behavior approach terhadap pengambilan keputusan dan negosiasi.docx
DESCRIPTION
Perilaku konsumen dalam pengambulan keputusan pembelianTRANSCRIPT
BEHAVIOR APPROACH TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DAN NEGOSIASI
PENDAHULUAN
Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan negosiasi.
Negosiasi merupakan sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di
setiap aspek kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang efektif untuk
mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.
Kita harus melakukan negosiasi untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari pihak
lain yang memilikinya dan yang juga mempunyai keinginan atas sesuatu yang kita
miliki.
Seorang pemimpin sebuah organisasi harus memiliki kemampuan sebagai
pengambil keputusan (decision maker). Sangat sulit bila seorang pemimpin tidak
memiliki kemampuan tersebut walaupun memiliki kemampuan yang lain. Keputusan-
keputusan yang dibuat dalam menyikapi setiap permasalahan yang muncul bila tidak
diputuskan dengan cepat dan tepat akan seringkali menjadi polemik dan konflik di
dalam organisasi. Bila hal ini dibiarkan akan membuat organisasi mengalami
kemunduran bahkan lambat laun akan hancur karena semua sumber daya yang ada
energinya hanya terfokus hanya pada masalah-masalah konflik internal saja. Hal ini
terjadi akibat situasi yang tidak kondusif dan perbedaan kepentingan serta ekspektasi
yang terlalu jauh antara harapan dan kenyataan.
Situasi tersebut tentu saja sangat tidak diharapkan oleh organisasi manapun
karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja dan berinteraksi dengan
pihak lain dalam organisasi. Oleh karena itu seorang pemimpin harus tegas, cerdas
dan tepat dalam mengambil keputusan dan dapat menaungi aspirasi para
bawahannya.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang manajer adalah
kemampuan negosiasi. Kemampuan ini diperlukan untuk menyelesaikan masalah atau
konflik yang sering terjadi pada suatu pengambilan keputusan atau kebijakan.
Memaksakan kehendak kepada orang lain ataupun menerima keputusan orang lain
yang tidak disetujuinya bukan menjadi solusi yang efektif mengatasi konflik
keputusan atau kebijakan.
Negosiasi secara harafiah berarti ‘perundingan’, maksudnya adalah unpaya
untuk mengatasi perbedaan pendapat antara kedua belah pihak. Negosiasi yang baik
dan eferktif adalah negosiasi yang berdasarkan data riil, akurat, dan faktual. Negosiasi
adalah salah satu keterampilan komunikasi, karena menyatakan pesan dan melakukan
pendekatan secara khusus kepada pihak lain untuk mendapatkan tujuan tertentu.
Secara sederhana, negosiasi terjadi bila orang lain memiliki apa yang kita inginkan
dan kita bersedia menukarnya dengan apa yang diinginkan mereka. Negosiasi
merupakan ketrampilan yang bisa dipelajari dan dilatih.
Menurut Hartman, Proses komunikasi antara dua pihak, yang masing-masing
mempunyai tujuan dan sudut pandang mereka sendiri, yang berusaha mencapai
kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak mengenai masalah yang sama.
Sedangkan menurut Stephen Kozicki, negosiasi adalah seni mencapai persetujuan
dengan memecahkan perbedaan melalui kreatifitas. Menurut Wikipedia, negosiasi
merupakan interaksi yang saling mempengaruhi. Misalnya, termasuk proses dalam
menyelesaikan perbedaan pendapat, menyetujui suatu tindakan, membuat tawaran
untuk kepentingan individu maupun kelompok, atau menciptakan hasil yang dapat
memenuhi berbagai kepentingan. Negosiasi yang saling menguntungkan selalu lebih
disukai, dimana kedua pihak berhasil dan puas dengan apa yang mereka inginkan.
Definisi-definisi di atas merupakan inti dari terjadinya negosiasi yang
menggambarkan bahwa negosiasi ada untuk memenangkan kedua belah pihak. Oleh
sebab itu, ingatlah bahwa dalam banyak negosiasi, setiap orang mempunyai keinginan
yang besar untuk menang. Artinya, tak jarang kita harus berhadapan dengan
negosiator yang agresif atau manipulative. Kecenderungan untuk menghadapi mereka
dengan cara yang sama adalah godaan terbesar untuk kita. Jika lawan negosiasi
berteriak kepada kita, kita juga mungkin akan membalas teriakannya. Namun, strategi
yang jauh lebih baik adalah tetap bersikap tenang dan menghadapi serangan orang
tersebut dengan sikap tegas namun sopan.
PEMBAHASAN
Memilih pendekatan perilaku yang tepat saat bernegosiasi bisa menjadi faktor
penentu keberhasilan atau kegagalan. Perilaku asertif adalah perilaku yang
dianjurkan, meskipun perilaku-perilaku lain juga perlu digunakan. Kita sebaiknya
selalu berperilaku asertif ketika sedang bernegosiasi dengan lawan. Perilaku ini
memaksimalkan peluang untuk mencapai hasil win-win. Namun, selalu sadari bahwa
kita mungkin saja harus menggunakan jenis perilaku dan pendekatan yang berbeda-
beda untuk setiap negosiasi. Tidak ada model yang ideal untuk bernegosiasi. Jangan
lupa, kadang kala kita boleh memilih untuk tidak berlaku asertif dalam situasi khusus,
misalnya jika perilaku asertif mungkin akan menimbulkan konflik yang tidak ingin
dihadapi. Kondisi ini juga terjadi ketika masalah yang ada atau hubungan dengan
lawan negosiasi tidak terlalu penting bagi kita.
Berikut ada empat macam pendekatan perilaku yang bisa kita pilih ketika
berhadapan dengan lawan negosiasi:
1. Pendekatan Perilaku Asertif
Negosiator yang memilih berlaku asertif akan memperlakuakn orang lain dengan
hormat dan tulus. Berlaku asertif berarti menerima karakteristik diri, baik yang
positif maupun yang negatif. Dengan berlaku demikian, kita juga akan lebih mudah
menerima keberadaan orang lain. Hasilnya, kita tidak merasa perlu mengalahkan
lawan karena tidak merasa harus selalu menang. Perilaku asertif meliputi:
• Bertanggung jawab atas pilihan dan perilaku sendiri
• Menentukan batasan sehingga lawan mengetahui posisi mereka saat sedang
bersama kita
• Berkomunikasi dengan jelas.
Berlaku asertif berarti memilih pendekatan yang positif dan proaktif. Perilaku ini
berakar pada penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri. Perilaku asertif adalah
jenis perilaku yang memiliki peluang terbesar untuk memberikan hasil yang kita cari,
meskipun tidak menjamin kita akan selalu mendapatkan keinginan kita.
Berlaku asertif berarti mau berkompromi dan bernegosiasi untuk mencapai hasil win-
win. Perilaku ini sering disalahartikan sebagai agresi. Perilaku asertif memang tidak
mudah diterapkan.
2. Pendekatan Perilaku Agresif
Perilaku agresif adalah perilaku yang kompetitif. Tujuan utama perilaku ini, baik
yang terlibat maupun tidak, adalah untuk menjadi pemenang. Dalam kondisi ini,
harus ada seseorang yang kalah. Negosiator agresif biasanya mencapai tujuannya
dengan mematahkan semangat lawan negosiasi atau mengabaikan perasaan,
keinginan, dan hak mereka. Negosiator agresif tidak mau mem[ertimbangkan sudut
pandang lawan. Ketika dihadapkan pada sebuah konflik atau konfrontasi, negosiator
agresif akan menaggapinya dengan serangan balik secara terang-terangan. Perilaku
agresif mengakibatkan reaksi emosional yang berlebihan: kita memilih melakukan
serangan verbal ataupun fisik, meninggalkan jejak perasaan sakit hati atau tehina.
Orang berlaku agresif sering kali tidak yakin dengan diri mereka sendiri dengan
menggunakan agresi sebagai mekanisme pertahanan diri.
Agresi bukanlah perilaku yang efektif dalam negosiasi. Perilaku itu memungkinkan
kita mencapai keinginan jangka pendek. Namun, untuk jangka panjang, perilaku ini
bisa membuat pihak lawan memendam rasa kesal dan dendam. Sebagai akibatnya,
negosiasi ini, cepat atau lambat, akan membawa hasil win-lose.
2. Pendekatan Perilaku pasif
Seorang yang menunjukkan perilaku pasif bisa dianggap sebagai korban yang tidak
berdaya. Tipe orang seperti ini adalah makan empuk bagi taktik agresif yang telah
disebut sebelumnya.
Negosiator pasif kurang percaya diri dan memainkan peran yang hampir tidak terlihat
selama negosiasi. Mereka akan menghindar dari keharusan mengambil keputusan
karena merasa lebih mudah lepas tangan dan membiarkan lawan negosiasi
melakukannya atas nama mereka.
Negosiator pasif memiliki cara pandang negatif. Hal itu membuatnya frustrasi karena
merasa tidak mempunyai kemauan atau mudah menyerah. Di dalam dirinya, selalu
ada penyangkalan diri dan sekap mengasihani diri sendiri. Kemungkinan timbulnya
konfrontasi juga akan membuat mereka langsung menghindar dan melarikan diri.
Perilaku pasif sering dipicu oleh kurangnya rasa percaya diri atau persiapan. Perilaku
pasif bukanlah perilaku yang efektif untuk bernegosiasi karena negosiator seperti ini
berpeluang sangat kecil untuk meraih apa yang diinginkan. Mereka sering kali harus
menerima hasil lose-win. Untuk jangka panjang, negosiator pasif tidak akan
diperhitungkan.
4. Pendekatan Perilaku Manipulatif
Perilaku seperti ini kadang kala disebut sebagai agresi tidak langsung karena didasari
oleh keingingan untuk menang dengan cara apapun. Namun, tidak seperti perilaku
agresif, orang berperilaku manipulatif, dalam jangka pendek, kadang kala percaya
bahwa mereka telah memenangkan sesuatu untuk diri sendiri. Ketika mengetahui
bahwa kesepakatan tersebut ternyata tidak semenguntungkan yang semula mereka
pikirkan, mereka akan merasa telah ditipu dan kesal.
Dibandingkan dengan taktik agresif yang mencolok, perilaku tidak langsung lebih
samar dan tersembunyi. Negosiator manipulatif selalu menyimpan tujuan teselubung,
yaitu menempuh cara sendiri. Kebutuhan untuk memanipulasi berakar dari rasa takut
jika tujuan yang dirahasiakan terbongkar. Rasanya akan jauh lebih aman untuk
mengontrol dan memanipulasi daripada harus menghadapi konfrontasi langsung.
Berlaku manipulatif berarti menipu diri sendiri dan lawan negosiasi. Berlaku
manipulatif juga berarti mendapatkan semua kebutuhan dengan cara licik, yaitu
membuat lawan merasa bersalah jika tidak melakukan apa yang kita inginkan. Dari
penampilan luarnya, karakter agresif tidak langsung mungkin tampak begitu
menghormati lawan, tetapi sikap tidak sependapat yang tersembunyi sekalipun
biasanya akan ketahuan. Orang yang berlaku manipulatif seringkali mematahkan
semangat lawan dengan menggunakan kata-kata sinis untuk mengyngkapkan
ketidaksetujuan mereka. Usaha untuk memperjelas atau mengklarifikasi mereka
tanggapai dengan penyangkalan, sehingga lawan bingung, dan merasa bersalah.
Perilaku manipulatif umumnya tidak efektif digunakan dalam negosiasi karena lawan
tidak akan penah benar-benar memercayai negosiator seperti itu, sehingga tidak ingin
bernegosiasi. Negosiator manipulatif akan mencapai hasil win-lose.
Kali ini penulis akan membagikan pengalaman penulis ketika menjadi koordinator
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam benegosiasi.
Sebagai seorang koordinator kesehatan dan keselamatan kerja, kemampuan
bernegosiasi mutlak diperlukan. Keterampilan negosiasi yang baik , membuat kita
mampu untuk mengutarakan keadaan kita tanpa merusak hubungan baik dengan orang
lain, meningkatkan efektivitas diri, dan mengurangi kemungkinan orang lain untuk
memanfaatkan kita.
Dalam kasus keselamatan kerja di perusahaan-perusahaan, sangat banyak hal yang
membutuhkan kemampuan penulis untuk bernegosiasi dengan baik. Misalnya
negosiasi yang membuat penulis harus berperilaku asertif, seperti ketika sedang ada
meeting atau rapat-rapat organisasi. Contohnya saja saat penulis sedang bertukar
pendapat saat rapat tentunya kita sangat ingin pendapat kita digunakan atau paling
tidak mendapat perhatian dari anggota rapat yang lain. Pada saat seperti itu, penulis
sangat perlu untuk bersikap asertif apalagi jika penulis dalam posisi sebagai
pemimpin rapat tersebut.
Pendekatan Analisis Keputusan pada Negosiasi
Raiffa (1982) mengembangkan pendekatan analisis keputusan pada negosiasi
sebagai alternative analisis teori permainan, sebuah pendekatan tentang bagaimana
orang biasa (tidak selalu rasional dan pandai) pada kenyataannya berperilaku.
Pendekatan Raiffa ini memusatkan diri dalam memberikan nasihat terbaik bagi
negosiator kunci dengan berpedoman pada hal paling mungkin dari profil perilaku
pihak lain. Struktur analitis dari pendekatan ini didasarkan pada tiga informasi, yakni:
1. Alternative yang dimiliki tiap pihak agar terjadi kesepakatan
2. Ketertarikan tiap pihak
3. Derajat kepentingan dari setiap ketertarikan yang dimiliki tiap pihak
Alternatif agar terjadi kesepakatan sebelum melakukan negosiasi penting, kita
harus mempertimbangkan langkah yang akan diambil jika tidak terjadi kesepakatan.
Langkah ini merupakan alternatif terbaik terhadap kesepakatan yang sedang
dinegosiasikan (best alternative to negotiated agreement/BATNA). BATNA berperan
penting sebagai batas bawah dalam menentukan hasil minimum yang diharapkan
dalam negosiasi kerja sama yang sedang diupayakan tersebut. Hasil apa pun dari
negosiasi yang lebih tinggi nilainya disbanding dengan BATNA akan membuat kita
menjauh dari titik tidak tercapainya kesepakatan dan setiap hasil negosiasi yang lebih
rendah dari BATNA jelas ditolak.
Ketertarikan para pihak dalam melakukan analisis pada sebuah negosiasi
perlu dikenali semua ketertarikan pihak yang melakukan negosiasi tersebut.
Negosiator tidak selalu menyadari ketertarikan yang dimilikinya karena ada
perbedaan antara posisi yang dinyatakan oleh negosiator dan ketertarikan dasar yang
dimiliki oleh seorang negosiator. Posisi adalah kebutuhan yang dinyatakan dan
dituntut oleh satu pihak terhadap pihak lainnya dalam sebuah negosiasi. Ketertarikan
adalah hal dasar di belakang posisi-posisi tersebut yang dapat jadi hal penting bagi
negosiator bila mereka mampu disadarkan terhadap adanya hal tadi. Terkadang focus
terhadap ketertarikan yang lebih dalam mampu mengidentifikasi hal yang lebih
penting bagi pihak lain, pemahaman ini akan menjadi dasar tawar-menawar yang
lebih masuk akal.
Derajat kepentingan tiap pihak terhadap keinginannya mungkin sangat
menonjol meskipun menyadari seluruh keinginan mungkin tidak memikirkan dengan
saksama derajat kepentingan dari keinginan-keinginan tersebut. Kesepakatan terbaik
tercapai dengan merelakan hal yang kurang penting dan memperoleh hal yang lebih
penting. Untuk dapat masuk dalam sebuah negosiasi maka anda harus menyadari
derajat kepentingan dari tiap keinginan bagi anda, sehingga anda akan dapat
mengenali pertukaran mana yang lebih menarik dan mana yang kurang menarik bagi
anda.
KESIMPULAN
Negosiasi merupakan suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat
disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan
yang akan dilakukan di masa mendatang. Tujuan dilakukannya negosiasi yaitu untuk
mengatasi atau menyesuaikan perbedaan, untuk memperoleh sesuatu dari pihak lain
(yang tidak dapat dipaksakan) dan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima
kedua belah pihak dalam rangka suatu transaksi atau menyelesaikan sengketa.
Ada 2 teknik dalam negosiasi yaitu distribusi negosiasi dan integrasi
negosiasi. Distribusi negosiasi merupakan negosiasi antara dua pihak yang memiliki
fixed value yang saling dipersaingkan dan Setiap pihak akan bersaing untuk
mendapatkan keuntungan lebih. Sedangkan integrasi negosiasi merupakan kerja sama
antara dua pihak untuk mencapai keuntungan maksimal dengan mengintegrasikan
kepentingan mereka dan memperjuangkan kepentingan yang menguntungkan tanpa
merugikan pihak lain
Langkah-langkah yang dilakukan dalam negosiasi yaitu persiapan,
pembukaan, memulai proses negosiasi, zona tawar menawar dan membangun
kesepakatan. Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi yaitu tidak akan pernah tercapai
kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat
untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat
dari kedua belah pihak, sehingga tidak bertepuk sebelah tangan. Karena itu, penting
sekali dalam awal-awal negosiasi memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain,
melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi
wajah.
DAFTAR PUSTAKA
Bazerman, Max. H. 1994. Judgement in managerial Decision Making, John Wiley &
Sons, INC, New York.
Luthans F, 2006. Perilaku Organisasi Edisi 10, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Setiadi N J, 2008. Business Economics and Managerial Decision Making, Kencana, Jakarta.