batuk darah.doc

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batuk merupakan suatu ekspirasi yang eksplosive, merupakan mekanisme perlindungan normal untuk membersihkan tracheobronchial dari sekret dan benda asing. Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena refleks. Batuk dimulai dengan inspirasi dalam diikuti dengan menutupnya glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan penutupan glotis yang menyebabkan tekanan intratoraks meningkat. Ketika glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran napas dan udara luar menghasilkan aliran udara yang cepat melewati trakea. Batuk membantu membuang mukus dan bahan-bahan asing. Saluran pernapasan dimulai dari rongga hidung sampai saluran – saluran kecil alveoli paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya penyebab terjadinya perdarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar. Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya refleks batuk. 1 Batuk darah atau hemoptysis adalah salah satu gejala yang paling penting pada penyakit paru, pertama karena merupakan bahaya potensial adanya perdarahan yang gawat yang memerlukan tidakan segera dan intensif, dimana batuk 1

Upload: chrisye-leena

Post on 26-Oct-2015

1.099 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Batuk merupakan suatu ekspirasi yang eksplosive, merupakan mekanisme perlindungan normal untuk membersihkan tracheobronchial dari sekret dan benda asing. Batuk darah atau hemoptysis adalah salah satu gejala yang paling penting pada penyakit paru, pertama karena merupakan bahaya potensial adanya perdarahan yang gawat yang memerlukan tidakan segera dan intensif, dimana batuk darah masif yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi.

TRANSCRIPT

Page 1: BATUK DARAH.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batuk merupakan suatu ekspirasi yang eksplosive, merupakan mekanisme

perlindungan normal untuk membersihkan tracheobronchial dari sekret dan benda asing.

Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena refleks. Batuk dimulai dengan inspirasi

dalam diikuti dengan menutupnya glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot

melawan penutupan glotis yang menyebabkan tekanan intratoraks meningkat. Ketika

glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran napas dan udara luar

menghasilkan aliran udara yang cepat melewati trakea. Batuk membantu membuang

mukus dan bahan-bahan asing. Saluran pernapasan dimulai dari rongga hidung sampai

saluran – saluran kecil alveoli paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah.

Umumnya penyebab terjadinya perdarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena

robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut sobek

dan darah mengalir keluar. Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya

refleks batuk.1

Batuk darah atau hemoptysis adalah salah satu gejala yang paling penting pada

penyakit paru, pertama karena merupakan bahaya potensial adanya perdarahan yang

gawat yang memerlukan tidakan segera dan intensif, dimana batuk darah masif yang

tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Kedua

karena batuk darah hampir selalu disebabkan oleh penyakit bronkopulmonal.2

Oleh karena itu perlu dibuktikan apakah benar darah tersebut berasal dari saluran

pernapasan bagian bawah. Perdarahan tidak selalu tampak pada saat penderita berobat

pada dokter, oleh karenanya diperlukan sekali anamnesa yang cermat.3

Pada umumnya penderita batuk darah telah mempunyai penyakit dasar, tetapi

keluhan yang berasal dari penyakit dasar tadi tidak mendorong penderita untuk pergi

berobat. Penderita baru datang berobat ketika timbul batuk darah, walaupun darah yang

keluar hanya sedikit atau berupa dahak yang bergaris-garis merah. Batuk darah

merupakan keadaan yang menakutkan bagi penderita dan keluarganya. Akibat ketakutan

1

Page 2: BATUK DARAH.doc

inilah penderita akan menahan batuknya, hal ini akan memperburuk keadaan karena akan

timbul penyulit seperti penyumbatan saluran napas atau sufokasi, asfiksi dan

eksanguinasi.2

Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi.

Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah

minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan. Batuk darah

atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di

bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring. Batuk

darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga etiologi

harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. Batuk darah masif dapat

diklasifikasikan berdasarkan volume darah yang dikeluarkan pada periode tertentu.

Batuk darah massif memerlukan penanganan segera karena dapat mengganggu

pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu kestabilan hemodinamik penderita

sehingga bila tidak ditangani dengan baik dapat mengancam jiwa.4

2

Page 3: BATUK DARAH.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Sinonim batuk darah adalah hemoptoe atau hemoptysis. Hemoptysis berasal dari

bahasa Yunani yaitu haima yang berarti darah dan ptysis yang berarti diludahkan.

Menurut kamus kedokteran Dorland, hemoptysis atau batuk darah adalah ekspektorasi

darah atau mucus yang berdarah.2

Hemoptysis adalah mendahakkan darah yang berasal dari bronkus atau paru.

hemoptysis bisa banyak atau bisa pula sedikit sehingga hanya berupa garis merah cerah

di dahak.5

Berdasarkan jumlah darah yang keluar, Pursel membagi batuk darah menjadi:2

Derajat 1: Bloodstreak

2: 1 – 30 cc

3: 30 – 150 cc

4: 150 – 500 cc

Massive : 500 – 1000 cc atau lebih

Johnson membuat pembagian lain menurut jumlah darah yang keluar menjadi:2

1. Single hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung kurang dari 7 hari.

2. Repeated hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung lebih dari 7 hari dengan

interval 2 sampai 3 hari.

3. Frank hemoptysis yaitu bila yang keluar darah saja tanpa dahak.

Pseudohemoptysis adalah membatukkan darah yang bukan berasal dari saluran

napas bagian bawah. Hemoptysis palsu seperti ini dapat berasal dari rongga mulut,

hidung, faring, lidah atau bahkan hematemesis (perdarahan saluran cerna bagian atas)

yang masuk ke tenggorokan dan memancing refleks batuk. Pseudohemoptysis juga bisa

timbul pada pasien yang mengalami kolonisasi kuman Serratia marcescens yang

berwarna merah. Kolonisasi ini sering timbul pada pasien yang dirawat serta menerima

antibiotik berspektrum luas dan ventilator mekanik. Hemoptysis palsu juga dapat berasal

3

Page 4: BATUK DARAH.doc

dari kelebihan dosis rifampisin dan juga kejadian malingering atau pasien yang melukai

diri sendiri sehingga tampak sebagai batuk darah.5

B. Etiologi

Berdasarkan penyebab batuk darah, Ingbar membagi sebagai berikut:2

Kardiologi

- Mitral stenosis

- Tricuspid endocarditis

- Penyakit jantung bawaan

Paru

- Bronkiektasis

- Emboli paru

- Kistik fibrosis

- Emfisema bulosa

Hematologi

- Koagulopati

- DIC

- Trombositopeni

- Platelet dysfunction

Istrogenik

- Bronkoskopi

- Swan-Ganz infarction

- Rupture arteri

- Pulmonaris

- Aspirasi transtrakeal

- Lymphangiograp, ky

Infeksi

- Abses paru

- Misetoma

- Pneumonia nekrotikan

- Parasit

- Jamur / tuberkulosa

- Virus

Vaskuler

- Hipertensi pulmonal

- AV malformation

- Aneurisma aorta

Neoplasma

- Adenoma bronkial

- Karsinoma bronkogenik

- Metastase kanker

Obat / Toksin

- Antikoagulan

- Penisilamin

- Anhidrid trimetaliksolvents

- Kokain

- Aspirin

- Trombolitik

4

Page 5: BATUK DARAH.doc

Trauma

- Cedera dada tajam / tumpul

- Ruptur bronkus

- Emboli lemak

- Tracheal-innominate

- Artery fistula

Lain-lain

- Amyloidosis

- Bronkolitiasis

- Endometriosis

- Benda asing

- Kriptogenik

- Septic pulmonary emboli

Penyakit sistemik

- Goodpasteur syndrome

- Wegener’s granulomatosis

- Systemic lupus erythematosus

- Vaskulitis

- Idinnathir pulmnnarv homosiderosis

Berdasarkan usia penderita, Pursel membagi batuk darah menjadi:2

a. Anak-anak dan remaja:

Bronkiektasis

Stenosis mitral

Tuberkulosis

b. Umur 20 – 40 tahun:

Tuberkulosis

Bronkiektasis

Stenosis mitral

c. Umur lebih dari 40 tahun:

Karsinoma bronkogen

Tuberkulosis

Bronkiektasis

C. Patogenesis2,6

5

Page 6: BATUK DARAH.doc

1. Batuk darah pada tuberculosis pada umumnya terjadi oleh karena:

a. Adanya Rasmussen’s aneurysm yang pecah.

Teori dimana terjadi perdarahan aneurisma dari Rasmussen ini telah

lama dianut, tetapi beberapa laporan otopsi lebih membuktikan terdapat

hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis

lebih banyak merupakan asal dari perdarahan. Setelah berkembangnya

arteriografi dapat dibuktikan bahwa pada setiap proses paru terjadi

hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperan

memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terdapat kegagalan arteri

pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. Oleh karena

itu terdapatnya Rasmussen aneurisma pada kaverna tuberculosis yang

merupakan asal perdarahan diragukan.

b. Adanya kekurangan protrombin yang disebabkan oleh toksemia dari basil

tuberkulosa yang menginfeksi parenkim paru.

2. Batuk darah pada karsinoma paru.

Terjadi oleh karena erosi permukaan tumor dalam lumen bronkus atau berasal

dari jaringan tumor yang mengalami nekrosis, pecahnya pembuluh darah kecil pada

area tumor atau invasi tumor ke pembuluh darah pulmoner.

3. Batuk darah pada bronkiektasis:

a. Mukosa bronkus yang sembab mengalami infeksi dan trauma batuk

menyebabkan perdarahan.

b. Terjadi anastomose antara pembuluh darah bronchial dan pulmonal dan juga

terjadi aneurisma, bila pecah terjadi perdarahan.

c. Pecahnya pembuluh darah dari jaringan granulasi pada dinding bronkus yang

mengalami ektasis.

4. Batuk darah pada bronchitis kronis:

Terjadi oleh karena mukosa yang sembab akibat radang, terobek oleh

mekanisme batuk.

5. Batuk darah pada abses paru:

Pada abses kronik dengan kavitas berdinding tebal yang sukar menutup, maka

pembuluh darah pada dinding tersebut mudah pecah akibat trauma pada saat batuk.

6. Batuk darah pada mitral stenosis dan gagal jantung kiri akut:

6

Page 7: BATUK DARAH.doc

a. Bila batuk darah ringan, perdarahan terjadi secara perdiapedesis, karena

tekanan dalam vena pulmonalis tinggi menyebabkan rupture vena pulmonalis

atau distensi kapiler sehingga butir darah merah masuk ke alveoli.

b. Menurut ferguson, batuk darah terjadi karena pecahnya varises di mukosa

bronkus.

c. Pada otopsi ternyata ada anastomose vena pulmonalis dan vena bronkialis

yang hebat sehingga tampak seperti varises.

7. Batuk darah pada infark paru:

Pada infark paru karena adanya penutupan arteri, maka terjadi anastomose.

Selain itu juga terjadi reflek spasme dari vena di daerah tersebut, akibatnya terjadi

daerah nekrosis dimana butir-butir darah masuk ke alveoli dan terjadi batuk darah.

8. Batuk darah pada Good Pasture syndrome:

Terjadi kelainan pada membrane basalis alveol kapiler yaitu terbentuknya

antibody to glomerular basement membrane (anti GBM Ab) lebih spesifiknya

kolagen tipe IV pada paru sehingga membuat hilangnya keutuhan membranan basalis

epithelial-endotelial dan memudahkan masuknya sel darah merah dan netrofil masuk

ke dalam alveoli.

9. Batuk darah pada infeksi jamur:

Terjadi friksi pada pergerakan mycetoma dan terjadi pelepasan antikoagulan

serta enzim proteoitik yang menyerupai tripsin dari jamur.

10. Batuk darah pada batuk keras:

Sifat khas bahwa darah terletak di permukaan sputum, jadi tidak bercampur di

dalamnya.

a. Kelenjar getah bening yang mengapur, waktu batuk terjadi erosi pada bronkus

yang berdekatan.

b. Mungkin bronkolit yang ada pada saat batuk menggeser lumennya.

c. Batuk yang keras dan berulang-ulang merobek mukosa bronkus.

D. Diagnosis2,5

Diagnosis pada batuk darah meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan dahak, radiologi, bronkoskopi dan

bronkografi.

Anamnesis meliputi

7

Page 8: BATUK DARAH.doc

1. Membedakan batuk darah dan muntah darah.

Batuk Darah Muntah Darah

a. Darah dibatukkan dengan rasa

panas di tenggorokan

a. Darah dimuntahkan dengan rasa

mual

b. Darah berbuih bercampur udara b. Darah bercampur sisa makanan

c. Darah segar berwarna merah

muda

c. Darah terkena asam lambung

berwarna hitam

d. Darah bersifat alkalis d. Darah bersifat asam

e. Kadang-kadang terjadi anemia e. Sering terjadi anemia

f. Tes benzidin negatif f. Tes benzidin positif

2. Bagaimana batuk darahnya?

Misalnya bila batuk darah disertai sputum yang purulent dicurigai penyakit

yang mendasari adalah infeksi paru. Bila batuk darah tanpa pus dicurigai penyakit

yang mendasari adalah tuberculosis, karsinoma atau infark paru. Bila batuk darah

berupa frothy sputum dicurigai edema paru.

3. Pola batuk darah

Pola batuk darah dapat membantu menentukan penyebab batuk darah.

Misalnya, pasien dengan bronchitis atau bronkiektasis biasanya mengalami batuk

darah berulang. Jika batuk darah terjadi setiap bulan yang berhubungan dengan saat

menstruasi, dicurigai sebagai Catamenial hemoptysis.

4. Anamnesis tentang gejala otolaring, jantung dan paru yang dapat membantu

melokalisir sumber perdarahan.

5. Faktor risiko sebagai kondisi penyebab.

Merokok, usia, trauma dada, riwayat berpergian ke daerah endemis parasite,

virus, jamur atau bakteri tertentu.

6. Gejala lain yang menyertai.

Bila terdapat gejala lain seperti penurunan berat badan disertai batuk darah

dicurigai sebagai karsinoma, bila terdapat keringat malam, demam yang tidak tinggi

dicurigai sebagai tuberculosis. Bila batuk darah disertai hematuria dicurigai sebagai

Good Pasture Syndrome.

Pemeriksaan fisik

8

Page 9: BATUK DARAH.doc

1. Periksa tanda vital

2. Pemeriksaan pada hidung, mulut, faring posterior dan laring termasuk pemeriksaan

laringoskopi.

3. Pemeriksaan leher, dada, jantung dan paru.

Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan darah pada perdarahan massif perlu evaluasi HB dan faal hemostasis.

2. Pemeriksaan dahak penting diperiksa sputum BTA pada pendertita tuberculosis,

sitology sputum pada penderita karsinoma bronkogenik dan kultur sputum jamur.

3. Pemeriksaan lain tergantung penyakit dasarnya.

Selain pemeriksaan laboratorium, banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan

untuk mendiagnosis batuk darah, antara lain: radiologi, bronkoskopi, bakteriologi,

mikologi dan serologi.

Pemeriksaan radiologi meliputi foto thoraks PA dan lateral, tomografi,

bronkografi dan arteriografi. Pemeriksaan radiologi yang cukup penting adalah foto

thoraks yang dapat mengungkap 65,2% sumber perdarahan. Sedangkan sebab perdarahan

yang sukar dilihat pada pemeriksaan foto thoraks seperti bronkiektasis, dapat dilihat

dengan pemeriksaan bronkografi.

Tindakan bronkoskopi sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti untuk

mengetahui asal perdarahan. Indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah:

1. Bila tidak didapatkan kelainan radiologik

2. Batuk darah yang berulang-ulang

3. Batuk darah yang massif, sebagai tindakan terapeutik yaitu membersihkan gumpalan

darah yang keluar/penghisapan dan untuk menghentikan perdarahan dengan cara

o Iced saline lavage

o Instilasi topical agent (epinefrin, thrombin, thrombin-fibrinogen)

o Endobronkial tamponade

o Laser fotokoagulasi (Nd YAG Laser = Noodymium Y trium Aluminium

Gernerd Laser atau argon laser).

9

Page 10: BATUK DARAH.doc

E. Komplikasi2

Komplikasi yang dapat mengancam jiwa penderita adalah asfiksia, sufokasi dan

kegagalan sirkulasi akibat kehilangan banyak darah dalam waktu singkat. Komplikasi

lain yang mungkin terjadi adalah penyebaran penyakit ke sisi paru yang sehat dan

atelektasis. Atelektasis dapat terjadi karena sumbatan saluran napas sehingga paru bagian

distal akan mengalami kolaps dan terjadi atelektasis. Atelektasis dapat terjadi karena

sumbatan saluran napas sehingga paru bagian distal akan mengalami kolaps dan terjadi

atelektasis.

Tingkat kegawatan dari batuk darah ditentukan oleh 3 faktor:

1. Terjadinya asfiksia karena adanya pembekuan darah dalam saluran pernapasan. Pada

dasarnya asfiksia tergantung dari:

a. Frekuensi batuk darah

b. Jumlah darah yang dikeluarkan

c. Kecemasan penderita

d. Siklus inspirasi

e. Reflek batuk yang buruk

f. Posisi penderita

2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya batuk darah dapat menimbulkan

syok hipovolemik. Bila jumlah perdarahan banyak maka digolongkan dalam massive

hemoptysis. Kriteria massive hemoptysis menurut Yeoh adalah perdarahan 200 cc

dalam 24 jam sedangkan menurut Sdeo adalah perdarahan lebih dari 600 cc dalam 24

jam.

3. Aspirasi pneumonia

Yaitu infeksi yang terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah perdarahan.

Aspirasi adalah masuknya bekuan darah ke dalam jaringan paru yang mempunyai

sifat-sifat sebagai berikut:

a. Meliputi bagian yang luas dari paru

b. Terjadi pada bagian percabangan bronkus yang lebih kecil

c. Disamping perdarahan dapat pula disebabkan oleh masuknya cairan lambung

ke dalam paru karena penutupan glottis yang tidak sempurna

d. Dapat diikuti sekunder infeksi.

10

Page 11: BATUK DARAH.doc

Aspirasi pneumonia merupakan keadaan berat karena saluran napas

dan bagian fungsional paru tidak dapat berfungsi dengan baik.

F. Penatalaksanaan2,5,7

Batuk darah yang kurang/tidak massif dapat ditangani secara konservatif sedang

batuk darah massif memerlukan tindakan yang lebih agresif-intensif seperti bronkoskopi

atau operasi. Tujuan pokok terapi adalah mencegah tersumbatnya saluran pernapasan

oleh bekuan darah, mencegah kemungkinan penyebaran infeksi dan menghentikan

perdarahan.

a. Penatalaksanaan Konservatif

1. Menenangkan penderita dan memberitahu penderita agar jangan takut-takut

untuk membatukkan darahnya.

2. Penderita diminta berbaring pada posisi bagian paru yang sakit atau sedikit

trendelenberg, terutama bla reflex batuknya tidak adekuat.

3. Jaga agar jalan napas tetap terbuka. Bila terdapat tanda-tanda sumbatan jalan

napas perlu dilakukan penghisapan atau bila diperlukan pemasangan pipa

endotrakeal. Pemberian oksigen hanya berarti bila jalan napas bebas

hambatan/sumbatan.

4. Pemasangan IV line atau IVFD untuk penggantian cairan maupun untuk jalur

pemberian obat parenteral.

5. Pemberian obat hemostatic belum jelas manfaatnya pada batuk darah yang

tidak disertai kelainan faal hemostatic.

6. Obat-obat dengan efek sedasi ringan dapat diberikan bila penderita gelisah.

Obat-obat penekan batuk hanya diberikan bila terdapat batuk yang berlebihan

dan merangsang timbulnya perdarahan lebih banyak.

7. Transfusi darah diberikan bila hematocrit turun dibawah nilai 25-30% atau Hb

dibawah 10 gr% sedang perdarahan masih berlangsung.

b. Penatalaksanaan Bedah

Indikasi tindakan bedah menurut Busroh:

1. Batuk darah > 600 cc / 24 jam dan dalam pengamatan batuk darah tidak

berhenti.

11

Page 12: BATUK DARAH.doc

2. Batuk darah 250 – 600 cc / 24 jam, Hb < 10 gr% dan batuk darah berlangsung

terus.

3. Batuk darah 250 – 600 cc / 24 jam, Hb > 10 gr% dan dalam pengamatan 48

jam perdarahan tidak berhenti.

Kriteria operasi menurut Amitana:

1. Perhatikan sumber perdarahan

2. Aspirasi berulang

3. Adanya kavitas penyebab terjadinya perdarahan berulang

4. Faal paru yang minimal sehingga setiap perdarahan menyebabkan ancaman

kematian

Tindakan bedah meliputi:

1. Reseksi paru: lobektomi atau pneumonektomi

Reseksi paru ditujukan untuk membuang sisa-sisa kerusakan akibat penyakit

dasarnya. Macam reseksi:

- Pneumonektomi : reseksi satu paru seluruhnya

- Bilobektomi : reseksi dua lobus

- Lobektomi : reseksi satu lobus

- Wedge resection : reseksi sebagian kecil jaringan paru

- Enukleasi : bila kelainan patologis kecil dan jinak

- Segmentektomi : reseksi segmen bronkopulmonal

Berdasarkan foto thoraks dan pemeriksaan faal paru, luasnya operasi dapat

ditentukan sebelum operasi. Prinsipnya adalah mempertahankan sebanyak

mungkin jaringan paru yang dianggap sehat. Luas dan jenis lesi (proses

inflamasi, abses atau kavitas) menentukan jenis reseksi yang akan

dilaksanakan.

2. Terapi kolaps: pneumoperitoneum, pneumotoraks artifisia, torakoplasti,

frenikolisis (membuat paralise N. phrenicus).

Terapi kolaps bertujuan untuk mengistirahatkan bagian paru yang sakit dengan

cara membuat kolaps jaringan paru yang sakit tersebut. Pendapat ini benar

untuk kelainan berbentuk kavitas, tetapi cara ini banyak ditinggalkan karena

komplikasinya banyak.

Prosedur yang termasuk dalam kelompok terapi kolaps:

12

Page 13: BATUK DARAH.doc

- Pneumotoraks artificial yaitu dengan memasukkan udara ke rongga

pleura kemudian secara bertahap ditambahkan udara sehingga

teracapai kolaps pada jaringan paru yang sakit. Bila paru kolaps

maka bagian tersebut dapat istirahat sehingga mempercepat proses

penyembuhan. Bila terdapat adhesi dan paru tidak dapat kolaps

dilakukan intrapleural pneumonolysis (operasi Jacoboes), tetapi

sering terjadi komplikasi perdarahan. Karena sering terjadi empyema

setelah pneumotorak artifisial, tindakan ini sudah tidak dilakukan

lagi.

- Pneumoperitoneum yaitu tindakan memasukkan udara ke rongga

peritoneum dengan tujuan menaikkan diafragma agar terjadi kolaps

pada jaringan paru dengan harapan lesi di apikal akan menyembuh.

- Paralise nervus phrenicus yaitu dengan cara anestesi local nervus

phrenicus dibebaskan dari perlekatannya di M. scalenus anterior,

kemudian saraf dirusak (crushed) sehingga timbul paralise

diafragma. Akibatnya akan terjadi elevasi diafragma dan diharapkan

apeks paru dapat diistirahatkan sehingga, terjadi proses

penyembuhan.

- Torakoplasti yaitu suatu bentuk operasi dimana kolaps paru terjadi

dengan cara menghilangkan supporting framework-nya, misalkan

dengan membuang tulang iga dari dinding dada. Indikasi

torakoplasti:

Dulu: torakoplasti hamper selalu dilakukan setelah lobektomi atau

pneumonektomi dengan tujuan meminimalisasi kemungkinan

terjadinya over distensi parenkim paru yang tersisa selain itu dead

space akan segera menutup (obliterasi) sehimgga resiko terbentuknya

fistula bronkopleural dan empyema dapat dikurangi.

Sekarang: kebutuhan torakoplasti diragukan dan dilakukan bila

direncanakan reseksi lebih dari 1 lobus atau mengatasi komplikasi

tindakan reseksi seperti fistula bronkopleura dan empiema.

3. Lain-lain: embolisasi artifisial.

Embolisasi artifisial atau Bronchial Artery Embolization (BAE) adalah

penyuntikan gel foam atau polivinil alcohol melalui katerisasi pada arteri

13

Page 14: BATUK DARAH.doc

bronkialis. Menurut Ingbar embolisasi berhasil menghentikan perdarahan

95%. Dengan meningkatnya penggunaan embolisasi arteriografi, sekarang

penggunaan tindakan pembedahan untuk pengelolaan batuk darah massif

mulai ditinggalkan.

G. Prognosis2

Pada batuk darah idiopatik prognosisnya baik, kecuali jika penderita mengalami

batuk darah yang rekuren. Pada batuk darah sekunder ada beberapa faktor yang

menentukan prognosis, yaitu:

1. Derajat batuk darah.

Pada single hemoptysis mempunyai prognosis baik, sedang batuk darah yang

profus dan bergumpal-gumpal prognosisnya jelek.

2. Macam penyakit dasar yang menyebabkan batuk darah.

Pada karsinoma bronkogenik prognosisnya jelek.

3. Kecepatan dalam penatalaksanaan batuk darah massif.

Misalnya tindakan trakeostomi, bronkoskopi atau tindakan bedah pada saat

yang tepat.

Menurut Crocco, pasien dengan batuk darah massif (600 ml) dalam waktu:

- Kurang dari 4 jam mempunyai mortality rate 71%.

- 4 – 6 jam mempunyai mortality rate 22%.

- 16 – 48 jam mempunyai mortality rate 5%.

14

Page 15: BATUK DARAH.doc

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Batuk darah adalah ekspektorasi darah atau mukus yang berdarah. Perdarahan yang

terjadi haruslah berasal dari saluran napas bagian bawah (dari glotiske bawah), bukan berasal

dari saluran napas bagian atas atau saluran pencernaan. Jadi harus dibedakan atara batuk

darah dan muntah darah.

Batuk darah adalah kondisi umum dengan banyaknya kausa yang menjadi

penyebabnya. Penyebab batuk darah dapat dikategorikan menjadi infeksi, tumor dan kelainan

kardiovaskuler. Patogenesis tergantung pada penyakit dasarnya.

Diagnosis batuk darah dibuat dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium (darah, sputum sitologi,

bakteriologi, mikologi dan serologi), bronkoskopi, foto thoraks, tomografi, bronkografi, dan

arteriografi.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah asfiksia, sufokasi, dan kegagalan kardiosirkulasi

akibat kehilangan banyak darah dalam waktu singkat. Selain itu dapat terjadi penyebaran

penyakit ke sisi paru yang sehat. Atelektasis dapat terjadi karena sumbatan saluran napas

sehingga paru bagian distal mengalami kolaps. Tingkat kegawatan dari batuk darah

ditentukan oleh terjadinya asfiksia, jumlah darah yang keluar dan aspirasi pneumonia.

Penatalaksanaan batuk darah tergantung pada massif tidaknya batuk darah. Pada

batuk darah yang tidak / kurang massif ditangani secara konservatif sedang pada batuk darah

massif memerlukan usaha yang agresif intensif seperti bronkoskopi atau operasi. Tindakan

operasi dapat berupa reseksi paru, terapi kolaps dan embolisasi arteri bronkialis.

Prognosis baik pada batuk darah idiopatik, kecuali terjadi batuk darah rekuren sedang

pada batuk darah sekunder tergantung dari derajat batuk darah, macam penyakit dasar yang

menyebabkan batuk darah dan kecepatan dalam bertindak.

15

Page 16: BATUK DARAH.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Irfani QI. Hemopthysis (Batuk Darah) [homepage on the Internet]. c2011 [updated 2011

July 06; cited 2013 July 26]. Available from:

http://nyitzh.blogspot.com/2011/07/hemopthysis-batuk-darah.html

2. Alsagaff H, Wibisono MJ. Batuk darah. Dalam: Wibisono MJ, Winariani, Hariadi S,

editor. Buku ajar ilmu penyakit paru 2010. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru

FK Unair – RSUD Dr. Soetomo; 2010. Hal. 74-87.

3. Hariadi S, Amin M, Wibisono MJ, Hasan H, editors. Dasar-dasar diagnostik fisik paru.

Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga;

2008. Hal. 7-8.

4. Rasmin M. Hemoptisis. [homepage on the Internet]. No date [cited 2013 July 26].

Available from: http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/HEMOPTISIS

%20editorial.pdf

5. Pitoyo CW. Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,

Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid I, edisi V. Jakarta: Pusat

Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. Hal.

294-6.

6. Hemoptysis. [homepage on the Internet]. No date [cited 2013 July 26]. Available from:

http://medicine.ucsf.edu/education/resed/Chiefs_cover_sheets/hemoptysis1.pdf

7. Cahill BC, Ingbar DH. Massive Hemoptysis: Assessment and Management. Clinics in

Chest Medicine. 1994 March;15(1):147-67. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8200191

16