batuk kronik

59
Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072 BAB I PENDAHULUAN Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada. Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas dan mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas. 1 Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan penyakit melalui udara (air borne infection). Batuk merupakan salah satu gejala penyakit saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering kali batuk merupakan masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya sehari-hari. Penyebabnya amat beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat membantu dalam Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 1 Siloam Hospital Kebon Jeruk Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Upload: vendy-pradhana

Post on 05-Dec-2014

110 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

batuk kronik

TRANSCRIPT

Page 1: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

BAB I

PENDAHULUAN

Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada.

Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik,

kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk

menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan mencegah masuknya

benda asing ke saluran nafas dan mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal

dari dalam saluran nafas.1

Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu

sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang

merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan

penyakit melalui udara (air borne infection). Batuk merupakan salah satu gejala penyakit

saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering kali batuk merupakan

masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya sehari-hari. Penyebabnya amat

beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat membantu dalam menegakkan

diagnosis dan penanggulangan penderita batuk.1

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 1Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 2: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi secara

tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu membersihkan

saluran pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk dapat

terjadi secara disengaja maupun tanpa disengaja.2

Batuk kronik adalah batuk yang tidak menghilang selama 8 minggu atau lebih. Batuk

kronik sendiri bukanlah penyakit, tetapi batuk kronik adalah suatu gejala dari penyakit–

penyakit lain. Batuk kronik dapat menyebabkan badan menjadi lemah, dapat merusak

kualitas tidur dan membuat perasaan menjadi marah dan juga frustasi. Batuk kronik

adalah keluhan utama yang sering membawa seseorang ke tenaga kesehatan.3

Terkadang sulit untuk menentukan masalah yang memicu terjadinya batuk kronik pada

pasien, tetapi yang tersering adalah batuk kronik dikarenakan post nasal drip, asma dan

refluks asam yang merupakan gejala khas dari gastroesophageal reflux disease (GERD).

Batuk kronik biasanya menghilang sesudah faktor pemicu dapat dihilangkan.3

B. Epidemiologi

Penelitian epidemiologi telah menunjukkan bahwa batuk kronik banyak

berhubungan dengan kebiasaan merokok. 25% dari mereka yang merokok 1/2

bungkus/hari akan mengalami batuk-batuk, sementara dari penderita yang merokok 1

bungkus per hari akan ditemukan kira-kira 50% yang batuk kronik. Sebagian besar dari

perokok berat yang merokok 2 bungkus/hari akan mengeluh batuk-batuk kronik.

Penelitian berskala besar di AS juga menemukan bahwa  22% non perokok juga

menderita batuk yang antara lain disebabkan oleh penyakit kronik, polusi udara dan lain-

lain. 4

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 2Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 3: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Penelitian menunjukkan bahwa pada penderita batuk kronik didapat 628 sampai 761 kali

batuk/hari. Penderita TB paru jumlah batuknya sekitar 327 kali/hari dan penderita

influenza bahkan sampai 154.4 kali/hari. 5

C. Mekanisme Terjadinya Batuk

Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa

serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks.

Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan

di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang

kecil, dan sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah

percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus,

sinus paranasalis, perikardial, dan diafragma. 2

Serabut afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari

laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui cabang

Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus

paranasalis, nervus glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus

menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.3

Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat

pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut afferen

nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus

fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-

otot laring, trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah

efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi.3

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 3Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 4: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Gambar 1. Reseptor batuk.Diunduh dari : http://www.asthma.partners.org/Images/CoughReceptors.gif

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :2

1. Fase iritasi

Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau

serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk.

Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura

dan saluran telinga luar dirangsang.

2. Fase inspirasi

Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor

kartilago aritenoidea.Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan

cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga

bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral

dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 4Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 5: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase

ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup

sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial. Volume udara yang

diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas

kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap

berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua

manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar

akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang

lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil

rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah.

3. Fase kompresi

Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago

aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik.Pada fase ini tekanan intratoraks

meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap

meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka .Batuk dapat terjadi tanpa penutupan

glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun

glotis tetap terbuka.

4. Fase ekspirasi/ekspulsi

Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi,

sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang

tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan

glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting

dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya.Suara

batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau

getaran pita suara.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 5Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 6: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Gambar 2. Fase batuk

Diunduh dari : http://healthy-lifestyle.most-effective-solution.com/wp-content/uploads/

2010/09/human-anatomy-lungs.jpg

D. Etiologi

Batuk kronik bukan suatu penyakit yang terdiri sendiri, melainkan merupakan gejala pada

berbagai penyakit baik respiratorik maupun non-respiratorik.6

Beberapa penyebab-penyebab umum dari batuk kronis termasuk asma, allergic rhinitis,

persoalan-persoalan sinus (contohnya infeksi sinus), dan pengaliran balik ke esophagus

(esophageal reflux) dari isi-isi lambung. Pada kejadian-kejadian yang jarang, batuk

kronis mungkin adalah akibat dari penghisapan dari benda-benda asing kedalam paru-

paru (biasanya pada anak-anak).Adalah sangat penting untuk memperoleh x-ray dada

jika batuk kronis hadir. 6

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 6Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 7: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Berikut adalah beberapa penyebab dari batuk kronis:

1. Asma

a. Definisi

Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan napas obstruktif intermiten yang

bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan

respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan

penyempitan jalan nafas.7

Gambar 3. Perbedaan bronkus normal dengan asma

Diunduh dari : http://2.bp.blogspot.com/_70HgxsVpUTo/SBEeBIwSPeI/AAAAAAAAAH4/Ss-1ZuEB6To/s400/asthma2.jpg

b. Manifestasi klinis

Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi

yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi

(wheezing), batuk yang disertai serangan napas yang kumat-kumatan. Pada

beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 7Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 8: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat

atau tiba-tiba menjadi lebih berat. 8

Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung

cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai

obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih

lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hampir selalu ada, bahkan

seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak,

maka keluhan sesak akan semakin berat. 7

Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk

membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini

didapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease

(COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping

hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat

meningkat (takipneu), otot bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak

gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2

dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi

kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2

dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan

darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi

katekolamin dalam darah akibat respons hipoksemia.8

c. Pemeriksaan fisik

Penemuan tanda pada pemeriksaan fisis pasien asma, tergantung dari derajat

obstruksi saluran napas. Ekspirasi memanjang, mengi, hiperinflasi dada,

pernapasan cepat sampai sianosis dapat ditemukan pada pasien asma. Dalam

praktek jarang dijumpai kesulitan dalam membuat diagnosis asma, tetapi sering

pula dijumpai pasien bukan asma mempunyai mengi, sehingga diperlukan

pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.7

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 8Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 9: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

d. Pemeriksaan penunjang

- Spirometri

Cara paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis asma adalah

melihat respons pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri

dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator hirup (inhaler atau

nebulizer) golongan adrenergic beta. Peningkatan VEP atau KVP sebanyak

20% menunjukkan diagnosis asma.7

- Uji provokasi bronkus

Jika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukkan adanya

hiperaktivitas bronkus dilakukan uji provokasi bronkus. Ada beberapa cara

untuk melakukan uji provokasi bronkus seperti uji provokasi dengan

histamine, metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam

hipertonik dan bahkan dengan aqua destilata penurunan VEP sebesar 20%

dianggap bermakna.7

- Pemeriksaan sputum

Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan neutrofil sangat

dominan pada bronchitis kronik.7

- Pemeriksaan eosinofil total

Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma dan hal

ini dapat membantu dalam membedakan asma dari bronchitis kronik.7

- Foto dada

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi

saluran napas dan adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau

komplikasi asma seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan

lain-lain.7

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 9Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 10: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

- Analisis gas darah

Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat. Pada fase awal

serangan, terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PaCO2 < 35 mmHg) kemudian

pada stadium yang lebih berat PaCO2 justru mendekati normal sampai

normokapnia. Selanjutnya pada asma yang sangat berat terjadinya hiperkapnia

(PaCO2 ≥ 45 mmHg), hipoksemia dan asidosis respiratorik.7

e. Diagnosis

Diagnosis asma didasarkan pada riwayat penyakit, pemeriksaan fisis, dan

pemeriksaan penunjang. Pada riwayat penyakit akan dijumpai keluhan batuk,

sesak, mengi, atau rasa berat di dada. Tetapi kadang-kadang pasien hanya

mengeluh batuk-batuk saja yang umumnya timbul pada malam hari atau sewaktu

kegiatan jasmani. Yang perlu diketahui adalah faktor-faktor pencetus serangan.

Dengan mengetahui faktor pencetus, kemudian menghindarinya, maka diharapkan

gejala asma dapat dicegah.7

2. Gastroesophageal reflux disease (GERD)

a. Definisi

Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal reflux disease / GERD)

adalah suatu keadaan psikologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke

dalam esophagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan

esophagus, faring, laring dan saluran napas. Telah diketahui bahwa refluks

kandungan lambung ke esofagus dapat menimbulkan berbagai gejala di esofagus

maupun ekstra-esofagus, dapat menyebabkan komplikasi yang berat seperti

struktur, Barret’s esofagus bahkan adenokarsinoma di kardia dan esofagus.9

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 10Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 11: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

b. Manifestasi klinis

Gejala klinis yang khas dari GERD adalah nyeri / rasa tidak enak di epigastrium

atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri biasanya dideskripsikan sebagai rasa

terbakar (heartburn) , kadang-kadang bercampur dengan gejala-gejala disfagia

(kesulitan menelan makanan), mual atau regurgitasi dan rasa pahit di lidah.

GERD dapat juga menimbulkan manifestasi gejala ekstra esophageal yang atipik

dan sangat bervariasi mulai dari nyeri dada non-kardiak (non-cardiac chest pain /

NCCP), suara serak, laryngitis, batuk karena aspirasi sampai timbulnya

bronkiektasis atau asma.9

Gejala GERD biasanya berjalan perlahan-lahan, sangat jarang terjadi episode akut

atau keadaan yang bersifat mengancam nyawa. Oleh karena itu, umumnya pasien

dengan GERD memerlukan penatalaksanaan secara medic. 9

Gambar 4. Gastroesophageal reflux disease (GERD)

Diunduh dari : http://blog.itechtalk.com/wp-content/2009/12/gerd.jpg

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 11Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 12: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

3. Postnasal drip

Postnasal drip syndrome adalah salah satu penyebab batuk kronik yang paling sering

dan disebabkan oleh berbagai kondisi termasuk rhinitis vasomotor, rhinitis alergi,

polip hidung dan sinusitis kronik. Setiap hari, hidung, sinus dan tenggorokan

memproduksi mucus untuk membersihkan dan melembabkan saluran hidung. Pada

keadaan normal biasanya cairan tersebut tertelan tanpa disadari, tetapi bila jumlahnya

semakin banyak dibandingkan biasanya seperti pada keadaan alergi, demam, atau

sinusitis, cairan mucus ini dapat dirasakan mengalir dibelakang tenggorokan. Mucus

yang berlebihan disebut juga postnasal drip, yang bisa menyebabkan iritasi dan

inflamasi yang memicu reflex batuk. Jika postnasal drip ini bersifat kronik, maka

batuk juga akan menjadi kronik. 10

Gambar 5. Anatomi postnasal drip

Diunduh dari :

http://www.health.com/health/static/hw/media/medical/hw/n1820.jpg

4. Obat-obat tekanan darah

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 12Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 13: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors, biasanya digunakan untuk

mengatasi tekanan darah yang tinggi dan gagal jantung, dapat menyebabkan batuk

kronik pada 20% pasien yang menggunakan obat jenis ini. Biasanya batuk dimulai

setelah seminggu mulai menggunakan terapi ini dan batuk biasanya hilang dengan

sendirinya saat pengobatan dengan ACE inhibitors dihentikan. Contoh obat ACE

inhibitors adalah enalapril (Vasotec), captopril (Capoten), lisinopril (Zestril, Prinivil),

dll. Generasi yang lebih baru dari ace inhibitor seperti obat-obat yang disebut ARB's

(Angiotensin receptor blockers), [contohnya, valsartan (Diovan), losartan (Cozaar),

dll.] dapat menjadi alternatif-alternatif yang mempunyai potensial yang lebih sedikit

untuk menyebabkan batuk yang kronis. 11

5. Bronkitis kronik

a. Definisi

Didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan

dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut turut. Diagnosa kronik bronkitis biasanya

dibuat berdasar adanya batuk menetap yang biasanya terkait dengan

penyalahgunaan tembakau. 3

Gambar 6. Bronkus normal dengan bronchitis

Diunduh dari : http://www.clinic-clinic.com/prblm/smptm/ChronicCough.gif

b. Patofisiologi

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 13Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 14: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa

bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang

dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang

disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang

kecil–kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya

melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa

terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia

dan fagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme

pertahanannya sendiri melemah.4

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel–sel penghasil mukus di

bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau

disfungsional serta metaplasia. Perubahan–perubahan pada sel–sel penghasil

mukus dan sel–sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan

menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari

saluran nafas.4

c. Manifestasi klinis

Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk  produktif (berdahak) yang

mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan

normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa  sendok

teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan utama paru (bronkus) meradang,

bronkus akan menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu

timbulnya batuk. Selain itu karena terjadi penyempitan jalan nafas dapat

menimbulkan shortness of breath.11

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 14Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 15: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

- Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah

- Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak

- Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis

- Pada paru didapatkan suara napas yang kasar 11

6. Bronkiektasis

a. Definisi

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi

(ektasis) dan distorsi bronkus local yang bersifat patologis dan berjalan kronik,

persisten atau irreversible. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-

perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis, otot-

otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah.Bronkus yang

terkena umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar

umumnya jarang.12

b. Etiologi

Penyebab bronkiektasis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas.

Pada kenyataannya kasus-kasus bronkiektasis dapat timbul secara congenital

maupun didapat.12

- Kelainan kongenital

Brokiektasis yang timbul kongenital mempunyai ciri sebagai berikut. Pertama,

bronkiektasis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua

paru. Kedua, bronkiektasis kongenital sering menyertai penyakit-penyakit

kongenital lainnya, misalnya : Mucoviscidosis (Cystic pulmonary fibrosis),

sindrom Kartefener (Bronkiektasis congenital, sinusitis, paranasal dan situs

inversus), hipo atau agamaglobulinemia, dan bronkiektasis pada anak kembar

satu telur.12

- Kelainan didapat

Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 15Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 16: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

akibat proses berikut:12

Infeksi

Bronkiektasis sering terjadi sesudah seseorang anak menderita

pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia ini

umumnya merupakan komplikasi pertusis meupun influenza yang

diderita semasa anak, tuberkulosis paru, dan sebagainya.12

Obstruksi bronkus

Obstruksi bronkus yang dimaksudkan disini dapat disebabkan oleh

berbagai macam sebab: korpus alineum, karsinoma bronkus atau

tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus.12

c. Patofisiologi

Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan dimana

terjadi dilatasi bronkus yang irreversibel (> 2 mm dalam diameter) yang

merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding

bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah akibat dari suatu proses

infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi, nitrit okside dan netrophilic

protease yang dilepaskan oleh sistem imun tubuh sebagai respon terhadap antigen.

Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dinding bronkus

atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan nafas.

Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil pada jalan nafas.

Silia tersebut bergerak berulang-ulang, memindahkan cairan berupa mukus yang

normal melapisi jalan nafas. Partikel yang berbahaya dan bakteri yang

terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan dipindahkan naik ke tenggorokan

dan kemudian batukkan keluar atau tertelan.12

Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan secara langsung atau tidak

langsung, daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan menjadi inflamasi

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 16Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 17: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

yang kronik. Bronkus yang mengalami inflamasi akan kehilangan keelastisannya,

sehingga bronkus akan menjadi lebar dan lembek serta membentuk kantung atau

saccus yang menyerupai balon yang kecil. Inflamasi juga meningkatkan sekresi

mukus. Karena sel yang bersilia mengalami kerusakan, sekret yang dihasilkan

akan menumpuk dan memenuhi jalan nafas dan menjadi tempat berkembangnya

bakteri. Yang pada akhirnya bakteri-bakteri tersebut akan merusak dinding

bronkus, sehingga menjadi lingkaran setan antara infeksi dan kerusakan jalan

nafas.12

d. Manifestasi klinis

Batuk kronik yang produktif merupakan gejala yang menonjol. Terjadi hampir

90% pasien. Beberapa pasien hanya menghasilkan sputum dengan infeksi saluran

pernafasan atas yang akut. Tetapi sebaliknya, pasien-pasien itu mengalami infeksi

yang diam. Sputum yang dihasilkan dapat berbagai macam, tergantung berat

ringannya penyakit dan ada tidaknya infeksi sekunder. Sputum dapat berupa

mukoid, mukopurulen, kental dan purulen. Jika terjadi infeksi berulang, sputum

menjadi purulen dengan bau yang tidak sedap. Dahulu, jumlah total sputum

harian digunakan untuk membagi karakteristik berat ringannya bronkiektasis.

Sputum yang kurang dari 10 ml digolongkan sebagai bronkiektasis ringan,

sputum dengan jumlah 10-150 ml perhari digolongkan sebagai bronkiektasis

moderat dan sputum lebih dari 150 ml digolongkan sebagai bronkiektasis berat.

Namun sekarang, berat ringannya bronkiektasis dikalsifikasikan berdasarkan

temuan radiologis. Pada pasien fibrosis kistik, volume sputum pada umumnya

lebih banyak dibanding penyakit penyebab bronkiektasis lainnya.12

Hemoptisis terjadi pada 56-92% pasien dengan bronkiektasis. Homoptisis

mungkin terjadi masif dan berbahaya bila terjadi perdarahan pada arteri

bronkial.hemoptisis biasanya terjadi pada bronkiektasis kering, walaupun angka

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 17Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 18: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

kejadian dari bronkiektasis tipe ini jarang ditemukan.12

Dyspnea terjadi pada kurang lebih 72% pasien bronkiektasis tapi bukan

merupakan temuan yang universal.Biasanya terjadi pada pasien dengan

bronkiektasis luas yang terlihat pada gambaran radiologisnya.12

Wheezing sering dilaporkan dan mungkin akibat obstruksi jalan nafas yang diikuti

oleh destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga mungkin merupakan

kondisi yang mengiringi, seperti asma.12

Nyeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, terjadi pada 46% pasien pada

sekali observasi. Paling sering merupakan akibat sekunder pada batuk kronik,

tetapi juga terjadi pada eksaserbasi akut. 12

Penurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasi yang berat.

Hal ini terjadi sekunder akibat peningkatan kebutuhan kalori berkaitan dengan

peningkatan kerja pada batuk dan pembersihan sekret pada jalan nafas. Namun,

pada umumnya semua penyakit kronik disertai dengan penurunan berat badan.13

Demam biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.13

7. Kanker paru

a. Etiologi

Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada kanker paru

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 18Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 19: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat

karsinogenik merupakan factor penyebab utama di samping adanya factor lain

seperti kekebalan tubuh, genetic dan lain-lain.

Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat

berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering (1928), telah

melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan dengan

yang tidak merokok.

Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan

kanker pada organ lain mulut, laring dan esophagus.14

b. Manifestasi klinis

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis.

Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat:

- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

- Hemoptisis

- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas

- Atelektasis

- Nyeri dada

- Dispnea karena efusi pleura14

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 19Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 20: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Gambar 7. Kanker paru

Diunduh dari :

http://www.lung-cancer-home.com/uploadfile/200911/30/0D163526702.gif

E. Gejala klinis

Batuk kronik dapat memperlihatkan tanda dan gejala seperti:

1. Pilek atau hidung mampet

2. Sensasi cairan yang mengalir ke bawah di belakang tenggorokan

3. Wheezing atau mengi dan sesak napas

4. Rasa terbakar atau rasa asam di dalam mulut

5. Pada kasus yang jarang, dapat terjadi batuk darah14

F. Faktor resiko

Semua orang dapat mengalami batu kronik, tapi ada faktor-faktor tertentu yang

menyebabkan seseorang lebih rentan terkena batuk kronik:

1. Merokok, seseorang perokok aktif atau mantan perokok memiliki factor resiko untuk

menderita batuk kronik. Seseorang yang terpajan asap rokok secara terus menerus

juga bias menyebabkan batuk dan kerusakan paru.

2. Jenis kelamin, karena wanita memiliki refleks batuk yang lebih sensitif, dan lebih

mungkin menjadi batuk kronis.15

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 20Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 21: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Gambar 8. Bronkitis kronik karena merokok

Diunduh dari : http://www.pennmedicine.org/health_info/images/19365.jpg

G. Diagnosis

Anamnesa memegang peranan sebesar 80% dalam menegakkan diagnosa penyebab batuk

yang menetap. Dalam anamnesa tentang batuk yang merupakan keluhan utama penderita

perlu ditanyakan mengenai lamanya batuk, frekuensi serangan, waktu-waktu serangan,

factor pencetus, apakah dimulai dengan bersin atau tidak, dan sebagainya. 16

Karena penyebab batuk kronik seperti postnasal drip, asma dan GERD sangat umum,

maka pengobatan lebih dikedepankan daripada tes dan dapat dilihat respon dari

pengobatan tersebut. Jika dengan pengobatan batuk kronik menghilang maka diagnosis

dapat ditegakkan. 16

Terapinya meliputi:

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 21Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 22: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

1. Antihistamin dan decongestan untuk postnasal drip17

2. Inhalers atau nasal sprays untuk asma18

3. Medikasi penurunan asam untuk GERD 16

Jika dengan pengobatan ini gagal, maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti:

1. Tes pencitraan

a. Foto Rontgen thoraks, meskipun Rontgen thoraks tidak bisa menunjukkan

penyebab batuk seperti postnasal drip, asma atau GERD, tetapi mungkin dapat

digunakan untuk melihat kanker paru dan penyakit paru-paru lainnya.

b. CT scan

c. Tes fungsi paru, tes non-invasif dengan menghitung berapa udara yang dapat

ditampung paru dan berapa cepat dapat inspirasi maupun ekspirasi. Terkadang

juga harus dilakukan asthma challenge test, dengan membandingkan

pernapasan sebelum dan sesudah menggunakan obat inhalasi methacoline.

2. Scope test, tes ini menggunakan pipa fleksibel dan tipis dengan lampu dan kamera

untuk memvisualisasikan struktur dalam tubuh. Prosedur ini selalu diikuti dengan

penyemprotan hidung dan tenggorokan dengan anastesi local seperti lidokain. Dapat

juga diberikan sedatif dan pain relievers untuk membuat prosedur ini lebih nyaman. 16

Macam-macam scope test adalah:

a. Nasal endoscopy, tes ini memasukan pipa endoskopi ke dalam lubang hidung

untuk melihat mukosa hidung dan sinus

b. Upper endoscopy, tes ini memasukan pipa endoskopi ke dalam tenggorokan

menuju esophagus untuk melihat adanya tanda dari refluks asam di lambung

dan esophagus

c. Bronchoscopy, tes ini memasukan pipa endoskopi ke dalam bronkus sampai

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 22Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 23: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

ke bronkiolus untuk melihat adanya tanda-tanda infeksi atau obstruksi.16

H. Penatalaksanaan

Pengobatan batuk kronik dengan penyebab yang telah diketahui biasanya dapat dengan

mudah terobati.Tetapi disaat penyebab tidak diketahui, pengobatan menjadi lebih rumit.16

Penatalaksanaan batuk yang paling baik yang paling baik adalah pemberian obat spesifik

terhadap etiologinya. Tiga bentuk penatalaksanaan batuk adalah :

1. Tanpa pemberian obat

Penderita-penderita dengan batuk tanpa gangguan yang disebabkan oleh penyakit

akut dan sembuh sendiri biasanya tidak perlu obat.16

2. Pengobatan Spesifik

Apabila penyebab batuk diketahui maka pengobatan harus ditujukan terhadap

penyebab tersebut. Dengan evaluasi diagnosis yang terpadu, pada hampir semua

penderita dapat diketahui penyebab batuk kroniknya.16

Pengobatan spesifik batuk tergantung dari etiologi atau mekanismenya. Asma diobati

dengan bronkodilator atau kortikosteroid. Post nasal drip karena sinusitis diobati

dengan antibiotik, obat semprot hidung dan kombinasi antihistamin-dekongestan, post

nasal drip karena alergi atau rinitis non alergi ditanggulagi dengan menghindari

lingkungan yang mempunyai faktor pencetus dan kombinasi antihistamin-

dekongestan. Belakangan, antihistamin sedatif lebih efektif dalam pengobatan batuk

dibandingkan dengan obat generasi baru yang tidak membuat ngantuk.16

Refluks gastroesofageal diatasi dengan meninggikan kepala, modifikasi diet, dengan

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 23Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 24: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

proton pump inhibitor, dimana dapat menghambat produksi asam dan memungkinkan

jaringan esophageal untuk sembuh. Obat proton pump inhibitor meliputi:

- Esomeprazole (Nexium)

- Lansoprazole (Prevacid)

- Omeprazole (Prilosec)

- Pantoprazole (Protonix)

- Rabeprazole (Aciphex)

Batuk pada bronkitis kronis diobati dengan menghentikan merokok. Antibiotik

diberikan pada pneumonia, sarkoidosis diobati dengan kortikosteroid dan batuk pada

gagal jantung kongestif dengan digoksin dan furosemid.16

Pengobatan spesifik juga dapat berupa tindakan bedah seperti reseksi paru pada

kanker paru, polipektomi, menghilangkan rambut dari saluran telinga luar.16

3. Pengobatan Simptomatik

Pengobatan simptomatik diberikan apabila penyebab batuk yang pasti tidak diketahui,

sehingga pengobatan spesifik tidak dapat diberikan dan batuk tidak berfungsi baik

dan komplikasinya membahayakan penderita.16

Obat yang digunakan untuk pengobatan simptomatik ada dua jenis yaitu antitusif, dan

mukokinesis :

a. Antitusif 16

Antitusif adalah obat yang menekan refleks batuk, digunakan pada gangguan

saluran nafas yang tidak produktif dan batuk akibat teriritasi.

Secara umum berdasarkan tempat kerja obat antitusif dibagi atas antitusif yang

bekerja di perifer dan antitusif yang berkerja di sentral. Antitusif yang bekerja di

sentral dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik.

- Antitusif yang bekerja di perifer

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 24Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 25: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di saluran

nafas, yaitu pada reseptor iritan perifer dengan cara anastesi langsung atau

secara tidak langsung mempengaruhi lendir saluran nafas.

Obat-obat anestesi

Obat anestesi lokal seperti benzokain, benzilalkohol, fenol dan garam

fenol digunakan dalam pembuatan lozenges . Obat ini mengurangi batuk

akibat rangsang reseptor iritan di faring, tetapi hanya sedikit manfaatnya

untuk mengatasi batuk akibat kelainan salauran nafas bawah.

Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain dan

lidokain sangat bermanfaat dalam menghambat batuk akibat prosedur

pemeriksaan bronkoskopi. Beberapa hal harus diperhatikan dalam

pemakaian obat anestesi topikal yaitu :

i. Resiko aspirasi beberapa jam sesudah pemakaian obat

ii. Diketahui kemungkinan reaksi alergi terhadap obat anestesi.

iii. Peningkatan tekanan jalan nafas sesudah inhalasi zat anestesi

iv. Resiko terjadinya efek toksis sistemik termasuk aritmia dan kejang

terutama pada penderita penyakit hati dan jantung.

Demulcent

Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan

selaput lendir. Obat ini digunakan sebagai pelarut antitusif lain atau

sebagai lozenges yang mengandung madu, akasia, gliserin dan anggur.

Secara objektif tidak ada data yang menunjukkan obat ini mempunyai

efek antitusif yang bermakna, tetapi karena aman dan memberikan

perbaikan subjektif obat ini banyak dipakai.

- Antitusif yang bekerja sentral.16

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 25Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 26: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Obat ini berkerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsangan

yang dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk dibagi atas golongan narkotik

dan non-narkotik.

Golongan narkotik

Opiat dan derivatnya mempunyai berbagai macam efek farmakologi

sehingga digunakan sebagai analgesik, antitusif, sedatif, menghilangkan

sesak karena gagal jantung dan anti diare. Diantara alkaloid ini morfin

dan kodein sering digunakan. Efek samping obat ini adalah penekanan

pusat nafas, konstipasi, kadang-kadang mual dan muntah, serta efek

adiksi. Opiat dapat menyebabkan terjadinya brokospasme karena

pelepasan histamin. Tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis terapi untuk

antitusif.

Kodein merupakan antitusif narkotik yang paling efektif dan salah satu

obat yang paling sering diresepkan. Pada orang dewasa dosis tunggal 20-

60 mg atau 40-160 mg per hari biasanya efektif. Kodein ditolerir dengan

baik dan sedikit sekali menimbulkan ketergantungan. Disamping itu obat

ini sangat sedikit sekali menyebabkan penekanan pusat nafas dan

pembersihan mukosiliar.

Antitusif Non-Narkotik

Dekstrometorfan

Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan. Obat

ini efektif bila diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4-8 jam, dosis

dewasa 10-20mg setiap 4 jam. Anak-anak umur 6-11 tahun 5-10mg.

Sedangkan anak umur 2-6 tahun dosisnya 2,5 – 5 mg setiap 4 jam.

Butamirat sitrat

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 26Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 27: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Obat ini bekerja pada sentral dan perifer. Pada sentral obat ini

menekan pusat refleks dan di perifer melalui aktifitas

bronkospasmolitik dan aksi antiinflamasi. Obat ini ditoleransi

dengan baik oleh penderita dan tidak menimbulkan efek samping

konstipasi, mual, muntah dan penekanan susunan saraf pusat.

Butamirat sitrat mempunyai keunggulan lain yaitu dapat digunakan

dalam jangka panjang tanpa efek samping dan memperbaiki fungsi

paru yaitu meningkatkan kapasitas vital dan aman digunakan pada

anak. Dosis dewasa adalah 3x15 ml dan untuk anak-anak umur 6-8

tahun 2x10 ml sedangkan anak berumur lebih dari 9 tahun dosisnya

2x15 ml.

Difenhidramin

Obat ini tergolong obat antihistamin, mempunyai manfaat

mengurangi batuk kronik pada bronkitis. Efek samping yang dapat

ditimbulkan ialah mengantuk, kekeringan mulut dan hidung, kadang-

kadang menimbulkan perangsangan susunan saraf pusat. Obat ini

mempunyai efek antikolinergik karena itu harus digunakan secara

hati-hati pada penderita glaukoma, retensi urin dan gangguan fungsi

paru. Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk ialah 25 mg setiap 4

jam, tidak melebihi 100 mg/ hari untuk dewasa. Dosis untuk anak

berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 50

mg/ hari. Sendangkan untuk anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4

jam dan tidak melebihi 25 mg / hari

b. Mukokinesis 16

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 27Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 28: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Retensi cairan yang patologis di jalan nafas disebut mukostasis. Obat-obat yang

digunakan untuk mengatasi keadaan itu disebut mukokinesis. Obat mukokinesis

dikelompokkan atas beberapa golongan :

- Diluent ( cairan )

Air adalah diluent yang pertama berguna untuk mengencerkan cairan sputum.

Cairan elektrolit : larutan garam faal merupakan larutan yang paling sesuai

untuk nebulisasi dan cairan lavage , larutan garam hipotonik digunakan pada

pasien yang memerlukan diet garam

- Surfaktan

Obat ini bekerja pada permukaan mukus dan menurunkan daya lengket mukus

pada epitel. Biasanya obat ini dipakai sebagai inhalasi, untuk itu perlu

dilarutkan dalam air atau larutan elektrolit lain. Sulit dibuktikan obat ini lebih

baik daripada air atau larutan elektrolit saja pada terapi inhalasi.

- Mukolitik

Obat ini memecah rantai molekul mukoprotein sehinggaa menurunkan

viskositas mukus. Termasuk dalam golongan ini antara lain ialah golongan

thiol dan enzim proteolitik.

Golongan Thiol

Obat ini memecah rantai disulfida mukoprotein, dengan akibat lisisnya

mukus. Salah satu obat yang termasuk golongan ini adalah asetilsistein.

Asetilsistein

Asetilsistein adalah derivat H-Asetil dari asam amino L-sistein,

digunakan dalam bentuk larutan atau aerosol. Pemberian langsung ke

dalam saluran napas melalui kateter atau bronkoskop memberikan

efek segera, yaitu meningkatkan jumlah sekret bronkus secara nyata.

Efek samping berupa stomatitis, mual, muntah, pusing, demam, dan

menggigil jarang ditemukan.

Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2-3 kali per oral. Pemberian secara

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 28Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 29: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

inhalasi dosisnya adalah 1-10 ml larutan 20% atau 2-20 ml larutan

10% setiap 2-6 jam. Pemberian langsung ke dalam saluran napas

menggunakan larutan 10-20% sebanyak 1-2 ml setiap jam. Bila

diberikan sebagai aerosol harus dicampur dengan bronkodilator oleh

karena mempunyai efek bronkokonstriksi.

Obat ini selain diberikan secara inhalasi dan oral, juga dapat

diberikan secara intravena. Pemberian aerosol sangat efektif dalam

mengencerkan mukus.

Di samping bersifat mukolitik, N-Asetilsistein juga mempunyai

fungsi antioksidan. N-Asetilsistein merupakan sumber glutation,

yaitu sumber yang bersifat antioksidan. Pemberian N-Asetilsistein

dapat mencegah kerusakan saluran napas yang disebabkan oleh

oksidan. Pada perokok kerusakan saluran napas terjadi karena zat-zat

oksidan dalam asap rokok mempengaruhi keseimbangan oksidan dan

antioksidan. Dengan demikian pemberian N-Asetilsistein pada

perokok dapat mencegah kerusakan parenkim paru terhadap efek

oksidan dalam asap rokok, sehingga mencegah terjadinya emfisem.

Penelitian pada penderita penyakit saluran pernapasan akut dan

kronik menunjukkan bahwa N-Asetilsistein efektif dalam mengatasi

batuk, sesak napas dan pengeluaran dahak. Perbaikan klinik

pengobatan dengan N-Asetilsistein lebih baik bila dibandingkan

dengan bromheksin.

Enzim Proteolitik

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 29Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 30: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Enzim protease seperti tripsin, kimotripsin, streptokinase,

deoksiribonuklease dan streptodornase dapat menurunkan viskositas

mukus. Enzim ini lebih efektif diberikan pada penderita dengan sputum

yang purulen. Diberikan sebagai terapi inhalasi. Tripsin dan kimotripsin

mempunyai efek samping iritasi tenggorokan dan mata, batuk, suara

serak, batuk darah, bronkospasme, reaksi alergi umum, dan metaplasia

bronkus. Deoksiribonuklease efek sampingnya lebih kecil, tetapi

efektifitasnya tidak melebihi asetilsistein.

- Bronkomukotropik

Obat golongan ini bekerja langsung merangsang kelenjar bronkus. Zat ini

menginduksi pengeluaran seromusin sehingga meningkatkan mukokinesis.

Umumnya obat-obat inhalalasi yang mengencerkan mukus termasuk dalam

golongan ini. Biasanya obat ini mempunyai aroma. Contoh obat ini adalah

mentol, minyak kamper, balsem dan minyak kayu putih.

Vicks vapo Rub® mengandung berbagai minyak yang mudah menguap, adalah

bronkomukotropik yang paling populer.

- Bronkorrheik

Iritasi permukaan saluran napas menyebabkan pengeluaran cairan. Saluran

napas bereaksi terhadap zat-zat iritasi yang toksik, pada keadaan berat dapat

terjadi edema paru. Iritasi yang lebih ringan dapat berfungsi sebagai

pengobatan, yaitu merangsang pengeluaran cairan sehingga memperbaiki

mukokinesis. Contoh obat golongan ini adalah larutan garam hipertonik.

- Ekspektoran

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 30Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 31: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Ekspektoran adalah obat yang meningkatkan jumlah cairan dan merangsang

pengeluaran sekret dari saluran napas. Hal ini dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu melalui :

Refleks vagal gaster

Stimulasi topikal dengan inhalasi zat

Perangsangan vagal kelenjar mukosa bronkus

Perangsangan medulla

Refleks vagal gaster adalah pendekatan yang paling sering dilakukan untuk

merangsang pengeluaran cairan bronkus. Mekanisme ini memakai sirkuit

refleks dengan reseptor vagal gaster sebagai afferen dan persarafan vagal

kelenjar mukosa bronkus sebagai efferen.

Termasuk ke dalam ekspektoran dengan mekanisme ini adalah :

Amonium klorida

Kalium yodida, obat ini adalah ekspektoran yang sangat tua dan telah

digunakan pada asma dan bronkitis kronik. Selain sebagi ekspektoran

obat ini mempunyai efek menurunkan elastisitas mukus dan secara tidak

langsung menurunkan viskositas mukus. Mempunyai efek samping

angioderma, serum sickness, urtikaria, purpura trombotik

trombositopenik dan periarteritis yang fatal. Merupakan kontraindikasi

pada wanita hamil, masa laktasi dan pubertas. Dosis yang dianjurkan

pada orang dewasa 300 - 650 mg, 3-4 kali sehari dan 60-250 mg, 4 kali

sehari untuk anak-anak.

Guaifenesin ( gliseril guaiakolat ), selain berfungsi sebagai ekspektoran

obat ini juga memperbaiki pembersihan mukosilia. Obat ini jarang

menunjukkan efek samping. Pada dosis besar dapat terjadi mual, muntah

dan pusing. Dosis untuk dewasa biasanya adalah 200-400 mg setiap 4

jam dan tidak melebihi 2-4 gram per hari. Anak-anak 6-11 tahun, 100-

200 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 1-2 gram per hari, sedangkan

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 31Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 32: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

untuk anak 2-5 tahun, 50-100 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 600 mg

sehari

Sitrat ( Natrium sitrat )

Ipekak

- Mukoregulator

Obat ini merupakan mukokinetik yang bekerja pada kelenjar mukus yang

mengubah campuran mukoprotein sehingga sekret menjadi lebih encer, obat

yang termasuk golongan ini adalah bromheksin dan S-karboksi metil sistein.

Bromheksin

Bromheksin adalah komponen alkaloid dari vasisin dan ambroksol adalah

metaboliknya. Obat ini meningkatkan jumlah sputum dan menurunkan

viskositasnya. Juga ia merangsang produksi surfaktan dan mungkin

bermanfaat pada sindrom gawat napas neonatus. Kedua obat ini

ditoleransi dengan baik, tetapi dapat menyebabkan rasa tidak enak di

epigastrium dan mual. Harus hati-hati pada penderita tukak lambung.

Dosis bromheksin biasanya 8-16 mg 3 kali sehari, sedangkan ambroksol

45-60 mg sehari.

S-karboksi metil sistein

Obat ini adalah derivat sistein yang lain, juga bermanfaat menurunkan

viskositas mukus. Dosis obat ini biasanya 750 mg 3 kali sehari. Obat ini

memberikan efek setelah diberikan 10-14 hari.

- Mediator Otonom

Stimulator yang palin poten untuk sekresi saluran napas adalah obat-obat

kolinergik seperti asetilkolin dan metakolin. Kenyataannya obat ini sangat

kuat sehingga menimbulkan banyak efek samping antara lain bronkospasme.

Obat-obat simpatomimetik juga bisa merangsang pengeluaran sekret. Obat

Beta 2 agonis juga menyebabkan bronkodilatasi dan merangsang pergerakan

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 32Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 33: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

silia. Oleh karena itu menfaat ini dalam mekanisme pengeluaran sekret tidak

diketahui dengan jelas.

I. Komplikasi

Komplikasi tersering adalah keluhan non spesifik seperti badan lemah, anoreksia, mual

dan muntah. Mungkin dapat terjadi komplikasi-komplikasi yang lebih berat, baik berupa

kardiovaskuler, muskuloskeletal atau gejala-gejala lain.2

Pada sistem kardiovaskuler dapat terjadi bradiaritmia, perdarahan subkonjungtiva, nasal

dan di daerah anus, bahkan ada yang melaporkan terjadinya henti jantung. Batuk-batuk

yang hebat juga dapat menyebabkan terjadinya pneumotoraks, pneumomediastinum,

ruptur otot-otot dan bahkan fraktur iga.2

Komplikasi yang sangat dramatis tetapi jarang terjadi adalah Cough syncope atau

Tussive syncope. Keadaan ini biasanya terjadi setelah batuk-batuk yang paroksismal dan

kemudian penderita akan kehilangan kesadaran selama ± 10 detik. Cough syncope terjadi

karena peningkatan tekanan serebrospinal secara nyata akibat peningkatan tekanan

intratoraks dan intraabdomen ketika batuk.6

J. Kesimpulan

Meskipun batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan sekret dan

benda asing dari saluran napas, tetapi bila gejala ini berlangsung lama dan terus menerus,

akan sangat menggagu bahkan dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Untuk itu perlu

ditanggulangi dengan baik.

Batuk kronik adalah batuk yang tidak menghilang selama 8 minggu atau lebih. Batuk

kronik sendiri bukanlah penyakit, tetapi batuk kronik adalah suatu gejala dari penyakit–

penyakit lain

Penyebab batuk kronik seperti postnasal drip, asma dan GERD sangat umum, maka

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 33Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 34: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

pengobatan lebih dikedepankan daripada tes dan dapat dilihat respon dari pengobatan

tersebut. Jika dengan pengobatan batuk kronik menghilang maka diagnosis dapat

ditegakkan. Penatalaksanaan batuk yang paling baik adalah dengan menghilangkan

faktor penyebabnya yaitu dengan mengatasi berbagai macam gangguan atau penyakit

yang merangsang reseptor batuk. Batuk kronik pada perokok paling baik ditanggulangi

dengan menghentikan kebiasaan merokok.

Pengobatan simptomatik diberikan apabila penyebab batuk tidak dapat ditentukan dengan

tepat, bila batuk tidak berfungsi dengan baik atau sangat mengganggu serta

dikhawatirkan akan menimbulkan komplikasi.

N-Asetilsistein adalah mukolitik yang sangat efektif untuk mengencerkan sputum.

Mempunyai manfaat pada penyakit saluran napas akut dan kronik. Obat ini mempunyai

efek lain, yaitu antioksidan, sehingga bermanfaat mencegah kerusakan paru oleh oksidan

dalam asap rokok.

LAMPIRAN

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 34Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 35: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

Gambar 9. Algoritma penatalaksanaan batuk kronik

Diunduh dari : http://www.clinic-clinic.com/prblm/smptm/ChronicCough.gif

DAFTAR PUSTAKA

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 35Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 36: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

1. Aditama T Y. Patofisiologi Batuk. Bagian Pulmonologi FK UI, Unit Paru RS

Persahabatan, Jakarta. 1993; h: 5 – 7.

2. Chung K F, Pavord ID (April 2008). Prevalence, pathogenesis, and causes of

chronic cough. Lancet 371 (9621): 1364–74.

3. McCool F D. Global Physiology and Pathophysiology of Cough. CHEST January

2006 vol. 129 no. 1 suppl 48S-53S

4. Smucny J, Cough, Hueston W J, in 20 Common Problems Respiratory Disorders,

McGraw-Hill Companies, United States. 2002; page: 3-20.

5. Priyanti ZS , Patofisiologi Batuk dan Oksidan Antioksidan,dalam Cermin Dunia

Kedokteran no.84, Jakarta. 1993; h: 8-12.

6. Medicinenet. Chronic Cough. Diunduh 27 September 2010 dari

http://www.medicinenet.com/chronic_cough/page3.htm

7. Sukamto, Sundaru H. Asma Bronkial. Dalam Sudoyo A, Sotiyohadi B, Alwi I,et al,

editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006: 247 – 53.

8. Medicafarma. (2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diunduh 27 September 2010 dari

Medicafarma: http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/asma-bronkiale.html

9. Makmun D. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Dalam Sudoyo A, Sotiyohadi B, Alwi

I,et al, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006: 317 – 21.

10. Blumenthal M N. Kelainan Alergi pada Pasien THT. Dalam Effendi H, Santoso K,

editor. Buku Ajar Penyakit THT Boies Edisi VI.Jakarta: EGC. 1997: 196 - 8.

11. Anonymous. Chronic Cough. Diunduh 27 September 2010 dari

http://www.nlhep.org/books/pul_Pre/chronic-cough.html

12. Rahmatullah P. Bronkiektasis. Dalam Sudoyo A, Sotiyohadi B, Alwi I,et al, editor.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006: 1045 – 9.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 36Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010

Page 37: batuk kronik

Referat Batuk Kronik Rizki Aryo Wicaksono S.Ked - 17120040072

13. Alsagaff H, Mukty A. Bronkiektasis, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga.

University Press. Surabaya. 2006; hal: 256-261

14. Amin Z. Kanker Paru. Dalam Sudoyo A, Sotiyohadi B, Alwi I,et al, editor. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen

Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006: 1015 – 22

15. O’Regan AW, Berman JS. Baum’s Textbook of Pulmonary Disease 7 th Edition.

Editor James D. Crapo, MD. Lippincott Williams & Walkins. Philadelphia. 2004; hal:

255-274.

16. Yunus F, Penatalaksanaan Batuk Dalam Praktek Sehari-hari, dalam Cermin Dunia

Kedokteran no 84, Jakarta. 1993; h: 13-18.

17. Medlinux. (2008, Juli 18). Penatalaksanaan Asma Bronkial. Diunduh 27 September

2010 dari Medicine and Linux:

http://medlinux.blogspot.com/2008/07/penatalaksanaan-asma-bronkial.html

18. Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma.

Diunduh 27 September 2010 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik

Depkes RI: http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ASMA.pdf

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 37Siloam Hospital Kebon Jeruk

Periode 2 Agustus 2010– 9 Oktober 2010