bank syariah: gambaran umum - bi.go.id · dengan berdirinya bank muamalat indonesia. secara...

97
Seri Kebanksentralan No. 14 Bank Syariah: Gambaran Umum PUSAT PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN (PPSK) BANK INDONESIA Ascarya Diana Yumanita BANK INDONESIA

Upload: vothien

Post on 06-May-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Seri Kebanksentralan

No. 14

Bank Syariah:Gambaran Umum

PUSAT PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN (PPSK)

BANK INDONESIA

AscaryaDiana Yumanita

BANK INDONESIA

Seri Kebanksentralan ini diterbitkan oleh:

Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK)

BANK INDONESIA

Jl. MH. Thamrin No. 2, Gd. A lt. 18, Jakarta 10010

No. Telepon: 021-3817628, No. Fax: 021-3501912

e-mail: [email protected]

Penulis adalah peneliti pada Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan – Bank Indonesia

Isi dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis

i

Seri Kebanksentralan No. 14

Bank Syariah:Gambaran Umum

A s c a r y aDiana Yumanita

PUSAT PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN (PPSK)BANK INDONESIA

Jakarta, Januari 2005

ii

Ascarya, Diana Yumanita

Bank Syariah/Ascarya, Diana Yumanita-- Jakarta :

Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan

(PPSK) BI, 2005.

i-ix; 85 hlm.; 15,5 cm x 23 cm. – (Seri

Kebanksentralan; 14)

Bibliografi: hlm. – 82

ISBN 979-3363-16-9

iii

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,pada kesempatan ini Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan(PPSK), Bank Indonesia kembali menerbitkan buku seri kebanksentralan.Penerbitan buku ini sejalan dengan amanat yang diemban dalamUndang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahwadalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya Bank Indonesiasenantiasa berupaya untuk mewujudkan transparansi kepadamasyarakat luas. Selain itu, sebagai sumbangsih dalam kegiatanwawasan dan pembelajaran kepada masyarakat, Bank Indonesia jugaterus berupaya meningkatkan kualitas publikasi yang ditujukan untukmemperkaya khazanah ilmu kebanksentralan.

Buku seri kebanksentralan merupakan rangkaian tulisan mengenaiilmu kebanksentralan ditinjau dari aspek teori maupun praktek, yangditulis oleh para penulis dari kalangan Bank Indonesia sendiri. Bukuseri ini dimaksudkan untuk memperkaya khazanah kepustakaanmenganai berbagai aspek kebanksentralan terutama yang dilakukanBank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia. Sebagaibacaan masyarakat umum, buku seri ini ditulis dalam bahasa yang cukupsederhana dan mudah dipahami, serta sejauh mungkin menghindaripenggunaan istilah-istilah teknis yang kiranya dapat mempersulitpembaca dalam memahami isi buku.

Penulisan buku seri kebanksentralan ini diorganisir secara sistematisdengan terlebih dahulu menerbitkan buku seri mengenai aspek-aspekpokok kebansentralan, yaitu: (1) bidang moneter, (2) bidang perbankan,(3) bidang sistem pembayaran, dan (4) bidang organisasi danmanageman bank sentral. Selanjutnya masing-masing bidang dirincidengan topik-topik khusus yang lebih fokus pada tema tertentu yangtercakup pada salah satu bidang tugas bank sentral. Dengan demikiansistematika publikasi buku seri kebanksentralan ini analog denganpohon yang terdiri dari batang yang memiliki cabang dan ranting-ranting. Sebagai kelanjutan buku seri sebelumnya, pada kesempatanini diterbitkan buku seri yang terkait dengan bidang perbankan dengantopik Bank Syariah: Gambaran Umum. Buku ini membahas bank syariah

Sambutan

iv

secara komprehensif, mulai dari pengertian dan prinsip-prinsip dasarBank Syariah sampai dengan perkembangan bank syariah di Indonesiadan beberapa negara lainnya.

Akhirnya, pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasihdan penghargaan kepada para penulis yang telah berusaha secaramaksimal serta pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi berhargadalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat danmenambah khazanah pengetahuan kita.

Jakarta, Januari 2005

Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan

Perry Warjiyo

Direktur

v

Sejak tahun 1992 Indonesia memperkenalkan dual banking system‘sistem perbankan ganda’, yaitu suatu sistem ketika bank konvensionaldan bank syariah diizinkan beroperasi berdampingan. Pada tahun yangsama berdirilah bank syariah pertama, yaitu Bank Muamalat Indonesia(BMI). Namun demikian, sistem perbankan ganda baru benar-benarditerapkan sejak 1998 pada saat dikeluarkannya perubahan undang-undang perbankan dengan UU No.10/1998. Undang-undang ini selainmemberikan landasan hukum yang kuat bagi bank syariah jugamemberikan kesempatan yang luas bagi investor untuk mendirikanbank syariah baru maupun bagi bank konvensional untuk membukaunit usaha syariah. Sejak saat itu, pemerintah dan Bank Indonesiamemberikan komitmen besar dan menempuh berbagai kebijakan untukmengembangkan bank syariah, dan sejak itu juga bank syariah tumbuhdi mana-mana seperti jamur di musim hujan. Tulisan singkat dalamSeri Kebanksentralan No. 15 ini dimaksudkan untuk meningkatkanpemahaman masyarakat luas yang berminat memahami berbagai halyang terkait dengan bank syariah secara umum dalam bahasa yangdiusahakan sedapat mungkin mudah dipahami oleh masyarakat luas.Tulisan ini juga dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai referensibagi pembaca yang bermaksud untuk memperdalam pemahamannya.

Tidak lupa, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut sertaterlibat dan membantu dalam penyusunan tulisan ini, khususnyakepada rekan-rekan di Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralandan Direktorat Perbankan Syariah, serta semua pihak yang telahmembantu kelancaran penulisan seri kebanksentralan ini, mulai daritahap penyusunan outline, penulisan draft, diskusi, penulisan akhir,dan pencetakannya. Ucapan terima kasih secara khusus juga penulissampaikan kepada Sdr. Bambang Himawan atas partisipasinya danmasukan-masukannya dalam diskusi penyelesaian tulisan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini jauh darisempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca terbuka

Pengantar

vi

selebar-lebarnya dan akan penulis terima dengan senang hati untukpenyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya, penulismengharapkan agar karya kecil ini bermanfaat dan menambahkhasanah bagi pengetahuan masyarakat luas.

Jakarta, Januari 2005

Penulis

vii

Sambutan iiiPengantar vDaftar Isi v i i

Pendahuluan 1

Gambaran Umum Perbankan Syariah 4Pengertian 4Prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah 4

Pelarangan Riba 5Pelarangan Maysir 7Pelarangan Gharar 7

Pelarangan Riba, Maysir, dan Gharar dalam Perspektif Ekonomi 8Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional 12Fungsi Bank Syariah 13Kegiatan Usaha 14

Jenis Kegiatan Usaha 15Usaha yang Dibiayai 36

Kegiatan Sosial 37Konsep Operasional Bank Syariah 38

Perkembangan Perbankan Syariah di Beberapa Negara 40Perkembangan Perbankan Islam di Sudan 40Perkembangan Perbankan Islam di Malaysia 41

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 43Perkembangan Kebijakan 44

Perkembangan Sebelum UU No. 10 Tahun 1998 44Perkembangan Sesudah UU No. 10 Tahun 1998 47

Perkembangan Kegiatan Usaha 49Perkembangan Sebelum UU No. 10 Tahun 1998 50Perkembangan Sesudah UU No. 10 Tahun 1998 51

Tantangan dan Kendala Pengembangan 61Tantangan Utama Pengembangan 62

Daftar Isi

viii

Kendala Pengembangan 63Arah Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Kedepan 64

Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia 68Bank Syariah 68

Bank Umum Syariah 68Unit Usaha Syariah 69Bank Perkreditan Rakyat Syariah 70

Dewan Syariah Nasional 70Dewan Pengawas Syariah 72Badan Arbitrase Syariah Nasional 73Bank Indonesia 73

Penutup 76

Daftar Istilah 78

Daftar Pustaka 82

Daftar GambarGambar 1: Bendungan 9Gambar 2: Aliran Investasi yang Terbendung 10Gambar 3: Aliran Investasi dalam Sistem Islam

dan Konvensional 11Gambar 4: Fungsi Bank Syariah 13Gambar 5: Produk dan Jasa Bank Syariah 14Gambar 6: Jenis Transaksi Usaha Bank Syariah 19Gambar 7: Bagan Proses Pembiayaan Mudharabah 22Gambar 8: Bagan Proses Pembiayaan Musyarakah 23Gambar 9: Skema Transaksi Nonbagi Hasil 26Gambar 10: Bagan Proses Pembiayaan Murabahah 28Gambar 11: Bagan Proses Pembiayaan Salam Paralel 30Gambar 12: Bagan Proses Pembiayaan Istishna Paralel 31Gambar 13: Bagan Proses Pembiayaan

Ijarah Muntahiya Bittamlik 33Gambar 14: Bagan Proses Pembiayaan Qardh/Qardhul Hasan 34

ix

Gambar 15: Konsep Operasional Bank Syariah 39Gambar 16: Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 45Gambar 17: Struktur Organisasi Bank Umum Syariah 69Gambar 18: Struktur Organisasi Unit Usaha Syariah 70

Daftar TabelTabel 1: Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil 6Tabel 2: Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional 12Tabel 3: Perbandingan Tabungan Wadiah dan Mudharabah 17Tabel 4: Perbedaan Mudharabah dan Musyarakah 25Tabel 5: Perbedaan Karakteristik Berbagai Bentuk Pembiayaan 35Tabel 6: Perkembangan Jumlah Lembaga Keuangan Islam

di Malaysia 42Tabel 7: Jumlah Cabang Syariah—Lembaga Keuangan

Konvensional di Malaysia 43Tabel 8: Perkembangan Jumlah Kantor

Bank Muamalat Indonesia 51Tabel 9: Kontribusi Terhadap Aset Perbankan Nasional 55Tabel 10: Indikator Kinerja Bank Syariah 62

Daftar GrafikGrafik 1: Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi 10Grafik 2: Jumlah Jaringan Kantor Periode 1999—2004 53Grafik 3: Perkembangan Aset 54Grafik 4: Pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga 55Grafik 5: Komposisi Dana Pihak Ketiga 56Grafik 6: Komposisi Aktiva Produktif Utama 57Grafik 7: Perkembangan Aktiva Produktif Utama 58Grafik 8: Perkembangan Komposisi Pembiayaan

Periode 2000—2004 59Grafik 9: Perkembangan Financing to Deposit Ratio 60

1

Pendahuluan

Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahaberdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukumIslam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan ataupembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakansesuai dengan Syariah.

Bank Syariah, atau biasa disebut Islamic Bank di negara lain,berbeda dengan bank konvensional pada umumnya. Perbedaanutamanya terletak pada landasan operasi yang digunakan. Kalau bankkonvensional beroperasi berlandaskan bunga, bank syariah beroperasiberlandaskan bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa. Hal inididasarkan pada keyakinan bahwa bunga mengandung unsur ribayang dilarang oleh agama Islam. Menurut pandangan Islam, di dalamsistem bunga terdapat unsur ketidakadilan karena pemilik danamewajibkan peminjam untuk membayar lebih dari pada yangdipinjam tanpa memperhatikan apakah peminjam menghasilkankeuntungan atau mengalami kerugian. Sebaliknya, sistem bagi hasilyang digunakan bank syariah merupakan sistem ketika peminjam danyang meminjamkan berbagi dalam risiko dan keuntungan denganpembagian sesuai kesepakatan. Dalam hal ini tidak ada pihak yangdirugikan oleh pihak lain. Lebih jauh lagi, apabila dilihat dariperspektif ekonomi, bank syariah dapat pula didefinisikan sebagai

Bank Syariah:Gambaran Umum

2

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

sebuah lembaga intermediasi yang mengalirkan investasi publik secaraoptimal (dengan kewajiban zakat dan larangan riba) yang bersifatproduktif (dengan larangan judi), serta dijalankan sesuai nilai, etika,moral, dan prinsip Islam.

Bank syariah pertama kali muncul pada tahun 1963 sebagai pilotproject dalam bentuk bank tabungan pedesan di kota kecil Mit Ghamr,Mesir. Percobaan berikutnya terjadi di Pakistan pada tahun 1965 dalambentuk bank koperasi. Setelah itu, gerakan bank syariah mulai hidupkembali pada pertengahan tahun 1970-an. Berdirinya IslamicDevelopment Bank pada 20 Oktober 1975, yang merupakan lembagakeuangan internasional Islam multilateral, mengawali periode inidengan memicu bermunculannya bank syariah penuh di berbagainegara, seperti Dubai Islamic Bank di Dubai (Maret 1975), Faisal IslamicBank di Mesir dan Sudan (1977), dan Kuwait Finance House di Kuwait(1977). Sampai saat ini lebih dari 200 bank dan lembaga keuangansyariah beroperasi di 70 negara muslim dan nonmuslim yang totalportofolionya sekitar $200 milyar (Algauod dan Lewis, 2001; danSiddiqui, 2004).

Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal 1990-andengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Secara perlahan banksyariah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendakilayanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah agamaIslam yang dianutnya, khususnya yang berkaitan dengan pelaranganpraktek riba, kegiatan yang bersifat spekulatif yang nonproduktifyang serupa dengan perjudian, ketidakjelasan, dan pelanggaranprinsip keadilan dalam bertransaksi, serta keharusan penyaluranpembiayaan dan investasi pada kegiatan usaha yang etis dan halalsecara Syariah.

Namun demikian, perkembangan bank syariah yang pesat baruterasa semenjak era reformasi pada akhir 1990-an, setelah pemerintahdan Bank Indonesia memberikan komitmen besar dan menempuhberbagai kebijakan untuk mengembangkan bank syariah, khususnyasejak perubahan undang-undang perbankan dengan UU No. 10 tahun

3

1998. Berbagai kebijakan tersebut tidak hanya menyangkut perluasanjumlah kantor dan operasi bank-bank syariah untuk meningkatkansisi penawaran, tetapi juga menyangkut pengembangan pemahamandan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan sisi permintaan.Perkembangan yang pesat terutama tercatat sejak dikeluarkannyaketentuan Bank Indonesia yang memberi izin untuk pembukaan banksyariah yang baru maupun izin kepada bank konvensional untukmendirikan suatu unit usaha syariah (UUS). Semenjak itu bank syariahtumbuh di mana-mana seperti jamur di musim hujan.

Buku ini akan menguraikan gambaran umum tentang bank syariahsecara komprehensif dari konsep sampai perkembangannya diIndonesia. Pembahasan dibagi ke dalam empat bagian utama, yaitugambaran umum perbankan syariah, perkembangan perbankansyariah di beberapa negara, perkembangan perbankan syariah diIndonesia, dan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia. Bagianpertama, setelah pendahuluan ini, menjelaskan pengertian, prinsip-prinsip dasar, perbedaan antara bank syariah dan konvensional, fungsi,kegiatan usaha, dan konsep operasional bank syariah. Bagian keduaakan menjelaskan perkembangan perbankan syariah di beberapanegara yang menerapkan fully Islamic banking system maupun yangmenerapkan dual banking system. Bagian ketiga akan menjelaskanperkembangan perbankan syariah di Indonesia pada periode sebelumdan sesudah UU No. 10 Tahun 1998. Di sini akan diuraikanperkembangan kebijakan, perkembangan kegiatan usaha (yangmeliputi perkembangan jaringan kantor, aset, dana pihak ketiga,aktiva produktif utama, perkembangan financing to deposit ratio(FDR), dan tingkat kesehatan), tantangan dan kendalapengembangan, serta arah kebijakan pengembangan kedepan.Bagian keempat, sebelum penutup, menjelaskan kelembagaanperbankan syariah di Indonesia yang terdiri dari bank syariah, dewansyariah nasional, dewan pengawas syariah, badan arbitrase syariahnasional, dan Bank Indonesia.

4

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Perbankan Syariah

Pengertian

Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasakeuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam,khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatifyang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yangtidak jelas dan meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanyamembiayai kegiatan usaha yang halal. Bank Syariah seringdipersamakan dengan bank tanpa bunga. Bank tanpa bungamerupakan konsep yang lebih sempit dari bank Syariah, ketikasejumlah instrumen atau operasinya bebas dari bunga. Bank Syariah,selain menghindari bunga, juga secara aktif turut berpartisipasi dalammencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasipada kesejahteraan sosial.

Prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah

Dalam operasinya, bank Syariah mengikuti aturan-aturan dannorma-norma Islam, seperti yang disebutkan dalam pengertian diatas, yaitu:

1) Bebas dari bunga (riba);

2) Bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif sepertiperjudian (maysir);

3) Bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar);

4) Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil); dan

5) Hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.

Secara singkat empat prinsip pertama biasa disebut anti MAGHRIB(maysir, gharar, riba, dan bathil).

5

Pelarangan Riba

Bank Syariah beroperasi tidak berdasarkan bunga, sebagaimana yanglazim dilakukan oleh bank konvensional, karena bunga mengandungunsur riba yang jelas-jelas dilarang dalam Al Qur’an. Bank syariahberoperasi dengan menggunakan prinsip lain yang diperbolehkan olehSyariah. Bagi Muslim yang tidak menghiraukan larangan ini, Allah danNabi Muhammad s.a.w. menyatakan perang dengan mereka (QS 2:279).

Riba berarti ‘tambahan’, yaitu pembayaran “premi” yang harusdibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman di sampingpengembalian pokok, yang ditetapkan sebelumnya atas setiap jenispinjaman. Dalam pengertian ini riba memiliki persamaan makna dankepentingan dengan bunga (interest) menurut ijma’ ‘konsensus’ parafuqaha tanpa kecuali (Chapra, 1985). Menurut istilah teknis, ribaberarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secarabathil (Saeed, 1996). Dikatakan bathil karena pemilik danamewajibkan peminjam untuk membayar lebih dari yang dipinjamtanpa memperhatikan apakah peminjam mendapat keuntungan ataumengalami kerugian.

Riba dilarang dalam Islam secara bertahap, sejalan dengankesiapan masyarakat pada masa itu, seperti juga tentang pelaranganyang lain seperti judi dan minuman keras. Tahap pertama disebutkanbahwa riba akan menjauhkan kekayaan dari keberkahan Allah,sedangkan sedekah akan meningkatkan keberkahan berlipat ganda(QS 30: 39). Tahap kedua, pada awal periode Madinah, praktek ribadikutuk dengan keras (QS 4: 161), sejalan dengan larangan pada kitab-kitab terdahulu. Riba dipersamakan dengan mereka yang mengambilkekayaan orang lain secara tidak benar, dan mengancam kedua belahpihak dengan siksa Allah yang amat pedih. Tahap ketiga, sekitar tahunkedua atau ketiga Hijrah, Allah menyerukan agar kaum musliminmenjauhi riba jika mereka menghendaki kesejahteraan yangsebenarnya sesuai Islam (QS 3: 130-132). Tahap terakhir, menjelangselesainya misi Rasulullah s.a.w., Allah mengutuk keras mereka yangmengambil riba, menegaskan perbedaan yang jelas antara perniagaan

Gambaran Umum Perbankan Syariah

6

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

dan riba, dan menuntut kaum muslimin agar menghapuskan seluruhutang piutang yang mengandung riba, menyerukan mereka agarmengambil pokoknya saja, dan mengikhlaskan kepada peminjamyang mengalami kesulitan. Dalam beberapa Hadits, Rasulullah s.a.w.mengutuk semua yang terlibat dalam riba, termasuk yang mengambil,memberi, dan mencatatnya. Beliau s.a.w. menyamakan dosa riba samadengan dosa zina 36 kali lipat atau setara dengan orang yangmenzinahi ibunya sendiri (Chapra, 1985).

Riba tidak hanya dilarang dalam ajaran Islam, tetapi juga dilarangdalam ajaran Yahudi (Eksodus 22: 25, Deuteronomy 23: 19, Levicitus35: 7, Lukas 6: 35), ajaran Kristen (Lukas 6: 34-35, pandangan pendetaawal/abad I-XII, pandangan sarjana Kristen/abad XII-XV, pandanganreformis Kristen/abad XVI-1836) , maupun ajaran Yunani seperti yangdisampaikan oleh Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM)1 .

Tabel 1Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad denganasumsi usaha akan selalu menghasilkan keuntungan.

2. Besarnya persentase didasarkan pada jumlah dana/modal yang dipinjamkan.

3. Bunga dapat mengambang/variabel, dan besarnyanaik turun sesuai dengan naik turunnya bungapatokan atau kondisi ekonomi.

4. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikantanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankanpeminjam untung atau rugi.

5. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipunkeuntungan naik berlipat ganda.

6. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam)oleh semua agama.

1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasildisepakati pada waktu akad dengan berpedomanpada kemungkinan untung rugi.

2. Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pada jumlahkeuntungan yang diperoleh.

3. Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akadmasih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatanbersama.

4. Bagi hasil bergantung pada keuntungan usahayang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugianakan ditanggung bersama.

5. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai denganpeningkatan keuntungan.

6. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

1 Cecep Maskanul Hakim, “Bunga dan Riba dalam Perspektif Sejarah dan Agama”,(mimeo).

7

Gambaran Umum Perbankan Syariah

Alternatif yang ditawarkan oleh Islam sebagai pengganti riba/bungayang utama adalah praktek bagi hasil, ketika peminjam dan yangmeminjamkan berbagi dalam risiko dan keuntungan dengan pembagiansesuai kesepakatan. Dalam hal ini tidak ada pihak yang ditindas (dizalimi)oleh yang lain. Perbedaan antara bunga dan bagi hasil dapat dibacapada tabel 1.

Pelarangan Maysir

Istilah maysir pada awalnya dipakai untuk permainan anak panahpada jaman sebelum Islam, ketika tujuh peserta bertaruh untukmendapatkan hadiah yang telah ditentukan (Al-Omar dan Abdel-Haq,1996). Maysir secara harfiah berarti memperoleh sesuatu dengansangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpakerja. Dalam Islam, maysir yang dimaksud di sini adalah segala sesuatuyang mengandung unsur judi, taruhan, atau permainan berrisiko. Judidalam segala bentuknya dilarang dalam syariat Islam secara bertahap.Tahap pertama, judi merupakan kejahatan yang memiliki mudharat(dosa) lebih besar dari pada manfaatnya (QS 2: 219). Tahap berikutnya,judi dan taruhan dengan segala bentuknya dilarang dan dianggapsebagai perbuatan zalim dan sangat dibenci (QS 5: 90-91). Selainmengharamkan bentuk-bentuk judi dan taruhan yang jelas, hukumIslam juga mengharamkan setiap aktivitas bisnis yang mengandungunsur judi (Shiddiqi, 1985).

Pelarangan Gharar

Gharar secara harfiah berarti akibat, bencana, bahaya, risiko, dansebagainya. Dalam Islam, yang termasuk gharar adalah semuatransaksi ekonomi yang melibatkan unsur ketidakjelasan, penipuanatau kejahatan. Hal itu dikutuk oleh Islam dalam Al-Qur’an (QS 6:152; 83: 1-5; dan 4: 29) dan Hadits. Dalam dunia bisnis, gharar artinyamenjalankan suatu usaha secara buta tanpa memiliki pengetahuanyang cukup, atau menjalankan suatu transaksi yang risikonyaberlebihan tanpa mengetahui dengan pasti apa akibatnya ataumemasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya, meskipun

8

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

unsur ketidakpastian, yang tidak besar, boleh saja ada kalau memangtidak bisa ditinggalkan.2 Afzal-ur-Rahman (1990) membagi konsepgharar menjadi dua:

a). Gharar karena adanya unsur risiko yang mengandung keraguan,probabilitas, dan ketidakpastian secara dominan; dan

b). Gharar karena adanya unsur yang meragukan yang dikaitkandengan penipuan atau kejahatan oleh salah satu pihak terhadappihak lainnya.

Semua transaksi yang mengandung unsur ketidakjelasan dalamjumlah, kualitas, harga, dan waktu, risiko, serta penipuan ataukejahatan termasuk dalam kategori gharar. Dalam semua bentuk ghararini, keadaan yang sama-sama rela yang dicapai bersifat sementara, yaitusementara keadaannya masih tidak jelas bagi kedua belah pihak. Dikemudian hari ketika keadaannya telah menjadi jelas, salah satu pihak(penjual atau pembeli) akan merasa terzalimi, walaupun pada awalnyatidak demikian. Beberapa contoh transaksi yang termasuk dalamkategori gharar antara lain:

(a) Penjualan barang yang belum ditangan penjual, seperti buah-buahan yang belum matang, ikan atau burung yang belumditangkap, dan hewan yang masih dalam kandungan;

(b) Penjualan di masa datang (future trading);

(c) Penjualan barang yang sulit dipindahtangankan;

(d) Penjualan yang belum ditentukan harga, jumlah, dan kualitasnya;dan

(e) Penjualan yang menguntungkan satu pihak.

Pelarangan Riba, Maysir, dan Gharar dalam Perspektif Ekonomi

Menurut Qardhawi (2002), hikmah eksplisit yang tampak jelas di balikpelarangan riba adalah pewujudan persamaan yang adil di antara

2 Disarikan dari definisi yang diberikan oleh Afzal-ur-Rahman (1974) dan Algaoud danLewis (2000).

9

pemilik harta (modal) dengan usaha, serta pemikulan risiko danakibatnya secara berani dan penuh rasa tanggung jawab. Prinsipkeadilan dalam Islam ini tidak memihak kepada salah satu pihak,melainkan keduanya berada pada posisi yang seimbang.

Lebih jauh lagi, konsep pelarangan riba dan maysir (judi) dalamIslam dapat dijelaskan keunggulannya secara ekonomis dibandingkandengan konsep ekonomi konvensional. Riba secara ekonomis lebihmerupakan sebuah upaya untuk mengoptimalkan aliran investasidengan cara memaksimalkan kemungkinan investasi melaluipelarangan adanya pemastian (bunga).

Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin besarkemungkinan aliran investasi yang terbendung. Hal ini dapatdiumpamakan seperti sebuah bendungan. Semakin tinggi dindingbendungan, maka semakin besar aliran air yang terbendung (bacagambar 1). Dengan pelarangan riba, dinding yang membatasi aliraninvestasi tidak ada, sehingga alirannya lancar tanpa halangan. Halini terlihat jelas pada saat Indonesia dilanda krisis keuangan danperbankan pada 1997-1998. Pada saat itu suku bunga perbankanmelambung sangat tinggi mencapai 60%. Dengan suku bungasetinggi itu bisa dikatakan hampir tidak ada orang yang beranimeminjam ke bank untuk investasi. Hal ini dapat diilustrasikan padagambar 2.

Gambaran Umum Perbankan Syariah

Gambar 1. Bendungan

10

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Secara grafis dapat pula ditunjukkan bahwa meningkatnya sukubunga dari y% menjadi x% telah menurunkan jumlah kemungkinaninvestasi dari Q1 menjadi Q2 (baca grafik 1). Kenaikan suku bunga initelah membendung aliran investasi sebesar Q1-Q2. Karena hal inilah,maka riba dilarang dalam Islam (selain alasan moralitas).

Aliran Investasi tdk optimal Laba

X %

0

Rugi

Gambar 2.Aliran Ivestasi yang Terbendung

I%

x%

y%

0 Q2 Q1 Q(I)

Grafik 1Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi

11

Gambaran Umum Perbankan Syariah

Sementara itu, judi secara ekonomis lebih merupakan sebuahupaya agar aktivitas investasi yang terjadi memiliki korelasi nyataterhadap sektor riil dalam rangka meningkatkan Aggregate Supply‘penawaran agregat’. Judi dapat dikatakan sebagai suatu bentukinvestasi yang tidak produktif karena tidak terkait langsung dengansektor riil dan tidak memberikan dampak meningkatkan penawaranagregat barang dan jasa. Karena hal inilah, maka judi dilarang dalamIslam (selain alasan moralitas).

Gambar 3.Aliran Investasi dalam Sistem Islam dan Konvensional

SISTEM ISLAM

SISTEM KONVENSIONAL

Riba Judi

Anti Riba Anti Judi

X %

P

P

P

P

Dengan dilarangnya riba dan judi dalam Islam, aliran investasimenjadi optimal dan tersalur lancar ke sektor produktif. Sementaraitu, dalam sistem konvensional sistem bunga membuat aliran investasimenjadi tidak optimal dan tidak lancar karena sebagiannyaterhambat, sedangkan dengan tidak adanya pelarangan judi, sebagianinvestasi tidak tersalur ke sektor produktif (baca gambar 3).

Sementara itu, pelarangan gharar dimaksudkan untukmengutamakan transparansi dalam bertransaksi dan kegiatanoperasional lainnya dan menghindari ketidakjelasan. Dalam duniamodern hal ini sudah diantisipasi.

12

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Dibandingkan dengan bank konvensional, bank syariah memilikibeberapa karakteristik esensial yang membedakannya dengan bankkonvensional, yang secara ringkas dapat dibaca pada Tabel 2.

Bank Konvensional Bank Syariah

Fungsi dan Kegiatan BankMekanisme dan Obyek UsahaPrinsip Dasar Operasi

Prioritas PelayananOrientasi

Bentuk

Evaluasi Nasabah

Hubungan NasabahSumber Likuiditas Jangka PendekPinjaman yang diberikanLembaga Penyelesai Sengketa

Risiko Usaha

Struktur Organisasi Pengawas

Investasi

Intermediasi, Jasa Keuangan

Tidak antiriba dan antimaysir- Bebas nilai (prinsip materialis)

- Uang sebagai Komoditi

- BungaKepentingan pribadiKeuntungan

Bank komersial

Kepastian pengembalian pokokdan bunga (creditworthiness dancollateral)Terbatas debitor-kreditorPasar Uang, Bank SentralKomersial dan nonkomersial,berorientasi labaPengadilan, Arbitrase

- Risiko bank tidak terkaitlangsung dengan debitur, risikodebitur tidak terkait langsungdengan bank

- Kemungkinan terjadi negativespread

Dewan Komisaris

Halal atau haram

Intermediasi, Manager Investasi,Investor, Sosial, Jasa KeuanganAntiriba dan antimaysir

- Tidak bebas nilai (prinsipsyariah Islam)

- Uang sebagai alat tukar danbukan komoditi

- Bagi hasil, jual beli, sewaKepentingan publikTujuan sosial-ekonomi Islam,keuntunganBank komersial, bankpembangunan, bank universalatau multi-porposeLebih hati-hati karena partisipasidalam risiko

Erat sebagai mitra usahaTerbatasKomersial dan nonkomersial,berorientasi laba dan nirlabaPengadilan, Badan ArbitraseSyariah Nasional- Dihadapi bersama antara bank

dan nasabah dengan prinsipkeadilan dan kejujuran

- Tidak mungkin terjadi negativespread

Dewan Komisaris, DewanPengawas Syariah, DewanSyariah NasionalHalal

Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

Tabel 2Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

13

Fungsi Bank Syariah

Bank syariah mempunyai dua peran utama, yaitu sebagai badan usaha(tamwil) dan badan sosial (maal). Sebagai badan usaha, bank syariahmempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai manajer investasi, investor,dan jasa pelayanan. Sebagai manajer investasi, bank syariahmelakukan penghimpunan dana dari para investor/nasabahnyadengan prinsip wadi'ah yad dhamanah (titipan), mudharabah (bagihasil) atau ijarah (sewa). Sebagai investor, bank syariah melakukanpenyaluran dana melalui kegiatan investasi dengan prinsip bagi hasil,jual beli, atau sewa. Sebagai penyedia jasa perbankan, bank syariahmenyediakan jasa keuangan, jasa nonkeuangan, dan jasa keagenan.Pelayanan jasa keuangan antara lain dilakukan dengan prinsipwakalah (pemberian mandat), kafalah (bank garansi), hiwalah(pengalihan utang), rahn (jaminan utang atau gadai), qardh (pinjamankebajikan untuk dana talangan), sharf (jual beli valuta asing), danlain-lain. Pelayanan jasa nonkeuangan dalam bentuk wadi'ah yadamanah (safe deposit box) dan pelayanan jasa keagenan denganprinsip mudharabah muqayyadah. Sementara itu, sebagai badansosial, bank syariah mempunyai fungsi sebagai pengelola dana sosial

Gambaran Umum Perbankan Syariah

Penyaluran dana:• Pola Bagi Hasil:

- Mudharabah- Musharakah, dll

• Pola Jual Beli:- Murabahah- Salam- Istishna, dll

• Pola Sewa:- Ijarah- Ijarah wa Iqtina

Jasa Keuangan :• Wakalah, Kafalah,

Hiwalah, Ujr, Sharf,Qard, Rahn dll

Jasa Non Keuangan :• Wadi’ah yad AmanahJasa Keagenan :• Mudharabah• Muqayyadah

Dana Kebajikan :• Penghimpunan dan

Penyaluran ZIS• Penyaluran

Qardhul Hasan

Penghimpunan dana:• Prinsip Wadiah yad

Dhamanah- Giro- Tabungan

• Prinsip Mudharabah:- Tabungan- Deposito/Investasi- Obligasi

• Prinsip Ijarah:Obligasi

MANAGERINVESTASI INVESTOR

JASAPERBANKAN SOSIAL

MAALTAMWIL

FUN

GS

IA

PLI

KA

SI P

RO

DU

K

Gambar 4.Fungsi Bank Syariah

Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

14

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

untuk penghimpunan dan penyaluran zakat, infak, dan sadaqah (ZIS),serta penyaluran qardhul hasan (pinjaman kebajikan). Secara singkatfungsi bank syariah dapat digambarkan seperti Gambar 4.

Kegiatan Usaha

Bank syariah merupakan bank dengan prinsip bagi hasil yangmerupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik dalampengerahan dananya maupun dalam penyaluran dananya (dalamperbankan syariah penyaluran dana biasa disebut denganpembiayaan). Oleh karena itu, jenis-jenis penghimpunan dana danpemberian pembiayaan pada bank syariah terutama jugamenggunakan prinsip bagi hasil. Selain prinsip bagi hasil, bank syariahjuga mempunyai alternatif penghimpunan dana dan pemberianpembiayaan nonbagi hasil. Dalam penghimpunan dana, bank syariahdapat juga menggunakan prinsip wadi’ah, qardh, maupun ijarah.Dalam pembiayaan, bank syariah dapat juga menggunakan prinsipjual beli dan sewa (lease). Selain itu, bank syariah juga menyediakanberbagai jasa keuangan seperti wakalah, kafalah, hiwalah, rahn,qardh, sharf, dan ujr.

Gambar 5.Produk dan Jasa Bank Syariah

Jenis Kegiatan Usaha Bank Syariah

Pen

gh

imp

un

an

Pen

yalu

ran

Jasa

Per

ban

kan

Pen

gh

imp

un

an

Pen

yalu

ran

Jasa

Per

ban

kan

PrinsipMudharabah- Tabungan- Deposito/Investasi- Obligasi

PrinsipWadiah yad dhamanah- Giro- Tabungan

Prinsip Ijarah- Obligasi

Pola Bagi Hasil- Mudharabah- Musharakah

Pola Jual Beli- Murabahah- Salam- Istishna

Pola Sewa- Ijarah- Ijarah wa Iqtina

Jasa Keuangan- Wakalah, Kafalah, Ujr, Qardh, Sharf, Rahn

Jasa Keagenan- Mudharabah muqayyadah

Jasa Nonkeuangan- Wadi’ah yad amanah

Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

15

Jenis Kegiatan Usaha

Secara garis besar jenis kegiatan usaha bank syariah dapat dibagi kedalam penghimpunan dana, penyaluran dana, pelayanan jasa, dankegiatan sosial. Secara ringkas jenis kegiatan usaha bank syariah dapatdijelaskan seperti Gambar 5.

1) Penghimpunan Dana

Dalam penghimpunan dana, bank syariah melakukan mobilisasi daninvestasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan carayang adil sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semuapihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal penting karena Islamsecara tegas mengutuk penimbunan tabungan dan menuntutpenggunaan sumber dana secara produktif dalam rangka mencapaitujuan sosial-ekonomi Islam. Dalam hal ini, bank syariah melakukannyatidak dengan prinsip bunga (riba), melainkan dengan prinsip-prinsipyang sesuai dengan syariat Islam, terutama mudharabah (bagi hasil)dan wadi’ah (titipan). Sumber dana bank syariah selain dari kegiatanpenghimpunan dana, tentunya juga dari modal disetor sehinggasecara keseluruhan sumber dana bank syariah dapat dibagi menjadi:

(a) Modal;

(b) Rekening Giro;

(c) Rekening Tabungan;

(d) Rekening Investasi Umum;

(e) Rekening Investasi Khusus; dan

(f) Obligasi Syariah.

(a) Modal

Bagian besar dari sumber dana bank syariah berasal dari modalkarena bank syariah pada dasarnya adalah sistem Islam yangberorientasi modal. Rasio yang kecil dari modal terhadap totalsumber dana terbukti bukan merupakan praktek yang baik dari

Gambaran Umum Perbankan Syariah

16

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

bank. Bank syariah lebih baik menghindar dari masalah kurangnyakecukupan modal sejak awal. Hal ini merupakan hal yang tidaksehat yang terjadi di perbankan konvensional (Chapra, 1985).Modal merupakan dana yang diserahkan oleh para pemilik(owner) sebagai bagian keikutsertaannya dalam usaha banksyariah. Sebagai buktinya, pemilik akan menerima sejumlah sahamsesuai dengan porsi keikutsertaannya. Setiap tahun pemegangsaham akan mendapatkan bagian bagi hasil usaha dalam bentukdividen. Bentuk penyertaan modal dapat dilakukan denganmusyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation.

(b) Rekening Giro

Bank syariah menerima simpanan dari nasabah dalam bentukrekening giro (current account) untuk keamanan dan kemudahanpemakaiannya dengan prinsip al-wadi’ah yad-dhamanah(singkatnya wadi'ah) atau titipan. Wadi’ah merupakan perjanjianperwakilan untuk tujuan melindungi harta seseorang. Dalam halini, bank dapat mempergunakan dana nasabah selama tidakditarik, sementara bank memberikan garansi bahwa nasabahdapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan menggunakanberbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti cek, kartu ATM,dan sebagainya tanpa biaya. Dana yang terhimpun dalam rekeninggiro tidak dapat digunakan bank untuk pembiayaan bagi hasilkarena sifatnya yang jangka pendek, tetapi dapat digunakan bankuntuk kebutuhan likuiditas bank dan untuk transaksi jangkapendek. Keuntungan yang diperoleh bank dari penggunaan danaini menjadi milik bank.

(c) Rekening Tabungan

Bank Syariah menerima simpanan dari nasabah dalam bentukrekening tabungan (savings account) untuk keamanan dankemudahan pemakaian, seperti rekening giro tetapi tidaksefleksibel rekening giro karena nasabah tidak dapat menarikdananya dengan cek. Prinsip yang digunakan dapat berupa:

i) Wadi’ah, atau titipan;

17

Gambaran Umum Perbankan Syariah

ii) Qardh, atau pinjaman kebajikan; atau

iii) Mudharabah, atau bagi hasil.

Ada sedikit perbedaan antara wadi'ah yang digunakan untukrekening tabungan dan wadi’ah yang digunakan untuk rekeninggiro. Dalam wadi'ah untuk rekening tabungan, bank dapatmemberikan bonus kepada nasabah dari keuntungan yang diperolehbank karena bank lebih leluasa untuk menggunakan dana ini untuktujuan mendapatkan keuntungan. Qardh merupakan pinjamankebajikan. Dalam hal ini, bank seperti mendapat pinjaman tanpabunga dari deposan. Bank dapat menggunakan dana ini untuk tujuanapa saja, dan dari keuntungan yang diperoleh bank dapatmemberikan bagian keuntungan kepada deposan berupa uang ataunonuang (hal ini jarang terlihat dalam praktek). Selain itu, bank jugadapat mengintegrasikan rekening tabungan dengan rekeninginvestasi dengan prinsip mudharabah al-muthlaqah, atau singkatnyamudharabah, dengan bagi hasil yang disepakati bersama.Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil dan bagi kerugian, ketikanasabah sebagai pemilik modal (shahibul maal) menyerahkanuangnya kepada bank sebagai pengusaha (mudharib) untukdiusahakan. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, dan kerugianditanggung oleh pemilik dana atau nasabah. Dalam prakteknya,tabungan wadi’ah dan mudharabah yang biasa digunakan secaraluas oleh bank syariah. Garis besar perbedaan antara tabunganwadi'ah dan tabungan mudharabah dapat dibaca pada Tabel 3.

Tabungan Mudharabah Tabungan WadiahNo.

1 Sifat Dana

2 Penarikan

3 Insentif

4 Pengembalian Modal

Investasi

Hanya dapat dilakukan pada

periode/waktu tertentu

Bagi Hasil

Tidak dijamin dikembalikan

100%

Titipan

Dapat dilakukan setiap saat

Bonus (jika ada)

Dijamin dikembalikan

100%

Tabel 3.Perbandingan Bank Syariah dan Bank Mudharabah

18

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

(d) Rekening Investasi Umum/Investasi Tidak Terikat

Bank syariah menerima simpanan deposito berjangka (padaumumnya untuk satu bulan ke atas) ke dalam rekening investasiumum (general investment account) dengan prinsip mudharabahal-muthlaqah. Investasi umum ini sering disebut juga sebagaiinvestasi tidak terikat. Nasabah rekening investasi lebih bertujuanuntuk mencari keuntungan daripada untuk mengamankanuangnya. Dalam mudharabah al-muthlaqah, bank sebagaimudharib mempunyai kebebasan mutlak dalam pengelolaaninvestasinya. Jangka waktu investasi dan bagi hasil disepakatibersama. Apabila bank menghasilkan keuntungan akan dibagisesuai kesepakatan awal. Apabila bank mengalami kerugian,bukan karena kelalaian bank, kerugian ditanggung oleh nasabahdeposan sebagai shahibul maal. Deposan dapat menarik dananyadengan pemberitahuan terlebih dahulu.

(e) Rekening Investasi Khusus/Ivestasi Terikat

Selain rekening investasi umum, bank syariah juga menawarkanrekening investasi khusus (special investment account) kepadanasabah yang ingin menginvestasikan dananya langsung dalamproyek yang disukainya yang dilaksanakan oleh bank denganprinsip mudharabah al-muqayyadah. Investasi khusus ini seringdisebut juga sebagai investasi terikat. Rekening investasi khususini biasanya ditujukan kepada para nasabah/investor besar daninstitusi. Dalam mudharabah al-muqayyadah bankmenginvestasikan dana nasabah ke dalam proyek tertentu yangdiinginkan nasabah. Jangka waktu investasi dan bagi hasildisepakati bersama dan hasilnya langsung berkaitan dengankeberhasilan proyek investasi yang dipilih.

(f) Obligasi Syariah

Bank syariah dapat pula melakukan pengerahan dana denganmenerbitkan obligasi syariah. Dengan obligasi syariah, bankmendapatkan alternatif sumber dana berjangka panjang (limatahun atau lebih) sehingga dapat digunakan untuk pembiayaan-

19

pembiayaan berjangka panjang. Obligasi syariah ini dapatmenggunakan beberapa prinsip yang dibolehkan syariah, sepertimudharabah (prinsip bagi hasil) dan ijarah (prinsip sewa).

Di luar penghimpunan dana, kegiatan usaha bank syariah dapatdigolongkan ke dalam transaksi untuk mencari keuntungan (tijarah),dan transaksi tidak untuk mencari keuntungan (tabarru’). Transaksiuntuk mencari keuntungan dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitutransaksi yang mengandung kepastian (natural certainty contracts/NCC), yaitu kontrak dengan prinsip nonbagi hasil (jual-beli dan sewa),dan transaksi yang mengandung ketidakpastian (natural uncertaintycontracts/NUC), yaitu kontrak dengan prinsip bagi hasil. Transaksi NCCberlandaskan pada teori pertukaran, sedangkan NUC berlandaskanpada teori percampuran (Karim, 2004). Semua transaksi untuk mencarikeuntungan tercakup dalam penyaluran dana, sedangkan transaksitidak untuk mencari keuntungan tercakup dalam jasa pelayanan (feebased income). Skema ringkasnya dapat dibaca pada gambar 6.

Gambaran Umum Perbankan Syariah

JENIS TRANSAKSI

TIJARAH(mencari untung)

PENYALURAN

DENGAN KEPASTIAN

NONBAGI HASIL BAGI HASIL

TABARRU’(tidak mencari untung)

JASAPELAYANAN

Jasa Keuangan- Wadi’ah yad dhamanah (giro, tabungan)- Wakalah, Kafalah Hiwalah, Ujr, Sharf Qardh, Rahn, dll

Jasa Keagenan- Mudharabah muqayyadah

Jasa Nonkeuangan- Wadi’ah yad amanah

Pola Jual Beli- Murabahah- Salam- Istshna

Pola Sewa- Ijarah- Ijarah wa Iqtina

Pola Bagi Hasil- Mudharabah- Musharakah

DENGAN KETIDAKPASTIAN

Gambar 6.Jenis Transaksi Usaha Bank Syariah

20

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

2) Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dana, bank syariah dapat memberikan berbagaibentuk pembiayaan (baca gambar 6). Pembiayaan yang diberikanoleh bank syariah mempunyai lima bentuk utama (Khan, 1995), yaitumudharabah dan musyarakah (dengan pola bagi hasil), murabahahdan salam (dengan pola jual beli), dan ijarah (dengan pola sewaoperasional maupun finansial). Selain kelima bentuk pembiayaanini, terdapat berbagai bentuk pembiayaan yang merupakan turunanlangsung atau tidak langsung dari ke lima bentuk pembiayaan diatas. Bank syariah juga memiliki bentuk produk pelengkap yangberbasis jasa (fee-based services) seperti qardh dan jasa keuanganlainnya.

(a) Pembiayaan Bagi Hasil

Bentuk pembiayaan bank syariah yang utama dan paling pentingyang disepakati oleh para ulama adalah pembiayaan dengan prinsipbagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. Prinsipnyaadalah al-ghunm bi’l-ghurm atau al-khar‚j bi’l-daman, yang berartibahwa tidak ada bagian keuntungan tanpa ambil bagian dalamrisiko (Al-Omar dan Abdel-Haq, 1996), atau untuk setiap keuntunganekonomi riil harus ada biaya ekonomi riil (Khan, 1995). Ciri utamapembiayaan bagi hasil adalah bahwa keuntungan dan kerugianditanggung bersama oleh pemilik dana maupun pengusaha. Konseppembiayaan bagi hasil berlandaskan pada beberapa prinsip dasar(Usmani, 1999):

1) Pembiayaan bagi hasil tidak berarti meminjamkan uang, tetapimerupakan partisipasi dalam usaha. Dalam hal musyarakah,keikutsertaan aset dalam usaha hanya sebatas proporsipembiayaan masing-masing pihak.

2) Investor atau pemilik dana harus ikut menanggung risiko kerugianusaha sebatas proporsi pembiayaannya.

3) Para mitra usaha bebas menentukan, dengan persetujuan

21

bersama, rasio keuntungan untuk masing-masing pihak, yangdapat berbeda dari rasio pembiayaan yang disertakan.

4) Kerugian yang ditanggung oleh masing-masing pihak harus samadengan proporsi investasinya.

i. Mudharabah

Pembiayaan ini merupakan bentuk pembiayaan bagi hasil ketika banksebagai pemilik dana/modal, biasa disebut shahibul maal/rabbul maal,menyediakan modal (100%) kepada pengusaha sebagai pengelola,biasa disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif dengansyarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antaramereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalamakad (yang besarnya juga dipengaruhi oleh kekuatan pasar). Apabilaterjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan karenakelalaian atau kecurangan pengelola, kerugian ditanggungsepenuhnya oleh pemilik modal, sedangkan pengelola kehilangantenaga dan keahlian yang telah dicurahkannya. Apabila terjadikerugian karena kelalaian dan kecurangan pengelola, maka pengelolabertanggung jawab sepenuhnya. Pengelola tidak ikut menyertakanmodal, tetapi menyertakan tenaga dan keahliannya, dan juga tidakmeminta gaji atau upah dalam menjalankan usahanya. Pemilik danahanya menyediakan modal dan tidak dibenarkan untuk ikut campurdalam manajemen usaha yang dibiayainya. Kesediaan pemilik danauntuk menanggung risiko apabila terjadi kerugian menjadi dasaruntuk mendapat bagian dari keuntungan. Bagan proses pembiayaanmudharabah dapat dibaca pada Gambar 7.

ii. Musyarakah

Pembiayaan ini merupakan bentuk pembiayaan bagi hasil ketika banksebagai pemilik dana/modal turut serta, sebagai mitra usaha,membiayai investasi usaha pihak lain. Pembiayaan tambahandiberikan kepada mitra usaha (individu atau kelompok) yang telah

Gambaran Umum Perbankan Syariah

22

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

memiliki sebagian pembiayaan untuk investasi. Mitra usaha pemilikmodal berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi itutidak merupakan keharusan. Kedua belah pihak dapat membagipekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan mereka jugadapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan keahlian yang merekacurahkan untuk usaha tersebut. Proporsi keuntungan dibagi di antaramereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalamakad yang dapat berbeda dari proporsi modal yang mereka sertakan.Kerugian, apabila terjadi, akan ditanggung bersama sesuai denganproporsi penyertaan modal masing-masing. Musyarakah merupakanperjanjian yang berjalan terus sepanjang usaha yang dibiayai bersamaterus beroperasi. Bagan proses pembiayaan musyarakah dapat dibacapada Gambar 8.

Akad Mudharabah

PENGUSAHA

SKILL

BANK

BagianKeuntungan X

BagianKeuntungan Y

KEGIATAN USAHA

KEUNTUNGAN

MODALModal 100%

MODAL 100%

Gambar 7.Bagan Proses Pembiayaan Mudharabah

23

Gambaran Umum Perbankan Syariah

Perbedaan utama dari mudharabah dan musyarakah adalahbahwa dalam mudharabah pemilik dana (dalam hal ini bank) tidakboleh ikut campur dalam manajemen usaha yang dibiayainya,sementara dalam musyarakah boleh ikut campur. Secara garis besarperbedaan antara mudharabah dan musyarakah dapat dirangkumsebagai berikut (Usmani, 1999):

1) Investasi dalam musyarakah datang dari semua mitra usaha,sedangkan dalam mudharabah investasi merupakan tanggungjawab tunggal dari shahibul maal.

2) Dalam musyarakah, semua mitra usaha dapat berpartisipasi dalammanajemen perusahaan dan dapat pula bekerja untukperusahaan, sedangkan dalam mudharabah, shahibul maal tidakmempunyai hak untuk berpartisipasi dalam manajemen yangdilakukan oleh pihak mudharib.

3) Dalam musyarakah, semua mitra usaha berbagi dalam kerugian

Gambar 8.Bagan Proses Pembiayaan Musyarakah

Akad Musyarakah

PENGUSAHA

MODAL & SKILL

BANK

BagianKeuntungan X

BagianKeuntungan Y

KEGIATAN USAHA

KEUNTUNGAN

MODALBagian Modal Bank

MODAL & SKILL

24

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

sebatas proporsi investasinya, sedangkan dalam mudharabahkerugian, jika ada, ditanggung oleh shahibul maal sendiriankarena mudharib tidak menyertakan modal. Kerugian mudharibhanya terbatas pada kerja yang telah ia lakukan yang tidakmembawa hasil apa pun. Namun demikian, prinsip ini tergantungpada kondisi bahwa mudharib telah bekerja dengan baik sesuaiyang diperlukan untuk jenis usaha tersebut. Apabila mudhariblalai atau curang, dia harus bertanggung jawab sepenuhnya dalamkerugian yang diakibatkan.

4) Kewajiban mitra usaha dalam musyarakah pada umumnya tidakterbatas. Oleh karena itu, jika kewajiban perusahaan melebihi asetyang dimiliki pada saat perusahaan harus dilikuidasi, semua sisakewajiban harus ditanggung pro rata oleh semua mitra usaha.Namun demikian, apabila semua mitra usaha sepakat bahwa mitrausaha tidak menanggung kerugian selama usaha berjalan, makasisa kewajiban ditanggung oleh mitra yang berhutang yang telahmenyimpang dari persetujuan semula. Sebaliknya, dalammudharabah kewajiban shahibul maal hanya sebatas investasinya,kecuali shahibul maal telah mengijinkan mudharib untukberhutang atas namanya.

5) Dalam musyarakah, begitu semua mitra usaha menggabungkanmodal mereka ke dalam pool bersama, semua aset musyarakahmenjadi milik bersama sesuai proporsi masing-masing. Oleh karenaitu, masing-masing dapat memperoleh manfaat dari apresiasiharga aset meskipun keuntungan belum didapat dari penjualan.Dalam mudharabah semua barang yang dibeli oleh mudharibmenjadi milik tunggal shahibul maal, dan mudharib dapatmendapatkan bagiannya dalam keuntungan jika menghasilkan.Mudharib tidak memiliki hak dalam aset itu sendiri, meskipunnilainya meningkat.

Secara ringkas perbedaan pembiayaan mudharabah danmusyarakah dapat dibaca pada Tabel 4.

25

Gambaran Umum Perbankan Syariah

Sementara itu, pembiayaan bagi hasil yang merupakan turunandari mudharabah dan musyarakah antara lain muzara’ah dan musaqahuntuk pembiayaan pertanian (Khan, 1995 dan Antonio, 2001),kombinasi musyarakah dan mudharabah dan Diminishing Musyarakah(Usmani, 1999), dan lain-lain.

(b) Pembiayaan Nonbagi Hasil

Selain bentuk pembiayaan utama dengan prinsip bagi hasil, banksyariah memiliki bentuk-bentuk pembiayaan dengan prinsip jual beli,sewa operasional, dan jasa (fee-based services). Bentuk-bentukpembiayaan ini membuat bank syariah tidak hanya berfungsi sebagaibank investasi (investment bank), tetapi juga berfungsi, antara lain,sebagai perusahaan dagang (merchant bank) dan leasing companysehingga bank syariah lebih cocok disebut sebagai bank universal(multi-purpose bank). Bentuk-bentuk pembiayaan nonbagi hasil yangutama adalah murabahah dan salam (dengan prinsip jual beli), danijarah (dengan prinsip sewa operasional), serta qardh yang merupakansalah satu bentuk pembiayaan pelengkap yang berbasis jasa (fee-based services).

Secara skematis, pembiayaan nonbagi hasil dapat dibaca padagambar 9. Jual beli tunai adalah transaksi jual beli ketika pembayaran

MudharabahMusharakah

Tabel 4.Perbedaan Mudharabah dan Musharakah

Sumber investasi Semua mitra usaha Shahibul maal

Partisipasi Manajemen Semua mitra usaha Mudharib

Pembagian Risiko Semua mitra usaha sebatas Shahibul maal

bagian investasinya

Kewajiban Pemilik Modal Tidak terbatas atau sebatas modal Sebatas modal

Status Kepemilikan Aset Milik bersama semua mitra usaha Milik shahibul maal

Bentuk Penyertaan Dana dan barang investasi Dana

Sumber: Usmani 1999, diolah.

26

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

dilakukan bersamaan dengan penyerahan barang. Murabahah adalahtransaksi jual beli dengan pembayaran tangguh/dicicil. Salam adalahtransaksi jual beli berupa pemesanan barang dengan pembayaran dimuka. Istishna adalah transaksi jual beli berupa pemesanan barangdengan pembayaran bertahap. Ijarah adalah transaksi sewa menyewabarang tanpa alih kepemilikan di akhir periode. Ijarah wa Iqtina atauIjarah muntahiya bittamlik (IMB) adalah transaksi sewa beli denganperjanjian untuk menjual atau menghibahkan obyek sewa di akhirperiode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan obyeksewa.

JUAL BELI

Tunai

Salam

IMB

Murabahah

Ijarah Tidak ada alihkepemilikan

Janji untukmenjual di awal Akad

Alih kepemilikan

Istishna

SEWA

Gambar 9.Skema Transaksi Nonbagi Hasil

Dari skema pada gambar 9, dapat ditarik kesimpulan beberapaciri transaksi jual beli:

(1) Jual beli dengan pembayaran tunai di awal meliputi jual beli tunaidan salam;

27

Gambaran Umum Perbankan Syariah

(2) Jual beli dengan pembayaran bertahap/dicicil meliputi murabahahdan istishna;

(3) Jual beli dengan penyerahan barang di awal meliputi jual belitunai dan murabahah; dan

(4) Jual beli dengan penyerahan barang di akhir meliputi salam danistishna.

i) Murabahah

Pembiayaan ini merupakan bentuk pembiayaan berprinsip jual beliyang pada dasarnya merupakan penjualan dengan keuntungan(margin) tertentu yang ditambahkan di atas biaya perolehan.Pembayarannya bisa tunai maupun ditangguhkan dan dicicil.Murabahah dalam Fikih Islam merupakan bentuk jual beli yang tidakada hubungannya dengan pembiayaan pada mulanya. Murabahahdalam Islam berarti jual beli ketika penjual memberitahukan kepadapembeli biaya perolehan dan keuntungan yang diinginkannya(Usmani, 1999). Namun demikian, bentuk jual beli ini kemudiandigunakan oleh perbankan syariah dengan menambah beberapakonsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan. Dalampembiayaan ini, bank sebagai pemilik dana membelikan barangsesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh nasabah yangmembutuhkan pembiayaan, kemudian menjualnya ke nasabahtersebut dengan penambahan keuntungan tetap. Sementara itu,nasabah akan mengembalikan utangnya di kemudian hari secaratunai maupun cicil. Bagan proses pembiayaan murabahah dapatdibaca pada Gambar 10.

Perlu selalu diingat bahwa bentuk pembiayaan ini bukanmerupakan bentuk pembiayaan utama yang sesuai dengan Syariah.Namun, dalam sistem ekonomi saat ini, terdapat kesulitan-kesulitandalam penerapan mudharabah dan musyarakah untuk pembiayaanbeberapa sektor. Oleh karena itu, beberapa ulama kontemporer telahmembolehkan penggunaan murabahah sebagai bentuk pembiayaan

28

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

alternatif dengan syarat-syarat tertentu. Dua hal utama yang harusdiperhatikan adalah (Usmani, 1999):

1) Harus selalu diingat bahwa pada mulanya murabahah bukanmerupakan bentuk pembiayaan, melainkan hanya alat untukmenghindar dari “bunga” dan bukan merupakan instrumen idealuntuk mengemban tujuan riil ekonomi Islam. Sehingga, instrumenini hanya digunakan sebagai langkah transisi yang diambil dalamproses Islamisasi ekonomi, dan penggunaannya hanya terbataspada kasus-kasus dimana mudharabah dan musyarakah tidak/belum dapat diterapkan.

2) Murabahah muncul bukan hanya untuk menggantikan “bunga”dengan “keuntungan”, namun sebagai bentuk pembiayaan yangdiperbolehkan oleh ulama Syariah dengan syarat-syarat tertentu.Apabila syarat-syarat ini tidak dipenuhi, maka murabahah tidakboleh digunakan dan cacat menurut Syariah.

3c. Kirim barang

3b. Serahterima barang

1. Negoisasi& persyaratan

NASABAH

SUPPLIER PENJUAL

2. Beli barang tunai

BANK

3a. AkadMurabahah

4. Bayarkewajiban

Gambar 10.Bagan Proses Pembiayaan Murabahah

29

Gambaran Umum Perbankan Syariah

Bentuk pembiayaan murabahah memiliki beberapa ciri/elemendasar, dan yang paling utama adalah bahwa barang dagangan harustetap dalam tanggungan bank selama transaksi antara bank dannasabah belum diselesaikan.3

ii) Salam

Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di muka danpenyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atauforward buying atau future sales) dengan harga, spesifikasi, jumlah,kualitas, dan tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, sertadisepakati sebelumnya dalam perjanjian. Barang yangdiperjualbelikan belum tersedia pada saat transaksi dan harusdiproduksi terlebih dahulu, seperti produk-produk pertanian danproduk-produk fungible (barang yang dapat diperkirakan dan digantisesuai berat, ukuran, dan jumlahnya) lainnya. Barang-barang non-fungible seperti batu mulia, lukisan berharga, dan lain-lain yangmerupakan barang langka tidak dapat dijadikan obyek salam (Al-Omar dan Abdel-Haq, 1996). Risiko terhadap barang yangdiperjualbelikan masih berada pada penjual sampai waktupenyerahan barang. Pihak pembeli berhak untuk meneliti dan dapatmenolak barang yang akan diserahkan apabila tidak sesuai denganspesifikasi awal yang disepakati. Bentuk jual beli ini dalam aplikasiindustri juga diperbolehkan, dan disebut ju’alah.

Dalam aplikasinya bank syariah melakukan salam paralel, yaitubank (sebagai penjual/muslam ilaih) menerima pesanan barang darinasabah (pembeli/muslam), kemudian bank (sebagai pembeli/muslam)memesankan permintaan barang nasabah kepada produsen penjual(muslam ilaih) dengan pembayaran di muka, dengan jangka waktupenyerahan yang disepakati bersama. Bagan proses pembiayaan salamparalel dapat dibaca pada Gambar 11.

3 Ciri/elemen dasar murabahah selengkapnya dapat dibaca pada Usmani (1999).

30

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

iii) Istishna

Istishna merupakan salah satu bentuk jual beli dengan pemesananyang mirip dengan salam. Perbedaannya, dalam istishna pembayarandapat di muka, cicil sampai selesai, atau di belakang, serta istishnabiasanya diaplikasikan untuk industri dan barang manufaktur.

Dalam aplikasinya bank syariah melakukan istishna paralel, yaitubank (sebagai penerima pesanan/shani’) menerima pesanan barangdari nasabah (pemesan/mustashni’), kemudian bank (sebagaipemesan/mustashni’) memesankan permintaan barang nasabahkepada produsen penjual (shani’) dengan pembayaran di muka, cicil,atau di belakang, dengan jangka waktu penyerahan yang disepakatibersama. Bagan proses pembiayaan istishna paralel dapat dibaca padaGambar 12.

Salam II

Produksi sesuaipesanan

2b. Bayar

3b. Kirim Dokumen

1b. Negoisasi &Akad Salam

PRODUSENPENJUAL

BANKMuslam

Muslam ilaih

1a. Negoisasi &Akad Salam

2a. Bayardimuka dicicildi belakang

Salam I

3a. Kirim barang

Pesanan dengankriteria

NASABAH

Muslam

Pes

an b

aran

gN

asab

ah

Gambar 11.Bagan Proses Pembiayaan Salam Paralel

31

Pembiayaan jual beli yang merupakan turunan dari murabahah,salam, dan istishna antara lain bai’ mu’ajjal atau bai’ bithaman ajil(murabahah dengan penangguhan pembayaran), bai’ al-dayn(pembiayaan utang dengan jual-beli surat berharga perdagangan),bai’ al-istijrar (kontrak untuk menyuplai barang secara kontinyu),ju’alah (salam untuk industri), salam paralel, isthisna paralel, danlain-lain.

iv) Ijarah

Sewa (financial dan operational lease) atau ijarah dapat dipakaisebagai bentuk pembiayaan, meskipun pada mulanya bukanmerupakan bentuk pembiayaan tetapi merupakan aktivitas usahaseperti jual beli. Individu yang membutuhkan pembiayaan untukmembeli aset dapat mendatangi pemilik dana (dalam hal ini bank)untuk membiayai pembelian aset produktif. Pemilik dana kemudian

Gambaran Umum Perbankan Syariah

Gambar 12.Bagan Proses Pembiayaan Istishna Paralel

Istishna II

Produksi sesuaiPesanan

2b. Bayar

3b. Kirim Dokumen

1b. Negoisasi &Akad Istishna

PRODUSENPENJUAL

BANKMustashni’

Shani’

1a. Negoisasi &Akad Istishna

2a. Bayardimuka

Istishna I

3a. Kirim barang

Pesanan dengankriteria

NASABAH

Mustashni’

Pes

an b

aran

gN

asab

ah

Shani’

32

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

membeli barang dimaksud dan kemudian menyewakannya kepada yangmembutuhkan aset tersebut. Bentuk pembiayaan ini merupakan salahsatu teknik pembiayaan ketika kebutuhan pembiayaan investor untukmembeli aset terpenuhi, dan investor hanya membayar sewa pemakaiantanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar untuk membeli asettersebut. Dua hal harus diperhatikan dalam penggunaan ijarah sebagaibentuk pembiayaan. Pertama, beberapa syarat harus dipenuhi agarhukum-hukum Syariah terpenuhi, dan yang pokok adalah:

1) Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakantersebut harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh ke duabelah pihak;

2) Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yangbertanggung jawab atas pemeliharaannya sehingga aset tersebutterus dapat memberi manfaat kepada penyewa;

3) Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhentimemberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusakdalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku; dan

4) Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yangditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila asetakan dijual, harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.

Syarat-syarat di atas menyiratkan bahwa pemilik dana atau pemilikaset tidak memperoleh keuntungan tertentu yang ditetapkansebelumnya. Tingkat keuntungan (rate of return) baru dapat diketahuisetelahnya.

Kedua, sewa aset tidak dapat dipakai sebagai patokan tingkatkeuntungan dengan alasan:

1) Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti umur aset yangbersangkutan. Aset hanya akan memberikan pendapatan padamasa produktifnya. Selain itu, harga aset tidak diketahui apabilaakan dijual pada saat aset tersebut masih produktif.

2) Pemilik aset tidak tahu pasti sampai kapan aset tersebut dapatterus disewakan selama masa produktifnya. Pada saat sewa

33

Gambaran Umum Perbankan Syariah

pertama berakhir, pemilik belum tentu langsung mendapatkanpenyewa berikutnya. Apabila sewa diperbaharui, harga sewamungkin berubah mengingat kondisi produktivitas aset yangmungkin telah berkurang.

Pembiayaan sewa yang merupakan turunan dari ijarah antara lainijarah muntahiya bittamlik atau ijarah wa ‘iqtina (sewa-beli). Baganproses pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik (IMB) dapat dibacapada Gambar 13.

3b. Akad IMB5a. AlihKepemilikan

4. Bayar Sewa

1. Pesan obyek sewaBANK

ObyekSewa

3c. Pengiriman

SUPLIERPENJUAL

2. Beli obyek Sewa

NASABAH

5b.3a.

Kep

emili

kan

Gambar 13.Bagan Proses Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik

v) Qardh

Qardh merupakan pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan, biasanyauntuk pembelian barang-barang fungible (yaitu barang yang dapatdiperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya). Kataqardh ini kemudian diadopsi menjadi credo (romawi), credit (Inggris),dan kredit (Indonesia). Objek dari pinjaman qardh biasanya adalahuang atau alat tukar lainnya (Saleh, 1992), yang merupakan transaksipinjaman murni tanpa bunga ketika peminjam mendapatkan uangtunai dari pemilik dana (dalam hal ini bank) dan hanya wajibmengembalikan pokok hutang pada waktu tertentu di masa yang akan

34

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

datang. Peminjam atas prakarsa sendiri dapat mengembalikan lebihbesar sebagai ucapan terima kasih. Ulama-ulama tertentumeperbolehkan pemberi pinjaman untuk membebani biaya jasapengadaan pinjaman. Biaya jasa ini bukan merupakan keuntungan,tetapi merupakan biaya aktual yang dikeluarkan oleh pemberipinjaman, seperti biaya sewa gedung, gaji pegawai, dan peralatankantor (Al-Omar dan Abdel-Haq, 1996). Hukum Islam memperbolehkanpemberi pinjaman untuk meminta kepada peminjam untuk membayarbiaya-biaya operasi di luar pinjaman pokok, tetapi agar biaya ini tidakmenjadi bunga terselubung komisi atau biaya ini tidak boleh dibuatproporsional terhadap jumlah pinjaman (Ashker, 1987). Hal ini terutamadigunakan oleh IDB ketika memberikan pinjaman lunak kepadapemerintah. Biaya jasa ini pada umumnya tidak lebih dari 2,5 persen,dan selama ini berkisar antara 1 – 2 persen. Dalam aplikasinya diperbankan syariah, qardh biasa digunakan untuk menyediakan danatalangan kepada nasabah prima dan untuk menyumbang sektor usahakecil/mikro atau membantu sektor sosial. Dalam hal yang terakhir skemapinjamannya disebut qardhul hasan. Bagan proses pinjaman qardh/qardhul hasan dapat dibaca pada Gambar 14.

PENGUSAHABANKAkad Qardh Hasan

KEGIATAN USAHA

KEUNTUNGAN

MODALModal 100%

Keuntungan

MODAL SKILL

Gambar 14.Bagan Proses Pinjaman Qardh/ Qardhul Hasan

35

Gambaran Umum Perbankan Syariah

Ben

tuk

Kar

akte

ristik

Mud

hara

bah

Mus

hara

bah

Mur

abah

ahS

alam

/Istis

hna

Ijara

h

Tabe

l 5.

Perb

edaa

n K

arak

teri

stik

Ber

baga

i Ben

tuk

Pem

biay

aan

Sifa

t Pem

biay

aan

Pera

n Pe

mili

k D

ana

Risik

o Pe

mili

k D

ana

Ket

idak

pasti

an R

ate

ofRe

turn

Biay

a Mod

al

Hub

unga

n an

tara

Bia

yaM

odal

dan

Rat

e of

Retu

rn

Ked

uduk

an D

alam

Pem

biay

aan

Bank

Syar

iah

Inve

stasi

Tida

k ad

a

- Seb

esar

mod

al d

anop

portu

nity

cost-

nya

- Sel

ama p

erio

de k

ontra

k

Ket

idak

pasti

an p

enuh

Tida

k te

ntu,

dik

etah

uike

mud

ian

Hub

unga

n se

mpu

rna

BM =

RoR

Pem

biay

aan

utam

a

Inve

stasi

Kon

trol p

enuh

- Seb

esar

mod

al d

anop

portu

nity

cos

t-nya

- Sel

ama p

erio

de k

ontra

k

Ket

idak

pasti

an p

enuh

Tida

k te

ntu,

dik

etah

uike

mud

ian

Hub

unga

n se

mpu

rna

BM =

RoR

Pem

biay

aan

utam

a

Kom

bina

si pe

rdag

anga

nda

n ut

ang

Kon

trol p

enuh

dal

ampe

nggu

naan

dan

a-

Sebe

sar m

odal

- Han

ya u

ntuk

per

iode

pend

ek, s

ampa

i bar

ang

dibe

li pe

nggu

na d

ana

Tida

k pa

sti u

ntuk

per

iode

pend

ek sa

mpa

i bar

ang

dibe

li pe

nggu

na d

ana

Teta

p, d

itent

ukan

sebe

lum

nya

Hub

unga

n ku

at, t

etap

itid

ak se

mpu

rna

Pem

biay

aan

seku

nder

Kom

bina

si ut

ang

dan

perd

agan

gan

Kon

trol p

enuh

dal

ampe

nggu

naan

dan

a-

Sebe

sar m

odal

dan

oppo

rtuni

ty co

st-ny

a- S

ampa

i pro

duk

terju

al,

mes

kipu

n ko

ntra

kbe

rakh

irK

etid

akpa

stian

pen

uh

Tida

k te

ntu,

dik

etah

uike

mud

ian

Tida

k ad

a hub

unga

n

Pem

biay

aan

seku

nder

Sew

a

Kon

trol p

enuh

dal

ampe

nggu

naan

dan

a- S

ebes

ar m

odal

dan

oppo

rtuni

ty co

st-ny

a- S

ampa

i um

ur p

akai

aset

atau

sam

pai a

set d

ijual

Ket

idak

pasti

an p

enuh

Teta

p, d

itent

ukan

sebe

lum

nya

Hub

unga

n le

mah

Pem

biay

aan

seku

nder

Sum

ber

: Kh

an, 1

995,

dio

lah

Qar

dh

Uta

ng

Tida

k ad

a

- Seb

esar

mod

al d

anop

portu

nity

cost-

nya

- Sel

ama p

erio

de k

ontra

k

Tida

k ad

a Ret

urn

Teta

p, d

itent

ukan

sebe

lum

nya

Tida

k ad

a

Pem

biay

aan

pele

ngka

p;Pe

mbe

da b

ank

Syar

iah

dan

bank

kon

vens

iona

l

BM

: bia

ya m

od

al; R

oR

: rat

e o

f re

turn

36

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Secara ringkas perbedaan karakteristik bentuk-bentukpembiayaan utama yang telah dibahas sebelumnya dapat dibaca padaTabel 5.

3) Jasa Pelayanan

Selain menjalankan transaksi untuk mencari keuntungan, bank syariahjuga melakukan transaksi yang tidak untuk mencari keuntungan.Transaksi ini tercakup dalam jasa pelayanan (fee based income).Beberapa bentuk layanan jasa yang disediakan oleh bank syariahuntuk nasabahnya, antara lain jasa keuangan, agen, dan jasa nonkeuangan. Yang termasuk dalam jasa keuangan, antara lain Wadi'ahyad dhamanah atau titipan (dalam bentuk giro dan tabungan),wakalah (pelimpahan kekuasaan kepada bank untuk bertindakmewakili nasabah), kafalah (jaminan yang diberikan seseorang untukmenjamin pemenuhan kewajiban pihak kedua), hiwalah (pengalihandana/utang dari depositor/debtor ke penerima/kreditor), rahn(pinjaman dengan jaminan atau gadai atau mortgage), sharf (jualbeli mata uang).

Bank syariah juga dapat bertindak sebagai agen investasi dalambentuk mudharabah muqayyadah atau investasi terikat, ketikanasabah investor memberikan batasan-batasan investasi yangdiinginkannya. Bank hanya bertindak sebagai agen atau perantarauntuk mempertemukan investor dan pengusaha.

Selain itu, bank syariah juga bisa memberikan layanan jasanonkeuangan, seperti menyediakan pelayanan titipan wadi'ah yadamanah (safe deposit box). Keterangan lengkap masing-masing dapatdibaca pada Daftar Istilah.

Usaha yang Dibiayai

Usaha yang dapat dibiayai oleh bank syariah agak berbeda denganusaha yang dapat dibiayai oleh bank konvensional. Bank konvensionaldapat membiayai usaha apa saja, baik usaha yang halal maupun yang

37

haram. Sementara itu, bank syariah hanya boleh membiayai usahayang halal. Usaha-usaha yang berbau haram tidak boleh dibiayai olehbank syariah. Selengkapnya usaha yang tidak boleh dibiayai oleh banksyariah meliputi (Antonio, 2001):

a) Usaha atau obyek yang mengandung unsur haram, seperti industripengolahan alkohol dan daging babi;

b) Usaha yang menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat;

c) Usaha yang berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila, sepertiusaha tempat hiburan malam;

d) Usaha yang berkaitan dengan perjudian, seperti usaha kasino;

e) Usaha yang berkaitan dengan industri senjata yang ilegal atauberorientasi pada pengembangan senjata pembunuh masal; dan

f) Usaha yang dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsungmaupun tidak langsung.

Kegiatan Sosial

Kegiatan bank syariah selain berorientasi keuntungan jugaberorientasi pada kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, dalammenjalankan usahanya, bank syariah selalu memperhatikan implikasisosial yang diakibatkan oleh keputusan-keputan yang di ambil olehbank, termasuk dalam pembiayaan. Keuntungan—meskipun pentingdan merupakan prioritas—bukan merupakan kriteria satu-satunyadalam mengevaluasi performance suatu bank syariah karena hal iniharus juga sejalan dengan tujuan-tujuan material dan sosial yangsesuai dengan kepentingan masyarakat. Selain memperhatikankesejahteraan sosial dalam setiap usaha komersial, bank syariah jugamelakukan kegiatan sosial melalui berbagai kegiatan, antara lain:

a) Mempunyai divisi yang menerima dan menyalurkan zakat, infaq,dan sadaqah;

b) Memberikan pinjaman kebajikan tanpa bunga (qardhul hasan);dan

Gambaran Umum Perbankan Syariah

38

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

c) Menyisihkan sebagian laba untuk kegiatan sosial, sepertimemberikan bea siswa.

Risiko pinjaman kebajikan qardhul hasan cukup tinggi karenapinjaman ini merupakan pembiayaan tanpa jaminan, tetapimanfaatnya besar sekali, antara lain (Antonio, 2001):

1) Qardhul hasan memungkinkan nasabah yang sedang dalamkesulitan mendesak untuk mendapat dana talangan jangkapendek;

2) Qardhul hasan merupakan salah satu ciri pembeda antara bankSyariah dan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misisosial, di samping misi komersial; dan

3) Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citrabaik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap banksyariah.

Konsep Operasional Bank Syariah

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bank syariah merupakanbank dengan prinsip bagi hasil yang merupakan landasan utamadalam segala operasinya, baik dalam penghimpunan maupun dalampenyaluran dana. Dana yang telah dihimpun melalui prinsip wadi'ahyad dhamanah, mudharabah mutlaqah, ijarah, dan lain-lain, sertasetoran modal dimasukkan ke dalam pooling fund. Sumber danapaling dominan berasal dari prinsip mudharabah mutlaqah yangbiasanya mencapai lebih dari 60 persen dan berbentuk tabungan,deposito, atau obligasi. Pooling fund ini kemudian dipergunakandalam penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan dengan prinsipbagi hasil, jual beli, dan sewa. Dari pembiayaan dengan prinsip bagihasil diperoleh bagian bagi hasil/laba sesuai kesepakatan awal(nisbah bagi hasil) dengan masing-masing nasabah (mudharib ataumitra usaha); dari pembiayaan dengan prinsip jual beli diperolehmargin keuntungan; sedangkan dari pembiayaan dengan prinsip

39

Gambaran Umum Perbankan Syariah

sewa diperoleh pendapatan sewa. Keseluruhan pendapatan daripooling fund ini kemudian dibagihasilkan antara bank dengansemua nasabah yang menitipkan, menabung, atau menginvestasikanuangnya sesuai dengan kesepakatan awal. Bagian nasabah atau hakpihak ketiga akan didistribusikan kepada nasabah, sedangkanbagian bank akan dimasukkan ke dalam laporan rugi laba sebagaipendapatan operasi utama. Sementara itu, pendapatan lain, sepertidari mudharabah muqayyadah (investasi terikat) dan jasa keuangandimasukkan ke dalam laporan rugi laba sebagai pendapatan operasilainnya. Secara ringkas konsep operasional bank syariah dapat dibacapada Gambar 15.

Penghimpunan DanaPenyaluran Dana Pendapatan

Pola bagi Hasil

Pola Jual Beli

Pola Sewa

PO

OLI

NG

DA

NA

Bagi hasil/laba

Margin

Sewa

Wadi’ah Yad Dhamanah

Mudharabah Mutiaqah(investasi Tdk Terikat)

Ijarah, Modal, dll

Hak Pihak KetigaPerhitungan

BAGI HASILLaporan Laba Rugi

Mudharib BagiHasil

Tabel

Pendapatan Operasi Utama(bagi hasil, jual beli, sewa)

Pendapatan Operasi Lain(fee based income)

Agen: Mdh Muqayyadah/Inv. Terikat

Jasa Keuangan: Wakalah, Kafalah, dll

Jasa Non Keu: Wadi’ah Yad Amanah

Gambar 15.Konsep Operasional Bank Syariah

Sumber : Rafa Consulting (2004)

40

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Perkembangan Perbankan Syariahdi Beberapa Negara

Pada dasarnya istilah bank syariah hanya digunakan di Indonesia,sedangkan di negara-negara lain umumnya menggunakan istilah bankIslam (Islamic bank) bagi perbankan yang menjalankan prinsip-prinsipsyariah. Penggunaan istilah bank syariah di dalam bagian ini bagi bank-bank Islam di negara lain hanya untuk mempermudah pemahamandan penyamaan.

Perkembangan bank-bank syariah atau Islamic bank di negara-negara lain dimulai sejak tahun 1974. Berawal dari IslamicDevelopment Bank, dan kemudian diikuti dengan berdirinya bankkomersial Islam pertama di Dubai pada tahun 1975. Pada tahun-tahunberikutnya mulai bermunculan bank-bank Islam di Timur Tengahseperti The Islamic Bank of Faisal di Mesir pada tahun 1977, The Islamicbank of Fasial di Jordania pada tahun 1978, dan Islamic InvestmentCompany Ltd. di Emirat Arab pada tahun 1979 dan diikuti oleh negara-negara lainnya. Dalam bagian ini akan dipaparkan perkembanganperbankan Islam di negara Sudan dan Malaysia.

Perkembangan Perbankan Islam di Sudan

Negara Sudan merupakan salah satu contoh negara yang mengalamiperkembangan perbankan yang pesat karena komitmen pemerintah.Komitmen ini diwujudkan dalam suatu kebijakan dengan melakukanIslamisasi pada sistem ekonominya pada tahun 1984. Islamisasi sektorperbankan khususnya sektor keuangan di Sudan dimulai secara tiba-tiba pada tahun 1984 (Chapra, 2000). Pada saat itu, Jenderal Numeirymengumumkan kepada bank-bank bahwa dalam waktu dua bulansistem keuangan akan berubah dengan berasaskan Islam. Rencanaperubahan tersebut tidak disertai dengan persiapan pelatihan atauinfrastruktur hukum dan kelembagaannya. Namun, dengan

41

berakhirnya masa pemerintahan Jenderal Numeiry pada tahun 1985,sistem ekonomi Islam pun berakhir.

Pada tahun 1990, konsep Islamisasi ekonomi dimunculkan kembali.Kondisi yang sama terjadi seperti pada tahun 1984, bahwa perubahantersebut tidak disertai dengan infrastruktur baik hukum maupunkelembagaannya. Di samping itu, pada saat itu negara Sudan tengahmengalami konflik perang saudara. Kondisi ekonomi pada saat itusemakin diperburuk lagi dengan masuknya pengungsi dari Ethiopiadan Chad yang pada saat itu negara mereka sedang mengalamikekeringan. Baru pada tahun 1997, kondisi politik di negara tersebutmulai membaik. Hal ini tidak terlepas dari usaha pemerintah, yaituPresiden Omar Bashir yang berkuasa pada saat itu untukmempersatukan wilayah utara dan selatan sehingga konflik dapatdiredam (Chapra, 2000). Saat ini, jumlah bank di Sudan sudahmencapai 26 buah.

Perkembangan Perbankan Islam di Malaysia

Malaysia merupakan salah satu negara yang menjadi peloporberdirinya bank yang berbasiskan Islam di Asia Tenggara. Tidakberbeda dengan di Indonesia, penduduk muslim Malaysia pun hanyamemanfaatkan jasa bank konvensional sebelum berdirinya bank yangberbasiskan syariah. Sebagai negara yang mayoritas penduduknyaadalah muslim, dorongan untuk mendirikan bank yang berbasiskanIslam pun sangat kuat. Sebagai contoh, pada tahun 1980 TheBumiputera Economic Congress mendesak pemerintah untukmendirikan bank Islam di negara tersebut. Usaha lain seperti yangdilakukan oleh National Steering Committee pada tahun 1981 ialahmembuat suatu kajian dan rekomendasi kepada pemerintah tentangsemua aspek pendirian maupun operasional termasuk masalahhukum, aspek religius, dan operasional kepada pemerintah. Semenjakitu, berdirilah Bank Islam pertama di Malaysia yaitu Bank IslamMalaysia Berhad pada bulan Juli tahun 1983.

Perkembangan Perbankan Syariah di Beberapa Negara

42

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Pemerintah juga memegang peranan yang cukup penting di dalamperkembangan bank syariah di kemudian harinya. Salah satu usahapemerintah untuk mendorong perkembangan bank syariah adalahdengan mengeluarkan kebijakan yang disebut Skim Perbankan Islam(SPI) pada bulan Maret 1993. SPI memberikan izin kepada bank-bankkonvensional maupun lembaga keuangan konvensional lainnya untukmenawarkan produk-produk atau jasa-jasa yang berasaskan syariahdengan menggunakan sarana infrastruktur termasuk karyawanmaupun cabang-cabang yang sudah ada. Dengan dikeluarkannya SPIjumlah bank syariah berkembang dengan pesat, dari hanya tiga bankpada tahun 1993, jumlah lembaga keuangan syariah meningkathingga mencapai 36. Dan pada tahun 1999, Bank Islam yang keduaberdiri, yaitu Bank Muamalat Malaysia Berhad.

Lembaga Keuangan

Tabel 6.Perkembangan Jumlah Lembaga Keuangan Islam di Malaysia

1983 2003*

Islamic Banks 1 2

Commercial banks-Islamic Banking Scheme - 14

Finance Company - 10

Merchant Banks - 3

Discounts houses - 7

Catatan : * per Agustus 2003

Dengan jumlah bank Islam sebanyak delapan buah dan jumlahwindow sebanyak 1335, pangsa bank syariah terhadap perbankannasional sudah mencapai 11%, relatif sangat tinggi dibandingkandengan pangsa pasar bank syariah di Indonesia yang baru melewatisatu persen. Bahkan pada tahun 2010, ditargetkan pangsa pasar banksyariah mampu mencapai 20%.

43

Perkembangan Perbankan Syariahdi Indonesia

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia sebenarnya tidak bisadilepaskan dari perkembangan dan kemajuan perbankan syariah didunia internasional. Awal 1980-an merupakan tonggak awaldimulainya diskusi pendirian bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam.Beberapa uji coba juga telah dilakukan, seperti yang ada di Bandungdan Jakarta, yaitu Baitut Tamwil-Salman, Bandung, dan Koperasi RidhoGusti, Jakarta. Tahun 1990-an merupakan tonggak baru yang secarakhusus memprakarsai berdirinya bank syariah di Indonesia, yangdimotori oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Prakarsa khusus inidiawali dengan diselenggarakannya Lokakarya Bunga Bank danPerbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat pada 18-20 Agustus 1990.Hasil lokakarya ini kemudian dibahas lebih mendalam dalamMusyawarah Nasional IV MUI di Jakarta pada 22-25 Agustus 1990.Dari hasil Munas ini, dibentuk kelompok kerja yang disebut TimPerbankan MUI untuk mendirikan bank syariah di Indonesia, dan

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Lembaga Keuangan

Tabel 7.Jumlah Cabang Syariah-Lembaga Keuangan Konvensional di Malaysia

1983 2003*

Islamic Banks 80 128Commercial Banks

• Full-Fledged Branch 7 8• SPI Counters 1553 1335

Finance Company• Full-Fledged Branch 3 2• SPI Counters 823 730

Merchant Banks• SPI Counters 6

44

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

bertugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semuapihak terkait. Hasilnya, pada November 1991 ditandatanganipendirian PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang mulai beroperasipada Mei 1992 (Antonio, 2001). Selain BMI, pionir perbankan syariahyang lain adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dana Mardhatillahdan BPR Berkah Amal Sejahtera yang didirikan pada tahun 1991 diBandung, yang diprakarsai oleh Institute for Sharia EconomicDevelopment (ISED).

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas daribesar kecilnya dukungan atau ada tidaknya dukungan dariPemerintah, yang salah satunya tercermin pada kebijakan perbankanyang dikeluarkan oleh Pemerintah. Komitmen dukungan Pemerintahterhadap perkembangan bank syariah di Indonesia berawal sejaktahun 1992. Sebelum tahun 1992, Pemerintah belum memberikankomitmennya untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesiasehingga belum ada satu pun peraturan yang menuju ke arahpengembangan bank syariah. Dukungan lebih besar dari Pemerintahbaru dimulai sejak tahun 1998. Oleh karena itu, tahun 1998 dapatdipakai sebagai pembatas dua periode kebijakan Pemerintahmengenai bank syariah. Gambar 16 menunjukkan fase-faseperkembangan perbankan syariah di Indonesia.

Perkembangan Kebijakan

Perkembangan Sebelum UU No. 10 Tahun 1998

Sebelum tahun 1992, bank syariah belum dikenal dalam sistemperbankan di Indonesia. Saat itu, Pemerintah belum memilikikomitmen dan kebijakan untuk mengembangkan perbankan syariahataupun menerapkan sistem perbankan ganda (dual banking system).Semenjak tahun 1992, meskipun belum menyebut bank syariah secaraeksplisit, UU No. 7 Tahun 1992 telah memberikan isyarat untuk awalberkembangnya bank syariah di Indonesia, yang selanjutnya diaturlebih rinci dalam PP No. 72 Tahun 1992 tentang Bank dengan Prinsip

45

Bagi Hasil. Dalam undang-undang disebutkan pengertian bank bagihasil yang belum mencakup secara tepat pengertian bank syariah yangmemiliki cakupan lebih luas dari bank bagi hasil. Oleh karena itu, UUNo. 7 Tahun 1992 dan PP No. 72 Tahun 1992 belum memberikanlandasan hukum yang cukup kuat untuk pengembangan bank syariahdi Indonesia karena bank syariah hanya dipahami sebagai bank bagihasil yang selanjutnya harus tunduk pada peraturan perbankan umumkonvensional. Selain itu, juga belum ada ketentuan-ketentuan

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

1980- Ide, Diskusi Konseptual.- Uji Coba Baitut Tamwil Salman, Bdg, Koperasi Ridho Gusti, Jkt.

1990- Lokakarya dan Munas IV MUI untuk mendirikan bank syariah

1992- Sistem perbankan ganda diperkenalkan.- Bank syariah pertama BMI.

1998- Sistem perbankan ganda

diterapkan.- Bank syariah diberi kesempatan

luas untuk berkembang.

1999- Peran BI dalam pengaturan perbankan dan moneter syariah

2000- Pengenalan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)

2001- Pendirian Biro Perbankan Syariah (BPS) di BI

2003- Fatwa MUI bunga riba BPS menjadi direktorat DPbS

2004- Penyempurnaan peraturan perbankan syariah

Para ulama dan pakarsyariah sepakat untukmendorong pemerintah agarmemberi kesempatan untukmendirikan bank syariah

UU No. 10/1998 memberikanlandasan hukum yang kuatbagi bank syariah.Bank konv. diperbolehkanmembuka UUS.

BI mengeluarkan kebijakanuntuk perbankan syariah.Pengenalan PUAS

BI memperbesar unit kerjayang menangani perbankansyariah setingkat Direktorat.MUI mengeluarkan fatwabahwa bunga bank adalahharam hukumnya.

Para tokoh yang terlibatKarnaen A.Perwataatmaja,M.Dawam Rahardjo, A.M.Saefuddin, M.Amin Azis, dll.

UU No.7/1992 memberikankesempatan kepada bankuntuk melakukan usahadengan sistem bagi hasil.Sebagai hasil MunasIV MUI didirikan BMI.

UU No. 23/1999:

BI bertanggung jawab untukmengatur dan mengawasibank, termasuk bank umumsyariah dan BPRS

BI berwenang untuk melakukanpengawasan moneterberdasarkan prinsip syariah.

Tim peneliti BI utkperbankan syariah dibentuk.

BUS kedua, UUSpertama berdiri.

BI mendirikan unit kerjaterpisah setingkatBiro untuk menanganiperbankan syariah.

BI mempersiapkan beberapaperaturan, antara lain:1. Standardisasi akad;2. Tingkat Kesehatan;3. Lembaga Penjamin Simpanan

46

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

operasional yang mengatur berbagai hal yang berhubungan denganbank syariah. Bank syariah yang ada pada saat itu tentu sajamengalami banyak kesulitan dalam menjalankan kegiatanoperasional. Institusi-institusi pendukung juga belum ada karenapemerintah belum dengan sungguh-sungguh memberikan dukunganuntuk berkembangnya bank syariah. Dengan UU No. 7 Tahun 1992dan PP No. 72 Tahun 1992, Pemerintah sebenarnya sudah mulaimemperkenalkan sistem perbankan ganda atau dual banking systempada sistem perbankan walaupun belum menerapkannya.

Dengan dukungan Pemerintah yang masih sangat minimal,perkembangan bank syariah dengan sendirinya tidak begitu pesatmeskipun saat itu bank syariah berkembang dengan pesat di negara-negara lain. Sampai tahun 1998 baru ada satu bank syariah diIndonesia, yaitu BMI yang berkedudukan di Jakarta, ditambah dengan76 BPR Syariah (BPRS) di berbagai kota di Indonesia. Karena harustunduk pada peraturan perbankan konvensional, kebutuhanmasyarakat akan produk-produk perbankan yang sesuai denganSyariah belum dapat terpenuhi dengan baik karena masih terbatasnyavariasi produk yang pada umumnya mirip produk-produk bankkonvensional yang “disyariahkan.”

Lambatnya perkembangan bank syariah pada masa itu jugadisebabkan peraturan yang ada. Bank syariah hanya dapat tumbuhmelalui perluasan bank syariah yang sudah ada, atau melaluipembukaan bank syariah baru yang tentunya memerlukan investasiyang tidak kecil. Oleh karena itu, BPRS lah yang berkembang pesatkarena kebutuhan investasinya jauh lebih kecil.

Dapat diambil kesimpulan bahwa pada masa-masa sebelum tahun1998 Pemerintah belum memiliki komitmen dan arah kebijakan yangjelas untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. Sejaktahun 1992 Pemerintah mulai memperkenalkan bank syariah dansistem perbankan ganda meskipun komitmen yang diberikan untukpengembangannya masih sangat terbatas.

47

Perkembangan Sesudah UU No. 10 Tahun 1998

Tahun 1998 merupakan tonggak bersejarah bagi perkembanganperbankan syariah di Indonesia ketika Pemerintah memberikankomitmennya secara penuh. Pada tahun itu, UU No. 14 Tahun 1967tentang Pokok-pokok Perbankan diubah dengan UU No. 10 Tahun1998 yang memberikan landasan kelembagaan dan operasionaluntuk perkembangan perbankan syariah secara komprehensif. Olehkarena itu, landasan hukum perbankan syariah menjadi lebih jelasdan kuat. Dengan undang-undang ini, sistem perbankan gandaditerapkan karena bank konvensional dan bank syariah diakuikeberadaannya dan keduanya sama-sama diatur dan diawasi olehBank Indonesia. Dengan undang-undang ini, bank umum maupunBPR dapat beroperasi berdasarkan prinsip Syariah dan bank umumkonvensional, melalui suatu mekanisme perizinan tertentu dari BankIndonesia, dapat melakukan kegiatan usaha perbankan syariahdengan membuka Unit Usaha Syariah (UUS). Amanah untukmengembangkan perbankan syariah ini ditindaklanjuti oleh BankIndonesia dengan mengeluarkan ketentuan mengenai kelembagaandan jaringan kantor bagi bank umum syariah (BUS), bank umumkonvensional (BUK) yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS) danKantor Cabang Syariah (KCS), serta ketentuan mengenai BPR Syariah(BPRS).

Komitmen Pemerintah untuk mengembangkan perbankansyariah tidak berhenti sampai di sini. Pada tahun 1999, undang-undang mengenai bank sentral yang lama, yaitu UU No. 13 tahun1968, diubah dengan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.Dalam undang-undang tentang Bank Indonesia yang baru inidinyatakan bahwa dalam rangka mencapai dan memeliharakestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia mempunyai tiga pilar tugaspokok yang salah satu di antaranya adalah mengatur dan mengawasibank (pasal 8), termasuk bank umum dan BPR syariah. Dari tugaspokok ini, terlihat semakin jelas bahwa Bank Indonesia diberi amanahatau kewajiban oleh Pemerintah untuk mengembangkan banksyariah dengan menyusun ketentuan dan menyiapkan infrastruktur

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

48

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

yang sesuai dengan karakteristik bank syariah. Dalam melaksanakantugas pokok yang lain, yaitu menetapkan dan melaksanakankebijakan moneter, Bank Indonesia dapat melakukan pengendalianmoneter berdasarkan prinsip-prinsip Syariah (pasal 10).

Sebagai tindak lanjutnya, Bank Indonesia pada tahun 1999membentuk tim peneliti untuk perbankan syariah. Hasilnya, satu bankumum syariah lagi, yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM) berdiri dan UUSmulai bermunculan.

Selanjutnya, Bank Indonesia pada tahun 2000 mengeluarkanketentuan-ketentuan yang mengatur kliring, pembukaan rekeninggiro pada Bank Indonesia bagi UUS, Giro Wajib Minimum (GWM) bagibank umum syariah, Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsipSyariah (PUAS), dan Sertifikat Wadi'ah Bank Indonesia (SWBI).

Dengan dikeluarkannya kedua undang-undang ini, pemerintahmemberikan komitmen penuh untuk mengembangkan perbankansyariah untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang menginginkanpelayanan bank syariah, yang diamanahkan kepada Bank Indonesia.Komitmen Pemerintah untuk mengembangkan perbankan syariahdilandasi oleh berbagai hal, antara lain (Bank Indonesia, 2002):

1) Memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki pelayananjasa perbankan yang sesuai dengan prinsip Syariah;

2) Meningkatkan mobilisasi investasi masyarakat yang belumterserap sistem perbankan yang ada dan mengoptimalkan prosesinvestment-investment bagi usaha percepatan pembangunan;

3) Meningkatkan ketahanan sistem perbankan nasional denganmengembangkan bank syariah yang mempunyai karakteristikkegiatan usaha yang menekankan ethical investment, melarangbunga bank (lebih banyak berbasis equity dengan prinsip bagihasil) dan transaksi yang bersifat spekulatif yang nonproduktif,serta pembiayaan yang harus didasarkan pada kegiatan usaha riil;dan

4) Menyediakan sarana bagi investor internasional untuk

49

melakanakan pembiayaan dan transaksi keuangan yang sesuaidengan prinsip Syariah.

Dengan semakin pesatnya perkembangan bank syariah diIndonesia, Bank Indonesia kemudian mendirikan Biro PerbankanSyariah (BPS) pada tahun 2001 untuk menangani segala urusan yangberhubungan dengan perbankan syariah yang diamanahkan olehundang-undang. Perbankan syariah terus berkembang pesat,sehinggaurusan yang ditangani BPS menjadi semakin banyak. Hal inimenyebabkan BPS perlu memiliki SDM yang lebih banyak dan strukturorganisasi yang lebih besar. Oleh karena itu, pada akhir tahun 2003BPS diperbesar menjadi direktorat, yaitu Direktorat Perbankan Syariah(DPbS). Dukungan Pemerintah terhadap perkembangan perbankansyariah tidak berhenti sampai di sini. Pada akhir tahun 2003, MUImengeluarkan fatwa bahwa bunga bank adalah riba dan haramhukumnya. Dengan keluarnya fatwa ini, masyarakat muslim yangpeduli berbondong-bondong memindahkan dananya dari bankkonvensional ke bank syariah.

Perbaikan dan penyempurnaan terus dilakukan agarperkembangan perbankan syariah selalu berada pada relnya yangbenar sesuai dengan blueprintnya. Untuk itu, pada tahun 2004 BankIndonesia melakukan penyempurnaan peraturan perbankan syariahdengan melakukan kajian dalam rangka mempersiapkan beberapaperaturan pendukung, seperti standarisasi akad, tingkat kesehatan,dan lembaga penjamin simpanan.

Perkembangan Kegiatan Usaha

Di dalam subbab sebelumnya telah dikemukakan sejarahperkembangan perbankan syariah di Indonesia. Perkembanganperbankan syariah mulai dicetuskan di dalam pertemuan ulamaIndonesia hingga terbentuk bank syariah pertama, yaitu BankMuamalat Indonesia (BMI). Dalam subbab ini, perkembanganperbankan syariah dilihat lebih detil lagi, khususnya indikator-indikator keuangan serta perkembangan jumlah bank sampai dengan

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

50

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

perkembangan jumlah kantor bank sebelum dan sesudah UU No 10tahun 1998, yang merupakan tonggak kebijakan bagi pertumbuhanperbankan syariah.

Perkembangan Sebelum UU No. 10 Tahun 1998

Sebelum UU No. 10 tahun 1998, jumlah bank syariah di Indonesiabaru sebuah, yaitu Bank Muamalat Indonesia. Pada saat itu, posisipemerintah sendiri belum membuka sepenuhnya terhadap peluangpendirian perbankan syariah. Hal ini tampak pada landasan hukumbank syariah yang tertuang di dalam UU No. 7 tahun 1992.

Meskipun baru satu bank syariah yang dilahirkan sebelum tahun1998, ada baiknya juga dilihat perkembangan BMI dari sisi keuanganmaupun perluasan kantor cabang.

Pada saat berdiri pada 1992, BMI hanya mempunyai satu kantorpusat dan satu kantor cabang yang bertempat di Jakarta dengan rata-rata pertumbuhan kantor cabang setiap tahun hanya satu.Perkembangan yang cenderung stagnan ini disebabkan oleh beberapahal,4 yaitu :

1) Rendahnya pengetahuan dan kesalahpahaman masyarakatmengenai perbankan syariah;

2) Ketentuan operasional perbankan, instrumen moneter dan pasarkeuangan syariah yang belum tersedia;

3) Keterbatasan jaringan kantor bank syariah; dan

4) Kurangnya kualitas dan kuantitas SDM

Pertumbuhan kantor cabang yang pesat justru terjadi menjelangkrisis pada tahun 1997, dari empat kantor cabang pada tahun 1996menjadi 10 kantor cabang pada tahun 1997. Perkembangan jumlahjaringan kantor BMI tahun 1992-1998 terlihat dalam Tabel 8.

4 Perbankan Syariah Nasional: Kebijakan dan Perkembangan, Bank Indonesia, September2001

51

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Perkembangan jumlah kantor cabang BMI yang pesat dari tahun1996 sampai dengan 1997 disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu,pertama, demand masyarakat, khususnya Muslim, yang tinggisehingga permintaan terhadap keberadaan bank syariah tidak hanyadi Jakarta, kedua, secara implisit kondisi politik sudah mendukungkeberadaan perbankan syariah meskipun pada saat itu belumdituangkan di dalam suatu kerangka hukum yang nyata.

Perkembangan Sesudah UU No. 10 Tahun 1998

Undang-undang No. 10 tahun 1998 yang memuat secara eksplisitmengenai perbankan syariah dan mengizinkan perbankankonvensional untuk membuka unit usaha syariah, menjaditonggak kebijakan yang mendorong perkembangan perbankansyariah di Indonesia. Seperti telah dijelaskan pada subbabsebelumnya bahwa praktis setelah rekomendasi MUI mengenaipendirian perbankan syariah hanya ada satu bank syariah yangberdiri, yaitu BMI. Namun, dengan dikeluarkannya UU No. 10tahun 1998, perbankan syariah memiliki landasan hukum yanglebih jelas sehingga setelah dikeluarkan UU No. 10 tahun 1998beberapa bank syariah mulai berdiri, baik bank yang sepenuhnyamenjalankan prinsip syariah maupun bank konvensional yangmembuka unit usaha syariah.

Adalah Bank Susila Bakti menjadi bank konvensional pertamayang meng-convert sistem perbankannya menjadi sistem Syariah dan

Tabel 8.Perkembangan Jumlah Jaringan Kantor Bank Muamalat Indonesia

1992 1994 1996 1998

Kantor Cabang 1 3 4 10

Kantor Cabang Pembantu 0 0 0 1

Kantor Kas 0 3 15 19

Jumlah 1 6 19 30

52

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

mengganti namanya menjadi Bank Syariah Mandiri (BSM) pada tahun1999. Sebelumnya, Bank Susila Bakti merupakan bank yang sahammayoritasnya dimiliki oleh Bank Dagang Negara — sebelumdimerger ke dalam Bank Mandiri –- per 19 Nopember 1999.Selanjutnya bank-bank konvensional mulai membuka unit usahasyariah, seperti BNI Syariah (2000), Bank IFI Syariah (2000), BRISyariah (2002), dan terakhir BPD Aceh (Oktober, 2004). Hingga saatini (November, 2004) sudah ada tiga bank umum syariah5 , 15 unitusaha syariah,6 dan 88 BPRS.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia selanjutnya akandipaparkan seperti di bawah ini dengan mempertimbangkanindikator-indikator, seperti (1) perkembangan jaringan kantor, (2)perkembangan aset, (3) perkembangan DPK, (4) perkembangan aktivaproduktif utama, (5) komposisi penggunaan dan sumber dana, dan(6) perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR).

1) Perkembangan Jaringan Kantor

Undang-undang No. 10 tahun 1998 benar-benar menjadi angin segarbagi industri perbankan syariah. Sejak diberlakukannya undang-undang tersebut, jumlah jaringan kantor perbankan syariahberkembang dengan amat pesat. Kantor pusat bank syariah yangsemula pada tahun 1991 hanya berjumlah satu kantor utama (hanyaBMI) dan hanya memiliki satu kantor cabang, posisi saat ini (November2004) jumlah jaringan kantor perbankan syariah sudah mencapai 18kantor pusat/unit usaha syariah, 146 kantor cabang operasional, 50kantor cabang pembantu, dan 130 kantor kas.

5 Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia6 Bank IFI, Bank BNI, Bank Jabar, Bank BRI, Bank Danamon, Bank Bukopin, BII, HSBC,Bank DKI, BPD Riau, BPD Kalsel, Bank Niaga, Bank Sumut , Bank Aceh, BPD NTB, danBank Permata

53

Perkembangan yang sangat pesat ini salah satunya merupakankontribusi dari ekspansi yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri.Pada awal berdirinya (November 1999), jumlah kantor cabang BSMhanya 13 kantor cabang dengan 498 karyawan/wati, tetapi dalamkurun waktu empat tahun jumlah kantor cabang BSM sudah mencapai41 kantor cabang, 14 kantor cabang pembantu, dan 33 kantor kasdengan jumlah karyawan/wati yang meningkat hingga 177% atausebanyak 1377 karyawan/wati (posisi akhir tahun 2003).

2) Perkembangan Aset

Pada grafik 3 tampak bahwa aset perbankan syariah menunjukkankecenderungan yang terus meningkat, dari Rp 7,9 triliun pada akhirDesember tahun 2003 meningkat menjadi Rp 14,2 triliun padaNovember tahun 2004 atau meningkat sebesar 339%. Aset perbankannasional hanya mengalami peningkatan sebesar 13,4% dari 1062triliun menjadi Rp. 1204 triliun pada periode yang sama.

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Grafik 2Jumlah Jaringan Kantor Periode 1992-2004

Sebelum UU No. 10 Tahun 1998 Setelah UU No. 10 Tahun 1998

160

140

120

100

80

60

40

20

01992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Nop-04

KantorCabang Pembantu

Kantor Kas

Kantor Pusat Operasional/Kantor Cabang

Kantor Pusat/UnitUsaha Syariat

54

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Perkembangan aset yang besar ini juga tidak terlepas daripeningkatan jumlah kantor cabang bank syariah yang pesat pulaseperti yang telah diuraikan di atas.

Pada tabel 9 tampak bahwa kontribusi aset perbankan syariahterhadap perbankan nasional masih sangat kecil. Namun,kontribusinya dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderunganyang semakin meningkat. Sampai dengan posisi Oktober 2004kontribusi perbankan syariah terhadap perbankan nasional telahmencapai 1,11%.

3) Perkembangan Dana Pihak Ketiga

Pada grafik 4 di bawah ini tampak bahwa dana pihak ketigamenunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. PeningkatanDPK ini sejalan dengan perkembangan bank syariah yang semakin

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia

Dec-00

Jun-01

Dec-01

Jun-02

Dec-02Jun-03

Dec-03

Jun-04

Nov-04

2,000.0

4,000.0

6,000.0

8,000.0

10,000.0

12,000.0

14,000.0

16,000.0

Grafik 3Perkembangan Aset

55

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Tabel 9.Kontribusi Terhadap Aset Perbankan Nasional

Jumlah Aset(Miliar Rp)

Aset Nasional(Miliar Rp)

Kontribusi ThdAsset Nasional

Dec-00 1,790 984,500 0.18%Jun-01 2,269 1,057,992 0.21%Dec-01 2,719 1,039,925 0.26%Jun-02 3,312 999,987 0.33%Dec-02 4,045 1,059,816 0.38%Jun-03 5,302 1,058,146 0.50%Dec-03 7,859 1,062,016 0.74%Jun-04 11,023 1,124,828 0.98%Nop-04 14,190 1,204,160 1,11%

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia, diolah

Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul

2001 2001 2002 2002 2003 2003 2004 2004

Asset DPK Growth-assets-Seasonal Growth-DPK-Seasonal Growth-Asset Growth-DPK

200.000%

150.000%

100.000%

50.000%

0.000%

-50.000%

14000000

12000000

10000000

8000000

6000000

4000000

2000000

0

Grafik 4Pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia

56

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

banyak jumlahnya sehingga semakin besar dana masyarakat yangdapat diserap oleh perbankan syariah, hal ini tampak pada periodesetelah tahun 2003 ketika terjadi lonjakan dana masyarakat yangcukup tinggi dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 6%,sedangkan rata-rata pertumbuhan sebelum tahun 2003 masing-masing sebesar 5% pada tahun 2001, dan 3,6% pada tahun 2002.Seiring dengan peningkatan DPK perbankan syariah, kontribusiDPK perbankan syariah terhadap DPK perbankan nasional jugamengalami peningkatan sebesar 0.64% pada tahun 2003, dari0.38% pada tahun sebelumnya. Lonjakan tertinggi terjadi padaperiode Januari 2004 disebabkan oleh keluarnya fatwa MUImengenai haramnya bunga.

Layaknya komposisi dana pihak ketiga di perbankankonvensional, DPK di perbankan syariah juga didominasi olehdeposito mudharabah, dengan komposisi masing-masing antaradeposito mudharabah, tabungan mudharabah dan giro wadi'ahadalah 61,2%, 28,7%, dan 10%.

Grafik 5Komposisi Dana Pihak Ketiga (Agustus 2004)

DepositoMudharabah

58%

Giro Wadiah 13%

TabunganMudharabah

29%

57

4) Perkembangan Aktiva Produktif Utama

Sisi aktiva pada bank syariah tidak jauh berbeda dengan sisi aktivapada bank konvensional yang terdiri dari pembiayaan atau kredit,penempatan pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, danlain-lain. Hal utama yang membedakan perbankan syariah denganperbankan konvensional adalah pada jenis pembiayaan atau kredityang diberikan. Pada perbankan syariah jenis kredit/pembiyaan inidibedakan menjadi pembiayaan bagi hasil dan pembiayaan nonbagihasil dan kedua-duanya tanpa bunga, sedangkan pada perbankankonvensional kredit yang diberikan berbasiskan bunga.

Dilihat dari komposisi aktiva utama yang menghasilkan, tampakbahwa pembiayaan yang diberikan mendominasi aktiva yangdiberikan hampir mencapai 72%, penempatan pada Bank Indonesiamencapai 25%. Sedangkan komposisi aktiva produktif utama padaperbankan konvensional komposisi antara pembiayaan yang diberikandengan penempatan pada surat berharga hampir sama, masing-masing sebesar 40% dan 33%.

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Penempatan pada

BI

9.59%Penyertaan

0.02%

Pembiayaan ydb

86.18%

Penempatan pada

Bank Lain

9.59%

Grafik 6Komposisi Aktiva Produktif Utama (Agustus 2004)

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia

58

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Meskipun kontribusi pembiayaan bank syariah terhadap bankkonvensional hanya mencapai 1.16%, dalam perkembangannya halini menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 60% setiap tahun. Periode 2003menunjukkan peningkatan yang paling signifikan mencapai 69%,sedangkan pada periode yang sama rata-rata pertumbuhan kreditbank konvensional hanya mencapai 20%. Tingginya pertumbuhanpembiayaan bank syariah pada saat itu bisa disebabkan oleh duahal, pertama, penyerapan dana masyarakat ke bank syariah yangcukup besar juga pada saat itu sehingga kemampuan bank syariahuntuk menyalurkan dananya pun semakin besar; kedua, masihadanya keengganan dari perbankan konvensional untukmenyalurkan kredit sehingga ada kecenderungan nasabah peminjammengalihkan sumber pembiayaannya dari bank konvensional keperbankan syariah; ketiga, bank konvensional cenderungmenanamkan dananya pada SBI karena kredit kepada sektor riildirasakan masih memiliki risiko yang tinggi.

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

-

Pembiayaan yg

diberikan

Penempatan

pada BI

Penempatan

pada Bank lain

Des Apr Ags Des Apr Ags Des Apr Ags Des Apr Ags2000 2001 2002 2003 2004

Grafik 7Perkembangan Aktiva Produktif Utama

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia

59

Jika kita lihat lebih jauh lagi, komposisi pembiayaan yang diberikanoleh perbankan syariah meliputi pembiayaan mudharabah sebesar 14,4%,pembiayaan musharakah sebesar 5,5%, pembiayaan murabahah sebesar71,5%, dan pembiayaan lainnya sebesar 8,6%. Pembiayaan mudharabahdan musharakah yang merupakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasilsejak periode 2000 menunjukkan kecenderungan yang terus menurun,sedangkan pembiayaan murabahah yang merupakan pembiayaan denganprinsip nonbagi hasil justru menunjukkan kecenderungan yang terusmeningkat. Tingginya pembiayaan nonbagi hasil ini tidak terlepas daribeberapa faktor, yaitu, pertama, pelaksanan dan perhitungan sistem non-bagi hasil ini relatif lebih mudah dibandingkan dengan jenis pembiayaanlainnya; kedua, monitoring dari perbankan tidak terlalu ketat karenamonitoing piutang lebih mudah daripada monitoring investasi sehinggabisa menghemat biaya dan waktu; ketiga, mengingat bahwa nasabahperbankan syariah masih baru bagi perbankan syariah sehingga sangatsulit bagi perbankan untuk menilai record dari nasabah peminjam;keempat, return dari pembiyaan murabahah ini lebih mudah diperkirakankarena di sisi lain perbankan memiliki kewajiban kepada nasabahpenyimpan dana untuk memberikan keuntungan.

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Grafik 8Perkembangan Komposisi Pembiayaan Periode 2000-2004

Musharakah Financing

Murabahah Receivable

Mudharabah Financing

Others

7000000

6000000

5000000

4000000

3000000

2000000

1000000

0

20012000 2002 2003 2004Dec Mar Jun Sept Dec Mar Jun Sept Dec Mar Jun Sept Dec Mar Jun Aug

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia

60

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

5) Perkembangan Financing to Deposit Ratio

Pada grafik 9 tampak bahwa financing deposit to ratio (FDR) dariperbankan syariah menunjukkan kecenderungan yang terus menurun,khususnya pada periode tahun 2003. Di atas telah dijelaskan bahwapada periode yang sama dana masyarakat maupun pembiayaan yangdiberikan oleh perbankan syariah merupakan periode yang palingpesat pertumbuhannya, tetapi peningkatan pada dana masyarakatjauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaanyang diberikan. Namun, secara umum jika dibandingkan dengan loanto deposit ratio (LDR) perbankan konvensional FDR perbankan syariahmasih jauh lebih baik, dengan rata-rata FDR selama periode 2003mencapai 96.6 %, sedangkan perbankan konvensional hanyamencapai 53.7% pada periode yang sama. Meskipun demikian, nonperforming finance (NPF)pun hanya sebesar 2.34% lebih baik darikondisi non performing loan (NPL) perbankan konvensional yang rata-rata mencapai 8.2%,

DesJan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan

123,54%

113.48% 112.30%

88.49%

96.60%

Pembiayaan yang diberikan(Fin.Extended) Dana Pihak Ketiga (Deposit Fund)

Pembiayaan yang diberikan(Fin.Extended)

Trilyun Rp (Trillion IDRS)

2000 2001 2001 2001 2004

7.00

6.50

6.00

5.50

5.00

4.50

7.00

3.50

3.00

2.50

2.00

1.50

1.00

0.50

0.00

150%

100%

50%

Grafik 9Perkembangan Financing to Deposit Ratio

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia

61

Kecenderungan FDR yang semakin menurun ini disebabkan olehbeberapa faktor, yaitu:

1. Pada periode tersebut banyak bermunculan unit-unit usaha syariahbaru; sebagai suatu unit usaha yang baru, ia cenderungmemprioritaskan penyerapan dana dibandingkan denganpenyaluran dana.

2. Proses pembiayaan membutuhkan waktu yang cukup lama,mengingat bank syariah belum banyak memiliki record mengenainasabah sehingga bank syariah berhati-hati di dalam menyalurkanpembiayaan.

6) Tingkat Kesehatan Bank Syariah

Saat ini tingkat kesehatan perbankan syariah masih diukurberdasarkan perhitungan tingkat kesehatan perbankan konvensional,seperti capital, asset, management, earning, liquidity, dan sensitivity..Standar publikasi yang digunakan pun masih berdasarkan kepadaketentuan PSAK 31(Bank Konvensional), belum berdasarkan padaPSAK 59 (khusus perbankan syariah). Namun, ada beberapa definisidan perhitungan serta nilai-nilai Islam yang harus diakomodasi dalammemodifikasi indikator yang ada sesuai dengan karakteristik khasdalam operasional bank syraiah. Oleh sebab itu, Bank Indonesia sudahmenyusun tingkat kesehatan bank yang telah disesuaikan denganprinsip-prinsip penilaian yang digunakan dengan konsep syariah.

Tantangan dan Kendala Pengembangan

Perbankan syariah diyakini memiliki daya tahan yang lebih kuatdibanding perbankan konvensional. Hal ini terbukti pada masa krisisekonomi 1997—1998. Oleh karena itu, perbankan syariah diharapkandapat berperan lebih besar dalam perekonomian Indonesia. Namun,banyak tantangan dan kendala yang harus dihadapi agarpengembangan perbankan syariah di Indonesia dapat berjalan sesuairencana yang telah ditetapkan.

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

62

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Tatangan Utama Pengembangan

Secara garis besar terdapat tujuh hal penting yang perlu diperhatikandalam rangka mendorong perkembangan dan pertumbuhanperbankan syariah di Indonesia yang masih berada pada tahap awalpertumbuhannya, yaitu:

1) Kerangka pengaturan perbankan syariah yang belum lengkap dansesuai dengan keunikan karakteristik perbankan syariah;

2) Jaringan kantor yang terbatas yang menentukan akses perbankansyariah terhadap nasabah potensial;

3) Potensi pasar relatif besar, tetapi pengetahuan dan pemahamanmasyarakat secara umum tentang produk, jasa, dan manfaatperbankan syariah relatif rendah;

4) Infrastruktur dan institusi pendukung yang belum lengkap danefektif;

5) Perlunya peningkatan kinerja keuangan dan kualitas pelayanansecara berkesinambungan agar dapat berdaya saing,memperbesar pangsa pasar, menarik SDM profesional danpermodalan;

6) Portofolio pembiayaan belum mencerminkan hakekat banksyariah – dominasi yang besar pembiayaaan non-PLS; dan

Tabel 10.Indikator Kinerja Bank Syariah

Islamic Bank

Nominal ShareTotal BanksItems

Total Assets 14,19 13,46 11,1 1218,35

Deposit Fund 10,61 10,1 1,09 928,11

Credit/Financingextended 11,12 10,68 1,88 567,26

LDR/FDR*) 104,81% 105,77 61,12%

NPL na 2,65% 6,70%

*) November 2004

Nominal*

63

7) Perlu mengadopsi best practice dan standar keuanganinternasional agar dapat berkompetisi dalam era globalisasi

Kendala Pengembangan

Dalam perkembangannya, perbankan syariah di Indonesiamenghadapi berbagai kendala. Paling tidak terdapat tujuh kendalapengembangan dan tiga butir terakhir merupakan kendala di duniainternasional.

1) Sumber Daya Manusia yang kompeten dan profesional yang masihterbatas akan menghambat kemajuan perbankan syariah nasional.Keterbatasan pada SDM ini akan mempengaruhi besarnya risikoperbankan syariah dalam operasionalnya. Ketidakmampuan SDMdikhawatirkan akan menekan bukan hanya risiko operasional bank,tetapi juga risiko reputasi yang secara khas dimiliki oleh perbankansyariah. Seperti diketahui risiko reputasi bukan hanya akanmempengaruhi bank secara individu, tetapi juga akan mempengaruhiindustri perbankan syariah. Tidak seperti bank konvensional,perbankan syariah juga memiliki tanggung jawab moral yang relatiflebih besar, ketika perbankan syariah memang secara alami memilikikewajiban memperhatikan manfaat (mashlahat) yang dapatdiberikan kepada seluruh masyarakat (ummat).

2) Pemahaman masyarakat sebagai pemakai yang kurang tentangperbankan syariah selain menjadi faktor yang memperlambatperkembangan industri juga dikhawatirkan akan mengurangiproses check & balance berkaitan dengan kepatuhan syariah dalamoperasional bank atau aplikasi produk-produk syariah. Padaakhirnya, hal ini akan mempengaruhi persepsi masyarakat yangnegatif tentang operasional bank syariah.

3) Belum terdapat standar baku dalam aplikasi produk-produksyariah berikut ketentuannya, membuat aplikasinya di lapanganmasih berpotensi untuk menyimpang dari apa yang telahditetapkan secara syariah.

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

64

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

4) Sinkronisasi kebijakan dengan institusi pemerintah lainnyaberkaitan dengan transaksi keuangan, seperti kebijakan pajak danaspek legal.

5) Belum tersedia uniform regulatory, meskipun saat ini hal tersebutdiharapkan dapat dilakukan oleh IFSB dan AAOIFI. Jika masalahini dapat diselesaikan, diharapkan integrasi pasar perbankansyariah di dunia internasional dapat segera terwujud. Hal itu padaakhirnya tentu akan mendorong pertumbuhan perbankan syariahdi masing-masing negara muslim.

6) Inovasi pada produk atau instrumen syariah yang masih lambat.

7) Masih terdapat perbedaan pada aplikasi prinsip-prinsip syariah(lack of uniformity in the religious principles) dalam perbankansyariah di beberapa negara muslim. Beberapa instrumen tidakdapat diterima oleh semua negara muslim.

Arah Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Kedepan

Agar arah pengembangan perbankan syariah sesuai dengan apayang diinginkan, Bank Indonesia telah menetapkan beberapaprinsip pokok sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan danketentuan pengembangan perbankan syariah, sebagai berikut(Bank Indonesia, 2002).

1) Pengembangan jaringan kantor perbankan syariah diserahkansepenuhnya kepada mekanisme pasar (market driven), yaituinteraksi antara masyarakat yang membutuhkan jasa perbankansyariah dengan investor atau lembaga perbankan yangmenyediakan pelayanan jasa perbankan syariah. Dalam hal ini,peran otoritas perbankan (Bank Indonesia) lebih ditekankan padapenciptaan perangkat ketentuan perbankan yang dapatmendukung terlaksananya kegiatan usaha bank syariah yangsehat, efisien, dan sejalan dengan prinsip Syariah;

2) Pengaturan dan pengembangan perbankan syariah dilaksanakandengan tidak menerapkan infant industry argument atau

65

memberikan perlakuan-perlakuan khusus. Perlakuan yang sama(equal treatment) antara bank syariah dan bank konvensionaladalah dalam rangka menghindari penganakemasan ataupenganaktirian salah satu pihak. Perbedaan pengaturan danketentuan yang diterapkan pada perbankan syariah dilaksanakandalam rangka memenuhi prinsip Syariah dan/atau karenaperbedaan nature bisnisnya;

3) Pengembangan perbankan syariah baik dari sisi kelembagaanmaupun pengaturan dilaksanakan secara bertahap danberkelanjutan (gradual and sustainable approach). Berkaitandengan hal ini, kita tidak dapat mengharapkan suatukesempurnaan baik dari aspek operasional maupun dari aspekSyariah dari suatu sistem perbankan syariah yang baruberkembang. Penyempurnaan ketentuan dan infrastrukturpendukung perbankan syariah dilaksanakan secara step by step‘langkah demi langkah’ dengan memperhatikan urgensi danprioritas dari sejumlah tugas yang harus dilaksanakan; dan

4) Pengaturan dan pengembangan perbankan syariah menerapkanprinsip universalitas sesuai dengan nilai dasar Islam yaitu rahmatbagi sekalian alam. Sejalan dengan hal itu, pengembanganperbankan syariah diarahkan bahwa jasa bank syariah dapatdigunakan dan dikembangkan oleh semua lapisan masyarakat,tidak hanya masyarakat muslim. Namun, penyedia dan penggunajasa perbankan syariah tersebut harus taat terhadap prinsip-prinsipSyariah (comply to Syaria principles) dalam pelaksanaan kegiatandan akad perbankan.

Merujuk pada keempat prinsip pengembangan perbankan syariahdi atas, Bank Indonesia telah membuat blueprint (cetak biru)pengembangan perbankan syariah nasional yang memiliki empatsasaran pengembangan dalam tiga tahap sampai tahun 2011 (BankIndonesia, 2002). Sasaran pengembangan perbankan syariah sampaitahun 2011 adalah:

• Terpenuhinya prinsip Syariah dalam operasional perbankan

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

66

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

ditandai dengan:

- Tersusunnya norma-norma keuangan syariah yang seragam(standarisasi);

- Terwujudnya mekanisme kerja yang efisien bagi pengawasanprinsip Syariah dalam operasional perbankan (baik instrumenmaupun badan terkait) ; dan

- Rendahnya tingkat keluhan masyarakat dalam hal penerapanprinsip Syariah dalam setiap transaksi.

• Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankansyariah:

- Terwujudnya kerangka pengaturan dan pengawasan berbasisrisiko yang sesuai dengan karakteristiknya dan didukung olehsumber daya insani (SDI) yang handal;

- Diterapkannya konsep corporate governance dalam operasiperbankan syariah;

- Diterapkannya kebijakan exit dan entry yang efisien;

- Terwujudnya realtime supervision; dan

- Terwujudnya self regulatory system.

• Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisienditandai dengan:

- Terciptanya pemain-pemain yang mampu bersaing secara global;

- Terwujudnya aliansi strategis yang efektif; dan

- Terwujudnya mekanisme kerjasama dengan lembaga-lembagapendukung.

• Terciptanya stabilitas sistemik serta terealisirnya kemanfaatan bagimasyarakat luas ditandai dengan:

- Terwujudnya safety net yang merupakan kesatuan dengankonsep operasional perbankan yang berhati-hati;

- Terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang menginginkan

67

pelayanan bank syariah di seluruh Indonesia dengan targetpangsa sebesar 5% dari total aset perbankan nasional;

- Terwujudnya fungsi perbankan syariah yang kaffah dan dapatmelayani seluruh segmen masyarakat; dan

- Meningkatknya proporsi pola pembiayaan secara bagi hasil.

Sementara itu, tiga tahapan pengembangannya adalah sebagaiberikut:

1. Tahap I (2002-2004), meletakkan landasan pengembangan yangkuat bagi pertumbuhan, dengan cara:

– Melengkapi dan menyempurnakan peraturan yang sesuaidengan karakteristik bank syariah;

– Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang perbankansyariah; dan

– Mendorong pertumbuhan kantor ke seluruh wilayah yangpotensial dan mendorong penetrasi pasar.

2. Tahap II (2004-2008), memperkuat struktur industri perbankansyariah, dengan cara:

– Melengkapi dan memperkuat infrastruktur pendukung;

– Meningkatkan kompetensi, skill dan profesional lembaga, danpelaku perbankan syariah; dan

– Meningkatkan fungsi intermediasi, efisiensi, dan daya saingindustri perbankan syariah.

3. Tahap III (2008-2011), memenuhi standar keuangan dan kualitaspelayanan internasional, dengan cara:

– Meningkatkan kinerja bank syariah agar minimal setara denganbank konvensinal dan bank syariah internasional;

– Meningkatkan service excelent dan ketaatan terhadap prinsipsyariah; dan

– Mendorong peningkatan pembiayaan bagi hasil denganperforma baik.

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

68

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

Perbankan syariah memiliki kelembagaan yang agak berbeda denganperbankan konvensional. Dalam perbankan syariah, bank terbagimenjadi bank umum syariah, unit usaha syariah, dan BPR syariah. Diluar bank terdapat Dewan Syariah Nasional, Dewan Pengawas Syariah,Badan Arbitrase Syariah Nasional, dan Bank Indonesia.

Bank Syariah

Secara kelembagaan, bank syariah di Indonesia dapat dibagi ke dalamtiga kelompok, yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah(UUS), dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). BUS memilikibentuk kelembagaan seperti bank umum konvensional, sedangkanBPRS memiliki bentuk kelembagaan seperti BPR konvensional. Badanhukum BUS dan BPRS dapat berbentuk Perseroan Terbatas,Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Sementara itu, UUS bukanmerupakan badan hukum tersendiri, tetapi merupakan unit ataubagian dari suatu bank umum konvensional.

Bank Umum Syariah

Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang melaksanakan kegiatanusaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannyamemberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS merupakanbadan usaha yang setara dengan bank umum konvensional denganbentuk hukum Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.Seperti halnya bank umum konvensional, BUS dapat berusaha sebagaibank devisa atau bank nondevisa.

69

Unit Usaha Syariah

Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umumkonvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabangsyariah dan atau unit syariah. Dalam struktur organisasi, UUS beradasatu tingkat di bawah direksi bank umum konvensional yangbersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau banknondevisa. Sebagai suatu unit kerja khusus, UUS mempunyai tugasuntuk 1) mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabangsyariah, 2) melaksanakan fungsi treasury dalam rangka pengelolaandan penempatan dana yang bersumber dari kantor cabang syariah,3) menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabangsyariah, dan 4) melakukan tugas penatausahaan laporan keuangankantor cabang syariah.

Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

RUPS/Rapat Anggota

Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah

Dewan Direksi

Dewan Direksi Divisi/UrusanDivisi/UrusanDivisi/Urusan

Kantor Cabang Kantor Cabang Kantor Cabang

Dewan Audit

Gambar 17.Struktur Organisasi Bank Umum Syariah

70

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yangmelaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalamkegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.BPRS merupakan badan usaha yang setara dengan bank perkreditanrakyat konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas,Perusahaan Daerah, atau Koperasi.

Dewan Syariah Nasional

Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah dewan yang dibentuk olehMajelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas dan memilikikewenangan untuk memastikan kesesuaian antara produk, jasa, dankegiatan usaha lembaga keuangan syariah (bank, asuransi, reksadana,modal ventura, dan sebagainya) dengan prinsip syariah. Ada tiga halyang melatarbelakangi pembentukan DSN, yaitu:

RUPS/Rapat Anggota

Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah

Dewan Direksi

Divisi/Urusan Divisi/UrusanDivisi/UrusanDivisi/Urusan

Kantor CabangKonvensional

Kantor CabangSyariah

Dewan Audit

Kantor CabangSyariah

Kantor CabangKonvensional

Gambar 18.Struktur Organisasi Unit Usaha Syariah

71

1) Mewujudkan aspirasi umat Islam mengenai masalahperekonomian dan mendorong penerapan ajaran Islam dalambidang perekonomian/keuangan yang dilaksanakan sesuai dengantuntunan syariat Islam;

2) Efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isuyang berhubungan dengan masalah ekonomi/keuangan; dan

3) Mendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomidan keuangan.

Fungsi utama DSN adalah mengawasi produk-produk lembagakeuangan syariah agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.Untuk itu, DSN membuat guidelines produk syariah yang diambil darisumber-sumber hukum Islam. Fungsi lain DSN antara lain menelitidan memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan olehlembaga keuangan syariah. Sampai saat ini DSN telah mengeluarkan42 buah fatwa yang berhubungan dengan produk, jasa, dan kegiatanusaha lembaga keuangan syariah. DSN juga mempunyai kewenanganuntuk memberikan/mencabut rekomendasi para ulama yang akan/sedang ditugaskan sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada suatulembaga keuangan syariah. DSN, setelah menerima laporan dari DPS,dapat memberikan teguran kepada lembaga keuangan syariah yangproduk, jasa, atau kegiatan usahanya menyimpang dari guidelinesyang telah ditetapkan, dan mengusulkan sanksi kepada otoritas yangberwenang apabila teguran tidak diindahkan.

Saat ini DSN memiliki 52 anggota pengurus. Ketua dan sekretarisDSN dijabat secara ex officio oleh Ketua Umum dan Sekretaris UmumMUI. Sementara itu, BPH-DSN, yang berperan sebagai pelaksana tugasdan fungsi DSN sehari-hari, memiliki 18 anggota yang terbagi ke dalamtiga kelompok kerja (pokja), yaitu pokja Perbankan dan Pegadaian,pokja Asuransi dan Lembaga Bisnis Syariah, dan pokja ProgramKegiatan dan Pasar Modal.

Untuk mengefektifkan peran DSN pada lembaga keuangansyariah, maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah sebagaiperwakilan DSN pada lembaga keuangan syariah yang bersangkutan.

Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

72

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan setingkat dewankomisaris yang bersifat independen, yang dibentuk oleh Dewan SyariahNasional dan ditempatkan pada lembaga keuangan syariah yangmelakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, dengan tugasyang diatur oleh Dewan Syariah Nasional. Tugas utama DPS bank syariahadalah mengawasi kegiatan operasional bank sehari-hari agar selalusesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah, khususnya yang tertuangdalam guidelines dan fatwa-fatwa DSN. Dari hasil pengawasan tersebutDPS akan membuat pernyataan secara berkala tentang kesesuaianoperasi bank dengan prinsip syariah, yang biasanya dimuat dalamlaporan tahunan bank yang bersangkutan. Selain itu, DPS juga menelitidan merekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya dari segikesesuaian dengan prinsip syariah, terutama dengan guidelines danfatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.

Secera ringkas, fungsi DPS ada empat, yaitu:

1) Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, UUS, danpimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang berkaitandengan syariah;

2) Sebagai pengawas aktif dan pasif dari pelaksanaan fatwa-fatwaDSN serta memberi pengarahan/pengawasan atas produk/jasadan kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip Syariah;

3) Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengomunikasikanusul dan saran pengembangan bank syariah yang diawasinyakepada DSN sekurang-kurangnya setahun sekali; dan

4) Sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank, dan wajibmelaporkan kegiatan usaha serta perkembangan bank syariahyang diawasinya ke DSN sekurang-kurangnya setahun sekali.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa DSN adalah lembagayang berwenang untuk menetapkan dan mengeluarkan fatwa-fatwahukum Islam tentang kegiatan ekonomi dan keuangan, sedangkanDPS adalah lembaga yang bertugas mengawasi pelaksanaan fatwa

73

DSN tersebut di lapangan oleh lembaga ekonomi dan keuangansyariah. Jadi, tanggung jawab DPS secara organisasi kepada DSN MUIPusat, kredibilitasnya kepada masyarakat, dan secara moral kepadaAllah swt (Karim, Bali Summit 2004, Republika, 5 April 2004).

Badan Arbitrase Syariah Nasional

Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah lembaga yangmenengahi perselisihan antara bank dan nasabahnya sesuai dengantata cara dan hukum syariah. Lembaga ini pertama kali didirikanbersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis UlamaIndonesia dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia, yangkemudian diubah menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional. Apabilaterjadi perselisihan antara bank dan nasabahnya, mereka pertamakali biasanya memilih datang ke BASYARNAS sebelum ke pengadilannegeri karena cara ini lebih efisien dalam hal biaya dan waktu.

Bank Indonesia

Sesuai dengan amanat Undang-undang RI No. 23 tahun 1999 tentangBank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undangRepublik Indonesia No. 3 tahun 2004, bahwa dalam rangkapengendalian moneter dengan cara-cara yang termasuk, tetapi tidakterbatas pada Operasi Pasar Terbuka (OPT), penetapan tingkatdiskonto, penetapan cadangan wajib minimum dan pengaturan kreditatau pembiayaan berlaku juga berdasarkan prinsip syariah.

Peran Bank Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembanganperbankan syariah nasional saat ini. Bank Indonesia telah melakukanlangka-langkah kebijakan untuk menciptakan lingkungan yangkondusif, kompetitif, efisien, dan hati-hati bagi industri perbankansyariah. Semua ini dilakukan untuk mendukung sektor riil melaluipembiayaan bagi hasil yang selanjutnya akan memberikan dampakkesejahteraan bagi negara. Dalam rangka memenuhi kondisi tersebut,Bank Indonesia telah melakukan langkah-langkah yaitu :

Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

74

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

1) Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan industriperbankan syariah yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah danmemberikan kontribusi yang besar kepada sektor riil melalui:

• Melakukan penelitian mengenai kondisi, peluang dan syarat-syarat yang diperlukan di dalam perbankan Islam;

• Mempersiapkan aturan dan mengembangkan infrastruktursehingga perbankan syariah mampu beropersi sesuai dengankarakteristiknya; dan

• Melakukan pengawasan dan pemeriksaan kepada opersionalperbankan syariah;

2) Mensosialisasikan konsep Bank Islam kepada masyarakat, denganmenyelenggarakan training-training bagi SDM dengan standarprofesionalisme yang tinggi, integritas, kehati-hatian, kerja sama,dan inovasi bagi industri perbankan syariah; dan

3) Berperan serta secara aktif dalam pembentukan komunitaskeuangan Islam internasional, lembaga maupun institusi sertainfrastruktur.

Di dalam kebijakan pengembangan perbankan syariah, BankIndonesia mengadopsi paradigma, yaitu :

1) Dalam pengembangan produk dan jaringan digunakanpendekatan market driven;

2) Perlakuan yang sama bagi bank konvensional dan bank syariah(no-infant industry argument);

3) Dalam pengembangan peraturan dan infrastruktur dilakukansecara tahap demi tahap, gradual, dan berkesinambungan; dan

4) Dalam membuat kebijakan, Bank Indonesia sangatmemperhatikan prinsip-prinsip taat kepada aturan syariah danmengaplikasikan nilai-nilai universal.

Sejak tahun 1998 , seiring dengan pertumbuhan perbankan syariahyang kian pesat, Bank Indonesia memberikan beberapa alternatifkepada investor atau bank untuk beroperasi secara syariah dengan

75

mengeluarkan izin bagi :

1) Pendirian bank syariah penuh (full Islamic bank) baik bagi pihakdomestik, maupun asing, baik untuk pembukaan bank umum,maupun bank perkreditan rakyat;

2) Mengonversi bank konvensional secara utuh menjadi bank syariah;dan

3) Mendirikan Unit Usaha Syariah di dalam bank konvensionaldengan beberapa lternatif bentuk yaitu:

(a) Membuka satu kantor cabang yang beroperasi secara syariah(penuh);

(b) Mengonversi salah satu kantor cabang konvensional yangberoperasi secara syariah; dan

(c) Mengonversi dan meng-upgrade kantor cabang pembantukonvensional menjadi kantor cabang syariah.

Disamping itu, untuk mengatasi kelebihan likuiditas yang dialamioleh perbankan syariah, Bank Indonesia juga sudah mengeluarkanbeberapa kebijakan. Dalam kasus perbankan syariah kelebihanlikuiditas, maka bank syariah dapat memanfaatkan Sertifikat Wadi'ahBank Indonesia (SWBI) dan jika bank syariah mengalami kekuranganlikuiditas jangka pendek, dapat memanfaatkan pasar uang antarbanksyariah (PUAS) yang menggunakan instrumen Mudharabah InterbankInvestment atau Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA).

Wujud komitmen Bank Indonesia yang lain terhadapperkembangan perbankan syariah adalah dalam bentukkelembagaan di Bank Indonesia, yang semula hanya merupakanbagian atau tim dari Direktorat Penelitian dan PengaturanPerbankan, akhirnya pada tahun 2001 berdiri sendiri menjadi BiroPerbankan Syariah (BPS), dan seiring dengan perkembanganperbankan syariah yang sangat pesat dengan permasalahanperbankan syariah yang semakin kompleks, BPS ditingkatkanmenjadi suatu direktorat penuh pada tahun 2004 menjadi DirektoratPerbankan Syariah (DPbS).

Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

76

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Penutup

Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahaberdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkanhukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan danadan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yangdinyatakan sesuai dengan Syariah. Perbedaan utama bank syariahdan bank konvensional terletak pada prinsip dasar operasinya yangtidak menggunakan bunga, tetapi menggunakan prinsip bagi hasil,jual-beli, dan prinsip lain yang sesuai syariah karena bunga diyakinimengandung unsur riba yang dilarang oleh agama Islam.

Bank syariah pertama muncul di Indonesia pada tahun 1992dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia, sebagai jawaban ataspermintaan masyarakat akan hadirnya suatu jasa transaksi keuanganyang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsipSyariah Islam, khususnya yang berkaitan dengan pelarangan praktekriba, kegiatan yang bersifat spekulatif yang nonproduktif yang serupadengan perjudian, ketidakjelasan, dan pelanggaran prinsip keadilandalam bertransaksi, serta keharusan penyaluran pembiayaan daninvestasi pada kegiatan usaha yang etis dan halal secara Syariah.

Perkembangan bank syariah yang pesat baru terasa semenjakPemerintah dan Bank Indonesia memberikan komitmen besar danmenempuh berbagai kebijakan untuk mengembangkan bank syariahdengan serius, khususnya sejak perubahan UU perbankan dengan UUNo. 10 tahun 1998. Berbagai kebijakan tersebut tidak hanyamenyangkut perluasan jumlah kantor dan operasi bank-bank syariahuntuk meningkatkan sisi penawaran, tetapi juga pengembanganpemahaman dan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan sisipermintaan. Perkembangan yang pesat terutama tercatat sejakdikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberi izin kepadabank konvensional untuk mendirikan suatu unit usaha syariah (UUS).

77

Semenjak itu, kantor dan operasi bank syariah tumbuh di mana-manaseperti jamur di musim hujan.

Diperkirakan pada tahun 2006 hampir semua bank umum akanmemiliki unit usaha syariah. Setelah itu, perkembangan akanmengarah pada peningkatan aset, persaingan pelayanan, kemudahan,dan kenyamanan. Diharapkan tidak lama lagi perbankan syariah akanmemiliki peran yang tidak kalah pentingnya dengan perbankankonvensional dalam perekonomian Indonesia.

Penutup

78

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Hiwalah : Akad pemindahan piutang nasabah (muhil)kepada bank (muhal ‘alaih) dari nasabah lain(muhal). Muhil meminta muhal ‘alaih untukmembayarkan terlebih dahulu piutang yangtimbul dari jual beli. Pada saat piutang tersebutjatuh tempo muhal akan membayar kepada muhal‘alaih. Muhal ‘alaih memperoleh imbalan sebagaijasa pemindahan.

Ijarah : Akad sewa menyewa barang antara bank (muaajir)dengan penyewa (mustajir). Setelah masa sewaberakhir, barang sewaan dikembalikan kepadamuaajir.

Ijarah wa iqtina : Akad sewa menyewa barang antara bank (muaajir)dengan penyewa (mustajir) yang diikuti janjibahwa pada saat yang ditentukan kepemilikanbarang sewaan akan berpindah kepada mustajir.Skim ini sering juga disebut ijarah muntahiyabittamlik.

Istishna : Akad jual-beli barang (mashnu’) antara pemesan(mustashni’) dengan penerima pesanan (shani’).Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakatipada awal akad dengan pembayaran dilakukansecara bertahap sesuai kesepakatan. Apabila bankbertindak sebagai shani’ kemudian menunjukpihak lain untuk membuat barang (mashnu’),maka hal ini disebut istishna paralel.

Kafalah : Akad pemberian jaminan (makful ‘alaih) yangdiberikan satu pihak kepada pihak lain ketika

Daftar Istilah

79

pemberi jaminan (kafiil) bertanggungjawab ataspembayaran kembali suatu hutang yang menjadihak penerima jaminan (makful).

Mudharabah : Akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal)dengan pengelola (mudharib) untuk memperolehpendapatan atau keuntungan. Pendapatan ataukeuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbahyang telah disepakati pada awal akad.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepadamudharib, mudharabah dibagi menjadimudharabah mutlaqah dan mudharabahmuqyyadah.

Mudharabah mutlaqah :

Akad mudharabah ketika mudharib diberikankekuasaan penuh untuk mengelola modal.Mudharib tidak dibatasi baik mengenai tempat,tujuan, maupun jenis usahanya.

Mudharabah muqayyadah :

Akad mudharabah ketika shahibul maalmenetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhimudharib, baik mengenai tempat, tujuan, maupunjenis usahanya. Dalam skim ini mudharib tidakdiperkenankan untuk mencampurkan denganmodal atau dana lain.

Pembiayaan mudharabah muqayyadah antara laindigunakan untuk investasi khusus dan reksadana.

Murabahah : Akad jual-beli antara bank dengan nasabah. Bankmembeli barang yang diperlukan nasabah danmenjual kepada nasabah yang bersangkutansebesar harga pokok ditambah dengankeuntungan yang disepakati.

Daftar Istilah

80

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Musyarakah : Akad kerja sama usaha patungan antara dua pihakatau lebih pemilik modal untuk membiayai suatujenis usaha yang halal dan produktif. Pendapatanatau keuntungan dibagi sesuai dengan nisbahyang telah disepakati.

Qardh : Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihaktertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikandengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.Muqridh dapat meminta jaminan atas pinjamankepada muqtaridh. Pengembalian pinjamandapat dilakukan secara angsuran atau sekaligus.

Qard-ul Hasan : Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihaktertentu (muqtaridh) untuk tujuan sosial yangwajib dikembalikan dengan jumlah yang samasesuai pinjaman.

Rahn : Akad penyerahan barang/harta (marhun) darinasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagaijaminan sebagian atau seluruh hutang.

Salam : Akad jual-beli barang pesanan (muslam fiih)antara pembeli (muslam) dengan penjual(muslam ilaih). Spesifikasi dan harga barangpesanan disepakati pada awal akad, danpembayaran dilakukan di muka secara penuh.Apabila bank bertindak sebagai muslamkemudian memesan kepada pihak lain untukmenyediakan barang (muslam fiih), maka hal inidisebut salam paralel.

Sharf : Akad jual-beli suatu valuta dengan valuta lainnya.

Ujr : Imbalan yang diberikan atau yang diminta atassuatu pekerjaan yang dilakukan.

Wadi’ah : Akad penitipan barang/uang antara pihak yangmempunyai barang/uang dengan pihak yangdiberi kepercayaan dengan tujuan untuk

81

menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhanbarang/uang.

Berdasarkan jenisnya, wadi’ah terdiri dari wadi’ahyad amanah dan wadi’ah yad dhamanah.

Wadi’ah yad amanah:

Akad penitipan barang/uang ketika pihakpenerima titipan tidak diperkenankanmenggunakan barang/uang yang dititipkan dantidak bertanggung jawab atas kerusakan ataukehilangan barang titipan yang bukandiakibatkan perbuatan atau kelalaian penerimatitipan.

Wadi’ah yad dhamanah:

Akad penitipan barang/uang ketika pihakpenerima titipan dengan atau tanpa izin pemilikbarang/uang dapat memanfaatkan barang/uangtitipan, dan harus bertanggung jawab terhadapkehilangan atau kerusakan barang/uang titipan.Semua manfaat dan keuntungan yang diperolehdalam penggunaan barang/uang tersebutmenjadi hak penerima titipan.

Wakalah : Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa(muwakkil) kepada penerima kuasa (wakil) untukmelaksanakan suatu tugas (taukil) atas namapemberi kuasa.

Daftar Istilah

82

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

Daftar Pustaka

Afzal-ur-Rahman (1990), Economic Doctrines of Islam, vol. 1-3, 3rdedition, Islamic Publication Ltd., Lahore, Pakistan.

Ahmed, Ziauddin et.al. (1996), Money and Banking in Islam,International centre for Research in Islamic Econmics, King AbdulAziz University, Jeddah and Institute of Policy Studies, Islamabad.

Algoud, Latifa M. and Lewis, Mervyn K. (2001), Perbankan Syariah,terjemahan, Serambi, Jakarta.

Al-Omar, Fuad and Abdel-Haq, Mohammed (1996), Islamic Banking:Theory, Practice and Challenges, Oxford University Press, Karachiand Zed Books Ltd., New Jersey, USA.

Antonio, M. Syafi’i (2001), Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, GemaInsani Press, Jakarta.

Arifin, Zainul (1999), Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang,Tantangan, dan Prospek, Alvabet, Jakarta.

Bank Indonesia (2002), Cetak Biru Pengembangan Perbankan SyariahIndonesia, Bank Indonesia, Jakarta.

Bank Indonesia (2004), Undang-undang Republik Indonesia No. 23Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubahdengan Undang-undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004,Direktorat Hukum, Bank Indonesia.

Bank Indonesia (2004), Statistik Perbankan Syariah Indonesia, edisiOktober 2004.

Bank Muamalat Indonesia (2003), Laporan Tahunan 2003.

Bank Syariah Mandiri (2003), Laporan Tahunan 2003.

Chapra, M. Umer (1985), Towards a Just Monetary System, IslamicEconomics Series – 8, The Islamic Foundation, United Kingdom.

83

Chapra, M. Umer (2000), The Future of Economics: An IslamicPerspective, Islamic Economics Series – 21, The Islamic Foundation,United Kingdom.

Direktorat Perbankan Syariah (2004), Statistik Perbankan Syariah,beberapa penerbitan, Direktorat Perbankan Syariah, BankIndonesia, Jakarta.

Direktorat Perbankan Syariah (2004), Himpunan Ketentuan PerbankanSyariah Indonesia Mei 1999 - Desember 2003, Direktorat PerbankanSyariah, Bank Indonesia, Jakarta.

Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan (2004), BookletPerbankan Indonesia 2004, Direktorat Perizinan dan InformasiPerbankan, Bank Indonesia, Jakarta.

Himawan, Bambang., Bank Islam Sebuah Pemahaman Struktural, BankIndonesia 2004

Khan, M. Fahim (1995), Essays in Islamic Economics, Economics Series– 19, The Islamic Foundation, United Kingdom.

RAFA Consulting (2004), Pelatihan Dasar Perbankan Syariah, RAFAConsulting dan Bank Indonesia, Jakarta.

Saeed, Abdullah (1999), Islamic Banking and Interest: A study of theProhibition of Riba and its Contemporary Interpretation, EJ Brill,Leiden.

Siregar, Mulya E., dan Ilyas, Nasirwan., The Experience of Indonesia inDeveloping Islamic Banking, paper presented at Fifth HarvardUniversity Forum on Islamic Finance, April 6-7, 2002.

Usmani, M. Taqi (1999), An Introduction to Islamic Finance, IdaratulMa’arif, Karachi.

Daftar Pustaka

84

BANK SYARIAH: GAMBARAN UMUM

1. Uang: Pengertian, Penciptaan, dan Peranannya dalamPerekonomian,oleh Solikin dan Suseno, Desember 2002.

2. Penyusunan Statistik Uang Beredar,oleh Solikin dan Suseno, Desember 2002.

3. Instrumen-instrumen Pengendalian Moneter,oleh Ascarya, Desember 2002.

4. Neraca Pembayaran: Konsep, Metodologi, dan Penerapan,oleh F.X. Sugiyono, Desember 2002.

5. Kelembagaan Bank Indoesia,oleh F.X. Sugiyono dan Ascarya, Desember 2003.

6. Kebijakan Moneter di Indonesia,oleh Perry Warjiyo dan Solikin, Desember 2003.

7. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia,oleh Suseno dan Piter Abdullah, Desember 2003.

8. Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia,oleh Sri Mulyati Tri Subari dan Ascarya, Desember 2003.

9. Organisasi Bank Indonesia,oleh Suarpika Bimantoro dan Syahrul Bahroen, Desember 2003.

10. Instrumen Pengendalian Moneter, Operasi Pasar Terbuka,oleh F.X. Sugiyono, Mei 2004.

11. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia,oleh Perry Warjiyo, Mei 2004.

SERI KEBANKSENTRALAN

Seri Kebanksentralan Bank Indonesia

85

12. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar,oleh Iskandar Simorangkir dan Suseno, Juli 2004.

13. Kebijakan Pengedaran Uang di Indonesia,oleh Hotbin Sigalingging, Ery Setiawan dan Hilde D. Sihaloho,Juli 2004.

14. Bank Syariah: Gambaran Umumoleh Ascarya, Diana YumanitaJanuari 2005