belajar kelompok pada mata pelajaran...

13
1 PENGARUH PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS DENGAN SETTING BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 TUNTANG Latifah Nurul Aeni, Novisita Ratu, Tri Nova Hasti Yunianta Program Studi Pendidikan Matematika Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro no 52-60 Salatiga, Indonesia Email: [email protected] ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Means-Ends Analysis dengan setting belajar kelompok terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VII SMP N 3 Tuntang. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP N 3 Tuntang dengan populasi sebanyak 120 siswa. Pengambilan sampel dengan tehnik cluster random sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIA diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran Means-Ends Analysis dengan setting belajar kelompok dan kelas VIIB diberi perlakuan dengan model konvensional. Mengukur kemampuan berpikir kritis matematis menggunakan tes berbentuk uraian yang sudah divalidasi ahli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran Means-Ends Analysis dengan setting belajar kelompok terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansi uji nonparametric sebesar 0,000 < 0,05. Rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen sebesar 83,06 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa yaitu sebesar 71,46. Terlihat bahwa rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas kontrol dengan perbedaan rata-rata sebesar 11,60. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran Means-Ends Analysis dengan setting belajar kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model konvensional. Kata kunci: means-ends analysis, setting belajar kelompok, kemampuan berpikir kritis matematis. PENDAHULUAN Matematika di sekolah terdiri atas bagian-bagian yang dipilih untuk menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan itu, mata pelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar menekankan pada pembentukan nalar/logika, sikap, dan keterampilan yang terkandung dalam setiap pembelajaran matematika. Disamping

Upload: vuongthuan

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

1

PENGARUH PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS DENGAN SETTING

BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

KELAS VII SMP NEGERI 3 TUNTANG

Latifah Nurul Aeni, Novisita Ratu, Tri Nova Hasti Yunianta

Program Studi Pendidikan Matematika Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro no 52-60 Salatiga, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Means-Ends

Analysis dengan setting belajar kelompok terhadap kemampuan berpikir kritis

matematis siswa kelas VII SMP N 3 Tuntang. Jenis penelitian ini adalah quasi

experiment. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP N 3 Tuntang dengan

populasi sebanyak 120 siswa. Pengambilan sampel dengan tehnik cluster random

sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIA diberi perlakuan dengan

menggunakan pembelajaran Means-Ends Analysis dengan setting belajar kelompok dan

kelas VIIB diberi perlakuan dengan model konvensional. Mengukur kemampuan

berpikir kritis matematis menggunakan tes berbentuk uraian yang sudah divalidasi ahli.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran Means-Ends

Analysis dengan setting belajar kelompok terhadap kemampuan berpikir kritis

matematis siswa. Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansi uji nonparametric sebesar

0,000 < 0,05. Rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas

eksperimen sebesar 83,06 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata hasil kemampuan

berpikir kritis matematis siswa yaitu sebesar 71,46. Terlihat bahwa rata-rata hasil

kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

dengan rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas kontrol dengan

perbedaan rata-rata sebesar 11,60. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil

kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan menggunakan

pembelajaran Means-Ends Analysis dengan setting belajar kelompok lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model konvensional.

Kata kunci: means-ends analysis, setting belajar kelompok, kemampuan berpikir kritis

matematis.

PENDAHULUAN

Matematika di sekolah terdiri atas bagian-bagian yang dipilih untuk

menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu

pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan itu, mata pelajaran

matematika pada jenjang pendidikan dasar menekankan pada pembentukan nalar/logika,

sikap, dan keterampilan yang terkandung dalam setiap pembelajaran matematika. Disamping

Page 2: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

2

itu, matematika memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan

bermartabat melalui sikap kritis dan berpikir logis (Suminarsih, 2007). Berdasarkan hal

tersebut maka matematika dipilih menjadi salah satu mata pelajaran yang diberikan ketiga

tingkat pendidikan di Indonesia, yaitu pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Berpikir kritis merupakan sebuah proses terarah dan jelas yang digunakan dalam

kegiatan mental, seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,

menganalisis asumsi dan melakukan penelitian (Johnson, 2011). Seorang siswa akan memiliki

kemampuan berpikir kritis apabila siswa tersebut memiliki kemampuan untuk

mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi argumen serta mampu memecahkan

masalah dengan tepat. Menurut Ennis (2009) berpikir kritis merupakan terjemahan dari

criticital thinking, yang merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi (higher order thinking).

Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia masih mengalami beberapa

beberapa kendala. Salah satunya adalah terlalu dominan peran guru di sekolah sebagai

penyebar ilmu atau sumber ilmu, sehingga siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang

akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun

memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa lebih banyak didasarkan

melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap

sebagai siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah

lama sampai sekarang masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di

Indonesia (Sutrisno, 2009).

Perlu dilakukan perbaikan untuk mengatasi permasalahan di atas, yaitu dengan cara

mengubah paradigma mengajar menjadi paradigma belajar. Pembelajaran yang lebih

memfokuskan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menemukan kembali

konsep-konsep, melakukan refleksi, abstraksi, formalisasi dan aplikasi. Salah satu cara yang

dapat dilakukan adalah dengan model pembelajaran yang menggunakan metode yang inovatif

serta mengaktifkan siswa dalam belajar. Pembelajaran yang dilakukan akan memberi

kesempatan kepada siswa untuk memikirkan penyelesaian dari masalah itu melalui diskusi

dengan teman sekelasnya, selain itu akan melatih siswa untuk berpikir kritis dan dapat

menyelesaikan persoalan matematika tingkat tinggi dengan logika yang benar sesuai dengan

realitas yang ada.

Berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam

pembelajaran matematika sesuai dengan kurikulum 2013. Salah satu model pembelajaran

yang bisa digunakan adalah model pembelajaran MEA (Means-Ends Analysis). Model

pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang

Page 3: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

3

dianggap cukup menarik, dan diharapkan dapat mendorong dan meningkatkan siswa untuk

berpikir kritis.

Means-End Analysis (MEA) adalah model pembelajaran variasi antara metode

pemecahan masalah dengan sintaks yang menyajikan materinya pada pendekatan pemecahan

masalah berbasis heuristik, mengelaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana,

mengidentifikasi perbedaan, menyusun sub-sub masalahnya sehingga terjadi konektivitas

(Erman, 2007). Permasalahan yang digunakan diambil dari permasalahan nyata di lingkungan

sekitar dalam pembelajaran matematika sebagai stimulus untuk memunculkan pemikiran kritis

siswa. Pemikiran kritis akan membentuk kreativitas siswa mengembangkan “keterampilan

memproses” secara individu maupun kelompok untuk menumbuhkan pemikiran kritis para

siswa. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan MEA (Means-Ends Analysis) guru

mengajak siswa untuk mengelaborasi, mengidentifikasi dan memahami suatu permasalahan

untuk dipecahkan dan mencari solusi sehingga permasalahan dapat dipecahkan secara terarah.

Model pembelajaran ini dilakukan dengan setting belajar kelompok, dengan cara membentuk

kelompok kecil, banyak kerja sama dan interaksi, mendiskusi hal-hal yang tidak atau kurang

dipahami serta berbagi tugas sehingga memperoleh hasil diskusi yang diinginkan.

Terkait dengan paparan tentang pembelajaran Means-Ends Analysis, terdapat

beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan pembelajaran Means-Ends Analysis.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumayanti (2012) yang menyatakan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran MEA dengan setting belajar kelompok, kualitas hasil

belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran MEA dengan setting belajar

kelompok tergolong sangat tinggi. Kualitas hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model konvensional tergolong tinggi, serta terdapat perbedaan yang

signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model MEA dengan setting

belajar kelompok dan siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional. Syahbana

(2012) mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan

kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara yang pembelajarannya menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning dan menggunakan pendekatan konvensional;

terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara

siswa pada level pengetahuan awal matematika tinggi, sedang dan rendah; tidak terdapat

interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan level pengetahuan awal matematika siswa

terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang hampir sama

dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Page 4: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

4

pembelajaran MEA dengan setting belajar kelompok terhadap kemampuan berpikir kritis

matematis siswa SMP Negeri 3 Tuntang.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu (quasi experimental

design), karena penelitian ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan

penelitian (Sugiyono, 2010). Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah

pembelajaran Means-Ends Analysis dengan setting belajar kelompok. Desain pada penelitian

ini adalah Pretest-Posttest Only Control Group Design. Selanjutnya untuk mengetahui

perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan pembandingan rata-

rata dari hasil posttest kedua kelas (Budiyono, 2003).

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 3 Tuntang Kabupaten Semarang

semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VII SMP Negeri 3 Tuntang. Jumlah kelas VII di SMP Negeri 3 Tuntang sebanyak 4 kelas

dengan jumlah siswa sebanyak 120 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan Cluster

Random Sampling, dan diperoleh kelas VIIA dan VIIB sebagai sampel. Kelas VIIA sebagai

kelas eksperimen dan kelas VIIB sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa kelas VIIA adalah 30

siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, sedangkan jumlah siswa

kelas VIIB adalah 30 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) dokumentasi, (2) observasi

dan (3) tes. Instrumen yang digunakan adalah tes berbentuk uraian materi segitiga, dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Aspek

Kemampuan

Berpikir Kritis

Indikator Contoh Soal Jumlah Soal

1. Kemampuan

mengidentifikasi

asumsi yang

diberikan.

1. Siswa dapat

mengidentifika

si unsur-unsur

segitiga.

1. Perhatikan gambar berikut ini!

Manakah yang disebut dengan tinggi dan

alas segitiga? Sebutkan!

1

Page 5: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

5

2. Kemampuan

merumuskan

pokok-pokok

permasalahan.

3. Siswa dapat

merumuskan

jenis-jenis

segitiga

berdasarkan

sisinya.

2. Perhatikan gambar bendera negara

Guyana seperti tampak pada gambar

berikut ini.

Sebutkan jenis segitiga yang terdapat pada

bendera Negara Guyana tersebut!

3. Perhatikan gambar berikut ini!

Berdasarkan gambar di atas, tentukan:

a. Berapakah banyaknya segitiga sama

sisi dengan panjang sisi satu satuan?

b. Berapakah banyaknya segitiga sama

sisi dengan panjang sisi dua satuan?

2

3.Kemampuan

menentukan akibat dari suatu

ketentuan yang

diambil.

3. Siswa dapat

menentukan jenis-jenis segitiga

berdasarkan besar

sudutnya.

4. Perhatikan pernyataan berikut ini!

a. Mungkinkah sebuah segitiga mempunyai dua buah sudut siku-siku? Jelaskan!

b. Mungkinkah sebuah segitiga mempunyai

dua sudut tumpul? Jelaskan!

1

Page 6: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

6

Pada instrumen soal tes divalidasi melalui validitas ahli dan reliabilitas. Pada uji

kemampuan awal dan uji hipotesis menggunakan independent sample t-test untuk taraf

signifikan 5%, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas menggunakan

uji Shaphiro-Wilk dan homogenitas menggunakan Levene. Uji normalitas dan homogenitas

dilakukan untuk mengetahui keseimbangan sampel. Diperoleh hasil kedua kelompok berasal

dari populasi yang homogen, berdistribusi normal dan memiliki kemampuan awal yang sama.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data sebelum perlakuan untuk kategori kelas eksperimen sebanyak 11 siswa

memiliki hasil kemampuan berpikir kritis matematis yang tinggi, 6 siswa memiliki hasil

kemampuan berpikir kritis matematis cukup dan 13 anak memiliki kemampuan berpikir kritis

matematis rendah. Kategori kelas kontrol sebanyak sebanyak 11 siswa memiliki hasil

kemampuan berpikir kritis matematis yang tinggi, 8 siswa memiliki hasil kemampuan berpikir

kritis matematis cukup dan 11 anak memiliki kemampuan berpikir kritis matematis rendah.

Persentase untuk kelas eksperimen sebagian besar memiliki hasil kemampuan berpikir kritis

matematis dalam kategori sedang yaitu sebesar 20%, sedangkan untuk kelas kontrol sebagian

besar memiliki hasil kemampuan berpikir kritis matematis dalam kategori sedang yaitu

sebesar 26%. Adapun kategori pretest dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kategori Data Pretest

4. Kemampuan

mengungkap

data/definisi/teor

ema dalam

menyelesaikan

masalah.

4. Siswa dapat

mengungkap data

jumlah sudut-sudut

segitiga.

5. Salin dan lengkapilah tabel berikut

ini:

1

Jumlah Soal 5

Kategori Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tinggi 11 37% 11 37%

Cukup 8 26% 6 20%

Rendah 11 37% 13 43%

Page 7: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

7

Data hasil pretest kelompok kontrol dan eksperimen, dapat disajikan ke dalam grafik

histogram seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Batang Skor Pretest Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Setelah memperoleh hasil analisis deskriptif data, maka dilanjutkan dengan uji

prasyarat analisis data. Uji prasyarat analisis data yang dilakukan adalah uji normalitas, uji

homogenitas dan uji hipotesis.

Pengujian data pretest selanjutnya yaitu menggunakan uji normalitas. Uji normalitas

digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data kedua kelas tersebut berdistribusi normal

atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk, hasil uji normalitas data pretest

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Normalitas Data Awal (Pretest)

Berdasarkan Tabel 3 Test of Normality terlihat nilai signifikansi = 0,057 > 0,05

untuk kelas kontrol dan nilai signifikansi = 0,184 > 0,05 untuk kelas eksperimen, maka dapat

disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal. Setelah diketahui bahwa seluruh

data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varian antara dua

Hasil Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Kelas_Kontrol 0,932 30 0,057

Kelas_Eksperimen 0,951 30 0,184

Page 8: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

8

kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji homogenitas dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,030 1 58 0,314

Berdasarkan Tabel 4 hasil uji homogenitas didapatkan nilai signifikan 0,314 > 0,05

yang berarti bahwa nilai pretest kelas eksperimen dan kontrol mempunyai varian yang sama

atau homogen. Pengujian selanjutnya yaitu menggunakan uji t yang bertujuan untuk

mengatahui beda rerata kemampuan awal siswa kedua kelompok. Uji t pada penelitian ini

menggunakan uji independent sample t-test dengan nilai signifikansi sebesar 0,798 yang

berarti bahwa kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama. Adapun hasil uji t

tersebut, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Beda Rata-Rata Data Pretest

Nilai_Pretest

Equal variances assumed Equal variances not assumed

LevLLevene’s Test for F

Equality of Variances Sig

1,030

0,314

t-test for Equality of t

Means df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std.Error Difference

0,257

58

0,798

0, 60000

2,33793

0,257

57,005

0,798

0,60000

2,33793

Data hasil kemampuan berpikir kritis matematis setelah diberi perlakuan untuk kelas

eksperimen sebanyak 12 siswa termasuk dalam kategori tinggi, 14 siswa termasuk dalam

kategori sedang dan 4 siswa termasuk dalam kategori rendah. Kelas kontrol sebanyak 3 siswa

yang termasuk dalam kategori tinggi, 13 siswa termasuk dalam kategori sedang dan 14 siswa

termasuk dalam kategori rendah. Persentase untuk kelas eksperimen sebagian besar memiliki

hasil kemampuan berpikir kritis matematis dalam kategori tinggi dan sedang yaitu sebesar

87%, sedangkan untuk kelas kontrol sebagian besar memiliki hasil kemampuan berpikir kritis

matematis dalam kategori rendah yaitu sebesar 47%. Rata-rata hasil kemampuan berpikir

kritis matematis siswa kelas eksperimen 83,06 dan untuk kelas kontrol 71,46.

Setelah pengujian analisis deskriptif, maka pengujian selanjutnya yaitu uji normalitas

data posttest. Adapun hasil normalitas data posttest yaitu dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 9: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

9

Tabel 6. Normalitas Data Akhir (Postest)

Berdasarkan Tabel 5 Test of Normality terlihat nilai signifikansi = 0,103 > 0,05 untuk

kelas eksperimen dan signifikansi = 0,025 < 0,05 untuk kelas kontrol maka variabel

berdistribusi tidak normal. Data tersebut tidak berdistribusi normal, maka pengujian

selanjutnya yaitu uji beda rata-rata menggunakan uji nonparametric Mann-Whitney U.

Tabel 7. Uji Beda Rata-Rata Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Data Posttest

Hasil

Mann-Whitney U 4,000

Wilcoxon W 469,000

Z -6,636

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000

a. Grouping Variable: kelas

Berdasarkan uji banding dua sampel diperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05, artinya

H1 diterima yang berarti ada perbedaan nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal

ini menjukkan bahwa “Pembelajaran MEA dengan Setting Belajar Kelompok Pada Pelajaran

Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 3

Tuntang”.

PEMBAHASAN

Pembelajaran MEA dengan setting belajar kelompok pada pokok bahasan segitiga,

menunjukkan (1) siswa dengan anggota kelompok terlatih dalam menguasai materi, (2) siswa

lebih mengerti penjelasan materi dengan anggota kelompoknya daripada penjelasan dari guru,

(3) siswa lebih mengembangkan pola berpikirnya karena materi yang disajikan dengan

berbasis heuristik, (4) siswa lebih berantusias bekerjasama dengan anggota kelompoknya, (5)

siswa lebih menghargai masukan-masukan atau pendapat dari teman-temannya dan dapat

bertanggung jawab dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh guru dan (6) setiap

kelompok berlomba-lomba untuk mengerjakan soal-soal dalam modul yang disajikan guru

dan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan juga mendapatkan suasana belajar

yang baru dan tidak membosankan. Sehingga dalam hal ini semua siswa mampu berlatih

untuk berpikir kritis dalam belajar matematika. Terbukti nilai rata-rata hasil kemampuan

berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen sebesar 83,06.

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Kelas_Kontrol 0,919 30 0,025

Kelas_Eksperimen 0,942 30 0,103

Page 10: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

10

Perbedaan hasil kemampuan berpikir kritis matematis sebelum diberi perlakuan dan

sesudah diberi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Nampak bahwa penggunaan

pembelajaran MEA dengan Setting Belajar Kelompok Pada Pelajaran Matematika Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Tuntang.

Tabel 8. Perbedaan Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Sebelum

Diberikan dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kategori Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Tinggi 37% 10% 37% 40%

Cukup 26% 43% 20% 47%

Rendah 37% 47% 43% 13%

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

penggunaan pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) dengan setting belajar kelompok

terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tuntang.

Perhitungan uji hipotesis hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa menunjukkan nilai

signifikasi pada uji nonparametric sebesar 0,000 < 0,05. Rata-rata hasil kemampuan berpikir

kritis matematis siswa kelas VIIA SMP Negeri 3 Tuntang lebih tinggi yaitu sebesar 83,06

dibandingkan dengan rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VIIB

SMP Negeri 3 Tuntang sebesar 71,46. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil kemampuan

berpikir kritis matematis siswa kelas VIIA SMP Negeri 3 Tuntang sebagai kelas eksperimen

lebih tinggi dari pada hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VIIB SMP

Negeri 3 Tuntang sebagai kelas kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Agisti, N. S. 2009. Implementasi Strategi Means-Ends Analysis Untuk Meningkatkan

Kemampuan Siswa SMP dalam Komunikasi Matematis. Skripsi. Tersedia pada

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0603110-151622/ (diakses pada tanggal 10

Januari 2014).

Agustine, T. 2009. Pengaruh Penggunaan Strategi Heuristik terhadap Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan

Matematika FKIP UNPAS.

Page 11: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

11

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Armada, T.S. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) dengan

Setting Belajar Kelompok Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV

SD. Jurnal Pendidikan Indonesia. Singaraja: Undiksha.

Armada, T.S. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) Terhadap

Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Sukasada.

Jurnal Pendidikan Indonesia. Singaraja: Undiksha.

Countryman, J. 1992. Writing to learn mathematics. United State of Amerika: Heinemann

Educational Books

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Diah. 2013. Kemampuan Berpikir Kritis. Tersedia dalam http://diyah-

pgsd.blogspot.com/2013/01/kemampuan-berpikir-kritis.html (diakses pada tanggal

20 Januari 2014).

Dimyati dan Mudjiono. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ennis, R.H. 2009. Goal Critical Thinking Curiculum. Virginia: Association for Supervision

and Curiculum Developing (ASCD).

Evasari, R. 2007. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Means-Ends

Analysis dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP

(Penenlitian Tindakan Kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Sindangkerta). Skripsi. Jurusan

Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia. Tersedia pada

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0429108-14284 (diakses pada tanggal 10

Januari 2014).

Fisher, Alec. 2009. Critical Thinking: an Introduction. United Kingdom: Cambridge

University Press.

Gunawan, Adi W.2010. Genius Learning Strategi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hassoubah, Z.I. 2009. Mengasah Pikiran Kreatif dan kritis: Disertasi Ilustrasi dan Latihan.

Bandung: Nuansa Cendekia.

Herman, T. 2006. Implementasi Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah

Menengah Pertama. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Page 12: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

12

Ikhtiar, Mitra. 2013. Pengertian Means-Ends Analysis. Tersedia dalam

http://mitraikhtiar.blogspot.com/2013_03_20_archive.html (diakses pada tanggal 15

Februari 2014).

Jacob, C. 2010. Pemecahan Masalah Matematis: Suatu Telaah Perspektif Teoretis dan

Praktis. Makalah disajikan pada Seminar dan Lokakarya Pendidikan Matematika

dengan tema “Peningkatan Kualitas Pemberdayaan Guru Matematika”.

Johnson, B Elaine. 2011. Contextual Teaching and Learning: menjadikan kegiatan belajar-

mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung: Mizan Learning Center.

Johnson, B Elaine. 2011. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa.

Maxribbi. 2014. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis. Tersedia dalam

(http://maxribbi91.wordpress.com/2014/01/07/kemampuan-berpikir-kritis-

matematis/ (diakses pada tanggal 1 Maret 2014).

Nurafiah, Fifih. 2013. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Antara Yang Memperoleh Pembelajaran Means-Ends Analysis dan Problem Based

Learning (PBL). Tersedia dalam

http://repository.upi.edu/4340/4/S_MTK_0809655_Chapter1.pdf (diakses pada

tanggal 20 Februari 2014).

Paat, Lody dkk. 2011. Pedagogik Kritis. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Model-model Pembelajaran. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Sudijono. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Suharno, Mulyoto, Sukamto. 2004. Pendekatan Cooperative dalam Pembelajaran

Matematika ditinjau dari Kreativitas Siswa. Jurnal Teknodika. Vol 2. No 4.

September 2004

Suminarsih. 2007. Model-Model Pembelajaran Matematika. Semarang: Widyaiswara LPMP

Jawa Tengah.

Suryabrata, Sumadi. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sutrisno, Joko. 2009. Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk meningkatkan Mutu

Pembelajaran. Tersedia dalam Http://joko.tblog.com/post/1969986616 (diakses pada

tanggal 27 Januari 2014).

Page 13: BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5640/3/T1_202010109_Full... · Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia ... observasi dan

13

Syahbana, Ali. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui

Pendekatan CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Jurnal Pendidikan

Indonesia. Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

Vieira, R. M., Tenreiro-Vieira, C., & Martins, I. P. 2011. Critical Thinking: Conceptual

Clarification and Its Importance in Science Education. Science Education

International. Tersedia dalam

http://maxribbi91.wordpress.com/2014/01/07/kemampuan-berpikir-kritis-matematis/

(diakses pada tanggal 1 Maret 2014).

Wahyudi. 2012. Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Kemampuan Menyelesaikan

Soal Cerita Matematika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1

PGSD FKIP UKSW. Jurnal Pendidikan Indonesia. Salatiga: UKSW.

Wardani, Kadek Rasmi. 2009. Implementasi Model Pembelajaran Means-Ends Analysis

(MEA) Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil

Belajar Fisika Siswa SMA Negeri 1 Sawan Kelas X3. Jurnal Pendidikan Indonesia.

Jurusan Pendidikan Fisika. Singaraja: Undiksha.

Widoyoko, Eko Putro. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Williawati, L. 2009. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Diskursus

terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Matematika. Jurnal Pendidikan

Indonesia. Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UNPAS.

Yamin, Marintis. 2009. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: GP Press.

Yulianingsih, Rini. 2012. Model Pembelajaran Means-Ends Analysis. Tersedia dalam

http://riniyulianingsih.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-means-ends-

analysis.html (diakses pada tanggal 12 Januari 2014).

Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.