perencanaan smk3 di ppns-its

208
TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PPNS-ITS (Berdasarkan PERMENAKER 05/MEN/1996) Gratcia N. Simanjuntak NRP. 6506.040.003 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

Upload: gratcia

Post on 20-Jun-2015

2.150 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tugas akhir tentang perencanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di PPNS-ITS (Berdasarkan Permenaker 05/men/1996)

TRANSCRIPT

Page 1: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

1

TUGAS AKHIR

PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(SMK3) DI PPNS-ITS

(Berdasarkan PERMENAKER 05/MEN/1996)

Gratcia N. Simanjuntak

NRP (6506.040.003)

TUGAS AKHIR

PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(SMK3) DI PPNS-ITS

(Berdasarkan PERMENAKER 05/MEN/1996)

Gratcia N. Simanjuntak

NRP. 6506.040.003

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA 2010

Page 2: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

i

FINAL PROJECT

SAFETY AND HEALTH MANAGEMENT

SYSTEM PLAN (SMK3) in PPNS-ITS

(Based on PERMENAKER 05/MEN/1996)

Gratcia N. Simanjuntak

NRP (6506.040.003)

DEPARTMENT OF HEALTH AND SAFETY ENGINEERING

SURABAYA SHIPBUILDING STATE POLYTECHNIC

SEPULUH NOPEMBER INSTITUT OF TECHNOLOGY

SURABAYA 2010

Page 3: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 29 Juni 2010

Periode Wisuda : September 2010

Mengetahui/menyetujui,

Dosen Penguji Tanda tangan

1. Galih Anindita, ST (............................................... )

2. Mirna Apriani, ST (................................................ )

3. Priyo Agus Setiawan, ST (………………………………)

4. Wiediartini, SE, MT (………………………………)

Dosen Pembimbing Tanda tangan

1. Mirna Apriani, ST (………………………………)

2. Indri Santiasih, S.KM (………………………………)

Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Mengetahui/menyetujui

Ketua Program Studi,

Projek Priyonggo S.L., ST., MT

NIP. 131792970

Page 4: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

iii

ABSTRAK

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah sebuah perguruan tinggi negeri dibawah naungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang memiliki komitmen dalam menerapkan Keselamatan dan Kesehatan kerja. Perguruan tinggi negeri ini adalah satu-satunya yang memiliki program studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan kerja di Indonesia. Manajemen puncak PPNS-ITS berencana mewujudkan kampus yang safety. Kondisi PPNS-ITS yang memiliki jumlah karyawan lebih dari 100 orang dan memiliki potensi bahaya yang cukup besar, mengharuskan PPNS-ITS untuk menerapkan SMK3 sesuai dengan Permenaker 05/MEN/1996.

Tugas akhir ini adalah sebuah perencanaan SMK3 yang bersifat aplikatif, mampu diterapkan secara manajemen untuk mendukung komitmen K3 manajemen PPNS-ITS. Perencanaan ini berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja. Draft manual yang disusun akan dilengkapi dengan prosedur dan form yang berkaitan dengan prosedur tersebut. Dalam penerapannya, akan dilakukan oleh seluruh bagian dan divisi di PPNS-ITS. Manajemen puncak akan melakukan peninjauan ulang untuk memastikan bahwa seluruh klausul dilaksanakan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan, demi menuju visi PPNS-ITS.

Setelah seluruh prosedur dan manual selesai disusun, maka dilakukan penerapan sebagai bentuk komitmen pelaksanaan K3. Jika sistem manajemen ini diterapkan secara keseluruhan, maka hasil akhir dari penerapan sistem manajemen K3 ini adalah berupa pengakuan dari pemerintah yang diberikan dalam bentuk sertifikat SMK3 dan bendera.

Kata kunci: SMK3.

Page 5: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

iv

ABSTRACT

Shipbuilding State Polytechnic of Surabaya is a government university under the Sepuluh Nopember Institute of Technology which has commitment to implement occupational health and safety program. This government college is the only one which has a safety engineering study program in Indonesia. The top management has a plan to realize a PPNS-ITS campus of safety. The condition of PPNS-ITS which has more than 100 employees, and has a high potential of hazard, requires a safety and health management system according to the regulation of the minister of labor (Permenaker 05/MEN/1996).

This final project is a plan of safety and health management system which can be applicated by the top management, to support the management’s commitment for occupational health and safety. This design based on the regulation of labor minister. The manual draft will be prepared including the procedures and forms related to the manual. In its implementation/apllication, will be performed by all sections and division in PPNS-ITS. The top management will perform a management review to ensure that all clauses implemented, for continuous improvement, in order to PPNS-ITS vision.

After all of the procedures and manual were compiled, it is implemented as a form of commitment to the implementation of safety. If this management system is implemented, then the end of result of this safety and health management system is an acknowledgement form the goverment, given in the form of certificate and flag.

Key words: Safety and health management system.

Page 6: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Allah Bapa, Putra dan Roh

Kudus, sumber dari segala sesuatu, hanya oleh anugerahNya penulis mampu

menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan tepat waktu sebagai syarat

kelulusan Diploma IV Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Politeknik

Perkapalan Negeri Surabaya-Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Penulis juga

menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tercinta, kedua orang tua dan adik-adik yang selalu mendoakan

dan memberi dorongan semangat kepada penulis.

2. Bapak Ir. Muhammad Mahfud M. MT selaku Direktur PPNS-ITS

3. Bapak Projek Priyonggo, S.L.,S.T.,M.T sebagai ketua program studi

teknik keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Ibu Mirna Apriani, S.T., selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan waktu yang berharga untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Ibu Indri Santiasih, S.KM, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan waktu untuk membimbing penulis, meskipun dalam keadaan

mengandung. Penulis berharap anak yang lahir nanti dapat menjadi teladan

dan kebanggaan bagi orang tua dan negara.

6. PT. United Tractor yang menjadi acuan penulis dalam menyusun tugas

akhir ini.

7. Wanita spesial dalam hidup penulis, Maria Carolina Lopulalan yang

memberikan dukungan semangat dan doa sehingga penulis tetap mampu

bertahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teman-teman K3 2006 yang telah memberikan bantuan berharga (Juwita,

Afrizal) bagi penulis, dan teman yang lain yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

9. Seluruh staf dan karyawan PPNS-ITS, terutama kepala setiap laboratorium

dan bengkel.

10. Seluruh dosen PPNS-ITS dan khususnya dosen K3

11. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya.

Page 7: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

vi

Penulis berharap tugas akhir ini dapat diterapkan secara manajemen,

karena itu adalah impian penulis dan tujuan khusus penulis. Penulis sadar bahwa

tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala bentuk

saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk menjadikan tugas akhir ini lebih

sempurna.

Surabaya, Juli 2010

Penulis

Page 8: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. ii ABSTRAK........................................................................................................ iii KATA PENGANTAR..................................................................................... v DAFTAR ISI.................................................................................................... vii DAFTAR TABEL............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1 1.1 Latar belakang............................................................................................. 1 1.2 Perumusan masalah..................................................................................... 2 1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2 1.4 Manfaat penelitian....................................................................................... 3 1.5 Batasan permasalahan................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4 2.1 Sistem manajemen....................................................................................... 4 2.2 Manajemen K3............................................................................................ 5 2.3 Sistem manajemen K3

2.3.1 Sejarah sistem manajemen K3.......................................................... 5 2.3.2 Sistem manajemen K3 di beberapa negara....................................... 7 2.3.3 Manfaat penerapan sistem manajemen K3........................................ 9 2.3.4 Penerapan sistem manajemen K3 berdasarkan Permenaker

05/MEN/1996................................................................................... 12 2.4 PHA (Preliminary Hazard Analysis)........................................................... 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 16 3.1 Lokasi penelitian......................................................................................... 16 3.2 Kerangka penelitian..................................................................................... 16 3.3 Tahap identifikasi awal............................................................................... 16 3.4 Tahap pengumpulan data............................................................................ 17 3.5 Tahap penyusunan draft SMK3................................................................... 17 3.6 Tahap analisa dan kesimpulan

3.6.1 Analisa............................................................................................... 17 3.6.2 Kesimpulan....................................................................................... 18

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA....................................... 20 4.1 Data untuk SMK3

4.1.1 Komitmen perusahaan tentang K3.................................................... 20 4.1.2 Kebijakan K3.................................................................................... 20 4.1.3 Profil perusahaan............................................................................... 21 4.1.4 Struktur organisasi perusahaan......................................................... 23 4.1.5 Visi dan misi perusahaan.................................................................. 24

4.2 Usulan pembentukan tim kerja.................................................................... 24 4.3 Usulan pembentukan divisi K3................................................................... 25 4.4 Usulan penunjukan Manajemen Representatif............................................ 25 4.5 Perhitungan jumlah jam kerja praktek........................................................ 26 4.6 Penetapan indikator kinerja......................................................................... 27

Page 9: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

viii

4.7 Penyusunan draft manual SMK3................................................................ 28 4.8 Penyusunan prosedur bagi draft manual SMK3......................................... 47 4.9 Penerapan prosedur

4.9.1 Prosedur identifikasi bahaya............................................................. 47 4.9.2 Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan........................................ 62

4.10 Analisa penerapan prosedur 4.10.1 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel

konstruksi..................................................................................... 73 4.10.2 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel

sheet metal.................................................................................... 74 4.10.3 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel

permesinan................................................................................... 74 4.10.4 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel

non metal...................................................................................... 74 4.10.5 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di

laboratorium steam power plant.................................................. 75 4.10.6 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di

laboratorium automatic diesel engine.......................................... 75 4.10.7 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di

laboratorium reparasi listrik......................................................... 75 4.10.8 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di

laboratorium SPPK...................................................................... 75 4.10.9 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di

laboratorium uji bahan................................................................. 76 4.10.10 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di

laboratorium instrumentasi listrik dan fisika............................... 76 4.10.11 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di

laboratorium kimia....................................................................... 76 4.10.12 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di

laboratorium ergonomi................................................................. 76 4.10.13 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di

laboratorium reparasi mesin......................................................... 77 4.11 Kesimpulan penerapan prosedur............................................................... 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 78 5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 78 5.2 Saran............................................................................................................ 78 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 79 LAMPIRAN

Page 10: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sistem manajemen K3 di beberapa negara....................................... 8

Tabel 3.1 Tabel rencana kegiatan...................................................................... 18

Tabel 4.1 Perhitungan jumlah jam kerja praktek di PPNS-ITS selama 1

tahun................................................................................................. 27

Tabel 4.2 Kategori bahaya................................................................................ 48

Tabel 4.3 Identifikasi bahaya di bengkel konstruksi......................................... 49

Tabel 4.4 Identifikasi bahaya di bengkel sheet metal....................................... 50

Tabel 4.5 Identifikasi bahaya di bengkel permesinan....................................... 51

Tabel 4.6 Identifikasi bahaya di bengkel pengelasan........................................ 52

Tabel 4.7 Identifikasi bahaya di bengkel non metal.......................................... 53

Tabel 4.8 Identifikasi bahaya di laboratorium steam power plant.................... 54

Tabel 4.9 Identifikasi bahaya di laboratorium automatic diesel marine........... 55

Tabel 4.10 Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi listrik......................... 56

Tabel 4.11 Identifikasi bahaya di laboratorium SPPK...................................... 57

Tabel 4.12 Identifikasi bahaya di laboratorium instrumentasi listrik dan

fisika................................................................................................. 57

Tabel 4.13 Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi mesin........................ 59

Tabel 4.14 Identifikasi bahaya di laboratorium kimia...................................... 60

Tabel 4.15 Identifikasi bahaya di laboratorium ergonomi................................ 61

Tabel 4.16 Identifikasi bahaya di laboratorium kontroller dan

mikroprosessor.................................................................................. 62

Tabel 4.17 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi.................. 62

Tabel 4.18 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal................ 65

Tabel 4.19 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan................ 66

Tabel 4.20 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal................... 67

Tabel 4.21 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam power

plant.................................................................................................. 68

Tabel 4.22 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic diesel

marine............................................................................................... 68

Page 11: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

x

Tabel 4.23 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi listrik.... 69

Tabel 4.24 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK................. 70

Tabel 4.25 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan............ 70

Tabel 4.26 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium instrumentasi

listrik dan fisika................................................................................ 71

Tabel 4.27 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia................. 72

Tabel 4.28 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi........... 72

Tabel 4.29 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi mesin... 73

Page 12: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan elemen Permenaker 5/MEN/1996...................................... 14

Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir................................................................ 19

Page 13: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Denah PPNS-ITS

Lampiran II Kumpulan Prosedur

Lampiran III Data

Page 14: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah perguruan tinggi yang

berada dibawah naungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Perguruan

tinggi ini memiliki beberapa jurusan dan program studi, antara lain Teknik

Kelistrikan Kapal, Teknik Bangunan Kapal, Teknik Mesin, Program Studi D4

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi D4 Teknik

Otomasi, Program Studi D4 Teknik Pengelasan. Salah satu program studi

yang ada di PPNS-ITS adalah Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3). Program studi ini dibuka pada tahun 2003 dengan

mahasiswa lintas jalur. Sebagai sebuah perguruan tinggi satu-satunya di

Indonesia yang memiliki Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, pihak manajemen merasa perlu untuk mewujudkan kampus PPNS-ITS

sebagai sebuah kampus yang safety yang dapat menjadi contoh bagi kampus

lainnya. Dalam rangka memenuhi tuntutan kemajuan jaman, serta untuk

menunjukkan keseriusan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya untuk

mewujudkan visi menjadi kampus yang safety, pihak manajemen telah

membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebuah

sistem yang mengutamakan keselamatan dalam bekerja, tidak melihat besar

kecilnya pekerjaan dan tempat kerja tersebut. Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan kerja ini sangat bermanfaat karena dapat

menciptakan lingkungan kerja yang aman, melindungi pekerja dan orang lain

yang ada di tempat kerja, serta memperkecil biaya yang harus dikeluarkan

untuk memperbaiki atau membeli barang baru, serta membayar santunan bagi

pekerja yang mengalami kecelakaan. Sistem ini dapat diterapkan dalam

struktur organisasi perusahaan dan dapat diaudit untuk menilai apakah sistem

ini berjalan dengan baik dan sesuai prosedur, serta untuk memperoleh

sertifikat SMK3 dari Depnakertrans.

Page 15: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

2

Sebagai suatu sistem, PPNS-ITS memiliki tingkatan mulai dari tingkat

manajemen hingga tingkat karyawan. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya berjumlah lebih dari 100 orang, yang

bertugas di bengkel dan laboratorium di PPNS-ITS. Menurut Permenaker No.

Per-05/MEN/1996 Bab III pasal 3 menyatakan bahwa tempat kerja yang

berisi 100 orang atau lebih; memiliki potensi bahaya yang yang ditimbulkan

oleh karakteristik proses atau bahan produksi; atau dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja dan kerugian wajib menerapkan SMK3. Pihak manajemen

memiliki suatu komitmen untuk membentuk suatu sistem yang memiliki visi,

misi, dan tujuan yang harus dipenuhi dalam rangka mewujudkan kampus

PPNS berstandar Internasional.

Untuk mendukung program manajemen dalam menerapkan PPNS-ITS

sebagai kampus yang safety maka penulis merencanakan sebuah Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat digunakan sebagai

sebuah pedoman untuk menuju visi tersebut. Dengan Sistem Manajemen K3

ini diharapkan PPNS-ITS dapat menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya

untuk menerapkan K3 yang lebih baik.

1.2 Perumusan Masalah

Pada penelitian ini yang menjadi rumusan permasalahan adalah

bagaimana menyusun suatu draft Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3).

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun draft Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan Peraturan menteri

tenaga kerja RI No. Per-05/MEN/1996 bagi PPNS-ITS.

Page 16: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

3

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaaat dari penelitian ini :

1. Bagi PPNS-ITS sebagai user

Sebagai suatu rekomendasi yang sangat penting dan berguna serta dapat

diterapkan secara manajemen.

2. Bagi penulis

Sebagai suatu pembelajaran dan menambah pengetahuan tentang Sistem

Manajemen K3.

1.5 Batasan Permasalahan

Mengingat keterbatasan penulis, luas serta kompleksnya

permasalahan, dan agar pembahasan lebih terarah, serta terstruktur maka

penulis membatasi bahwa :

1. Dokumen (manual) yang akan disusun sampai pada tahap peninjauan

ulang dan peningkatan oleh manajemen

2. Tahap penerapan/implementasi prosedur membahas elemen tentang:

- Identifikasi kebutuhan pelatihan (bengkel dan laboratorium)

- Identifikasi bahaya (bengkel dan laboratorium)

Page 17: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Manajemen

Dalam suatu organisasi, kita mengenal adanya suatu struktur. Setiap

elemen dalam struktur tersebut memiliki peran masing-masing. Manajemen

puncak sebagai pemegang kekuasaan memiliki tanggung jawab penuh atas

organisasi yang dipimpinnya. Pihak manajemen berkewajiban menerapkan

syarat-syarat keselamatan kerja yang beberapa diantaranya adalah mencegah

dan mengurangi kecelakaan, memberi pertolongan pada kecelakaan, dan

syarat lain yang fungsinya adalah untuk melindungi tenaga kerja atau

karyawan, serta orang lain yang ada di tempat kerja (Undang-undang No.1

tahun 1970, pasal 3). Biasanya manajemen puncak memiliki visi dan misi

yang harus dicapai dalam rentang waktu jabatan organisasi tersebut. Tidak

jarang dalam manajemen tersebut terdapat beberapa perbedaan, namun pada

akhirnya menuju suatu tujuan dan sasaran yang sama. Setiap organisasi harus

memiliki sistem manajemen yang menjamin agar kegiatan organisasi tersebut

dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan alur yang tepat.

Kebijakan dan komitmen manajemen selalu mencakup keseluruhan

tujuan dan sasaran dari organisasi tersebut. Jika ada kebijakan yang

menyimpang maka akan menghambat pencapaian. Oleh karena itu sebuah

organisasi harus menerapkan sistem manajemen yang tepat dan saling

mendukung agar keseluruhan visi dan misi perusahaan atau organisasi dapat

tercapai tepat pada waktunya. Dalam penetapan kebijakan dan komitmen ini

harus berlandaskan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Kebijakan dan

komitmen ini akan dilaksanakan oleh seluruh elemen dalam sistem

manajemen tersebut, termasuk diantaranya adalah P2K3 yang dibentuk oleh

perusahaan itu sendiri (Per 04/MEN/1987, pasal 2).

Page 18: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

5

2.2 Manajemen K3

Dalam pasar bebas yang marak dengan berbagai persaingan,

penerapan manajemen K3 sangat penting untuk dijalankan dengan baik dan

terarah. Proses industrialisasi merupakan “syarat mutlak” untuk membangun

negeri ini. Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa trend suatu

pertumbuhan dari sistem K3 adalah melalui fase-fase, yaitu fase

kesejahteraan, fase produktivitas kerja, dan fase toksikologi industri (Suardi,

2006).

Sekarang ini, K3 sebagaimana halnya aspek-aspek tentang pengaturan

tenaga kerja, sedang pada fase “kesejahteraan”, terutama pada umumnya para

buruh. Mungkin setelah tercapainya kestabilan politik, hukum, dan ekonomi,

kita bisa mulai menginjakkan kaki ke fase produktivitas kerja. Sedang fase

toksikologi industri, cepat lambatnya dicapai tergantung pada kemampuan

untuk mengembangkan perindustrian pada umumnya.

Penerapan peraturan perundangan dan pengawasan serta perlindungan

para buruh merupakan prinsip dasar dalam sistem manajemen ini.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disesuaikan dengan “sistem

ergonomi” (penyesuaian beban kerja/alat kerja dengan kemampuan dan fisik

pekerja), merupakan salah satu usaha untuk mencetak para buruh yang

produktif dengan peningkatan SDM yang profesional dan andal.

2.3 Sistem Manajemen K3

2.3.1 Sejarah Sistem Manajemen K3

Dibandingkan dengan dua kerabat dekatnya, sistem manajemen

mutu ISO 9001:2000 dan sistem manajemen lingkungan ISO

14001:2004, sistem manajemen K3 memang belum begitu terkenal.

Standar yang sekarang dikenal seperti OHSAS 18001:1999 pun tidak

diterbitkan oleh lembaga standardisasi dunia (ISO), tapi melalui

kesepakatan badan-badan sertifikasi yang ada diberbagai negara

(Suardi, 2006).

Sistem manajemen K3 sebenarnya telah mulai diterapkan di

Malaysia pada tahun 1994 dengan dikeluarkannya Undang-undang

Page 19: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

6

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada 1996. Lembaga ISO juga telah

mulai merancang sebuah sistem manajemen K3 dengan melakukan

pendekatan terhadap sistem manajemen mutu ISO 9000 dan sistem

manajemen lingkungan ISO 14000. Hasil workshop yang diadakan saat

itu adalah didapatkan agar ISO menghentikan upayanya membangun

sebuah sistem manajemen K3 sejenis ISO 9000 dan ISO 14000.

Alasannya kala itu adalah K3 merupakan struktur yang bersifat tiga

pihak (tripartite) maka penyusunan ketentuan standard sistem

manajemen K3 diserahkan ke masing-masing negara.

Pada tahun 1998, The Occupational Safety and Health Branch

(sekarang: SafeWork) ILO bekerja sama dengan International

Occupational Hygiene Association (IOHA) melakukan identifikasi

elemen-elemen kunci dari sebuah sistem manajemen K3.

Pada akhir tahun 1999, anggota lembaga ISO yaitu British

Standards Institution (BSI) meluncurkan sebuah proposal resmi (Ballot

document ISO/TMB/TSP 190) untuk membuat sebuah komite teknik

ISO yang bertugas membuat sebuah Standar Internasional

Nonsertifikasi. Hal ini menimbulkan persaingan dengan ILO yang

sedang mempopulerkan sistem manajemen K3. ILO sendiri didukung

oleh International Organization of Employers (IOE) dan International

Confederation of Free Trade Unions (ICFTU) dan afiliasi-afiliasinya.

Akibatnya proposal yang diusulkan oleh BSI pun ditolak.

Draft final yang disusun ILO dihasilkan awal tahun 2001. Hasil

pertemuan pada April tahun 2001 The ILO Guidelines on OSH

Management System (THE ILO/OSH 2001) pun disepakati.

THE ILO/OSH 201 merupakan model yang unik. Selain dapat

disesuaikan dengan sistem manajemen lainnya, tapi tidak ditujukan

untuk menggantikan undang-undang di negara bersangkutan, tidak

mengikat dan tidak mempersyaratkan sertifikasi.

Akan tetapi pada tahun 1999 BSI dengan badan-badan sertifikasi

dunia meluncurkan juga sebuah standard sistem manajemen K3 yang

diberi nama Occupational Health and Safety Management System

Page 20: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

7

(OHSAS 18001). Struktur yang dimiliki THE ILO/OSH 2001 pun

memiliki kesamaan dengan OHSAS 18001.

2.3.2 Sistem Manajemen K3 di Beberapa Negara

Sebuah kabar baik, beberapa negara di dunia sudah

mengembangkan sendiri sebuah sistem manajemen K3. Berarti ini

menunjukkan adanya perhatian yang kuat dari negara-negara tersebut.

Kebanyakan sistem yang diterapkan di negara bersangkutan dibuat

dalam bentuk undang-undang atau ketetapan menteri. Di India dan

Malaysia, peraturan K3 yang dibuat dalam istilah umum hanya

menyebutkan bahwa pengusaha bertanggung jawab dalam mengelola

K3, dan tidak secara khusus menjelaskan suatu sistem manajemen K3.

Di Australia penerapan sistem manajemen K3 diatur di tingkat Negara

bagian untuk membuat suatu organisasi yang dikenal dengan the Joint

Accreditation System of Australia and New Zealand (JAS-ANZ). China

dan Thailand membuat sebuah standar sistem manajemen K3 yang

dikenal dengan OHSMS Trial Standard dan TIS 18000 series. Jadi

setiap negara melakukan pendekatan yang berbeda termasuk pihak yang

bertanggung jawab dalam menetapkan ketentuan tersebut, walaupun

pada intinya memiliki tujuan yang sama. Dalam tabel dibawah akan

terlihat fungsi pemerintah dalam sistem manajemen K3 (Suardi, 2006).

Page 21: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

8

Tabel 2.1 Sistem manajemen K3 di beberapa Negara

Negara Penanggung jawab

Aturan Isi Sistem sertifikasi

Australia-Selandia Baru

Komisi nasional K3, gubernur negara bagian, agensi yang terkait pada JAS-ANZ

(The National OHS improvement framework by NOHSC)

Pedoman bagi Negara-negara bagian, dukungan untuk AS/NZS 4301

Pengendali JAS-ANZ yang diakreditasi badan sertifikasi SMK3

China Komisi nasional ekonomi dan perdagangan, biro nasional pengawas keamanan produksi

OHSMS Trial Standard

Materi pedoman bagi biro dan komisi pedoman

Akreditasi organisasi sertifikasi dan komisi registrasi auditor komisi pedoman

Hongkong Departemen perburuhan

Kerangka kerja parlemen untuk SMK3

Pedoman dewan K3

Rencana audit safety OSHC

India Menteri perburuhan, direktorat jenderal industri dan inspektorat propinsi

(Standard K3)

NA Bukan pada tingkat nasional

Indonesia Menteri tenaga kerja dan transmigrasi

Ketetapan menteri tentang SMK3 dan ketetapan audit

Pedoman SMK3 dan audit

Tiga kategori sertifikasi berdasarkan audit

Jepang Menteri kesehatan, perburuhan dan kesejahteraan

Peraturan tentang pedoman K3

Pedoman bagi kegiatan SMK3

Tidak ada sertifikasi resmi

Korea Menteri perburuhan, Korea Occupational Safety and Health Agency (KOSHA)

Pedoman SMK3

Kode KOSHA pada SMK3 dan program KOSHA 2000

Sertifikasi program KOSHA 2000

Page 22: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

9

Lanjutan tabel 2.1

Negara Penanggung jawab

Aturan Isi Sistem sertifikasi

Malaysia Menteri sumber daya manusia

(Undang-undang K3)

OHSAS 18001 bagi standard organisasi

Sertifikasi OHSAS 18001 oleh SIRIM QAS Sdn Bhd

Singapura Menteri tenaga kerja

Regulasi industri

Kode praktis untuk SMK3

Tidak mensyaratkan sertifikasi

Thailand Menteri perburuhan dan kesejahteraan sosial dan perindustrian

TIS 18000 Pedoman SMK3 khususnya bagi perusahaan kecil dan menengah

Sertifikasi TIS 18000 oleh institusi sertifikasi sistem manajemen

Sumber: (SMK3 Rudi Suardi)

2.3.3 Manfaat Penerapan Sistem Manajemen K3

Sistem manajemen K3 memiliki manfaat yang dapat dirasakan

langsung oleh karyawan maupun industri terkait.

- Perlindungan karyawan

Tujuan inti penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja atau K3 adalah memberi perlindungan kepada

pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah asset perusahaan yang

harus dipelihara dan dijaga keselamatannya. Pengaruh positif

terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan

kerja. Kita tentu menyadari karyawan yang terjamin

keselamatan dan kesehatannya akan bekerja lebih optimal

dibandingkan karyawan yang terancam keselamatan dan

kesehatan kerjanya. Dengan adanya jaminan keselamatan,

keamanan, dan kesehatan selama bekerja, mereka tentu akan

memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas mereka

terhadap perusahaan.

Page 23: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

10

- Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang

Banyak organisasi yang telah mematuhi peraturan menunjukkan

eksistensinya dalam beberapa tahun. Kita bisa saksikan

bagaimana pengaruh buruk yang didapat bagi perusahaan yang

melakukan pembangkangan terhadap peraturan dan undang-

undang, seperti citra yang buruk, tuntutan hukum dari badan

pemerintah, seringnya menghadapi permasalahan dengan

tenaga kerjanya, semua itu tentunya akan mengakibatkan

kebangkrutan. Dengan menerapkan sistem manajemen K3,

setidaknya sebuah perusahaan telah menunjukkan itikad

baiknya dalam mematuhi peraturan perundangan sehingga

mereka dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari

segi ketenagakerjaan (Suardi, 2006).

- Mengurangi biaya

Tidak berbeda dengan falsafah dasar sistem manajemen pada

umumnya, sistem manajemen K3 juga melakukan pencegahan

terhadap ketidak sesuaian. Dengan menerapkan sistem ini, kita

dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit

akibat kerja. Dengan demikian kita tidak perlu mengeluarkan

biaya yang ditimbulkan akibat kejadian tesebut. Memang dalam

jangka pendek kita akan mengeluarkan biaya yang cukup besar

dalam menerapkan sebuah sistem manajemen K3. Apalagi jika

kita juga melakukan proses sertifikasi dimana setiap enam

bulannya akan dilakukan audit yang tentunya juga merupakan

biaya yang harus dibayar. Akan tetapi jika penerapan sistem

manajemen K3 dilaksanakan secara efektif dan penuh

komitmen, nilai uang yang dikeluarkan tersebut jauh lebih kecil

dibandingkan dengan biaya yang ditimbulkan akibat kecelakaan

kerja. Salah satu biaya yang dapat dikurangi dengan penerapan

sistem manajemen K3 adalah biaya premi asuransi. Banyak

perusahaan yang mengeluarkan biaya premi asuransi yang jauh

Page 24: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

11

lebih kecil dibandingkan sebelum menerapkan sistem

manajemen K3 (Suardi, 2006).

- Membuat sistem manajemen yang efektif

Tujuan perusahaan beroperasi adalah mendapatkan keuntungan

yang sebesar-besarnya. Hal ini akan dicapai dengan adanya

sistem manajemen perusahaan yang efektif. Banyak variabel

yang ikut membantu pencapaian sebuah sistem manajemen

yang efektif, disamping mutu, lingkungan, keuangan, teknologi

informasi dan K3. Salah satu bentuk nyata yang bisa kita lihat

dari penerapan sistem manajemen K3 adalah adanya prosedur

terdokumentasi. Dengan adanya prosedur, maka segala aktivitas

dan kegiatan yang terjadi akan terorganisir, terarah dan berada

dalam koridor yang teratur. Rekaman-rekaman sebagai bukti

penerapan sistem disimpan untuk memudahkan pembuktian dan

identifikasi akar masalah ketidak sesuaian. Persyaratan

perencanaan, evaluasi dan tindak lanjut merupakan bentuk

bagaimana sistem manajemen yang efektif. Pengendalian dan

pemantauan aspek penting menjadi penekanan dan ikut

memberi nilai tambah bagi organisasi. Penerapan sistem

manajemen K3 yang efektif akan mengurangi rapat-rapat yang

membahas ketidak sesuaian. Dengan adanya sistem maka hal

itu akan dapat dicegah sebelumnya disamping kompetensi

personel yang semakin meningkat dalam mengetahui potensi

ketidak sesuaian. Dengan demikian organisasi dapat

berkonsentrasi melakukan peningkatan terhadap sistem

manajemennya dibandingkan melakukan perbaikan terhadap

permasalahan-permasalahan yang terjadi (Suardi, 2006).

- Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan

Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya

akan bekerja lebih optimal dan ini tentu akan berdampak pada

Page 25: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

12

produk yang dihasilkan. Pada gilirannya ini akan meningkatkan

kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dibandingkan sebelum

dilakukan penerapan sistem manajemen K3, citra organisasi

terhadap kinerjanya akan semakin meningkat, dan tentu ini

akan meningkatkan kepercayaan pelanggan (Suardi, 2006).

2.3.4 Penerapan Sistem Manajemen K3 Berdasarkan Permenaker

05/MEN/1996

Peraturan menteri tenaga kerja no 05/MEN/1996 merupakan

sebuah pedoman yang data digunakan untuk menyusun sebuah sistem

manajemen K3 dalam sebuah perusahaan. Dalam peraturan ini jelas

dikatakan bahwa tempat kerja yang berisi 100 orang atau lebih;

memiliki potensi bahaya yang yang ditimbulkan oleh karakteristik

proses atau bahan produksi; atau dapat mengakibatkan kecelakaan kerja

dan kerugian wajib menerapkan SMK3 (Per 05/MEN/1996, pasal 3).

Peraturan menteri ini menetapkan bahwa tujuan dan sasaran

sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan

dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur

manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang

terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan

penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien

dan produktif.

Dalam penerapan sistem manajemen K3, perusahaan wajib

melaksanakan ketentuan sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem

manajemen K3.

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan

mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai

Page 26: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

13

kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan

kerja.

d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja

keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan

perbaikan dan pencegahan.

e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan

sistem manajemen K3 secara berkesinambungan dengan

tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan

kerja.

Didalam peraturan menteri ini, ditetapkan apa yang wajib

diterapkan oleh perusahaan melalui pelaksanaan prosedur (wajib

prosedur), dan apa yang tidak wajib diterapkan (tidak wajib prosedur).

Seluruh prosedur yang disusun akan disimpan secara rapi melalui

sistem pendokumentasian untuk memastikan bahwa seluruh prosedur

telah diterapkan sebagaimana mestinya.

Untuk pembuktian penerapan sistem manajemen K3 maka

perusahaan dapat melaksanakan audit yang dilakukan oleh badan audit

yang ditunjuk oleh menteri. Elemen yang akan diaudit adalah sebagai

berikut:

a) Pembangunan dan pemeliharaan komitmen

b) Strategi pendokumentasian

c) Peninjauan ulang desain dan kontrak

d) Pengendalian dokumen

e) Pembelian

f) Keamanan bekerja berdasarkan sistem manajemen K3

g) Standar pemantauan

h) Pelaporan dan perbaikan kekurangan

i) Pengelolaan material dan pemindahannya

j) Pengumpulan dan penggunaan data

k) Pemeriksaan sistem manajemen

l) Pengembangan keterampilan dan kemampuan

Page 27: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

14

Komitmen dan kebijakan

Perencanaan

Pengukuran dan evaluasi

Peninjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen

Penerapan

Perbaikan berlanjut

Pedoman ini cocok diterapkan di Indonesia karena telah diuji

kesesuaiannya dengan kondisi di Indonesia. Dalam peraturan ini

dijelaskan bahwa sistem manajemen K3 mengikuti sebuah pola yang

terstruktur seperti dibawah ini.

Gambar 2.1 Bagan elemen Permenaker 05/MEN/1996 (sumber: SMK3 Rudi Suardi)

2.4 PHA (Preliminary Hazard Analysis)

Preliminary Hazard Analysis adalah sebuah teknik yang

dikembangkan oleh angkatan bersenjata Amerika (U.S. Army). Dalam CPI

(Chemical Process Industry), PHA dilaksanakan secara lazim selama konsep

desain pabrik proses atau selama perkembangan terdahulu untuk menentukan

potensi bahaya apa saja yang ada. PHA tidak mencegah/menghalangi

keperluan penilaian potensi bahaya yang lebih jauh; faktanya PHA biasanya

digunakan sebagai perintis evaluasi potensi bahaya selanjutnya. Ada dua

keuntungan penggunaan PHA yaitu:

1) Dapat mengidentifikasi potensi bahaya dan pada saat bersamaan

juga dapat dikoreksi dengan biaya dan gangguan sekecil mungkin.

2) Dapat menolong identifikasi tim pengembang dan/atau

mengembangkan petunjuk operasi yang dapat digunakan diseluruh

masa hidup proses operasi tersebut.

Page 28: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

15

Didalam PHA, tim mendaftarkan elemen dasar dari sistem dan

potensi-potensi bahaya yang menarik perhatian, yang mana dapat

didefenisikan di tahap konsep desain. Daftar ini dapat termasuk:

- Sifat potensi bahaya dari bahan baku, pertengahan proses,

katalis, limbah dan produk akhir.

- Peralatan/perlengkapan pabrik

- Lingkungan operasi

- Prosedur operasi

- Denah instalasi

- Pelindung kebakaran dan perlengkapan keamanan

Tim identifikasi akhirnya mengklasifikasikan potensi bahaya yang

ada pada beberapa kategori yaitu:

- Kategori I : Negligible

- Kategori II : Marginal

- Kategori III : Critical

- Kategori IV : Catastrophic

Organisasi yang menggunakan teknik PHA sebaiknya

mendefinisikan lebih lanjut setiap kategori diatas kepada tim sehingga mereka

dapat menilai setiap potensi bahaya secara tepat. Kemudian tim akan

mencatat masukan apa saja yang mereka identifikasi untuk memperbaiki atau

meringankan potensi bahaya (Guidelines for hazard evaluation procedures).

Page 29: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

16

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menjelaskan pengelolaan permasalahan yang akan diteliti.

sesuai dengan alur yang terstruktur dengan penyelesaian permasalahan yang ada

didalam metode penelitian. Metode penelitian ini menjelaskan tentang langkah –

langkah penyelesaian tugas akhir ini.

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PPNS-ITS.

3.2 Kerangka Penelitian

Dalam memecahkan masalah diperlukan kerangka penelitian yang

merupakan pegangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dari awal

hingga akhir penyelesaian. Kerangka penelitian yang dilakukan ada pada

gambar 3.1 diagram alir tugas akhir.

3.3 Tahapan Identifikasi Awal

Adapun isi dari tahapan ini digambarkan sebagai berikut :

1. Identifikasi Masalah

Pada tahap ini dilakukan identifikasi beberapa permasalahan yang

didapatkan pada saat melakukan pengamatan sehingga bisa dilakukan

sebuah penelitian.

2. Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan tentang apa yang ingin

dicapai dan manfaatnya bagi pihak terkait serta bagi penelitian selanjutnya.

Tahap ini merupakan dasar tentang apa yang dilakukan selama penelitian.

Page 30: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

17

3. Studi Lapangan

Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap kondisi lapangan

yang sebenarnya, jenis pekerjaan apa yang ada, serta potensi bahaya apa

saja yang terdapat di tempat kerja.

4. Studi Pustaka

Setelah dilakukan identifikasi terhadap permasalahan maka perlu

adanya studi pustaka dari literatur terkait yaitu Permenaker No. Per-

05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja.

3.4 Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data ini, dimana pengumpulan semua bahan –

bahan kajian yang berhubungan dengan penyelesaian permasalahan yang

telah didapat. Tahap ini melakukan pengambilan data tentang struktur

organisasi di PPNS-ITS, komitmen, kebijakan, profil PPNS-ITS, visi dan

misi.

3.5 Tahap Penyusunan Draft Manual SMK3

Tahap penyusunan ini dengan menggunakan Pola Pendekatan secara

manajemen. Dengan memahami hal ini, dapat diprediksi apakah penelitian

tersebut layak digunakan.

3.6 Tahap Analisa dan Kesimpulan

Tahap ini merupakan akhir dari penelitian, dimana peneliti melakukan

tahap analisa tugas akhir, dan memberikan solusi, kesimpulan dan saran bagi

pihak institusi PPNS-ITS.

3.6.1 Analisa

Tahap ini Peneliti mengelola kajian sesuai dengan bahan tugas

akhir yang dilakukan pada data – data yang telah didapat dan telah

diolah.

Page 31: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

18

3.6.2 Kesimpulan

Tahap ini akhir dari pengerjaan yang dilakukan oleh peneliti,

dimana kesimpulan ini dapat memberi masukan pada pihak yang telah

dijadikan objek penelitian, hingga kedepannya dapat digunakan sebagai

kebijakan pihak tersebut. Oleh sebab itu rekomendasi dari peneliti

sangat bermanfaat bagi PPNS-ITS sebagai user.

Tabel 3.1 Tabel rencana kegiatan

KEGIATAN

BULAN

I II III IV

Identifikasi dan perumusan masalah

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisa dan kesimpulan

Penyusunan tugas akhir

Page 32: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

19

MULAI

PENGUMPULAN DATA:KOMITMENKEBIJAKAN

VISI DAN MISIPROFIL PPNS-ITS

STRUKTUR ORGANISASI

IDENTIFIKASI MASALAH

PENENTUAN TUJUAN DAN

RUMUSAN MASALAH

PENELITIAN

STUDI PUSTAKA:SMK3

PERMENAKER 05/MEN/1996

PENYUSUNAN DRAFT MANUAL SMK3

ANALISA DAN KESIMPULAN

SELESAI

IMPLEMENTASI SESUAI BATASAN

MASALAH

STUDI LAPANGAN:PENGAMATAN PROSES KERJAIDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA

Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir

Page 33: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

20

BAB IV

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

4.1 Data untuk SMK3

Dalam penyusunan draft manual SMK3, ada beberapa data yang

dibutuhkan, antara lain:

a. Komitmen perusahaan tentang K3

b. Kebijakan K3

c. Profil perusahaan

d. Struktur organisasi perusahaan

e. Visi dan misi perusahaan

Seluruh data ini akan dimasukkan dalam draft manual sesuai dengan

elemen yang terdapat dalam Per-05/MEN/1996.

4.1.1 Komitmen Perusahaan tentang K3

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

ITS (PPNS-ITS) bertekad memberikan hasil kepada seluruh pihak

yang berkepentingan dengan menerapkan praktek K3 yang terbaik

dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

4.1.2 Kebijakan K3

Dalam mendukung komitmen PPNS-ITS dalam menerapkan

K3 di wilayah kampus, maka pihak manajemen PPNS-ITS telah

menyusun suatu kebijakan K3 yang akan dijalankan di seluruh

wilayah kampus dengan mendapat pengawasan dari seluruh pihak

yang berkepentingan di PPNS-ITS

Page 34: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

21

PPNS-ITS menetapkan kebijakan untuk:

1. Menciptakan suasana kampus yang berbudaya K3.

2. Melaksanakan 5R (Rapi, Resik, Ringkas, Rajin, Rawat)

3. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja pada

lingkungan kampus.

4. Mengkomunikasikan dan selalu berusaha mematuhi setiap

hukum serta kebijakan mutu dalam K3 kepada seluruh

Civitas Akademika dan pihak terkait lainnya.

5. Menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen mutu

dalam K3 dengan benar, tepat dan konsisten.

Kebijakan ini wajib dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh

karyawan, mitra kerja dan pihak-pihak terkait lainnya sesuai bidang

tugas masing-masing.

4.1.3 Profil Perusahaan

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

(PPNS-ITS) berdiri pada tahun 1987 dengan nama POLITEKNIK

PERKAPALAN NEGERI SURABAYA. PPNS-ITS merupakan

perguruan tinggi yang memiliki jurusan dan program studi antara

lain: Teknik Bangunan Kapal, Teknik Kelistrikan Kapal, Teknik

Permesinan Kapal, Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, Program Studi D4 Teknik Perpipaan, Program

Studi D4 Teknik Pengelasan, Program Studi D4 Teknik Otomasi.

PPNS-ITS juga bergerak dibidang pembuatan kapal dengan

teknologi canggih, mutakhir dan ramah lingkungan. PPNS-ITS ini

didukung oleh manajemen profesional yang sudah berpengalaman

dalam dunia perkapalan, pelayaran dan kelautan. Bertekad untuk

memberikan yang terbaik dalam bisnis ini, kami selalu berpijak

pada nilai-nilai Profesionalisme, Pengembangan Teknologi dan

Peningkatan Kualitas Sumber Daya sebagai landasan dasar dalam

memberikan layanan terbaik demi kepuasan pelanggan dan

Page 35: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

22

peminat. Maka tidak mengherankan jika pelanggan dan peminat

kami terus meningkat dari segi kuantitas dari waktu ke waktu.

Demi menjaga kualitas, perusahaan kami telah menerapkan sistem

manajemen mutu (ISO 9001:2008) yang didukung oleh para tenaga

ahli yang berkompeten dan mampu bekerja secara tim demi

tercapainya tujuan dan sasaran mutu PPNS-ITS.

Page 36: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

23

PEMBANTU DIREKTURBIDANG AKADEMIK

PEMBANTU DIREKTURBIDANG

KEMAHASISWAAN

SENATPOLITEKNIK

KAJURTEKNIK BANGUNAN

KAPAL

BAUK

IAB

UNIT PERENCANAAN DAN

PENGEMBANGAN

KOORDINATOR JASA DAN PRODUKSI

UNIT PENGEMBANGAN

DAN INSTITUSI

BAAK

PEMBANTU DIREKTURBIDANG ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN

DIREKTUR

KAJUR PRODI K3

KAJUR TEKNIK MESIN KAPAL

PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN

PADA MASYARAKAT

UNIT PENELITIAN

DAN HKI

UNIT LAYANAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT

KABID PELATIHAN DAN

SERTIFIKASI

KABID KARYA PENGABDIAN MASYARAKAT

UPT GUDANG DAN

PERLENGKAPAN

UPT PERPUSTAKAAN

UPT BAHASA DAN KOORDINATOR

MKDU

UPT PERAWATAN DAN PERBAIKAN

UPT E-LEARNING CENTRE

UPT FASILITAS INTERNET

STRUKTUR ORGANISASI POLITEKNIK PERKAPALAN

NEGERI SURABAYA

4.1.4 Struktur organisasi perusahaan

Page 37: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

24

4.1.5 Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan:

- Menjadi Politeknik bereputasi global dalam melaksanakan

dan mengembangkan teknologi kemaritiman dan teknologi

penunjang kemaritiman serta berperan aktif

mengimplementasikannya.

Misi perusahaan:

- Melaksanakan program pendidikan vokasi dan penelitian

terapan dibidang teknologi kemaritiman (professionalism-

sustainability).

- Berperan dalam kegiatan kemasyarakatan secara aktif dan

produktif, untuk mengembangkan teknologi kemaritiman

(good governance-professionalism).

- Membangun masyarakat akademis berkualitas yang mampu

berkompetisi secara global (sustainability-professionalism).

- Membentuk jejaring kerja dengan sektor industri kemaritiman

serta berbagai institusi terkait untuk merealisasikan sistem

pendidikan yang komprehensif (good governance-

sustainability).

4.2 Usulan pembentukan Tim Kerja

Dalam melaksanakan SMK3 sesuai dengan peraturan yang

berlaku, maka diusulkan untuk membentuk Tim kerja yang akan

melaksanakan seluruh prosedur dalam Manual SMK3 yang disusun.

Dalam hal ini, tim kerja yang diusulkan bernama TIM SMK3. Didalam

TIM SMK3 terdapat struktur organisasi yang bersifat fungsional dan

Page 38: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

25

memiliki kompetensi dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan SMK3.

Kompetensi yang dibutuhkan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Kompetensi dalam hal kepemimpinan

b) Kompetensi dalam hal identifikasi bahaya

c) Kompetensi dalam peraturan perundang-undangan

d) Kompetensi dalam pengetahuan akan mesin dan peralatan yang ada

di PPNS-ITS

e) Kompetensi dalam penanganan dokumen

Apabila seluruh kompetensi tersebut telah dimiliki oleh tim P2K3

yang dibentuk di PPNS-ITS, maka dengan ini peneliti mengusulkan agar

TIM SMK3 dijalankan oleh P2K3 secara fungsional.

4.3 Usulan Pembentukan Divisi K3

Divisi K3 adalah divisi penting dalam pelaksanaan SMK3, karena

divisi ini berisi sejumlah orang yang memiliki komitmen dalam

menerapkan K3, dilengkapi dengan kompetensi pendukung yang

dianggap penting dalam menerapkan kebijakan K3 dan SMK3. Melihat

struktur organisasi PPNS-ITS yang belum memiliki divisi/bagian K3,

maka dengan ini peneliti mengusulkan dibentuknya divisi K3 yang

memiliki posisi langsung berada dibawah direktur.

4.4 Usulan Penunjukan Manajemen Representatif

Didalam SMK3 dikenal istilah Manajemen Representatif (MR)

yang diadopsi dari OHSAS 18001. Manajemen Representatif (MR) adalah

sebuah jabatan yang bersifat fungsional, yang bertugas dalam TIM SMK3.

Manajemen Representatif memiliki tanggung jawab dalam memimpin

Page 39: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

26

TIM SMK3, serta memberikan laporan kepada manajemen puncak PPNS-

ITS tentang kemajuan TIM SMK3 dan program SMK3, dalam arti lain

bahwa Manajemen Representatif (MR) adalah wakil manajemen dalam

TIM SMK3.

4.5 Perhitungan jumlah jam kerja praktek

Dalam Manual SMK3 yang disusun, ditemukan adanya indikator

kinerja. Indikator kinerja ini ditetapkan dengan syarat terukur dan

disetujui oleh pihak manajemen. Dengan ini peneliti melakukan

perhitungan jam kerja praktek di PPNS-ITS sebagai indikator kinerja

keberhasilan program SMK3 yang diusulkan. Data yang diambil adalah

mulai dari bulan September tahun 2009 hingga bulan Agustus 2010.

Untuk menghitung jumlah jam kerja praktek berdasarkan

ketentuan sebagai berikut:

- Jumlah jam kerja pada hari Senin adalah 8,5 jam.

- Jumlah jam kerja pada hari Selasa hingga kamis adalah 9 jam.

- Jumlah jam kerja pada hari Jumat adalah 7 jam.

- Jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah 20 hari kerja dengan

5 hari kerja per minggu (tidak termasuk hari kerja untuk

karyawan yang melaksanakan lembur atau masuk pada hari

sabtu).

- Jika libur maka tidak dihitung sebagai hari kerja.

- Hari masuk (sabtu) sebagai pengganti hari libur tidak dihitung

sebagai hari kerja.

- Cuti bersama untuk hari libur keagamaan tidak dihitung sebagai

hari kerja.

Page 40: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

27

- Libur akhir tahun selama 2 bulan tidak dihitung sebagai hari

kerja.

- Minggu tenang sebagai persiapan UAS tidak dihitung sebagai

hari kerja.

- Minggu pelaksanaan UAS tidak dihitung sebagai hari kerja

Tabel 4.1. Perhitungan jumlah jam kerja praktek di PPNS-ITS selama 1 tahun

(September 2009-Agustus 2010)

Bulan Jumlah jam kerja per bulan

Hari kerja Total

September 18 154

Oktober 20 170

Nopember 19 162

Desember 11 98

Januari 19 162

Februari 18 154

Maret 19 162

April 19 162

Mei 18 154

Juni 14 112

Juli 0 0

Agustus 0 0

Total 175 1490

Rata-rata/bulan 15 124.16 Sumber : (Hasil perhitungan)

4.6 Penetapan indikator kinerja

Indikator kinerja keberhasilan program SMK3 di PPNS-ITS

adalah tidak terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya jam

kerja selama satu tahun, atau selama ±1490 jam kerja.

Page 41: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

28

4.7 Penyusunan draft manual SMK3

Setelah seluruh data dikumpulkan maka langkah selanjutnya

adalah menyusun draft manual SMK3. Draft manual SMK3 adalah

sebagai berikut:

Page 42: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

29

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 29/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

1.KOMITMEN DAN KEBIJAKAN

1.1. Kepemimpinan dan Komitmen

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS (PPNS-ITS)

bertekad memberikan hasil kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan

menerapkan praktek K3 yang terbaik dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan

Tinggi.

1.2. Tinjauan Awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Initial Review)

PPNS-ITS melakukan peninjauan awal kondisi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja denga cara:

a. Mengidentifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan yang ada

di tempat kerja di seluruh wilayah PPNS-ITS.

b. Melakukan pembandingan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

PPNS-ITS dengan pihak lain dalam ruang lingkup kerja yang sama.

c. Melakukan peninjauan sebab dan akibat dari kejadian yang berbahaya, serta

gangguan lainnya yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

d. Meninjau ketersediaan sumber daya (baik manusia maupun dana) yang ada

di PPNS-ITS.

Seluruh hasil peninjauan awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan

digunakan sebagai bahan masukan dalam perencanaan dan pengembangan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PPNS-ITS.

1.3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PPNS-ITS menetapkan kebijakan untuk:

6. Menciptakan suasana kampus yang berbudaya K3.

7. Melaksanakan 5R (Rapi, Resik, Ringkas, Rajin, Rawat)

Page 43: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

30

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 30/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

8. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja pada lingkungan

kampus.

9. Mengkomunikasikan dan selalu berusaha mematuhi setiap hukum serta

kebijakan mutu dalam K3 kepada seluruh Civitas Akademika dan pihak

terkait lainnya.

10. Menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen mutu dalam K3

dengan benar, tepat dan konsisten.

Kebijakan ini wajib dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh karyawan, mitra

kerja dan pihak-pihak terkait lainnya sesuai bidang tugas masing-masing.

2.PERENCANAAN

2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko

Seluruh bahaya potensial dari aktivitas pekerja secara rutin dan non rutin

pada area kerja yang dilihat dari tingkah laku, kemampuan dan faktor pekerja

yang lain serta bahaya potensial dari infrastruktur, peralatan dan bahan di tempat

kerja pada PPNS-ITS diidentifikasi dan dievaluasi oleh TIM SMK3, untuk

memastikan tujuan dan sasaran K3 sesuai dengan bahaya potensial dan resiko di

PPNS-ITS. Tinjauan bahaya potensial dan resiko akan dilaksanakan bila terjadi

perubahan proses dan atau perubahan perundangan yang berarti atau muncul

perkembangan unit usaha yang baru. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk

membuat, menyusun dan memeriksa daftar identifikasi bahaya potensial dan

evaluasi resiko serta daftar resiko penting K3. Manajemen Representatif K3

mengesahkan daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko serta daftar

resiko penting K3. Setelah melakukan identifikasi dan penilaian resiko, maka TIM

SMK3 melakukan pengendalian resiko.

Prosedur terkait :

1. Prosedur Identifikasi Bahaya.

Page 44: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

31

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 31/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

2. Prosedur Penilaian Resiko.

3. Prosedur Pengendalian Resiko

2.2.Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya

Perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang dapat diterapkan di

PPNS-ITS akan diidentifikasi dan ditinjau ulang pemenuhannya oleh Manjemen

Representatif K3 untuk memastikan komitmen dalam kebijakan K3 terpenuhi.

Direktur PPNS-ITS menentukan persyaratan K3 lainnya yang secara umum akan

diterjemahkan sebagai standar atau kode perusahaan serta persyaratan K3 dari

konsumen untuk diterapkan dalam Sistem Manajemen K3 PPNS-ITS. Persyaratan

perundang-undangan akan ditinjau ulang oleh TIM SMK3 dalam rangka tinjauan

ulang identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko dalam menanggapi adanya

perubahan perundang-undangan atau perubahan proses atau perubahan

perundang-undangan dan pekerjaan atau proyek dengan bidang yang baru. TIM

SMK3 akan mengakses serta memelihara hubungan dengan instansi-instansi

pemerintah yang terkait dan sumber informasi lainnya dalam jangka waktu yang

ditetapkan oleh manajemen puncak atau TIM SMK3 itu sendiri.

Prosedur terkait Prosedur Identifikasi Peraturan Perundang-undangan dan

Peraturan Lainnya.

2.3.Tujuan dan Sasaran

PPNS-ITS menetapkan, menerapkan, dan memelihara tujuan K3 yang

terdokumentasi pada setiap fungsi dan tingkatan yang relevan di dalamnya.

Tujuan ini harus dapat diukur, diterapkan dan konsisten dengan kebijakan K3,

termasuk komitmen pencegahan terhadap kecelakaan dan PAK (Penyakit Akibat

Kerja) untuk disesuaikan dengan persyaratan hukum dan persyaratan lainnya yang

berlaku, untuk perbaikan berlanjut. Tujuan ini dengan mempertimbangkan pilihan

Page 45: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

32

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 32/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

teknologi, keuangan, operasional dan usaha, serta pandangan pihak–pihak yang

berkepentingan.

PPNS-ITS menetapkan, menerapkan dan memelihara semua program

untuk mencapai tujuan. Program–program ini meliputi :

1. Penunjukan tanggung jawab dan wewenang untuk mencapai tujuan pada tiap–

tiap fungsi dan tingkatan yang relevan.

2. Tahapan dan jangka waktu tujuan yang akan diraih .

Program dapat ditinjau secara teratur sesuai dengan jadwal yang

ditentukan oleh TIM SMK3 untuk memastikan tujuan dapat tercapai.

Prosedur terkait Prosedur Penetapan Tujuan & Sasaran Manajemen K3.

2.4.Indikator Kinerja

Dalam rangka menetapkan tujuan dan sasaran K3, PPNS-ITS

menetapkan suatu indikator kinerja yang terukur sebagai dasar penilaian kinerja

K3 dan sebagai informasi keberhasilan pencapaian SMK3 yaitu:

Tidak tejadi kecelakaan kerja yang menimbulkan hilangnya jam kerja

selama kurun waktu jumlah jam tertentu didalam satu tahun (jumlah jam

kerja efektif ±1490 dalam satu tahun, atau dihitung sejak dimulainya

program SMK3)

2.5.Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung

PPNS-ITS menyusun rencana yang dapat dikembangkan secara

berkelanjutan dengan:

1. Menunjuk tanggung jawab dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai

fungsi dan tingkatan manajemen PPNS-ITS

2. Menetapkan sarana dan jangka waktu pencapaian

Page 46: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

33

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 33/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

3.PENERAPAN

3.1. Jaminan Kemampuan

3.1.1.Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana

Direktur PPNS-ITS memiliki tanggung jawab utama untuk K3 dan

SMK3. Direktur menunjukkan komitmennya dengan :

a. Menjamin tersedianya sumber daya yang penting untuk menetapkan,

menerapkan, memelihara dan mendukung SMK3 (sumber daya ini

meliputi sumber daya manusia dan tenaga ahli, infrastruktur organisasi,

teknologi dan sumber keuangan).

b. Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan dalam

manajemen serta menyelenggarakan pelatihan yang dibutuhkan

(termasuk menyediakan tenaga ahli untuk pelatihan).

c. Membuat sebuah peraturan atau persyaratan bahwa keselamatan dan

kesehatan kerja harus diinformasikan secara efektif dalam ruang lingkup

PPNS-ITS.

d. Menyusun sebuah peraturan untuk mendapatkan saran dan pendapat dari

para ahli yang bergerak dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja,

serta bidang lain yang berkaitan dengan sistem kerja di PPNS-ITS.

e. Menyusun sebuah peraturan untuk melaksanakan konsultasi dan

keikutsertaan karyawan secara aktif dalam sistem manajemen K3 di

PPNS-ITS.

Direktur PPNS-ITS menunjuk seorang untuk menjadi Manajemen

Representatif K3 yang bertanggung jawab khusus pada K3 dengan

diuraikannya peran dan kewenangan untuk :

1. Menjamin bahwa SMK3 diterapkan, ditetapkan dan dipelihara

sesuai dengan standar Permenaker No Per-05/MEN/1996.

Page 47: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

34

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 34/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

2. Menjamin bahwa laporan kinerja SMK3 dipresentasikan kepada

Direktur untuk ditinjau dan digunakan sebagai dasar untuk

mengembangkan SMK3.

Prosedur terkait Prosedur Penetapan Job Description.

3.1.2.Integrasi

PPNS-ITS dapat menggabungkan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan tetap menerapkan prinsip:

a. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan kerja harus dijadikan menjadi

prioritas utama

b. Proses penggabungan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dengan manajemen PPNS-ITS harus dengan

seimbang

3.1.3.Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

PPNS-ITS menjamin bahwa setiap elemen yang berhubungan

dengan perusahaan, termasuk karyawan, mahasiswa, kontraktor, dan

konsumen memiliki budaya untuk mendukung dan mendapat peran aktif

dalam memberikan kontribusi bagi Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di PPNS-ITS. Maka dengan ini PPNS-ITS akan:

a. Mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan

tanggung gugat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta wewenang

untuk bertindak dan menjelaskan pelaporan untuk semua tingkatan

divisi dalam manajemen PPNS-ITS, termasuk karyawan, mahasiswa,

kontraktor, pengunjung, dan konsumen.

b. Menyusun sebuah prosedur pemantauan dan mengkomunikasikan

setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang memiliki

Page 48: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

35

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 35/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

pengaruh dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja

c. Selalu berperan aktif dalam menanggapi kondisi yang menyimpang

dari peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3.1.4.Konsultasi, Motivasi, dan Kesadaran

PPNS-ITS berkomitmen untuk memperhatikan aspek

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan konsultasi dengan

badan berwenang dalam upaya penerapan, pengembangan dan

pemeliharaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

PPNS-ITS melibatkan karyawan untuk berpartisipasi membantu

TIM SMK3 dalam mengidentifikasi bahaya, penilaian resiko, dan

penentuan tindakan pengendalian. Keterlibatan pekerja ini dilakukan

melalui papan pengumuman K3, pertemuan K3 dan email. Pertemuan K3

dapat dilakukan setiap minggu atau sesuai jadwal yang disepakati oleh

TIM SMK3, serta seluruh kegiatan rapat tercatat sebagai bahan

pertimbangan dan masukan bagi rapat selanjutnya.

Konsultasi dengan mahasiwa dan dengan pihak luar (kontraktor,

konsumen, masyarakat) dilakukan jika ada perubahan yang berdampak

pada masalah K3. Konsultasi tersebut dilakukan melalui pihak manajemen

dalam pertemuan K3.

Partisipasi karyawan dalam pengembangan dan peninjauan ulang

mengenai kebijakan dan tujuan K3 dilakukan melalui pertemuan K3 yang

dapat dilaksanakan setiap bulan sekali atau menurut kebijakan Manajemen

Representatif, melalui kotak saran dan melalui email K3.

PPNS-ITS memberikan pengarahan dan pemahaman bagi

karyawan dan mahasiswa, sehingga karyawan dan mahasiswa dapat

Page 49: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

36

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 36/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

mendukung tujuan dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Karyawan, mahasiswa, pengunjung dan pihak lain harus disadarkan akan

bahaya yang dapat timbul dari proses pekerjaan yang ada di PPNS-ITS,

baik yang bersifat fisik, kimia, radiasi, ergonomis, biologis, dan psikologis

sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan.

3.1.5.Pelatihan dan Kompetensi Kerja

PPNS-ITS akan menyenggarakan pelatihan bagi setiap karyawan,

sebagai suatu upaya meningkatan kompetensi kerja serta untuk mencapai

tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PPNS-ITS akan menyusun

sebuah prosedur untuk mengidentifikasi standar kompetensi kerja serta

pelatihan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi kerja tersebut.

Pelatihan dapat dilaksanakan oleh internal PPNS-ITS atau badan eksternal.

Laporan tentang pelatihan K3 harus dipelihara dan selalu diperbaharui.

Prosedur terkait Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan

3.2.Kegiatan Pendukung

3.2.1.Komunikasi

PPNS-ITS akan menginformasikan tentang K3 yang berkaitan

dengan peningkatan, penyuluhan, dan kritik terhadap karyawan PPNS-ITS,

masyarakat sekitar dan pihak – pihak lain yang berkepentingan. PPNS-ITS

akan melakukan identifikasi dan menerima semua informasi tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berasal dari luar perusahaan, serta

menjamin bahwa informasi terkait dikomunikasikan dengan pihak luar

perusahaan yang membutuhkannya.

Karyawan diberikan informasi melalui perwakilan mereka dalam

masalah K3 melalui pelatihan dan briefing.

Page 50: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

37

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 37/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

Prosedur terkait Prosedur Komunikasi.

3.2.2.Pelaporan

PPNS-ITS akan menyusun suatu prosedur pelaporan yang tepat dan

baik untuk menjamin kinerja Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

Karyawan berkewajiban untuk:

a. Ikut serta dalam mendukung tujuan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja

b. Memberikan masukan untuk meningkatkan kinerja Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Partisipasi pekerja dalam investigasi kecelakaan dilakukan melalui

telepon, papan pengumuman K3 dan wawancara yang dilakukan oleh TIM

SMK3. Segala bentuk kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, pekerja wajib

melaporkannya dan memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya

kepada supervisor dan supervisor wajib melanjutkan informasi pada

Manajemen Representatif.

Prosedur terkait Prosedur pelaporan

3.2.3.Pendokumentasian

PPNS-ITS akan mendokumentasikan seluruh kegiatan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam menyusun

dokumentasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka

PPNS-ITS harus mencantumkan / memasukkan :

1. Kebijakan dan tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Page 51: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

38

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 38/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

2. Memberikan uraian tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

3. Menguraikan elemen utama dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja serta referensi yang terkait

4. Dokumen dan rekaman yang disyaratkan dalam Per-05/MEN/1996

5. Dokumen dan rekaman yang disyaratkan oleh Tim SMK3 yang berkaitan

dengan risiko manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta

pengendaliannya

Didalam PPNS-ITS telah diberlakukan sistem manajemen mutu (ISO

9001:2008), yang memiliki sistem pendokumentasian yang baik. Maka

dapat dilakukan integrasi sistem manajemen K3 dengan sistem manajemen

mutu internal dalam hal pendokumentasian dan pengendalian dokumen.

Prosedur Terkait Prosedur Dokumentasi (integrasi dengan sistem

manajemen mutu internal yang telah berjalan di PPNS-ITS).

3.2.4.Pengendalian Dokumen

PPNS-ITS menjamin bahwa:

a. Seluruh dokumen yang disimpan dapat diidentifikasi sesuai dengan

tugas dan tanggung jawab masing-masing elemen di perusahaan

b. Dokumen akan ditinjau secara berkala untuk memastikan

kesesuaiannya, dan dapat dilakukan revisi jika diperlukan

c. Laju revisi atau perubahan dokumen dapat diidentifikasi

d. Dokumen yang kadaluarsa segera ditarik atau dimusnahkan dan

master copy-nya disimpan sebagai catatan sejarah perubahan

dokumen.

e. Dokumen ditetapkan pada lokasi yang membutuhkan dan ditentukan

f. Dokumen yang terbaru akan tersedia di seluruh lokasi yang penting

Page 52: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

39

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 39/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

Direktur PPNS-ITS bertanggung jawab untuk mengesahkan manual

SMK3. Manajemen Representatif bertanggung jawab untuk mengesahkan

prosedur, instruksi kerja dan form.

TIM SMK3 bertanggung jawab untuk membuat dan mengusulkan

pengesahan prosedur, instruksi kerja dan form kepada Manajemen

Representatif. Prosedur K3 dapat diubah berdasarkan kebutuhan dengan

menggunakan penomoran dokumen yang spesifik dengan pengesahan dari

Manajemen Representatif.

Prosedur Terkait Prosedur Pengendalian Dokumen (integrasi dengan sistem

manajemen mutu internal).

3.2.5.Pencatatan dan Manajemen Informasi

PPNS-ITS menjamin kesesuaian penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan kerja dicatat dengan baik dan mencakup:

a. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan indikator kinerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b. Izin kerja bagi pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi

c. Segala bentuk resiko dan sumber bahaya dari mesin, peralatan kerja,

lingkungan, dan sifat kerja

d. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diselenggarakan

oleh PPNS-ITS

e. Segala bentuk kegiatan inspeksi, perawatan peralatan dan kalibrasi

alat

f. Audit dan tinjauan ulang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

PPNS-ITS akan menetapkan dan memelihara prosedur untuk

memastikan setiap pekerja menyadari :

Page 53: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

40

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 40/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

1. Konsekuensi bahaya – bahaya K3 yang berarti, yang pernah terjadi atau

potensi dari kegiatan kerja, perilaku, dan manfaat K3 untuk memperbaiki

kinerja.

2. Peran dan tanggung jawab mereka dalam mencapai kesesuaian dengan

kebijakan dan prosedur K3 dan dengan persyaratan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, meliputi tanggap darurat dan kesiagaan.

3. Akibat potensial dari penyimpangan–penyimpangan prosedur operasi yang

ditentukan.

3.3. Identifikasi Sumber bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko

3.3.1.Identifikasi Sumber Bahaya

PPNS-ITS mengidentifikasi sumber bahaya yang terdapat di

lokasi kerja dengan tetap mempertimbangkan:

a. Jenis kecelakaan yang mungkin terjadi

b. Penyakit akibat kerja (PAK) yang mungkin timbul dari aktifitas

pekerjaan tersebut

c. Kejadian dan kondisi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan

Seluruh hasil identifikasi dicatat dan disimpan sesuai dengan kode

dokumen sehingga dapat digunakan untuk kepentingan yang lain.

3.3.2.Penilaian Resiko

PPNS-ITS melakukan penilaian resiko terhadap kondisi di tempat

kerja untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap resiko kecelakaan

atau penyakit akibat kerja. TIM SMK3 melakukan penilaian resiko pada

setiap tempat kerja termasuk bengkel, ruang laboratorium, ruang kelas,

ruang rapat, dan tempat lain yang dianggap berpotensi memiliki resiko

kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Seluruh hasil penilaian resiko

dicatat dan diinformasikan kepada seluruh karyawan dan orang lain di

Page 54: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

41

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 41/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

tempat kerja, dan dokumen hasil penilaian resiko disimpan sesuai kode

dokumen.

3.3.3.Tindakan Pengendalian

PPNS-ITS akan membuat dan memelihara prosedur pengendalian

terhadap bahaya potensial. Manajemen Representatif bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan prosedur operasi. PPNS-ITS akan menetapkan:

a. Mengintegrasikan tindakan pengendalian kedalam Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

b. Pengendalian berhubungan dengan pengadaan barang, peralatan dan

pelayanan kepada karyawan dan mahasiswa

c. Pengendalian terhadap izin kerja bagi karyawan atau kontraktor yang

berada di kawasan berbahaya

Prosedur terkait Prosedur pengendalian

3.3.4.Perancangan (design) dan Rekayasa

PPNS-ITS melakukan proses perancangan dan rekayasa yang

didasarkan atas hasil identifikasi dan penilaian resiko, dalam upaya untuk

mengendalikan resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang

mungkin timbul di seluruh tempat kerja. Dalam proses perancangan harus

mengikuti sebuah alur yang teratur mulai dari proses pengembangan,

verifikasi tinjauan ulang, validasi dan penyesuaian. Seluruh tahap ini harus

berkaitan dengan identifikasi sumber bahaya, prosedur penilaian dan

pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Direktur PPNS-ITS menetapkan orang berkompetensi yang

bertanggung jawab dan memberi wewenang untuk melakukan verifikasi

persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Page 55: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

42

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 42/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

3.3.5.Pengendalian Administratif

PPNS-ITS melaksanakan tindakan pengendalian administratif

atas potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja, sesuai dengan prosedur

dan instruksi kerja yang disusun sebelumnya. Prosedur dan instruksi kerja

ini ditempatkan diseluruh bagian yang memiliki potensi bahaya. Prosedur

dan instruksi kerja dapat ditinjau ulang dan direvisi oleh orang yang

memiliki kompetensi dibidang itu serta disetujui oleh Manajemen

Representatif.

3.3.6.Tinjauan Ulang Kontrak

PPNS-ITS melakukan peninjauan ulang terhadap kontrak kerja,

kontrak pengadaan barang dan jasa, dan kontrak lain yang berhubungan

dengan sistem kerja di perusahaan, untuk menjamin bahwa kontrak

tersebut memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

disetujui oleh manajemen PPNS-ITS.

3.3.7.Pembelian

PPNS-ITS menyusun sebuah sistem pembelian barang dan jasa

untuk menjamin bahwa produk barang dan jasa memenuhi persyaratan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.

Dalam hal ini ditetapkan juga prosedur pemeliharaan barang dan jasa yang

terintegrasi, untuk mencegah dan menangani resiko kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.

Page 56: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

43

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 43/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

3.3.8.Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana

PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur

:

1. Identifikasi potensi terjadinya situasi darurat.

2. Tindakan penanganan situasi darurat.

PPNS-ITS akan merespon terhadap situasi darurat yang terjadi

dan mencegah atau mengurangi kerugian yang terjadi.

Dalam perencanaan kesiagaan tanggap darurat PPNS-ITS akan

memperhatikan hal lainnya yang dianggap perlu, misalnya emergency

services dan lingkungan sekitar.

PPNS-ITS akan menguji prosedur kesiagaan tanggap darurat

dalam jangka waktu yang ditentukan oleh TIM SMK3 dan disetujui oleh

manajemen puncak, dengan berkoordinasi dengan divisi keamanan. Dan

juga akan meninjau, merevisi prosedur kesiagaan tanggap darurat,

khususnya setelah terjadi situasi darurat.

Prosedur Terkait Prosedur Tanggap Darurat.

3.3.9.Prosedur Menghadapi Insiden

PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur:

1. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

2. Perawatan lanjutan

PPNS-ITS akan merespon jika terjadi kecelakaan di tempat kerja

dengan menyediakan tim medis yang selalu siap disaat yang diperlukan.

Page 57: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

44

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 44/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

PPNS-ITS akan merevisi prosedur jika terjadi perubahan, serta

menguji prosedur dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh TIM SMK3

serta mendapat persetujuan dari manajemen puncak.

3.3.10.Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat

PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur

rencana pemilihan keadaan darurat, untuk dapat memulihkan kembali

keadaan pada kondisi yang normal serta membantu pemulihan karyawan

yang mengalami trauma. PPNS-ITS menjamin seluruh karyawan yang

mengalami luka dan trauma dapat kembali bekerja dengan normal, serta

seluruh biaya perawatan ditanggung oleh perusahaan.

4.PENGUKURAN DAN EVALUASI

4.1.Inspeksi dan Pengujian

PPNS-ITS akan melaksanakan inspeksi dan pengujian seluruh kegiatan

operasi sistem manajemen K3. Hal tersebut dilaksanakan untuk memantau kinerja

K3 sesuai dengan program-program K3 yang telah dibuat serta untuk memantau

adanya kecelakaan, insiden, tingkat kesehatan karyawan dan kekurangan-

kekurangan K3 lainnya di PPNS-ITS. Inspeksi dan pengujian meliputi seluruh

aspek keselamatan di perusahaan. Inspeksi dan pengujian dilaksanakan oleh TIM

SMK3 dengan bekerja sama dengan penanggung jawab tempat kerja dan

karyawan yang ada di tempat kerja. Inspeksi dan pengujian dilaksanakan dengan

disertai alat yang mendukung serta telah dikalibrasi dan diverifikasi oleh orang

yang berwenang. PPNS-ITS juga melaksanakan pemeriksaan kesehatan pekerja

guna memantau apakah ada penyakit akibat kerja. Seluruh hasil inspeksi dan

pengujian tersebut didokumentasikan/dicatat guna analisa tindakan perbaikan &

pencegahan.

Page 58: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

45

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 45/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

Prosedur terkait :

1. Prosedur inspeksi dan pengukuran.

2. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan

3. Prosedur Kalibrasi & Perawatan Alat-alat Ukur.

4.2.Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PPNS-ITS melaksanakan audit SMK3 untuk memastikan kesesuaian

penerapan Sistem Manajemen K3 dengan perundang-undangan bagi perusahaan

dan juga peraturan lain yang digunakan dalam melaksanakan sistem manajemen

K3 di PPNS-ITS. Audit dilakukan secara periodik dua kali dalam satu tahun*

untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifan sistem manajemen K3

secara berkelanjutan. Semua hasil audit dilaporkan pada direktur serta

didokumentasikan / dicatat.

Prosedur terkait Prosedur audit SMK3.

4.3.Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

PPNS-ITS melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang mengacu

pada hasil pelaksanaan pemantauan, audit, dan tinjauan ulang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Seluruh temuan akan didokumentasikan, serta

perusahaan menjamin penerapannya secara sistematik dan efektif.

Prosedur terkait Prosedur Tindakan Perbaikan & Pencegahan.

5.TINJAUAN ULANG DAN PENINGKATAN OLEH PIHAK MANAJEMEN

Tinjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen PPNS-ITS akan

dilaksanakan minimum satu kali dalam satu tahun* untuk menjamin kesesuaian,

kecukupan, dan keefektifan SMK3 secara berkelanjutan. Tinjauan ulang manajemen

Page 59: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

M A N U A L

46

No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit : Hal : 46/18

No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

dipimpin oleh direktur PPNS-ITS dan dihadiri oleh semua divisi. Tinjauan ulang

harus membahas mengenai kesempatan untuk perbaikan dan kebutuhan untuk

perubahan tentang SMK3. Masukan untuk tinjauan manajemen harus meliputi hasil

audit dan evaluasi SMK3, hasil partisipasi dan konsultasi, keluhan dari pihak luar

mengenai K3, Kebijakan K3, tindak lanjut K3 dari tinjauan manajemen sebelumnya,

dan perkembangan peraturan yang berhubungan dengan K3.

Prosedur terkait Prosedur Tinjauan Manajemen.

Keterangan:

- Tanda (*) yang ada dalam manual ini adalah usulan dari peneliti (mengacu pada

sistem manajemen mutu PPNS-ITS).

- Supervisor yang dimaksud dalam manual ini adalah kepala tiap bagian/kepala

tiap divisi.

- Karyawan yang dimaksud dalam manual ini adalah dosen, teknisi, pekerja tetap

yang ada di PPNS-ITS. Tidak termasuk karyawan kontrak atau outsourcing, dan

mahasiswa.

Page 60: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

47

4.8 Penyusunan Prosedur bagi Draft Manual SMK3

Prosedur yang disusun adalah prosedur yang dibutuhkan oleh

draft manual SMK3. Diutamakan menyusun prosedur yang oleh Per-

05/MEN/1996 bersifat mendesak/penting. Seluruh prosedur ditempatkan

di Lampiran II dari tugas akhir ini.

4.9 Penerapan Prosedur

4.9.1 Prosedur identifikasi bahaya

Prosedur identifikasi bahaya adalah prosedur yang berisi

tata cara pelaksanaan identifikasi bahaya di PPNS-ITS. Penerapan

prosedur ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian prosedur yang

diusulkan oleh peneliti dengan kondisi di lapangan. Prosedur

diterapkan pada hampir seluruh bengkel dan laboratorium di PPNS-

ITS.

Dalam penerapan prosedur ini dikenal istilah kategori

bahaya yang oleh peneliti dibagi menjadi empat kategori. Kategori

bahaya ini diadopsi dari teknik identifikasi bahaya PHA

(Preliminary Hazard Analysis) sebagai berikut:

Kategori I : Negligible

Kategori II : Marginal

Kategori III : Critical

Kategori IV : Catastrophic

Setiap kategori bahaya secara umum didefenisikan sebagai

bentuk tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu kecelakaan

kerja. Pembagian kategori bahaya ini berdasarkan tingkat kerugian

yang dialami seperti dibawah ini:

Page 61: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

48

Tabel 4.2. Kategori bahaya

Kategori bahaya Kerugian

Kategori I Kerusakan sistem yang kecil, namun tidak menyebabkan cedera/luka terhadap pekerja, pelepasan bahan kimia kepada lingkungan, atau paparan terhadap sistem operasi.

Kategori II Paparan dalam skala kecil terhadap manusia, atau sistem alarm aktivitas sistem menyala.

Kategori III Menyebabkan luka kecil terhadap manusia, terkena paparan bahan kimia berbahaya atau terkena radiasi, atau kebakaran, atau pelepasan bahan kimia kepada lingkungan.

Kategori IV Luka berat atau kematian bagi manusia.

Sumber: (Rausand, 2005)

Penerapan ini ditujukan sebagai bentuk percobaan untuk

melihat bentuk penerapan sebenarnya prosedur di lapangan jika

manual ini dijalankan oleh pihak manajemen puncak PPNS-ITS.

Hasil dari penerapan prosedur tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bengkel Konstruksi

Bengkel konstruksi adalah bengkel yang beroperasi sebagai

tempat konstruksi barang-barang keperluan pembuatan kapal.

Tempat ini berisi mesin bending, mesin rolling, mesin las,

mesin gerinda, overhead travelling crane, dan beberapa

mesin lain. Peneliti melaksanakan identifikasi bahaya di

bengkel konstruksi ini dengan pengamatan langsung pada

saat proses bending logam sedang dilakukan serta ada

beberapa mahasiswa yang sedang melaksanakan proses

pengelasan. Hasil identifikasi bahaya di bengkel konstruksi

adalah sebagai berikut:

Page 62: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

49

Tabel 4.3. Identifikasi bahaya di bengkel konstruksi

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Jari-jari terpotong

III Memakai APD

2 Fisik Tangan/jari terjepit

II - Memakai APD

- Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja

3 Fisik Terkena api mesin las

III Memakai APD

4 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising

II - Memakai APD

- Sistem kerja shift untuk mengurangi waktu paparan

5 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan

Sumber: (Hasil survey)

b. Bengkel sheet metal

Bengkel sheet metal adalah bengkel yang digunakan sebagai

sarana praktek mahasiswa. Bengkel ini berisi mesin bor,

mesin las, mesin rolling, mesin potong, dan beberapa mesin

lainnya. Pada saat dilakukan identifikasi bahaya, terdapat

beberapa mahasiswa yang sedang melakukan proses

pemotongan plat di mesin potong. Hasil identifikasi bahaya di

bengkel sheet metal adalah sebagai berikut:

Page 63: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

50

Tabel 4.4. Identifikasi bahaya di bengkel sheet metal

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Tangan/jari terjepit

II - Memakai APD

- Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja

2 Fisik Terkena api mesin las

III Memakai APD

3 Fisik Terkena serpihan logam

I Memakai APD

4 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising

II - Memakai APD

- Penerapan sistem kerja bergantian untuk mengurangi paparan

5 Fisik Terkena batu gerinda

II Memakai APD

Sumber: (Hasil survey)

c. Bengkel permesinan

Bengkel permesinan berada satu ruangan dengan bengkel

sheet metal. Di bengkel ini berisi mesin bubut, mesin gerinda,

mesin frais, mesin bor dan mesin sekrap. Pada saat

pelaksanaan identifikasi bahaya, terdapat beberapa orang

mahasiswa yang sedang melaksanakan proses menggerinda.

Hasil identifikasi bahaya di bengkel permesinan adalah

sebagai berikut:

Page 64: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

51

Tabel 4.5. Identifikasi bahaya di bengkel permesinan

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan

2 Fisik Jari terpotong

III - Memakai APD

3 Fisik Tangan/jari terjepit

II - Memakai alat bantu untuk menempatkan benda kerja

- Memakai APD

4 Fisik Terkena serpihan logam

I - Memakai APD

5 Fisik Terkena batu gerinda

II Memakai APD

6 Fisik Terkena peralatan mesin yang sedang bergerak

I Jangan berada terlalu dekat dengan mesin saat sedang bekerja

Sumber: (Hasil survey)

d. Bengkel pengelasan

Bengkel ini adalah tempat praktek mahasiswa yang berisi

banyak mesin las SMAW dan OAW, serta mesin potong dan

mesin gerinda. Pada saat melaksanakan identifikasi bahaya,

terdapat teknisi dan beberapa orang mahasiswa yang sedang

melakukan pengelasan dengan menggunakan mesin las

SMAW. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut:

Page 65: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

52

Tabel 4.6. Identifikasi bahaya di bengkel pengelasan

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Terkena serpihan logam

I Memakai APD

2 Fisik Terkena mesin gerinda

II Memakai APD

3 Fisik Terkena api mesin las

II Memakai APD

4 Fisik Telinga terganggu suara bising

II Memakai APD

5 Fisik Terkena logam panas

III - Memakai APD

- Memakai alat bantu

6 Elektrik Tersengat listrik tegangan tinggi

III Jangan menyalakan mesin jika ada bagian yang rusak/terkelupas/cacat

7 Fisik Kebakaran III Jangan menyalakan api las dekat dengan material mudah terbakar

8 Fisik Tertimpa beban berat

III Pemindahan material dilakukan oleh beberapa orang

9 Fisik Terkena bagian mesin yang bergerak

I Jangan berada terlalu dekat dengan mesin yang bekerja

10 Fisik Tangan/jari terpotong

III Memakai alat bantu

Sumber: (Hasil survey)

Page 66: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

53

e. Bengkel non metal

Didalam bengkel ini terdapat mesin gergaji, mesin bor, dan

mesin pemotong kayu lainnya. Juga ditemukan berbagai jenis

cat dan tinner yang bersifat mudah terbakar. Pada saat

pelaksanaan identifikasi bahaya, mesin pemotong kayu

sedang berjalan, dan seorang teknisi terlihat memasang kayu

pada mesin untuk dipotong. Hasil identifikasi bahaya adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.7. Identifikasi bahaya di bengkel non metal

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Tangan/jari terpotong

III Memasang pelindung pada bagian mesin yang tajam

2 Fisik Terkena batu gerinda

II - Memasang pelindung pada mesin

- Memakai APD

3 Fisik Pendengaran terganggu akibat suara bising

II Memakai APD

4 Fisik Mata terkena serpihan kayu

II Memakai APD

5 Fisik Rambut terpelintir mesin bor

III - Memotong rambut yang panjang

- Memakai penutup kepala

6 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan oli dibersihkan

Page 67: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

54

Lanjutan tabel 4.7

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

7 Kimia Menghirup aroma cat dan tinner

I Memakai APD

8 Elektrik Tersengat arus listrik

III Menutup sumber arus yang terbuka

9 Fisik Kebakaran IV Jangan menyalakan api didekat serpihan kayu atau tinner

Sumber: (Hasil survey)

f. Laboratorium steam power plant

Dari semua laboratorium dan bengkel di PPNS-ITS,

laboratorium steam power plant adalah laboratorium dengan

potensi bahaya terbesar karena tempat ini berisi satu unit

boiler yang sudah berumur ± 22 tahun, serta tidak

mendapatkan perawatan yang rutin. Pada saat pelaksanaan

identifikasi bahaya, boiler dalam keadaan berhenti

beroperasi. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8. Identifikasi bahaya di laboratorium steam power

plant

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan minyak segera dibersihkan

2 Fisik Terkena uap panas boiler

III Memakai APD

Page 68: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

55

Lanjutan tabel 4.8

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

3 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising

II Memakai APD

4 Fisik Peledakan IV - Awasi sistem kerja proses

- Periksa kelengkapan safety valve dan sistem pengaman lainnya

Sumber: (Hasil survey)

g. Laboratorium automatic diesel marine

Posisi laboratorium ini berada dekat dengan steam power

plant, dan berisi satu unit mesin diesel. Pada saat pelaksanaan

identifikasi bahaya, kondisi mesin sedang tidak beroperasi.

Hasil identifikasi bahaya aalah saebagai berikut:

Tabel 4.9. Identifikasi bahaya di laboratorium automatic

diesel marine

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Pendengaran terganggu

II Memakai APD

2 Fisik Menghirup asap dari mesin diesel

II - Memakai APD

- Perbaiki sistem pembuangan

Page 69: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

56

Lanjutan tabel 4.9

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

3 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan minyak segera dibersihkan

Sumber: (Hasil survey)

h. Laboratorium reparasi listrik

Laboratorium ini adalah sarana praktek mahasiswa, berisi

peralatan listrik dan sebuah generator yang dapat

dipindahkan. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi listrik

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Elektrik Tersengat arus

III Menutup sumber arus yang terbuka

2 Fisik Tertimpa beban berat

II Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang

3 Fisik Pendengaran terganggu akibat suara bising

II - Memakai APD

- Menaruh mesin diluar ruangan

4 Fisik Terpeleset di lantai

Tumpahan minyak segera dibersihkan

Sumber: (Hasil survey)

i. Laboratorium SPPK

Page 70: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

57

Tempat ini berisi tabung oksigen, peralatan pemadam

kebakaran dan selang hidran. Laboratorium ini digunakan

sebagai sarana praktek mahasiswa untuk mengetahui tata cara

pemadaman kebakaran. Di tempat ini tidak ditemukan potensi

bahaya yang besar. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.11. Identifikasi bahaya di laboratorium SPPK

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Kaki tertimpa beban berat

II Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang

Sumber: (Hasil survey)

j. Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika

Laboratorium ini adalah sarana praktek mahasiswa yang

berisi peralatan listrik dan instrument fisika lainnya. Pada saat

pelaksanaan identifikasi bahaya, terdapat mahasiswa yang

sedang melakukan praktek. Hasil identifikasi bahaya aalah

sebagai berikut:

Tabel 4.12. Identifikasi bahaya di laboratorium instrumentasi

listrik dan fisika

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Elektrik Tersengat arus listrik

III Jangan menyalakan peralatan dalam kondisi basah

Lanjutan tabel 4.12

Page 71: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

58

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

2 Fisik Tertimpa beban berat

I - Penempatan material yang baik

- Pemindahan material oleh beberapa orang

3 Fisik Terpeleset I Tumpahan air dekat wastafel segera dibersihkan

4 Fisik Terjepit I - Memakai APD

- Berhati-hati saat memasang atau memakai peralatan

Sumber: (Hasil survey)

k. Laboratorium reparasi mesin

Laboratorium ini adalah sarana praktek yang berisi berbagai

jenis mesin kapal yang sedang dipelajari oleh mahasiswa.

Pada saat pelaksanaan proses identifikasi bahaya, terdapat

mahasiswa dan dosen sedang mempelajari sistem propeller

pada kapal. Terdapat juga teknisi yang sedang memperbaiki

salah satu mesin kapal. Hasil identifikasi bahaya pada

laboratorium reparasi mesin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi mesin

Page 72: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

59

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Terpeleset I Tumpahan minyak segera dibersihkan

2 Fisik Tertimpa beban berat

I - Gunakan alat bantu mengangkat beban

- Pemindahan beban dilakukan beberapa orang

3 Kimia Menghirup uap thinner dancat

I Memakai APD

4 Fisik Terkena api las

III Memakai APD

5 Fisik Terjepit mesin

I - Memakai APD

- Memakai alat bantu

6 Fisik Kebakaran III Jangan menyalakan mesin las dekat serpihan kayu, plastik, cat, thinner, dan kertas

7 Fisik Menghirup asap residu mesin

I - Periksa saluran buang mesin

- Memakai APD

Sumber: (Hasil survey)

l. Laboratorium kimia

Page 73: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

60

Di laboratorium ini terdapat berbagai jenis bahan kimia,

mulai yang bersifat korosif hingga yang mudah terbakar. Juga

terdapat alat uji kemurnian bahan bakar, serta sebuah oven

yang digunakan untuk memanaskan bahan kimia. Didalam

lemari tersimpan peralatan prakek yang terbuat dari kaca, dan

seluruh bahan kimia ditempatkan pada lemari terpisah. Pada

saat pelaksanaan proses identifikasi bahaya, kondisi

laboratorium dalam keadaan kosong karena tidak ada

kegiatan praktek. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.14. Identifikasi bahaya di laboratorium kimia

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Kimia Uap kimia terhirup

I Memakai APD

2 Kimia Bahan kimia tertelan

III Jangan pernah mencicipi bahan kimia

3 Kimia Bahan kimia terkena kulit

III Memakai APD

4 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan air segera dibersihkan

5 Kimia Bahan kimia terkena mata

III Memakai APD

Sumber: (Hasil survey)

m. Laboratorium ergonomi

Page 74: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

61

Laboratorium ini berada dekat dengan laboratorium kimia,

dan digunakan sebagai sarana praktek mahasiswa. Di tempat

ini dilaksanakan praktek ergonomi dan P3K. Peralatan yang

ada di ruangan ini antara lain: treadmill, sepeda ergonomi,

alat pengukur tinggi badan, timbangan, dan peralatan lain.

Pada saat pelaksanaan proses identifikasi bahaya, kondisi

laboratorium dalam keadaan kosong karena tidak ada

kegiatan praktek. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.15. Identifikasi bahaya di laboratorium ergonomi

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Kejatuhan benda dari atas lemari

I Berhati-hati saat mengambil peralatan dari ketinggian, gunakan alat bantu

Sumber: (Hasil survey)

n. Laboratorium kontroller dan mikroprosessor

Dialam laboratorium ini berisi peralatan listrik yang

digunakan sebagai sarana praktek. Pada saat pelaksanaan

proses identifikasi bahaya, kondisi laboratorium sedang

kosong karena tidak ada aktifitas praktek. Terdapat seorang

teknisi sedang memperbaiki salah satu computer. Hasil

identifikasi bahaya aadlah sebagai berikut:

Tabel 4.16. Identifikasi bahaya di laboratorium kontroller dan

mikroprosessor

Page 75: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

62

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Kejatuhan benda dari ketinggian

I Pakai alat bantu untuk meraih benda di ketinggian

2 Ergonomi

Cedera punggung

II Pengangkutan material lebih dari satu orang

3 Elektrik Tersengat arus

III Memakai APD

Sumber: (Hasil survey)

4.9.2 Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan

a. Bengkel konstruksi

Di bengkel ini terdapat 10 orang karyawan, dan sebagian

besar berlatar belakang pendidikan STM dan D3. Proses

identifikasi dengan cara wawancara langsung dengan

karyawan dan kepala bengkel konstruksi. Hasil identifikasi

kebutuhan pelatihan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.17. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

1 SMP 22 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Kebersihan

Fauzi (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

Lanjutan tabel 4.17

Page 76: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

63

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

2 S1 2 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Moulding

Rachmat (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

3 D3 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Rolling Rudy (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

4 D3 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Potong plat

Nanang (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

5 STM 18 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Bending Muharor (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

6 STM 18 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Potong plat

Maftul (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

7 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Moulding

Mr Wong (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

Lanjutan tabel 4.17

Page 77: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

64

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan

Sasaran atau obyek

pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

8 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Rolling Husnul (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

9 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Bending Budi (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

10

STM 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Rolling Kris (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

Sumber: (Hasil survey)

b. Bengkel sheet metal

Di bengkel ini terdapat 3 orang karyawan, dan dua

diantaranya telah bekerja selama 14 tahun. Proses identifikasi

kebutuhan pelatihan dilakukan dengan wawancara langsung

dengan karyawan yang bersangkutan. Hasil dari identifikasi

kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.18. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal

Page 78: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

65

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan

Sasaran atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 D3 6 bln Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

Plat dan pipa

Karyawan SPPK, K3 umum

2 D3 14 thn Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

Plat dan pipa

Karyawan SPPK, K3 umum

3 STM 14 thn Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

Plat dan pipa

Karyawan SPPK, K3 umum

Sumber: (hasil survey)

c. Bengkel permesinan

Didalam bengkel ini terdapat 2 (dua) orang karyawan dengan

masa kerja yang sudah lama, serta seorang karyawan yang

baru bekerja. Berdasarkan wawancara langsung dengan

karyawan, maka didapatkan hasil identifikasi kebutuhan

pelatihan sebagai berikut:

Tabel 4.19. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan

Page 79: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

66

Sumber: (Hasil survey)

d. Bengkel non metal

Bengkel ini ditangani oleh 4 orang karyawan yang semuanya

berlatar belakang pendidikan STM. Meskipun tempat kerja ini

memiliki potensi bahaya yang cukup besar, namun karyawan

tidak mendapatkan pelatihan tentang K3 sehingga berpotensi

mengalami kecelakaan. Kondisi tempat kerja yang dipenuhi

bahan mudah terbakar juga memperbesar potensi bahaya yang

ada. Hasil wawancara dengan karyawan adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.20. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

1 D3 6 bln Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

CNC Karyawan SPPK, K3 umum

2 STM 21 thn Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

CNC Karyawan SPPK, K3 umum

3 STM 21 thn Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

CNC Karyawan SPPK, K3 umum

Page 80: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

67

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan

Sasaran atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 STM 19 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda

Fiberglass dan mesin kayu

Didik iswantoro (karyawan)

SPPK, K3 umum

2 STM 18 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda

Fiberglass dan mesin kayu

M. Fauzan (karyawan)

SPPK, K3 umum

3 STM 17 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda

Fiberglass dan mesin kayu

M. Samsul (karyawan)

SPPK, K3 umum

4 STM 22 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda

Fiberglass dan mesin kayu

Hardi suprayitno (karyawan)

SPPK, K3 umum

Sumber: (Hasil survey)

e. Laboratorium steam power plant

Laboratorium ini diawasi oleh 2 orang karyawan, yang juga

bekerja di laboratorium reparasi mesin dan laboratorium

automatic diesel marine. Jumlah karyawan yang kurang

memadai membuat mereka harus bekerja lebih berat karena

beban kerja yang bertambah.

Page 81: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

68

Tabel 4.21. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam

power plant

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, tersengat arus, peledakan, terkena uap panas

Reparasi mesin dan boiler

Eko purwanto (karyawan)

K3 PUBT, K3 umum

2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, tersengat arus, peledakan, terkena uap panas

Reparasi mesin dan boiler

Andik wibowo (karyawan)

K3 PUBT, K3 umum

Sumber: (Hasil survey)

f. Laboratorium automatic diesel marine

Laboratorium ini ditangani oleh karyawan di steam power

plant dan laboratorium reparasi mesin. Jumlah karyawan yang

kurang memadai harus memaksa mereka mendapatkan beban

kerja yang lebih berat, dan tidak didukung oleh kemampuan

yang memadai, hal ini dapat memperbesar resiko kecelakaan.

Tabel 4.22. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic

diesel marine

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin

Reparasi mesin

Eko purwanto (karyawan)

K3 umum

Page 82: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

69

Lanjutan tabel 4.22

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin

Reparasi mesin

Andik wibowo (karyawan)

K3 umum

Sumber: (Hasil survey)

g. Laboratorium reparasi listrik

Laboratorium ini ditangani oleh satu orang karyawan dengan

latar belakang pendidikan SLTA. Tempat kerja ini dipenuhi

oleh instrument listrik bertegangan tinggi, sehingga diperlukan

pelatihan yang mendukung agar tidak terjadi kecelakaan yang

diakibatkan oleh listrik.

Tabel 4.23. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi

listrik

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan

Sasaran atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 SLTA 20 thn Tersengat arus

Perbaikan dan perawatan serta asisten pengajar

Paidi (karyawan)

K3 listrik, K3 umum

Sumber: (Hasil survey)

Page 83: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

70

h. Laboratorium SPPK

Laboratorium ini ditangani oleh satu orang karyawan yang

juga menangani dua laboraotirum yang lain. Jumlah karyawan

yang masih kurang mengakibatkan karyawan tersebut

mendapat pekerjaan yang diluar batas kemampuannya.

Tabel 4.24. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan

Sasaran atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 STM 20 thn Kaki tertimpa beban berat

Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum

Soehartono (karyawan)

K3 umum

Sumber: (Hasil survey)

i. Laboratorium uji bahan

Di laboratorium ini terdapat seorang karyawan yang bertugas

menjaga dan merawat alat praktek. Di tempat kerja ini

terdapat alat uji yang menggunakan material yang bersifat

radioaktif. Maka sangat dibutuhkan pengetahuan tentang cara

penanganan bahan radioaktif.

Tabel 4.25. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan

Sasaran atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 STM 15 thn Terjepit, radiasi, menghirup uap solvent

Pengujian bahan dan material

Agus sumitro (karyawan)

K3 radioaktif, K3 umum

Sumber: (Hasil survey)

Page 84: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

71

j. Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika

Laboratorium ini ditangani oleh seorang karyawan yang

bertugas untuk mempersiapkan peralatan praktikum serta

merawat dan memelihara peralatan. Potensi bahaya di tempat

ini tergolong ringan namum berpotensi terjadinya kebakaran.

Maka dibutuhkan pengetahuan tentang cara penanggulangan

kebakaran.

Tabel 4.26. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium

instrumentasi listrik dan fisika

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan

Sasaran atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 STM 4 thn Tersengat arus, terpeleset, tertimpa beban berat, terjepit

Instrumen listrik dasar

Tofan (karyawan)

SPPK, K3 umum

Sumber: (Hasil survey)

k. Laboratorium kimia

Laboratorium ini ditangani oleh satu orang karyawan yang

juga menangani laboratorium ergonomi dan SPPK. Idealnya

satu laboratorium ditangani oleh dua orang karyawan, namun

karena jumlah karyawan yang kurang dari cukup, memaksa

satu orang karyawan harus mendapatkan beban yang berat

karena harus menangani beberapa laboratorium sekaligus.

Page 85: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

72

Tabel 4.27. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan

Sasaran atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 STM 20 thn Terkena bahan kimia, terpeleset

Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum

Soehartono (karyawan)

K3 kimia, K3 umum

Sumber: (Hasil survey)

l. Laboratorium ergonomi

Laboratorium ini juga ditangani satu orang karyawan yang

sama menangani laboratorium kimia dan SPPK. Potensi

bahaya di tempat ini tidak besar, namun karyawan dapat

mengalami kecelakaan saat melakukan pemindahan barang

dengan tidak baik dan benar.

Tabel 4.28. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada Bidang kerja

1 STM 20 thn Tertimpa beban dari atas lemari

Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum

Soehartono (karyawan)

K3 umum

Sumber: (Hasil survey)

m. Laboratorium reparasi mesin

Laboratorium ini ditangani oleh dua orang yang juga

menangani laboratorium automatic diesel marine dan

laboratorium steam power plant. Tempat ini memiliki potensi

Page 86: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

73

bahaya yang cukup besar, namun karyawan tidak

mendapatkan pengetahuan tentang K3 sehingga dapat

menimbulkan kecelakaan.

Tabel 4.29. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi

mesin

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin

Reparasi mesin

Eko purwanto (karyawan)

K3 umum

2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin

Reparasi mesin

Andik wibowo (karyawan)

K3 umum

Sumber: (Hasil survey)

4.10 Analisa Penerapan Prosedur

Dari hasil penerapan prosedur, maka dapat dilakukan analisa untuk

menentukan jenis pelatihan yang tepat bagi setiap bengkel dan laboratorium

yang diidentifikasi.

4.10.1 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel

konstruksi

Berdasarkan hasil identifikasi, diketahui bahwa karyawan yang

berada di kawasan bengkel konstruksi memiliki keahlian di bidang

moulding, rolling, bending, dan potong plat. Sementara identifikasi

bahaya menunjukkan potensi bahaya yang cukup besar yaitu

terpotong, serta gangguan pendengaran. Dengan ini peneliti

Page 87: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

74

menyarankan dilaksanakan pelatihan tentang K3 untuk memberikan

pemahaman bagi karyawan akan bahaya K3 dan bagaimana cara

bekerja yang aman di tempat kerja tersebut. Peneliti juga

menyarankan diberikannya pelatihan tentang tata cara

penanggulangan kebakaran, karena di tempat tersebut ditemui juga

mesin las dan bahan mudah terbakar.

4.10.2 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel

sheet metal

Berdasarkan hasil identifikasi, maka peneliti menyarankan

dilaksanakannya pelatihan tentang tata cara penanggulangan

kebakaran, pelatihan K3 umum untuk memberikan pemahaman bagi

karyawan tentang tata cara kerja yang baik dan aman.

4.10.3 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel

permesinan

Untuk tempat kerja ini, peneliti mengusulkan dilaksanakannya

pelatihan tentang K3, serta tata cara penanggulangan kebakaran

karena di tempat tersebut ditemukan mesin las.

4.10.4 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non

metal

Bengkel non metal aalah bengkel yang memiliki potensi

bahaya kebakaran terbesar, karena tempat kerja ini dipenuhi oleh

bahan yang mudah terbakar, termasuk thinner, cat, kayu, dan

fiberglass. Maka dengan ini peneliti mengusulkan dilaksanakannya

pelatihan tentang tata cara penanggulangan kebakaran dan pelatihan

tentang tanggap darurat jika terjadi kebakaran besar di tempat kerja.

Juga penting diberikan pelatihan tentang K3 untuk memberikan

pemahaman K3 bagi karyawan tentang bahaya jika menghirup thinner

dan uap cat, serta untuk menerangkan tentang tata cara bekerja yang

baik dan aman.

Page 88: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

75

4.10.5 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium

steam power plant

Potensi bahaya terbesar di tempat ini adalah peledakan boiler

dan terkena uap panas. Karyawan di tempat kerja tidak memiliki

keahlian penanggulangan bahaya peledakan. Maka dengan ini peneliti

mengusulkan dilaksanakannya pelatihan tentang keselamatan kerja

pesawat uap dan bejana tekan.

4.10.6 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium

automatic diesel marine

Di tempat kerja ini potensi bahaya terbesar adalah kebisingan

yang berasal dari mesin diesel. Peneliti mengusulkan dilaksanakannya

pelatihan tentang K3 umum dan tata cara pelaksanaan pekerjaan yang

aman, serta cara penggunaan APD yang benar untuk mengantisipasi

potensi bahaya di tempat kerja.

4.10.7 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium

reparasi listrik

Di tempat kerja ini tidak ditemukan potensi bahaya yang besar,

namun tetap perlu dilaksanakan pelatihan, dan peneliti menyarankan

pelatihan tentang K3 listrik dan K3 umum untuk memberikan

pemahaman tentang cara pelaksanaan pekerjaan yang aman.

4.10.8 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium

SPPK

Tempat kerja ini tergolong aman, dan tidak ditemukan potensi

bahaya yang besar. Namun peneliti tetap mengusulkan diberikan

pelatihan tentang K3 umum untuk memberikan penjelasan tentang tata

cara pelaksanaan pekerjaan yang aman.

Page 89: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

76

4.10.9 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium

uji bahan

Di tempat kerja ini ditemukan bahan radioaktif yang berpotensi

melepaskan radiasi. Dengan ini peneliti menyarankan dilakukan

pelatihan tentang K3 umum, dan tata cara penanggulangan bahan

radioaktif.

4.10.10 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium

instrumentasi listrik dan fisika

Laboratorium ini termasuk tempat kerja yang memiliki

potensi bahaya kecil, dan peneliti mengusulkan dilaksanakan

pelatihan tentang K3 umum untuk memberikan pemahaman bagi

karyawan tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan yang baik dan

aman.

4.10.11 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium

kimia

Tempat kerja ini memiliki potensi bahaya yang besar,

karena berisi bahan kimia yang berbahaya dan beracun bagi

manusia. Dengan ini peneliti menyarankan dilaksanakannya

pelatihan K3 kimia, serta tata cara penanggulangan kebakaran jika

terjadi kebakaran akibat bahan kimia di tempat kerja.

4.10.12 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium

ergonomi

Laboratorium ergonomi ini termasuk tempat kerja yang

memiliki potensi bahaya yang rendah, dan peneliti mengusulkan

dilaksanakan pelatihan K3 umum. Mengingat tempat kerja ini

berada dekat dengan laboratorium kimia, ada kemungkinan

terjadinya kebakaran bahan kimia, maka perlu diberikan pelatihan

tentang tata cara penanggulangan kebakaran akibat bahan kimia.

Page 90: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

77

4.10.13 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium

reparasi mesin

Tempat kerja ini termasuk memiliki potensi bahaya yang

besar, karena terdapat bahan mudah terbakar dan mesin yang

memiliki bagian bergerak namun tidak diberi pelindung. Peneliti

mengusulkan dilaksanakan pelatihan tentang K3 umum dan tata

cara penanggulangan kebakaran.

4.11 Kesimpulan Penerapan Prosedur

Dari hasil penerapan prosedur identifikasi bahaya maka disimpulkan

bahwa PPNS-ITS termasuk memiliki potensi bahaya yang besar. Hasil

identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel dan laboratorium menunjukkan

bahwa sebagian besar karyawan belum memiliki pengetahuan tentang

keselamatan kerja secara umum, serta ada beberapa karyawan yang

menangani lebih dari satu bengkel atau laboratorium. Hal ini dapat

mengakibatkan pelayanan yang kurang maksimal dari setiap laboratorium

atau bengkel.

Page 91: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data, maka didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Manual dan prosedur serta dokumen yang berkaitan dengan prosedur telah

disusun dan siap untuk diterapkan.

2. Hasil perhitungan jam kerja didapatkan jumlah jam kerja praktek di PPNS-

ITS adalah ±1490 jam kerja, dan ini digunakan sebagai pedoman indikator

kinerja keberhasilan program SMK3 di PPNS-ITS.

3. Hasil analisa peneliti berdasarkan penerapan prosedur identifikasi

kebutuhan pelatihan, peneliti memberikan usulan pelaksanaan pelatihan.

Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja akibat

ketidaktahuan karyawan akan potensi bahaya dan resiko yang ada di

tempat kerja.

5.2. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan kepada pihak manajemen PPNS-

ITS adalah:

1. Proses perhitungan jam kerja sebaiknya dilaksanakan setiap hari diseluruh

sektor kegiatan mulai bengkel hingga laboratorium agar didapatkan

jumlah jam kerja efektif.

2. TIM SMK3 yang dibentuk sebaiknya bekerja secara optimal agar seluruh

kegiatan dapat dipantau untuk memastikan bahwa program SMK3

dijalankan dengan baik.

3. Untuk penelitian selanjutnya, maka dapat diambil tentang cara pendataan

penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan kondisi di PPNS-ITS.

Page 92: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

79

DAFTAR PUSTAKA

Guidelines for Hazard Evaluation Procedures (Second edition with worked

examples) Permenaker No. Per-04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja serta tata cara penunjukan ahli keselamatan kerja Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Rausand, M. 2005. Preliminary Hazard Analysis. Departement of Production and

Quality Engineering Norwegian University of Science and Technology.

Suardi, R. 2006. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Panduan

penerapan berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996). Jakarta. Penerbit PPM

Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Undang-undang No. 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Page 93: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

LAMPIRAN I DENAH PPNS-ITS

Page 94: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS
Page 95: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

LAMPIRAN II KUMPULAN PROSEDUR

Page 96: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

A. Prosedur identifikasi bahaya 1.Tujuan

Prosedur ini menjelaskan tata cara umum identifikasi bahaya pada PPNS-ITS. 2.Ruang Lingkup

Ruang lingkup identifikasi bahaya pada PPNS-ITS harus dapat mengendalikan seluruh potensi bahaya yang ada di perusahaan. Identifikasi bahaya meliputi :

a) Identifikasi dan evaluasi potensi bahaya di PPNS-ITS. b) Membuat,menyusun,memeriksa daftar identifikasi bahaya potensial dan

evaluasi resiko serta daftar resiko penting K3.

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.1

4.Definisi

1. Identifikasi : Langkah yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis masalah yang ada.

2. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan.

3. Kecelakaan : Suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :

a) Identifikasi dan evaluasi potensi bahaya di PPNS-ITS. b) Membuat, menyusun, memeriksa daftar identifikasi bahaya potensial

K3. 5.2. Manajemen Representatif (MR) bertanggungjawab untuk :

a) Mengesahkan daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi potensi bahaya.

6.Prosedur

6.1.Identifikasi potensi bahaya di PPNS-ITS 6.1.1.TIM SMK3 melakukan proses identifikasi potensi bahaya. 6.1.2.Hasil tinjauan didokumentasikan dalam Dokumen Identifikasi Bahaya.

6.2.Evaluasi Hasil Identifikasi Bahaya 6.2.1.TIM SMK3 membuat, menyusun, memeriksa daftar identifikasi

bahaya potensial dan evaluasi. 6.2.2.Hasil evaluasi didokumentasikan dan disimpan.

Page 97: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

6.3.Bentuk kegiatan Identifikasi Bahaya ini berupa kegiatan survey di lapangan yang membahas tentang hal-hal yang ada pada klausul 6.1 dan 6.2. 6.3.1.Identifikasi Bahaya oleh TIM SMK3 PPNS-ITS. 6.3.2.Mengesahkan daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi potensi

bahaya oleh Manajemen Representatif.

6.4.Tinjauan bahaya potensial akan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh TIM SMK3 atau bila terjadi perubahan proses,dan atau perubahan perundangan yang berarti, atau muncul perkembangan unit usaha yang baru.

6.5.Bagan alir menjelaskan metode yang digunakan pada Prosedur Identifikasi

Bahaya.

7.Dokumen

No

Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1

Dokumen Identifikasi Potensi Bahaya

Catatan tentang Identifikasi Bahaya di PPNS-ITS

F 001

Lemari Dokumen Tim SMK3 no.001

10 tahun Tim

SMK3

8.Lampiran

Lampiran I : Form Dokumen Identifikasi Bahaya

Page 98: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Dokumen identifikasi potensi bahaya

Kegiatan Dokumentasi

START

FINISH

Bertanggungjawab menyusun, memeriksa daftar identifikasi potensi

bahaya potensial

TIM SMK3

Melakukan identifikasi dan evaluasi potensi bahaya pada tempat kerja di

PPNS-ITS

TIM SMK3

Mengesahkan daftar identifikasi potensi bahaya

MANAGEMENT REPRESENTATIVE

Page 99: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I : Form Dokumen Identifikasi Bahaya Area : Tim Identifikasi : Tanggal : No. Potensi

Bahaya Efek Utama Kategori

Bahaya Cara

Menanggulangi Bahaya

Keterangan

Katefori Bahaya : I : Negligible II : Marginal III : Critical IV : Catasthropic

Page 100: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

B. Prosedur penilaian resiko

1.Tujuan

Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara umum penilaian resiko pada

PPNS-ITS.

2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk penilaian resiko di laboratorium dan bengkel PPNS-

ITS serta tempat kerja yang memiliki resiko tinggi.

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.1

4.Definisi

4. Penilaian Resiko: Proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan.

5. Resiko: Peluang/ sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, sakit atau yang lainnya dimana hal tersebut disebabkan bahaya.

5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :

a. Memastikan seluruh resiko di PPNS-ITS telah diidentifikasi dan

dinilai

b. Melakukan penilaian resiko di bengkel dan laboratorium dan

bengkel serta tempat kerja lain yang memiliki resiko kecelakaan

tinggi

5.2. Manajemen Representatif bertanggungjawab untuk :

a. Mengetahui dan menyetujui hasil penilaian resiko

b. Memastikan penilaian resiko telah dilakukan dengan benar oleh

petugas yang ahli

5.3. Kepala tiap divisi bertanggungjawab untuk :

a. Mencatat dan melaporkan setiap kegiatan yang ada dibawah

pengawasannya

Page 101: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

b. Bersama TIM SMK3 (bersifat mengetahui) melakukan penilaian

resiko berdasarkan jenis pekerjaan/kegiatan yang ada di tempat

kerja

6.Prosedur

a. Kepala divisi melaporkan setiap kegiatan di tempat kerja yang dipimpinnya

b. TIM SMK3 bersama dengan kepala divisi melakukan penilaian resiko c. Manajemen Representatif menyetujui dan menandatangani laopran

hasil penilaian resiko d. TIM SMK3 menyimpan laporan hasl penilaian yang akan dibutuhkan

untuk pengendalian resiko 7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1 Laporan penilaian resiko

Catatan hasil penilaian resiko yang dilakukan oleh TIM SMK3

F002

Lemari dokumen TIM SMK3

10 tahun TIM

SMK3

8.Lampiran

Lampiran I: Form penilaian resiko

Page 102: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form penilaian resiko

Kegiatan Dokumen

START

FINISH

Mencatat dan melaporkan setiap

kegiatan di tempat kerja yang dipimpinnya

Kepala divisi

Melakukan penilaian resiko

TIM SMK3

Menyetujui laporan hasil penilaian resiko

Manajemen representatif

Menyimpan dokumen laporan hasil penilaian resiko untuk rencana pengendalian resiko

TIM SMK3

Page 103: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I: Form penilaian resiko Tanggal: Dibuat oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh: NO Jenis

pekerjaan Resiko Kategori PIC Keterangan

L M H

Keterangan:

H: High (tinggi) M: Medium (sedang) L: Low (rendah)

Sumber (Rausand, M. 2005)

Page 104: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

C. Prosedur pengendalian resiko

1.Tujuan

Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan cara pelaksanaan pengendalian resiko

di PPNS-ITS.

2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk proses pekerjaan di bengkel dan laboratorium PPNS-

ITS, serta tempat kerja lain yang dianggap berbahaya.

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.1

4.Definisi

6. Resiko: Peluang/ sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, sakit atau yang lainnya dimana hal tersebut disebabkan bahaya.

7. Pengendalian resiko: Sebuah upaya mengendalikan resiko agar tidak memberikan dampak yang buruk dan mengarah terjadinya kecelakaan

5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :

a. Melaksanakan pengendalian resiko

b. Melaporkan hasil pengendalian resiko kepada manajemen

representatif

c. Menyimpan dokumen pengendalian resiko sebagai bahan

pertimbangan pengendalian resiko yang lain

5.2. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk :

a. Menyetujui dan mengesahkan dokumen pengendalian resiko

6.Prosedur

a) TIM SMK3 melaksanakan pengendalian resiko di bengkel dan laboratorium

b) Hasil pengendalian dilaporkan ke manajemen representatif c) Manajemen representatif menyetujui dan mengesahkan laporan

pengendalian resiko d) TIM SMK3 menyimpan laporan pengendalian resiko untuk digunakan

sebagai bahan pertimbangan pengendalian resiko yang lain

Page 105: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1 Dokumen pengendalian resiko

Catatan pengendalian resiko di bengkel dan laboratorium

F003

Lemari dokumen TIM SMK3

10 tahun TIM

SMK3

8.Lampiran

Lampiran I: Form pengendalian resiko

Page 106: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form pengendalian

resiko

Kegiatan Dokumen

Page 107: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I: Form pengendalian resiko Area/tempat: Tanggal: Tim identifikasi resiko: NO Jenis resiko Bentuk

pengendalian Keterangan

Page 108: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

D. Prosedur identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya

1.Tujuan

Prosedur ini menjelaskan tata cara umum untuk mengidentifikasi peraturan perundangan & peraturan lainnya di PPNS-ITS.

2.Ruang Lingkup

Perundangan & peraturan lainnya yang dimaksud di prosedur ini adalah perundangan & peraturan yang berhubungan dengan SMK3 saja. Prosedur ini dilaksanakan setiap 1 tahun sekali atau setiap adanya perubahan perundangan & peraturan lain yang digunakan untuk penerapan SMK3.

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.2

4.Definisi

1. Peraturan: Sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok orang/lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan bersama.

2. Peraturan perundangan: peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.

5.Tanggung Jawab

5.1.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a. Mengidentifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya yang

berhubungan dengan SMK3 di PPNS-ITS b. Meninjau ulang dan menanggapi jika ada perubahan peraturan perundang-

undangan

5.2. Manajemen Representatif (MR) bertanggungjawab untuk: a. Memastikan komitmen dan kebijakan terpenuhi.

5.3. Direktur bertanggungjawab untuk:

a. Menetapkan persyaratan K3 lain yang secara umum diterjemahkan sebagai standard.

6.Prosedur

6.1.Mendaftar perundangan & peraturan lainnya yang digunakan perusahaan dalam penerapan SMK3. TIM SMK3 dan Divisi K3 mendaftar perundangan & peraturan lainnya yang digunakan dalam perusahaan baik yang berasal dari perundangan & peraturan lokal maupun internasional yang digunakan perusahaan untuk menerapkan SMK3.

Page 109: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

6.2. Memastikan kebijakan dan komitmen terpenuhi.

Setelah mendaftar perundangan & peraturan lain yang digunakan dalam penerapan SMK3, maka MR memastikan apakah kebijakan dan komitmen K3 telah dipenuhi atau belum.

6.3.Menetapkan persyaratan K3 lainnya yang kemudian diterjemahkan sebagai standard Setelah kebijakan dan komitmen dipenuhi maka direktur menetapkan persyaratan K3 lain yang akan diterjemahkan sebagai standard.

6.4.Tinjauan ulang dalam menanggapi adanya perubahan peraturan perundangan. TIM SMK3 bertugas untuk melakukan peninjauan ulang terhadap prosedur dan menanggapi jika terjadi perubahan.

7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1.

Identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya

Catatan tentang peraturan perundangan dan peraturan lain yang berhubungan dengan SMK3 di PPNS-ITS

F 004

Lemari dokumen Divisi K3 no.009

10 tahun TIM

SMK3

8.Lampiran

Lampiran I : Form identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya.

Page 110: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya

Kegiatan Dokumen

Page 111: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I : Form identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya No Peraturan K3 Peraturan lain Kesesuaian dengan

SMK3 Keterangan

Diketahui, (Manajemen Representatif)

Page 112: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

E. Prosedur penetapan tujuan dan sasaran manajemen K3

1.Tujuan

Prosedur ini menjelaskan tata cara umum dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3 di setiap fungsi dan level yang relevan pada PPNS-ITS.

2.Ruang Lingkup

Ruang lingkup penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 ini meliputi : a. Penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 b. Penyetujuan tujuan dan sasaran Manajemen K3 c. Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 d. Pemeliharaan tujuan dan sasaran Manajemen K3 e. Peninjauan tujuan dan sasaran Manajemen K3 f. Penyesuaian tujuan dan sasaran Manajemen K3

3.Referensi

PER-05/MEN/1996 klausul 2.3 4.Definisi

8. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan.

9. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Kondisi dan unsur-unsur yang mempengaruhi kesehatan karyawan, pekerja sementara, personil kontraktor, pengunjung dan orang lain di tempat kerja.

10. Resiko : Peluang/ sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, sakit atau yang lainnya dimana hal tersebut disebabkan bahaya.

11. Sistem Manajemen K3 (SMK3) : Bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang memfasilitasi pengaturan resiko K3 yang berhubungan dengan bisnis organisasi. Termasuk struktur organisasi, kegiatan-kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk mengembangkan, menerapkan, pencapaian, peninjauan dan pemeliharaan kebijakan K3 PPNS-ITS..

12. Tujuan : Tujuan yang berkenaan dengan kinerja K3, dimana ditetapkan sendiri oleh PPNS-ITS untuk dicapai.

5.Tanggung Jawab 5.1.Direktur bertanggungjawab untuk :

c) Menetapkan dan menyetujui tujuan dan sasaran Manajemen K3.

5.2.Kepala Divisi bertanggungjawab untuk : a. Bersama karyawan bertanggung jawab dalam menerapkan dan memelihara

tujuan dan sasaran Manajemen K3.

Page 113: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

5.3.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :

a. Melakukan identifikasi potensi bahaya b. Mengajukan rencana tujuan dan sasaran manajemen K3 c. Peninjauan tujuan dan sasaran manajemen K3. d. Merevisi tujuan dan sasaran manajemen K3

6.Prosedur

6.1.Penetapan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3 6.1.1.Penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 harus menggunakan

indikator kinerja yang dapat di ukur sebagai dasar penilaian kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian sistem.

6.1.2.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 harus dibuat dengan memperhatikan hasil identifikasi bahaya dan evaluasi resiko, peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan faktor biaya, teknologi dan sumber daya manusia.

6.1.3.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 akan didokumentasikan pada form penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3.

6.2.Persetujuan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3

6.2.1.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 yang telah ditetapkan harus mendapatkan persetujuan dari Direktur PPNS-ITS.

6.2.2.Tujuan dan sasaran yang telah disetujui Direktur selanjutnya akan menjadi tujuan dan sasaran PPNS-ITS yang akan dilaksanakan.

6.3.Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3

6.3.1.Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 akan dilaksanakan oleh kepala divisi bersama dengan semua karyawan PPNS-ITS.

6.3.2.Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 disesuaikan dengan tahapan dan jangka waktu pencapaian tujuan

6.4.Pemeliharaan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3

Kepala divisi bersama dengan seluruh karyawan akan memelihara tujuan dan sasaran Manajemen K3 yang telah ada.

6.5.Peninjauan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3

6.5.1.Peninjauan ulang tujuan dan sasaran Manajemen K3 dilakukan tiap 6 bulan sekali oleh TIM SMK3. Peninjauan ulang tujuan dan sasaran Manajemen K3 dilakukan untuk memastikan tujuan dapat tercapai.

6.5.2.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 yang telah ditinjau akan didokumentasikan pada form peninjauan tujuan dan sasaran manajemen K3.

Page 114: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1.

Prosedur Penetapan Tujuan & Sasaran

Tentang tata cara penentuan tujuan & sasaran

F 005

Lemari Dokumen Divisi K3 no.003

10 tahun Direktur

8.Lampiran

Lampiran I : Form Penetapan dan persetujuan Tujuan Dan Sasaran Lampiran II : Form Peninjauan Tiap 6 Bulan Sekali

Page 115: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form penetapan dan persetujuan tujuan

dan sasaran

Form identifikasi bahaya

Kegiatan Dokumen

START

Melakukan identifikasi bahaya pada setiap bagian

di PPNS-ITS

TIM SMK3

Menetapkan kondisi bahaya yang paling tinggi dan menyusun rencana tujuan dan sasaran manajemen K3

TIM SMK3

Mengajukan rencana tujuan dan sasaran manajemen K3 pada pihak manajemen PPNS-ITS

TIM SMK3

Menetapkan dan menyetujui tujuan dan

sasaran manajemen K3

Direktur

A B

Page 116: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form peninjauan tiap 6 bulan sekali

Kegiatan Dokumen

FINISH

Sesuai?

Melaksanakan tujuan dan sasaran manajemen K3

Kepala divisi dan seluruh karyawan

Memelihara tujuan dan sasaran manajemen K3

Kepala divisi dan seluruh karyawan

Meninjau tujuan dan sasaran manajemen K3

setiap 6 bulan sekali

TIM SMK3

Merevisi tujuan dan sasaran manajemen K3

TIM SMK3

A

B

YA

TIDAK

Page 117: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I : Form Penetapan dan persetujuan Tujuan Dan Sasaran No. Dokumen :

Disetujui oleh :

Ditetapkan oleh :

Tanggal :

Masa berlaku :

No. Tujuan K3 Sasaran K3 PIC

Page 118: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran II : Form Peninjauan Tiap 6 Bulan Sekali No. Dokumen :

Disetujui oleh :

Ditetapkan oleh :

Diisi oleh :

Tanggal :

Masa berlaku :

No. Tujuan K3 Hasil

Tinjauan Sasaran

K3 Hasil

Tinjauan PIC

Page 119: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

F. Prosedur penetapan job description

1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk memelihara dan mengidentifikasi seluruh kegiatan operasi dan aktifitas yang terkait terhadap bahaya potensial yang memiliki resiko dan sebagai syarat dalam pengendalian resiko operasi.

2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh kegiatan operasional di PPNS-ITS, yakni pada pengendalian operasinya.

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.1.1

4.Definisi

13. APD : alat pelindung diri yang digunakan tenaga kerja agar tidak terpapar bahaya.

14. Barang : Segala sesuatu yang berwujud dibutuhkan oleh PPNS-ITS untuk seluruh kegiatan operasional.

15. Inspeksi : Satu cara pemeriksaan tempat kerja secara langsung pada setiap tindakan tidak aman dari fasilitas fisik sehingga sumber-sumber bahaya dapat diketahui sebelumnya.

16. Jasa : Segala sesuatu yang tidak berwujud tapi dalam bentuk pelayanan yang dibutuhkan oleh PPNS-ITS demi kelancaran kegiatan operasional.

17. Operasi : seluruh aktifitas PPNS-ITS. 18. Uji emisi adalah pengujian terhadap gas pembuangan pada kendaraan untuk

mengetahui kandungan gas yang dihasilkan. 5.Tanggung Jawab

5.1.Manajemen Representatif (MR) bertanggungjawab untuk : a. Memastikan tindakan disiplin agar program terpenuhi.

5.2.Kepala Divisi bertanggungjawab :

d) Memastikan semua operasi tiap divisinya telah diidentifikasi.

5.3.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a. Memastikan pelaksanaan sistem pengendalian operasi dengan baik.

5.4.Divisi K3 bertanggungjawab untuk :

a. Memastikan pelaksanaan sistem pengendalian operasi dengan baik b. Memonitor pelaksanaan pemeliharaan sebagai bagian dari inspeksi c. Mencatat dan mengidentifikasi bahaya potensial

5.5.Seluruh karyawan bertanggungjawab untuk :

a. Melaksanakan sistem pengendalian operasi yang telah ditentukan b. Memelihara APD serta peralatan untuk menunjang operasi tiap-tiap

departemen/divisi

Page 120: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

6.Prosedur 6.1.Identifikasi

6.1.1.Divisi K3 harus mengidentifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko, pemantauan dan pengukuran setiap daerah operasi yang memiliki resiko

6.1.2.TIM SMK3 harus menetapkan dan memelihara sistem pengendalian operasi

6.2.Pelaksanaan Pengendalian Operasi

6.2.1.Pemberlakuan izin kerja a. Setiap unit kerja yang teridentifikasi bahaya potensial harus ada izin

masuk tempat tersebut b. Tempat yang terdapat potensial bahaya harus di buat pengendalian

dengan memberi tanda larangan dan pegar 6.2.2.Penyediaan APD

Setiap unit kerja harus menyediakan APD yang cukup untuk tenaga kerja sesuai dengan resiko dan tingkat bahaya

6.2.3 Pemberian Peringatan K3 Setiap unit kerja harus memberikan peringatan K3 untuk daerah yang telah teridentifikasi bahaya potensial

6.3.Pengelolaan 6.3.1.Pemeliharaan

a. Setiap departemen harus memastikan bahwa semua peralatan, material dan peralatan pelindung digunakan sesuai ketentuan

b. Kadiv tiap departemen secara periodik harus meninjau semua peralatan untuk memestikan bahwa perlatan bebas dari kerusakan dan dipelihara dengan baik

c. TIM SMK3 melakukan inspeksi dan pengujian K3 yang terkait dengan peralatan dan sistem yang terintegrasi untuk mengetahui resiko yang ditimbulkan

d. Kadiv tiap departemen memastikan pemeliharaan barang dan jasa harus terintergrasi dalam penanganan untuk mencegah resiko kecelakaan

6.3.2.Pemberian Pelayanan Setiap tenaga kerja diberikan pelayanan berupa pelayanan uji emisi kendaraan untuk mencegah pencemaran lingkungan asap yang dapat menganggu aktifitas para pekerja

6.4.Pengawasan 6.4.1.Setiap kegiatan operasi akan diawasi langsung oleh kadiv tiap

departemen untuk memastikan kegiatan operasi berlangsung dengan aman

6.4.2.Setiap kegiatan operasi akan diawasi langsung oleh MR untuk memastikan kegiatan operasi telah diidentifikasi dan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

6.4.3.Setiap kegiatan operasional dalam PPNS-ITS diawasi langsung oleh MR sebagai perwakilan dari Direktur Perusahaan.

Page 121: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1

Dokumen izin kerja di tempat

panas

Lembaran yang berisi persetujuan izin kerja

yang ditanda tangani oleh

pihak berwenang di perusahaan

F006

Lemari dokumen

Divisi K3

10 tahun Divisi K3

8.Lampiran

Lampiran I : Form izin kerja di tempat panas / hot work permit.

Page 122: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Kegiatan Dokumen

Page 123: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I : Form izin kerja di tempat panas/hot work permit Nama orang/perusahaan yang melaksanakan hot work:…………………………… Tanggal:……………………………….. Izin no:………………… Lokasi:………………………………………………………………………… (diisi dengan rinci, termasuk nama bangunan dan nomor ruangan) Deskripsi pekerjaan:…………………………………………………………... Izin ini berlaku mulai…..am/pm pada…./……. Hingga……am/pm pada…./… Peringatan khusus:…………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………....................................................................................................................................... Area kerja telah diperiksa dan seluruh tindakan pencegahan yang dianggap perlu telah diambil. Nama:…………………….. Tanda tangan:……………. Tanggal:……………. (Pekerja hot-work) Area kerja telah diperiksa oleh saya, seluruh alarm kebakaran dan panel telah diisolasi, area kerja dinyatakan aman dan siap untuk dilaksanakan hot-work. Nama:……………………. Tanda tangan:…………… Tanggal:…………… (Pejabat berwenang) Hot-work dimulai pada :........am/pm Hot-work berakhir pada :........am/pm

Page 124: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

G. Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan

1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan atau

penyelenggaraan pelatihan bagi karyawan di PPNS-ITS.

2.Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup jenis pelatihan yang diikuti oleh seluruh karyawan

PPNS-ITS pada divisi masing-masing, disesuaikan dengan latar belakang

pendidikan, pengetahuan, serta bidang keahlian yang dimiliki. Pelatihan ini

dapat dilaksanakan oleh pihak internal PPNS-ITS atau mengundang pelatih dari

eksternal/luar.

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.1.5

4.Definisi

1. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan.

2. Sistem Manajemen K3 (SMK3) : Bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang memfasilitasi pengaturan resiko K3 yang berhubungan dengan bisnis organisasi. Termasuk struktur organisasi, kegiatan-kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk mengembangkan, menerapkan, pencapaian, peninjauan dan pemeliharaan kebijakan K3 PPNS-ITS.

3. Sertifikasi Lembar pengakuan terhadap seseorang yang telah mengikuti dan lulus

suatu pelatihan tertentu

4. Pelatihan/ Training Internal Kegiatan pembekalan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan

kepedulian dan kompetensi yang diselenggarakan di PPNS-ITS oleh

orang/ badan yang kredibilitasnya diakui dibidangnya baik masih bekerja

di PPNS-ITS maupun dari luar PPNS-ITS.

5. Pelatihan/ Training Eksternal Kegiatan pembekalan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan

kepedulian dan kompetensi yang diselenggarakan oleh orang/ badan

tertentu dan dilaksanakan diluar lingkungan PPNS-ITS.

Page 125: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

5.Tanggung Jawab 5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :

a) Meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia karyawan yang ada

di PPNS-ITS

b) Menyetujui pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi

c) Mendokumentasikan seluruh kegiatan pelatihan dan sertifikasi serta

memeliharanya

d) Melaksanakan peninjauan ulang terhadap hasil evaluasi pelatihan

yang dilaksanakan di PPNS-ITS

5.2. Kepala setiap divisi bertanggungjawab untuk :

a) Menentukan jenis kebutuhan pelatihan yang dibuthkan oleh

karyawan yang ada dibawah pimpinannya.

b) Melakukan evaluasi terhadap hasil pelatihan yang dilakukan di

tempat kerja yang dipimpinnya.

5.3. Divisi pelatihan dan sertifikasi bertanggungjawab untuk :

a) Menyusun jadwal pelatihan dan sertifikasi

b) Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi sesuai dengan jadwal dan

jenis kebutuhan pelatihan yang ditetapkan

c) Melaporkan hasil pelatihan kepada pihak manajemen puncak dan

bagian lain yang berkepentingan

6.Prosedur

6.1. Penentuan kebutuhan pelatihan a) Penentuan kebutuhan pelatihan berdasarkan latar belakang

pendidikan, pengalaman, bidang kerja, jenis resiko dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja

b) Menentukan sasaran pelatihan yang akan dilaksanakan c) Sasaran pelatihan adalah karyawan yang bekerja di PPNS-ITS d) Kebutuhan pelatihan yang ditentukan dicantumkan kedalam form

identifikasi kebutuhan pelatihan

6.2. Persetujuan kebutuhan pelatihan a. Mengajukan form identifikasi kebutuhan pelatihan kepada pihak

manajemen puncak b. Pihak manajemen puncak menyetujui pelatihan untuk dapat

dilaksanakan di PPNS-ITS

Page 126: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

6.3. Pelaksanaan pelatihan

a. Divisi pelatihan dan sertifikasi melaksanakan pelatihan di PPNS-ITS

b. Jika pelatihan dilaksanakan oleh pihak luar, maka divisi pelatihan dan sertifikasi bertanggung jawab menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan oleh tenaga luar tersebut, termasuk dalam hal penyediaan tempat pelatihan

c. Pelaksanaan pelatihan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan d. Jadwal pelatihan hanya berlaku untuk satu jenis pelatihan. Jika ada

jenis pelatihan lain, maka akan disusun jadwal yang berbeda, untuk menghindari timbulnya kesalahan yang bersifat teknis dan administratif.

6.4. Laporan hasil pelatihan a. Pelatihan yang dilaksanakan harus dilaporkan kepada pihak

manajemen puncak PPNS-ITS b. Jika pelatihan dilaksanakan pihak luar, maka yang bertanggung

jawab memberikan laporan adalah divisi pelatihan dan sertifikasi c. Laporan hasil pelatihan dicatat kedalam form laporan hasil

pelatihan

6.5. Evaluasi hasil pelatihan a. Evaluasi hasil pelatihan dilakukan untuk menilai efektivitas

pelatihan yang berpengaruh pada karyawan. Evaluasi ini dapat dilaksanakan oleh kepala tiap divisi kepada seluruh karyawan yang mengikuti pelatihan dibawah pimpinannya.

b. Jika hasil evaluasi memberikan nilai yang kurang memuaskan, maka kepala divisi berwenang untuk menentukan kebutuhan pelatihan yang baru.

c. Jika hasil evaluasi memberikan nilai yang baik, maka laporan hasil pelatihan dapat disimpan

d. Nilai evaluasi hasil pelatihan dicantumkan dalam form evaluasi hasil pelatihan.

6.6. Pemeliharaan laporan hasil pelatihan Laporan hasil pelatihan disimpan dan dipelihara oleh divisi pelatihan dan sertifikasi, dan dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pelatihan lain, atau pelatihan yang sama selanjutnya.

7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1

Dokumen identifikasi kebutuhan pelatihan

Catatan pelatihan yang dibutuhkan

F007

Lemari dokumen kepala masing-masing

10 tahun

Kepala masing-masing divisi

Page 127: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

divisi

2 Dokumen jadwal pelatihan

Jadwal pelatihan yang akan dilaksanakan

F008

Lemari dokumen divisi pelatihan dan sertifikasi

10 tahun

Divisi pelatihan

dan sertifikasi

3

Dokumen laporan hasil pelatihan

Catatan hasil pelatihan

F009

Lemari dokumen divisi pelatihan dan sertifikasi

10 tahun

Divisi pelatihan

dan sertifikasi

4

Dokumen evaluasi hasil pelatihan

Catatan evaluasi oleh kepala divisi

F010

Lemari dokumen kepala masing-masing divisi

10 tahun

Kepala masing-masing divisi

8.Lampiran

Lampiran I: Form identifikasi kebutuhan pelatihan Lampiran II: Form jadwal pelatihan Lampiran III: Form laporan hasil pelatihan Lampiran IV: Form evaluasi hasil pelatihan

Page 128: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form identifikasi kebutuhan pelatihan

Form jadwal pelatihan

Form laporan hasil pelatihan

Form evaluasi hasil pelatihan

Kegiatan Dokumen

Page 129: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I: Form identifikasi kebutuhan pelatihan

Tanggal :

Dibuat oleh :

Diperiksa oleh :

Disetujui oleh :

Lokasi:

NO Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran atau

obyek

pelatihan

Jenis

pelatihan Latar

belakang

pendidikan

Pengalaman Resiko

K3 dan

potensi

bahaya

yang

ada

Bidang

kerja

Page 130: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran II: Form jadwal pelatihan

Tanggal :

Dibuat oleh :

Diperiksa oleh :

Disetujui oleh :

Jenis Pelatihan :

NO

Tanggal pelatihan

Materi pelatihan

Trainer Tempat pelatihan

Waktu pelatihan

Keterangan

Page 131: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran III: Form laporan hasil pelatihan

Tanggal :

Dibuat oleh :

Diperiksa oleh :

Disetujui oleh :

Jenis Pelatihan :

NO

Tanggal pelatihan

Materi pelatihan

Jumlah peserta

Trainer Tempat pelatihan

Biaya pelatihan

PIC

Page 132: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran IV: Form evaluasi hasil pelatihan

Tanggal :

Dibuat oleh :

Diperiksa oleh :

Disetujui oleh :

Jenis Pelatihan :

NO Uraian

penilaian PIC Efektivitas dan

kesesuaian Keterangan

Keterangan diisi bila ditemukan ketidak sesuaian, dan dijelaskan mengapa hal tersebut terjadi.

Page 133: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

H. Prosedur komunikasi

1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk mengkomunikasikan seluruh informasi K3,

termasuk kecelakaan, potensi bahaya dan resiko di PPNS-ITS

2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh sistem operasi di PPNS-ITS

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.2.1

4.Definisi

4.1. Komunikasi : Suatu kegiatan penyampaian pesan melalui lisan maupun tulisan kepada penerima

4.2. Kecelakaan : Suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

4.3. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan.

5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :

a. Mengkomunikasikan K3, potensi bahaya, resiko, dan kecelakaan

kepada seluruh karyawan di PPNS-ITS

5.2. MR bertanggungjawab untuk :

a. Memastikan seluruh informasi K3, potensi bahaya, resiko, dan

kecelakaan telah disebarkan dengan baik dan merata kepada

seluruh karyawan

b. Memerintahkan kepala tiap divisi untuk turut serta

mengkomunikasikan K3, potensi bahaya, resiko, dan kecelakaan

kepada karyawan yang ada dibawah pimpinannya

Page 134: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

5.3. Divisi K3 bertanggungjawab untuk :

c. Memastikan seluruh informasi K3, potensi bahaya, resiko, dan

kecelakaan telah disebarkan dengan baik dan merata kepada

seluruh karyawan

6.Prosedur

6.1. TIM SMK3 menetapkan informasi yang akan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan

6.2. MR memerintahkan kepala tiap divisi untuk mengkomunikasikan K3 kepada seluruh karyawan dibawah pimpinannya

6.3. Divisi K3 memastikan bahwa seluruh karyawan telah mendapat informasi yang baik dan jelas tentang K3

7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

- - - - - - -

8.Lampiran

Page 135: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Kegiatan Dokumen

Page 136: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

I. Prosedur pelaporan

1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara umum pelaporan kecelakaan

yang terjadi di PPNS-ITS

2.Ruang Lingkup Prosedur ini dapat bersifat internal dan eksternal. Pelaporan eksternal

diserahkan pada Disnaker setempat sebagai syarat klaim asuransi

(JAMSOSTEK atau perusahaan asuransi lainnya).

Klaim asuransi hanya diberikan pada korban yang memiliki identitas sebagai

karyawan/pekerja di PPNS-ITS. Klaim asuransi bagi pekerja diluar PPNS-ITS

(karyawan outsourcing) ditanggung oleh perusahaan tempat pekerja tersebut

berasal.

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.2.2

4.Definisi

1. Kecelakaan: Kejadian yang tidak diinginkan mengakibatkan kepada kematian, penyakit akibat kerja, cedera, kerusakan atau kehilangan lainnya.

2. Insiden: Suatu kondisi yang mengindikasikan akan terjadinya kecelakaan. 3. Penilaian resiko: Proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap

tingkat resiko kecelakaan. 4. Tindakan Perbaikan: Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan akar

penyebab ketidaksesuaian kecelakaan, insiden yang ditemukan agar mencegah kecelakaan tersebut tidak terulang lagi.

5. Tindakan Pencegahan: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan insiden agar tidak terjadi kecelakaan terulang lagi.

5.Tanggung Jawab 5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :

a. Mengetahui segala macam kejadian yang menimpa karyawan di PPNS-ITS.

b.Menandatangani catatan kejadian kecelakaan sebagai bukti bahwa pihak managemen puncak mengetahui tentang perihal tersebut.

c. Menyediakan fasilitas atau peralatan yang layak yang memenuhi standard K3.

d. Menyimpan laporan kecelakaan

5.2. Kepala tiap divisi bertanggungjawab untuk :

Page 137: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

a. Memberikan tindak lanjut atas laporan yang disampaikan oleh

karyawan tempat kerja yang dipimpinnya.

b. Melaporkan peristiwa kecelakaan yang terjadi di tempat kerja kepada

pihak manajemen puncak.

5.3. Divisi K3 bertanggungjawab untuk :

a. Membuat catatan kecelakaan berdasarkan laporan dari tiap divisi yang

mengalami kecelakaan

b. Melakukan investigasi kecelakaan untuk mengetahui penyebab

kecelakaan

c. Melakukan tindakan pencegahan dengan cara memberikan pengarahan

kepada karyawan (safety talk) sebelum melaksanakan pekerjaan,

melaksanakan penyuluhan dan pelatihan tentang K3

d. Menyimpan laporan hasil kecelakaan

6.Prosedur 6.1. Laporan dari korban/saksi Saksi atau korban melaporkan peristiwa kecelakaan kepada kepala divisi

tempat karyawan tersebut bekerja. Jika korban tidak dapat melapor, maka dapat diserahkan pada orang lain yang melihat kejadian tersebut.

6.2. Tindak lanjut laporan oleh kepala divisi Kepala divisi yang bertanggung jawab menerima laporan dan menindak

lanjuti laporan tersebut dengan meneruskannya kepada manajemen puncak untuk dicatat.

6.3. Pencatatan rekap kecelakaan oleh manajemen puncak Pihak manajemen puncak melakukan pencatatan rekap kecelakaan tersebut

sebagai bukti dan sebagai sarana penyusunan laporan kepada pemerintah. Pihak manajemen selanjutnya memerintahkan divisi K3 untuk melaksanakan investigasi kecelakaan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak manajemen puncak.

6.4. Investigasi kecelakaan oleh divisi K3 Divisi K3 melaksanakan investigasi kecelakaan dengan dibantu oleh saksi

dan kepala divisi, dengan memanfaatkan bukti-bukti yang ada di lapangan. 6.5. Pengajuan klaim asuransi

Page 138: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Pihak manajemen mengajukan klaim asuransi kepada JAMSOSTEK atau badan asuransi lain yang mengikat jalinan kerja sama dengan PPNS-ITS. Proses pengajuan klaim asuransi ini harus didasarkan dengan bukti yang lengkap dan tertulis.

6.6. Tindakan perbaikan dan pencegahan Divisi K3 melaksanakan tindakan perbaikand an pencegahan agar

kecelakaan yan gsama tidak terulang kembali di waktu yang selanjutnya. 7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1 Pelaporan Laporan kejadian kecelakaan

F011

Tiap divisi dan manajemen puncak

10 tahun

Tiap divisi dan

manajemen puncak

2

Rekap laporan kecelakaan selama 1 tahun

Laporan kejadian kecelakaan selama 1 tahun

F012 Kabinet MR

10 tahun

Manajemen

Representatif

8.Lampiran

Lampiran I: Form laporan kecelakaan Lampiran II: Form rekap laporan kecelakaan selama 1 tahun Lampiran III: Daftar nomor telepon masing-masing divisi

Page 139: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form laporan kecelakaan

Form rekap laporan kecelakaan selama

1 tahun

Kegiatan Dokumen

Page 140: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Mengeta

hui,

Kepala

div

isi…

……

…..

(……

……

……

……

……

……

……

……

)

Lampiran I: Form laporan kecelakaan

Pen

yeba

b ut

ama

Per

isti

wa

Ker

ugia

n

Kea

daan

ko

rban

Nam

a ko

rban

Jum

lah

korb

an

Tan

ggal

ke

jadi

an

NO

Page 141: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran II: Form rekap laporan kecelakaan selama 1 tahun

Bulan Waktu dan tanggal

kecelakaan

Jumlah korban Kerugian Penyebab utama

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Page 142: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Oktober

November

Desember

Mengetahui,

Kepala divisi…….

(……………………………)

Menyetujui,

Manajemen Representatif

(……………………………)

Page 143: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran III: Daftar nomor telepon masing-masing divisi NO Nama divisi Nomor telepon Keterangan

J. Prosedur pengendalian bahaya potensial

1.Tujuan

Prosedur ini bertujuan untuk melaksanakan tata cara pengendalian terhadap

bahaya potensial yang ada di PPNS-ITS

2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk kegiatan operasional di PPNS-ITS

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.3.3

4.Definisi

5.Tanggung Jawab

5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :

a. Menjalankan proses pengendalian

b. Memastikan seluruh kegiatan operasional telah dilakukan prosedur

pengendalian

5.2. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk :

a. Memastikan prosedur operasi pengendalian telah dilakukan dengan baik

b. Mengesahkan laporan pengendalian

c. Melaporkan hasil pengendalian kepada pihak manajemen puncak

5.3. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :

a. Mengetahui dan menyetujui prosedur pengendalian

Page 144: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

6.Prosedur 6.1 TIM SMK3 melaksanakan proses pengendalian pada kegiatan operasional

di PPNS-ITS 6.2 Manajemen representatif mengesahkan laporan pengendalian yang telah

dilaksanakan oleh TIM SMK3 6.3 Manajemen representatif melaporkan hasil pengendalian kepada

manajemen puncak 6.4 Manajemen puncak mengetahui dan menyetujui laporan pengendalian

yang disampaikan oleh manajemen representatif 6.5 TIM SMK3 menyimpan laporan hasil pengendalian sebagai bahan

pertimbangan pelaksanaan pengendalian di proses operasional yang lain 7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1 Laporan hasil pengendalian

Catatan tentang hasil pengendalian terhadap bahay potensial yang ada di PPNS-ITS

F013

Lemari dokumen TIM SMK3

10 tahun TIM

SMK3

8.Lampiran

Lampiran I: Form laporan hasil pengendalian

Page 145: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form laporan hasil pengendalian

Kegiatan Dokumen

START

FINISH

Melakukan proses pengendalian

TIM SMK3

Mengetahui dan mengesahkan laporan pengendalian,

kemudian melaporkan kepada pihak manajemen puncak

Manajemen representatif

Mengetahui dan menyetujui laporan pengendalian

Manajemen puncak

Menyimpan laporan hasil pengendalian

TIM SMK3

Page 146: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I: Form laporan hasil pengendalian Area: Tim pelaksana: Tanggal: NO Nama kegiatan Jenis bahaya

potensial Tindakan

pengendalian Keterangan PIC

Diketahui,

(Manajemen representatif)

Disetujui,

(Manajemen puncak)

Page 147: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

K. Prosedur tanggap darurat

1.Tujuan

Prosedur ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang kesiagaan tanggap

darurat kepada pekerja dan pihak luar yang berkepentingan sebagai antisipasi

terjadinya situasi darurat.

2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh pekerja, karyawan, staff PPNS-ITS serta

pihak luar yang berkepentingan.

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.3.8

4.Definisi

19. Pihak luar yang berkepentingan : Semua pihak luar yang ada kaitannya

dengan PPNS-ITS.

20. Keadaan darurat : Keadaan yang mengancam atau membahayakan sehingga

dapat menimbulkan suatu accident (kecelakaan) pada suatu area.

5.Tanggung Jawab

5.1.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :

a. Mempersiapkan sistem tanggap darurat

b. Meninjau ulang dan merevisi sistem tanggap darurat bila terjadi

perubahan pada sistem operasional perusahaan atau setelah terjadi

kondisi darurat.

5.2.Management Representative bertanggungjawab untuk :

a. Memeriksa dan menyetujui sistem tanggap darurat

b. Mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan menginstruksikan kepada

seluruh karyawan untuk menentukan langkah yang harus diambil untuk

menanggulangi kondisi darurat.

5.3.Divisi keamanan bertanggungjawab untuk :

a. Mengikuti instruksi MR

b. Mengawasi aset perusahaan

Page 148: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

c. Mencegah orang yang tidak berkepentingan memasuki kawasan

perusahaan

5.4.Seluruh karyawan bertanggungjawab untuk :

a. Menjalankan sistem tanggap darurat.

6.Prosedur

6.1.TIM SMK3 mempersiapkan sistem tanggap darurat

6.2.Management representative memeriksa dan menyetujui sistem tanggap

darurat.

6.3.Management representative mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan

menginstruksikan kepada seluruh karyawan untuk menentukan langkah

yang harus diambil dalam menangani kondisi darurat .

6.4.Seluruh karyawan melaksanakan sistem tanggap darurat.

6.5.Divisi keamanan mengikuti instruksi dari MR, mengawasi aset perusahaan

an mencegah orang yang tidak berkepentingan memasuki area perusahaan.

6.6.TIM SMK3 melaksanakan peninjauan ulang dan merevisi sistem tanggap

darurat bila terjadi perubahan pada sistem operasional perusahaan atau

setelah terjadi kondisi darurat.

7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1. Prosedur Tanggap darurat

Tentang tata cara pelaksanaan tanggap darurat

F 014

Lemari Dokumen Divisi K3 no.006

10 tahun TIM

SMK3

8.Lampiran

Page 149: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Kegiatan Dokumen

START

FINISH

Mempersiapkan sistem tanggap darurat

TIM SMK3

Memeriksa dan menyetujui sistem tanggap darurat

MR

Mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan menginstruksikan kepada seluruh karyawan untuk menentukan langkah

yang harus diambil untuk menanggulangi kondisi darurat

MR

Menjalankan sistem tanggap darurat

Seluruh karyawan

Mengikuti instruksi MR, mengawasi aset perusahaan dan mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk kedalam

lingkungan perusahaan

Divisi keamanan

Meninjau ulang dan merevisi sistem tanggap darurat jika terjadi perubahan pada sistem operasional perusahaan atau setelah terjadi kondisi darurat

TIM SMK3

Page 150: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

L. Prosedur inspeksi dan pengukuran

1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk melaksanakan inspeksi dan pengukuran di PPNS-

ITS

2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh sistem operasi di bengkel dan laboratorium

PPNS-ITS.

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.1

4.Definisi

5.Tanggung Jawab

5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :

a) Melaksanakan inspeksi dan pengukuran

b) Mencatat hasil inspeksi dan pengukuran

c) Menyimpan data dan laporan hasil inspeksi dan pengukuran

5.2. Kepala divisi bertanggungjawab untuk :

a. Mengetahui dan mengizinkan proses inspeksi dan pengukuran

b. Memerintahkan seluruh karyawan untuk ikut mempermudah proses

inspeksi dan pengukuran

c. Menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan oleh TIM SMK3

dalam melakukan inspeksi dan pengukuran

5.3. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk :

a. Mengetahui dan menyetujui laporan inspeksi dan pengukuran b. Memastikan proses inspeksi dan pengukuran berjalan dengan baik

dan benar c. Memerintahkan seluruh kepala divisi untuk ikut mendukung proses

inspeksi dan pengukuran

6.Prosedur 6.1 TIM SMK3 melaksanakan inspeksi dan pengukuran terhadap tempat kerja 6.2 Kepala divisi membantu dengan menyediakan peralatan dan data yang

dibutuhkan untuk pelaksanaan inspeksi dan pengukuran

Page 151: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

6.3 Manajemen representatif menyetujui hasil inspeksi dan pengukuran 6.4 TIM SMK3 menyimpan data hasil inspeksi dan pengukuran sebagai bahan

untuk melaksanakan proses pengendalian 7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1

Laporan inspeksi dan pengukuran

Hasil inspeksi dan pengukuran terhadap peralatan dan tempat kerja i PPNS-ITS

F015

Lemari dokumen TIM SMK3

10 tahun TIM

SMK3

8.Lampiran

Lampiran I Form inspeksi dan pengukuran

Page 152: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form inspeksi dan pengukuran

Kegiatan Dokumen

Page 153: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I Form inspeksi dan pengukuran

Tempat : Tanggal : Tim inspeksi :

NO Materi inspeksi Kesesuaian

Keterangan Ya Tidak

NO Nama mesin/peralatan Hasil pengukuran Keterangan PIC

Page 154: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

M. Prosedur pemeriksaan kesehatan

1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh

karyawan yang ada di PPNS-ITS.

2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh karyawan di PPNS-ITS, kecuali karyawan

kontrak.

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.1

4.Definisi

1. Penyakit adalah: Sesuatu yang bersifat merugikan manusia dan menimbulkan masalah kesehatan.

2. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah: Penyakit yang timbul sebagai akibat melakukan pekerjaan tertentu.

5.Tanggung Jawab

5.1. Divisi K3 bertanggungjawab untuk :

Mendata kesehatan dan menyimpan data kesehatan

Menetapkan jadwal pemeriksaan kesehatan

5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :

Menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh karyawan

Menyediakan terapi kesehatan pagi karyawan yang terindikasi mengalami

penyakit akibat kerja

5.1. Kepala tiap divisi bertanggungjawab untuk :

Mendata seluruh karyawan yang ada di tempat kerja yang dipimpinnya

5.1. Karyawan bertanggungjawab untuk :

Mengikuti pemeriksaan kesehatan

Page 155: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Memberikan keterangan dengan benar tentang kondisi kesehatan, termasuk

penyakit yang sedang diderita

6.Prosedur 6.1. Kepala tiap divisi mendata seluruh karyawan yang ada dibawah pimpinannya 6.2. Manajemen puncak mengundang tim kesehatan dari rumah sakit untuk

melakukan pemeriksaan kesehatan 6.3. Divisi K3 menetapkan jadwal pemeriksaan kesehatan 6.4. Divisi K3 mencatat dan menyimpan dokumen hasil pemeriksaan kesehatan 7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1 Laporan pemeriksaan kesehatan

Catatan tentang hasil pemeriksaan kesehatan karyawan

F016 Lemari dokumen divisi K3

10 tahun Divisi

K3

8.Lampiran

Lampiran I: Form laporan pemeriksaan kesehatan

Page 156: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Kegiatan Dokumen

Page 157: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I: Form laporan pemeriksaan kesehatan NO Nama karyawan Jenis pemeriksaan Diagnosa

penyakit Keterangan

Mengetahui,

Kepala divisi K3

(…………………….)

Page 158: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

N. Prosedur kalibrasi dan perawatan alat ukur

1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara kalibrasi dan perawatan alat

ukur

2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk alat ukur yang dipakai di PPNS-ITS

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.1

4.Definisi

1. Alat ukur adalah: Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan skala tertentu, untuk mengetahui nilai ukuran suatu benda.

2. Kalibrasi adalah: Proses penyesuaian alat ukur agar memberikan data yang akurat.

5.Tanggung Jawab 5.1. Kepala divisi/bengkel/laboratorium bertanggungjawab untuk :

a. Mengetahui dan mengesahkan laporan jumlah dan jenis alat ukur di

tempat kerja yang dipimpinnya

5.2. Divisi perawatan bertanggungjawab untuk :

a) Melakukan kalibrasi alat ukur yang dilaporkan oleh teknisi tiap

bengkel dan laboratorium

b) Mencatat hasil kalibrasi dan melaporkan kepada kepala

divisi/bengkel/laboratorium

5.3. Teknisi tiap laboratorium dan bengkel bertanggungjawab untuk :

a) Mendata dan melaporkan segala jenis alat ukur yang ada di bengkel

atau laboratorium

b) Melakukan perawatan terhadap alat ukur

Page 159: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

6.Prosedur 6.1 Teknisi tiap bengkel dan laboratorium mencatat seluruh alat ukur yang ada

di bengkel dan laboratorium, dan melaporkannya kepada kepala divisi. 6.2 Kepala divisi mengetahui dan menyetujui program kalibrasi alat ukur

tersebut. 6.3 Divisi perawatan melaksanakan proses kalibrasi alat ukur, kemudian

mencatat dan melaporkannya kepada kepala divisi 6.4 Teknisi tiap bengkel dan laboratorium merawat alat ukur yang telah

dikalibrasi 7.Dokumen

No Nama Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1 Lembar kalibrasi alat ukur

Catatan tentang hasil kalibrasi alat ukur

F017

Lemari dokumen divisi perawatan

10 tahun Divisi

perawatan

2 Lembar kartu perawatan

Berisi data riwayat perawatan alat ukur

F018

Lemari dokumen tiap bengkel dan lab

10 tahun

Teknisi tiap

bengkel dan lab

8.Lampiran

Lampiran I: Form kalibrasi alat ukur Lampiran II: Form kartu perawatan

Page 160: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form kalibrasi alat ukur

Form kartu perawatan alat

ukur

Kegiatan Dokumen

Page 161: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I: Form kalibrasi alat ukur NO Nama alat ukur Kegunaan Jenis kalibrasi Keterangan Keterangan diisi apabila alat ukur dalam keadaan rusak atau tidak pernah dipakai.

Page 162: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran II: Form kartu perawatan alat ukur NO Nama alat ukur Jenis perawatan

yang dilakukan Tanggal perawatan

terakhir PIC

Page 163: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

O. Prosedur audit

1.Tujuan

Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan audit internal

SMK3 di PPNS-ITS yang akan dilaksanakan oleh tim audit.

2.Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup seluruh dokumen SMK3 yang diterapkan di PPNS-ITS

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.2

4.Definisi

1. Audit: Proses pemeriksaan kesesuaian peraturan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh badan/instansi terkait

5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk :

a) Memastikan seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk proses audit

telah dilengkapi

b) Membantu kelancaran proses audit internal

5.2. Manajemen Representatif bertanggungjawab untuk :

a) Memastikan kegiatan audit telah dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan dan kesepakatan

b) Mengawasi proses pelaksanaan audit

5.3. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :

a) Menyetujui kegiatan audit oleh tim audit internal SMK3

b) Melengkapi seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk proses audit

5.4. Divisi K3 bertanggungjawab untuk :

a) Menyediakan seluruh dokumen yang dibutuhkan oleh tim audit

internal SMK3

b) Mencatat dan menyimpan hasil laporan audit internal SMK3

Page 164: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

5.5. Tim audit internal bertanggungjawab untuk :

a) Melaksanakan proses audit internal seusai dengan peraturan

b) Melaporkan hasil audit kepada manajemen puncak

5.6. Seluruh divisi bertanggungjawab untuk :

a) Melengkapi seluruh dokumen yang dibutuhkan dalam proses audit

internal

b) Membantu kelancaran audit dengan tidak menghalang-halangi tim

audit untuk melaksanakan audit

6.Prosedur

6.1 Seluruh divisi menyediakan dokumen yang berkaitan dengan SMK3 6.2 Tim audit internal melaksanakan proses audit dibantu oleh TIM SMK3 6.3 Hasil audit dilaporkan ke pihak manajemen puncak untuk ditindak lanjuti 6.4 Manajemen puncak menyetujui hasil audit dan melakukan tinjauan ulang 6.5 Divisi K3 menyimpan hasil audit sebagai pedoman perbaikan

berkelanjutan 7.Dokumen

No Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

Penanggung jawab

1

Laporan hasil audit internal SMK3

Catatan tentang hasil audit yang dilaksanakan oleh tim audit

F019 Lemari dokumen divisi K3

10 tahun Divisi K3

8.Lampiran

Lampiran I: Form laporan audit SMK3

Page 165: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form laporan hasil audit

internal

Kegiatan Dokumen

START

FINISH

Menyediakan dokumen yang dibutuhkan untuk proses audit internal

Seluruh divisi

Melaksanakan audit internal dan melaporkan kepada

pihak manajemen puncak

Tim audit

Mengetahui dan menyetujui hasil audit,

dan melakukan tinjauan manajemen

Manajemen puncak

Menyimpan laporan hasil audit sebagai

pedoman perbaikan berkelanjutan

Divisi K3

Page 166: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I: Form laporan audit internal SMK3

NO Klausul/sub

klausul Uraian

Kesesuaian dengan Permenaker

Ya Tidak Dalam proses

Disetujui,

(Manajemen puncak)

Diketahui,

(Manajemen representatif)

Diketahui,

(Ketua tim audit internal)

Page 167: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

P. Prosedur tindakan perbaikan dan pencegahan

1.Tujuan

Prosedur ini menjelaskan tata cara tindakan perbaikan dan pencegahan berdasarkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja di PPNS-ITS

2.Ruang Lingkup Prosedur ini diterapkan untuk seluruh sarana/peralatan yang menggunakan sumber tenaga listrik yang ada di bengkel dan laboratorium di PPNS-ITS.

3.Referensi

PER-05/MEN/1996 klausul 4.3 4.Definisi

21. Lock out system: Suatu sistem yang terdiri dari peralatan yang digunakan untuk menjamin bahwa mesin-mesin yang dikontrol tidak dapat dioperasikan sebelum alat Lock Out ini di lepas.

22. Tag out system: Suatu sistem yang terdiri dari peralatan yang digunakan untuk mengindikasikan bahwa mesin-mesin yang dikontrol tidak ada kemungkinan untuk dioperasikan sebelum alat tag out dilepas.

23. Verifikasi alat: Suatu kegiatan untuk memastikan suatu peralatan dapat berfungsi dengan baik.

5.Tanggung Jawab 5.1.Direktur bertanggungjawab untuk :

e) Mengesahkan rencana perbaikan dan pencegahan pada sistem produksi dan seluruh sarana di PPNS-ITS.

5.2.Ketua harian P2K3 bertanggungjawab untuk : f) Memastikan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan, standard, dan peraturan teknis yang berlaku.

g) Memastikan penerapan sistem lock out tag out sesuai dengan ketentuan dan dilaksanakan dengan baik.

5.3.Divisi K3 bertanggungjawab untuk : e. Memastikan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan sesuai dengan

peraturan perundangan, standard dan pedoman teknis yang berlaku. f. Memastikan penerapan sistem Lock out Tag out sesuai dengan ketentuan

dan dilaksanakan dengan baik.

5.4. Bagian Teknisi dengan persetujuan Kabag bertanggungjawab untuk : g. Mengajukan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan. h. Pemeliharaan, tindakan perbaikan dan pencegahan berjalan sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan i. Menerapkan sistem Lock out Tag out.

Page 168: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

j. Menyimpan semua catatan yang memuat data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan yang dilakukan atas seluruh sarana produksi

6.Prosedur

6.1.Bagian teknisi tiap bengkel dan laboratorium membuat jadwal pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan sarana produksi serta peralatan lainnya mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan, standard dan pedoman teknis yang berlaku. Jadwal ini harus mendapat persetujuan dari kepala bagian bengkel atau lab yang bersangkutan.

6.2.Bagian teknisi mengajukan rencana pemeliharaan, pencegahan, dan

perbaikan sarana produksi dan peralatan lainnya kepada divisi perawatan PPNS-ITS dengan sebelumnya telah mendapat persetujuan dari kepala bagian bengkel atau lab yang bersangkutan.

6.3.Divisi K3 dan Ketua harian P2K3 memastikan rencana pemeliharaan,

pencegahan, dan perbaikan sarana produksi dan peralatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, standard dan pedoman teknis yang berlaku

6.4.Direktur PPNS-ITS mengesahkan rencana pemeliharaan, pencegahan, dan

perbaikan sarana produksi dan peralatan lainnya.

6.5.Divisi perawatan melaksanakan pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan,

dan apabila diperlukan untuk melakukan perubahan sarana produksi dan

peralatan lainnya.

6.6.Sistem Lock Out Tag Out harus diterapkan oleh divisi perawatan sebelum

melaksanakan kegiatan pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan sarana

produksi.

6.7.Divisi K3 dan Ketua harian P2K3 memastikan penerapan Sistem Lock Out

Tag Out sesuai dengan ketentuan dan telah dilaksanakan dengan baik 6.8.Divisi perawatan dan teknisi tiap bengkel atau lab menyimpan semua

catatan yang memuat data-data secara rinci dari kegiatan pemeliharaan, pencegahan, perbaikan dan perubahan-perubahan yang dilakukan atas sarana produksi serta peralatan lainnya yang juga mengalami perubahan.

Page 169: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

7.Dokumen

No

Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1.

Prosedur perbaikan dan pencegahan

Tata cara pemeliharaan sarana dan alat-alat produksi

P 020 Lemari Dokumen Divisi K3

10 tahun Kadiv perawatan

8.Lampiran

Lampiran I : Form Jadwal perbaikan dan pencegahan Lampiran II : Form kartu kendali Lampiran III : Tata cara penerapan Lock out dan Tag out

Page 170: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form jadwal perbaikan dan pencegahan

Kegiatan Dokumen

START

Memastikan rencana perbaikan, pencegahan, perbaikan dan

perubahan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

Divisi K3 dan P2K3

Mengesahkan rencana perbaikan, pencegahan,

pemeliharaan, dan perubahan

Direktur

A

Membuat jadwal perbaikan, pemeliharaan dan

pencegahan

Bagian teknisi dengan persetujuan Kabag

Mengajukan rencana perbaikan, pencegahan,

pemeliharaan dan perubahan

Bagian teknisi dengan persetujuan Kabag

Page 171: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Dokumen tata cara penerapan

LOTO

Form kartu kendali

Kegiatan Dokumen

FINISH

Memastikan penerapan LOTO, tindakan perbaikan, pencegahan,

pemeliharaan dan perubahan berjalan sesuai ketentuan

Divisi K3 dan P2K3

A

Menyimpan data secara rinci tentang perbaikan, pencegahan,

pemeliharaan dan perubahan

Divisi perawatan dan teknisi tiap bagian

Melaksanakan LOTO, tindakan perbaikan, pencegahan,

pemeliharaan dan perubahan

Divisi perawatan dan teknisi tiap bagian

Page 172: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I : Form jadwal perbaikan dan pencegahan Nama peralatan:

Lokasi:

Bulan Jenis

kegiatan

Minggu I Minggu

II

Minggu

III

Minggu

IV

PIC

Januari

Februari

Maret

…dst

Page 173: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran II : Form kartu kendali

Nama mesin:

Lokasi:

Nama mesin No. Mesin Tanggal

pemeriksaan

Uraian kegiatan

pemeriksaan PIC

Page 174: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran III : Tata cara penerapan Lock out dan Tag out

1. Persiapan Untuk Lock Out

Langkah pertama adalah persiapan untuk mematikan peralatan (mesin).

Sebelum mematikan mesin, pekerja harus mengetahui :

- Jenis dan besarnya energi

- Bahaya yang ditimbulkan oleh energi tersebut

- Metode untuk mengendalikan energi secara efektif

Perhatikan juga energi gravitasi, listrik dan tekanan tinggi yang dapat

tersimpan atau terakumulasi kembali setelah mesin dimatikan.

2. Shutdown

Mematikan mesin atau peralatan seperti biasa sesuai dengan prosedur dari

pabrik.

3. Isolasi Energy

Semua peralatan untuk mengisolasi energi harus dipasang dan

dioperasikan untuk mengunci dan mengisolasi sumber energi.

Contoh peralatan Isolasi energi :

- Circuit Breaker

- Katup

- Fuse

- Disconnect. dll

4. Pemasangan Lock Out/ Tag Out

Langkah selanjutnya adalah pemasangan Lock Out dan Tag Out pada

peralatan untuk mengisolasi energi. Lock Out adalah alat untuk menjamin

bahwa peralatan untuk mengisolasi energi tidak dapat di operasikan.

Sedangkan Tag Out adalah alat untuk mengindikasikan bahwa peralatan

untuk mengisolasi energi tidak boleh dioperasikan.

5. Pengendalian Energi Yang Tersisa

Memastikan semua potensi bahaya dari energi sisa telah di netralkan.

Contoh enrgi sisa :

- Pegas yang tertekan

- Counterweights

- Muatan listrik yang tersimpan dalam kapasitor.

Page 175: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

- Peralatan atau komponen-komponen yang dapat jatuh karena

gravitasi.

- Udara bertekanan dalam pipa.dll

6. Memeriksa

Sebelum memulai pekrjaan perbaikan pada mesin, pekerja harus

memastikan bahwa tenaga penggerak dari peralatan atau mesin telah

diisolasi dan di netralkan.

Pelepasan Lock out/Tag Out

Pekerja Harus mengikuti prosedur berikut ini untuk melepaskan Lock Out/ Tag

Out Device dan Restoring Energy.

Peralatan

- Pastikan semua peralatan atau permesinan telah dipasang dengan

benar.

- Periksa peralatan atau permesinan untuk menjamin bahwa bagian

yang tidak penting dari mesin telah dilepas.

Pekerja

- Pastikan semua pekerja berada pada posisi yang aman di luar area

berbahaya.

- Informasikan kepada semua pekerja bahwa Lock Out /Tag Out Device

akan dilepas dan tenaga penggerak mesin akan di hidupkan kembali.

Pelepasan Lock Out/Tag Out Device

- Hanya pekerja yang berwenang yang memasang Lock out/Tag Out

Device yang boleh melepaskan Lock out/Tag Out Device.

Page 176: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Q. Prosedur tinjauan manajemen

1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan tinjauan

manajemen oleh manajemen puncak PPNS-ITS.

2.Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup seluruh laporan hasil audit internal dan laporan lain yang

didapatkankan dari seluruh divisi.

3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 5

4.Definisi

1. Tinjauan ulang: Proses pemeriksaan oleh suatu pihak untuk mencari ketidak sesuaian

5.Tanggung Jawab 5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk :

a) Melaksanakan tinjauan manajemen berdasarkan laporan yang

diterima

b) Memerintahkan divisi K3 melaksanakan perbaikan berkelanjutan

c) Meyimpan hasil tinjauan ulang

5.2. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk :

a) Memastikan seluruh laporan dan dokumen telah disampaikan

kepada pihak manajemen puncak untuk ditinjau

5.3. Seluruh divisi bertanggungjawab untuk :

a. Melengkapi laporan untuk ditinjau oleh manajemen puncak

b. Menerapkan perbaikan berkelanjutan yang disusun oleh divisi K3

5.4. Divisi K3 bertanggungjawab untuk :

1) Melaksanakan perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil tinjauan

ulang oleh manajemen puncak

Page 177: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

2) Menyimpan hasil tinjauan ulang sebagai pedoman perbaikan

berkelanjutan

6.Prosedur

6.1 Manajemen puncak melaksanakan proses tinjauan ulang 6.2 Manajemen puncak memerintahkan divisi K3 untuk melaksanakan

perbaikan berkelanjutan 6.3 Seluruh divisi menerapkan perbaikan berkelanjutan yang disusun oleh

divisi K3 6.4 Divisi K3 dan manajemen puncak menyimpan hasil tinjauan ulang

7.Dokumen

No

Judul Gambaran No

Rekaman Lokasi

Masa penyimpanan

PJ

1

Laporan tinjauan ulang manajemen

Catatan hasil tinjauan oleh manajemen terhadap hasil audit SMK3

F021

Lemari dokumen manajemen puncak

10 tahun Manajemen

puncak

8.Lampiran

Lampiran I: Form tinjauan ulang manajemen

Page 178: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Form tinjauan ulang

manajemen

Kegiatan Dokumen

START

FINISH

Melaksanakan proses tinjauan ulang

berdasarkan laporan dan hasil audit

Manajemen puncak

Melaksanakan perbaikan berkelanjutan

Divisi K3

Menerapkan perbaikan berkelanjutan yang

disusun oleh divisi K3

Seluruh divisi

Menyimpan hasil tinjauan ulang untuk digunakan pada proses tinjauan

ulang selanjutnya

Manajemen puncak dan divisi K3

Page 179: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

Lampiran I: Form tinjauan ulang manajemen NO Laporan hasil

audit Kesesuaian dengan

peraturan dan persyaratan

Rekomendasi manajemen

Keterangan

Menyetujui,

(Manajemen puncak)

Page 180: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

LAMPIRAN III DATA

Page 181: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

a. Bengkel Konstruksi

Tabel 4.3. Identifikasi bahaya di bengkel konstruksi

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Jari-jari terpotong

III Memakai APD

2 Fisik Tangan/jari terjepit

II - Memakai APD

- Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja

3 Fisik Terkena api mesin las

III Memakai APD

4 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising

II - Memakai APD

- Sistem kerja shift untuk mengurangi waktu paparan

5 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan

Page 182: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

b. Bengkel sheet metal

Tabel 4.4. Identifikasi bahaya di bengkel sheet metal

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Tangan/jari terjepit

II - Memakai APD

- Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja

2 Fisik Terkena api mesin las

III Memakai APD

3 Fisik Terkena serpihan logam

I Memakai APD

4 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising

II - Memakai APD

- Penerapan sistem kerja bergantian untuk mengurangi paparan

5 Fisik Terkena batu gerinda

II Memakai APD

Page 183: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

c. Bengkel permesinan

Tabel 4.5. Identifikasi bahaya di bengkel permesinan

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan

2 Fisik Jari terpotong

III - Memakai APD

3 Fisik Tangan/jari terjepit

II - Memakai alat bantu untuk menempatkan benda kerja

- Memakai APD

4 Fisik Terkena serpihan logam

I - Memakai APD

5 Fisik Terkena batu gerinda

II Memakai APD

6 Fisik Terkena peralatan mesin yang sedang bergerak

I Jangan berada terlalu dekat dengan mesin saat sedang bekerja

Page 184: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

d. Bengkel pengelasan

Tabel 4.6. Identifikasi bahaya di bengkel pengelasan

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Terkena serpihan logam

I Memakai APD

2 Fisik Terkena mesin gerinda

II Memakai APD

3 Fisik Terkena api mesin las

II Memakai APD

4 Fisik Telinga terganggu suara bising

II Memakai APD

5 Fisik Terkena logam panas

III - Memakai APD

- Memakai alat bantu

6 Elektrik Tersengat listrik tegangan tinggi

III Jangan menyalakan mesin jika ada bagian yang rusak/terkelupas/cacat

7 Fisik Kebakaran III Jangan menyalakan api las dekat dengan material mudah terbakar

8 Fisik Tertimpa beban berat

III Pemindahan material dilakukan oleh beberapa orang

9 Fisik Terkena bagian mesin yang bergerak

I Jangan berada terlalu dekat dengan mesin yang bekerja

10 Fisik Tangan/jari terpotong

III Memakai alat bantu

Page 185: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

e. Bengkel non metal

Tabel 4.7. Identifikasi bahaya di bengkel non metal

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Tangan/jari terpotong

III Memasang pelindung pada bagian mesin yang tajam

2 Fisik Terkena batu gerinda

II - Memasang pelindung pada mesin

- Memakai APD

3 Fisik Pendengaran terganggu akibat suara bising

II Memakai APD

4 Fisik Mata terkena serpihan kayu

II Memakai APD

5 Fisik Rambut terpelintir mesin bor

III - Memotong rambut yang panjang

- Memakai penutup kepala

6 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan oli dibersihkan

7 Kimia Menghirup aroma cat dan tinner

I Memakai APD

8 Elektrik Tersengat arus listrik

III Menutup sumber arus yang terbuka

9 Fisik Kebakaran IV Jangan menyalakan api didekat serpihan kayu atau tinner

Page 186: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

f. Laboratorium steam power plant

Tabel 4.8. Identifikasi bahaya di laboratorium steam power

plant

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan minyak segera dibersihkan

2 Fisik Terkena uap panas boiler

III Memakai APD

3 Fisik Telinga terganggu akibat suara bising

II Memakai APD

4 Fisik Peledakan IV - Awasi sistem kerja proses

- Periksa kelengkapan safety valve dan sistem pengaman lainnya

Page 187: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

g. Laboratorium automatic diesel marine

Tabel 4.9. Identifikasi bahaya di laboratorium automatic

diesel marine

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Pendengaran terganggu

II Memakai APD

2 Fisik Menghirup asap dari mesin diesel

II - Memakai APD

- Perbaiki sistem pembuangan

3 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan minyak segera dibersihkan

Page 188: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

h. Laboratorium reparasi listrik

Tabel 4.10. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi listrik

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Elektrik Tersengat arus

III Menutup sumber arus yang terbuka

2 Fisik Tertimpa beban berat

II Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang

3 Fisik Pendengaran terganggu akibat suara bising

II - Memakai APD

- Menaruh mesin diluar ruangan

4 Fisik Terpeleset di lantai

Tumpahan minyak segera dibersihkan

Page 189: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

i. Laboratorium SPPK

Tabel 4.11. Identifikasi bahaya di laboratorium SPPK

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Kaki tertimpa beban berat

II Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang

Page 190: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

j. Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika

Tabel 4.12. Identifikasi bahaya di laboratorium instrumentasi

listrik dan fisika

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Elektrik Tersengat arus listrik

III Jangan menyalakan peralatan dalam kondisi basah

2 Fisik Tertimpa beban berat

I - Penempatan material yang baik

- Pemindahan material oleh beberapa orang

3 Fisik Terpeleset I Tumpahan air dekat wastafel segera dibersihkan

4 Fisik Terjepit I - Memakai APD

- Berhati-hati saat memasang atau memakai peralatan

Page 191: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

k. Laboratorium reparasi mesin

Tabel 4.13. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi mesin

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Terpeleset I Tumpahan minyak segera dibersihkan

2 Fisik Tertimpa beban berat

I - Gunakan alat bantu mengangkat beban

- Pemindahan beban dilakukan beberapa orang

3 Kimia Menghirup uap thinner dancat

I Memakai APD

4 Fisik Terkena api las

III Memakai APD

5 Fisik Terjepit mesin

I - Memakai APD

- Memakai alat bantu

6 Fisik Kebakaran III Jangan menyalakan mesin las dekat serpihan kayu, plastik, cat, thinner, dan kertas

7 Fisik Menghirup asap residu mesin

I - Periksa saluran buang mesin

- Memakai APD

Page 192: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

l. Laboratorium kimia

Tabel 4.14. Identifikasi bahaya di laboratorium kimia

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Kimia Uap kimia terhirup

I Memakai APD

2 Kimia Bahan kimia tertelan

III Jangan pernah mencicipi bahan kimia

3 Kimia Bahan kimia terkena kulit

III Memakai APD

4 Fisik Terpeleset di lantai

I Tumpahan air segera dibersihkan

5 Kimia Bahan kimia terkena mata

III Memakai APD

Page 193: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

m. Laboratorium ergonomi

Tabel 4.15. Identifikasi bahaya di laboratorium ergonomi

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Kejatuhan benda dari atas lemari

I Berhati-hati saat mengambil peralatan dari ketinggian, gunakan alat bantu

Page 194: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

n. Laboratorium kontroller dan mikroprosessor

Tabel 4.16. Identifikasi bahaya di laboratorium kontroller dan

mikroprosessor

NO

Potensi bahaya

Efek utama Kategori bahaya

Cara menanggulangi

bahaya Ket

1 Fisik Kejatuhan benda dari ketinggian

I Pakai alat bantu untuk meraih benda di ketinggian

2 Ergonomi

Cedera punggung

II Pengangkutan material lebih dari satu orang

3 Elektrik Tersengat arus

III Memakai APD

Page 195: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

a. Bengkel konstruksi

Tabel 4.17. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

1 SMP 22 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Kebersihan

Fauzi (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

2 S1 2 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Moulding

Rachmat (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

3 D3 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Rolling Rudy (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

4 D3 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Potong plat

Nanang (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

5 STM 18 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Bending Muharor (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

6 STM 18 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Potong plat

Maftul (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

7 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Moulding

Mr Wong (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

8 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran

Rolling Husnul (Karyawan)

K3 umum dan

Page 196: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

terganggu, terpeleset, terkena api las

SPPK

9 STM 20 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Bending Budi (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

10

STM 15 thn Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las

Rolling Kris (Karyawan)

K3 umum dan SPPK

Page 197: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

b. Bengkel sheet metal

Tabel 4.18. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 D3 6 bln Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

Plat dan pipa

Karyawan SPPK, K3 umum

2 D3 14 thn Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

Plat dan pipa

Karyawan SPPK, K3 umum

3 STM 14 thn Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

Plat dan pipa

Karyawan SPPK, K3 umum

Page 198: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

c. Bengkel permesinan

Tabel 4.19. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

1 D3 6 bln Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

CNC Karyawan SPPK, K3 umum

2 STM 21 thn Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

CNC Karyawan SPPK, K3 umum

3 STM 21 thn Terpeleset, terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam

CNC Karyawan SPPK, K3 umum

Page 199: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

d. Bengkel non metal

Tabel 4.20. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 STM 19 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda

Fiberglass dan mesin kayu

Didik iswantoro (karyawan)

SPPK, K3 umum

2 STM 18 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda

Fiberglass dan mesin kayu

M. Fauzan (karyawan)

SPPK, K3 umum

3 STM 17 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda

Fiberglass dan mesin kayu

M. Samsul (karyawan)

SPPK, K3 umum

4 STM 22 thn Terpotong, kebakaran, terpeleset, pendengaran terganggu, terkena batu gerinda

Fiberglass dan mesin kayu

Hardi suprayitno (karyawan)

SPPK, K3 umum

Page 200: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

e. Laboratorium steam power plant

Tabel 4.21. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam

power plant

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, tersengat arus, peledakan, terkena uap panas

Reparasi mesin dan boiler

Eko purwanto (karyawan)

K3 PUBT, K3 umum

2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, tersengat arus, peledakan, terkena uap panas

Reparasi mesin dan boiler

Andik wibowo (karyawan)

K3 PUBT, K3 umum

Page 201: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

f. Laboratorium automatic diesel marine

Tabel 4.22. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic

diesel marine

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin

Reparasi mesin

Eko purwanto (karyawan)

K3 umum

2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin

Reparasi mesin

Andik wibowo (karyawan)

K3 umum

Page 202: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

g. Laboratorium reparasi listrik

Tabel 4.23. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi

listrik

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 SLTA 20 thn Tersengat arus

Perbaikan dan perawatan serta asisten pengajar

Paidi (karyawan)

K3 listrik, K3 umum

Page 203: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

h. Laboratorium SPPK

Tabel 4.24. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 STM 20 thn Kaki tertimpa beban berat

Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum

Soehartono (karyawan)

K3 umum

Page 204: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

i. Laboratorium uji bahan

Tabel 4.25. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 STM 15 thn Terjepit, radiasi, menghirup uap solvent

Pengujian bahan dan material

Agus sumitro (karyawan)

K3 radioaktif, K3 umum

Page 205: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

j. Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika

Tabel 4.26. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium

instrumentasi listrik dan fisika

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 STM 4 thn Tersengat arus, terpeleset, tertimpa beban berat, terjepit

Instrumen listrik dasar

Tofan (karyawan)

SPPK, K3 umum

Page 206: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

k. Laboratorium kimia

Tabel 4.27. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya yang

ada

Bidang kerja

1 STM 20 thn Terkena bahan kimia, terpeleset

Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum

Soehartono (karyawan)

K3 kimia, K3 umum

Page 207: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

l. Laboratorium ergonomi

Tabel 4.28. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada Bidang kerja

1 STM 20 thn Tertimpa beban dari atas lemari

Perawatan dan pemeliharaan alat praktikum

Soehartono (karyawan)

K3 umum

Page 208: Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

m. Laboratorium reparasi mesin

Tabel 4.29. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi

mesin

NO

Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran

atau obyek pelatihan

Jenis pelatihan

Latar belakang

pendidikan

Pengalaman

Resiko K3 dan potensi bahaya

yang ada

Bidang kerja

1 S1 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin

Reparasi mesin

Eko purwanto (karyawan)

K3 umum

2 STM 18 thn Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin

Reparasi mesin

Andik wibowo (karyawan)

K3 umum