksanakan seluruh prosedur dalam Manual SMK3 yang disusun.
Dalam hal ini, tim kerja yang diusulkan bernama TIM SMK3. Didalam
TIM SMK3 terdapat struktur organisasi yang bersifat fungsional dan
25
memiliki kompetensi dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan SMK3.
Kompetensi yang dibutuhkan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kompetensi dalam hal kepemimpinan
b) Kompetensi dalam hal identifikasi bahaya
c) Kompetensi dalam peraturan perundang-undangan
d) Kompetensi dalam pengetahuan akan mesin dan peralatan yang ada
di PPNS-ITS
e) Kompetensi dalam penanganan dokumen
Apabila seluruh kompetensi tersebut telah dimiliki oleh tim P2K3
yang dibentuk di PPNS-ITS, maka dengan ini peneliti mengusulkan agar
TIM SMK3 dijalankan oleh P2K3 secara fungsional.
4.3 Usulan Pembentukan Divisi K3
Divisi K3 adalah divisi penting dalam pelaksanaan SMK3, karena
divisi ini berisi sejumlah orang yang memiliki komitmen dalam
menerapkan K3, dilengkapi dengan kompetensi pendukung yang
dianggap penting dalam menerapkan kebijakan K3 dan SMK3. Melihat
struktur organisasi PPNS-ITS yang belum memiliki divisi/bagian K3,
maka dengan ini peneliti mengusulkan dibentuknya divisi K3 yang
memiliki posisi langsung berada dibawah direktur.
4.4 Usulan Penunjukan Manajemen Representatif
Didalam SMK3 dikenal istilah Manajemen Representatif (MR)
yang diadopsi dari OHSAS 18001. Manajemen Representatif (MR) adalah
sebuah jabatan yang bersifat fungsional, yang bertugas dalam TIM SMK3.
Manajemen Representatif memiliki tanggung jawab dalam memimpin
26
TIM SMK3, serta memberikan laporan kepada manajemen puncak PPNS-
ITS tentang kemajuan TIM SMK3 dan program SMK3, dalam arti lain
bahwa Manajemen Representatif (MR) adalah wakil manajemen dalam
TIM SMK3.
4.5 Perhitungan jumlah jam kerja praktek
Dalam Manual SMK3 yang disusun, ditemukan adanya indikator
kinerja. Indikator kinerja ini ditetapkan dengan syarat terukur dan
disetujui oleh pihak manajemen. Dengan ini peneliti melakukan
perhitungan jam kerja praktek di PPNS-ITS sebagai indikator kinerja
keberhasilan program SMK3 yang diusulkan. Data yang diambil adalah
mulai dari bulan September tahun 2009 hingga bulan Agustus 2010.
Untuk menghitung jumlah jam kerja praktek berdasarkan
ketentuan sebagai berikut:
- Jumlah jam kerja pada hari Senin adalah 8,5 jam.
- Jumlah jam kerja pada hari Selasa hingga kamis adalah 9 jam.
- Jumlah jam kerja pada hari Jumat adalah 7 jam.
- Jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah 20 hari kerja dengan
5 hari kerja per minggu (tidak termasuk hari kerja untuk
karyawan yang melaksanakan lembur atau masuk pada hari
sabtu).
- Jika libur maka tidak dihitung sebagai hari kerja.
- Hari masuk (sabtu) sebagai pengganti hari libur tidak dihitung
sebagai hari kerja.
- Cuti bersama untuk hari libur keagamaan tidak dihitung sebagai
hari kerja.
27
- Libur akhir tahun selama 2 bulan tidak dihitung sebagai hari
kerja.
- Minggu tenang sebagai persiapan UAS tidak dihitung sebagai
hari kerja.
- Minggu pelaksanaan UAS tidak dihitung sebagai hari kerja
Tabel 4.1. Perhitungan jumlah jam kerja praktek di PPNS-ITS selama 1 tahun
(September 2009-Agustus 2010)
Bulan Jumlah jam kerja per bulan
Hari kerja Total
September 18 154
Oktober 20 170
Nopember 19 162
Desember 11 98
Januari 19 162
Februari 18 154
Maret 19 162
April 19 162
Mei 18 154
Juni 14 112
Juli 0 0
Agustus 0 0
Total 175 1490
Rata-rata/bulan 15 124.16 Sumber : (Hasil perhitungan)
4.6 Penetapan indikator kinerja
Indikator kinerja keberhasilan program SMK3 di PPNS-ITS
adalah tidak terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya jam
kerja selama satu tahun, atau selama ±1490 jam kerja.
28
4.7 Penyusunan draft manual SMK3
Setelah seluruh data dikumpulkan maka langkah selanjutnya
adalah menyusun draft manual SMK3. Draft manual SMK3 adalah
sebagai berikut:
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
29
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 29/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
1.KOMITMEN DAN KEBIJAKAN
1.1. Kepemimpinan dan Komitmen
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS (PPNS-ITS)
bertekad memberikan hasil kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan
menerapkan praktek K3 yang terbaik dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan
Tinggi.
1.2. Tinjauan Awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Initial Review)
PPNS-ITS melakukan peninjauan awal kondisi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja denga cara:
a. Mengidentifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan yang ada
di tempat kerja di seluruh wilayah PPNS-ITS.
b. Melakukan pembandingan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
PPNS-ITS dengan pihak lain dalam ruang lingkup kerja yang sama.
c. Melakukan peninjauan sebab dan akibat dari kejadian yang berbahaya, serta
gangguan lainnya yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
d. Meninjau ketersediaan sumber daya (baik manusia maupun dana) yang ada
di PPNS-ITS.
Seluruh hasil peninjauan awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan
digunakan sebagai bahan masukan dalam perencanaan dan pengembangan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PPNS-ITS.
1.3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PPNS-ITS menetapkan kebijakan untuk:
6. Menciptakan suasana kampus yang berbudaya K3.
7. Melaksanakan 5R (Rapi, Resik, Ringkas, Rajin, Rawat)
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
30
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 30/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
8. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja pada lingkungan
kampus.
9. Mengkomunikasikan dan selalu berusaha mematuhi setiap hukum serta
kebijakan mutu dalam K3 kepada seluruh Civitas Akademika dan pihak
terkait lainnya.
10. Menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen mutu dalam K3
dengan benar, tepat dan konsisten.
Kebijakan ini wajib dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh karyawan, mitra
kerja dan pihak-pihak terkait lainnya sesuai bidang tugas masing-masing.
2.PERENCANAAN
2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
Seluruh bahaya potensial dari aktivitas pekerja secara rutin dan non rutin
pada area kerja yang dilihat dari tingkah laku, kemampuan dan faktor pekerja
yang lain serta bahaya potensial dari infrastruktur, peralatan dan bahan di tempat
kerja pada PPNS-ITS diidentifikasi dan dievaluasi oleh TIM SMK3, untuk
memastikan tujuan dan sasaran K3 sesuai dengan bahaya potensial dan resiko di
PPNS-ITS. Tinjauan bahaya potensial dan resiko akan dilaksanakan bila terjadi
perubahan proses dan atau perubahan perundangan yang berarti atau muncul
perkembangan unit usaha yang baru. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk
membuat, menyusun dan memeriksa daftar identifikasi bahaya potensial dan
evaluasi resiko serta daftar resiko penting K3. Manajemen Representatif K3
mengesahkan daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko serta daftar
resiko penting K3. Setelah melakukan identifikasi dan penilaian resiko, maka TIM
SMK3 melakukan pengendalian resiko.
Prosedur terkait :
1. Prosedur Identifikasi Bahaya.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
31
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 31/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
2. Prosedur Penilaian Resiko.
3. Prosedur Pengendalian Resiko
2.2.Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya
Perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang dapat diterapkan di
PPNS-ITS akan diidentifikasi dan ditinjau ulang pemenuhannya oleh Manjemen
Representatif K3 untuk memastikan komitmen dalam kebijakan K3 terpenuhi.
Direktur PPNS-ITS menentukan persyaratan K3 lainnya yang secara umum akan
diterjemahkan sebagai standar atau kode perusahaan serta persyaratan K3 dari
konsumen untuk diterapkan dalam Sistem Manajemen K3 PPNS-ITS. Persyaratan
perundang-undangan akan ditinjau ulang oleh TIM SMK3 dalam rangka tinjauan
ulang identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko dalam menanggapi adanya
perubahan perundang-undangan atau perubahan proses atau perubahan
perundang-undangan dan pekerjaan atau proyek dengan bidang yang baru. TIM
SMK3 akan mengakses serta memelihara hubungan dengan instansi-instansi
pemerintah yang terkait dan sumber informasi lainnya dalam jangka waktu yang
ditetapkan oleh manajemen puncak atau TIM SMK3 itu sendiri.
Prosedur terkait Prosedur Identifikasi Peraturan Perundang-undangan dan
Peraturan Lainnya.
2.3.Tujuan dan Sasaran
PPNS-ITS menetapkan, menerapkan, dan memelihara tujuan K3 yang
terdokumentasi pada setiap fungsi dan tingkatan yang relevan di dalamnya.
Tujuan ini harus dapat diukur, diterapkan dan konsisten dengan kebijakan K3,
termasuk komitmen pencegahan terhadap kecelakaan dan PAK (Penyakit Akibat
Kerja) untuk disesuaikan dengan persyaratan hukum dan persyaratan lainnya yang
berlaku, untuk perbaikan berlanjut. Tujuan ini dengan mempertimbangkan pilihan
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
32
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 32/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
teknologi, keuangan, operasional dan usaha, serta pandangan pihak–pihak yang
berkepentingan.
PPNS-ITS menetapkan, menerapkan dan memelihara semua program
untuk mencapai tujuan. Program–program ini meliputi :
1. Penunjukan tanggung jawab dan wewenang untuk mencapai tujuan pada tiap–
tiap fungsi dan tingkatan yang relevan.
2. Tahapan dan jangka waktu tujuan yang akan diraih .
Program dapat ditinjau secara teratur sesuai dengan jadwal yang
ditentukan oleh TIM SMK3 untuk memastikan tujuan dapat tercapai.
Prosedur terkait Prosedur Penetapan Tujuan & Sasaran Manajemen K3.
2.4.Indikator Kinerja
Dalam rangka menetapkan tujuan dan sasaran K3, PPNS-ITS
menetapkan suatu indikator kinerja yang terukur sebagai dasar penilaian kinerja
K3 dan sebagai informasi keberhasilan pencapaian SMK3 yaitu:
Tidak tejadi kecelakaan kerja yang menimbulkan hilangnya jam kerja
selama kurun waktu jumlah jam tertentu didalam satu tahun (jumlah jam
kerja efektif ±1490 dalam satu tahun, atau dihitung sejak dimulainya
program SMK3)
2.5.Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung
PPNS-ITS menyusun rencana yang dapat dikembangkan secara
berkelanjutan dengan:
1. Menunjuk tanggung jawab dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai
fungsi dan tingkatan manajemen PPNS-ITS
2. Menetapkan sarana dan jangka waktu pencapaian
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
33
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 33/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
3.PENERAPAN
3.1. Jaminan Kemampuan
3.1.1.Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana
Direktur PPNS-ITS memiliki tanggung jawab utama untuk K3 dan
SMK3. Direktur menunjukkan komitmennya dengan :
a. Menjamin tersedianya sumber daya yang penting untuk menetapkan,
menerapkan, memelihara dan mendukung SMK3 (sumber daya ini
meliputi sumber daya manusia dan tenaga ahli, infrastruktur organisasi,
teknologi dan sumber keuangan).
b. Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan dalam
manajemen serta menyelenggarakan pelatihan yang dibutuhkan
(termasuk menyediakan tenaga ahli untuk pelatihan).
c. Membuat sebuah peraturan atau persyaratan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja harus diinformasikan secara efektif dalam ruang lingkup
PPNS-ITS.
d. Menyusun sebuah peraturan untuk mendapatkan saran dan pendapat dari
para ahli yang bergerak dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja,
serta bidang lain yang berkaitan dengan sistem kerja di PPNS-ITS.
e. Menyusun sebuah peraturan untuk melaksanakan konsultasi dan
keikutsertaan karyawan secara aktif dalam sistem manajemen K3 di
PPNS-ITS.
Direktur PPNS-ITS menunjuk seorang untuk menjadi Manajemen
Representatif K3 yang bertanggung jawab khusus pada K3 dengan
diuraikannya peran dan kewenangan untuk :
1. Menjamin bahwa SMK3 diterapkan, ditetapkan dan dipelihara
sesuai dengan standar Permenaker No Per-05/MEN/1996.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
34
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 34/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
2. Menjamin bahwa laporan kinerja SMK3 dipresentasikan kepada
Direktur untuk ditinjau dan digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan SMK3.
Prosedur terkait Prosedur Penetapan Job Description.
3.1.2.Integrasi
PPNS-ITS dapat menggabungkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan tetap menerapkan prinsip:
a. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan kerja harus dijadikan menjadi
prioritas utama
b. Proses penggabungan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan manajemen PPNS-ITS harus dengan
seimbang
3.1.3.Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
PPNS-ITS menjamin bahwa setiap elemen yang berhubungan
dengan perusahaan, termasuk karyawan, mahasiswa, kontraktor, dan
konsumen memiliki budaya untuk mendukung dan mendapat peran aktif
dalam memberikan kontribusi bagi Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PPNS-ITS. Maka dengan ini PPNS-ITS akan:
a. Mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan
tanggung gugat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta wewenang
untuk bertindak dan menjelaskan pelaporan untuk semua tingkatan
divisi dalam manajemen PPNS-ITS, termasuk karyawan, mahasiswa,
kontraktor, pengunjung, dan konsumen.
b. Menyusun sebuah prosedur pemantauan dan mengkomunikasikan
setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang memiliki
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
35
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 35/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
pengaruh dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
c. Selalu berperan aktif dalam menanggapi kondisi yang menyimpang
dari peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3.1.4.Konsultasi, Motivasi, dan Kesadaran
PPNS-ITS berkomitmen untuk memperhatikan aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan konsultasi dengan
badan berwenang dalam upaya penerapan, pengembangan dan
pemeliharaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
PPNS-ITS melibatkan karyawan untuk berpartisipasi membantu
TIM SMK3 dalam mengidentifikasi bahaya, penilaian resiko, dan
penentuan tindakan pengendalian. Keterlibatan pekerja ini dilakukan
melalui papan pengumuman K3, pertemuan K3 dan email. Pertemuan K3
dapat dilakukan setiap minggu atau sesuai jadwal yang disepakati oleh
TIM SMK3, serta seluruh kegiatan rapat tercatat sebagai bahan
pertimbangan dan masukan bagi rapat selanjutnya.
Konsultasi dengan mahasiwa dan dengan pihak luar (kontraktor,
konsumen, masyarakat) dilakukan jika ada perubahan yang berdampak
pada masalah K3. Konsultasi tersebut dilakukan melalui pihak manajemen
dalam pertemuan K3.
Partisipasi karyawan dalam pengembangan dan peninjauan ulang
mengenai kebijakan dan tujuan K3 dilakukan melalui pertemuan K3 yang
dapat dilaksanakan setiap bulan sekali atau menurut kebijakan Manajemen
Representatif, melalui kotak saran dan melalui email K3.
PPNS-ITS memberikan pengarahan dan pemahaman bagi
karyawan dan mahasiswa, sehingga karyawan dan mahasiswa dapat
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
36
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 36/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
mendukung tujuan dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Karyawan, mahasiswa, pengunjung dan pihak lain harus disadarkan akan
bahaya yang dapat timbul dari proses pekerjaan yang ada di PPNS-ITS,
baik yang bersifat fisik, kimia, radiasi, ergonomis, biologis, dan psikologis
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan.
3.1.5.Pelatihan dan Kompetensi Kerja
PPNS-ITS akan menyenggarakan pelatihan bagi setiap karyawan,
sebagai suatu upaya meningkatan kompetensi kerja serta untuk mencapai
tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PPNS-ITS akan menyusun
sebuah prosedur untuk mengidentifikasi standar kompetensi kerja serta
pelatihan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi kerja tersebut.
Pelatihan dapat dilaksanakan oleh internal PPNS-ITS atau badan eksternal.
Laporan tentang pelatihan K3 harus dipelihara dan selalu diperbaharui.
Prosedur terkait Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan
3.2.Kegiatan Pendukung
3.2.1.Komunikasi
PPNS-ITS akan menginformasikan tentang K3 yang berkaitan
dengan peningkatan, penyuluhan, dan kritik terhadap karyawan PPNS-ITS,
masyarakat sekitar dan pihak – pihak lain yang berkepentingan. PPNS-ITS
akan melakukan identifikasi dan menerima semua informasi tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berasal dari luar perusahaan, serta
menjamin bahwa informasi terkait dikomunikasikan dengan pihak luar
perusahaan yang membutuhkannya.
Karyawan diberikan informasi melalui perwakilan mereka dalam
masalah K3 melalui pelatihan dan briefing.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
37
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 37/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
Prosedur terkait Prosedur Komunikasi.
3.2.2.Pelaporan
PPNS-ITS akan menyusun suatu prosedur pelaporan yang tepat dan
baik untuk menjamin kinerja Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Karyawan berkewajiban untuk:
a. Ikut serta dalam mendukung tujuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
b. Memberikan masukan untuk meningkatkan kinerja Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Partisipasi pekerja dalam investigasi kecelakaan dilakukan melalui
telepon, papan pengumuman K3 dan wawancara yang dilakukan oleh TIM
SMK3. Segala bentuk kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, pekerja wajib
melaporkannya dan memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya
kepada supervisor dan supervisor wajib melanjutkan informasi pada
Manajemen Representatif.
Prosedur terkait Prosedur pelaporan
3.2.3.Pendokumentasian
PPNS-ITS akan mendokumentasikan seluruh kegiatan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam menyusun
dokumentasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka
PPNS-ITS harus mencantumkan / memasukkan :
1. Kebijakan dan tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
38
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 38/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
2. Memberikan uraian tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
3. Menguraikan elemen utama dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta referensi yang terkait
4. Dokumen dan rekaman yang disyaratkan dalam Per-05/MEN/1996
5. Dokumen dan rekaman yang disyaratkan oleh Tim SMK3 yang berkaitan
dengan risiko manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
pengendaliannya
Didalam PPNS-ITS telah diberlakukan sistem manajemen mutu (ISO
9001:2008), yang memiliki sistem pendokumentasian yang baik. Maka
dapat dilakukan integrasi sistem manajemen K3 dengan sistem manajemen
mutu internal dalam hal pendokumentasian dan pengendalian dokumen.
Prosedur Terkait Prosedur Dokumentasi (integrasi dengan sistem
manajemen mutu internal yang telah berjalan di PPNS-ITS).
3.2.4.Pengendalian Dokumen
PPNS-ITS menjamin bahwa:
a. Seluruh dokumen yang disimpan dapat diidentifikasi sesuai dengan
tugas dan tanggung jawab masing-masing elemen di perusahaan
b. Dokumen akan ditinjau secara berkala untuk memastikan
kesesuaiannya, dan dapat dilakukan revisi jika diperlukan
c. Laju revisi atau perubahan dokumen dapat diidentifikasi
d. Dokumen yang kadaluarsa segera ditarik atau dimusnahkan dan
master copy-nya disimpan sebagai catatan sejarah perubahan
dokumen.
e. Dokumen ditetapkan pada lokasi yang membutuhkan dan ditentukan
f. Dokumen yang terbaru akan tersedia di seluruh lokasi yang penting
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
39
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 39/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
Direktur PPNS-ITS bertanggung jawab untuk mengesahkan manual
SMK3. Manajemen Representatif bertanggung jawab untuk mengesahkan
prosedur, instruksi kerja dan form.
TIM SMK3 bertanggung jawab untuk membuat dan mengusulkan
pengesahan prosedur, instruksi kerja dan form kepada Manajemen
Representatif. Prosedur K3 dapat diubah berdasarkan kebutuhan dengan
menggunakan penomoran dokumen yang spesifik dengan pengesahan dari
Manajemen Representatif.
Prosedur Terkait Prosedur Pengendalian Dokumen (integrasi dengan sistem
manajemen mutu internal).
3.2.5.Pencatatan dan Manajemen Informasi
PPNS-ITS menjamin kesesuaian penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan kerja dicatat dengan baik dan mencakup:
a. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan indikator kinerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Izin kerja bagi pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi
c. Segala bentuk resiko dan sumber bahaya dari mesin, peralatan kerja,
lingkungan, dan sifat kerja
d. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diselenggarakan
oleh PPNS-ITS
e. Segala bentuk kegiatan inspeksi, perawatan peralatan dan kalibrasi
alat
f. Audit dan tinjauan ulang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
PPNS-ITS akan menetapkan dan memelihara prosedur untuk
memastikan setiap pekerja menyadari :
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
40
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 40/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
1. Konsekuensi bahaya – bahaya K3 yang berarti, yang pernah terjadi atau
potensi dari kegiatan kerja, perilaku, dan manfaat K3 untuk memperbaiki
kinerja.
2. Peran dan tanggung jawab mereka dalam mencapai kesesuaian dengan
kebijakan dan prosedur K3 dan dengan persyaratan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, meliputi tanggap darurat dan kesiagaan.
3. Akibat potensial dari penyimpangan–penyimpangan prosedur operasi yang
ditentukan.
3.3. Identifikasi Sumber bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko
3.3.1.Identifikasi Sumber Bahaya
PPNS-ITS mengidentifikasi sumber bahaya yang terdapat di
lokasi kerja dengan tetap mempertimbangkan:
a. Jenis kecelakaan yang mungkin terjadi
b. Penyakit akibat kerja (PAK) yang mungkin timbul dari aktifitas
pekerjaan tersebut
c. Kejadian dan kondisi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
Seluruh hasil identifikasi dicatat dan disimpan sesuai dengan kode
dokumen sehingga dapat digunakan untuk kepentingan yang lain.
3.3.2.Penilaian Resiko
PPNS-ITS melakukan penilaian resiko terhadap kondisi di tempat
kerja untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap resiko kecelakaan
atau penyakit akibat kerja. TIM SMK3 melakukan penilaian resiko pada
setiap tempat kerja termasuk bengkel, ruang laboratorium, ruang kelas,
ruang rapat, dan tempat lain yang dianggap berpotensi memiliki resiko
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Seluruh hasil penilaian resiko
dicatat dan diinformasikan kepada seluruh karyawan dan orang lain di
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
41
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 41/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
tempat kerja, dan dokumen hasil penilaian resiko disimpan sesuai kode
dokumen.
3.3.3.Tindakan Pengendalian
PPNS-ITS akan membuat dan memelihara prosedur pengendalian
terhadap bahaya potensial. Manajemen Representatif bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan prosedur operasi. PPNS-ITS akan menetapkan:
a. Mengintegrasikan tindakan pengendalian kedalam Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Pengendalian berhubungan dengan pengadaan barang, peralatan dan
pelayanan kepada karyawan dan mahasiswa
c. Pengendalian terhadap izin kerja bagi karyawan atau kontraktor yang
berada di kawasan berbahaya
Prosedur terkait Prosedur pengendalian
3.3.4.Perancangan (design) dan Rekayasa
PPNS-ITS melakukan proses perancangan dan rekayasa yang
didasarkan atas hasil identifikasi dan penilaian resiko, dalam upaya untuk
mengendalikan resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
mungkin timbul di seluruh tempat kerja. Dalam proses perancangan harus
mengikuti sebuah alur yang teratur mulai dari proses pengembangan,
verifikasi tinjauan ulang, validasi dan penyesuaian. Seluruh tahap ini harus
berkaitan dengan identifikasi sumber bahaya, prosedur penilaian dan
pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Direktur PPNS-ITS menetapkan orang berkompetensi yang
bertanggung jawab dan memberi wewenang untuk melakukan verifikasi
persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
42
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 42/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
3.3.5.Pengendalian Administratif
PPNS-ITS melaksanakan tindakan pengendalian administratif
atas potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja, sesuai dengan prosedur
dan instruksi kerja yang disusun sebelumnya. Prosedur dan instruksi kerja
ini ditempatkan diseluruh bagian yang memiliki potensi bahaya. Prosedur
dan instruksi kerja dapat ditinjau ulang dan direvisi oleh orang yang
memiliki kompetensi dibidang itu serta disetujui oleh Manajemen
Representatif.
3.3.6.Tinjauan Ulang Kontrak
PPNS-ITS melakukan peninjauan ulang terhadap kontrak kerja,
kontrak pengadaan barang dan jasa, dan kontrak lain yang berhubungan
dengan sistem kerja di perusahaan, untuk menjamin bahwa kontrak
tersebut memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
disetujui oleh manajemen PPNS-ITS.
3.3.7.Pembelian
PPNS-ITS menyusun sebuah sistem pembelian barang dan jasa
untuk menjamin bahwa produk barang dan jasa memenuhi persyaratan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.
Dalam hal ini ditetapkan juga prosedur pemeliharaan barang dan jasa yang
terintegrasi, untuk mencegah dan menangani resiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
43
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 43/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
3.3.8.Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana
PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur
:
1. Identifikasi potensi terjadinya situasi darurat.
2. Tindakan penanganan situasi darurat.
PPNS-ITS akan merespon terhadap situasi darurat yang terjadi
dan mencegah atau mengurangi kerugian yang terjadi.
Dalam perencanaan kesiagaan tanggap darurat PPNS-ITS akan
memperhatikan hal lainnya yang dianggap perlu, misalnya emergency
services dan lingkungan sekitar.
PPNS-ITS akan menguji prosedur kesiagaan tanggap darurat
dalam jangka waktu yang ditentukan oleh TIM SMK3 dan disetujui oleh
manajemen puncak, dengan berkoordinasi dengan divisi keamanan. Dan
juga akan meninjau, merevisi prosedur kesiagaan tanggap darurat,
khususnya setelah terjadi situasi darurat.
Prosedur Terkait Prosedur Tanggap Darurat.
3.3.9.Prosedur Menghadapi Insiden
PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur:
1. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
2. Perawatan lanjutan
PPNS-ITS akan merespon jika terjadi kecelakaan di tempat kerja
dengan menyediakan tim medis yang selalu siap disaat yang diperlukan.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
44
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 44/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
PPNS-ITS akan merevisi prosedur jika terjadi perubahan, serta
menguji prosedur dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh TIM SMK3
serta mendapat persetujuan dari manajemen puncak.
3.3.10.Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat
PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur
rencana pemilihan keadaan darurat, untuk dapat memulihkan kembali
keadaan pada kondisi yang normal serta membantu pemulihan karyawan
yang mengalami trauma. PPNS-ITS menjamin seluruh karyawan yang
mengalami luka dan trauma dapat kembali bekerja dengan normal, serta
seluruh biaya perawatan ditanggung oleh perusahaan.
4.PENGUKURAN DAN EVALUASI
4.1.Inspeksi dan Pengujian
PPNS-ITS akan melaksanakan inspeksi dan pengujian seluruh kegiatan
operasi sistem manajemen K3. Hal tersebut dilaksanakan untuk memantau kinerja
K3 sesuai dengan program-program K3 yang telah dibuat serta untuk memantau
adanya kecelakaan, insiden, tingkat kesehatan karyawan dan kekurangan-
kekurangan K3 lainnya di PPNS-ITS. Inspeksi dan pengujian meliputi seluruh
aspek keselamatan di perusahaan. Inspeksi dan pengujian dilaksanakan oleh TIM
SMK3 dengan bekerja sama dengan penanggung jawab tempat kerja dan
karyawan yang ada di tempat kerja. Inspeksi dan pengujian dilaksanakan dengan
disertai alat yang mendukung serta telah dikalibrasi dan diverifikasi oleh orang
yang berwenang. PPNS-ITS juga melaksanakan pemeriksaan kesehatan pekerja
guna memantau apakah ada penyakit akibat kerja. Seluruh hasil inspeksi dan
pengujian tersebut didokumentasikan/dicatat guna analisa tindakan perbaikan &
pencegahan.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
45
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 45/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
Prosedur terkait :
1. Prosedur inspeksi dan pengukuran.
2. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan
3. Prosedur Kalibrasi & Perawatan Alat-alat Ukur.
4.2.Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PPNS-ITS melaksanakan audit SMK3 untuk memastikan kesesuaian
penerapan Sistem Manajemen K3 dengan perundang-undangan bagi perusahaan
dan juga peraturan lain yang digunakan dalam melaksanakan sistem manajemen
K3 di PPNS-ITS. Audit dilakukan secara periodik dua kali dalam satu tahun*
untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifan sistem manajemen K3
secara berkelanjutan. Semua hasil audit dilaporkan pada direktur serta
didokumentasikan / dicatat.
Prosedur terkait Prosedur audit SMK3.
4.3.Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
PPNS-ITS melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang mengacu
pada hasil pelaksanaan pemantauan, audit, dan tinjauan ulang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Seluruh temuan akan didokumentasikan, serta
perusahaan menjamin penerapannya secara sistematik dan efektif.
Prosedur terkait Prosedur Tindakan Perbaikan & Pencegahan.
5.TINJAUAN ULANG DAN PENINGKATAN OLEH PIHAK MANAJEMEN
Tinjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen PPNS-ITS akan
dilaksanakan minimum satu kali dalam satu tahun* untuk menjamin kesesuaian,
kecukupan, dan keefektifan SMK3 secara berkelanjutan. Tinjauan ulang manajemen
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
M A N U A L
46
No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 46/18
No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :
dipimpin oleh direktur PPNS-ITS dan dihadiri oleh semua divisi. Tinjauan ulang
harus membahas mengenai kesempatan untuk perbaikan dan kebutuhan untuk
perubahan tentang SMK3. Masukan untuk tinjauan manajemen harus meliputi hasil
audit dan evaluasi SMK3, hasil partisipasi dan konsultasi, keluhan dari pihak luar
mengenai K3, Kebijakan K3, tindak lanjut K3 dari tinjauan manajemen sebelumnya,
dan perkembangan peraturan yang berhubungan dengan K3.
Prosedur terkait Prosedur Tinjauan Manajemen.
Keterangan:
- Tanda (*) yang ada dalam manual ini adalah usulan dari peneliti (mengacu pada
sistem manajemen mutu PPNS-ITS).
- Supervisor yang dimaksud dalam manual ini adalah kepala tiap bagian/kepala
tiap divisi.
- Karyawan yang dimaksud dalam manual ini adalah dosen, teknisi, pekerja tetap
yang ada di PPNS-ITS. Tidak termasuk karyawan kontrak atau outsourcing, dan
mahasiswa.
47
4.8 Penyusunan Prosedur bagi Draft Manual SMK3
Prosedur yang disusun adalah prosedur yang dibutuhkan oleh
draft manual SMK3. Diutamakan menyusun prosedur yang oleh Per-
05/MEN/1996 bersifat mendesak/penting. Seluruh prosedur ditempatkan
di Lampiran II dari tugas akhir ini.
4.9 Penerapan Prosedur
4.9.1 Prosedur identifikasi bahaya
Prosedur identifikasi bahaya adalah prosedur yang berisi
tata cara pelaksanaan identifikasi bahaya di PPNS-ITS. Penerapan
prosedur ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian prosedur yang
diusulkan oleh peneliti dengan kondisi di lapangan. Prosedur
diterapkan pada hampir seluruh bengkel dan laboratorium di PPNS-
ITS.
Dalam penerapan prosedur ini dikenal istilah kategori
bahaya yang oleh peneliti dibagi menjadi empat kategori. Kategori
bahaya ini diadopsi dari teknik identifikasi bahaya PHA
(Preliminary Hazard Analysis) sebagai berikut:
Kategori I : Negligible
Kategori II : Marginal
Kategori III : Critical
Kategori IV : Catastrophic
Setiap kategori bahaya secara umum didefenisikan sebagai
bentuk tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu kecelakaan
kerja. Pembagian kategori bahaya ini berdasarkan tingkat kerugian
yang dialami seperti dibawah ini:
48
Tabel 4.2. Kategori bahaya
Kategori bahaya Kerugian
Kategori I Kerusakan sistem yang kecil, namun tidak menyebabkan cedera/luka terhadap pekerja, pelepasan bahan kimia kepada lingkungan, atau paparan terhadap sistem operasi.
Kategori II Paparan dalam skala kecil terhadap manusia, atau sistem alarm aktivitas sistem menyala.
Kategori III Menyebabkan luka kecil terhadap manusia, terkena paparan bahan kimia berbahaya atau terkena radiasi, atau kebakaran, atau pelepasan bahan kimia kepada lingkungan.
Kategori IV Luka berat atau kematian bagi manusia.
Sumber: (Rausand, 2005)
Penerapan ini ditujukan sebagai bentuk percobaan untuk
melihat bentuk penerapan sebenarnya prosedur di lapangan jika
manual ini dijalankan oleh pihak manajemen puncak PPNS-ITS.
Hasil dari penerapan prosedur tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bengkel Konstruksi
Bengkel konstruksi adalah bengkel yang beroperasi sebagai
tempat konstruksi barang-barang keperluan pembuatan kapal.
Tempat ini berisi mesin bending, mesin rolling, mesin las,
mesin gerinda, overhead travelling crane, dan beberapa
mesin lain. Peneliti melaksanakan identifikasi bahaya di
bengkel konstruksi ini dengan pengamatan langsung pada
saat proses bending logam sedang dilakukan serta ada
beberapa mahasiswa yang sedang melaksanakan proses
pengelasan. Hasil identifikasi bahaya di bengkel konstruksi
adalah sebagai berikut:
49
Tabel 4.3. Identifikasi bahaya di bengkel konstruksi
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Jari-jari terpotong
III Memakai APD
2 Fisik Tangan/jari terjepit
II - Memakai APD
- Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja
3 Fisik Terkena api mesin las
III Memakai APD
4 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising
II - Memakai APD
- Sistem kerja shift untuk mengurangi waktu paparan
5 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan
Sumber: (Hasil survey)
b. Bengkel sheet metal
Bengkel sheet metal adalah bengkel yang digunakan sebagai
sarana praktek mahasiswa. Bengkel ini berisi mesin bor,
mesin las, mesin rolling, mesin potong, dan beberapa mesin
lainnya. Pada saat dilakukan identifikasi bahaya, terdapat
beberapa mahasiswa yang sedang melakukan proses
pemotongan plat di mesin potong. Hasil identifikasi bahaya di
bengkel sheet metal adalah sebagai berikut:
50
Tabel 4.4. Identifikasi bahaya di bengkel sheet metal
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Tangan/jari terjepit
II - Memakai APD
- Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja
2 Fisik Terkena api mesin las
III Memakai APD
3 Fisik Terkena serpihan logam
I Memakai APD
4 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising
II - Memakai APD
- Penerapan sistem kerja bergantian untuk mengurangi paparan
5 Fisik Terkena batu gerinda
II Memakai APD
Sumber: (Hasil survey)
c. Bengkel permesinan
Bengkel permesinan berada satu ruangan dengan bengkel
sheet metal. Di bengkel ini berisi mesin bubut, mesin gerinda,
mesin frais, mesin bor dan mesin sekrap. Pada saat
pelaksanaan identifikasi bahaya, terdapat beberapa orang
mahasiswa yang sedang melaksanakan proses menggerinda.
Hasil identifikasi bahaya di bengkel permesinan adalah
sebagai berikut:
51
Tabel 4.5. Identifikasi bahaya di bengkel permesinan
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan
2 Fisik Jari terpotong
III - Memakai APD
3 Fisik Tangan/jari terjepit
II - Memakai alat bantu untuk menempatkan benda kerja
- Memakai APD
4 Fisik Terkena serpihan logam
I - Memakai APD
5 Fisik Terkena batu gerinda
II Memakai APD
6 Fisik Terkena peralatan mesin yang sedang bergerak
I Jangan berada terlalu dekat dengan mesin saat sedang bekerja
Sumber: (Hasil survey)
d. Bengkel pengelasan
Bengkel ini adalah tempat praktek mahasiswa yang berisi
banyak mesin las SMAW dan OAW, serta mesin potong dan
mesin gerinda. Pada saat melaksanakan identifikasi bahaya,
terdapat teknisi dan beberapa orang mahasiswa yang sedang
melakukan pengelasan dengan menggunakan mesin las
SMAW. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut:
52
Tabel 4.6. Identifikasi bahaya di bengkel pengelasan
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Terkena serpihan logam
I Memakai APD
2 Fisik Terkena mesin gerinda
II Memakai APD
3 Fisik Terkena api mesin las
II Memakai APD
4 Fisik Telinga terganggu suara bising
II Memakai APD
5 Fisik Terkena logam panas
III - Memakai APD
- Memakai alat bantu
6 Elektrik Tersengat listrik tegangan tinggi
III Jangan menyalakan mesin jika ada bagian yang rusak/terkelupas/cacat
7 Fisik Kebakaran III Jangan menyalakan api las dekat dengan material mudah terbakar
8 Fisik Tertimpa beban berat
III Pemindahan material dilakukan oleh beberapa orang
9 Fisik Terkena bagian mesin yang bergerak
I Jangan berada terlalu dekat dengan mesin yang bekerja
10 Fisik Tangan/jari terpotong
III Memakai alat bantu
Sumber: (Hasil survey)
53
e. Bengkel non metal
Didalam bengkel ini terdapat mesin gergaji, mesin bor, dan
mesin pemotong kayu lainnya. Juga ditemukan berbagai jenis
cat dan tinner yang bersifat mudah terbakar. Pada saat
pelaksanaan identifikasi bahaya, mesin pemotong kayu
sedang berjalan, dan seorang teknisi terlihat memasang kayu
pada mesin untuk dipotong. Hasil identifikasi bahaya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.7. Identifikasi bahaya di bengkel non metal
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Tangan/jari terpotong
III Memasang pelindung pada bagian mesin yang tajam
2 Fisik Terkena batu gerinda
II - Memasang pelindung pada mesin
- Memakai APD
3 Fisik Pendengaran terganggu akibat suara bising
II Memakai APD
4 Fisik Mata terkena serpihan kayu
II Memakai APD
5 Fisik Rambut terpelintir mesin bor
III - Memotong rambut yang panjang
- Memakai penutup kepala
6 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan oli dibersihkan
54
Lanjutan tabel 4.7
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
7 Kimia Menghirup aroma cat dan tinner
I Memakai APD
8 Elektrik Tersengat arus listrik
III Menutup sumber arus yang terbuka
9 Fisik Kebakaran IV Jangan menyalakan api didekat serpihan kayu atau tinner
Sumber: (Hasil survey)
f. Laboratorium steam power plant
Dari semua laboratorium dan bengkel di PPNS-ITS,
laboratorium steam power plant adalah laboratorium dengan
potensi bahaya terbesar karena tempat ini berisi satu unit
boiler yang sudah berumur ± 22 tahun, serta tidak
mendapatkan perawatan yang rutin. Pada saat pelaksanaan
identifikasi bahaya, boiler dalam keadaan berhenti
beroperasi. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8. Identifikasi bahaya di laboratorium steam power
plant
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan minyak segera dibersihkan
2 Fisik Terkena uap panas boiler
III Memakai APD
55
Lanjutan tabel 4.8
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
3 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising
II Memakai APD
4 Fisik Peledakan IV - Awasi sistem kerja proses
- Periksa kelengkapan safety valve dan sistem pengaman lainnya
Sumber: (Hasil survey)
g. Laboratorium automatic diesel marine
Posisi laboratorium ini berada dekat dengan steam power
plant, dan berisi satu unit mesin diesel. Pada saat pelaksanaan
identifikasi bahaya, kondisi mesin sedang tidak beroperasi.
Hasil identifikasi bahaya aalah saebagai berikut:
Tabel 4.9. Identifikasi bahaya di laboratorium automatic
diesel marine
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Pendengaran terganggu
II Memakai APD
2 Fisik Menghirup asap dari mesin diesel
II - Memakai APD
- Perbaiki sistem pembuangan
56
Lanjutan tabel 4.9
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
3 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan minyak segera dibersihkan
Sumber: (Hasil survey)
h. Laboratorium reparasi listrik
Laboratorium ini adalah sarana praktek mahasiswa, berisi
peralatan listrik dan sebuah generator yang dapat
dipindahkan. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi listrik
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Elektrik Tersengat arus
III Menutup sumber arus yang terbuka
2 Fisik Tertimpa beban berat
II Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang
3 Fisik Pendengaran terganggu akibat suara bising
II - Memakai APD
- Menaruh mesin diluar ruangan
4 Fisik Terpeleset di lantai
Tumpahan minyak segera dibersihkan
Sumber: (Hasil survey)
i. Laboratorium SPPK
57
Tempat ini berisi tabung oksigen, peralatan pemadam
kebakaran dan selang hidran. Laboratorium ini digunakan
sebagai sarana praktek mahasiswa untuk mengetahui tata cara
pemadaman kebakaran. Di tempat ini tidak ditemukan potensi
bahaya yang besar. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.11. Identifikasi bahaya di laboratorium SPPK
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Kaki tertimpa beban berat
II Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang
Sumber: (Hasil survey)
j. Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika
Laboratorium ini adalah sarana praktek mahasiswa yang
berisi peralatan listrik dan instrument fisika lainnya. Pada saat
pelaksanaan identifikasi bahaya, terdapat mahasiswa yang
sedang melakukan praktek. Hasil identifikasi bahaya aalah
sebagai berikut:
Tabel 4.12. Identifikasi bahaya di laboratorium instrumentasi
listrik dan fisika
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Elektrik Tersengat arus listrik
III Jangan menyalakan peralatan dalam kondisi basah
Lanjutan tabel 4.12
58
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
2 Fisik Tertimpa beban berat
I - Penempatan material yang baik
- Pemindahan material oleh beberapa orang
3 Fisik Terpeleset I Tumpahan air dekat wastafel segera dibersihkan
4 Fisik Terjepit I - Memakai APD
- Berhati-hati saat memasang atau memakai peralatan
Sumber: (Hasil survey)
k. Laboratorium reparasi mesin
Laboratorium ini adalah sarana praktek yang berisi berbagai
jenis mesin kapal yang sedang dipelajari oleh mahasiswa.
Pada saat pelaksanaan proses identifikasi bahaya, terdapat
mahasiswa dan dosen sedang mempelajari sistem propeller
pada kapal. Terdapat juga teknisi yang sedang memperbaiki
salah satu mesin kapal. Hasil identifikasi bahaya pada
laboratorium reparasi mesin adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi mesin
59
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Terpeleset I Tumpahan minyak segera dibersihkan
2 Fisik Tertimpa beban berat
I - Gunakan alat bantu mengangkat beban
- Pemindahan beban dilakukan beberapa orang
3 Kimia Menghirup uap thinner dancat
I Memakai APD
4 Fisik Terkena api las
III Memakai APD
5 Fisik Terjepit mesin
I - Memakai APD
- Memakai alat bantu
6 Fisik Kebakaran III Jangan menyalakan mesin las dekat serpihan kayu, plastik, cat, thinner, dan kertas
7 Fisik Menghirup asap residu mesin
I - Periksa saluran buang mesin
- Memakai APD
Sumber: (Hasil survey)
l. Laboratorium kimia
60
Di laboratorium ini terdapat berbagai jenis bahan kimia,
mulai yang bersifat korosif hingga yang mudah terbakar. Juga
terdapat alat uji kemurnian bahan bakar, serta sebuah oven
yang digunakan untuk memanaskan bahan kimia. Didalam
lemari tersimpan peralatan prakek yang terbuat dari kaca, dan
seluruh bahan kimia ditempatkan pada lemari terpisah. Pada
saat pelaksanaan proses identifikasi bahaya, kondisi
laboratorium dalam keadaan kosong karena tidak ada
kegiatan praktek. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.14. Identifikasi bahaya di laboratorium kimia
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Kimia Uap kimia terhirup
I Memakai APD
2 Kimia Bahan kimia tertelan
III Jangan pernah mencicipi bahan kimia
3 Kimia Bahan kimia terkena kulit
III Memakai APD
4 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan air segera dibersihkan
5 Kimia Bahan kimia terkena mata
III Memakai APD
Sumber: (Hasil survey)
m. Laboratorium ergonomi
61
Laboratorium ini berada dekat dengan laboratorium kimia,
dan digunakan sebagai sarana praktek mahasiswa. Di tempat
ini dilaksanakan praktek ergonomi dan P3K. Peralatan yang
ada di ruangan ini antara lain: treadmill, sepeda ergonomi,
alat pengukur tinggi badan, timbangan, dan peralatan lain.
Pada saat pelaksanaan proses identifikasi bahaya, kondisi
laboratorium dalam keadaan kosong karena tidak ada
kegiatan praktek. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.15. Identifikasi bahaya di laboratorium ergonomi
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Kejatuhan benda dari atas lemari
I Berhati-hati saat mengambil peralatan dari ketinggian, gunakan alat bantu
Sumber: (Hasil survey)
n. Laboratorium kontroller dan mikroprosessor
Dialam laboratorium ini berisi peralatan listrik yang
digunakan sebagai sarana praktek. Pada saat pelaksanaan
proses identifikasi bahaya, kondisi laboratorium sedang
kosong karena tidak ada aktifitas praktek. Terdapat seorang
teknisi sedang memperbaiki salah satu computer. Hasil
identifikasi bahaya aadlah sebagai berikut:
Tabel 4.16. Identifikasi bahaya di laboratorium kontroller dan
mikroprosessor
62
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Kejatuhan benda dari ketinggian
I Pakai alat bantu untuk meraih benda di ketinggian
2 Ergonomi
Cedera punggung
II Pengangkutan material lebih dari satu orang
3 Elektrik Tersengat arus
III Memakai APD
Sumber: (Hasil survey)
4.9.2 Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan
a. Bengkel konstruksi
Di bengkel ini terdapat 10 orang karyawan, dan sebagian
besar berlatar belakang pendidikan STM dan D3. Proses
identifikasi dengan cara wawancara langsung dengan
karyawan dan kepala bengkel konstruksi. Hasil identifikasi
kebutuhan pelatihan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.17. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
1 SMP 22 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Kebersihan
Fauzi (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
Lanjutan tabel 4.17
63
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
2 S1 2 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Moulding
Rachmat (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
3 D3 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Rolling Rudy (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
4 D3 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Potong plat
Nanang (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
5 STM 18 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Bending Muharor (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
6 STM 18 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Potong plat
Maftul (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
7 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Moulding
Mr Wong (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
Lanjutan tabel 4.17
64
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan
Sasaran atau obyek
pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
8 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Rolling Husnul (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
9 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Bending Budi (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
10
STM 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Rolling Kris (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
Sumber: (Hasil survey)
b. Bengkel sheet metal
Di bengkel ini terdapat 3 orang karyawan, dan dua
diantaranya telah bekerja selama 14 tahun. Proses identifikasi
kebutuhan pelatihan dilakukan dengan wawancara langsung
dengan karyawan yang bersangkutan. Hasil dari identifikasi
kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.18. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal
65
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 D3 6 bln Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
Plat dan pipa
Karyawan SPPK, K3 umum
2 D3 14 thn Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
Plat dan pipa
Karyawan SPPK, K3 umum
3 STM 14 thn Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
Plat dan pipa
Karyawan SPPK, K3 umum
Sumber: (hasil survey)
c. Bengkel permesinan
Didalam bengkel ini terdapat 2 (dua) orang karyawan dengan
masa kerja yang sudah lama, serta seorang karyawan yang
baru bekerja. Berdasarkan wawancara langsung dengan
karyawan, maka didapatkan hasil identifikasi kebutuhan
pelatihan sebagai berikut:
Tabel 4.19. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan
66
Sumber: (Hasil survey)
d. Bengkel non metal
Bengkel ini ditangani oleh 4 orang karyawan yang semuanya
berlatar belakang pendidikan STM. Meskipun tempat kerja ini
memiliki potensi bahaya yang cukup besar, namun karyawan
tidak mendapatkan pelatihan tentang K3 sehingga berpotensi
mengalami kecelakaan. Kondisi tempat kerja yang dipenuhi
bahan mudah terbakar juga memperbesar potensi bahaya yang
ada. Hasil wawancara dengan karyawan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.20. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
1 D3 6 bln Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
CNC Karyawan SPPK, K3 umum
2 STM 21 thn Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
CNC Karyawan SPPK, K3 umum
3 STM 21 thn Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
CNC Karyawan SPPK, K3 umum
67
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 STM 19 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
Fiberglass dan mesin kayu
Didik iswantoro (karyawan)
SPPK, K3 umum
2 STM 18 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
Fiberglass dan mesin kayu
M. Fauzan (karyawan)
SPPK, K3 umum
3 STM 17 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
Fiberglass dan mesin kayu
M. Samsul (karyawan)
SPPK, K3 umum
4 STM 22 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
Fiberglass dan mesin kayu
Hardi suprayitno (karyawan)
SPPK, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
e. Laboratorium steam power plant
Laboratorium ini diawasi oleh 2 orang karyawan, yang juga
bekerja di laboratorium reparasi mesin dan laboratorium
automatic diesel marine. Jumlah karyawan yang kurang
memadai membuat mereka harus bekerja lebih berat karena
beban kerja yang bertambah.
68
Tabel 4.21. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam
power plant
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, tersengat arus, peledakan, terkena uap panas
Reparasi mesin dan boiler
Eko purwanto (karyawan)
K3 PUBT, K3 umum
2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, tersengat arus, peledakan, terkena uap panas
Reparasi mesin dan boiler
Andik wibowo (karyawan)
K3 PUBT, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
f. Laboratorium automatic diesel marine
Laboratorium ini ditangani oleh karyawan di steam power
plant dan laboratorium reparasi mesin. Jumlah karyawan yang
kurang memadai harus memaksa mereka mendapatkan beban
kerja yang lebih berat, dan tidak didukung oleh kemampuan
yang memadai, hal ini dapat memperbesar resiko kecelakaan.
Tabel 4.22. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic
diesel marine
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Reparasi mesin
Eko purwanto (karyawan)
K3 umum
69
Lanjutan tabel 4.22
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Reparasi mesin
Andik wibowo (karyawan)
K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
g. Laboratorium reparasi listrik
Laboratorium ini ditangani oleh satu orang karyawan dengan
latar belakang pendidikan SLTA. Tempat kerja ini dipenuhi
oleh instrument listrik bertegangan tinggi, sehingga diperlukan
pelatihan yang mendukung agar tidak terjadi kecelakaan yang
diakibatkan oleh listrik.
Tabel 4.23. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi
listrik
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 SLTA 20 thn Tersengat arus
Perbaikan dan perawatan serta asisten pengajar
Paidi (karyawan)
K3 listrik, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
70
h. Laboratorium SPPK
Laboratorium ini ditangani oleh satu orang karyawan yang
juga menangani dua laboraotirum yang lain. Jumlah karyawan
yang masih kurang mengakibatkan karyawan tersebut
mendapat pekerjaan yang diluar batas kemampuannya.
Tabel 4.24. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 STM 20 thn Kaki tertimpa beban berat
Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum
Soehartono (karyawan)
K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
i. Laboratorium uji bahan
Di laboratorium ini terdapat seorang karyawan yang bertugas
menjaga dan merawat alat praktek. Di tempat kerja ini
terdapat alat uji yang menggunakan material yang bersifat
radioaktif. Maka sangat dibutuhkan pengetahuan tentang cara
penanganan bahan radioaktif.
Tabel 4.25. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 STM 15 thn Terjepit, radiasi, menghirup uap solvent
Pengujian bahan dan material
Agus sumitro (karyawan)
K3 radioaktif, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
71
j. Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika
Laboratorium ini ditangani oleh seorang karyawan yang
bertugas untuk mempersiapkan peralatan praktikum serta
merawat dan memelihara peralatan. Potensi bahaya di tempat
ini tergolong ringan namum berpotensi terjadinya kebakaran.
Maka dibutuhkan pengetahuan tentang cara penanggulangan
kebakaran.
Tabel 4.26. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium
instrumentasi listrik dan fisika
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 STM 4 thn Tersengat arus, terpeleset, tertimpa beban berat, terjepit
Instrumen listrik dasar
Tofan (karyawan)
SPPK, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
k. Laboratorium kimia
Laboratorium ini ditangani oleh satu orang karyawan yang
juga menangani laboratorium ergonomi dan SPPK. Idealnya
satu laboratorium ditangani oleh dua orang karyawan, namun
karena jumlah karyawan yang kurang dari cukup, memaksa
satu orang karyawan harus mendapatkan beban yang berat
karena harus menangani beberapa laboratorium sekaligus.
72
Tabel 4.27. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 STM 20 thn Terkena bahan kimia, terpeleset
Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum
Soehartono (karyawan)
K3 kimia, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
l. Laboratorium ergonomi
Laboratorium ini juga ditangani satu orang karyawan yang
sama menangani laboratorium kimia dan SPPK. Potensi
bahaya di tempat ini tidak besar, namun karyawan dapat
mengalami kecelakaan saat melakukan pemindahan barang
dengan tidak baik dan benar.
Tabel 4.28. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada Bidang kerja
1 STM 20 thn Tertimpa beban dari atas lemari
Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum
Soehartono (karyawan)
K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
m. Laboratorium reparasi mesin
Laboratorium ini ditangani oleh dua orang yang juga
menangani laboratorium automatic diesel marine dan
laboratorium steam power plant. Tempat ini memiliki potensi
73
bahaya yang cukup besar, namun karyawan tidak
mendapatkan pengetahuan tentang K3 sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan.
Tabel 4.29. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi
mesin
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Reparasi mesin
Eko purwanto (karyawan)
K3 umum
2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Reparasi mesin
Andik wibowo (karyawan)
K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
4.10 Analisa Penerapan Prosedur
Dari hasil penerapan prosedur, maka dapat dilakukan analisa untuk
menentukan jenis pelatihan yang tepat bagi setiap bengkel dan laboratorium
yang diidentifikasi.
4.10.1 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel
konstruksi
Berdasarkan hasil identifikasi, diketahui bahwa karyawan yang
berada di kawasan bengkel konstruksi memiliki keahlian di bidang
moulding, rolling, bending, dan potong plat. Sementara identifikasi
bahaya menunjukkan potensi bahaya yang cukup besar yaitu
terpotong, serta gangguan pendengaran. Dengan ini peneliti
74
menyarankan dilaksanakan pelatihan tentang K3 untuk memberikan
pemahaman bagi karyawan akan bahaya K3 dan bagaimana cara
bekerja yang aman di tempat kerja tersebut. Peneliti juga
menyarankan diberikannya pelatihan tentang tata cara
penanggulangan kebakaran, karena di tempat tersebut ditemui juga
mesin las dan bahan mudah terbakar.
4.10.2 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel
sheet metal
Berdasarkan hasil identifikasi, maka peneliti menyarankan
dilaksanakannya pelatihan tentang tata cara penanggulangan
kebakaran, pelatihan K3 umum untuk memberikan pemahaman bagi
karyawan tentang tata cara kerja yang baik dan aman.
4.10.3 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel
permesinan
Untuk tempat kerja ini, peneliti mengusulkan dilaksanakannya
pelatihan tentang K3, serta tata cara penanggulangan kebakaran
karena di tempat tersebut ditemukan mesin las.
4.10.4 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non
metal
Bengkel non metal aalah bengkel yang memiliki potensi
bahaya kebakaran terbesar, karena tempat kerja ini dipenuhi oleh
bahan yang mudah terbakar, termasuk thinner, cat, kayu, dan
fiberglass. Maka dengan ini peneliti mengusulkan dilaksanakannya
pelatihan tentang tata cara penanggulangan kebakaran dan pelatihan
tentang tanggap darurat jika terjadi kebakaran besar di tempat kerja.
Juga penting diberikan pelatihan tentang K3 untuk memberikan
pemahaman K3 bagi karyawan tentang bahaya jika menghirup thinner
dan uap cat, serta untuk menerangkan tentang tata cara bekerja yang
baik dan aman.
75
4.10.5 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium
steam power plant
Potensi bahaya terbesar di tempat ini adalah peledakan boiler
dan terkena uap panas. Karyawan di tempat kerja tidak memiliki
keahlian penanggulangan bahaya peledakan. Maka dengan ini peneliti
mengusulkan dilaksanakannya pelatihan tentang keselamatan kerja
pesawat uap dan bejana tekan.
4.10.6 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium
automatic diesel marine
Di tempat kerja ini potensi bahaya terbesar adalah kebisingan
yang berasal dari mesin diesel. Peneliti mengusulkan dilaksanakannya
pelatihan tentang K3 umum dan tata cara pelaksanaan pekerjaan yang
aman, serta cara penggunaan APD yang benar untuk mengantisipasi
potensi bahaya di tempat kerja.
4.10.7 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium
reparasi listrik
Di tempat kerja ini tidak ditemukan potensi bahaya yang besar,
namun tetap perlu dilaksanakan pelatihan, dan peneliti menyarankan
pelatihan tentang K3 listrik dan K3 umum untuk memberikan
pemahaman tentang cara pelaksanaan pekerjaan yang aman.
4.10.8 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium
SPPK
Tempat kerja ini tergolong aman, dan tidak ditemukan potensi
bahaya yang besar. Namun peneliti tetap mengusulkan diberikan
pelatihan tentang K3 umum untuk memberikan penjelasan tentang tata
cara pelaksanaan pekerjaan yang aman.
76
4.10.9 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium
uji bahan
Di tempat kerja ini ditemukan bahan radioaktif yang berpotensi
melepaskan radiasi. Dengan ini peneliti menyarankan dilakukan
pelatihan tentang K3 umum, dan tata cara penanggulangan bahan
radioaktif.
4.10.10 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium
instrumentasi listrik dan fisika
Laboratorium ini termasuk tempat kerja yang memiliki
potensi bahaya kecil, dan peneliti mengusulkan dilaksanakan
pelatihan tentang K3 umum untuk memberikan pemahaman bagi
karyawan tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan yang baik dan
aman.
4.10.11 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium
kimia
Tempat kerja ini memiliki potensi bahaya yang besar,
karena berisi bahan kimia yang berbahaya dan beracun bagi
manusia. Dengan ini peneliti menyarankan dilaksanakannya
pelatihan K3 kimia, serta tata cara penanggulangan kebakaran jika
terjadi kebakaran akibat bahan kimia di tempat kerja.
4.10.12 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium
ergonomi
Laboratorium ergonomi ini termasuk tempat kerja yang
memiliki potensi bahaya yang rendah, dan peneliti mengusulkan
dilaksanakan pelatihan K3 umum. Mengingat tempat kerja ini
berada dekat dengan laboratorium kimia, ada kemungkinan
terjadinya kebakaran bahan kimia, maka perlu diberikan pelatihan
tentang tata cara penanggulangan kebakaran akibat bahan kimia.
77
4.10.13 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium
reparasi mesin
Tempat kerja ini termasuk memiliki potensi bahaya yang
besar, karena terdapat bahan mudah terbakar dan mesin yang
memiliki bagian bergerak namun tidak diberi pelindung. Peneliti
mengusulkan dilaksanakan pelatihan tentang K3 umum dan tata
cara penanggulangan kebakaran.
4.11 Kesimpulan Penerapan Prosedur
Dari hasil penerapan prosedur identifikasi bahaya maka disimpulkan
bahwa PPNS-ITS termasuk memiliki potensi bahaya yang besar. Hasil
identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel dan laboratorium menunjukkan
bahwa sebagian besar karyawan belum memiliki pengetahuan tentang
keselamatan kerja secara umum, serta ada beberapa karyawan yang
menangani lebih dari satu bengkel atau laboratorium. Hal ini dapat
mengakibatkan pelayanan yang kurang maksimal dari setiap laboratorium
atau bengkel.
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Manual dan prosedur serta dokumen yang berkaitan dengan prosedur telah
disusun dan siap untuk diterapkan.
2. Hasil perhitungan jam kerja didapatkan jumlah jam kerja praktek di PPNS-
ITS adalah ±1490 jam kerja, dan ini digunakan sebagai pedoman indikator
kinerja keberhasilan program SMK3 di PPNS-ITS.
3. Hasil analisa peneliti berdasarkan penerapan prosedur identifikasi
kebutuhan pelatihan, peneliti memberikan usulan pelaksanaan pelatihan.
Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja akibat
ketidaktahuan karyawan akan potensi bahaya dan resiko yang ada di
tempat kerja.
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan kepada pihak manajemen PPNS-
ITS adalah:
1. Proses perhitungan jam kerja sebaiknya dilaksanakan setiap hari diseluruh
sektor kegiatan mulai bengkel hingga laboratorium agar didapatkan
jumlah jam kerja efektif.
2. TIM SMK3 yang dibentuk sebaiknya bekerja secara optimal agar seluruh
kegiatan dapat dipantau untuk memastikan bahwa program SMK3
dijalankan dengan baik.
3. Untuk penelitian selanjutnya, maka dapat diambil tentang cara pendataan
penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan kondisi di PPNS-ITS.
79
DAFTAR PUSTAKA
Guidelines for Hazard Evaluation Procedures (Second edition with worked
examples) Permenaker No. Per-04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta tata cara penunjukan ahli keselamatan kerja Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rausand, M. 2005. Preliminary Hazard Analysis. Departement of Production and
Quality Engineering Norwegian University of Science and Technology.
Suardi, R. 2006. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Panduan
penerapan berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996). Jakarta. Penerbit PPM
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Undang-undang No. 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan
LAMPIRAN I DENAH PPNS-ITS
LAMPIRAN II KUMPULAN PROSEDUR
A. Prosedur identifikasi bahaya 1.Tujuan
Prosedur ini menjelaskan tata cara umum identifikasi bahaya pada PPNS-ITS. 2.Ruang Lingkup
Ruang lingkup identifikasi bahaya pada PPNS-ITS harus dapat mengendalikan seluruh potensi bahaya yang ada di perusahaan. Identifikasi bahaya meliputi :
a) Identifikasi dan evaluasi potensi bahaya di PPNS-ITS. b) Membuat,menyusun,memeriksa daftar identifikasi bahaya potensial dan
evaluasi resiko serta daftar resiko penting K3.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.1
4.Definisi
1. Identifikasi : Langkah yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis masalah yang ada.
2. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan.
3. Kecelakaan : Suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :
a) Identifikasi dan evaluasi potensi bahaya di PPNS-ITS. b) Membuat, menyusun, memeriksa daftar identifikasi bahaya potensial
K3. 5.2. Manajemen Representatif (MR) bertanggungjawab untuk :
a) Mengesahkan daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi potensi bahaya.
6.Prosedur
6.1.Identifikasi potensi bahaya di PPNS-ITS 6.1.1.TIM SMK3 melakukan proses identifikasi potensi bahaya. 6.1.2.Hasil tinjauan didokumentasikan dalam Dokumen Identifikasi Bahaya.
6.2.Evaluasi Hasil Identifikasi Bahaya 6.2.1.TIM SMK3 membuat, menyusun, memeriksa daftar identifikasi
bahaya potensial dan evaluasi. 6.2.2.Hasil evaluasi didokumentasikan dan disimpan.
6.3.Bentuk kegiatan Identifikasi Bahaya ini berupa kegiatan survey di lapangan yang membahas tentang hal-hal yang ada pada klausul 6.1 dan 6.2. 6.3.1.Identifikasi Bahaya oleh TIM SMK3 PPNS-ITS. 6.3.2.Mengesahkan daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi potensi
bahaya oleh Manajemen Representatif.
6.4.Tinjauan bahaya potensial akan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh TIM SMK3 atau bila terjadi perubahan proses,dan atau perubahan perundangan yang berarti, atau muncul perkembangan unit usaha yang baru.
6.5.Bagan alir menjelaskan metode yang digunakan pada Prosedur Identifikasi
Bahaya.
7.Dokumen
No
Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1
Dokumen Identifikasi Potensi Bahaya
Catatan tentang Identifikasi Bahaya di PPNS-ITS
F 001
Lemari Dokumen Tim SMK3 no.001
10 tahun Tim
SMK3
8.Lampiran
Lampiran I : Form Dokumen Identifikasi Bahaya
Dokumen identifikasi potensi bahaya
Kegiatan Dokumentasi
START
FINISH
Bertanggungjawab menyusun, memeriksa daftar identifikasi potensi
bahaya potensial
TIM SMK3
Melakukan identifikasi dan evaluasi potensi bahaya pada tempat kerja di
PPNS-ITS
TIM SMK3
Mengesahkan daftar identifikasi potensi bahaya
MANAGEMENT REPRESENTATIVE
Lampiran I : Form Dokumen Identifikasi Bahaya Area : Tim Identifikasi : Tanggal : No. Potensi
Bahaya Efek Utama Kategori
Bahaya Cara
Menanggulangi Bahaya
Keterangan
Katefori Bahaya : I : Negligible II : Marginal III : Critical IV : Catasthropic
B. Prosedur penilaian resiko
1.Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara umum penilaian resiko pada
PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk penilaian resiko di laboratorium dan bengkel PPNS-
ITS serta tempat kerja yang memiliki resiko tinggi.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.1
4.Definisi
4. Penilaian Resiko: Proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan.
5. Resiko: Peluang/ sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, sakit atau yang lainnya dimana hal tersebut disebabkan bahaya.
5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :
a. Memastikan seluruh resiko di PPNS-ITS telah diidentifikasi dan
dinilai
b. Melakukan penilaian resiko di bengkel dan laboratorium dan
bengkel serta tempat kerja lain yang memiliki resiko kecelakaan
tinggi
5.2. Manajemen Representatif bertanggungjawab untuk :
a. Mengetahui dan menyetujui hasil penilaian resiko
b. Memastikan penilaian resiko telah dilakukan dengan benar oleh
petugas yang ahli
5.3. Kepala tiap divisi bertanggungjawab untuk :
a. Mencatat dan melaporkan setiap kegiatan yang ada dibawah
pengawasannya
b. Bersama TIM SMK3 (bersifat mengetahui) melakukan penilaian
resiko berdasarkan jenis pekerjaan/kegiatan yang ada di tempat
kerja
6.Prosedur
a. Kepala divisi melaporkan setiap kegiatan di tempat kerja yang dipimpinnya
b. TIM SMK3 bersama dengan kepala divisi melakukan penilaian resiko c. Manajemen Representatif menyetujui dan menandatangani laopran
hasil penilaian resiko d. TIM SMK3 menyimpan laporan hasl penilaian yang akan dibutuhkan
untuk pengendalian resiko 7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1 Laporan penilaian resiko
Catatan hasil penilaian resiko yang dilakukan oleh TIM SMK3
F002
Lemari dokumen TIM SMK3
10 tahun TIM
SMK3
8.Lampiran
Lampiran I: Form penilaian resiko
Form penilaian resiko
Kegiatan Dokumen
START
FINISH
Mencatat dan melaporkan setiap
kegiatan di tempat kerja yang dipimpinnya
Kepala divisi
Melakukan penilaian resiko
TIM SMK3
Menyetujui laporan hasil penilaian resiko
Manajemen representatif
Menyimpan dokumen laporan hasil penilaian resiko untuk rencana pengendalian resiko
TIM SMK3
Lampiran I: Form penilaian resiko Tanggal: Dibuat oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh: NO Jenis
pekerjaan Resiko Kategori PIC Keterangan
L M H
Keterangan:
H: High (tinggi) M: Medium (sedang) L: Low (rendah)
Sumber (Rausand, M. 2005)
C. Prosedur pengendalian resiko
1.Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan cara pelaksanaan pengendalian resiko
di PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk proses pekerjaan di bengkel dan laboratorium PPNS-
ITS, serta tempat kerja lain yang dianggap berbahaya.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.1
4.Definisi
6. Resiko: Peluang/ sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, sakit atau yang lainnya dimana hal tersebut disebabkan bahaya.
7. Pengendalian resiko: Sebuah upaya mengendalikan resiko agar tidak memberikan dampak yang buruk dan mengarah terjadinya kecelakaan
5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :
a. Melaksanakan pengendalian resiko
b. Melaporkan hasil pengendalian resiko kepada manajemen
representatif
c. Menyimpan dokumen pengendalian resiko sebagai bahan
pertimbangan pengendalian resiko yang lain
5.2. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk :
a. Menyetujui dan mengesahkan dokumen pengendalian resiko
6.Prosedur
a) TIM SMK3 melaksanakan pengendalian resiko di bengkel dan laboratorium
b) Hasil pengendalian dilaporkan ke manajemen representatif c) Manajemen representatif menyetujui dan mengesahkan laporan
pengendalian resiko d) TIM SMK3 menyimpan laporan pengendalian resiko untuk digunakan
sebagai bahan pertimbangan pengendalian resiko yang lain
7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1 Dokumen pengendalian resiko
Catatan pengendalian resiko di bengkel dan laboratorium
F003
Lemari dokumen TIM SMK3
10 tahun TIM
SMK3
8.Lampiran
Lampiran I: Form pengendalian resiko
Form pengendalian
resiko
Kegiatan Dokumen
Lampiran I: Form pengendalian resiko Area/tempat: Tanggal: Tim identifikasi resiko: NO Jenis resiko Bentuk
pengendalian Keterangan
D. Prosedur identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya
1.Tujuan
Prosedur ini menjelaskan tata cara umum untuk mengidentifikasi peraturan perundangan & peraturan lainnya di PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup
Perundangan & peraturan lainnya yang dimaksud di prosedur ini adalah perundangan & peraturan yang berhubungan dengan SMK3 saja. Prosedur ini dilaksanakan setiap 1 tahun sekali atau setiap adanya perubahan perundangan & peraturan lain yang digunakan untuk penerapan SMK3.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.2
4.Definisi
1. Peraturan: Sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok orang/lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan bersama.
2. Peraturan perundangan: peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.
5.Tanggung Jawab
5.1.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a. Mengidentifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya yang
berhubungan dengan SMK3 di PPNS-ITS b. Meninjau ulang dan menanggapi jika ada perubahan peraturan perundang-
undangan
5.2. Manajemen Representatif (MR) bertanggungjawab untuk: a. Memastikan komitmen dan kebijakan terpenuhi.
5.3. Direktur bertanggungjawab untuk:
a. Menetapkan persyaratan K3 lain yang secara umum diterjemahkan sebagai standard.
6.Prosedur
6.1.Mendaftar perundangan & peraturan lainnya yang digunakan perusahaan dalam penerapan SMK3. TIM SMK3 dan Divisi K3 mendaftar perundangan & peraturan lainnya yang digunakan dalam perusahaan baik yang berasal dari perundangan & peraturan lokal maupun internasional yang digunakan perusahaan untuk menerapkan SMK3.
6.2. Memastikan kebijakan dan komitmen terpenuhi.
Setelah mendaftar perundangan & peraturan lain yang digunakan dalam penerapan SMK3, maka MR memastikan apakah kebijakan dan komitmen K3 telah dipenuhi atau belum.
6.3.Menetapkan persyaratan K3 lainnya yang kemudian diterjemahkan sebagai standard Setelah kebijakan dan komitmen dipenuhi maka direktur menetapkan persyaratan K3 lain yang akan diterjemahkan sebagai standard.
6.4.Tinjauan ulang dalam menanggapi adanya perubahan peraturan perundangan. TIM SMK3 bertugas untuk melakukan peninjauan ulang terhadap prosedur dan menanggapi jika terjadi perubahan.
7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1.
Identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya
Catatan tentang peraturan perundangan dan peraturan lain yang berhubungan dengan SMK3 di PPNS-ITS
F 004
Lemari dokumen Divisi K3 no.009
10 tahun TIM
SMK3
8.Lampiran
Lampiran I : Form identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya.
Form identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya
Kegiatan Dokumen
Lampiran I : Form identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya No Peraturan K3 Peraturan lain Kesesuaian dengan
SMK3 Keterangan
Diketahui, (Manajemen Representatif)
E. Prosedur penetapan tujuan dan sasaran manajemen K3
1.Tujuan
Prosedur ini menjelaskan tata cara umum dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3 di setiap fungsi dan level yang relevan pada PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup
Ruang lingkup penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 ini meliputi : a. Penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 b. Penyetujuan tujuan dan sasaran Manajemen K3 c. Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 d. Pemeliharaan tujuan dan sasaran Manajemen K3 e. Peninjauan tujuan dan sasaran Manajemen K3 f. Penyesuaian tujuan dan sasaran Manajemen K3
3.Referensi
PER-05/MEN/1996 klausul 2.3 4.Definisi
8. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan.
9. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Kondisi dan unsur-unsur yang mempengaruhi kesehatan karyawan, pekerja sementara, personil kontraktor, pengunjung dan orang lain di tempat kerja.
10. Resiko : Peluang/ sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, sakit atau yang lainnya dimana hal tersebut disebabkan bahaya.
11. Sistem Manajemen K3 (SMK3) : Bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang memfasilitasi pengaturan resiko K3 yang berhubungan dengan bisnis organisasi. Termasuk struktur organisasi, kegiatan-kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk mengembangkan, menerapkan, pencapaian, peninjauan dan pemeliharaan kebijakan K3 PPNS-ITS..
12. Tujuan : Tujuan yang berkenaan dengan kinerja K3, dimana ditetapkan sendiri oleh PPNS-ITS untuk dicapai.
5.Tanggung Jawab 5.1.Direktur bertanggungjawab untuk :
c) Menetapkan dan menyetujui tujuan dan sasaran Manajemen K3.
5.2.Kepala Divisi bertanggungjawab untuk : a. Bersama karyawan bertanggung jawab dalam menerapkan dan memelihara
tujuan dan sasaran Manajemen K3.
5.3.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :
a. Melakukan identifikasi potensi bahaya b. Mengajukan rencana tujuan dan sasaran manajemen K3 c. Peninjauan tujuan dan sasaran manajemen K3. d. Merevisi tujuan dan sasaran manajemen K3
6.Prosedur
6.1.Penetapan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3 6.1.1.Penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 harus menggunakan
indikator kinerja yang dapat di ukur sebagai dasar penilaian kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian sistem.
6.1.2.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 harus dibuat dengan memperhatikan hasil identifikasi bahaya dan evaluasi resiko, peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan faktor biaya, teknologi dan sumber daya manusia.
6.1.3.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 akan didokumentasikan pada form penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3.
6.2.Persetujuan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3
6.2.1.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 yang telah ditetapkan harus mendapatkan persetujuan dari Direktur PPNS-ITS.
6.2.2.Tujuan dan sasaran yang telah disetujui Direktur selanjutnya akan menjadi tujuan dan sasaran PPNS-ITS yang akan dilaksanakan.
6.3.Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3
6.3.1.Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 akan dilaksanakan oleh kepala divisi bersama dengan semua karyawan PPNS-ITS.
6.3.2.Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 disesuaikan dengan tahapan dan jangka waktu pencapaian tujuan
6.4.Pemeliharaan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3
Kepala divisi bersama dengan seluruh karyawan akan memelihara tujuan dan sasaran Manajemen K3 yang telah ada.
6.5.Peninjauan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3
6.5.1.Peninjauan ulang tujuan dan sasaran Manajemen K3 dilakukan tiap 6 bulan sekali oleh TIM SMK3. Peninjauan ulang tujuan dan sasaran Manajemen K3 dilakukan untuk memastikan tujuan dapat tercapai.
6.5.2.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 yang telah ditinjau akan didokumentasikan pada form peninjauan tujuan dan sasaran manajemen K3.
7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1.
Prosedur Penetapan Tujuan & Sasaran
Tentang tata cara penentuan tujuan & sasaran
F 005
Lemari Dokumen Divisi K3 no.003
10 tahun Direktur
8.Lampiran
Lampiran I : Form Penetapan dan persetujuan Tujuan Dan Sasaran Lampiran II : Form Peninjauan Tiap 6 Bulan Sekali
Form penetapan dan persetujuan tujuan
dan sasaran
Form identifikasi bahaya
Kegiatan Dokumen
START
Melakukan identifikasi bahaya pada setiap bagian
di PPNS-ITS
TIM SMK3
Menetapkan kondisi bahaya yang paling tinggi dan menyusun rencana tujuan dan sasaran manajemen K3
TIM SMK3
Mengajukan rencana tujuan dan sasaran manajemen K3 pada pihak manajemen PPNS-ITS
TIM SMK3
Menetapkan dan menyetujui tujuan dan
sasaran manajemen K3
Direktur
A B
Form peninjauan tiap 6 bulan sekali
Kegiatan Dokumen
FINISH
Sesuai?
Melaksanakan tujuan dan sasaran manajemen K3
Kepala divisi dan seluruh karyawan
Memelihara tujuan dan sasaran manajemen K3
Kepala divisi dan seluruh karyawan
Meninjau tujuan dan sasaran manajemen K3
setiap 6 bulan sekali
TIM SMK3
Merevisi tujuan dan sasaran manajemen K3
TIM SMK3
A
B
YA
TIDAK
Lampiran I : Form Penetapan dan persetujuan Tujuan Dan Sasaran No. Dokumen :
Disetujui oleh :
Ditetapkan oleh :
Tanggal :
Masa berlaku :
No. Tujuan K3 Sasaran K3 PIC
Lampiran II : Form Peninjauan Tiap 6 Bulan Sekali No. Dokumen :
Disetujui oleh :
Ditetapkan oleh :
Diisi oleh :
Tanggal :
Masa berlaku :
No. Tujuan K3 Hasil
Tinjauan Sasaran
K3 Hasil
Tinjauan PIC
F. Prosedur penetapan job description
1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk memelihara dan mengidentifikasi seluruh kegiatan operasi dan aktifitas yang terkait terhadap bahaya potensial yang memiliki resiko dan sebagai syarat dalam pengendalian resiko operasi.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh kegiatan operasional di PPNS-ITS, yakni pada pengendalian operasinya.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.1.1
4.Definisi
13. APD : alat pelindung diri yang digunakan tenaga kerja agar tidak terpapar bahaya.
14. Barang : Segala sesuatu yang berwujud dibutuhkan oleh PPNS-ITS untuk seluruh kegiatan operasional.
15. Inspeksi : Satu cara pemeriksaan tempat kerja secara langsung pada setiap tindakan tidak aman dari fasilitas fisik sehingga sumber-sumber bahaya dapat diketahui sebelumnya.
16. Jasa : Segala sesuatu yang tidak berwujud tapi dalam bentuk pelayanan yang dibutuhkan oleh PPNS-ITS demi kelancaran kegiatan operasional.
17. Operasi : seluruh aktifitas PPNS-ITS. 18. Uji emisi adalah pengujian terhadap gas pembuangan pada kendaraan untuk
mengetahui kandungan gas yang dihasilkan. 5.Tanggung Jawab
5.1.Manajemen Representatif (MR) bertanggungjawab untuk : a. Memastikan tindakan disiplin agar program terpenuhi.
5.2.Kepala Divisi bertanggungjawab :
d) Memastikan semua operasi tiap divisinya telah diidentifikasi.
5.3.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a. Memastikan pelaksanaan sistem pengendalian operasi dengan baik.
5.4.Divisi K3 bertanggungjawab untuk :
a. Memastikan pelaksanaan sistem pengendalian operasi dengan baik b. Memonitor pelaksanaan pemeliharaan sebagai bagian dari inspeksi c. Mencatat dan mengidentifikasi bahaya potensial
5.5.Seluruh karyawan bertanggungjawab untuk :
a. Melaksanakan sistem pengendalian operasi yang telah ditentukan b. Memelihara APD serta peralatan untuk menunjang operasi tiap-tiap
departemen/divisi
6.Prosedur 6.1.Identifikasi
6.1.1.Divisi K3 harus mengidentifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko, pemantauan dan pengukuran setiap daerah operasi yang memiliki resiko
6.1.2.TIM SMK3 harus menetapkan dan memelihara sistem pengendalian operasi
6.2.Pelaksanaan Pengendalian Operasi
6.2.1.Pemberlakuan izin kerja a. Setiap unit kerja yang teridentifikasi bahaya potensial harus ada izin
masuk tempat tersebut b. Tempat yang terdapat potensial bahaya harus di buat pengendalian
dengan memberi tanda larangan dan pegar 6.2.2.Penyediaan APD
Setiap unit kerja harus menyediakan APD yang cukup untuk tenaga kerja sesuai dengan resiko dan tingkat bahaya
6.2.3 Pemberian Peringatan K3 Setiap unit kerja harus memberikan peringatan K3 untuk daerah yang telah teridentifikasi bahaya potensial
6.3.Pengelolaan 6.3.1.Pemeliharaan
a. Setiap departemen harus memastikan bahwa semua peralatan, material dan peralatan pelindung digunakan sesuai ketentuan
b. Kadiv tiap departemen secara periodik harus meninjau semua peralatan untuk memestikan bahwa perlatan bebas dari kerusakan dan dipelihara dengan baik
c. TIM SMK3 melakukan inspeksi dan pengujian K3 yang terkait dengan peralatan dan sistem yang terintegrasi untuk mengetahui resiko yang ditimbulkan
d. Kadiv tiap departemen memastikan pemeliharaan barang dan jasa harus terintergrasi dalam penanganan untuk mencegah resiko kecelakaan
6.3.2.Pemberian Pelayanan Setiap tenaga kerja diberikan pelayanan berupa pelayanan uji emisi kendaraan untuk mencegah pencemaran lingkungan asap yang dapat menganggu aktifitas para pekerja
6.4.Pengawasan 6.4.1.Setiap kegiatan operasi akan diawasi langsung oleh kadiv tiap
departemen untuk memastikan kegiatan operasi berlangsung dengan aman
6.4.2.Setiap kegiatan operasi akan diawasi langsung oleh MR untuk memastikan kegiatan operasi telah diidentifikasi dan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
6.4.3.Setiap kegiatan operasional dalam PPNS-ITS diawasi langsung oleh MR sebagai perwakilan dari Direktur Perusahaan.
7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1
Dokumen izin kerja di tempat
panas
Lembaran yang berisi persetujuan izin kerja
yang ditanda tangani oleh
pihak berwenang di perusahaan
F006
Lemari dokumen
Divisi K3
10 tahun Divisi K3
8.Lampiran
Lampiran I : Form izin kerja di tempat panas / hot work permit.
Kegiatan Dokumen
Lampiran I : Form izin kerja di tempat panas/hot work permit Nama orang/perusahaan yang melaksanakan hot work:…………………………… Tanggal:……………………………….. Izin no:………………… Lokasi:………………………………………………………………………… (diisi dengan rinci, termasuk nama bangunan dan nomor ruangan) Deskripsi pekerjaan:…………………………………………………………... Izin ini berlaku mulai…..am/pm pada…./……. Hingga……am/pm pada…./… Peringatan khusus:…………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………....................................................................................................................................... Area kerja telah diperiksa dan seluruh tindakan pencegahan yang dianggap perlu telah diambil. Nama:…………………….. Tanda tangan:……………. Tanggal:……………. (Pekerja hot-work) Area kerja telah diperiksa oleh saya, seluruh alarm kebakaran dan panel telah diisolasi, area kerja dinyatakan aman dan siap untuk dilaksanakan hot-work. Nama:……………………. Tanda tangan:…………… Tanggal:…………… (Pejabat berwenang) Hot-work dimulai pada :........am/pm Hot-work berakhir pada :........am/pm
G. Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan
1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan atau
penyelenggaraan pelatihan bagi karyawan di PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup jenis pelatihan yang diikuti oleh seluruh karyawan
PPNS-ITS pada divisi masing-masing, disesuaikan dengan latar belakang
pendidikan, pengetahuan, serta bidang keahlian yang dimiliki. Pelatihan ini
dapat dilaksanakan oleh pihak internal PPNS-ITS atau mengundang pelatih dari
eksternal/luar.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.1.5
4.Definisi
1. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan.
2. Sistem Manajemen K3 (SMK3) : Bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang memfasilitasi pengaturan resiko K3 yang berhubungan dengan bisnis organisasi. Termasuk struktur organisasi, kegiatan-kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk mengembangkan, menerapkan, pencapaian, peninjauan dan pemeliharaan kebijakan K3 PPNS-ITS.
3. Sertifikasi Lembar pengakuan terhadap seseorang yang telah mengikuti dan lulus
suatu pelatihan tertentu
4. Pelatihan/ Training Internal Kegiatan pembekalan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan
kepedulian dan kompetensi yang diselenggarakan di PPNS-ITS oleh
orang/ badan yang kredibilitasnya diakui dibidangnya baik masih bekerja
di PPNS-ITS maupun dari luar PPNS-ITS.
5. Pelatihan/ Training Eksternal Kegiatan pembekalan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan
kepedulian dan kompetensi yang diselenggarakan oleh orang/ badan
tertentu dan dilaksanakan diluar lingkungan PPNS-ITS.
5.Tanggung Jawab 5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :
a) Meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia karyawan yang ada
di PPNS-ITS
b) Menyetujui pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi
c) Mendokumentasikan seluruh kegiatan pelatihan dan sertifikasi serta
memeliharanya
d) Melaksanakan peninjauan ulang terhadap hasil evaluasi pelatihan
yang dilaksanakan di PPNS-ITS
5.2. Kepala setiap divisi bertanggungjawab untuk :
a) Menentukan jenis kebutuhan pelatihan yang dibuthkan oleh
karyawan yang ada dibawah pimpinannya.
b) Melakukan evaluasi terhadap hasil pelatihan yang dilakukan di
tempat kerja yang dipimpinnya.
5.3. Divisi pelatihan dan sertifikasi bertanggungjawab untuk :
a) Menyusun jadwal pelatihan dan sertifikasi
b) Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi sesuai dengan jadwal dan
jenis kebutuhan pelatihan yang ditetapkan
c) Melaporkan hasil pelatihan kepada pihak manajemen puncak dan
bagian lain yang berkepentingan
6.Prosedur
6.1. Penentuan kebutuhan pelatihan a) Penentuan kebutuhan pelatihan berdasarkan latar belakang
pendidikan, pengalaman, bidang kerja, jenis resiko dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja
b) Menentukan sasaran pelatihan yang akan dilaksanakan c) Sasaran pelatihan adalah karyawan yang bekerja di PPNS-ITS d) Kebutuhan pelatihan yang ditentukan dicantumkan kedalam form
identifikasi kebutuhan pelatihan
6.2. Persetujuan kebutuhan pelatihan a. Mengajukan form identifikasi kebutuhan pelatihan kepada pihak
manajemen puncak b. Pihak manajemen puncak menyetujui pelatihan untuk dapat
dilaksanakan di PPNS-ITS
6.3. Pelaksanaan pelatihan
a. Divisi pelatihan dan sertifikasi melaksanakan pelatihan di PPNS-ITS
b. Jika pelatihan dilaksanakan oleh pihak luar, maka divisi pelatihan dan sertifikasi bertanggung jawab menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan oleh tenaga luar tersebut, termasuk dalam hal penyediaan tempat pelatihan
c. Pelaksanaan pelatihan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan d. Jadwal pelatihan hanya berlaku untuk satu jenis pelatihan. Jika ada
jenis pelatihan lain, maka akan disusun jadwal yang berbeda, untuk menghindari timbulnya kesalahan yang bersifat teknis dan administratif.
6.4. Laporan hasil pelatihan a. Pelatihan yang dilaksanakan harus dilaporkan kepada pihak
manajemen puncak PPNS-ITS b. Jika pelatihan dilaksanakan pihak luar, maka yang bertanggung
jawab memberikan laporan adalah divisi pelatihan dan sertifikasi c. Laporan hasil pelatihan dicatat kedalam form laporan hasil
pelatihan
6.5. Evaluasi hasil pelatihan a. Evaluasi hasil pelatihan dilakukan untuk menilai efektivitas
pelatihan yang berpengaruh pada karyawan. Evaluasi ini dapat dilaksanakan oleh kepala tiap divisi kepada seluruh karyawan yang mengikuti pelatihan dibawah pimpinannya.
b. Jika hasil evaluasi memberikan nilai yang kurang memuaskan, maka kepala divisi berwenang untuk menentukan kebutuhan pelatihan yang baru.
c. Jika hasil evaluasi memberikan nilai yang baik, maka laporan hasil pelatihan dapat disimpan
d. Nilai evaluasi hasil pelatihan dicantumkan dalam form evaluasi hasil pelatihan.
6.6. Pemeliharaan laporan hasil pelatihan Laporan hasil pelatihan disimpan dan dipelihara oleh divisi pelatihan dan sertifikasi, dan dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pelatihan lain, atau pelatihan yang sama selanjutnya.
7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1
Dokumen identifikasi kebutuhan pelatihan
Catatan pelatihan yang dibutuhkan
F007
Lemari dokumen kepala masing-masing
10 tahun
Kepala masing-masing divisi
divisi
2 Dokumen jadwal pelatihan
Jadwal pelatihan yang akan dilaksanakan
F008
Lemari dokumen divisi pelatihan dan sertifikasi
10 tahun
Divisi pelatihan
dan sertifikasi
3
Dokumen laporan hasil pelatihan
Catatan hasil pelatihan
F009
Lemari dokumen divisi pelatihan dan sertifikasi
10 tahun
Divisi pelatihan
dan sertifikasi
4
Dokumen evaluasi hasil pelatihan
Catatan evaluasi oleh kepala divisi
F010
Lemari dokumen kepala masing-masing divisi
10 tahun
Kepala masing-masing divisi
8.Lampiran
Lampiran I: Form identifikasi kebutuhan pelatihan Lampiran II: Form jadwal pelatihan Lampiran III: Form laporan hasil pelatihan Lampiran IV: Form evaluasi hasil pelatihan
Form identifikasi kebutuhan pelatihan
Form jadwal pelatihan
Form laporan hasil pelatihan
Form evaluasi hasil pelatihan
Kegiatan Dokumen
Lampiran I: Form identifikasi kebutuhan pelatihan
Tanggal :
Dibuat oleh :
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Lokasi:
NO Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran atau
obyek
pelatihan
Jenis
pelatihan Latar
belakang
pendidikan
Pengalaman Resiko
K3 dan
potensi
bahaya
yang
ada
Bidang
kerja
Lampiran II: Form jadwal pelatihan
Tanggal :
Dibuat oleh :
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Jenis Pelatihan :
NO
Tanggal pelatihan
Materi pelatihan
Trainer Tempat pelatihan
Waktu pelatihan
Keterangan
Lampiran III: Form laporan hasil pelatihan
Tanggal :
Dibuat oleh :
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Jenis Pelatihan :
NO
Tanggal pelatihan
Materi pelatihan
Jumlah peserta
Trainer Tempat pelatihan
Biaya pelatihan
PIC
Lampiran IV: Form evaluasi hasil pelatihan
Tanggal :
Dibuat oleh :
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Jenis Pelatihan :
NO Uraian
penilaian PIC Efektivitas dan
kesesuaian Keterangan
Keterangan diisi bila ditemukan ketidak sesuaian, dan dijelaskan mengapa hal tersebut terjadi.
H. Prosedur komunikasi
1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk mengkomunikasikan seluruh informasi K3,
termasuk kecelakaan, potensi bahaya dan resiko di PPNS-ITS
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh sistem operasi di PPNS-ITS
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.2.1
4.Definisi
4.1. Komunikasi : Suatu kegiatan penyampaian pesan melalui lisan maupun tulisan kepada penerima
4.2. Kecelakaan : Suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
4.3. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan.
5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :
a. Mengkomunikasikan K3, potensi bahaya, resiko, dan kecelakaan
kepada seluruh karyawan di PPNS-ITS
5.2. MR bertanggungjawab untuk :
a. Memastikan seluruh informasi K3, potensi bahaya, resiko, dan
kecelakaan telah disebarkan dengan baik dan merata kepada
seluruh karyawan
b. Memerintahkan kepala tiap divisi untuk turut serta
mengkomunikasikan K3, potensi bahaya, resiko, dan kecelakaan
kepada karyawan yang ada dibawah pimpinannya
5.3. Divisi K3 bertanggungjawab untuk :
c. Memastikan seluruh informasi K3, potensi bahaya, resiko, dan
kecelakaan telah disebarkan dengan baik dan merata kepada
seluruh karyawan
6.Prosedur
6.1. TIM SMK3 menetapkan informasi yang akan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan
6.2. MR memerintahkan kepala tiap divisi untuk mengkomunikasikan K3 kepada seluruh karyawan dibawah pimpinannya
6.3. Divisi K3 memastikan bahwa seluruh karyawan telah mendapat informasi yang baik dan jelas tentang K3
7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
- - - - - - -
8.Lampiran
Kegiatan Dokumen
I. Prosedur pelaporan
1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara umum pelaporan kecelakaan
yang terjadi di PPNS-ITS
2.Ruang Lingkup Prosedur ini dapat bersifat internal dan eksternal. Pelaporan eksternal
diserahkan pada Disnaker setempat sebagai syarat klaim asuransi
(JAMSOSTEK atau perusahaan asuransi lainnya).
Klaim asuransi hanya diberikan pada korban yang memiliki identitas sebagai
karyawan/pekerja di PPNS-ITS. Klaim asuransi bagi pekerja diluar PPNS-ITS
(karyawan outsourcing) ditanggung oleh perusahaan tempat pekerja tersebut
berasal.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.2.2
4.Definisi
1. Kecelakaan: Kejadian yang tidak diinginkan mengakibatkan kepada kematian, penyakit akibat kerja, cedera, kerusakan atau kehilangan lainnya.
2. Insiden: Suatu kondisi yang mengindikasikan akan terjadinya kecelakaan. 3. Penilaian resiko: Proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap
tingkat resiko kecelakaan. 4. Tindakan Perbaikan: Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan akar
penyebab ketidaksesuaian kecelakaan, insiden yang ditemukan agar mencegah kecelakaan tersebut tidak terulang lagi.
5. Tindakan Pencegahan: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan insiden agar tidak terjadi kecelakaan terulang lagi.
5.Tanggung Jawab 5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :
a. Mengetahui segala macam kejadian yang menimpa karyawan di PPNS-ITS.
b.Menandatangani catatan kejadian kecelakaan sebagai bukti bahwa pihak managemen puncak mengetahui tentang perihal tersebut.
c. Menyediakan fasilitas atau peralatan yang layak yang memenuhi standard K3.
d. Menyimpan laporan kecelakaan
5.2. Kepala tiap divisi bertanggungjawab untuk :
a. Memberikan tindak lanjut atas laporan yang disampaikan oleh
karyawan tempat kerja yang dipimpinnya.
b. Melaporkan peristiwa kecelakaan yang terjadi di tempat kerja kepada
pihak manajemen puncak.
5.3. Divisi K3 bertanggungjawab untuk :
a. Membuat catatan kecelakaan berdasarkan laporan dari tiap divisi yang
mengalami kecelakaan
b. Melakukan investigasi kecelakaan untuk mengetahui penyebab
kecelakaan
c. Melakukan tindakan pencegahan dengan cara memberikan pengarahan
kepada karyawan (safety talk) sebelum melaksanakan pekerjaan,
melaksanakan penyuluhan dan pelatihan tentang K3
d. Menyimpan laporan hasil kecelakaan
6.Prosedur 6.1. Laporan dari korban/saksi Saksi atau korban melaporkan peristiwa kecelakaan kepada kepala divisi
tempat karyawan tersebut bekerja. Jika korban tidak dapat melapor, maka dapat diserahkan pada orang lain yang melihat kejadian tersebut.
6.2. Tindak lanjut laporan oleh kepala divisi Kepala divisi yang bertanggung jawab menerima laporan dan menindak
lanjuti laporan tersebut dengan meneruskannya kepada manajemen puncak untuk dicatat.
6.3. Pencatatan rekap kecelakaan oleh manajemen puncak Pihak manajemen puncak melakukan pencatatan rekap kecelakaan tersebut
sebagai bukti dan sebagai sarana penyusunan laporan kepada pemerintah. Pihak manajemen selanjutnya memerintahkan divisi K3 untuk melaksanakan investigasi kecelakaan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak manajemen puncak.
6.4. Investigasi kecelakaan oleh divisi K3 Divisi K3 melaksanakan investigasi kecelakaan dengan dibantu oleh saksi
dan kepala divisi, dengan memanfaatkan bukti-bukti yang ada di lapangan. 6.5. Pengajuan klaim asuransi
Pihak manajemen mengajukan klaim asuransi kepada JAMSOSTEK atau badan asuransi lain yang mengikat jalinan kerja sama dengan PPNS-ITS. Proses pengajuan klaim asuransi ini harus didasarkan dengan bukti yang lengkap dan tertulis.
6.6. Tindakan perbaikan dan pencegahan Divisi K3 melaksanakan tindakan perbaikand an pencegahan agar
kecelakaan yan gsama tidak terulang kembali di waktu yang selanjutnya. 7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1 Pelaporan Laporan kejadian kecelakaan
F011
Tiap divisi dan manajemen puncak
10 tahun
Tiap divisi dan
manajemen puncak
2
Rekap laporan kecelakaan selama 1 tahun
Laporan kejadian kecelakaan selama 1 tahun
F012 Kabinet MR
10 tahun
Manajemen
Representatif
8.Lampiran
Lampiran I: Form laporan kecelakaan Lampiran II: Form rekap laporan kecelakaan selama 1 tahun Lampiran III: Daftar nomor telepon masing-masing divisi
Form laporan kecelakaan
Form rekap laporan kecelakaan selama
1 tahun
Kegiatan Dokumen
Mengeta
hui,
Kepala
div
isi…
……
…..
(……
……
……
……
……
……
……
……
)
Lampiran I: Form laporan kecelakaan
Pen
yeba
b ut
ama
Per
isti
wa
Ker
ugia
n
Kea
daan
ko
rban
Nam
a ko
rban
Jum
lah
korb
an
Tan
ggal
ke
jadi
an
NO
Lampiran II: Form rekap laporan kecelakaan selama 1 tahun
Bulan Waktu dan tanggal
kecelakaan
Jumlah korban Kerugian Penyebab utama
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Mengetahui,
Kepala divisi…….
(……………………………)
Menyetujui,
Manajemen Representatif
(……………………………)
Lampiran III: Daftar nomor telepon masing-masing divisi NO Nama divisi Nomor telepon Keterangan
J. Prosedur pengendalian bahaya potensial
1.Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk melaksanakan tata cara pengendalian terhadap
bahaya potensial yang ada di PPNS-ITS
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk kegiatan operasional di PPNS-ITS
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.3.3
4.Definisi
5.Tanggung Jawab
5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :
a. Menjalankan proses pengendalian
b. Memastikan seluruh kegiatan operasional telah dilakukan prosedur
pengendalian
5.2. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk :
a. Memastikan prosedur operasi pengendalian telah dilakukan dengan baik
b. Mengesahkan laporan pengendalian
c. Melaporkan hasil pengendalian kepada pihak manajemen puncak
5.3. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :
a. Mengetahui dan menyetujui prosedur pengendalian
6.Prosedur 6.1 TIM SMK3 melaksanakan proses pengendalian pada kegiatan operasional
di PPNS-ITS 6.2 Manajemen representatif mengesahkan laporan pengendalian yang telah
dilaksanakan oleh TIM SMK3 6.3 Manajemen representatif melaporkan hasil pengendalian kepada
manajemen puncak 6.4 Manajemen puncak mengetahui dan menyetujui laporan pengendalian
yang disampaikan oleh manajemen representatif 6.5 TIM SMK3 menyimpan laporan hasil pengendalian sebagai bahan
pertimbangan pelaksanaan pengendalian di proses operasional yang lain 7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1 Laporan hasil pengendalian
Catatan tentang hasil pengendalian terhadap bahay potensial yang ada di PPNS-ITS
F013
Lemari dokumen TIM SMK3
10 tahun TIM
SMK3
8.Lampiran
Lampiran I: Form laporan hasil pengendalian
Form laporan hasil pengendalian
Kegiatan Dokumen
START
FINISH
Melakukan proses pengendalian
TIM SMK3
Mengetahui dan mengesahkan laporan pengendalian,
kemudian melaporkan kepada pihak manajemen puncak
Manajemen representatif
Mengetahui dan menyetujui laporan pengendalian
Manajemen puncak
Menyimpan laporan hasil pengendalian
TIM SMK3
Lampiran I: Form laporan hasil pengendalian Area: Tim pelaksana: Tanggal: NO Nama kegiatan Jenis bahaya
potensial Tindakan
pengendalian Keterangan PIC
Diketahui,
(Manajemen representatif)
Disetujui,
(Manajemen puncak)
K. Prosedur tanggap darurat
1.Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang kesiagaan tanggap
darurat kepada pekerja dan pihak luar yang berkepentingan sebagai antisipasi
terjadinya situasi darurat.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh pekerja, karyawan, staff PPNS-ITS serta
pihak luar yang berkepentingan.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.3.8
4.Definisi
19. Pihak luar yang berkepentingan : Semua pihak luar yang ada kaitannya
dengan PPNS-ITS.
20. Keadaan darurat : Keadaan yang mengancam atau membahayakan sehingga
dapat menimbulkan suatu accident (kecelakaan) pada suatu area.
5.Tanggung Jawab
5.1.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :
a. Mempersiapkan sistem tanggap darurat
b. Meninjau ulang dan merevisi sistem tanggap darurat bila terjadi
perubahan pada sistem operasional perusahaan atau setelah terjadi
kondisi darurat.
5.2.Management Representative bertanggungjawab untuk :
a. Memeriksa dan menyetujui sistem tanggap darurat
b. Mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan menginstruksikan kepada
seluruh karyawan untuk menentukan langkah yang harus diambil untuk
menanggulangi kondisi darurat.
5.3.Divisi keamanan bertanggungjawab untuk :
a. Mengikuti instruksi MR
b. Mengawasi aset perusahaan
c. Mencegah orang yang tidak berkepentingan memasuki kawasan
perusahaan
5.4.Seluruh karyawan bertanggungjawab untuk :
a. Menjalankan sistem tanggap darurat.
6.Prosedur
6.1.TIM SMK3 mempersiapkan sistem tanggap darurat
6.2.Management representative memeriksa dan menyetujui sistem tanggap
darurat.
6.3.Management representative mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan
menginstruksikan kepada seluruh karyawan untuk menentukan langkah
yang harus diambil dalam menangani kondisi darurat .
6.4.Seluruh karyawan melaksanakan sistem tanggap darurat.
6.5.Divisi keamanan mengikuti instruksi dari MR, mengawasi aset perusahaan
an mencegah orang yang tidak berkepentingan memasuki area perusahaan.
6.6.TIM SMK3 melaksanakan peninjauan ulang dan merevisi sistem tanggap
darurat bila terjadi perubahan pada sistem operasional perusahaan atau
setelah terjadi kondisi darurat.
7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1. Prosedur Tanggap darurat
Tentang tata cara pelaksanaan tanggap darurat
F 014
Lemari Dokumen Divisi K3 no.006
10 tahun TIM
SMK3
8.Lampiran
Kegiatan Dokumen
START
FINISH
Mempersiapkan sistem tanggap darurat
TIM SMK3
Memeriksa dan menyetujui sistem tanggap darurat
MR
Mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan menginstruksikan kepada seluruh karyawan untuk menentukan langkah
yang harus diambil untuk menanggulangi kondisi darurat
MR
Menjalankan sistem tanggap darurat
Seluruh karyawan
Mengikuti instruksi MR, mengawasi aset perusahaan dan mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk kedalam
lingkungan perusahaan
Divisi keamanan
Meninjau ulang dan merevisi sistem tanggap darurat jika terjadi perubahan pada sistem operasional perusahaan atau setelah terjadi kondisi darurat
TIM SMK3
L. Prosedur inspeksi dan pengukuran
1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk melaksanakan inspeksi dan pengukuran di PPNS-
ITS
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh sistem operasi di bengkel dan laboratorium
PPNS-ITS.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.1
4.Definisi
5.Tanggung Jawab
5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :
a) Melaksanakan inspeksi dan pengukuran
b) Mencatat hasil inspeksi dan pengukuran
c) Menyimpan data dan laporan hasil inspeksi dan pengukuran
5.2. Kepala divisi bertanggungjawab untuk :
a. Mengetahui dan mengizinkan proses inspeksi dan pengukuran
b. Memerintahkan seluruh karyawan untuk ikut mempermudah proses
inspeksi dan pengukuran
c. Menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan oleh TIM SMK3
dalam melakukan inspeksi dan pengukuran
5.3. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk :
a. Mengetahui dan menyetujui laporan inspeksi dan pengukuran b. Memastikan proses inspeksi dan pengukuran berjalan dengan baik
dan benar c. Memerintahkan seluruh kepala divisi untuk ikut mendukung proses
inspeksi dan pengukuran
6.Prosedur 6.1 TIM SMK3 melaksanakan inspeksi dan pengukuran terhadap tempat kerja 6.2 Kepala divisi membantu dengan menyediakan peralatan dan data yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan inspeksi dan pengukuran
6.3 Manajemen representatif menyetujui hasil inspeksi dan pengukuran 6.4 TIM SMK3 menyimpan data hasil inspeksi dan pengukuran sebagai bahan
untuk melaksanakan proses pengendalian 7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1
Laporan inspeksi dan pengukuran
Hasil inspeksi dan pengukuran terhadap peralatan dan tempat kerja i PPNS-ITS
F015
Lemari dokumen TIM SMK3
10 tahun TIM
SMK3
8.Lampiran
Lampiran I Form inspeksi dan pengukuran
Form inspeksi dan pengukuran
Kegiatan Dokumen
Lampiran I Form inspeksi dan pengukuran
Tempat : Tanggal : Tim inspeksi :
NO Materi inspeksi Kesesuaian
Keterangan Ya Tidak
NO Nama mesin/peralatan Hasil pengukuran Keterangan PIC
M. Prosedur pemeriksaan kesehatan
1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh
karyawan yang ada di PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh karyawan di PPNS-ITS, kecuali karyawan
kontrak.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.1
4.Definisi
1. Penyakit adalah: Sesuatu yang bersifat merugikan manusia dan menimbulkan masalah kesehatan.
2. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah: Penyakit yang timbul sebagai akibat melakukan pekerjaan tertentu.
5.Tanggung Jawab
5.1. Divisi K3 bertanggungjawab untuk :
Mendata kesehatan dan menyimpan data kesehatan
Menetapkan jadwal pemeriksaan kesehatan
5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :
Menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh karyawan
Menyediakan terapi kesehatan pagi karyawan yang terindikasi mengalami
penyakit akibat kerja
5.1. Kepala tiap divisi bertanggungjawab untuk :
Mendata seluruh karyawan yang ada di tempat kerja yang dipimpinnya
5.1. Karyawan bertanggungjawab untuk :
Mengikuti pemeriksaan kesehatan
Memberikan keterangan dengan benar tentang kondisi kesehatan, termasuk
penyakit yang sedang diderita
6.Prosedur 6.1. Kepala tiap divisi mendata seluruh karyawan yang ada dibawah pimpinannya 6.2. Manajemen puncak mengundang tim kesehatan dari rumah sakit untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan 6.3. Divisi K3 menetapkan jadwal pemeriksaan kesehatan 6.4. Divisi K3 mencatat dan menyimpan dokumen hasil pemeriksaan kesehatan 7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1 Laporan pemeriksaan kesehatan
Catatan tentang hasil pemeriksaan kesehatan karyawan
F016 Lemari dokumen divisi K3
10 tahun Divisi
K3
8.Lampiran
Lampiran I: Form laporan pemeriksaan kesehatan
Kegiatan Dokumen
Lampiran I: Form laporan pemeriksaan kesehatan NO Nama karyawan Jenis pemeriksaan Diagnosa
penyakit Keterangan
Mengetahui,
Kepala divisi K3
(…………………….)
N. Prosedur kalibrasi dan perawatan alat ukur
1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara kalibrasi dan perawatan alat
ukur
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk alat ukur yang dipakai di PPNS-ITS
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.1
4.Definisi
1. Alat ukur adalah: Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan skala tertentu, untuk mengetahui nilai ukuran suatu benda.
2. Kalibrasi adalah: Proses penyesuaian alat ukur agar memberikan data yang akurat.
5.Tanggung Jawab 5.1. Kepala divisi/bengkel/laboratorium bertanggungjawab untuk :
a. Mengetahui dan mengesahkan laporan jumlah dan jenis alat ukur di
tempat kerja yang dipimpinnya
5.2. Divisi perawatan bertanggungjawab untuk :
a) Melakukan kalibrasi alat ukur yang dilaporkan oleh teknisi tiap
bengkel dan laboratorium
b) Mencatat hasil kalibrasi dan melaporkan kepada kepala
divisi/bengkel/laboratorium
5.3. Teknisi tiap laboratorium dan bengkel bertanggungjawab untuk :
a) Mendata dan melaporkan segala jenis alat ukur yang ada di bengkel
atau laboratorium
b) Melakukan perawatan terhadap alat ukur
6.Prosedur 6.1 Teknisi tiap bengkel dan laboratorium mencatat seluruh alat ukur yang ada
di bengkel dan laboratorium, dan melaporkannya kepada kepala divisi. 6.2 Kepala divisi mengetahui dan menyetujui program kalibrasi alat ukur
tersebut. 6.3 Divisi perawatan melaksanakan proses kalibrasi alat ukur, kemudian
mencatat dan melaporkannya kepada kepala divisi 6.4 Teknisi tiap bengkel dan laboratorium merawat alat ukur yang telah
dikalibrasi 7.Dokumen
No Nama Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1 Lembar kalibrasi alat ukur
Catatan tentang hasil kalibrasi alat ukur
F017
Lemari dokumen divisi perawatan
10 tahun Divisi
perawatan
2 Lembar kartu perawatan
Berisi data riwayat perawatan alat ukur
F018
Lemari dokumen tiap bengkel dan lab
10 tahun
Teknisi tiap
bengkel dan lab
8.Lampiran
Lampiran I: Form kalibrasi alat ukur Lampiran II: Form kartu perawatan
Form kalibrasi alat ukur
Form kartu perawatan alat
ukur
Kegiatan Dokumen
Lampiran I: Form kalibrasi alat ukur NO Nama alat ukur Kegunaan Jenis kalibrasi Keterangan Keterangan diisi apabila alat ukur dalam keadaan rusak atau tidak pernah dipakai.
Lampiran II: Form kartu perawatan alat ukur NO Nama alat ukur Jenis perawatan
yang dilakukan Tanggal perawatan
terakhir PIC
O. Prosedur audit
1.Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan audit internal
SMK3 di PPNS-ITS yang akan dilaksanakan oleh tim audit.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup seluruh dokumen SMK3 yang diterapkan di PPNS-ITS
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.2
4.Definisi
1. Audit: Proses pemeriksaan kesesuaian peraturan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh badan/instansi terkait
5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :
a) Memastikan seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk proses audit
telah dilengkapi
b) Membantu kelancaran proses audit internal
5.2. Manajemen Representatif bertanggungjawab untuk :
a) Memastikan kegiatan audit telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dan kesepakatan
b) Mengawasi proses pelaksanaan audit
5.3. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :
a) Menyetujui kegiatan audit oleh tim audit internal SMK3
b) Melengkapi seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk proses audit
5.4. Divisi K3 bertanggungjawab untuk :
a) Menyediakan seluruh dokumen yang dibutuhkan oleh tim audit
internal SMK3
b) Mencatat dan menyimpan hasil laporan audit internal SMK3
5.5. Tim audit internal bertanggungjawab untuk :
a) Melaksanakan proses audit internal seusai dengan peraturan
b) Melaporkan hasil audit kepada manajemen puncak
5.6. Seluruh divisi bertanggungjawab untuk :
a) Melengkapi seluruh dokumen yang dibutuhkan dalam proses audit
internal
b) Membantu kelancaran audit dengan tidak menghalang-halangi tim
audit untuk melaksanakan audit
6.Prosedur
6.1 Seluruh divisi menyediakan dokumen yang berkaitan dengan SMK3 6.2 Tim audit internal melaksanakan proses audit dibantu oleh TIM SMK3 6.3 Hasil audit dilaporkan ke pihak manajemen puncak untuk ditindak lanjuti 6.4 Manajemen puncak menyetujui hasil audit dan melakukan tinjauan ulang 6.5 Divisi K3 menyimpan hasil audit sebagai pedoman perbaikan
berkelanjutan 7.Dokumen
No Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
Penanggung jawab
1
Laporan hasil audit internal SMK3
Catatan tentang hasil audit yang dilaksanakan oleh tim audit
F019 Lemari dokumen divisi K3
10 tahun Divisi K3
8.Lampiran
Lampiran I: Form laporan audit SMK3
Form laporan hasil audit
internal
Kegiatan Dokumen
START
FINISH
Menyediakan dokumen yang dibutuhkan untuk proses audit internal
Seluruh divisi
Melaksanakan audit internal dan melaporkan kepada
pihak manajemen puncak
Tim audit
Mengetahui dan menyetujui hasil audit,
dan melakukan tinjauan manajemen
Manajemen puncak
Menyimpan laporan hasil audit sebagai
pedoman perbaikan berkelanjutan
Divisi K3
Lampiran I: Form laporan audit internal SMK3
NO Klausul/sub
klausul Uraian
Kesesuaian dengan Permenaker
Ya Tidak Dalam proses
Disetujui,
(Manajemen puncak)
Diketahui,
(Manajemen representatif)
Diketahui,
(Ketua tim audit internal)
P. Prosedur tindakan perbaikan dan pencegahan
1.Tujuan
Prosedur ini menjelaskan tata cara tindakan perbaikan dan pencegahan berdasarkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja di PPNS-ITS
2.Ruang Lingkup Prosedur ini diterapkan untuk seluruh sarana/peralatan yang menggunakan sumber tenaga listrik yang ada di bengkel dan laboratorium di PPNS-ITS.
3.Referensi
PER-05/MEN/1996 klausul 4.3 4.Definisi
21. Lock out system: Suatu sistem yang terdiri dari peralatan yang digunakan untuk menjamin bahwa mesin-mesin yang dikontrol tidak dapat dioperasikan sebelum alat Lock Out ini di lepas.
22. Tag out system: Suatu sistem yang terdiri dari peralatan yang digunakan untuk mengindikasikan bahwa mesin-mesin yang dikontrol tidak ada kemungkinan untuk dioperasikan sebelum alat tag out dilepas.
23. Verifikasi alat: Suatu kegiatan untuk memastikan suatu peralatan dapat berfungsi dengan baik.
5.Tanggung Jawab 5.1.Direktur bertanggungjawab untuk :
e) Mengesahkan rencana perbaikan dan pencegahan pada sistem produksi dan seluruh sarana di PPNS-ITS.
5.2.Ketua harian P2K3 bertanggungjawab untuk : f) Memastikan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan, standard, dan peraturan teknis yang berlaku.
g) Memastikan penerapan sistem lock out tag out sesuai dengan ketentuan dan dilaksanakan dengan baik.
5.3.Divisi K3 bertanggungjawab untuk : e. Memastikan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan sesuai dengan
peraturan perundangan, standard dan pedoman teknis yang berlaku. f. Memastikan penerapan sistem Lock out Tag out sesuai dengan ketentuan
dan dilaksanakan dengan baik.
5.4. Bagian Teknisi dengan persetujuan Kabag bertanggungjawab untuk : g. Mengajukan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan. h. Pemeliharaan, tindakan perbaikan dan pencegahan berjalan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan i. Menerapkan sistem Lock out Tag out.
j. Menyimpan semua catatan yang memuat data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan yang dilakukan atas seluruh sarana produksi
6.Prosedur
6.1.Bagian teknisi tiap bengkel dan laboratorium membuat jadwal pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan sarana produksi serta peralatan lainnya mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan, standard dan pedoman teknis yang berlaku. Jadwal ini harus mendapat persetujuan dari kepala bagian bengkel atau lab yang bersangkutan.
6.2.Bagian teknisi mengajukan rencana pemeliharaan, pencegahan, dan
perbaikan sarana produksi dan peralatan lainnya kepada divisi perawatan PPNS-ITS dengan sebelumnya telah mendapat persetujuan dari kepala bagian bengkel atau lab yang bersangkutan.
6.3.Divisi K3 dan Ketua harian P2K3 memastikan rencana pemeliharaan,
pencegahan, dan perbaikan sarana produksi dan peralatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, standard dan pedoman teknis yang berlaku
6.4.Direktur PPNS-ITS mengesahkan rencana pemeliharaan, pencegahan, dan
perbaikan sarana produksi dan peralatan lainnya.
6.5.Divisi perawatan melaksanakan pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan,
dan apabila diperlukan untuk melakukan perubahan sarana produksi dan
peralatan lainnya.
6.6.Sistem Lock Out Tag Out harus diterapkan oleh divisi perawatan sebelum
melaksanakan kegiatan pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan sarana
produksi.
6.7.Divisi K3 dan Ketua harian P2K3 memastikan penerapan Sistem Lock Out
Tag Out sesuai dengan ketentuan dan telah dilaksanakan dengan baik 6.8.Divisi perawatan dan teknisi tiap bengkel atau lab menyimpan semua
catatan yang memuat data-data secara rinci dari kegiatan pemeliharaan, pencegahan, perbaikan dan perubahan-perubahan yang dilakukan atas sarana produksi serta peralatan lainnya yang juga mengalami perubahan.
7.Dokumen
No
Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1.
Prosedur perbaikan dan pencegahan
Tata cara pemeliharaan sarana dan alat-alat produksi
P 020 Lemari Dokumen Divisi K3
10 tahun Kadiv perawatan
8.Lampiran
Lampiran I : Form Jadwal perbaikan dan pencegahan Lampiran II : Form kartu kendali Lampiran III : Tata cara penerapan Lock out dan Tag out
Form jadwal perbaikan dan pencegahan
Kegiatan Dokumen
START
Memastikan rencana perbaikan, pencegahan, perbaikan dan
perubahan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Divisi K3 dan P2K3
Mengesahkan rencana perbaikan, pencegahan,
pemeliharaan, dan perubahan
Direktur
A
Membuat jadwal perbaikan, pemeliharaan dan
pencegahan
Bagian teknisi dengan persetujuan Kabag
Mengajukan rencana perbaikan, pencegahan,
pemeliharaan dan perubahan
Bagian teknisi dengan persetujuan Kabag
Dokumen tata cara penerapan
LOTO
Form kartu kendali
Kegiatan Dokumen
FINISH
Memastikan penerapan LOTO, tindakan perbaikan, pencegahan,
pemeliharaan dan perubahan berjalan sesuai ketentuan
Divisi K3 dan P2K3
A
Menyimpan data secara rinci tentang perbaikan, pencegahan,
pemeliharaan dan perubahan
Divisi perawatan dan teknisi tiap bagian
Melaksanakan LOTO, tindakan perbaikan, pencegahan,
pemeliharaan dan perubahan
Divisi perawatan dan teknisi tiap bagian
Lampiran I : Form jadwal perbaikan dan pencegahan Nama peralatan:
Lokasi:
Bulan Jenis
kegiatan
Minggu I Minggu
II
Minggu
III
Minggu
IV
PIC
Januari
Februari
Maret
…dst
Lampiran II : Form kartu kendali
Nama mesin:
Lokasi:
Nama mesin No. Mesin Tanggal
pemeriksaan
Uraian kegiatan
pemeriksaan PIC
Lampiran III : Tata cara penerapan Lock out dan Tag out
1. Persiapan Untuk Lock Out
Langkah pertama adalah persiapan untuk mematikan peralatan (mesin).
Sebelum mematikan mesin, pekerja harus mengetahui :
- Jenis dan besarnya energi
- Bahaya yang ditimbulkan oleh energi tersebut
- Metode untuk mengendalikan energi secara efektif
Perhatikan juga energi gravitasi, listrik dan tekanan tinggi yang dapat
tersimpan atau terakumulasi kembali setelah mesin dimatikan.
2. Shutdown
Mematikan mesin atau peralatan seperti biasa sesuai dengan prosedur dari
pabrik.
3. Isolasi Energy
Semua peralatan untuk mengisolasi energi harus dipasang dan
dioperasikan untuk mengunci dan mengisolasi sumber energi.
Contoh peralatan Isolasi energi :
- Circuit Breaker
- Katup
- Fuse
- Disconnect. dll
4. Pemasangan Lock Out/ Tag Out
Langkah selanjutnya adalah pemasangan Lock Out dan Tag Out pada
peralatan untuk mengisolasi energi. Lock Out adalah alat untuk menjamin
bahwa peralatan untuk mengisolasi energi tidak dapat di operasikan.
Sedangkan Tag Out adalah alat untuk mengindikasikan bahwa peralatan
untuk mengisolasi energi tidak boleh dioperasikan.
5. Pengendalian Energi Yang Tersisa
Memastikan semua potensi bahaya dari energi sisa telah di netralkan.
Contoh enrgi sisa :
- Pegas yang tertekan
- Counterweights
- Muatan listrik yang tersimpan dalam kapasitor.
- Peralatan atau komponen-komponen yang dapat jatuh karena
gravitasi.
- Udara bertekanan dalam pipa.dll
6. Memeriksa
Sebelum memulai pekrjaan perbaikan pada mesin, pekerja harus
memastikan bahwa tenaga penggerak dari peralatan atau mesin telah
diisolasi dan di netralkan.
Pelepasan Lock out/Tag Out
Pekerja Harus mengikuti prosedur berikut ini untuk melepaskan Lock Out/ Tag
Out Device dan Restoring Energy.
Peralatan
- Pastikan semua peralatan atau permesinan telah dipasang dengan
benar.
- Periksa peralatan atau permesinan untuk menjamin bahwa bagian
yang tidak penting dari mesin telah dilepas.
Pekerja
- Pastikan semua pekerja berada pada posisi yang aman di luar area
berbahaya.
- Informasikan kepada semua pekerja bahwa Lock Out /Tag Out Device
akan dilepas dan tenaga penggerak mesin akan di hidupkan kembali.
Pelepasan Lock Out/Tag Out Device
- Hanya pekerja yang berwenang yang memasang Lock out/Tag Out
Device yang boleh melepaskan Lock out/Tag Out Device.
Q. Prosedur tinjauan manajemen
1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan tinjauan
manajemen oleh manajemen puncak PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup seluruh laporan hasil audit internal dan laporan lain yang
didapatkankan dari seluruh divisi.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 5
4.Definisi
1. Tinjauan ulang: Proses pemeriksaan oleh suatu pihak untuk mencari ketidak sesuaian
5.Tanggung Jawab 5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :
a) Melaksanakan tinjauan manajemen berdasarkan laporan yang
diterima
b) Memerintahkan divisi K3 melaksanakan perbaikan berkelanjutan
c) Meyimpan hasil tinjauan ulang
5.2. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk :
a) Memastikan seluruh laporan dan dokumen telah disampaikan
kepada pihak manajemen puncak untuk ditinjau
5.3. Seluruh divisi bertanggungjawab untuk :
a. Melengkapi laporan untuk ditinjau oleh manajemen puncak
b. Menerapkan perbaikan berkelanjutan yang disusun oleh divisi K3
5.4. Divisi K3 bertanggungjawab untuk :
1) Melaksanakan perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil tinjauan
ulang oleh manajemen puncak
2) Menyimpan hasil tinjauan ulang sebagai pedoman perbaikan
berkelanjutan
6.Prosedur
6.1 Manajemen puncak melaksanakan proses tinjauan ulang 6.2 Manajemen puncak memerintahkan divisi K3 untuk melaksanakan
perbaikan berkelanjutan 6.3 Seluruh divisi menerapkan perbaikan berkelanjutan yang disusun oleh
divisi K3 6.4 Divisi K3 dan manajemen puncak menyimpan hasil tinjauan ulang
7.Dokumen
No
Judul Gambaran No
Rekaman Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
1
Laporan tinjauan ulang manajemen
Catatan hasil tinjauan oleh manajemen terhadap hasil audit SMK3
F021
Lemari dokumen manajemen puncak
10 tahun Manajemen
puncak
8.Lampiran
Lampiran I: Form tinjauan ulang manajemen
Form tinjauan ulang
manajemen
Kegiatan Dokumen
START
FINISH
Melaksanakan proses tinjauan ulang
berdasarkan laporan dan hasil audit
Manajemen puncak
Melaksanakan perbaikan berkelanjutan
Divisi K3
Menerapkan perbaikan berkelanjutan yang
disusun oleh divisi K3
Seluruh divisi
Menyimpan hasil tinjauan ulang untuk digunakan pada proses tinjauan
ulang selanjutnya
Manajemen puncak dan divisi K3
Lampiran I: Form tinjauan ulang manajemen NO Laporan hasil
audit Kesesuaian dengan
peraturan dan persyaratan
Rekomendasi manajemen
Keterangan
Menyetujui,
(Manajemen puncak)
LAMPIRAN III DATA
a. Bengkel Konstruksi
Tabel 4.3. Identifikasi bahaya di bengkel konstruksi
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Jari-jari terpotong
III Memakai APD
2 Fisik Tangan/jari terjepit
II - Memakai APD
- Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja
3 Fisik Terkena api mesin las
III Memakai APD
4 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising
II - Memakai APD
- Sistem kerja shift untuk mengurangi waktu paparan
5 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan
b. Bengkel sheet metal
Tabel 4.4. Identifikasi bahaya di bengkel sheet metal
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Tangan/jari terjepit
II - Memakai APD
- Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja
2 Fisik Terkena api mesin las
III Memakai APD
3 Fisik Terkena serpihan logam
I Memakai APD
4 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising
II - Memakai APD
- Penerapan sistem kerja bergantian untuk mengurangi paparan
5 Fisik Terkena batu gerinda
II Memakai APD
c. Bengkel permesinan
Tabel 4.5. Identifikasi bahaya di bengkel permesinan
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan
2 Fisik Jari terpotong
III - Memakai APD
3 Fisik Tangan/jari terjepit
II - Memakai alat bantu untuk menempatkan benda kerja
- Memakai APD
4 Fisik Terkena serpihan logam
I - Memakai APD
5 Fisik Terkena batu gerinda
II Memakai APD
6 Fisik Terkena peralatan mesin yang sedang bergerak
I Jangan berada terlalu dekat dengan mesin saat sedang bekerja
d. Bengkel pengelasan
Tabel 4.6. Identifikasi bahaya di bengkel pengelasan
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Terkena serpihan logam
I Memakai APD
2 Fisik Terkena mesin gerinda
II Memakai APD
3 Fisik Terkena api mesin las
II Memakai APD
4 Fisik Telinga terganggu suara bising
II Memakai APD
5 Fisik Terkena logam panas
III - Memakai APD
- Memakai alat bantu
6 Elektrik Tersengat listrik tegangan tinggi
III Jangan menyalakan mesin jika ada bagian yang rusak/terkelupas/cacat
7 Fisik Kebakaran III Jangan menyalakan api las dekat dengan material mudah terbakar
8 Fisik Tertimpa beban berat
III Pemindahan material dilakukan oleh beberapa orang
9 Fisik Terkena bagian mesin yang bergerak
I Jangan berada terlalu dekat dengan mesin yang bekerja
10 Fisik Tangan/jari terpotong
III Memakai alat bantu
e. Bengkel non metal
Tabel 4.7. Identifikasi bahaya di bengkel non metal
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Tangan/jari terpotong
III Memasang pelindung pada bagian mesin yang tajam
2 Fisik Terkena batu gerinda
II - Memasang pelindung pada mesin
- Memakai APD
3 Fisik Pendengaran terganggu akibat suara bising
II Memakai APD
4 Fisik Mata terkena serpihan kayu
II Memakai APD
5 Fisik Rambut terpelintir mesin bor
III - Memotong rambut yang panjang
- Memakai penutup kepala
6 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan oli dibersihkan
7 Kimia Menghirup aroma cat dan tinner
I Memakai APD
8 Elektrik Tersengat arus listrik
III Menutup sumber arus yang terbuka
9 Fisik Kebakaran IV Jangan menyalakan api didekat serpihan kayu atau tinner
f. Laboratorium steam power plant
Tabel 4.8. Identifikasi bahaya di laboratorium steam power
plant
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan minyak segera dibersihkan
2 Fisik Terkena uap panas boiler
III Memakai APD
3 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising
II Memakai APD
4 Fisik Peledakan IV - Awasi sistem kerja proses
- Periksa kelengkapan safety valve dan sistem pengaman lainnya
g. Laboratorium automatic diesel marine
Tabel 4.9. Identifikasi bahaya di laboratorium automatic
diesel marine
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Pendengaran terganggu
II Memakai APD
2 Fisik Menghirup asap dari mesin diesel
II - Memakai APD
- Perbaiki sistem pembuangan
3 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan minyak segera dibersihkan
h. Laboratorium reparasi listrik
Tabel 4.10. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi listrik
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Elektrik Tersengat arus
III Menutup sumber arus yang terbuka
2 Fisik Tertimpa beban berat
II Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang
3 Fisik Pendengaran terganggu akibat suara bising
II - Memakai APD
- Menaruh mesin diluar ruangan
4 Fisik Terpeleset di lantai
Tumpahan minyak segera dibersihkan
i. Laboratorium SPPK
Tabel 4.11. Identifikasi bahaya di laboratorium SPPK
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Kaki tertimpa beban berat
II Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang
j. Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika
Tabel 4.12. Identifikasi bahaya di laboratorium instrumentasi
listrik dan fisika
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Elektrik Tersengat arus listrik
III Jangan menyalakan peralatan dalam kondisi basah
2 Fisik Tertimpa beban berat
I - Penempatan material yang baik
- Pemindahan material oleh beberapa orang
3 Fisik Terpeleset I Tumpahan air dekat wastafel segera dibersihkan
4 Fisik Terjepit I - Memakai APD
- Berhati-hati saat memasang atau memakai peralatan
k. Laboratorium reparasi mesin
Tabel 4.13. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi mesin
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Terpeleset I Tumpahan minyak segera dibersihkan
2 Fisik Tertimpa beban berat
I - Gunakan alat bantu mengangkat beban
- Pemindahan beban dilakukan beberapa orang
3 Kimia Menghirup uap thinner dancat
I Memakai APD
4 Fisik Terkena api las
III Memakai APD
5 Fisik Terjepit mesin
I - Memakai APD
- Memakai alat bantu
6 Fisik Kebakaran III Jangan menyalakan mesin las dekat serpihan kayu, plastik, cat, thinner, dan kertas
7 Fisik Menghirup asap residu mesin
I - Periksa saluran buang mesin
- Memakai APD
l. Laboratorium kimia
Tabel 4.14. Identifikasi bahaya di laboratorium kimia
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Kimia Uap kimia terhirup
I Memakai APD
2 Kimia Bahan kimia tertelan
III Jangan pernah mencicipi bahan kimia
3 Kimia Bahan kimia terkena kulit
III Memakai APD
4 Fisik Terpeleset di lantai
I Tumpahan air segera dibersihkan
5 Kimia Bahan kimia terkena mata
III Memakai APD
m. Laboratorium ergonomi
Tabel 4.15. Identifikasi bahaya di laboratorium ergonomi
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Kejatuhan benda dari atas lemari
I Berhati-hati saat mengambil peralatan dari ketinggian, gunakan alat bantu
n. Laboratorium kontroller dan mikroprosessor
Tabel 4.16. Identifikasi bahaya di laboratorium kontroller dan
mikroprosessor
NO
Potensi bahaya
Efek utama Kategori bahaya
Cara menanggulangi
bahaya Ket
1 Fisik Kejatuhan benda dari ketinggian
I Pakai alat bantu untuk meraih benda di ketinggian
2 Ergonomi
Cedera punggung
II Pengangkutan material lebih dari satu orang
3 Elektrik Tersengat arus
III Memakai APD
a. Bengkel konstruksi
Tabel 4.17. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
1 SMP 22 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Kebersihan
Fauzi (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
2 S1 2 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Moulding
Rachmat (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
3 D3 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Rolling Rudy (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
4 D3 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Potong plat
Nanang (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
5 STM 18 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Bending Muharor (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
6 STM 18 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Potong plat
Maftul (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
7 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Moulding
Mr Wong (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
8 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran
Rolling Husnul (Karyawan)
K3 umum dan
terganggu, terpeleset, terkena api las
SPPK
9 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Bending Budi (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
10
STM 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Rolling Kris (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
b. Bengkel sheet metal
Tabel 4.18. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 D3 6 bln Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
Plat dan pipa
Karyawan SPPK, K3 umum
2 D3 14 thn Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
Plat dan pipa
Karyawan SPPK, K3 umum
3 STM 14 thn Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
Plat dan pipa
Karyawan SPPK, K3 umum
c. Bengkel permesinan
Tabel 4.19. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
1 D3 6 bln Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
CNC Karyawan SPPK, K3 umum
2 STM 21 thn Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
CNC Karyawan SPPK, K3 umum
3 STM 21 thn Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
CNC Karyawan SPPK, K3 umum
d. Bengkel non metal
Tabel 4.20. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 STM 19 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
Fiberglass dan mesin kayu
Didik iswantoro (karyawan)
SPPK, K3 umum
2 STM 18 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
Fiberglass dan mesin kayu
M. Fauzan (karyawan)
SPPK, K3 umum
3 STM 17 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
Fiberglass dan mesin kayu
M. Samsul (karyawan)
SPPK, K3 umum
4 STM 22 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
Fiberglass dan mesin kayu
Hardi suprayitno (karyawan)
SPPK, K3 umum
e. Laboratorium steam power plant
Tabel 4.21. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam
power plant
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, tersengat arus, peledakan, terkena uap panas
Reparasi mesin dan boiler
Eko purwanto (karyawan)
K3 PUBT, K3 umum
2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, tersengat arus, peledakan, terkena uap panas
Reparasi mesin dan boiler
Andik wibowo (karyawan)
K3 PUBT, K3 umum
f. Laboratorium automatic diesel marine
Tabel 4.22. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic
diesel marine
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Reparasi mesin
Eko purwanto (karyawan)
K3 umum
2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Reparasi mesin
Andik wibowo (karyawan)
K3 umum
g. Laboratorium reparasi listrik
Tabel 4.23. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi
listrik
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 SLTA 20 thn Tersengat arus
Perbaikan dan perawatan serta asisten pengajar
Paidi (karyawan)
K3 listrik, K3 umum
h. Laboratorium SPPK
Tabel 4.24. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 STM 20 thn Kaki tertimpa beban berat
Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum
Soehartono (karyawan)
K3 umum
i. Laboratorium uji bahan
Tabel 4.25. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 STM 15 thn Terjepit, radiasi, menghirup uap solvent
Pengujian bahan dan material
Agus sumitro (karyawan)
K3 radioaktif, K3 umum
j. Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika
Tabel 4.26. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium
instrumentasi listrik dan fisika
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 STM 4 thn Tersengat arus, terpeleset, tertimpa beban berat, terjepit
Instrumen listrik dasar
Tofan (karyawan)
SPPK, K3 umum
k. Laboratorium kimia
Tabel 4.27. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang
ada
Bidang kerja
1 STM 20 thn Terkena bahan kimia, terpeleset
Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum
Soehartono (karyawan)
K3 kimia, K3 umum
l. Laboratorium ergonomi
Tabel 4.28. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada Bidang kerja
1 STM 20 thn Tertimpa beban dari atas lemari
Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum
Soehartono (karyawan)
K3 umum
m. Laboratorium reparasi mesin
Tabel 4.29. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi
mesin
NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran
atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Latar belakang
pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya
yang ada
Bidang kerja
1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Reparasi mesin
Eko purwanto (karyawan)
K3 umum
2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Reparasi mesin
Andik wibowo (karyawan)
K3 umum