bedah

4

Click here to load reader

Upload: hendra-pamuji-p

Post on 10-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

JUDULKista Higroma Colli dengan Komplikasi Infeksi pada Lesi

ABSTRAK

Kista Higroma Coli, dikenal juga dengan Limfangioma, jugular limfatik obstruktif, dan higroma coli kistikum. Kista higroma adalah suatu lesi kistik yang berasal dari massa dilatasi limfe sehingga secara patologi-anatomi lebih tepat disebut limfangioma kistik dan biasanya ditemukan di daerah leher pada trigonum koli posterior tepat di atas klavikula.Sebagian besar kasus kista higroma (50-65%) ditemukan saat lahir, dengan 80-90% kasus terdeteksi sebelum usia 2 tahun. Prevalensi pada fetus adalah sekitar 0,2-3%. Dilaporkan bahwa kasus kista higroma berkisar 1,7:10.000 kehamilanPenegakan diagnosis pada prenatal Ultrasound lengkap, temasuk echocardiogram, untuk melihat jenis anomali yang lain untuk menentukan penyebab dari higroma. Riwayat keluarga yang lengkap untuk menilai apakah test diindikasikan untuk sindroma herediter. Amniosintesis atau CVS untuk melihat abnormalitas kromosom atau sindrom genetik spesifik. Pengkajian virus pada cairan amnion dilakukan jika ada indikasi adanya hydrops. Skrining serum maternal tidak membantu dalam menilai prognosis janin dengan kista higroma. Evaluasi ultrasound secara periodik dibutuhkan untuk melihat adanya resolusi kista dan atau perkembangan anomali-anomali yang lain atau fetal hydrops.

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu dilakukan operasi exscisi pada masa ISI

Seorang pasien bayi umur 2 hari datang diantar ibinya dengan keluhan terdapat benjolan di leher kiri Onset benjolan muncul sejak bayi lahir. Lokasi benjolan pada leher kiri. Obat yang digunakan untuk mengurangi gejala tidak ada, Gejala yang menyertai seperti mual dan muntah tidak ada. Menurut ibunya tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama. Pada pemeriksaan Inspeksi: Tampak benjolan di leher kiri, sewarna dengan kulit, kemerahan (-), jejas (-). Palpasi: Nyeri tekan (-), kesan kistik, Diameter kurang lebih 2 cm, permukaan rata, berbatas tegas, venektasi (-), transluminasi (+), sedikit menempel pada jaringan, lepas dari kulit. Pemeriksaan vital sign KU: Sedang, cm, Kesadaran: cukup, HR: 135x/menit, RR: 52x/menit, S: 37,5 C.

DIAGNOSIS

Kista Higroma Colli SinistraTERAPI

Operasi exscisi pada masa bila memenuhi syarat Rule of Ten

DISKUSIBerdasakan anamnesis pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan di leher kiri Onset benjolan muncul sejak bayi lahir. Lokasi benjolan pada leher kiri. Obat yang digunakan untuk mengurangi gejala tidak ada, Gejala yang menyertai seperti mual dan muntah tidak ada. Menurut ibunya tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama.

Pada pemeriksaan Inspeksi: Tampak benjolan di leher kiri, sewarna dengan kulit, kemerahan (-), jejas (-). Palpasi: Nyeri tekan (-), kesan kistik, Diameter kurang lebih 2 cm, permukaan rata, berbatas tegas, venektasi (-), transluminasi (+), sedikit menempel pada jaringan, lepas dari kulit. Pemeriksaan vital sign KU: Sedang, cm, Kesadaran: cukup, HR: 135x/menit, RR: 52x/menit, S: 37,5 C.

Kista higroma dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan dengan frekuensi yang sama. Kejadiannya sama pada populasi kulit berwarna hitam maupun kulit putih. Kebanyakan {sekitar 75%} higroma kistik terdapat di daerah leher , dan secara tipikal sering berada di posterior dan lateral leher dibandingkan bagian anterior leher, dan sering juga terjadi bilateral dengan tampilan yang tidak simetris. Kelainan ini antara lain juga ditemukan di aksilla {20%}, mediastinum dan regio inguinalis {5%}. Sumber infeksi dari kista higroma ini biasanya merupakan sekunder dari focus infeksi di traktus respiratorius, meskipun bisa juga bersifat infeksi primer. Selama proses infeksi, ukuran kista membesar dan menjadi hangat, merah, dan nyeri. Pasien bisa juga menjadi demam. Infeksi bisa melibatkan seluruh kista atau sebagian kista. Selama infeksi aktif, transiluminasi bisa tidak terlihat lagi dan kadang-kadang kista ini juga bisa menjadi abses sehingga memerlukan tindakan drainase untuk meredakan gejala. Infeksi ini diobati dengan antibiotic, antipiretik, dan analgetik.Pada pasien ini dilakukan perawatan konservatif karena belum memenuhi syarat Rule of tenKESIMPULAN

Sumber infeksi dari kista higroma ini biasanya merupakan sekunder dari focus infeksi di traktus respiratorius, meskipun bisa juga bersifat infeksi primer REFERENSI

1. Sabiton, David C. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 1994

2. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 2005

3. Schwartz, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah ed 6. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 2000

4. Doherti G M. Current Surgical diagnosis and treatment. USA. Mac Graw Hill. 2006

PENULIS

Hendra Pamuji Pamukti, Bagian Ilmu Bedah, RS PURWOREJO, Propinsi Jawa Tengah