benarkah nabi muhammad saw tidak bisa baca

11
Benarkah Nabi Muhammad Saw Tidak Bisa Baca-Tulis? OPINI | 19 August 2011 | 16:34 317 72 1 dari 1 Kompasianer menilai menarik Setelah mencoba membantah sejarah tanggal Kemerdekaan RI yang ternyata tidak bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan , sekarang saya mencoba meluaskan bahasan lebih jauh lagi, yaitu ke sejarah Islam yang banyak diajarkan di sekolah-sekolah. Bahasan ini tidak bersifat tendensius, hanya mengajak berpikir. Sejarah Islam sudah berumur 14 abad lebih, dengannya sangat wajar banyak distorsi di mana-mana, atau menjadi bola salju yang terus bertambah dan bertambah sehingga diyakini sebagai fakta sejarah dan diyakini sebagai suatu kebenaran. Padahal belum tentu. Salah satunya adalah doktrin mengenai: Nabi adalah Ummiy (buta huruf, tidak bisa baca-tulis). Doktrin ini diyakini oleh mayoritas umat Islam. bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang ummiy, kata “Ummiy” diartikan dengan “buta huruf”. Ini diambil dari bunyi Ayat QS Surah al-A’raf (7: 57) disebutkan: ” (Yaitu) orang- orang mengikuti Rasul Nabi yang Ummiy…”. Benarkah maksud ayat ini bahwa Nabi buta huruf? Karena masih dekat dengan momen Nuzulul Qur’an (tanggal 17 Ramadhan, meskipun untuk peristiwa turunnya al-Qur’an pun ada juga yang mengatakan tanggal 21 Ramadhan, tapi untuk ini kita lewati dulu karena sudah banyak yang bahas), kita akan lihat bukti-bukti lain yang membantah hal tersebut: Ayat pertama yang turun adalah QS al-’Alaq atau biasa juga disebut dengan surat Iqra. Diawali dengan kata iqra (bacalah), “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang mencipta. Allah SWT telah menciptakan manusia dari segumpal darah” (QS. Al-‘Alaq: 1-2). Ayat selanjutnya adalah: Dialah yang telah mengajarkan dengan Qalam. Mengajarkan manusia dari apa yang belum diketahui.” (QS. Al-‘Alaq: 4-5).

Upload: ahmad-hazami-mabrur

Post on 25-Oct-2015

97 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Benarkah Nabi Muhammad Saw Tidak Bisa Baca

Benarkah Nabi Muhammad Saw Tidak Bisa Baca-Tulis?OPINI | 19 August 2011 | 16:34 317 72 1 dari 1 Kompasianer menilai menarik

Setelah mencoba membantah sejarah tanggal Kemerdekaan RI yang ternyata tidak bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, sekarang saya mencoba meluaskan bahasan lebih jauh lagi, yaitu ke sejarah Islam yang banyak diajarkan di sekolah-sekolah. Bahasan ini tidak bersifat tendensius, hanya mengajak berpikir.

Sejarah Islam sudah berumur 14 abad lebih, dengannya sangat wajar banyak distorsi di mana-mana, atau menjadi bola salju yang terus bertambah dan bertambah sehingga diyakini sebagai fakta sejarah dan diyakini sebagai suatu kebenaran. Padahal belum tentu.

Salah satunya adalah doktrin mengenai: Nabi adalah Ummiy (buta huruf, tidak bisa baca-tulis). Doktrin ini diyakini oleh mayoritas umat Islam. bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang ummiy, kata “Ummiy” diartikan dengan “buta huruf”. Ini diambil dari bunyi Ayat QS Surah al-A’raf (7: 57) disebutkan: ” (Yaitu) orang-orang mengikuti Rasul Nabi yang Ummiy…”. Benarkah maksud ayat ini bahwa Nabi buta huruf?

Karena masih dekat dengan momen Nuzulul Qur’an (tanggal 17 Ramadhan, meskipun untuk peristiwa turunnya al-Qur’an pun ada juga yang mengatakan tanggal 21 Ramadhan, tapi untuk ini kita lewati dulu karena sudah banyak yang bahas), kita akan lihat bukti-bukti lain yang membantah hal tersebut:

Ayat pertama yang turun adalah QS al-’Alaq atau biasa juga disebut dengan surat Iqra. Diawali dengan kata iqra (bacalah), “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang mencipta. Allah SWT telah menciptakan manusia dari segumpal darah” (QS. Al-‘Alaq: 1-2). Ayat selanjutnya  adalah: “Dialah yang telah mengajarkan dengan Qalam. Mengajarkan manusia dari apa yang belum diketahui.” (QS. Al-‘Alaq: 4-5).

Dari ayat-ayat tersebut, kata kunci pertama al-Qur’an adalah Ilmu Pengetahuan: membaca adalah jendela ilmu, membuka kesadaran terhadap pentingnya ilmu.  Ayat-ayat selanjutnya adalah menerangkan tentang proses penciptaan manusia. Pada ayat selanjutnya adalah menulis (qalam) adalah juga menjadi kata kunci utama. Al-Qur’an dengannya mengatakan bahwa kewajiban pertama umat Islam adalah bahwa umat Islam harus pintar, harus menguasai ilmu pengetahuan. Harus membaca dan menulis. Dengannya, para ahli sejarah berbeda pendapat, mengenai benar atau tidaknya Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang buta huruf. Bagi sebagian penafsir yang menghayati ayat ini, menafsirkannya bahwa Nabi tidak buta huruf; tetapi beliau bisa membaca dan menulis. Karena sangat mustahil, Allah SWT sendiri mengajarkan pada surat pertamanya untuk membaca dan menulis sementara Nabi sendiri tidak bisa baca-tulis.

Page 2: Benarkah Nabi Muhammad Saw Tidak Bisa Baca

Lantas apa makna kata Ummiy? Mari kita lihat konteks ayatnya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-A’raf: 157)

Ayat tersebut yang mengandung kata “ummiy” juga ditafsirkan secara berbeda. Kubu pertama yang yakin bahwa maksud ayat itu adalah bahwa Nabi buta huruf, dan ada juga yang mengatakan bukan itu maksudnya. Mari kita baca secara seksama. Oh kita bukan penafsir tidak boleh menafsirkan ayat. Kata siapa? Justru sekarang penafsirnya ada dua kubu, kita umatnya bingung mau ikut kemana. Alternatif terakhirnya bagaimana? Pakai akal sehat. Baca pelan-pelan dan pahami betul ke mana arahnya ayat tersebut. Apakah nyambung tidak konteksnya jika Nabi yang buta huruf disandingkan dengan kalimat-kalimat setelahnya yang menyebutkan berbagai aktivitas kenabian: menyeru kepada yang baik dan bla..bla..bla? Tidak nyambung sama sekali. Maka saya lebih condong kepada penafsir yang mengatakan bahwa arti kata ummiy bukan artinya “buta huruf”, tetapi mengandung arti yang mengasuh, mengayomi umatnya layaknya seorang ibu yang menjaga anaknya (Lihat Tafsir Mizan pada saat menafsirkan ayat tersebut).

Alasan yang meyakini bahwa Nabi buta huruf adalah katanya sebagai bukti lain bahwa al-Qur’an bukan karangan nabi tetapi murni dari Allah Swt. Kalau Nabi bisa membaca dan menulis besar kemungkinan kitab suci umat Islam ini hasil karangan Nabi. Alasan ini seakan logis, tapi mari kita lihat. Semua Nabi termasuk nabi Muhammad di saat mengemban status Nabi diberikan status ma’shum (terjaga dari salah dan dosa). Karena jika tidak diberikan status “keterjagaan dari salah dan dosa” dari mana kita tahu dan yakin bahwa apa yang diucapkan atau dilakukan oleh Nabi adalah datang dari Tuhan? Dengannya tanpa status itu kita tidak bisa mempercayai seluruh pesan Nabi, karena bisa saja salah, bisa saja hanya pendapat pribadi. Untungnya Tuhan memberikan status ma’shum kepada setiap Nabi. Artinya seluruh perkataan dan perbuatan para Nabi adalah murni dari titah Tuhan.

Lantas, jika status ma’shum (terjaga dari salah dan dosa) adalah pasti pada setiap Nabi, maka apakah kita akan meragukan perkataan dan perbuatan Nabi? Kalaupun misalnya al-Qur’an adalah murni perkataan Nabi, kan sudah ada fasilitas ma’shum, yang artinya pasti semuanya dari Allah SWT. Ini didukung oleh bukti sejarah, bahwa al-Qur’an baru dibukukan setelah Nabi wafat dari para penghafal al-Qur’an. Karena pada masa hidup Nabi, al-Qur’an sejati adalah Nabi.

Jangan pula dibayangkan bahwa al-Qur’an dan kitab-kitab lain diturunkan secara fisik, yaitu dibawa oleh malaikat dan diberikan kepada Nabi. Dengannya malaikat menjadi–meminjam istilah Fazlur Rahman–seperti tukang pos yang bertugas mengantarkan pesan wahyu dari Tuhan kepada Nabi. Malaikat pun dipersonalisasikan dengan penampakan seperti halnya manusia yang memiliki cahaya putih memiliki sayap dan sejenisnya. Ini murni delusi manusia di saat memahami malaikat. Bahkan animisme. Malaikat sama sekali bukan materi, ia non-materi, tidak bisa dipersonalisasi. Silahkan baca posting saya mengenai Jibril ini di postingan yang lain.**[harja saputra]

Page 3: Benarkah Nabi Muhammad Saw Tidak Bisa Baca

Nabi Muhammad Genius Dan Tidak Buta Huruf30 April 2010

Pertanyaan mendasar yang terlontar ketika kita membahas sejarah kenabian Muhammad SAW adalah, apakah nabi terakhir bagi umat Islam ini bisa membaca dan menulis ataukah sebaliknya ummi alias buta huruf?

 

Dalam banyak buku dan penjelasan para ulama, Nabi Muhammad sering digambarkan sebagai orang yang ummi. Di sini lah letak perdebatannya. Nabi Muhammad memang ummi, tapi dalam kadar dan dalam arti yang bagaimana? Benarkah ummi bagi nabi identik dengan buta huruf?

Buku karya Syekh Al-Maqdisi yang dialihbahasakan oleh Abu Nayla mencoba untuk membahas masalah pro dan kontra mengenai keummian Nabi Muhammad. Buku kecil setebal 130 halaman ini mengajak pembaca untuk mengerti makna keummian lebih luas.

Pertanyaan-pertanyaan di benak pembaca coba dijawab dalam buku ini, seperti benarkah Nabi Muhammad buta huruf? Apakah beliau pernah menyatakan bahwa dirinya betul-betul tidak mampu membaca dan menulis sejak kecil hingga akhir hayatnya? Jika beranggapan Nabi Muhammad mampu membaca dan menulis, apakah itu akan mengurangi keabsahannya sebagai utusan Allah?

Sejumlah kata pembenar bahwa nabi ummi adalah, kitab suci Alquran hingga kini terjaga keasliannya. Isi kitab suci ini tidak pernah berubah, termasuk tidak pada saat zaman nabi sekalipun. Keummian nabi sangat menonjol untuk memberikan pembenar bahwa Alquran tetap autentik dari wahyu Tuhan bukan buatan Muhammad SAW. Lah, nabi saja tidak bisa

Page 4: Benarkah Nabi Muhammad Saw Tidak Bisa Baca

membaca dan menulis, bagaimana mau mengubah atau membuat kita suci, kira-kira begitu argumen kalangan ini.

Nabi pun dianggap ummi, karena memang dia tidak bisa membaca dan menulis. Hal itu sebagai argumen bahwa nabi memang manusia biasa, meski nabi adalah manusia pilihan yang ditunjuk Allah untuk menjadi khalifah bagi umat manusia di muka bumi ini.

Ada lagi argumen yang menyebutkan Nabi Muhammad memang ummi, namun dalam arti tidak bisa menulis dan mengarang seindah kitab suci Alquran. Kalangan ini berpendapat, jelas nabi tidak ummi, karena mampu menerangkan makna yang ada dalam Alquran. Namun, nabi sebagai sebagai utusan Allah tidak menunjukkan kemampuannya dalam membaca dan menulis.

Lantas apalagi argumen yang menyebutkan nabi ummi? Buku ini juga mengupas anggapan dan tafsir dari berbagai kalangan ulama maupun Alquran, bahwa keummian Nabi Muhammad adalah karena dia dilahirkan di tanah Arab dan zaman jahiliyah. Alquran sering menyebut kaum Nabi Muhammad sebagai ummi.

Jadi Nabi tidak ummi? Syekh Al-Maqdisi mencoba memberikan jawaban dari berbagai perspektif yang muncul ditambahkan dengan berbagai sumber selain Alquran juga Hadis. Bahkan dalam sebuah hadis disebutkan, Nabi Muhammad mampu membaca dan menulis. Salah satu bagian penting lainnya adalah bahwa Nabi Muhammad pernah membaca surat pamannya Abbas yang dikirimkan dari Makkah dan mengabarkan isinya kepada para sahabat.

Kiranya dengan membaca buku yang didesain sebagai buku saku ini, pembaca akan menemukan perspektif yang lebih komprehensif tentang keummian dan kegeniusan Nabi

Page 5: Benarkah Nabi Muhammad Saw Tidak Bisa Baca

Muhammad. Meski dalam awal perjalanan kenabiannya, Nabi Muhammad seperti halnya manusia biasa bingung dengan perintah “Bacalah!”. Nabi sebagai manusia biasa pun bertanya tentang apa yang dibaca? Membaca untuk apa? Bagaimana cara membacanya? Hingga akhirnya Jibril menjawab: “Bacalah dengan menyebut asma Rabb-mu yang menciptakan.”

terjemahan saja. Semoga blog ini dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Amin.

Sabtu, 03 September 2011

NABI MUHAMMAD BUTA HURUF?

PENDAHULUAN

Ada orang-orang yang beranggapan bahwa Nabi Muhammad tidak bisa membaca dan menulis atau buta

huruf. Dengan anggapan seperti itu, mereka yakin bahwa Al Qur’an benar-benar asli dari Allah dengan

alasan bahwa tidak mungkin Al Qur’an dibuat oleh orang yang buta huruf. Demikian kira-kira yang

penulis pernah ketahui beritanya. Setelah merenung-renung, penulis menjadi tidak percaya dengan

anggapan tersebut. Tidak mungkin seorang Rasul Allah tidak bisa membaca dan menulis.

Yang menjadikan penulis tidak percaya bahwa Nabi Muhammad adalah seorang buta huruf adalah

sebagai berikut. Pertama, Rasul Allah akan menjadi bergantung pada orang lain yang tidak buta huruf.

Padahal, tidak satu ayat pun dalam Al Qur’an menyebutkan juru tulis dan juru baca sebagai pembantu

Rasul Allah yang mendampinginya. Yang lebih tidak mungkin lagi adalah bahwa Rasul Allah kemudian

malah harus beriman atau percaya pada juru tulis dan juru baca karena Rasul Alah tidak bisa mengecek

yang ditulis mereka. Padahal, manusia yang diperintahkan oleh Allah untuk diimani hanyalah Rasul Allah.

Kedua, Rasul Allah adalah teladan. Bagaimana mungkin seorang teladan tetapi buta huruf? Bukankah

Rasul Allah menerima kitab yang harus dibaca manusia? Kalau Rasul-Nya tidak bisa membaca, mengapa

orang lain disuruh membaca Al Qur’an? Bukankah Rasul-Nya tidak pernah membacanya karena buta

huruf? Jadi, tidak mungkin Rasul Allah buta huruf.

Ketiga, perlu diingat bahwa Rasul Allah adalah simbol Allah. Artinya, Rasul Allah bekerja atas nama Allah.

Rasa-rasanya, tidak mungkin simbol Allah itu akan dijadikan ejekan orang karena dirinya hanya seorang

buta huruf. Keempat, tidak mungkin manusia pilihan yang kehadirannya di muka bumi sudah lama

direncanakan Allah dan disebutkan dalam kitab sebelum Al Qur’an hanyalah seorang buta huruf. Kelima,

menurut cerita, Nabi Muhammad terlahir dalam keluarga terpandang sehingga sangat mungkin

Page 6: Benarkah Nabi Muhammad Saw Tidak Bisa Baca

mendapatkan pendidikan yang baik dalam lingkungan keluarganya. Dalam pendidikan tersebut tentu

ada pelajaran membaca dan menulis. Keenam, sebagai pedagang, tentulah beliau akan mencatat barang

dagangan dan uang atau membaca dan menulis perjanjian perdagangan.

Sehubungan dengan hal di atas, penulis ingin mengaji Al Qur’an, walaupun hanya terjemahan, untuk

membuktikan bahwa Rasul Allah tidak buta huruf. Al Qur’an terjemahan yang digunakan akan

disebutkan versinya.

BUKTI BAHWA RASUL ALLAH TIDAK BUTA HURUF

Ayat yang menurut penulis cukup untuk meyakinkan bahwa Nabi Muhammad dapat membaca adalah

98:2. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa Rasul Allah membacakan lembaran-lembaran atau

halaman-halaman yang disucikan. Ini membuktikan bahwa Rasul Allah dapat membaca naskah dalam

bentuk lembaran-lembaran atau halaman-halaman. Jadi, sangat jelas bahwa Rasul Allah dapat

membaca.

98:2. (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang

disucikan (Al Quran), (versi Dep. Agama RI)

98:2. A Messenger from Allah, reciting purified pages, (Rasul Allah, membacakan halaman-halaman

disucikan,) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)

Memang, membaca dapat berarti mengucapkan yang sudah dihafalkan dan dapat pula berarti membaca

tulisan-tulisan. Ayat 98:2 tersebut dengan jelas menyebutkan lembaran-lembaran atau halaman-

halaman sehingga yang dimaksud di sini adalah membaca tulisan, bukan mengucapkan sesuatu yang

sudah dihafal. Ayat lain yang menegaskan bahwa Nabi Muhammad dapat membaca adalah 17:106.

17:106. Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya

perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (versi Dep. Agama RI)

Kemampuan membaca dan menulis adalah merupakan satu kesatuan. Orang yang dapat menulis akan

dapat membaca yang ditulisnya. Sebaliknya, orang yang dapat membaca harus mengenal huruf. Dengan

demikian, menulis hanyalah proses penggambaran imajinasi tentang huruf yang sudah dikenalnya dalam

Page 7: Benarkah Nabi Muhammad Saw Tidak Bisa Baca

suatu media, misalnya kertas. Oleh karena itu, kemampuan membaca yang dijumpai dalam 98:2 dan

17:106 sudah menjawab bahwa Nabi Muhammad bisa membaca dan menulis atau tidak buta huruf.

Walaupun demikian, penulis akan menambahkan bukti bahwa Nabi Muhammad juga dapat membaca

dan menulis. Ayat yang membuktikan hal tersebut adalah 29:48. Dalam ayat tersebut terungkap bahwa

Nabi Muhammad menulis dengan tangan kanan. Seperti kita ketahui bahwa ada orang yang menulis

dengan tangan kanan dan ada pula orang yang menulis dengan tangan kiri. Jadi, Allah sudah

menyaksikan bahwa Nabi Muhammad ternyata menulis dengan tangan kanan. Dengan demikian, Nabi

dapat menulis. Konsekuensi logisnya, Nabi juga dapat membaca karena orang yang bisa menulis akan

bisa membaca. Jadi, ayat 29:48 menerangkan bahwa Nabi dapat membaca dan menulis.

29:48. Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak

(pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis),

benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). (versi Dep. Agama RI)

Jika membaca terjemahan 29:48 versi Dep. Agama RI di atas, kita akan mempunyai persepsi bahwa jika

Nabi pernah membaca dan menulis, orang-orang tidak beriman akan meragukan Nabi. Persepsi itu

dapat terbentuk karena frase andaikata (kamu pernah membaca dan menulis). Perlu diperhatikan

bahwa yang berada dalam kurung tersebut adalah penafsiran penerjemah. Terjemahan per kata dalam

bahasa Inggris berikut ini akan membentuk persepsi yang berbeda.

29:48. And you did not recite before it any Book, nor did you write it with your right hand, in that case

the falsifiers would have doubted. (Dan kamu tidak membaca sebelumnya Kitab apapun, tidak juga

kamu menulisnya dengan tangan kananmu, dalam kasus seperti itu para pemalsu akan telah merasa

ragu-ragu.) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)

Ayat 29:48 terjemahan versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri di atas menjelaskan bahwa yang

membuat orang-orang tidak beriman dapat menjadi ragu-ragu adalah jika Nabi pernah membaca atau

menulis kitab sebelumnya, bukan jika pernah mambaca dan menulis seperti yang disangkakan

penerjemah versi Dep. Agama RI. Artinya, keragu-raguan orang tidak beriman terhadap Al Qur’an tidak

akan timbul jika Nabi membaca dan menulis selain kitab, misalnya surat, pengumuman, atau puisi.

Dengan demikian, kemampuan membaca dan menulis Nabi bukan sesuatu yang dijadikan alasan orang-

orang tidak beriman untuk meragukan Al Qur’an. Oleh karena itu, penafsiran bahwa Nabi Muhammad

Page 8: Benarkah Nabi Muhammad Saw Tidak Bisa Baca

dibuat buta huruf agar orang-orang tidak beriman menjadi tidak ragu-ragu terhadap Al Qur’an adalah

salah.

Selain itu, dalam terjemahan versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri di atas, bentuk tenses-nya

adalah past tense, yaitu you did not recite (kamu tidak membaca) dan nor did you write (kamu juga tidak

menulis). Artinya, tidak membaca dan tidak menulis yang dimaksud hanya berlaku dalam kasus yang

tersebut dalam 29:48, bukan bersifat permanen. Jika diartikan bersifat permanen untuk

menggambarkan orang buta huruf, frase tersebut akan menjadi you do not recite dan nor do you write.

Jadi, ayat 29:48 justru menunjukkan bahwa Nabi Muhammad dianggap Allah sebagai orang yang dapat

membaca dan menulis.

Bukti lain bahwa Nabi dapat menulis adalah kesaksian orang-orang yang tidak beriman kepada Al

Qur’an. Kesaksian mereka tersurat dalam 25:5. Dalam ayat tersebut, Nabi Muhammad diakui oleh orang

tidak beriman sebagai orang yang dapat menulis. Jadi, Nabi dapat menulis.

25:5. And they say, “Tales of the former people which he has had written down, and they are dictated to

him morning and evening.” (Dan mereka berkata, “Dongeng-dongeng orang-orang sebelumnya yang ia

telah tulis sebelumnya, dan dongeng-dongeng tersebut didiktekan kepadanya pagi dan petang.” (versi

Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)

PENUTUP

Nabi Muhammad tidak buta huruf. Revisi akan dilakukan jika terjadi perubahan persepsi pada diri

penulis.