belajar kelompok pada mata pelajaran...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS DENGAN SETTING
BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 3 TUNTANG
Latifah Nurul Aeni, Novisita Ratu, Tri Nova Hasti Yunianta
Program Studi Pendidikan Matematika Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro no 52-60 Salatiga, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Means-Ends
Analysis dengan setting belajar kelompok terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa kelas VII SMP N 3 Tuntang. Jenis penelitian ini adalah quasi
experiment. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP N 3 Tuntang dengan
populasi sebanyak 120 siswa. Pengambilan sampel dengan tehnik cluster random
sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIA diberi perlakuan dengan
menggunakan pembelajaran Means-Ends Analysis dengan setting belajar kelompok dan
kelas VIIB diberi perlakuan dengan model konvensional. Mengukur kemampuan
berpikir kritis matematis menggunakan tes berbentuk uraian yang sudah divalidasi ahli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran Means-Ends
Analysis dengan setting belajar kelompok terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa. Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansi uji nonparametric sebesar
0,000 < 0,05. Rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas
eksperimen sebesar 83,06 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata hasil kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yaitu sebesar 71,46. Terlihat bahwa rata-rata hasil
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas kontrol dengan
perbedaan rata-rata sebesar 11,60. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran Means-Ends Analysis dengan setting belajar kelompok lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model konvensional.
Kata kunci: means-ends analysis, setting belajar kelompok, kemampuan berpikir kritis
matematis.
PENDAHULUAN
Matematika di sekolah terdiri atas bagian-bagian yang dipilih untuk
menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu
pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan itu, mata pelajaran
matematika pada jenjang pendidikan dasar menekankan pada pembentukan nalar/logika,
sikap, dan keterampilan yang terkandung dalam setiap pembelajaran matematika. Disamping
2
itu, matematika memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan
bermartabat melalui sikap kritis dan berpikir logis (Suminarsih, 2007). Berdasarkan hal
tersebut maka matematika dipilih menjadi salah satu mata pelajaran yang diberikan ketiga
tingkat pendidikan di Indonesia, yaitu pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Berpikir kritis merupakan sebuah proses terarah dan jelas yang digunakan dalam
kegiatan mental, seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisis asumsi dan melakukan penelitian (Johnson, 2011). Seorang siswa akan memiliki
kemampuan berpikir kritis apabila siswa tersebut memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi argumen serta mampu memecahkan
masalah dengan tepat. Menurut Ennis (2009) berpikir kritis merupakan terjemahan dari
criticital thinking, yang merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi (higher order thinking).
Pengajaran keterampilan berpikir kritis di Indonesia masih mengalami beberapa
beberapa kendala. Salah satunya adalah terlalu dominan peran guru di sekolah sebagai
penyebar ilmu atau sumber ilmu, sehingga siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang
akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun
memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa lebih banyak didasarkan
melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap
sebagai siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah
lama sampai sekarang masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di
Indonesia (Sutrisno, 2009).
Perlu dilakukan perbaikan untuk mengatasi permasalahan di atas, yaitu dengan cara
mengubah paradigma mengajar menjadi paradigma belajar. Pembelajaran yang lebih
memfokuskan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menemukan kembali
konsep-konsep, melakukan refleksi, abstraksi, formalisasi dan aplikasi. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan model pembelajaran yang menggunakan metode yang inovatif
serta mengaktifkan siswa dalam belajar. Pembelajaran yang dilakukan akan memberi
kesempatan kepada siswa untuk memikirkan penyelesaian dari masalah itu melalui diskusi
dengan teman sekelasnya, selain itu akan melatih siswa untuk berpikir kritis dan dapat
menyelesaikan persoalan matematika tingkat tinggi dengan logika yang benar sesuai dengan
realitas yang ada.
Berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam
pembelajaran matematika sesuai dengan kurikulum 2013. Salah satu model pembelajaran
yang bisa digunakan adalah model pembelajaran MEA (Means-Ends Analysis). Model
pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang
3
dianggap cukup menarik, dan diharapkan dapat mendorong dan meningkatkan siswa untuk
berpikir kritis.
Means-End Analysis (MEA) adalah model pembelajaran variasi antara metode
pemecahan masalah dengan sintaks yang menyajikan materinya pada pendekatan pemecahan
masalah berbasis heuristik, mengelaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana,
mengidentifikasi perbedaan, menyusun sub-sub masalahnya sehingga terjadi konektivitas
(Erman, 2007). Permasalahan yang digunakan diambil dari permasalahan nyata di lingkungan
sekitar dalam pembelajaran matematika sebagai stimulus untuk memunculkan pemikiran kritis
siswa. Pemikiran kritis akan membentuk kreativitas siswa mengembangkan “keterampilan
memproses” secara individu maupun kelompok untuk menumbuhkan pemikiran kritis para
siswa. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan MEA (Means-Ends Analysis) guru
mengajak siswa untuk mengelaborasi, mengidentifikasi dan memahami suatu permasalahan
untuk dipecahkan dan mencari solusi sehingga permasalahan dapat dipecahkan secara terarah.
Model pembelajaran ini dilakukan dengan setting belajar kelompok, dengan cara membentuk
kelompok kecil, banyak kerja sama dan interaksi, mendiskusi hal-hal yang tidak atau kurang
dipahami serta berbagi tugas sehingga memperoleh hasil diskusi yang diinginkan.
Terkait dengan paparan tentang pembelajaran Means-Ends Analysis, terdapat
beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan pembelajaran Means-Ends Analysis.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumayanti (2012) yang menyatakan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran MEA dengan setting belajar kelompok, kualitas hasil
belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran MEA dengan setting belajar
kelompok tergolong sangat tinggi. Kualitas hasil belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional tergolong tinggi, serta terdapat perbedaan yang
signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model MEA dengan setting
belajar kelompok dan siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional. Syahbana
(2012) mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning dan menggunakan pendekatan konvensional;
terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara
siswa pada level pengetahuan awal matematika tinggi, sedang dan rendah; tidak terdapat
interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan level pengetahuan awal matematika siswa
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang hampir sama
dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
4
pembelajaran MEA dengan setting belajar kelompok terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa SMP Negeri 3 Tuntang.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu (quasi experimental
design), karena penelitian ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
penelitian (Sugiyono, 2010). Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah
pembelajaran Means-Ends Analysis dengan setting belajar kelompok. Desain pada penelitian
ini adalah Pretest-Posttest Only Control Group Design. Selanjutnya untuk mengetahui
perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan pembandingan rata-
rata dari hasil posttest kedua kelas (Budiyono, 2003).
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 3 Tuntang Kabupaten Semarang
semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VII SMP Negeri 3 Tuntang. Jumlah kelas VII di SMP Negeri 3 Tuntang sebanyak 4 kelas
dengan jumlah siswa sebanyak 120 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan Cluster
Random Sampling, dan diperoleh kelas VIIA dan VIIB sebagai sampel. Kelas VIIA sebagai
kelas eksperimen dan kelas VIIB sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa kelas VIIA adalah 30
siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, sedangkan jumlah siswa
kelas VIIB adalah 30 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) dokumentasi, (2) observasi
dan (3) tes. Instrumen yang digunakan adalah tes berbentuk uraian materi segitiga, dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Aspek
Kemampuan
Berpikir Kritis
Indikator Contoh Soal Jumlah Soal
1. Kemampuan
mengidentifikasi
asumsi yang
diberikan.
1. Siswa dapat
mengidentifika
si unsur-unsur
segitiga.
1. Perhatikan gambar berikut ini!
Manakah yang disebut dengan tinggi dan
alas segitiga? Sebutkan!
1
5
2. Kemampuan
merumuskan
pokok-pokok
permasalahan.
3. Siswa dapat
merumuskan
jenis-jenis
segitiga
berdasarkan
sisinya.
2. Perhatikan gambar bendera negara
Guyana seperti tampak pada gambar
berikut ini.
Sebutkan jenis segitiga yang terdapat pada
bendera Negara Guyana tersebut!
3. Perhatikan gambar berikut ini!
Berdasarkan gambar di atas, tentukan:
a. Berapakah banyaknya segitiga sama
sisi dengan panjang sisi satu satuan?
b. Berapakah banyaknya segitiga sama
sisi dengan panjang sisi dua satuan?
2
3.Kemampuan
menentukan akibat dari suatu
ketentuan yang
diambil.
3. Siswa dapat
menentukan jenis-jenis segitiga
berdasarkan besar
sudutnya.
4. Perhatikan pernyataan berikut ini!
a. Mungkinkah sebuah segitiga mempunyai dua buah sudut siku-siku? Jelaskan!
b. Mungkinkah sebuah segitiga mempunyai
dua sudut tumpul? Jelaskan!
1
6
Pada instrumen soal tes divalidasi melalui validitas ahli dan reliabilitas. Pada uji
kemampuan awal dan uji hipotesis menggunakan independent sample t-test untuk taraf
signifikan 5%, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas menggunakan
uji Shaphiro-Wilk dan homogenitas menggunakan Levene. Uji normalitas dan homogenitas
dilakukan untuk mengetahui keseimbangan sampel. Diperoleh hasil kedua kelompok berasal
dari populasi yang homogen, berdistribusi normal dan memiliki kemampuan awal yang sama.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data sebelum perlakuan untuk kategori kelas eksperimen sebanyak 11 siswa
memiliki hasil kemampuan berpikir kritis matematis yang tinggi, 6 siswa memiliki hasil
kemampuan berpikir kritis matematis cukup dan 13 anak memiliki kemampuan berpikir kritis
matematis rendah. Kategori kelas kontrol sebanyak sebanyak 11 siswa memiliki hasil
kemampuan berpikir kritis matematis yang tinggi, 8 siswa memiliki hasil kemampuan berpikir
kritis matematis cukup dan 11 anak memiliki kemampuan berpikir kritis matematis rendah.
Persentase untuk kelas eksperimen sebagian besar memiliki hasil kemampuan berpikir kritis
matematis dalam kategori sedang yaitu sebesar 20%, sedangkan untuk kelas kontrol sebagian
besar memiliki hasil kemampuan berpikir kritis matematis dalam kategori sedang yaitu
sebesar 26%. Adapun kategori pretest dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Data Pretest
4. Kemampuan
mengungkap
data/definisi/teor
ema dalam
menyelesaikan
masalah.
4. Siswa dapat
mengungkap data
jumlah sudut-sudut
segitiga.
5. Salin dan lengkapilah tabel berikut
ini:
1
Jumlah Soal 5
Kategori Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Tinggi 11 37% 11 37%
Cukup 8 26% 6 20%
Rendah 11 37% 13 43%
7
Data hasil pretest kelompok kontrol dan eksperimen, dapat disajikan ke dalam grafik
histogram seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Batang Skor Pretest Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Setelah memperoleh hasil analisis deskriptif data, maka dilanjutkan dengan uji
prasyarat analisis data. Uji prasyarat analisis data yang dilakukan adalah uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis.
Pengujian data pretest selanjutnya yaitu menggunakan uji normalitas. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data kedua kelas tersebut berdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk, hasil uji normalitas data pretest
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Normalitas Data Awal (Pretest)
Berdasarkan Tabel 3 Test of Normality terlihat nilai signifikansi = 0,057 > 0,05
untuk kelas kontrol dan nilai signifikansi = 0,184 > 0,05 untuk kelas eksperimen, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal. Setelah diketahui bahwa seluruh
data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varian antara dua
Hasil Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Kelas_Kontrol 0,932 30 0,057
Kelas_Eksperimen 0,951 30 0,184
8
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji homogenitas dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,030 1 58 0,314
Berdasarkan Tabel 4 hasil uji homogenitas didapatkan nilai signifikan 0,314 > 0,05
yang berarti bahwa nilai pretest kelas eksperimen dan kontrol mempunyai varian yang sama
atau homogen. Pengujian selanjutnya yaitu menggunakan uji t yang bertujuan untuk
mengatahui beda rerata kemampuan awal siswa kedua kelompok. Uji t pada penelitian ini
menggunakan uji independent sample t-test dengan nilai signifikansi sebesar 0,798 yang
berarti bahwa kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama. Adapun hasil uji t
tersebut, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Beda Rata-Rata Data Pretest
Nilai_Pretest
Equal variances assumed Equal variances not assumed
LevLLevene’s Test for F
Equality of Variances Sig
1,030
0,314
t-test for Equality of t
Means df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std.Error Difference
0,257
58
0,798
0, 60000
2,33793
0,257
57,005
0,798
0,60000
2,33793
Data hasil kemampuan berpikir kritis matematis setelah diberi perlakuan untuk kelas
eksperimen sebanyak 12 siswa termasuk dalam kategori tinggi, 14 siswa termasuk dalam
kategori sedang dan 4 siswa termasuk dalam kategori rendah. Kelas kontrol sebanyak 3 siswa
yang termasuk dalam kategori tinggi, 13 siswa termasuk dalam kategori sedang dan 14 siswa
termasuk dalam kategori rendah. Persentase untuk kelas eksperimen sebagian besar memiliki
hasil kemampuan berpikir kritis matematis dalam kategori tinggi dan sedang yaitu sebesar
87%, sedangkan untuk kelas kontrol sebagian besar memiliki hasil kemampuan berpikir kritis
matematis dalam kategori rendah yaitu sebesar 47%. Rata-rata hasil kemampuan berpikir
kritis matematis siswa kelas eksperimen 83,06 dan untuk kelas kontrol 71,46.
Setelah pengujian analisis deskriptif, maka pengujian selanjutnya yaitu uji normalitas
data posttest. Adapun hasil normalitas data posttest yaitu dapat dilihat pada Tabel 6.
9
Tabel 6. Normalitas Data Akhir (Postest)
Berdasarkan Tabel 5 Test of Normality terlihat nilai signifikansi = 0,103 > 0,05 untuk
kelas eksperimen dan signifikansi = 0,025 < 0,05 untuk kelas kontrol maka variabel
berdistribusi tidak normal. Data tersebut tidak berdistribusi normal, maka pengujian
selanjutnya yaitu uji beda rata-rata menggunakan uji nonparametric Mann-Whitney U.
Tabel 7. Uji Beda Rata-Rata Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Data Posttest
Hasil
Mann-Whitney U 4,000
Wilcoxon W 469,000
Z -6,636
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
a. Grouping Variable: kelas
Berdasarkan uji banding dua sampel diperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05, artinya
H1 diterima yang berarti ada perbedaan nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal
ini menjukkan bahwa “Pembelajaran MEA dengan Setting Belajar Kelompok Pada Pelajaran
Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Tuntang”.
PEMBAHASAN
Pembelajaran MEA dengan setting belajar kelompok pada pokok bahasan segitiga,
menunjukkan (1) siswa dengan anggota kelompok terlatih dalam menguasai materi, (2) siswa
lebih mengerti penjelasan materi dengan anggota kelompoknya daripada penjelasan dari guru,
(3) siswa lebih mengembangkan pola berpikirnya karena materi yang disajikan dengan
berbasis heuristik, (4) siswa lebih berantusias bekerjasama dengan anggota kelompoknya, (5)
siswa lebih menghargai masukan-masukan atau pendapat dari teman-temannya dan dapat
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh guru dan (6) setiap
kelompok berlomba-lomba untuk mengerjakan soal-soal dalam modul yang disajikan guru
dan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan juga mendapatkan suasana belajar
yang baru dan tidak membosankan. Sehingga dalam hal ini semua siswa mampu berlatih
untuk berpikir kritis dalam belajar matematika. Terbukti nilai rata-rata hasil kemampuan
berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen sebesar 83,06.
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Kelas_Kontrol 0,919 30 0,025
Kelas_Eksperimen 0,942 30 0,103
10
Perbedaan hasil kemampuan berpikir kritis matematis sebelum diberi perlakuan dan
sesudah diberi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Nampak bahwa penggunaan
pembelajaran MEA dengan Setting Belajar Kelompok Pada Pelajaran Matematika Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Tuntang.
Tabel 8. Perbedaan Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Sebelum
Diberikan dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kategori Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Tinggi 37% 10% 37% 40%
Cukup 26% 43% 20% 47%
Rendah 37% 47% 43% 13%
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) dengan setting belajar kelompok
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tuntang.
Perhitungan uji hipotesis hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa menunjukkan nilai
signifikasi pada uji nonparametric sebesar 0,000 < 0,05. Rata-rata hasil kemampuan berpikir
kritis matematis siswa kelas VIIA SMP Negeri 3 Tuntang lebih tinggi yaitu sebesar 83,06
dibandingkan dengan rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VIIB
SMP Negeri 3 Tuntang sebesar 71,46. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil kemampuan
berpikir kritis matematis siswa kelas VIIA SMP Negeri 3 Tuntang sebagai kelas eksperimen
lebih tinggi dari pada hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VIIB SMP
Negeri 3 Tuntang sebagai kelas kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Agisti, N. S. 2009. Implementasi Strategi Means-Ends Analysis Untuk Meningkatkan
Kemampuan Siswa SMP dalam Komunikasi Matematis. Skripsi. Tersedia pada
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0603110-151622/ (diakses pada tanggal 10
Januari 2014).
Agustine, T. 2009. Pengaruh Penggunaan Strategi Heuristik terhadap Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan
Matematika FKIP UNPAS.
11
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Armada, T.S. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) dengan
Setting Belajar Kelompok Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV
SD. Jurnal Pendidikan Indonesia. Singaraja: Undiksha.
Armada, T.S. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) Terhadap
Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Sukasada.
Jurnal Pendidikan Indonesia. Singaraja: Undiksha.
Countryman, J. 1992. Writing to learn mathematics. United State of Amerika: Heinemann
Educational Books
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Diah. 2013. Kemampuan Berpikir Kritis. Tersedia dalam http://diyah-
pgsd.blogspot.com/2013/01/kemampuan-berpikir-kritis.html (diakses pada tanggal
20 Januari 2014).
Dimyati dan Mudjiono. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ennis, R.H. 2009. Goal Critical Thinking Curiculum. Virginia: Association for Supervision
and Curiculum Developing (ASCD).
Evasari, R. 2007. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Means-Ends
Analysis dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP
(Penenlitian Tindakan Kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Sindangkerta). Skripsi. Jurusan
Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia. Tersedia pada
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0429108-14284 (diakses pada tanggal 10
Januari 2014).
Fisher, Alec. 2009. Critical Thinking: an Introduction. United Kingdom: Cambridge
University Press.
Gunawan, Adi W.2010. Genius Learning Strategi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hassoubah, Z.I. 2009. Mengasah Pikiran Kreatif dan kritis: Disertasi Ilustrasi dan Latihan.
Bandung: Nuansa Cendekia.
Herman, T. 2006. Implementasi Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah
Menengah Pertama. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
12
Ikhtiar, Mitra. 2013. Pengertian Means-Ends Analysis. Tersedia dalam
http://mitraikhtiar.blogspot.com/2013_03_20_archive.html (diakses pada tanggal 15
Februari 2014).
Jacob, C. 2010. Pemecahan Masalah Matematis: Suatu Telaah Perspektif Teoretis dan
Praktis. Makalah disajikan pada Seminar dan Lokakarya Pendidikan Matematika
dengan tema “Peningkatan Kualitas Pemberdayaan Guru Matematika”.
Johnson, B Elaine. 2011. Contextual Teaching and Learning: menjadikan kegiatan belajar-
mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung: Mizan Learning Center.
Johnson, B Elaine. 2011. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa.
Maxribbi. 2014. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis. Tersedia dalam
(http://maxribbi91.wordpress.com/2014/01/07/kemampuan-berpikir-kritis-
matematis/ (diakses pada tanggal 1 Maret 2014).
Nurafiah, Fifih. 2013. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Antara Yang Memperoleh Pembelajaran Means-Ends Analysis dan Problem Based
Learning (PBL). Tersedia dalam
http://repository.upi.edu/4340/4/S_MTK_0809655_Chapter1.pdf (diakses pada
tanggal 20 Februari 2014).
Paat, Lody dkk. 2011. Pedagogik Kritis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Model-model Pembelajaran. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Sudijono. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Suharno, Mulyoto, Sukamto. 2004. Pendekatan Cooperative dalam Pembelajaran
Matematika ditinjau dari Kreativitas Siswa. Jurnal Teknodika. Vol 2. No 4.
September 2004
Suminarsih. 2007. Model-Model Pembelajaran Matematika. Semarang: Widyaiswara LPMP
Jawa Tengah.
Suryabrata, Sumadi. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutrisno, Joko. 2009. Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk meningkatkan Mutu
Pembelajaran. Tersedia dalam Http://joko.tblog.com/post/1969986616 (diakses pada
tanggal 27 Januari 2014).
13
Syahbana, Ali. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui
Pendekatan CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Jurnal Pendidikan
Indonesia. Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Vieira, R. M., Tenreiro-Vieira, C., & Martins, I. P. 2011. Critical Thinking: Conceptual
Clarification and Its Importance in Science Education. Science Education
International. Tersedia dalam
http://maxribbi91.wordpress.com/2014/01/07/kemampuan-berpikir-kritis-matematis/
(diakses pada tanggal 1 Maret 2014).
Wahyudi. 2012. Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Kemampuan Menyelesaikan
Soal Cerita Matematika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1
PGSD FKIP UKSW. Jurnal Pendidikan Indonesia. Salatiga: UKSW.
Wardani, Kadek Rasmi. 2009. Implementasi Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
(MEA) Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil
Belajar Fisika Siswa SMA Negeri 1 Sawan Kelas X3. Jurnal Pendidikan Indonesia.
Jurusan Pendidikan Fisika. Singaraja: Undiksha.
Widoyoko, Eko Putro. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Williawati, L. 2009. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Diskursus
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Matematika. Jurnal Pendidikan
Indonesia. Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UNPAS.
Yamin, Marintis. 2009. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: GP Press.
Yulianingsih, Rini. 2012. Model Pembelajaran Means-Ends Analysis. Tersedia dalam
http://riniyulianingsih.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-means-ends-
analysis.html (diakses pada tanggal 12 Januari 2014).
Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.