belibis a17-patofisiologi batuk
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang
ada. Batuk adalah refleks normal yang melindungi tubuh kita. Tentu saja bila batuk itu
berlebihan, ia akan menjadi amat mengganggu. Penelitian menunjukkan bahwa pada
penderita batuk kronik didapat 628 sampai 761 kali batuk/ hari. Penderita TB paru
jumlah batuknya sekitar 327 kali/hari dan penderita influenza bahkan sampai 154.4
kali/hari.
Penelitian epidemiologi telah menunjukkan bahwa batuk kronik banyak
berhubungan dengan kebiasaan merokok. Dua puluh lima persen dari mereka yang
merokok 1/2 bungkus/hari akan mengalami batuk-batuk, sementara dari penderita yang
merokok 1 bungkus per hari akan ditemukan kira-kira 50% yang batuk kronik. Sebagian
besar dari perokok berat yang merokok 2 bungkus/hari akan mengeluh batuk-batuk
kronik. Penelitian berskala besar di AS juga menemukan bahwa 22% non perokok juga
menderita batuk yang antara lain disebabkan oleh penyakit kronik, polusi udara dan
lain-lain.
DEFINISI
Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi secara
tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu membersihkan
saluran pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk dapat
terjadi secara sukarela maupun tanpa disengaja.
Batuk merupakan suatu tindakan refleks pada saluran pernafasan yang
digunakan untuk membersihkan saluran udara atas. Batuk kronis berlangsung lebih dari
8 minggu yang umum di masyarakat. Penyebab termasuk merokok, paparan asap rokok,
dan paparan polusi lingkungan, terutama partikulat.
REFLEKS BATUK
Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf
aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor. Batuk bermula dari suatu
rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang
terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga
toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan
semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar
reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor
bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial
dan diafragma.
Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan
rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga
melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari
sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus
frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Tabel 1. Komponen refleks batuk
Reseptor Aferen Pusat batuk Eferen Efektor Laring Trakea Bronkus Telinga Pleura Lambung Hidung Sinus paranasalis Faring Perikardium Diafragma
Cabang nervus vagus Nervus trigeminus Nervus glosofaringwus Nervus frenikus
Tersebar merata di medula
oblongata dekat pusat
pernafasan, di bawah kontrol
pusat yang lebih tinggi
Nervus vagus Nervus frenikus intercostal dan lumbaris Saraf-saraf trigeminus, fasialis, hipoglosus, dan lain-lain
Laring. Trakea dan bronkus Diafragma, otot-otot intercostal, abdominal, dan otot lumbal Otot-otot saluran nafas atas, dan otot-otot bantu nafas
Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat batuk yang terletak di medula
oblongata, di dekat pusat pemapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh
serabut-serabut eferen n. Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar, n. Trigeminus,
n. Fasialis, n. Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini terdiri dari otot-
otot laring, trakea, brrmkus, diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain. Di daerah
efektor inilah mekanisme batuk kemudian terjadi.
PENYEBAB BATUK
Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang merangsang reseptor
batuk. Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan-keadaan psikogenik tertentu.
Tentunya diperlukan pemeriksaan yang seksama untuk mendeteksi keadaan-keadaan
tersebut. Dalam hal ini perlu dilakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan
mungkin juga pemeriksaan lain seperti laboratorium darah dan sputum, rontgen toraks,
tes fungsi paru dan lain-lain.
Tabel 2. Beberapa penyebab batuk
Iritan : - Rokok - Asap - SO2 - Gas di tempat kerja
Mekanik : - Retensi sekret bronkopulmoner - Benda asing dalam saluran nafas - Postnasal drip - Aspirasi
Penyakit paru obstruktif :
- Bronkitis kronis - Asma - Emfisema - Fibrosis kistik - Bronkiektasis
Penyakit paru restriktif : - Pnemokoniosis - Penyakit kolagen - Penyakit granulomatosa
Infeksi :
- Laringitis akut - Bronkitis akut - Pneumonia - Pleuritis - Perikarditis
Tumor :
- Tumor laring - Tumor paru
Psikogenik
MEKANISME BATUK
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi (literatur lain membagi fase batuk menjadi 4
fase yaitu fase iritasi, inspirasi, kompresi, dan ekspulsi). Batuk biasanya bermula dari
inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan
meningkat yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi
sejumlah udara dalam kecepatan tertentu.
Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar
udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi
sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas
residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar
antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama
dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat
fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih
kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup
sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah.
Gambar 1. Skema diagram menggambarkan aliran dan perubahan tekanan subglotis
selama, fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi batuk
Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan
tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat
sampai 50 100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang
membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan
tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai
100% lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain, batuk juga
dapat terjadi tanpa penutupan glotis.
Gambar 2. Fase Batuk
Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi.
Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada
sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang
maksimal akan tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian
diikuti dengan arus yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai
16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan
diameter trakea sampai 80%.
KOMPLIKASI
Komplikasi tersering adalah keluhan non spesifik seperti badan lemah,
anoreksia, mual dan muntah. Mungkin dapat terjadi komplikasi-komplikasi yang lebih
berat, baik berupa kardiovaskuler, muskuloskeletal atau gejala-gejala lain.
Pada sistem kardiovaskuler dapat terjadi bradiaritmia, perdarahan
subkonjungtiva, nasal dan di daerah anus, bahkan ada yang melaporkan terjadinya henti
jantung. Batuk-batuk yang hebat juga dapat menyebabkan terjadinya pneumotoraks,
pneumomediastinum, ruptur otot-otot dan bahkan fraktur iga.
Komplikasi yang sangat dramatis tetapi jarang terjadi adalah Cough syncope
atau Tussive syncope. Keadaan ini biasanya terjadi setelah batuk-batuk yang
paroksismal dan kemudian penderita akan kehilangan kesadaran selama ± 10 detik.
Cough syncope terjadi karena peningkatan tekanan serebrospinal secara nyata akibat
peningkatan tekanan intratoraks dan intraabdomen ketika batuk.
Gambar 3. Koplikasi Batuk
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Batuk pada anak-anak bisa berupa refleks fisiologis yang normal atau karena
penyakit yang mendasari. Pada anak-anak yang sehat mungkin normal tanpa adanya
penyakit dapat ditemukan batuk sepuluh kali dalam sehari. Penyebab paling umum dari
batuk subakut akut adalah infeksi saluran pernafasan virus. Pada orang dewasa dengan
batuk kronis (> 8 minggu) lebih dari 90% kasus disebabkan oleh pasca tetes hidung,
asma, bronkitis, dan penyakit refluks gastroesophageal.
PENUTUP
Batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh yang berguna untuk membersihkan
saluran trakeobronkial. Batuk yang tidak efektif dapat menimbulkan berbagai efek yang
tidak menguntungkan berupa penumpukan sekret yang berlebihan, atelektasis,
gangguan pertukaran gas dan lain-lain. Batuk yang tidak efektif mungkin terjadi karena
gangguan di saraf aferen, pusat batuk atau di saraf eferen yang ada. Batuk yang
berlebihan akan terasa mengganggu. Penyebab batuk juga amat beragam, mulai dari
kebiasaan merokok
sampai pada berbagai penyakit baik di paru maupun di luar paru. Keluhan batuk juga
dapat menimbulkan berbagai komplikasi mulai dari yang ringan sampai yang berat.
Komplikasi
Biasa
Berat
Anoreksis, mual, lemah, dan lain-lain
- Muskuloskeltal - Kardiovaskuler - Cough syncope - Lain-lain
Rujukan :
- Yoga Aditama T. Patofisiologi Batuk. Jakarta : Bagian Pulmonologi FK UI,
Unit Paru RS Persahabatan, Jakarta. 1993.
- Chung KF, Pavord ID (April 2008). Prevalence, pathogenesis, and causes of
chronic cough. Lancet 371 (9621): 1364–74.
- Goldsobel AB, Chipps BE (March 2010). Cough in the pediatric population. J.
Pediatr. 156 (3): 352–358
- F. Dennis McCool. Global Physiology and Pathophysiology of Cough. CHEST
January 2006 vol. 129 no. 1 suppl 48S-53S
© Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk