belajar pembelajaran

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tent tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan p prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh karenanya, a calon guru harus perlu mempelajari teori-teori dan prinsip-prinsip belajar ya membimbing aktivitas anda dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belaja mengajar. Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah de langkah prosedur pembelajaran, namun ia bisa memberikan arah priorita dalam tindakan guru. Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungka batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembela pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu memilih tindakan yang tepat. Guru dapatterhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar Selain itu teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan si diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus menggunakan teori-t dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar dapat membimbing aktifitas merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Prinsip-prinsi dapat digunakan untuk mengungkapkan batas-batas kemungkinan dalam pembelajara sehingga guru dapat melakukan tindakan yang tepat. Selain itu dengan prinsip-prinsip belajar guru juga dapat memiliki dan mengembangkan s diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa. 1

Upload: ayubabol

Post on 22-Jul-2015

159 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsipprinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh karenanya, anda sebagai calon guru harus perlu mempelajari teori-teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing aktivitas anda dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah prosedur pembelajaran, namun ia bisa memberikan arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru. Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar dapat membimbing aktifitas guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Prinsip-prinsip belajar dapat digunakan untuk mengungkapkan batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran sehingga guru dapat melakukan tindakan yang tepat. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar guru juga dapat memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.

1

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam

pembelajaran?1.2.2 Bagaimana implikasi terhadap prinsip-prinsip belajar bagi siswa

dan guru 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang dicapai dari penulisan laporan ini sebagai berikut: 1.3.1 Untuk mengetahui penerapan prisip-prinsip belajar dalam

pembelajaran. 1.3.2 dan guru. Untuk mengatahui implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Daryanto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Marzano, dkk (1993) dalam I Wayan Suwatra (2007:102) proses belajar memiliki lima dimensi atau unsure. Dimensi pertama adalah sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar, dimensi kedua adalah memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan, dimensi yang ketiga adalah memperluas dan memperhalus pengetahuan, dimensi keempat adalah menggunakan pengetahuan secara bermakna, dan dimensi yang kelima adalah kebiasaan yang produktif dari pikiran. Prinsip-prinsip belajar menurut Rothwell(1968) dalam I Wayan Suwatra, dkk (2007:110) mengemukakan sepuluh prinsip belajar, yaitu kesiapan, motivasi, persepsi, tujuan, perbedaan idividu, transfer dan retensi, belajar kognitif, belajar afektif, belajar psikomotor, dan evaluasi. Prinsip-prinsip belajar secara umum, yaitu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individu.

3

Prinsip-prinsi belajar menurut Slameto (2003:27), yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip Belajar Menurut Gestalt adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehinnga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan sendirinya melalui teori-teori dan pengalamanpengalaman yang sudah diterimanya. Prinsip Belajar Menurut Robert H Davies adalah suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan siswa Motivasi menurut I Wayan Suwatra, dkk (2007:111) adalah suatu kondisi pada diri individu yang memprakarsai kegiatan, pengaturan dan memelihara kesungguhan. Motivasi menurut Hull (1943) ialah sebagai dorongan untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan agar tetap hidup. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang (Gage dan Berliner, 1948)

4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan didalam proses belajar mengajar. Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya dapat mengotrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami prinisp-prinsip belajar itu. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relative berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan mengajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002;42) prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan

5

langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.1. Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri, motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an organism to initiate and direct behavior. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan. Menurut Suciati, dkk (2007;3.4) motivasi erat kaitannya dengan minat. siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya. Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi dibedakan menjadi dua: 1) Motif intrinsik. Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh

6

mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. 2) Motif ekstrinsik. Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar. Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut transformasi motif. Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.

Menurut M. Sobry Sutikno(2007) bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini

7

tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut: 1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu

semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya

untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan

atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat

proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar Strateginya adalah

dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik 8

8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok 9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan 10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

2. Keaktifan

Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses masalah, balajar mencari mengajar dan anak mampu fakta, mengidantifikasi, merumuskan menemukan

menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan. Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.

9

3. Keterlibatan langsung/berpengalaman.

Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

4. Pengulangan

Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya law of exercise, Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons benar. Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah

10

Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.

5.

Tantangan Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.

6. Balikan dan penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike.

11

Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.

7. Perbedaan individu

Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya. Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:

Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi Penggunaan metode instruksional Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang

Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa12

Prinsip-prinsip belajar menurut Rothwell (1968) dalam I Wayan Suwatra, dkk (2007:110) mengemukakan 10 prinsip belajar yaitu : 1. Kesiapan 2. Motivasi 3. Persepsi 4. Tujuan 5. Perbedaan Individual 6. Transfer dan retensi 7. Belajar kognitif 8. Belajar afektif 9. Belajar Psikomotor 10. Evaluasi

1. Prinsip Kesiapan (Readiness) Proses belajar dipengaruhi oleh kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi, latar belakang, pengalaman, hasil belajar yang lalu, dan factorfaktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar. Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan, yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanaka pembelajaran.

13

Seseorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat, dan latar belakangnya.

Kesiapan belajar harus dikaji bukan diduga. Hal ini mengandung arti bahwa bila seorang guru ingin mendapatkan gambaran kesiapan siswanya untuk mempelajari sesuatu ia harus melakukan pengetesan kesiapan.

Jika seorang individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas, tugas itu seyogyanya ditunda sampai individu tersebut memiliki kesiapan untuk malaksanakan tugas. Karena itu, guru hendaknya sengaja merancang tugas sesuai dengan kesiapan siswa.

Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan. Hal ini berarti bahwa siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin memiliki pola kemampuan mental yang berbeda.

Bahan-bahan kegiatan dan tugas seyogyanya divariasikan sesuai dengan factor kesiapan individu baik kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor dari berbagai individu.

Berkenaan dengan prinsip kesiapan dalam belajar, dalam memulai kegiatan pembelajaran guru hendaknya memberikan apersepsi. Apersepsi berfungsi mempersipakan kondisi belajar para siswa. Melalui apersepsi guru dapat menciptakan suasana siap mental siswa untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan yang dapat dilakuakn guru dalam menyiapkan siswa untuk belajar diantaranya : Mengkaitkan materi yang dipelajari dengan materi yang telah dikuasai oleh siswa.

14

Memulai pembelajaran dari hal-hal yang telah dikenal atau dikuasai siswa .

2. Prinsip motivasi (motivation) Motivasi adalah suatu kondisi pada diri individu yang memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan, dan memelihara kesungguhannya. Secara alami anak-anak ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogyanya didorong dan bukan dihambat. Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan ,motivasi yang perlu dikembangkan dapal proses belajar.

Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis, social, dan emosional, tetapi juga didorong untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.

Pengetahuan tentang kemuajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat memelihara dan memperkuat kesungguhan siswa dalam belajar.

Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar. Walaupun begitu, tidak berarti bahwa kegagalan dapat menurunkan motivasi. Kegagagalan dapt meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai factor.

Motivasi dipengaruhi oleh unsure-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri atau keyakinan diri.

Motivasi akan bertambah bila individu merasa yakin bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.

Komentar dan penguatan dari guru, orang tua, dan teman sebaya berpengaruh terhadap motivasi dan prilaku.15

Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi khas, tetapi perlu dibatasi jangan sampai terjadi individu bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar.

Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam meningkatkan motivasi. Tetapi bila kesempatan untuk menang relative kecil, kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan

Proses belajar dan kegiatan yang berkaitan dengan minat siswa dapat mempertinggi motivasi.

Berkenaan dengan prinsip motivasi dalam membantu siswa belajar, guru hendaknya mengembangkan kegiatan pembelajaran yang menarik dan memelihara perhatian siswa serta sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Di samping itu, guru hendaknya juga membantu meyakini siswa bahwa mereka memiliki kemampuan untuk belajar serta kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterapilan yang dipelajarinya. Selain itu, guru hendaknya mengembangkan kegiatan pembelajaran yang membantu siswa untuk mencapai rasa puas atas penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya. Proses yang efektif, yaitu pembelajaran yang memotivasi siswa akan memberikan pengalaman yang berharga baik bagi siswa maupun bagi guru.

3. Prinsip persepsi Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi prilaku individu. Seorang guru dapat memahami siswa-siswanya lebih baik apabila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu. Persepsi siswa tentang kemampuan, kekuatan dan kelemahan berpengaruh terhadap usaha yang dilakukan dalam belajar. Siswa yang mempunyai persepsi positif terhadap

16

kegiatan belajar dan dirinya maka mereka akan senang dan sungguh-sungguh dalam belajar. Sebaliknya, siswa yang mempunyai persepsi negative terhadap dirinya dan kegiatan belajar, akan merasa terpaksa dalam belajar dan belajar merupaka beban bagi mereka. Apabila hal ini terjadi siswa tidak akan berhasil dalam belajar. Berkenaan dengan prinsip persepsi ini, berikut ini beberapa hal penting yang harus kita perhatikan: Persepsi siswa terhadap sesuatu dipengaruhi oleh factor lingkungan dimana siswa berada. Penafsiaran individu terhadap sesuatu tergantung pada tujuan, sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan, dan kemampuannya. Cara seseorang melihat dirinya perpengaruh terhadap prilakunya. Dalam suatu situsi seorang siswa cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri.

Untuk membentuk persepsi yang tepat, siswa dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan kepada mereka untuk menilai dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Prilaku yang baik tergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat mambantu siswa menilai persepsinya.

Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklarifikasi persepsi mereka.

Tingkat pertumbuhan perkembangan siswa akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.

Dalam menumbuhkan persepsi yang positif baik terhadap dirinya maupun terhadap kegiatan belajar guru hendaknya :

17

Menciptakan iklim kelas yang menyenangkan dan aman sehingga siswa mersa senang dalam belajar.

Mengorganisasikan materi pelajaran dengan memperhatikan tingkat kesulitan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai keberhasilan dalam beljar.

Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menarik sehingga siswa merasa senang dalam mlaksakan tugas belajar yang diberikan.

Memberikan tugas atau kegiatan yang menekankan pada kekuatan atau kelebihan siswa. Kegiatan semacam ini akan membantu siswa memiliki rasa senang terhadap dirinya sendiri.

4. Prinsip tujuan Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang. Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para siswa pada saat proses belajar terjadi. Mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : Tujuan seyogyanya mewadahi kemampuan yang harus dicapai. Penetapan tujuan seyogyanya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat. Siswa akan dapat menerima tujuan yang dirasakan memenuhi kebutuhannya. Tujuan guru dan siswa seyogyanya sesuai. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi prilaku.

18

Tingkat keterlibatan siswa mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia capai.

Perasaan siswa mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi prilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun.

Tujuan harus dirumuskan dengan jelas dan dapat diterima oleh siswa.

Berkenaan dengan prinsip tujuan ini untuk membantu siswa berhasil dalam belajarnya guru hendaknya menuliskan tujuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan siswa. Apabila siswa melihat kesesuaian antara minat dan kebutuhannya dengan tujuan yang dirumuskan, motivasi belajar mereka akan meningkat. Dalam kegiatan pembelajaran, guru hendaknya menyampaikan tujuan pada awal pelajaran. Hal ini akan memberikan arah terhadap usaha yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Disamping itu, mengetahui tujuan yang harus dicapai siswa dapat menilai adirinya sendiri apakah mereka telah mencapai tujuan atau belum. Oleh karena itu tujuan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas.

5. Prinsip perbedaan individual Menurut prinsip ini, proses belajar yang terjadi pada individu berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh karena setiap individu berbeda satu sama lain baik fisik maupun psikis. Berkenaan dengan perbedan individual dalam proses belajar, ada beberapa hal: Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan yang berbeda-beda.

19

Para siswa perlu mengenal potensinya dan seyogyanya dibantu untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan sendiri.

Para siswa membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan, minat dan latar belakangnya.

Siswa cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lampaunya yang ia rasakan bermakna.

Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bila individu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar. Manakah para siswa memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai individu, upaya untuk memecahkan masalah, motivasi dan kreativitasnya akan lebih meningkat.

Siswa yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan sungguh-sungguh tetapi sebaliknya bila kelemahannya lebih ditekankan maka ia akan menujukan ketidakpuasannya terhadap belajar.

Berkenaan dengan prinsip perbedaan individu, kegiatan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan individual siswa. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan guru dalam upaya memenuhi kebutuhan individu siswa diantaranya: Melaksanakan kegiatan kelompok yang pengelompokannya didasarkan atas kesanggupan siswa. Memberikan tugas yang dapat diselesaikan sesuai dengan kecepatan masingmasing.

Memberikan tugas tambahan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran dan memberikan tugas pengayaan bagi siswa yang pandai.20

Melaksanakan pembelajaran proyek atau unit. Jjenis pembelajaran ini menuntut siswa untuk memecahkan suatu permasalahan ditinjau dari berbagai bidang pengetahuan. Melalui pembelajaran unit/proyek siswa dapat mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat dan kesangguapan.

6. Prinsip Transfer dan Retensi Berdasarkan prinsip ini, dalam proses belajar seseorang dituntut untuk menyerapan dan menyimpan hasil belajar (retensi) serta menggunakannya dalam situasi baru(transfer). Oleh karena itu, belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil berlajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Berkenaan dengan proses transfer dan retensi, ada beberapa prinsip yang harus diingat : Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk menginat atau menugaskan suatu latihan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi. Bahan yang bermakna bagi siswa dapat diserap lebih baik. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu terjadi.

Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Kegiatan belajar yang dibagi kedalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang baik dari pada proses belajar yang berkepanjangan. Penentuan unit-unit kecil kegiatan ditentukan oleh struktur logis dari materi dan kebutuhan para siswa .

Penelahaan bahan-bahan yang actual, keterampilan, dan konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer.

21

Proses belajarr cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Sikap pribadi, perasaan, atau suasana emosi siswa dapat menyebabkan proses peluapan pada hal-hal tertentu. Bahan-bahan yang tidak sesuai dengan sikap pribadi, perasaan, dan suasana emosi tidak akan dapat diserap dengan baik dibandingkan dengan baha-bahan yang menyenangkan.

Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan lama terjadi bila bahan baru yang sama yang dituntut.

Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan ilustrasi terhadap unsure-unsur yang serupa.

Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mudah bila hubunganhubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi agak sama.

Mengakhiri prose belajar dengan membuat generalisasi atau kesimpulan, yang dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

Berkenaan dengan prinsip dan retensi guru hendaknya mengembangkan kegiatan pembelajaran yang : a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan

kemampuannya dalam memecahkan masalah sehari-hari. b. Menunjukkan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep

yang lain bahkan dengan mata pelajaran atau bidang studi lain sehingga siswa melihat adanya hubungan yang erat dan memiliki arti bagi siswa.

22

c.

Menggunakan berbagai media pembelajaran sehingga siswa dapat lebih

mudah memahami konsep ayang dibahas.

7. Prinsip Belajar Kognitif. Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajar kognitif mencakup asosisasi antar unsure pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk prilaku baru. Berfikir, menalar, menilai, dan berimajinasi merupakan aktifitas mental yang berkaitan dengan proses pembelajaran kognitif. Proses belajar itu terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktifitas mental. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif. 1. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini siswa perlu memusatkan perhatiannya agar proses belajar kognitif benar-benar terjadi. 2. Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individu yang ada. 3. Bentuk-bentuk kognitif. 4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan kedalam satuan-satuan atau unit-unit yang sesuai. 5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting. Kegiatan mencari, menerapkan, mendefinisikan, dan menilai sangatlah diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna. 6. Dalam memecahkan masalah para siswa harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai,23

kesiapan,

perbendaharaan

kata,

kemampuan

membaca,

kecakapan dan pengalaman, berpengarung langsung terhadap proses belajar

menafsirkan dan menganalisis masal;ah serta memungkinkan berfikir menyebar ( divergent thinking ). 7. Perhatian yang lebih terhadap proses mental daripada terhadap hasil belajar akan lebih memungkinkan terjadinya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis, dan pembelajaran . Untuk membantu siswa berhasil dalam proses belajar kognitif guru hendaknya mempertimbangkan latar belakang dan lingkungan siswa dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengaitkan ,materi yang dipelajari dengan hal-hal yang pernah, sedang, dan akan dialami siswa baik disekolah maupun diluar sekolah, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan suatu masalah.

8. Prinsip Belajar Afektif Proses belajar afektif seseorang seseorang menentukan bagaimana yang menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencangkup nilai, emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal siswa mungkin tidak menyadari belajar afektif. Berkenaan dengan hal tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif. 1. Hampir semua situasi kehidupan mengandung aspek afektif. 2. Cara siswa menyesuaikan diri dan memberikan reaksi terhadap situasi akan member dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif. 3. Nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat. Nilai,sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada keseluruhan proses perkembangan. 4. Sikap dan nilai sering dibentuk melalui proses identifikasi diri orang lain dan bukan sebagai hasil belajar langsung.24

5. Sikap lebih mudah dibentuk melalui pengalaman yang menyenangkan. 6. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok. 7. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang sangat erat. 8. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi dengan guru dalam kelas. 9. Siswa dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan, dan frustasi sangat perlu untuk membantu siswa memperoleh pengertian diri dan kematangannya. Berkenaan dengan proses belajar yang afektif, guru hendaknya melaksanakan

pembelajaran yang memungkinkan terbentuknya kemampuan afektif siswa, seperti : kegiatan yang mempersyaratkan siswa bekerja sama, memecahkan masalah secara mandiri, menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditetapkan. Disamping itu pemberian contoh merupakan metode yang ampuh dapat diterapkan guru dalam pembentukan sikap dan nilai.

9. Prinsip belajar psikomotor Proses belajar psikomotor menentukan bagaimana individu mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor menurut keaktifan aspek mental dan fisik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar psikomotor : Pelaksanaan tugas dalam satu kelaompok akan menunjukkan variasi dalam kemapuan dasar psikomotor.

25

Struktur ragawi dan system saraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor.

Melalui bermain dan aktivitas informal, siswa akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik.

Dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan siswa untuk memadukan dan memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.

Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan psikomotor individu.

Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif siswa dapat menambah efisiensi belajar psikomotor.

Latihan yang cukup yang diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat memperkuat belajar psikomotor.

Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi siswa dapat menimbulkan frustasi dan kelelahan yang lebih cepat.

Berkenaan dengan prinsip belajar psikomotor, dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya melakukan hal-hal berikut : Memberikan petunjuk secara verbal tentang langkah-langkah yang harus ditempuh siswa untuk menguasai keterampilan. Menggunakan gambar atau mendemontrasikan gerakan-gerakan atau kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam menguasai suatu keterampilan. Dengan adanya latihan secara mental, melalui pengamatan terhadap keterampilan yang didemontrasikan,kemungkinan siswa akan lebih cepat menguasai keterampilan yang diharapkan.

26

Memberikan latihan yang cukup karena keterampilan motorik menuntut latihan yang bertahap. Tingkat kelenturan, kecepatan dan ketepatan gerakan hanya dapat dicapai melalui latihan yang berulang-ulang.

10.

Prinsip Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan oleh karena itu, jenis,cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya. Pelaksanaan kegiatan evaluasi memungkinkan siswa untuk mengetahui kemajuan dalam pencapaian tujuan. Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan evaluasi yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran. Evaluasi member arti pada proses belajar dan member arah baru pada siwa. Bila evaluasi dilakukan guru dapat mempengaruhi keterlibatan siswa dalam evaluasi dan belajar. Bila evaluasi dikaitkan dengan tujuan maka peran evaluasi sangat penting bagi siswa. Evaluasi terhadap pencapaian tujuan akan lebih mantap jika guru dan siswa saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi

kemampuan guru dalam melayani siswa. Sebaiknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan siswa untuk menilai dirinya. Kelompok teman sebaya berguan dalam evaluasi. Melalui interaksi dengan temannya, siswa mengkaji pengalamannya. Pada gilirannya siswa akan mampu menilai pengalamannya sendiri.

27

Berkenaan dengan prinsip evaluasi, guru hendaknya melaksanakan kegiatan evaluasi secara menyeluruh, tidak hanya pencapaian hasil belajar, tetapi juga proses belajar. Disamping itu aspek yang di evaluasi tidak hanya ranah kognitif tetapi juga mencangkup aspek psikomotor dan afektif. Hal ini menuntut guru untuk menggunakan berbagai alat evaluasi, tidak hanya tes tetapi juga non-tes. Itulah prinsip belajar yang harus diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Kesepuluh prinsip tersebut saling berkaitan satu sama lain. Penerapan prinsip kesiapan dalam memulai pelajaran dengan mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah dikuasi siswa. Juga merupakan prinsip motivasi. Penerapan prinsip perbedaan individual dalam memberikan tugas yang sesuai dengan kesanggupan siswa juga dapat merupakan penerapan prinsip transfer dan retensi jika tugas tersebut menuntut siswa untuk menerapkan materi yang dipelajarinya dalam memecahkan suatu permasalahan.

Menurut Daryanto (2010:24) prinsip-prinsip belajar disusun sebagai berikut: 1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. 2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. 3. Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 4. Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. 5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.

28

6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. 7. Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.8. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

9. Belajar adalah proses hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan, stimulus yang diberikan renspon yang diharapkan. 10. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian dan keterampilan atau sikap itu mendalam pada siswa.

3.2 Implikasi Prinsip-prinsip Belajar bagi Siswa dan Guru A. Implikasi Prinsip-prinsip Belajar bagi Siswa Siswa sebagai primus motor(motor utama) dalam kegiatan pemblajaran, dengan apa pun tidak dapat mengabaikan prinsip-prinsip belajar. Karena jika mereka sudah menyadari betapa pentingnya implikasi prisip-prisip belajar terhadap diri mereka, tentu mereka akan berhasil didalam proses pemblajaran (Dimyati dan Mujiono, 2007;50). 1. Perhatian dan Motivasi Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Pesan-pesan yang menjadi isi pelajaran seringkali dalam bentuk rangsangan suara, warna, bentuk, gerak, dan rangsangan lain yang dapat diindra. Sehingga nantinya siswa diharapkan bisa merima rangsangan tersebut, seperti mendengarkan ceramah guru, membandingkan konsep yang sebelumnya dengan konsep yang baru saja diterima.

29

Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu factor yang mempengaruhi motivasi. (Gage dan Berliner,1984:373) dalam Dimyati dan Mudjiono(2002;51). Menurut Hull (1943) motivasi adalah dorongan untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan agar tetap hidup. Dorongan inilah yang menggerakkan dan mengarahkan perhatian, perasaan dan perilaku atau kegiatan siswa. Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada dalam diri mereka harus dibangkitkan dan dikembangkan secara terus-menerus. Untuk mencapai semua itu siswa harus mengetahui tujuan belajar yang ingin dicapai.

2.

Keaktifan Dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, seorang siswa

dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengelolah perolehan belajarnya. Untuk mencapai semua itu secara efektif, pelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud prilaku-prilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, membuat kliping, dan prilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.

3.

Keterlibatan langsung/berpengalaman Hal apa pun yang dipelajari siswa, maka ia harus memplajarinya sendiri.

Tidak ada seorang pun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies, 1987:32). Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segansegan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Dengan

30

keterlibatan mereka secara langsung, dapat menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk perilaku keterlbatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip ke aktifan pada diri siswa. Namun, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan keaktifan siswa.

4.

Pengulangan Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara

keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32). Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Suatu contoh siswa mengerjakan soal-soal latihan, menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah, dan masih banyak contoh yang lainnya.

5.

Tantangan Apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia

lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik (Davies, 1987:32). Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Seperti contoh, siswa dapat melakukan eksperimen-eksperimen tertentu, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, dan lain-lain.

31

6.

Balikan dan Penguatan Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan

penguatan (reinforcement) (Davies, 1987:32). Hal ini timbul karena kesadaraan adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan di antaranya adalah menerima kenyataan nilai yang di peroleh sesuai kemampuan diri sendiri dengan lapang dada.

7.

Perbedaan Individual Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan

yang lainnya. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo(kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa di antaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, dan lain sebagainya. B. Implikasi Prinsip-prinsip Belajar bagi Guru

Guru sangatlah berperan penting dalam kegiatan proses pembelajaran dan sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran yang terimplikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tertampak pada rencana pembelajaran maupun pelaksanaan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Kesadaran adanya prinsip-prinsip belajar yang terwujud dalam perilaku guru, dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan. 1. Perhatian dan motivasi

Guru sejak merencanakan kegiatan pembelajarannya sudah memikirkan perilaku terhadap siswa sehingga dapat menarik perhatian dan menimbulkan

32

motivasi siswa. Implikasi prinsip perhatian bagi seorang guru dapat di lihat pada perilaku-perilaku sebagai berikut: 1. Guru menggunakan metode ajar secara bervariasi. 2. Guru mengunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan. 3. Guru mengunakan gaya bahasa yang tidak menoton.4. Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question).

Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi seorang guru dapat dilihat pada perilakuperilaku sebagai berikut: 1. Memilih bahan ajar sesuai minat siswa.2. Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa.

3. Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada para siswa. 4. Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan. 5. Memberikan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa.

2.

Keaktifan

Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masin siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengidividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten. 1988:224). Hal ini berarti pula bah kesempatan yang di berikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari,

33

memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk mencapai semua itu, maka perilaku-perilaku yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan multimetode dan multimedia. 2. Memberikan tugas secara individual dan kelompok. 3. Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil. 4. Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas. 5. Mengadakan Tanya dan diskusi.

3.

Keterlibatan langsung atau berpengalaman

Guru harus menyadari bahwa keaktifan membutuhkan keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran. Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental emosional, dan intelektual dalam kegiatan dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksakan kegiatan pembelajaran dengan dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman diantaranya adalah :1. Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran

individual dan kelompok kecil. 2. Meningkatkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi. 3. Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa.

34

4. Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekan gerakan psikomotorik yang dicontohkan. 5. Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar sekolah. 6. Meningkatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran. Guru diharapkan mampu bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pelajaran yang mampu mempengaruhi, membimbing, serta mendorong siswa kearah tujuan pengajaran yang ditetapkan. 4. Pengulangan

Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilih antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan, karena tidak semua pesan pembelajaran membutuhkan pengulangan. Pengulang yang perlu dilakukan adalah saat pembelajaran yang harus dihafalkan secara tepat dan tidak boleh salah satu kata pun. Perilaku guru sebagai implikasi prinsip pengulangan di antaranya adalah: 1. Merancang pelaksanaan pengulangan. 2. Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan. 3. Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang. 4. Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan. 5. Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.

5.

Tantangan.

35

Jika seorang guru ingin mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran, seorang guru harus memberikan tantangan kep[ada siswanya. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Ada pun kegiatan yang dapat dilakukan oleh seorang guru adalah sebagai berikut: 1. Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual maupun berkelompok. 2. Memberikan tugas kepada siswa memecahkan masalah yang membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai nara sumber informasi. 3. Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan.4. Mengembangkan bahan pelajaran yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk

mendapatkan tantangn di dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari sumber dari data lain. 5. Membimbing siswa untuk menemukan fakta, kansep, prinsip, dan generalisasi sendiri. 6. Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topic diskusi.

6.

Balikan dan penguatan.

Guru sebagai penyelenggara kegiatan penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan penguatan diberikan. Balikan ini dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, dan secara individual

36

maupun berkelompok. Perilaku-perilaku yang harus dilakukan oleh seorang guru agar implikasi prisip balikan dan penguatan dapat terwujud adalah sebagai berikut: 1. Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah. 2. Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan. 3. Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, kliping pekerjaan rumah), berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran. 4. Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pembelajar. 5. Mengumumkan ataumengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes. 6. Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru. 7. Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas.

7.

Perbedaan individual.

Setiap guru hendaknya menyadari bahwa dalam satu kelas itu terdapat siswa yang berbeda-beda, baik fisik, karateristik, kemampuan, dan lain sebagainya. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kapada semua perbedaan yang melekat pada diri siswa. Dengan kata lain, guru tidak mengasumsikan bahwa siswa dalam kegiatan pembelajaran yang diselenggarakannyamerupakan satu-kesatuan yang memiliki karakteristik yang sama. Hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru adalah sebagai berikut:

37

1. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya. 2. Merancang pembelajaran. 3. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan.4. Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.

pemanfaatan

berbagai

media

dalam

menyajikan

pesan

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan didalam proses belajar mengajar. Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya dapat mengotrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami prinisp-prinsip belajar itu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002;42) prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.

38

Prinsip-prinsip belajar menurut Rothwell (1968) dalam I Wayan Suwatra, dkk (2007;110) mengemukakan 10 prinsip belajar yaitu : 1. Kesiapan 2. Motivasi 3. Persepsi 4. Tujuan 5. Perbedaan Individual 6. Transfer dan retensi 7. Belajar kognitif 8. Belajar afektif 9. Belajar Psikomotor 10. Evaluasi

Implikasi Prinsip-prinsip Belajar bagi Siswa Siswa sebagai primus motor(motpr utama) dalam kegiatan pemblajaran, dengan apa pun tidak dapat mengabaikan prinsipprinsip belajar. Karena jika mereka sudah menyadari betapa pentingnya implikasi prisip-prisip belajar terhadap diri mereka, tentu mereka akan berhasil didalam proses pemblajaran. Implikasi Prinsip-prinsip Belajar bagi Guru. Guru sangatlah berperan penting dalam kegiatan proses pembelajaran dan sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran yang terimplikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tampak pada rencana pembelajaran maupun pelaksanaan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Kesadaran adanya prinsip-prinsip

39

belajar yang terwujud dalam perilaku guru, dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan.

4.2 Saran Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memahami tentang geostrategic Indonesia. Sebagai bangsa Indonesia pengetahuan tentang geostrategic Indonesia sangatlah penting,selain itu ketahanan nasional sangat berhubungan erat dengan geostrategic Indonesia dalam hubungannya dengan keadaan di Indonesia dewasa ini. Maka, untuk itu pembaca diharapkan memperluas lagi pengetahuan dengan membaca berbagai macam buku tentang geostrategic Indonesia.

40