beda psikologi kepribadian dengan ilmu lain
TRANSCRIPT
BEDA PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DENGAN ILMU LAIN
A. Psikologi kepribadian dengan filsafat
Filsafat sebagai ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia
dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu tersebut secara
hakiki terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin,
semua ilmu membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Dengan demikian
ilmu-ilmu khusus tidak menggarap pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut
manusia sebagai keseluruhan, sebagai suatu kesatuan yang dinamis. Dalam hal
ini, peranan filsafat terhadap semua disiplin ilmu termasuk psikologi kepribadian,
hanya sebagai penggagas dan peletak dasar, dan selanjutnya ilmu-ilmu itulah
yang berkembang sesuai dengan objek kajianya masing-masing.1
K. Bertens memberikan lima hal yang menyangkut peranan dari filsafat bagi
perkembangan ilmu-ilmu yang lain :2
1) Filsafat dapat menyumbang untuk memperlancar integrasi antara ilmu-
ilmu yang sangat dibutuhkan, yang disinyalir kecondongan ilmu
pengetahuan untuk berkembang ke arah spesialisasi yang akhirnya
menimbulkan kebuntuan. Tetapi pada filsafat tidak ada spesialisasi
khusus, filsafat bertugas untuk memperhatikan keseluruhan dan tidak
berhenti pada detail-detailnya.
2) Filsafat dapat membantu dalam membedakan antara ilmu pengetahuan dan
scientisme. Dengan scientisme dimaksudkan pendirian yang tidak
mengakui kebenaran lain daripada kebenaran yang disingkapkan oleh ilmu
pengetahuan dan tidak menerima cara pengenalan lain daripada cara
1 M. Ngalim purwanto, Drs., Psikologi kepribadian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya., Bandung., 1990. Hal 342 Abu Ahmad,H.Drs, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, cet. II, 1998. Hal 56
1
pengenalan yang dijalankan oleh ilmu pengetahuan, dengan demikian ilmu
pengetahuan melewati batas-batasnya dan menjadi suatu filsafat.
3) Tidak dapat disangkal bahwa hubungan antara filsafat dengan ilmu
pengetahuan lebih erat dalam bidang pengetahuan manusia daripada
bidang ilmu pengetahuan alam.
4) Salah satu cabang filsafat yang tumbuh subur sekarang ini adalah apa yang
disebut “foundational research“ suatu penelitian kritis tentang metode-
metode, pengandaian-pengandaian dan hasil ilmu pengetahuan positif.
5) Peranan filsafat dalam kerja sama interdisipliner pasti tidak dapat
dibayangkan sebagai semacam “pengetahuan absolut“.
Manusia sebagai makhluk hidup juga merupakan objek dari filsafat yang antara
lain membicarakan soal hakikat kodrat manusia, tujuan hidup manusia, dan
sebagainya. Sekalipun psikologi kepribadian pada akhirnya memisahkan diri dari
filsafat, karena metode yang ditempuh sebagai salah satu sebabnya, tetapi
psikologi kepribadian masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat. Bahkan
sebetulnya dapat dikemukakan bahwa ilmu-ilmu yang telah memisahkan diri dari
filsafat itupun tetap masih ada hubungan dengan filsafat terutama mengenai hal-
hal yang menyangkut sifat hakikat dan tujuan dari ilmu pengetahuan.
Kebutuhan keilmiahan psikologi kepribadian tersebut nampaknya baru
terpecahkan ketika Wilhelm Wundt (1832-1920) dan kawan-kawannya memulai
menerapkan metode yang baru dalam bidang psikologi kepribadian eksperimen.
Dalam laboratorium eksperimen pertama yang didirikannya pada tahun 1879 di
Universitas Leipzig (Jerman), Wundt kemudian mulai melakukan serangkaian
eksperimen untuk menguji fenomena-fenomena yang dulunya merupakan bagian
dari filsafat.3
Namun demikian, meskipun pengaruh filsafat bagi perkembangan ilmu
psikologi kepribadian masih dapat dirasakan dalam setiap penelitian yang
3 M. Ngalim purwanto, Drs., Psikologi kepribadian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya., Bandung., 1990. Hal 34
2
dihasilkan, hal ini tentunya tidak terlepas dari bidang garapan yang lebih banyak
mempunyai kesamaan dengan filsafat itu sendiri. Dengan diakuinya psikologi
kepribadian sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha menempatkan metode
penelitian yang sistematis dan ilmiah, psikologi kepribadian menunjukkan jati
dirinya sebagai salah satu cabang ilmu yang mampu menempatkan metode-
metode ilmiah sebagai bagian dari penelitiannya.
Filsafat ilmu, sebagai salah satu cabang filsafat, memberikan sumbangan
besar bagi perkembangan ilmu psikologi kepribadian. Filsafat ilmu adalah cabang
filsafat yang hendak merefleksikan konsep-konsep yang diandaikan begitu saja
oleh para ilmuwan, seperti konsep metode, obyektivitas, penarikan kesimpulan,
dan konsep standar kebenaran suatu pernyataan ilmiah. Hal ini penting, supaya
ilmuwan dapat semakin kritis terhadap pola kegiatan ilmiahnya sendiri, dan
mengembangkannya sesuai kebutuhan masyarakat. Psikolog sebagai seorang
ilmuwan tentunya juga memerlukan kemampuan berpikir yang ditawarkan oleh
filsafat ilmu ini. Tujuannya adalah supaya para psikolog tetap sadar bahwa ilmu
pada dasarnya tidak pernah bisa mencapai kepastian mutlak, melainkan hanya
pada level probabilitas. Dengan begitu, para psikolog bisa menjadi ilmuwan yang
rendah hati, yang sadar betul akan batas-batas ilmunya, dan terhindar dari sikap
saintisme, yakni sikap memuja ilmu pengetahuan sebagai satu-satunya sumber
kebenaran.4
Sebagai cabang ilmu, psikologi kepribadian termasuk dalam ilmu-ilmu
kemanusiaan, khususnya ilmu-ilmu sosial. Ciri ilmu-ilmu kemanusiaan adalah
memandang manusia secara keseluruhan sebagai objek dan subjek ilmu. Ciri
lainnya terletak pada titik pandang dan kriterium kebenaran yang berbeda dari
ilmu-ilmu alam. Ciri lain lagi muncul sebagai akibat ciri tersebut yaitu bahwa
antara subjek dan objek ilmu -ilmu kemanusiaan terdapat proses saling
mempengaruhi. Psikologi kepribadian sebagai bagian dari ilmu kemanusiaan juga
memiki ciri-ciri tersebut . Berhadapan dengan ilmu-ilmu itu salah satu tugas 4 Abu Ahmad,H.Drs, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, cet. II, 1998. Hal 56
3
pokok filsafat ilmu adalah menilai hasil ilmu-ilmu pemngetahuan dilihat dari
sudut pandang pengetahuan manusia seutuhnya. Ada dua bidang sehubungan
dengan masalah pengetahuan yang benar, yaitu:
1. Ikut menilai apa yang dianggap tepat atau benar dalam ilmu-ilmu
2. Memberi penilaian terhadap sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan
manusia guna mencapai pengetahuan yang benar.
Dengan demikian, filsafat ilmu dapat berperan dalam menilai secara kritis apa
yang dianggap sebagai pengetahuan yang benar dalam ilmu psikologi
kepribadian. Sebagaimana telah diungkapkan, ilmu-ilmu mempunyai sumbangan
yang sangat besar bagi manusia. Sumbangan-sumbangan itu mendukung
peradaban manusia, karena itu patut dihargai. Namun demikian kadang terdapat
kelemahan yang perlu dicermati, yakni apabila para pelaku ilmu berpendapat
bahwa di luar ilmu-ilmu mereka tidak terdapat pengetahuan yang benar.
Kelemahan lainnya adanya anggapan tentang kebenaran dikemukakan secara
eksplisit dengan mengabaikan bidang filsafat yang dengan demikian sebenarnya
sudah dimasuki oleh para pelaku ilmu yang bersangkutan.
Filsafat itu mempertanyakan jawaban, sedangkan psikologi kepribadian
menjawab pertanyaan (masalah). Jadi dengan berfilsafat, psikologmendapatkan
solusi dari permasalahan kliennya, karena terus diberikan pertanyaan, kenapa,
mengapa, alasannya apa, terus begitu sampai akhirnya ada kesimpulan dari
pertanyaan (dari permasalahan) itu. Ketika seseorang sudah mampu
mempertanyakan siapa dirinya, bagaimana dirinya terbentuk, bagaimana posisi
dirinya di alam semesta ini, itu berarti orang tersebut sudah berfilsafat ke taraf
yang paling tinggi. Untuk itu dibutuhkan perenungan, karena apabila
didiskusikan, bisa jadi orang lain menganggap kita gila, karena itu adalah insight,
dan tidak semua orang bisa mendapatkan insight.
Filsafat bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi kepribadian. Seperti
kita tahu, psikologi kepribadian, dan semua ilmu lainnya, merupakan pecahan dari
filsafat. Di dalam filsafat, kita juga bisa menemukan refleksi-refleksi yang cukup
4
mendalam tentang konsep jiwa dan perilaku manusia. Refleksi-refleksi semacam
itu dapat ditemukan baik di dalam teks-teks kuno filsafat, maupun teks-teks
filsafat modern. Dengan mempelajari ini, para psikolog akan semakin memahami
akar historis dari ilmu mereka, serta pergulatan-pergulatan macam apa yang
terjadi di dalamnya. Saya pernah menawarkan kuliah membaca teks-teks kuno
Aristoteles dan Thomas Aquinas tentang konsep jiwa dan manusia. Menurut saya,
teks-teks kuno tersebut menawarkan sudut pandang dan pemikiran baru yang
berguna bagi perkembangan ilmu psikologi kepribadian.
Filsafat juga memiliki cabang yang kiranya cukup penting bagi
perkembangan ilmu psikologi kepribadian, yakni etika. Yang dimaksud etika
disini adalah ilmu tentang moral. Sementara, moral sendiri berarti segala sesuatu
yang terkait dengan baik dan buruk. Di dalam praktek ilmiah, para ilmuwan
membutuhkan etika sebagai panduan, sehingga penelitiannya tidak melanggar
nilai-nilai moral dasar, seperti kebebasan dan hak-hak asasi manusia. Sebagai
praktisi, seorang psikolog membutuhkan panduan etis di dalam kerja-kerja
mereka. Panduan etis ini biasanya diterjemahkan dalam bentuk kode etik profesi
psikologi kepribadian. Etika, atau yang banyak dikenal sebagai filsafat moral,
hendak memberikan konsep berpikir yang jelas dan sistematis bagi kode etik
tersebut, sehingga bisa diterima secara masuk akal. Perkembangan ilmu, termasuk
psikologi kepribadian, haruslah bergerak sejalan dengan perkembangan kesadaran
etis para ilmuwan dan praktisi. Jika tidak, ilmu akan menjadi penjajah manusia.
Sesuatu yang tentunya tidak kita inginkan.
Terakhir, filsafat bisa menawarkan cara berpikir yang radikal, sistematis,
dan rasional terhadap ilmu psikologi kepribadian, bagi para psikolog, baik praktisi
maupun akademisi, sehingga ilmu psikologi kepribadian bisa menjelajah ke
lahan-lahan yang tadinya belum tersentuh. Dengan ilmu logika, yang merupakan
salah satu cabang filsafat, para psikolog dibekali kerangka berpikir yang kiranya
sangat berguna di dalam kerja-kerja mereka. Seluruh ilmu pengetahuan dibangun
di atas dasar logika, dan begitu pula psikologi kepribadian. Metode pendekatan
5
serta penarikan kesimpulan seluruhnya didasarkan pada prinsip-prinsip logika.
Dengan mempelajari logika secara sistematis, para psikolog bisa mulai
mengembangkan ilmu psikologi kepribadian secara sistematis, logis, dan rasional.
Dalam hal ini, logika klasik dan logika kontemporer dapat menjadi sumbangan
cara berpikir yang besar bagi ilmu psikologi kepribadian.5
Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan
mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun
aksiologisnya. Dan psikologi kepribadian adalah ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia. Hubungan antara filsafat ilmu dengan psikologi kepribadian,
diantaranya :
1. Filsafat ilmu dapat berperan dalam menilai secara kritis apa yang dianggap
sebagai pengetahuan yang benar dalam ilmu psikologi kepribadian;
2. Filsafat itu mempertanyakan jawaban, sedangkan psikologi kepribadian
menjawab pertanyaan (masalah). Jadi dengan berfilsafat, psikolog
mendapatkan solusi dari permasalahan kliennya;
3. Ilmu psikologi kepribadian menolong filsafat dalam penelitiannya;
4. Filsafat bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi kepribadian;
5. Dalam metode, filsafat bisa menyumbangkan metode fenomenologisebagai
alternatif pendekatan di dalam ilmu psikologi kepribadian;
6. Filsafat juga bisa mengangkat asumsi-asumsi yang terdapat di dalam ilmu
psikologi kepribadian. Selain mengangkat asumsi, filsafat juga bisa berperan
sebagai fungsi kritik terhadap asumsi tersebut;
7. Dalam konteks perkembangan psikologi kepribadian sosial, filsafat juga bisa
memberikan wacana maupun sudut pandang baru dalam bentukrefleksi teori-
teori sosial kontemporer;
8. Filsafat bisa memberikan kerangka berpikir yang radikal, sistematis, logis,
dan rasional bagi para psikolog, baik praktisi maupun akademisi, sehingga
5 Daradjat Zakiah. Dr, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1976 hal 89
6
ilmu psikologi kepribadian bisa menjelajah ke lahan-lahan yang tadinya
belum tersentuh.
B. Psikologi kepribadian dengan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pegetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan psikologi kepribadian. Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu
pengetahuan alam mengalami kemajuan yang cukup cepat, hingga ilmu
pengetahuan alam menjadi contoh bagi perkembangan ilmu-ilmu lain, termasuk
psikologi kepribadian, khususnya metode ilmu pengetahuan mempengaruhi
perkembangan metode dalam psikologi kepribadian. Karenanya sebagian ahli
berpendapat, kalau psikologi kepribadian ingin mendapatkan kemajuan haruslah
mengikuti cara kerja yang ditempuh oleh ilmu pengetahuan alam. Psikologi
kepribadian merupakan ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat, walaupun
pada akhirnya, metode ilmu pengetahuan alam tidak seluruhnya digunakan dalam
lapangan psikologi kepribadian. Oleh karena perbedaan dalam obyeknya. Sebab
ilmu pengetahuan alam berobyekkan pada benda-benda mati. Sedangkan
psikologi kepribadian berobyekan pada manusia hidup, sebagai makhluk yang
dinamik, berkebudayaan, tumbuh, berkembang dan dapat berubah setiap saat.6
Sebagaimana diungkapkan diatas bahwa psikologi kepribadian
menyelidiki dan mempelajari manusia sebagai makhluk dinamis yang bersifat
kompleks, maka psikologi kepribadian harus bekerja sama dengan ilmu-ilmu lain.
Tapi sebaliknya, setiap cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
manusia akan kurang sempurna apabila tidak mengambil pelajaran dari psikologi
kepribadian. Dengan demikian akan terjadi hubungan timbal balik.
C. Psikologi kepribadian dengan Biologi
Biologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang kehidupan, semua benda
yang hidup menjadi obyek biologi, dan cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung 6 Daradjat Zakiah. Dr, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1976 hal 89
7
didalamnya. Baik psikologi kepribadian dan biologi sama-sama membicarakan
manusia. Sekalipun masing-masing ilmu tersebut meninjau dari sudut yang
berlainan, namun dati segi-segi tertentu kedua ilmu itu ada titik-titik pertemuan.
Biologi maupun psikologi kepribadian mempelajari perihal proses-proses
kejiwaan.
Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa disamping adanya hal yang
sama-sama dipelajari oleh kedua ilmu tersebut, misalnya soal keturunan. Ditinjau
dari segi biologi adalah hal yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan
yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi lain. Soal keturunan juga
dibahas oleh psikologi kepribadian, misalnya tentang sifat, intelegensi, dan bakat.
Karena itu kurang sempurna kalau kita mempelajari psikologi kepribadian tanpa
mempelajari biologi.7
D. Psikologi kepribadian dengan Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
manusia, mempelajari manusia dalam hidup bermasyarakat. Obyek dari sosiologi
adalah manusia. Sehingga antara psikologi kepribadian dengan sosiologi sangat
berhubungan. Dan tidak mengherankan jika suatu waktu ada titik pertemuan
dalam meninjau manusia, misalnya soal tingkah laku. Tinjauan sosiologi yang
penting adalah hidup bermasyarakat. Sedangkan tinjauan psikologi kepribadian
adalah tingkah laku sebagai manifestasi hidup kejiwaan yang didorong oleh motif
tertentu yang membat manusia bertingkah laku/berbuat. Psikologi kepribadian
dengan sosiologi mempunyaianalisis kemasyarakatan yakni menggunakan faktor-
faktor secara luas untuk menjelaskan perilaku sosial. Salah satu contohnya dalam
hal pergaulan hidup yang terdiri dari beberapa golongan seperti suku bangsa,
keluarga, perhimpunan, kelas, dll.
7 Arifin.M.H.Drs,M.Ed, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hal 24
8
Sementara bidang studi lain dari psikologi kepribadian yang tertarik pada
keunikan dari perilaku individu adalah psikologi kepribadian kepribadian.
Pendekatan psikologi kepribadian kepribadian adalah membandingkan masing-
masing orang. Sementara pendekatan psikologi kepribadian dengan sosiologi
adalah mengidentifikasikan respon dari sebagian besar orang dalam suatu situasi
dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi respon tersebut.
Psikologi kepribadian dengan sosiologi lebih berpusat pada usaha
memahami bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi sosial yang terjadi.
Dan mempelajari perasaan subyektif yang biasa muncul dalam situasi sosial
tertentu, dan bagaimana perasaan itu mempengaruhi perilaku seseorang. Sebagai
contoh, salah satu prinsip dasar psikologi kepribadian dengan sosiologi adalah
bahwa situasi frustasi akan membuat orang marah, yang kemungkinan besar
timbulnya mereka melakukan perilaku agresi, yang merupakan penjelasan
alternative mengenai sebab timbulnya kejahatan. Dan kita semua menyadari
bahwa tingkah laku manusia tidak dapat terlepas dari keadaan sekitar, sehingga
tidaklah sempurna jika meninjau manusia berdiri sendiri dan terlepas dari
masyarakat yang melatarbelakanginya.
E. Psikologi kepribadian dengan Paedagogiek
Kedua ilmu ini hampir tidak dapat dipisahkan satu sama lain, oleh karena
mempunyai hubungan timbal balik. Paedogiek sebagai ilmu yang bertujuan untuk
memberikan bimbingan hidup manusia sejak dari lahir sampai mati tidak akan
sukses, bilamana tidak dapat mendasarkan diri kepada psikologi kepribadian,
yang tugasnya memang memang menunjukkan perkembangan hidup manusia
sepanjang masa, bahkan ciri dan wataknya serta kepribadiannya pun ditunjjukkan
oleh psikologi kepribadian.
F. Psikologi kepribadian dengan Agama
9
Psikologi kepribadian dengan agama merupakan dua hal yang
berhubungan erat. Mengingat agama sendiri diturunkan kepada umat manusia
dengan dasar-dasar yang disesuaikan oleh kondisi psikologi kepribadian dan
situasi psikologi kepribadian. Tanpa dasar, agama akan sulit diterima oleh
manusia. Karena didalam agama mengajarkan tentang bagaimana agar manusia
tanpa paksaan bersedia menjadi seorang hamba yang patuh dan taat pada ajaran
agama.8
Dalam agama, penuh dengan unsur-unsur paedagogis yang merupakan
essensi pokok dari tujuan agama yang diturunkan oleh tuhan kepada manusia.
Unsur paedagogis dalam agama tidak mempengaruhi manusia kecuali bila
disampaikan sesuai petunjuk psikologi kepribadians.
Setiap orang dapat menghayati perasaan keagamaan dirinya dan dapat
meneliti keberagaman orang lain. Makna agama dalam psikologi kepribadians
pasti berbeda-beda pada tiap orang. Bagi sebagian orang, agama adalah ritual
ibadah, seperti sholat dan puasa. Bagi agama lain adalah pengabdian kepada
sesama makhluk atau pengorbanan untuk suatu keyakinan.
Hubungan psikologi kepribadian dengan agama mempelajari psikis
manusia dalam hubungannya dengan manifestasi keagamaan, yaitu kesadaran
agama dan pengalaman agama. Kesadaran agama hadir dalam pikiran dan dapat
dikaji dengan intropeksi. Pengalaman agama sendiri merupakan perasaan yang
hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan
dzikir. Jadi obyek studinya dapat berupa gejala-gejala psikis manusia yang
berkaitan dengan tingkah laku keagamaan dan proses hubungan antara psikis
manusia dengan tingkah laku keagamaan.
Antara psikologi kepribadian dengan agama tidak bermaksud untuk
melakukan penelitian/kritik terhadap ajaran agama tertentu, tapi semata untuk
memahami dan melukiskan tingkah laku keagamaan sebagai ekspresi dalam alam
8 Arifin.M.H.Drs,M.Ed, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hal 24
10
pikiran, perasaan, dan sebagainya akibat adanya keyakinan agama tertentu.
Contoh bahwa psikologi kepribadian dengan agama mempunyai hubungan erat
dalam memberikan bimbingan manusia adalah jika manusia melanggar norma-
norma agama dipandang dosa. Perasaan berdosa inilah yang mengakibatkan
perasaan nestapa dalam dirinya meskipun tidak diberikan hukuman lahiriyah.
Psikologi kepribadian memandang bahwa orang yang berdosa telah menghukum
dirinya sendiri karena berbuat pelanggaran. Jiwa mereka tertekan dan dihantui
perasaan besalah. Dan bila yang bersangkutan tidak dapat mensublimasikan
perasaannya, akan mengakibatkan semacam penyakit jiwa yang merugikan
dirinya sendiri. Dalam hal demikian itulah penuduk agama sangat diperlukan
untuk memberikan jalan sublimatif serta katharisasi mengingat hubungan antara
keduanya.
Kesimpulan
Hubungan psikologi kepribadian dengan filsafat : sama – sama membicarakan
soal hakikat kodrat manusia, ujuan hidup manusia dan menyagkut maluhur serta
tujuan dari ilmu pengetahuan .
Hubungan psikologi kepribadian dengan IPA : bahwa metode kedua disiplin
ilmu ilmu tersebut memiliki ilmu keterdukungan dari segala hal , walaupun
berbeda obyek .
Hubungan psikologi kepribadian dengan biologi : sama – sama memberikan
manusia . Dan keduanya bisa dijelaskan pada salah satu sisi . Misalnya : soal
keturunan, dsb. Sebab psikologi kepribadian terbatas pada satu sisi.
Hubungan psikologi kepribadian dengan sosiologi : bahwa psikologi
kepribadian mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam situasi – situasi
sosial yang mana ini juga dipelajari sosiologi . kejiwaan manusia.
Hubungan Psikologi kepribadian dengan paedagogiek : ternyata psikologi
kepribadian dapat menunjukkan perkembangankepribadian seseorang yang
menjadi dasar bimbingan ilmu paedagogiek.
11
Hubungan Psikologi kepribadian dengan agama : agama telah bahwa dosa
adalah suatu karena melanggar norma – norma dan hukum – hukum yang ada dan
ini dapat mengganggu psikis seseorang.
12
MAKALAHMAKALAHPSIKOLOGI KEPRIBADIAN KEPRIBADIAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN KEPRIBADIAN
Beda Psikologi kepribadian Kepribadian Dengan Ilmu Lain Beda Psikologi kepribadian Kepribadian Dengan Ilmu Lain
DISUSUN OLEH :Siti FatimahKhairunisaJoni Aprizal
DOSEN PEMBIMBING :Sugeng Sejati
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAMFAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIIAIN (BENGKULU)IAIN (BENGKULU)
20132013
13
DAFTAR PUSTAKA
M. Ngalim purwanto, Drs., Psikologi kepribadian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya., Bandung., 1990.
Abu Ahmad,H.Drs, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, cet. II,
1998.
Arifin.M.H.Drs,M.Ed, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan
Rohaniyah Manusia, Bulan Bintang, Jakarta, 1976
Daradjat Zakiah. Dr, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta,
1976
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/01/psikologi kepribadianwhat-is-it/
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090505140449AAsK5WP
14