bank indonesia - bi.go.id · pertumbuhan ekonomi pada triwulan iii-2013 diprakirakan sebesar 5,6%...

106
Triwulan III - 2013 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Upload: buinhan

Post on 04-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Triwulan III - 2013

Laporan Pelaksanaan Tugasdan Wewenang

BANK INDONESIA

ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan

amanat yang digariskan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009. Penyampaian

laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan

transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Laporan triwulan ini

merupakan laporan triwulan ketiga di tahun 2013 yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan

wewenang Bank Indonesia selama periode Juli sampai dengan September 2013.

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013 iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, Bank Indonesia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik pada triwulan III-2013.

Sebagai bagian dari pemenuhan aspek transparansi dan akuntabilitas sebagaimana diatur pada pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009, Bank Indonesia telah menyusun laporan pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan III-2013. Selanjutnya, melalui laporan ini Bank Indonesia juga menyampaikan rencana kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan tugas dan wewenang untuk periode yang akan datang dengan memperhatikan kondisi perekonomian dan pasar keuangan global maupun domestik. Laporan triwulan ini selanjutnya diharapkan akan menjadi bagian bahan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia guna melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Bank Indonesia secara keseluruhan.

Kinerja perekonomian Indonesia selama triwulan III-2013 terus menghadapi tantangan, terutama dari aspek eksternal. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2013 diprakirakan sebesar 5,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,8% (yoy). Masih lemahnya permintaan global ditengah penurunan harga komoditas menyebabkan pertumbuhan ekspor Indonesia menjadi terbatas. Permintaan domestic juga tidak mampu menopang pertumbuhan ekonomi karena melemahnya daya beli konsumen akibat kenaikan inflasi pasca kenaikan harga bahan bakar bersubsidi.

Masih cukup besarnya impor ditengah kinerja ekspor yang terbatas menyebabkan deficit transaksi berjalan yang terjadi pada triwulan III-2013 masih terjadi, walaupun besarannya diprakirakan menurun dibandingkan pada triwulan II-2013 yang sebesar 4,4% dari PDB. Sejalan dengan masih berlangsungnya defisit transaksi berjalan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir September 2013 sedikit menurun menjadi USD95,7 miliar dari sebelumnya USD98,1 miliar pada akhir Juni 2013.

Kondisi fundamental perekonomian yang belum sepenuhnya pulih ini telah mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah, dengan berlanjutnya pelemahan pada triwulan III-2013. Tekanan pelemahan juga dipengaruhi oleh respon investor di pasar keuangan menyikapi isu tapering-off oleh the Fed dan ketidakjelasan penyelesaian debt ceiling AS. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah melemah

iv Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

8,18% (qtq) ke level Rp10.652/USD dari level Rp9.781/USD pada triwulan sebelumnya. Sementara itu secara point-to-point, rupiah terdepresiasi 14,29% (qtq) dan ditutup di level Rp11.580/USD di akhir triwulan II-2013.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi telah diiringi oleh tekanan inflasi yang meningkat pada triwulan laporan. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) triwulan III-2013 tercatat sebesar 8,4% (yoy), naik signifikan disbanding inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy). Kenaikan harga tersebut merupakan imbas naiknya harga BBM bersubsidi pada akhir Juni 2013. Selain itu tekanan harga juga dipengaruhi adanya gangguan pasokan pangan di tengah naiknya permintaan selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Tekanan inflasi mereda secara bertahap dan bahkan mencatat deflasi pada bulan September, seiring membaiknya pasokan dan terkoreksinya harga pasca Ramadhan, serta meredanya dampak kenaikan BBM. Secara keseluruhan pada tahun 2013, inflasi diprakirakan berada pada kisaran 9,0%-9,8% (yoy) dengan bias ke bawah, sedangkan pada tahun 2014 diprakirakan akan kembali kelintasan sasarannya sebesar 4,5%+1%.

Di tengah berbagai tekanan tersebut, ketahanan industri perbankan tetap dapat terjaga. Kondisi tersebut didukung oleh rasio permodalan yang kuat (CAR 17,70%) dan profitabilitas yang masih tinggi (NIM 5,48%). Fungsi intermediasi perbankan juga tetap berjalan lancar, meski penyaluran kredit melambat seiring dengan perlambatan perekonomian. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit perbankan tumbuh 6,4% (qtq) atau 21,9% (yoy), didominasi oleh pertumbuhan kredit modal kerja. Seiring dengan penyaluran kredit, kualitas kredit dapat tetap terjaga sebagaimana dicerminkan dari rasio kredit bermasalah yang rendah (NPL gross 1,86%).

Selain didukung oleh kondisi perbankan yang terjaga, kelancaran transaksi sistem pembayaran dan ketersediaan uang kartal dalam jumlah yang cukup menopang kinerja perekonomian pada triwulan laporan. Volume transaksi dan kebutuhan uang kartal pada periode laporan mengalami peningkatan akibat naiknya kebutuhan pembayaran selama periode Ramadhan dan Idul Fitri. Didukung kinerja infrastruktur sistem pembayaran tunai dan non-tunai yang memadai, peningkatan aktivitas transaksi tersebut dapat dikelola dengan baik.

Mencermati dinamika yang terjadi selama triwulan III-2013 serta prakiraan ke depan, Bank Indonesia mengambil sejumlah langkah kebijakan yang difokuskan pada upaya untuk mengendalikan inflasi, stabilitas nilai tukar dan mengarahkan kinerja transaksi berjalan yang lebih sehat, guna menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, Bank Indonesia melakukan penyesuaian suku bunga acuan da nmemperkuat operasi moneter yang sejalan dengan arah kebijakan moneter terkini. Langkah pengendalian inflasi tersebut dilakukan dengan memberikan ruang pengelolaa nlikuiditas yang lebih baik bagi perbankan. Secara bertahap, selama triwulan III-2013 Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 125 bps. Sejalan dengan penyesuaian tersebut, koridor suku bunga operasional (Deposit Facility dan Lending Facility) turut disesuaikan. Secar akumulatif, suku bunga Deposit Facility naik 125 bps dan suku bunga Lending Facility naik 50 bps.

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013 v

Jakarta, 31 Oktober 2013GUBERNUR BANK INDONESIA

Agus D.W. Martowardojo

Bank Indonesia menyadari bahwa kondisi perekonomian saat ini dan kedepan masih diwarnai dengan risiko global yang tidak kecil dan permasalahan domestik yang kompleks. Untuk memantapkan hasil yang telah diraih, Bank Indonesia akan senantiasa mencermati berbagai tantangan tersebut dan menyikapinya secara terukur. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia juga senantiasa mengedepankan nilai-nilai tata kelola organisasi yang baik sambil terus mengoptimalkan kinerja agar pelaksanakan tugas dapat semakin efektif.

vi Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Kata Pengantar ..........................................................................................................................................iii

Daftar Isi ....................................................................................................................................................vi

Daftar Tabel ...............................................................................................................................................ix

Daftar Grafik ...............................................................................................................................................x

Bab 1 Ringkasan Eksekutif .................................................................................................................... 1

1.1. Kinerja Perekonomian ......................................................................................................... 2

1.2. Kebijakan yang Ditempuh ................................................................................................... 3

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ...... 7

2.1. Inflasi ................................................................................................................................... 8

2.2. Pertumbuhan Ekonomi.... ................................................................................................... 12

2.3. Neraca Pembayaran ............................................................................................................ 17

2.4. Nilai Tukar Rupiah .............................................................................................................. 18

2.5. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) ................................................................... 20

2.6. Perkembangan Suku Bunga Perbankan .............................................................................. 21

2.7. Perkembangan Bank Umum ............................................................................................... 23

2.8. Perkembangan Perbankan Syariah ...................................................................................... 25

2.9. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) .................................................................... 26

2.10. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ...................................... 27

2.11. Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................................................... 29

2.12. Perkembangan Pengedaran Uang ....................................................................................... 31

Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia .................................................. 35

3.1. Stabilitas Moneter .............................................................................................................. 36

3.1.1. Kebijakan Moneter .................................................................................................. 36

3.1.2. Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar .......................................................... 38

3.1.3. Koordinasi dengan Pemerintah ................................................................................ 41

3.1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN) ...................................................................... 42

3.1.5. Implementasi Kebijakan Devisa Hasil Ekspor ............................................................. 43

3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung

Perumusan Kebijakan .............................................................................................. 44

DAFTARISI

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013 vii

3.2. Stabilitas Sistem Perbankan ................................................................................................ 45

3.2.1. Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum ................................................................. 45

3.2.1.1. Pengaturan Bank Umum di Bidang Makroprudensial ................................. 46

3.2.1.2. Kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) ......................................... 48

3.2.2. Pengawasan Bank Umum ........................................................................................ 51

3.2.3. Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah ........................................................ 52

3.2.4. Kebijakan dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ...................................... 54

3.2.5. Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion) ............................................... 54

3.2.5.1. Mobile Payment Service (MPS) ............................................................... 55

3.2.5.2. Edukasi Keuangan .................................................................................. 55

3.2.5.3. Program TabunganKu ............................................................................ 55

3.2.5.4. Kampanye Gerakan Menabung .............................................................. 56

3.2.5.5. Financial Identity Number (FIN) Survey .................................................... 56

3.2.5.6. Pengembangan Sistem Informasi Harga Komoditi ................................... 56

3.2.5.7. Kerjasama dengan Pemangku Kepentingan Terkait ................................ 56

3.2.6. Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) ................................................................................................. 57

3.2.7. Perizinan dan Informasi Perbankan .......................................................................... 60

3.2.8. Penyelenggaraan Sistem Informasi Debitur (SID) ....................................................... 61

3.2.9. Investigasi dan Mediasi Perbankan ........................................................................... 62

3.2.10. Penyiapan Pengalihan Fungsi Pengaturan dan Pengawasan Bank ke

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) .................................................................................. 64

3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang ......................................................................... 66

3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran .................................................................................. 66

3.3.2. Kebijakan Umum PengelolaanUang Bank Indonesia ................................................. 68

3.4. Kerjasama Internasional ...................................................................................................... 70

3.4.1. Kerjasama ASEAN .................................................................................................... 70

3.4.2. Kerjasama ASEAN dengan Mitra Dialog (ASEAN+3) ................................................. 71

3.4.3. Kerjasama Bank Sentral di Bank for International Settlement (BIS) ............................ 71

3.4.4. Kerjasama International Monetary Fund (IMF) .......................................................... 71

3.4.5. Kerjasama Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) .............................................. 72

3.4.6. Kerjasama Negara-Negara G-20 ............................................................................... 72

3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan ..................................................................................... 73

viii Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Bab 4 Manajemen Strategi, Akuntabilitas dan Transparansi ........................................................... 77

4.1. Manajemen Strategi, Risiko, dan Governance ..................................................................... 78

4.2. Audit Intern ........................................................................................................................ 79

4.3. Keuangan Intern ................................................................................................................ 79

4.4. Teknologi Informasi ............................................................................................................ 80

4.5. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) ...................................................................... 81

4.5.1. Penyiapan Organisasi dan SDM dalam rangka OJK ............................................... 81

4.5.2. Pemenuhan dan Pengembangan SDM .................................................................. 82

4.5.3. Penyelarasan Kultur .............................................................................................. 82

4.6. Aspek Hukum .................................................................................................................... 83

4.7. Program Sosial Bank Indonesia ........................................................................................... 84

Lampiran Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan III-2013 .............................................................. 85

1. Peraturan Bank Indonesia ................................................................................................... 86

2. Peraturan Dewan Gubernur ................................................................................................ 86

Daftar Istilah .......................................................................................................................................... 87

Daftar Singkatan ................................................................................................................................... 91

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013 ix

2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran ................................................................................... 12

2.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha ............................................................................. 16

2.3. Suku Bunga Simpanan Per Kelompok Bank (%) ........................................................................ 21

2.4. Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan ........................................................... 22

2.5. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan ......................................................................... 24

2.6. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah ............................................................. 26

2.7. Indikator Utama Kinerja BPR ..................................................................................................... 27

2.8. Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum ............................................................................... 28

2.9. Nilai Transaksi Pembayaran ....................................................................................................... 30

2.10. Volume Transaksi Pembayaran ................................................................................................. 31

2.11. Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank pada Akhir Periode .............................. 32

2.12. Indikator Pengelolaan Uang ...................................................................................................... 33

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter,

Perbankan dan Sistem Pembayaran

Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

DAFTARTABEL

3.1. Kegiatan Perizinan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat Tahun 2012-2013 ...................... 60

3.2. Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SID ....................................................................... 62

3.3. Statistik Investigasi Dugaan Tindak Pidana Perbankan ............................................................... 63

3.4. Perkembangan Mediasi Perbankan ........................................................................................... 63

x Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan ............................................................................................... 8

2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan ................................................................................................... 8

2.3. Perkembangan Inflasi Bulanan .................................................................................................... 9

2.4. Inflasi Inti Tradable, Nilai Tukar dan Indeks Harga Impor ........................................................... 10

2.5. Ekspektasi Inflasi Pedagang ...................................................................................................... 10

2.6. Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast ........................................................................................ 10

2.7. Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan ...................................................................................... 10

2.8. Peta Inflasi Daerah September-2013 (%, yoy) ........................................................................... 11

2.9. Indeks Keyakinan Konsumen .................................................................................................... 13

2.10. Investasi Non-bangunan dan Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan ......................................... 14

2.11. Pertumbuhan Riil Ekspor ........................................................................................................... 15

2.12. Pertumbuhan Riil Impor ............................................................................................................ 15

2.13. Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan III-2013 (%, yoy) ................................................. 16

2.14. Perkembangan Neraca Perdagangan ........................................................................................ 17

2.15. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ............................................................................................ 19

2.16. Pergerakan Mata Uang Kawasan dan Eropa ............................................................................. 19

2.17. Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah Tenor 5 Tahun di Negara Kawasan ............................ 19

2.18. Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR............................................................................................. 20

2.19. Volume Transaksi PUAB ............................................................................................................ 21

2.20. Jumlah Bank Pelaku PUAB ........................................................................................................ 21

2.21. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit, Suku Bunga Deposito Rupiah dan BI Rate ........... 22

2.22. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan ......................................... 23

2.23. NPL Kredit UMKM dan Perbankan ............................................................................................ 28

2.24. Perkembangan Rata-rata Uang Kartal yang Diedarkan (qtq) ...................................................... 32

2.25. Perkembangan Rata-rata Uang Kartal yang Diedarkan (yoy) ...................................................... 32

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter,

Perbankan dan Sistem Pembayaran

DAFTARGRAFIK

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013 xi

Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

3.1. Perkembangan Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter .......................................................... 39

3.2. Perkembangan Outstanding Instrumen Operasi Moneter .......................................................... 40

3.3. Struktur Instrumen Operasi Moneter ........................................................................................ 41

3.4. Implementasi Basel II di Indonesia ............................................................................................. 49

3.5. Permintaan Informasi Debitur Individual (IDI) ............................................................................ 62

xii Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB 1

Ringkasan Eksekutif

Tekanan terhadap perekonomian domestik masih berlanjut pada triwulan III-2013,

dipengaruhi oleh faktor eksternal dan domestik. Tekanan diperberat oleh ketidakpastian yang

terjadi di pasar keuangan global khususnya menyikapi isu tapering-off Federal Reserve (the

Fed). Merespon kondisi tersebut, Bank Indonesia bersama dengan pemerintah, mengambil

berbagai langkah kebijakan guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Meski masih diperlukan langkah lanjutan, berbagai langkah kebijakan yang telah diambil

memberikan sinyal positif bagi penyesuaian perekonomian ke depan.

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Bab 1 • Ringkasan Eksekutif

2

1.1. Kinerja Perekonomian

Kinerja perekonomian Indonesia melambat pada triwulan III-2013 dan berada pada tren menurun.Masih terbatasnya ekspor akibat belum kuatnya perekonomian dunia dan harga komoditas global yang menurun, serta lemahnya daya beli domestik pasca-kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan faktor yang menyebabkan perlambatan ekonomi. Pada triwulan III-2013, ekonomi Indonesia diprakirakan tumbuh sebesar 5,6% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,8%. Pertumbuhan ekonomi 2013 diperkirakan berada pada kisaran 5,5%-5,9%. Selanjutnya, di 2014 angka pertumbuhan tersebut diprakirakan meningkat pada kisaran 5,8%-6,2%, seiring kondusifnya ekonomi global.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi diiringi dengan tekanan inflasi yang meningkat pada triwulan laporan. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) triwulan III-2013 tercatat sebesar 8,40% (yoy), naik signifikan dibanding inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 5,90% (yoy). Kenaikan harga tersebut merupakan imbas naiknya harga BBM bersubsidi pada akhir Juni 2013. Selain itu, tekanan harga juga dipengaruhi adanya gangguan pasokan pangan ditengah naiknya permintaan selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Tekanan inflasi mereda secara bertahap dan bahkan mencatat deflasi pada September, seiring membaiknya pasokan dan terkoreksinya harga pasca-Ramadhan, serta meredanya dampak kenaikan BBM. Secara keseluruhan tahun 2013, inflasi diprakirakan berada pada kisaran 9,0%-9,8% (yoy), dan di 2014 kembali ke lintasan sasarannya sebesar 4,5%+1%.

Melemahnya permintaan domestik seiring dengan kenaikan harga berdampak positif terhadap perkembangan impor. Pada triwulan III-2013, impor migas dan non-migas mengalami penurunan.Ditengah masih terbatasnya kinerja ekspor, menurunnya impor tersebut memberikan pengaruh positif terhadap neraca perdagangan sehingga mencatat surplus sebesar USD366 juta. Kondisi ini lebih baik dibandingkan periode-periode sebelumnya yang defisit. Sementara itu, transaksi modal dan finansial juga diperkirakan surplus dipengaruhi oleh masih tingginya Foreign Direct Investment dan aliran dana non-residen di pasar keuangan yang kembali meningkat pada akhir triwulan III-2013. Dengan perkembangan tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia diperkirakan membaik dengan cadangan devisa pada akhir September 2013 tercatat sebesar USD95,7 miliar.

Kondisi fundamental perekonomian yang belum sepenuhnya pulih mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah, dengan berlanjutnya pelemahannya pada triwulan III-2013. Tekanan pelemahan juga dipengaruhi oleh respon investor di pasar keuangan menyikapi isu kebijakan pengurangan stimulus The Fed (tapering-off) dan ketidakjelasan penyelesaian debt ceiling AS. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah melemah 8,18% (qtq) ke level Rp10.652/USD, sementara secara point-to-point, rupiah terdepresiasi 14,29% (qtq) dan ditutup di level Rp11.580/USD di akhir triwulan.

Meski kondisi pasar keuangan domestik mengalami tekanan selama triwulan III-2013, ketahanan industri perbankan tetap dapat terjaga. Kondisi tersebut didukung oleh rasio permodalan yang kuat (CAR 17,70%) dan profitabilitas yang masih tinggi (NIM 5,48%). Fungsi intermediasi perbankan juga tetap berjalan lancar, meski penyaluran kredit melambat seiring dengan perlambatan perekonomian.Pada triwulan laporan, penyaluran kredit perbankan tumbuh 6,4% (qtq) atau 21,9% (yoy) didominasi pertumbuhan kredit modal kerja. Seiring dengan penyaluran kredit, kualitas kredit dapat tetap terjaga

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Bab 1 • Ringkasan Eksekutif

3

sebagaimana dicerminkan dari rasio kredit bermasalah yang rendah (NPL gross 1,86%). Sebagaimana halnya perbankan umum, kinerja positif selama triwulan laporan juga ditunjukkan oleh perbankan syariah dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Selain didukung oleh kondisi perbankan yang terjaga, kelancaran transaksi sistem pembayaran dan ketersediaan uang kartal dalam jumlah yang cukup menopang kinerja perekonomian pada triwulan laporan. Volume transaksi dan kebutuhan uang kartal pada periode laporan mengalami peningkatan akibat naiknya kebutuhan pembayaran selama periode Ramadhan dan Idul Fitri. Didukung kinerja infrastruktur sistem pembayaran tunai dan non-tunai yang memadai, peningkatan aktivitas transaksi tersebut dapat dikelola dengan baik.

1.2. Kebijakan Yang Ditempuh

Merespon tekanan yang berpotensi mengganggu stabilitas moneter dan sistem keuangan, Bank Indonesia melakukan berbagai langkah kebijakan untuk menjaga agar situasi tetap kondusif bagi perekonomian. Selain itu, Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan yang lain untuk menyelaraskan kebijakan dan menjaga kepercayaan masyarakat serta pelaku usaha.

Langkah kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia difokuskan pada upaya untuk mengendalikan inflasi, stabilitas nilai tukar dan mengarahkan kinerja transaksi berjalan yang lebih sehat, guna menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, Bank Indonesia melakukan penyesuaian suku bunga acuan dan memperkuat operasi moneter yang sejalan dengan arah kebijakan moneter terkini.Langkah pengendalian inflasi tersebut dilakukan dengan memberikan ruang pengelolaan likuiditas yang lebih baik bagi perbankan. Secara bertahap, selama triwulan III-2013 Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 125 bps. Sejalan dengan penyesuaian tersebut, koridor suku bunga operasional (Deposit Facility dan Lending Facility) turut disesuaikan. Secara kumulatif, suku bunga Deposit Facility naik 125 bps dan suku bunga Lending Facility naik 50 bps.

Dalam implementasinya, kebijakan suku bunga diperkuat melalui operasi moneter rupiah maupun valas. Bank Indonesia melakukan stabilisasi nilai tukar guna menjaga agar perkembangan nilai tukar rupiah sejalan dengan kondisi fundamental perekonomian. Untuk mendukung upaya tersebut, Bank Indonesia melakukan intervensi ganda melalui pasokan valas dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Bank Indonesia juga menambah keragaman tenor instrumen operasi moneter valas (Term Deposit valas) dan menerbitkan instrumen operasi moneter rupiah baru yakni Sertifikat Deposit Bank Indonesia (SDBI). Aturan periode minimal kepemilikan (month holding period)Sertifikat Bank Indonesia (SBI), juga dipersingkat dari 6 bulan menjadi 1 bulan.

Untuk mengelola pasokan valas secara lebih efektif, Bank Indonesia merileksasi ketentuan pembelian valas bagi eksportir yang telah melakukan penjualan Devisa Hasil Ekspor (DHE). Bank Indonesia juga menyesuaikan ketentuan transaksi forex swap (FX swap) bank dengan Bank Indonesia. Selain itu, aturan mengenai Utang Luar Negeri (ULN) disesuaikan dengan menambah jenis pengecualian ULN jangka pendek yang dapat dilakukan oleh perbankan.

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Bab 1 • Ringkasan Eksekutif

4

Langkah kebijakan juga ditempuh melalui pengaturan makroprudensial untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Dalam hal ini dilakukan penyesuaian aturan Giro Wajib Minimum (GWM) sekunder dan GWM Loan to Deposit Ratio (LDR) rupiah. Penyesuaian tersebut dimaksudkan untuk menjaga kecukupan likuiditas perbankan mengantisipasi risiko yang muncul dari dinamika perekonomian, dengan tetap memperhatikan fungsi intermediasi perbankan.

Kebijakan makroprudensial juga ditempuh melalui penyesuaian aturan Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) untuk kredit pemilikan properti dan kredit konsumsi beragun properti. Kebijakan ini diambil untuk meningkatkan kehati-hatian perbankan dengan memperlambat konsentrasi risiko kredit pada sektor properti.

Langkah penguatan juga dilakukan oleh Bank Indonesia melalui kerangka kerjasama bank sentral. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia dan Bank of Japan menyetujui perpanjangan Bilateral Swap Arrangement sebesar USD12 miliar, sebagai bantalan kecukupan cadangan devisa untuk menghadapi tekanan eksternal. Pembahasan kerjasama serupa juga terus dilakukan dengan bank-bank sentral laindi kawasan.

Sementara itu, koordinasi dengan pemerintah terus dilakukan melalui Tim Pengendalian Inflasi baik di pusat maupun di daerah. Koordinasi diperkuat menyikapi tekanan inflasi yang meningkat. Sebagai langkah lanjutan, akan dilakukan kerjasama antar daerah dalam mendukung ketahanan pangan dan menjaga stabilitas harga. Koordinasi juga dilakukan melalui forum Round Table Policy Discussion yang melibatkan Bank Indonesia, kementerian dan instansi yang terkait kebijakan perekonomian.Dalam forum tersebut dibahas perkembangan perekonomian terkini beserta isu-isu yang perlu ditindaklanjuti, serta merumuskan langkah kebijakan ke depan.

Untuk mendukung berbagai kebijakan tersebut, Bank Indonesia melakukan monitoring secara intensif kondisi stabilitas sistem keuangan, termasuk melakukan supervisory action kepada perbankan. Hal ini dimaksudkan agar kebijakan yang telah diambil dapat diterapkan secara efektif.

Pada triwulan laporan, Bank Indonesia juga menerbitkan beberapa ketentuan terkait pengelolaan bank yang berlaku untuk bank umum, bank syariah dan/atau BPR. Ketentuan tersebut dimaksudkan agar perbankan dapat dikelola dengan baik dan memenuhi prinsip kehati-hatian. Bank Indonesia juga terus berupaya memenuhi standar perbankan internasional dengan meneruskan persiapan implementasi Basel III dengan tetap menjalankan implementasi Basel II.

Untuk memperluas akses layanan keuangan kepada masyarakat, Bank Indonesia melakukan beberapa kegiatan yang terkait dengan program keuangan inklusif (Financial Inclusion). Salah satunya dengan mengujicobakan Mobile Payment System (MPS) di beberapa wilayah, bekerjasama dengan perbankan dan perusahaan telekomunikasi. Selain untuk memperluas jangkauan layanan perbankan, program tersebut diharapkan dapat disinergikan dengan program pemerintah antara lain dalam pemberian bantuan kepada masyarakat.

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Bab 1 • Ringkasan Eksekutif

5

Upaya untuk meningkatkan pemberdayaan sektor riil dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga masih dilakukan oleh Bank Indonesia. Upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan kapasitas dan kelayakan dari sisi pelaku usaha dan memperluas jangkauan perbankan ke sektor tersebut.Program pemberdayaan sektor riil juga diselaraskan dengan misi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas harga melalui program klaster komoditas strategis.

Seiring dengan semakin dekatnya pengalihan fungsi pengawasan bank ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia bersama dengan OJK terus melakukan persiapan pengalihan. Penyiapan dilakukan di seluruh aspek meliputi penyiapan organisasi, sumber daya manusia, logistik dan sistem informasi, dokumen serta pengaturan pengawasan. Untuk memberikan payung koordinasi, seluruh kegiatan tersebut di atas akan tertuang dalam Naskah Keputusan Bersama antara OJK-BI yang akan segera ditandatangani dalam rangka “Kerjasama dan Koordinasi dalam rangka Mendukung Pelaksanaan Tugas BI dan OJK”. Melalui upaya tersebut diharapkan proses pengalihan tugas dapat dilaksanakan secara lancar, tanpa mengurangi efektivitas pengawasan bank.

Untuk mendukung kinerja perekonomian dan tetap kondusifnya sistem keuangan Indonesia, Bank Indonesia mengelola terselenggaranya sistem pembayaran yang lancar, aman dan efisien. Beberapa kegiatan yang telah dimulai pada periode sebelumnya, masih terus dilanjutkan diantaranya dalam pengembangan uang elektronik, interkoneksi layanan pembayaran, standarisasi chip pada kartu ATM/Debet, dan penyiapan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) Generasi II. Di samping itu, untuk memastikan keamanan dan efisiensi sistem pembayaran, Bank Indonesia melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyelenggara jasa sistem pembayaran.

Pada sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia melakukan pemenuhan uang dalam jumlah yang cukup. Permintaan masyarakat dan perbankan terhadap uang kartal yang melonjak selama Ramadhan dan Idul Fitri dapat dipenuhi dengan baik. Hal tersebut tidak terlepas dari ketepatan proyeksi Bank Indonesia, kelancaran dalam pendistribusian uang dan pelayanan penukaran uang yang menjangkau berbagai wilayah. Selain itu, secara kontinyu juga terus disosialisasikan ciri-ciri keaslian uang Rupiah.

Untuk mendukung efektivitas kebijakan dan pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia melakukan komunikasi dan edukasi kepada masyarakat. Selain itu, pengelolaan manajemen internal yang mengedepankan prinsip tata kelola organisasi yang baik juga mengambil peranan penting dalam pengelolaan tugas dan kredibilitas Bank Indonesia.

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Bab 1 • Ringkasan Eksekutif

6

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB 2

Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan danSistem Pembayaran

Belum kondusifnya perekonomian global dan ditambah adanya tekanan pada pasar

keuangan global berimbas pada perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi melambat

dan berada pada tren yang menurun. Sementara pasar keuangan dan nilai tukar rupiah

juga masih tertekan. Perkembangan yang membaik ditunjukkan oleh inflasi dan neraca

pembayaran Indonesia. Sementara itu, ketahanan perbankan tetap terjaga, demikian pula

dengan sistem pembayaran yang terkelola dengan baik.

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

8 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

2.1. Inflasi

Tekanan inflasi pada triwulan laporan meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut disebabkan oleh dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan volatile food yang mendorong inflasi bulan Juli 2013 meningkat tinggi. Dalam perkembangan berikutnya, inflasi menurun secara bertahap mulai Agustus dan berada pada pola normalnya di September 2013.

Inflasi IHK pada triwulan III-2013 meningkat signifikan dibandingkan triwulan II-2013. Inflasi IHK pada akhir triwulan III-2013 tercatat sebesar 8,40% (yoy) atau 4,08% (qtq) meningkat tinggi dibanding triwulan II-2013 yang tercatat sebesar 5,90% (yoy) atau 0,90% (qtq) (Grafik 2.1). Peningkatan ini terutama disebabkan dampak kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah pada akhir Juni 2013. Kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong inflasi administered price meningkat tinggi dari 6,70% (yoy) atau 4,38% (qtq) pada triwulan II-2013 menjadi 15,47% (yoy) atau 8,94% (qtq) pada triwulan III-2013 (Grafik 2.1 dan 2.2).

Grafik 2.1Perkembangan Inflasi Triwulanan

Grafik 2.2Perkembangan Inflasi Tahunan

Setelah mencapai puncaknya pada Juli 2013 (3,29%, mtm), inflasi IHK secara bertahap menurun menjadi 1,12% (mtm) pada Agustus 2013 dan bahkan mencatat deflasi 0,35% (mtm) pada September 2013 (Grafik 2.3). Penurunan tekanan inflasi secara bulanan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan bahan pangan, meredanya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi, dan terjadinya koreksi harga pasca-Idul Fitri. Terkendalinya harga-harga tersebut sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia bahwa inflasi akan menurun dan kembali ke pola normal mulai September dan bulan-bulan ke depan.

Berdasarkan kelompoknya, kenaikan inflasi kelompok volatile food sebesar 4,36% (qtq) pada triwulan III-2013 atau secara tahunan mencapai 13,94% (yoy). Kenaikan tersebut terutama dipengaruhi oleh

�����

�����

�����

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���

��������������������������������������

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������

��

��

��

���� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � �

��������������������������������������

����

����

�����

�����

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

9Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

dampak kenaikan harga BBM bersubsidi dan adanya gangguan pasokan pangan di tengah naiknya permintaan selama Ramadhan dan Idul Fitri. Meskipun demikian, pergerakan inflasi volatile food secara bulanan berada pada tren menurun. Setelah melonjak tinggi pada Juli dan Agustus 2013, kelompok volatile food mengalami koreksi harga yang cukup dalam sehingga terjadi deflasi sebesar 3,38% (mtm) pada September 2013. Deflasi tersebut dipengaruhi oleh koreksi harga pada komoditas bawang merah dan cabai sejalan dengan panen yang berlangsung di beberapa sentra produksi. Selain itu, komoditas lainnya seperti daging sapi turut mengalami koreksi harga meskipun masih terbatas akibat realisasi pemotongan sapi yang baru mencapai 52%.

Inflasi kelompok administered prices pada triwulan III-2013 tercatat cukup tinggi mencapai 8,94% (qtq) atau 15,47% (yoy). Tingginya inflasi tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM bersubsidi dan penyesuaian tarif angkutan dalam kota, kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT). Namun demikian, secara bulanan pergerakan inflasi administered price terus menurun dari 7,90% (mtm) pada Juli 2013 menjadi 0,62% (mtm) dan 0,34% (mtm) pada Agustus dan September 2013.

Inflasi inti pada triwulan III-2013 meningkat menjadi 2,59% (qtq) atau 4,72% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,52% (qtq) atau 3,98% (yoy). Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan tekanan depresiasi nilai tukar rupiah, sedangkan pengaruh harga komoditas global masih rendah. Dampak pass-through nilai tukar terhadap inflasi tersebut tercermin pada kenaikan harga barang-barang dengan kandungan impor tinggi seperti bahan bangunan, elektronik dan otomotif (Grafik 2.4).

Meningkatnya inflasi inti juga dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi yang masih tinggi. Hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) Bank Indonesia menunjukkan ekspektasi inflasi pedagang masih dalam tren meningkat didorong kenaikan harga bahan baku yang berasal dari impor (Grafik 2.5). Ekspektasi inflasi konsumen untuk 3 bulan dan 6 bulan mendatang juga meningkat sehubungan dengan adanya perayaan hari raya Natal dan Tahun baru dan dimulainya persiapan pelaksanaan Pemilu

Grafik 2.3Perkembangan Inflasi Bulanan

������

��

��

��

���� ����� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � �

��������������������������������������

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

10 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

2014. Kenaikan ekspektasi inflasi juga tercermin dari survei Consensus Forecast (CF ) yang meningkat selama triwulan-III 2013 didorong oleh ekspektasi depresiasi nilai tukar rupiah. (Grafik 2.6). Tekanan kenaikan inflasi inti dapat dikurangi sejalan dengan mulai menurunnya permintaan domestik akibat perlambatan ekonomi. Selain itu, respon sisi penawaran juga masih memadai, tercermin pada kapasitas utilisasi industri pengolahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang baru mencapai 69% (Grafik 2.7).

Grafik 2.4Inflasi Inti Tradable, Nilai Tukar dan

Indeks Harga Impor

Grafik 2.6Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast

Grafik 2.5Ekspektasi Inflasi Pedagang

Grafik 2.7Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan

��� ������� ��������� ������ ������� ������� �������� �������� ���������� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

���

���

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������

��

��

��

��

��

���

���

������

���

���

���

���

���

��

��������������������������������������������

�����������������������������������������������������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

����

����

����

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������

����������������������������������������

����������������������������������������

��

��

��

��

��

� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

11Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Berdasarkan kawasan, tekanan inflasi yang tinggi pada triwulan III-2013 terjadi di beberapa daerah di sebagian Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Papua. Inflasi di kawasan-kawasan tersebut bahkan melebihi tingkat inflasi nasional dan mencapai sekitar 10%. Namun, sejalan dengan meredanya tekanan inflasi pada akhir triwulan, inflasi di Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara turut mereda bahkan lebih rendah dari inflasi nasional karena adanya koreksi harga yang dalam pada komoditas ikan segar (Grafik 2.8).

Grafik 2.8Peta Inflasi Daerah September-2013 (%, yoy)

Ke depan, tekanan inflasi pada sisa tahun 2013 diperkirakan mereda dan kembali kepada pola normal. Prospek ini tercemin pada perkembangan inflasi Agustus dan September 2013 yang sudah menurun dibandingkan dengan inflasi pada Juli 2013. Kondisi penurunan harga ini diharapkan dapat terus berlanjut pada triwulan IV-2013, sehingga inflasi secara keseluruhan tahun 2013 diprakirakan berada pada kisaran 9,0% - 9,8%.

Pada 2014, tekanan inflasi diprakirakan menurun dan akan bergerak di lintasan kisaran sasaran Bank Indonesia sebesar 4,5%+1%. Tekanan pada inflasi inti yang bersumber dari pelemahan nilai tukar rupiah diprakirakan berangsur-angsur menurun sejalan dengan membaiknya kondisi fundamental perekonomian yang dipengaruhi oleh membaiknya kondisi neraca transaksi berjalan. Perkiraan ini didukung asumsi bahwa pemerintah tidak akan menaikkan harga barang dan jasa yang bersifat strategis. Selain itu, produksi dan distribusi bahan makanan juga diperkirakan tidak mengalami gangguan sebagaimana terjadi pada 2013. Namun, beberapa risiko yang dapat menyebabkan lebih tingginya tekanan inflasi ke depan perlu tetap diwaspadai, khususnya terkait risiko dampak lanjutan kenaikan harga TTL serta gangguan produksi dan distribusi bahan makanan. Terkait dengan hal itu, Bank Indonesia akan terus meningkatkan koordinasi dengan pemerintah untuk menjaga agar inflasi sesuai dengan kisaran sasarannya sebesar 4,5%+1% pada 2014.

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

12 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

2.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2013 diprakirakan menurun dibandingkan triwulan II-2013. Kondisi ini tidak terlepas dari pengaruh penyesuaian ekonomi terhadap kondisi ekonomi global yang kurang menguntungkan dan harga domestik yang meningkat signifikan pada triwulan III-2013.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2013 terindikasi melambat sejalan dengan perkembangan global yang masih kurang menguntungkan. Pertumbuhan ekonomi dunia yang belum kuat terutama dipengaruhi oleh masih terkontraksinya ekonomi Eropa dan menurunnya kinerja ekonomi negara berkembang, meskipun ekonomi negara maju khususnya AS dan Jepang cenderung membaik. Perekonomian dunia 2013 diprakirakan tumbuh 2,9%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,0%. Sejalan dengan belum kuatnya ekonomi dunia, harga komoditas masih terkontraksi kecuali harga minyak yang mengalami kenaikan. Pertumbuhan tahunan Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHEx) pada triwulan laporan masih tercatat negatif sebesar 7,7% (yoy).

Selain pengaruh kondisi perekonomian global, melambatnya pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi kondisi ketidakpastian di pasar keuangan masih tinggi. Sejumlah risiko muncul terkait dengan isu kebijakan pengurangan stimulus The Fed (tapering) dan perdebatan debt ceiling. Tekanan di pasar keuangan global sedikit menurun pada akhir September 2013 sejalan dengan penundaan kebijakan pengurangan stimulus The Fed (tapering). Hal ini kemudian mendorong masuknya aliran dana non-residen ke bursa saham dan obligasi kawasan serta mendorong menguatnya mata uang Asia.

Ekonomi global yang melambat serta daya beli domestik yang menurun pasca-kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong ekonomi Indonesia bergerak dalam tren melambat. Pada triwulan III-2013, pertumbuhan ekonomi diprakirakan sebesar 5,6% (yoy), lebih lambat dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan pada triwulan II-2013 sebesar 5,8% (yoy) (Tabel 2.1). Perlambatan itu terutama disebabkan oleh konsumsi rumah tangga dan investasi khususnya investasi non-bangunan. Konsumsi rumah tangga diprakirakan melambat seiring dengan pelemahan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM bersubsidi dan depresiasi nilai tukar rupiah, yang pada gilirannya mendorong kontraksi pada investasi non-bangunan.

Sumber : BPS * Proyeksi Bank Indonesia

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Komponen 20122013

I II III*

Tabel 2.1Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga 5,3 5,2 5,1 4,8Konsumsi Pemerintah 1,2 0,4 2,1 8,6Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 9,8 5,8 4,7 2,6Ekspor Barang dan Jasa 2,0 3,6 4,8 4,8Impor Barang dan Jasa 6,6 -0,1 0,6 0,3PDB 6,2 6,0 5,8 5,6

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

13Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Pada sisi eksternal, kinerja ekspor riil pada triwulan III-2013 diprakirakan tumbuh terbatas seiring dengan pemulihan ekonomi global yang belum kuat. Sejalan dengan itu, impor diperkirakan sedikit menurun dipengaruhi permintaan domestik yang melambat dan nilai tukar yang berada dalam tren melemah.

Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh melambat pada triwulan III-2013 sejalan dengan penurunan daya beli masyarakat. Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2013 diprakirakan tumbuh sebesar 4,8% (yoy) lebih rendah dari triwulan II-2013 yang sebesar 5,1% (yoy). Upaya untuk menjaga daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah melalui Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) belum mampu mengimbangi tekanan kenaikan harga. Menurunnya daya beli terindikasi dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Agustus 2013 yang menunjukkan keyakinan atas pendapatan saat ini dan ekspektasi pendapatan ke depan masih dalam tren menurun. Selain itu, kondisi penurunan daya beli masyarakat juga tercermin pada Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Bank Indonesiadan IKK Danareksa yang turun akibat kekhawatiran konsumen yang meningkat terhadap kenaikan harga barang (Grafik 2.9).

Grafik 2.9Indeks Keyakinan Konsumen

Konsumsi pemerintah pada triwulan III-2013 diprakirakan meningkat sejalan dengan pola serapan anggaran yang meningkat di akhir tahun. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan III-2013 diprakirakan mencapai 8,6% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 2,1% (yoy). Secara keseluruhan, realisasi belanja pemerintah sampai dengan September 2013 mencapai 63,3%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi di periode yang sama pada 2012. Belanja pegawai tercatat lebih tinggi didorong realisasi pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri. Sementara itu, realisasi belanja modal menunjukkan sedikit perbaikan, sedangkan realisasi belanja barang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Tren perlambatan investasi diprakirakan masih berlanjut pada triwulan III-2013 seiring dengan permintaan domestik yang melemah dan pemulihan ekspor yang terbatas. Investasi diprakirakan

��

���������

�����

��

��

��

��

��

���

���

���

���

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���� ���� ����

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

14 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

tumbuh 2,6% (yoy) pada triwulan III-2013, melambat dari 4,7% (yoy) pada triwulan II-2013. Kinerja konsumsi rumah tangga dan ekspor yang belum kondusif mengurangi insentif pelaku usaha untuk melakukan investasi. Perilaku pelaku usaha yang belum melakukan penambahan investasi baru juga disebabkan oleh rendahnya utilisasi kapasitas industri pada semester I-2013 (Grafik 2.10). Perlambatan pertumbuhan investasi terutama dipengaruhi oleh kontraksi investasi non-bangunan yang diperkirakan lebih dalam dari perkiraan sebelumnya. Di sisi lain, pertumbuhan investasi bangunan juga diprakirakan sedikit melambat. Secara keseluruhan, perkiraan perlambatan investasi juga sejalan dengan sumber pembiayaan usaha yang terbatas antara lain tercermin pada kredit investasi yang menurun.

Grafik 2.10Investasi Non-bangunan dan Kapasitas Utilisasi

Industri Pengolahan

Dari sisi eksternal, kinerja ekspor riil pada triwulan III-2013 diprakirakan masih cukup terbatas sejalan dengan melambatnya ekonomi global. Pertumbuhan ekspor tercatat stabil dari triwulan sebelumnya sebesar 4,8% (yoy). Berdasarkan komoditas, ekspor pertanian dan manufaktur diperkirakan dalam tren menurun, sedangkan ekspor pertambangan diperkirakan meningkat (Grafik 2.11). Penurunan ekspor pertanian disebabkan oleh perlambatan ekspor komoditas unggulan seperti udang, kopi dan ikan. Sejalan dengan itu, ekspor Crude Palm Oil (CPO), produk logam dasar dan kayu olahan tumbuh moderat sehingga menyebabkan perlambatan kinerja ekspor manufaktur. Di sisi lain, ekspor pertambangan diperkirakan menguat didorong oleh kenaikan permintaan batubara, tembaga dan nikel.

Terbatasnya kinerja ekspor dan melambatnya permintaan domestik serta melemahnya nilai tukar rupiah mendorong pertumbuhan impor sedikit melambat pada triwulan III-2013. Impor pada triwulan laporan diprakirakan tumbuh sebesar 0,3% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 0,6% (yoy). Berdasarkan kelompok, perlambatan impor dipengaruhi oleh perlambatan impor bahan baku dan barang konsumsi, serta kontraksi pada impor barang modal (Grafik 2.12). Perlambatan

���������������������������������������

��������������������������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

� ������

� � � � � � � � � �

���� ���� ����

�������������������

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

15Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

impor bahan baku terutama terjadi pada bahan baku produksi untuk industri berorientasi ekspor dan komponen barang modal. Impor barang konsumsi juga melambat seiring dengan penurunan permintaan kendaraan penumpang serta komoditi makanan dan minuman untuk rumah tangga. Sementara itu, impor pada kelompok barang modal diperkirakan mengalami kontraksi sejalan dengan penurunan investasi non-bangunan.

Grafik 2.11Pertumbuhan Riil Ekspor

Grafik 2.12Pertumbuhan Riil Impor

Berdasarkan lapangan usaha, tren perlambatan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2013 tergambar pada kinerja beberapa sektor utama. Pertumbuhan yang melambat terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor bangunan (Tabel 2.2). Prakiraan perlambatan pada sektor pertambangan disebabkan oleh pertumbuhan produksi minyak yang lebih rendah sampai dengan Juli 2013. Hal itu disebabkan oleh gangguan produksi beberapa lapangan migas di tengah kinerja pertambangan non-migas yang terindikasi meningkat sebagaimana tercermin dari meningkatnya ekspor pertambangan khususnya batubara.

Di sektor industri pengolahan, perlambatan pertumbuhan dipengaruhi oleh dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi yang menurunkan daya beli masyarakat. Purchasing Manager Index (PMI) yang dirilis oleh HSBC pada September 2013 menunjukkan aktivitas manufaktur yang masih terbatas.

Kinerja subsektor alat angkut juga melemah, tercermin dari perlambatan penjualan mobil dan penjualan alat berat. Selain itu, kinerja subsektor makanan dan minuman juga diprakirakan melambat. Hal yang sama juga terlihat pada kinerja sektor bangunan yang diprakirakan tumbuh melambat sejalan dengan kinerja investasi bangunan yang diperkirakan dalam tren melambat juga. Perkiraan tersebut didorong oleh data penjualan semen dan alat berat konstruksi yang terpantau tumbuh lebih lambat pada Agustus 2013.

������������

���������

�����

��������������������

��

��

��

��

��

���

���

���

���� ���� ������� �� �� �� �� �� � ��� ��� ���

������

��

��

��

��

���

���

���

���

���� ���� ������� �� �� �� �� �� � ��� ��� ���

��������������

����������

�����

�����������

���������

������

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

16 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Berdasarkan wilayah, tren perlambatan ekonomi Indonesia triwulan III-2013 antara lain terjadi di sebagian besar wilayah Sumatera dan Jakarta. Hal tersebut terindikasi pada berbagai indikator terkait konsumsi rumah tangga yang cenderung melemah seperti nilai tukar petani, impor barang konsumsi, dan kredit konsumsi di wilyah tersebut (Grafik 2.13).

Kinerja ekspor di Sumatera juga mulai tertahan seiring perbaikan harga komoditas global yang terbatas. Di samping itu, produksi hasil perkebunan juga terindikasi tumbuh lebih rendah karena pengaruh iklim dan minimalnya insentif harga jual. Sementara itu, perekonomian Jakarta menghadapi tekanan dari melemahnya kinerja investasi terkait mulai meningkatnya suku bunga pinjaman dan depresiasi nilai tukar rupiah. Di wilayah lainnya, pertumbuhan ekonomi justru terindikasi meningkat. Peningkatan di Jawa dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) didukung oleh perbaikan kinerja ekspor dan konsumsi domestik yang relatif stabil. Perbaikan kinerja ekspor di Jawa terutama bersumber dari ekspor manufaktur. Sementara itu, peningkatan ekspor di KTI bersumber dari ekspor barang tambang seperti nikel, batu bara, dan tembaga, di tengah masih terbatasnya perbaikan harga di pasar global.

Sumber : BPS * Proyeksi Bank Indonesia

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Sektor 20122013

I II III*

Tabel 2.2Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan 4,0 3,6 3,2 3,2Pertambangan & Penggalian 1,5 -0,2 -1,2 -1,3Industri Pengolahan 5,7 5,9 5,8 5,4Listrik, Gas & Air Bersih 6,4 6,6 6,6 6,6Konstruksi 7,5 7,0 6,9 6,6Perdagangan, Hotel & Restoran 8,1 6,5 6,5 6,0Pengangkutan & Komunikasi 10,0 10,0 11,5 10,7Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan 7,1 8,4 8,1 7,5Jasa-jasa 5,2 6,5 4,5 5,7PDB 6,2 6,0 5,8 5,6

Grafik 2.13Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan III-2013 (%, yoy)

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

17Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Berbagai ketidakpastian ekonomi global yang diperkirakan masih akan berlanjut tidak dapat dihindari akan mempengaruhi prospek perekonomian Indonesia sampai akhir 2013. Sejalan dengan proyeksi ekonomi global yang belum cukup kuat, proses penyesuaian ekonomi domestik diperkirakan masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada sisa tahun 2013 diprakirakan masih berada pada tren menurun, sehingga keseluruhan tahun 2013 berada pada kisaran 5,5%-5,9%. Pada 2104, sejalan dengan kembali kondusifnya kondisi ekonomi global, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan kembali meningkat pada kisaran 5,8%-6,2%.

2.3. Neraca Pembayaran

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan laporan diprakirakan membaik tercermin pada defisit yang diperkirakanlebih kecil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perbaikan kinerja tersebut didorong oleh membaiknya kinerja transaksi berjalan dan surplus yang masih besar pada transaksi modal dan finansial.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2013 diprakirakan lebih baik. Prakiraan ini dipengaruhi oleh defisit neraca transaksi berjalan yang diproyeksikan mengecil, antara lain didorong oleh menurunnya impor sejalan dengan dampak melemahnya permintaan domestik dan pelemahan nilai tukar rupiah. Di sisi lain, surplus transaksi modal finansial diprakirakan akan lebih besar seiring kembali masuknya investor asing pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN), serta berkurangnya net jual asing atas saham domestik sebagai respon kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dan penundaan tapering off di AS.

Prospek penurunan defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2013 terindikasi pada neraca perdagangan di Agustus 2013 yang mencatat surplus. Surplus terutama dipengaruhi oleh impor yang menurun sebesar 3,7% (yoy), bersumber dari turunnya impor migas dan impor non-migas. Impor non-migas turun sebesar 8,8% (yoy), yang terjadi pada semua jenis barang dengan penurunan

Grafik 2.14Perkembangan Neraca Perdagangan

����������

��

��

��

�����������������������������������������������������������������������������

���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

18 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

tertinggi pada impor barang modal sebesar 18,6% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Agustus 2013 mencatat surplus sebesar USD366 juta, lebih baik dibandingkan bulan-bulan sebelumnya di triwulan II-2013 dan Juli 2013 yang mencatat defisit (Grafik 2.14).

Pada triwulan III-2013, neraca transaksi modal dan finansial masih diprakirakan mencatat surplus yang besar. Perkiraan surplus tersebut dipengaruhi oleh perkiraan masih kuatnya Foreign Direct Investment serta aliran dana non-residen di pasar keuangan yang kembali meningkat pada akhir triwulan-III 2013. Secara keseluruhan triwulan laporan, investor non-residen di pasar keuangan membukukan net beli sebesar USD188,67 juta setelah pada triwulan sebelumnya mengalami net jual USD2,55 miliar. Akumulasi kepemilikan non-residen terjadi di SUN dan SBI masing-masing sebesar USD762,15 juta dan USD241,98 juta. Untuk kepemilikan di saham terjadi net jual sebesar USD815,46 juta. Aksi beli di SUN terutama terjadi di September 2013 sebagai respon dari bauran kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia serta ditundanya tapering-off Quantitative Easing oleh The Fed pada 19 September 2013.

Dengan prospek NPI tersebut serta respon Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, cadangan devisa pada akhir September 2013 tercatat sebesar USD95,7 miliar. Meskipun menurun jika dibandingkan dengan posisi pada akhir Juni 2013 yang tercatat sebesar USD98,1 miliar, posisi cadangan devisa pada September 2013 meningkat bila dibandingkan posisi akhir Agustus 2013 yang tercatat sebesar USD93,0 miliar. Posisi cadangan devisa di September 2013 setara dengan 5,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, sehingga masih cukup aman mendukung ketahanan sektor eksternal dan berada di atas standar kecukupan internasional.

2.4. Nilai Tukar Rupiah

Pelemahan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada triwulan III-2013. Pelemahan yang sesuai dengan fundamentalnya tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global. Tekanan depresiatif nilai tukar sedikit berkurang pada akhir triwulan sejalan dengan respon positif pelaku pasar terhadap penundaan tapering-off the Fed.

Kinerja transaksi berjalan yang diperkirakan masih defisit memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah yang berada dalam tren melemah pada triwulan III-2013. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah melemah 8,18% (qtq) ke level Rp10.652/USD dari level Rp9.781/USD pada triwulan sebelumnya (Grafik 2.15). Sementara secara point-to-point, rupiah terdepresiasi sebesar 14,29% (qtq) dan ditutup di level Rp11.580/USD di akhir triwulan. Tekanan pelemahan rupiah yang cukup tinggi terjadi mulai Juli 2013. Pelemahan terus berlanjut, sebelum pada akhirnya mulai stabil pada akhir September pada level keseimbangan yang baru sesuai kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

Selain pengaruh defisit transaksi berjalan, pelemahan rupiah juga dipicu ketidakpastian di pasar keuangan global terkait isu tapering-off oleh The Fed. Selain itu, perdebatan debt ceiling AS menambah intensitas ketidakpastian di pasar keuangan global. Pengaruh berbagai isu global tersebut juga mempengaruhi pergerakan nilai tukar negara lain di kawasan Asia (Grafik 2.16).

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

19Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Grafik 2.15Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Grafik 2.16Pergerakan Mata Uang Kawasan dan Eropa

Meningkatnya ketidakpastian perekonomian global yang diwarnai oleh sentimen kebijakan quantitative easing The Fed telah menyebabkan berkurangnya minat investor terhadap aset emerging market. Hal tersebut tercermin dari kenaikan indikator risiko Credit Default Swap (CDS) negara-negara di Asia, termasuk Indonesia (Grafik 2.17). Namun, pada akhir triwulan laporan tekanan pada premi CDS 5 tahun mereda sejalan dengan respon positif investor pasca-penundaan rencana tapering off oleh the Fed.

����

�������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

�����

������

������

������

������

������

������������������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

����

����

������

������ ������ ������ ����� ���� ���� �����

���������������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

Grafik 2.17Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah

Tenor 5 Tahun di Negara Kawasan

��

���

���

���

���

������������������������� �����

����������������

���������� ������ ������ ������ ����� ������ ������ ����� ������ ������ ����� ������

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

20 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

2.5. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

PUAB pada triwulan III-2013 ditandai oleh kenaikan suku bunga yang didorong oleh kenaikan BI Rate. Sementara volume dan frekuensi transaksi PUAB tercatat turun.

Suku bunga PUAB pada triwulan laporan secara umum meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perkembangan ini seiring dengan kenaikan BI Rate sebesar 125 bps selama periode Juli hingga September 2013. Sepanjang triwulan III-2013, rata-rata harian suku bunga PUAB overnight (O/N) tercatat sebesar 5,05%, atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,23% (Grafik 2.18). Demikian pula dengan suku bunga PUAB tenor 1 minggu yang secara rata-rata harian tercatat naik ke level 5,39%, dari sebelumnya 4,33%.

Naiknya suku bunga PUAB juga tercermin pada pergerakan suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR). Rata-rata harian JIBOR O/N sepanjang triwulan III-2013 tercatat sebesar 5,05% dari sebelumnya 4,23% Suku bunga tenor lain juga cenderung meningkat yang tergambar pada rata-rata harian suku bunga JIBOR 1 minggu yang naik ke level 5,38% dari sebelumnya 4,34%, dan suku bunga JIBOR 1 bulan naik ke level 6,06% dari sebelumnya 4,65% (Grafik 2.18).

Grafik 2.18Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����������������������

������������������������������

���� ����� ������ ����� ���� ����� ������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

Perkembangan suku bunga PUAB O/N yang meningkat pada triwulan III-2013 diikuti oleh peningkatan selisih suku bunga tertinggi dan terendah. Rata-rata selisih suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah naik ke kisaran 23 bps dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 10 bps.Peningkatan selisih suku PUAB O/N tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi peningkatan suku bunga akibat tekanan inflasi dan kebutuhan likuiditas menghadapi masa liburan dan Idul Fitri.

Volume transaksi PUAB untuk seluruh tenor cenderung mengalami penurunan, sejalan dengan meningkatnya penempatan likuiditas perbankan pada instrumen operasi moneter berjangka pendek (Deposit Facility). Hal ini mengakibatkan perbankan cenderung memiliki ketersediaan likuiditas yang mencukupi sehingga kebutuhan untuk bertransaksi di PUAB menurun. Rata-rata harian volume

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

21Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

transaksi PUAB pada triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp10,15 triliun, turun dibanding volume transaksi triwulan sebelumnya yang sebesar Rp12,62 triliun (Grafik 2.19). Sejalan dengan penurunan volume transaksi PUAB, frekuensi transaksi PUAB juga mengalami penurunan. Perkembangan tersebut tergambar dari rata-rata harian frekuensi transaksi triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 148 transaksi/hari dengan jumlah pelaku 67 bank/hari, menurun dari 192 transaksi/hari dengan jumlah pelaku 75 bank/hari pada triwulan II-2013 (Grafik 2.20).

Kelompok Bank Des-12 Jun-13Mar-13 Sep-13 qtq

Tabel 2.3Suku Bunga Simpanan Per Kelompok Bank (%)

Persero 5,18 5,12 5,09 6,22 1,13Swasta 5,74 5,74 5,69 6,97 1,28BPD 5,95 5,86 5,78 6,38 0,60Campuran 5,60 6,15 5,69 6,90 1,21Asing 4,64 4,51 4,60 6,48 1,89

2.6. Perkembangan Suku Bunga Perbankan

Setelah pada triwulan-triwulan sebelumnya berada pada tren menurun, pada triwulan III-2013 suku bunga perbankan mulai bergerak naik baik pada suku bunga simpanan maupun kredit. Kenaikan tersebut merespon perkembangan kondisi perekonomian terkini dan pengetatan pada kebijakan moneter.

Pada triwulan III-2013, rata-rata suku bunga simpanan satu bulan meningkat dibandingkan dengan rata-rata suku bunga simpanan pada triwulan II-2013 dari 5,50% menjadi 6,22%. Peningkatan suku bunga terjadi di semua kelompok bank (Tabel 2.3).

Grafik 2.19Volume Transaksi PUAB

Grafik 2.20Jumlah Bank Pelaku PUAB

����

��

��

��

��

����� ���� �� ����

���� �������� ����� ������ ����� ���� ����� ������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ����� ������ ����� ���� ����� ������

������������� ������������ ������������������

���� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

22 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

SegmenKredit

2011 20132012 qtqSep12-Sep13

Mar11-Sep13

Seluruh Sampel

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

Korporasi 10,51 10,72 10,51 10,18 9,86 9,81 9,75 9,69 9,53 9,65 10,08 0,43 0,32 -0,43Ritel 11,80 11,91 12,04 11,61 11,23 11,08 11,03 11,14 10,91 11,03 11,28 0,26 0,25 -0,51KPR 11,16 11,38 11,04 10,71 10,61 10,50 10,45 10,41 10,33 10,37 10,63 0,27 0,18 -0,53Non-KPR 11,56 11,86 11,88 11,51 11,05 10,99 10,67 10,65 10,62 10,59 11,06 0,47 0,39 -0,50

Tabel 2.4Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan

Peningkatan suku bunga simpanan diikuti dengan kenaikan pada suku bunga kredit. Rata-rata suku bunga kredit selama triwulan III-2013 naik 12 bps menjadi 12,02% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan rata-rata suku bunga kredit dan rata-rata suku bunga simpanan menyebabkan selisih suku bunga kredit dengan simpanan menurun tipis dari 6,30% pada akhir triwulan II-2013 menjadi 5,41% pada akhir triwulan III-2013.

Seiring dengan kenaikan BI Rate, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang dipublikasikan oleh perbankan mengalami peningkatan. SBDK segmen konsumsi non-KPR dan korporasi mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan segmen lainnya. Namun, dibandingkan dengan SBDK pada periode awal diberlakukannya aturan SBDK (triwulan I-2011), SBDK triwulan III-2013 masih lebih rendah (Tabel 2.4).

Grafik 2.21Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit,

Suku Bunga Deposito Rupiahdan BI Rate

��

��

��

��

� �

���� ���� ���� ���������� ��� ������ ��� ������ ��� ������ ��� ��� ��� ������ ������ ��� ��� ��� ���

� �

��������� ��������������������������� �����������������

Ditinjau dari tujuan penggunaannya, kenaikan suku bunga kredit terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI). Rata-rata suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI), naik masing-masing 26 bps dan 21 bps menjadi 11,71% dan 11,39%. Sedangkan Kredit

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

23Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Konsumsi (KK) masih menunjukkan tren menurun dan pada triwulan laporan turun 14 bps menjadi 13,05% (qtq) (Grafik 2.22). Penurunan suku bunga Kredit Konsumsi diantaranya disebabkan oleh tingginya tingkat persaingan antar bank dalam mendapatkan debitur baru.

Grafik 2.22Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit

per Jenis Penggunaan

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��� �� ��

2.7. Perkembangan Bank Umum

Meskipun mengalami tekananbaik yang berasal dari sektor eksternal maupun domestik, industri perbankan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang positif. Kinerja positif tercermin dari rasio permodalan perbankan yang tercatat jauh di atas ambang batas 8%, yang dicapai melalui perolehan profitabilitas perbankan sejalan dengan peran intermediasi yang optimal, dan efisiensi yang semakin membaik.

Kinerja perbankan nasional pada triwulan III-2013 tetap positif yang dicerminkan oleh fungsi intermediasi yang berjalan dengan baik dan ketahanan yang tetap terjaga. Pada triwulan III-2013, intermediasi perbankan masih memberikan dukungan terhadap pembiayaan perekonomian. Namun, pertumbuhannya melambat dibanding triwulan sebelumnya, seiring dengan perlambatan laju perekonomian domestik.

Hingga triwulan III-2013, penyaluran kredit perbankan mencapai Rp3.147,2 triliun, tumbuh 6,4% dari triwulan sebelumnya (qtq). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dari angka pertumbuhan kredit triwulan II-2013 yang mencapai 6,9% (qtq). Secara tahunan, angka pertumbuhan kredit tercatat sebesar 23,1% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Modal Kerja (KMK) mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK). KMK pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 7,1% (qtq), sedangkan KI dan KK masing-masing sebesar 7,0% dan 4,6% (qtq). Secara sektoral, pertumbuhan kredit terbesar pada triwulan III-2013 berasal dari sektor Industri (11,8%), Konstruksi (10,6%) dan Pengangkutan (9,1%).

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

24 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Meskipun penyaluran kredit melambat, kualitas kredit perbankanpada triwulan III-2013 sebagaimana tercermin pada rasio Non Performing Loan (NPL) gross menunjukkan perbaikan. Pada triwulan III-2013, NPL gross perbankan menurun 0,02% (qtq) dan 0,21% (yoy) menjadi 1,86%.

Dari sisi penghimpunan dana, meski mengalami peningkatan DPK, namun pertumbuhan DPK tersebut lebih lambat dibanding pertumbuhan penyaluran kredit. Pada triwulan III-2013, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat sebesar Rp3.526,2 triliun, atau secara triwulanan tumbuh 4,5% (qtq) dan tahunan tumbuh sebesar 15,6% (yoy). Rendahnya angka pertumbuhan DPK tersebut antara lain disebabkan oleh perpindahan sebagian dana nasabah ke produk investasi lain yang memberikan yield lebih tinggi baik di pasar saham maupun obligasi. Seiring dengan rendahnya angka pertumbuhan DPK dibanding pertumbuhan kredit, Loan to Deposit Ratio (LDR) triwulan III-2013 tercatat meningkat dibanding triwulan sebelumnya yakni dari 87,69% menjadi 89,25%.

Seiring dengan masih tingginya angka pertumbuhan kredit perbankan, kinerja profitabilitas perbankan masih tetap positif. Rasio Net Interest Margin (NIM) triwulan III-2013 tercatat sebesar 5,48% dengan laba sebesar Rp79,2 triliun. Pencapaian tersebut lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana rasio NIM perbankan tercatat sebesar 5,43% dengan laba sebesar Rp51,1 triliun. Peningkatan laba tersebut juga dikontribusikan dari membaiknya efisiensi, sebagaimana tercermin dari indikator rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang menunjukkan penurunan dari 74,88% pada triwulan II-2013 menjadi 74,86% di triwulan laporan.

Tetap optimalnya fungsi intermediasi dan perolehan laba mendukung ketahanan permodalan perbankan. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) industri perbankan pada akhir triwulan III-2013 tercatat sebesar 17,70%, atau masih berada dalam level aman dan diatas level minimum yang dipersyaratkan.

Ketahanan dan fungsi intermediasi perbankan yang tetap terjaga memberikan kontribusi positif pada kestabilan sistem keuangan secara keseluruhan pada triwulan III-2013. Namun, kestabilan sistem keuangan pada Agustus 2013 perlu diwaspadai terutama disebabkan oleh adanya tekanan di

Tabel 2.5Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan

Indikator Utama2012 2013

Triwulan III Triwulan IIITriwulan IITriwulan ITriwulan IV

Total Aset (T Rp) 4.009,37 4.262,59 4.313,83 4.461,78 4.737,31 DPK (T Rp) 3.050,00 3.225,20 3.243,14 3.374,42 3.526,19 Giro 726,22 767,07 754,23 827,40 857,15 Tabungan 981,50 1.076,83 1.047,43 1.066,01 1.126,01 Deposito 1.342,28 1.381,30 1.441,47 1.481,02 1.543,02 Kredit 2.555,87 2.707,86 2.768,37 2.959,12 3.147,21 Jumlah NPLs (T Rp) 52,91 50,64 54,42 55,67 58,51 CAR (%) 17,33 17,32 18,92 17,98 17,70 NPLs Gross (%) 2,07 1,87 1,97 1,88 1,86 ROA (%) 3,06 3,08 2,99 2,98 3,01 BOPO (%) 74,30 74,15 75,46 74,88 74,86 LDR (%) 83,80 83,96 85,36 87,69 89,25

Jumlah Bank 120 120 120 120 120 Jumlah Kantor 15.899 16.625 17.089 17.504 17.953

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

25Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

pasar keuangan. Adanya tekanan di pasar keuangan tersebut menyebabkan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK)1 Bank Indonesia triwulan III-2013 berada pada level 1,18, meningkat dibanding triwulan II-2013 yang sebesar 0,93.

2.8. Perkembangan Perbankan Syariah

Kinerja perbankan syariah yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPRS), masih menunjukkan perkembangan yang baik selama triwulan III-2013.

Dari sisi penyaluran pembiayaan, per Agustus 2013 pembiayaan BUS dan UUS tercatat sebesar Rp174,54 triliun, tumbuh 1,93% (qtq) dari akhir triwulan II-2013. Sementara pembiayaan BPRS meningkat sebesar Rp4,16 triliun (1,92%, qtq) menjadi sebesar Rp4,24 triliun. Namun, kualitas pembiayaan perbankan syariah menurun, sebagaimana tercermin dari kenaikan rasio jumlah pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF gross) BUS dan UUS menjadi sebesar 3,01% dari 2,64% pada triwulan sebelumnya, dan NPF BPRS yang naik menjadi sebesar 7,89% dari triwulan sebelumnya sebesar 7,25%. Penurunan kualitas tersebut terutama disebabkan karena menurunnya kualitas pembiayaan pada segmen UMKM.

Berbeda dengan yang terjadi pada bank umum secara keseluruhan, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah dapat diimbangi dengan pertumbuhan pada penghimpunan dana. DPK BUS dan UUS per Agustus 2013 tercatat sebesar Rp170,22 triliun, tumbuh 3,81% dari triwulan sebelumnya, lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan pembiayaan. Kondisi yang sama juga terjadi pada BPRS, dimana DPK BPRS meningkat menjadi sebesar Rp3,34 triliun dari DPK yang dihimpun triwulan sebelumnya sebesar Rp3,21 triliun. Angka pertumbuhan DPK BPRS triwulan III-2013 sebesar 4,07% (qtq), melampaui angka pertumbuhan pembiayaan BPRS pada triwulan yang sama. Kenaikan tertinggi penghimpunan danapada perbankan syariah berasal dari simpanan deposito.

Dengan pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibanding pembiayaannya, rasio financing to deposit (FDR) BUS dan UUS menurun dari triwulan II-2013 sebesar 104,43% menjadi 102,53% pada triwulan III-2013. Penurunan FDR juga terjadi pada BPRS dengan rasio FDR tercatat menurun dari 129,63 menjadi 126,96%.

Seperti halnya pada bank umum, rasio permodalan perbankan syariah dalam kondisi yang baik. CAR BUS dan UUS per Agustus 2013 tercatat 14,71%, sedangkan CAR BPRS tercatat tinggi yakni 22,10%. Namun, kinerja profitabilitas dan efisiensi perbankan syariah sedikit menurun. Rasio Return on Asset (ROA) BUS dan UUS sedikit menurun dari 2,10% menjadi 2,01%, diikuti dengan ROA BPRS yang juga mengalami penurunan dari 2,98% menjadi 2,63%. Penurunan profitabilitas tersebut antara lain disebabkan karena meningkatnya biaya operasional BUS dan UUS yang juga berdampak pada penurunan efisiensi. Rasio BOPO untuk BUS dan UUS sedikit mengalami peningkatan dari 82,06% di triwulan II-2013 menjadi 83,14%. Demikian pula dengan rasio BOPO BPRS juga mengalami peningkatan dari 84,83% menjadi 88,45%.

1 ISSKdibentukdariIndeksStabilitasInstitusiKeuangan(ISIK)danIndeksStabilitasPasarKeuangan(ISPK).ISIKmencerminkankondisiketahanan,intermediasidanefisiensidariinstitusiperbankan.SementaraISPKmerepresentasikankondisiketahananpasarkeuangan.

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

26 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

2.9. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Kinerja BPR selama triwulan III-2013 tetap positif dengan fungsi intermediasi yang berjalan baik dan ketahanan yang terjaga.

Penyaluran kredit BPR tumbuh 3,20% (qtq) dibanding akhir triwulan II-2013, sehingga outstanding kredit BPR mencapai Rp57,6 triliun. Sementara dari sisi penghimpunan dana BPR, DPK tumbuh lebih besar mencapai 4,27% (qtq) menjadi Rp47,9 triliun. Pertumbuhan DPK yang berada diatas pertumbuhan kredit berdampak pada penurunan LDR sebesar 68 bps dari 84,56% menjadi 83,88%.

Kualitas kredit mengalami penurunan tercermin pada peningkatan rasio NPL. Rasio NPL gross BPR meningkat sebesar 14 bps menjadi 5,12%, dari 4,98% pada triwulan II-2013. NPL tertinggi terjadi pada kredit kepada sektor perdagangan besar dan eceran yang tercatat sebesar 7,69%, meningkat 17 bps dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,52% (qtq). Sementara

Tabel 2.6Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah

Indikator Utama2012 2013

Triwulan III Triwulan III *)Triwulan IITriwulan ITriwulan IV

BUS + UUS Total aset (Rp. T) 168,67 195,02 209,60 218,57 223,50DPK (Rp. T) 127,68 147,51 156,96 163,97 170,22 - Giro 13,78 17,71 14,07 16 16,87 - Tabungan 40,40 45,07 46,47 48,29 50,96 - Deposito 73,50 84,73 96,42 99,68 102,39Pembiayaan (Rp. T) 130,36 147,51 161,08 171,23 174,54Jumlah NPF (Rp T) 2,7 3,27 4,43 4,52 5,25CAR (%)* 14,98% 14,13% 14,38% 14,32% 14,71%NPF Gross (%)* 2,74% 2,22% 2,75% 2,64% 3,01%NPF Net (%)* 1,81% 1,34% 1,71% 1,69% 2,00%ROA (%)* 2,07% 2,14% 2,39% 2,1% 2,01%BOPO (%)* 83,20% 74,97 79,76% 82,06% FDR (%) 102,10% 100,00% 102,62% 104,43% 102,53%Jumlah Bank* - BUS 11 11 11 11 11 - UUS 24 24 24 24 24Jumlah Kantor 2150 2262 2341 2420 2472BPRS Total aset (Rp. T) 4,37 4,7 4,9 5,17 5,36DPK (Rp. T) 2,69 2,94 3,13 3,21 3,34Pembiayaan (Rp. T) 3,40 3,55 3,75 4,16 4,24Jumlah NPF (Rp T) 0,23 0,22 0,27 0,30 0,34CAR (%) 25,30% 25,16% 24,40% 22,40% 22,10%NPF Gross (%) 6,87% 6,15% 7,21% 7,25% 7,89%NPF Net (%) 5,60% 5,00% 6,00% 6,07% 6,65%ROA (%) 2,60% 2,64% 3,06% 2,98% 2,63%BOPO (%) 86,4% 80,02 84,99% 84,83% 88,45%FDR (%) 126,7% 120,96% 119,67% 129,63% 126,96%

Jumlah Bank 156 158 159 159 160Jumlah Kantor 386 404 399 397 398

*) Posisi Agustus 2013

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

27Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

berdasarkan jenis pengunaan kredit, NPL tertinggi terjadi pada kredit modal kerja yang tercatat sebesar 7,34%, meningkat 14 bps dibandingkan posisi triwulan sebelumnya yaitu 7,20%.

Kondisi permodalan BPR terjaga dengan rasio kecukupan modal (CAR) yang tinggi mencapai 27,20% atau meningkat 47 bps dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya sebesar 26,73%. Kenaikan rasio tersebut disebabkan oleh adanya tambahan modal disetor yang lebih besar dibandingpeningkatan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Dari sisi efisiensi operasional BPR, terdapat penurunan efisiensi operasional BPR yang dicerminkan oleh meningkatnya rasio BOPO. Pada triwulan III-2013, rasio BOPO BPR meningkat sebesar 61 bps dari 76,57% menjadi 77,18% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meski efisiensinya sedikit menurun, profitabilitas BPR tetap tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan kredit. Profitabilitas BPR yang positif tersebut tercermin dari rasio Return on Asset (ROA) yang tercatat sebesar 3,62%.

Tabel 2.7Indikator Utama Kinerja BPR

Indikator2010 2011 2012 2013

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

Jumlah BPR 1.718 1.715 1.715 1.706 1.679 1.682 1.683 1.669 1.665 1.667 1.669 1.653 1.653 1.641 1.641Jaringan Kantor BPR * 2.704 2.734 2.758 2.794 2.802 2.836 2.862 2.892 2.921 2.938 2.961 2.982 3.007 3.033 4.630Total Aset 39,04 40,72 42,83 45,74 47,63 49,58 52,30 55,80 57,21 60,03 63,38 67,40 68,65 71,90 74,44Kredit 29,48 31,49 32,83 33,84 35,67 38,09 39,67 41,10 43,56 46,64 48,50 49,82 52,63 56,25 58,22Dana Pihak Ketiga - Tabungan 8,60 8,73 9,05 9,86 10,33 10,53 10,91 12,04 12,33 12,90 13,32 14,47 14,72 14,76 15,29 - Deposito 18,46 19,30 20,30 21,46 22,64 23,48 24,95 26,17 27,09 27,65 29,11 30,40 30,77 31,17 32,60CAR 24,50 23,63 23,32 30,01 31,70 29,54 28,69 28,68 29,74 27,91 27,51 27,55 29,39 26,73 27,20LDR 79,79 82,04 81,79 79,02 80,00 82,69 81,81 78,64 81,33 83,62 82,59 78,63 81,43 84,56 83,88ROA 3,91 3,95 3,46 3,16 3,92 3,83 3,57 3,32 3,71 3,89 3,71 3,46 3,77 3,80 3,62ROE 31,91 31,80 28,32 26,71 33,02 31,98 30,53 29,46 32,80 34,32 33,54 32,63 35,30 35,73 34,01BOPO 79,44 78,76 80,40 80,97 78,86 78,75 79,28 79,47 79,04 77,57 77,58 77,77 77,37 76,57 77,18NPL Gross 7,03 6,53 6,78 6,12 6,41 6,21 6,09 5,22 5,56 5,27 5,35 4,75 5,25 4,98 5,12NPL Net 4,07 3,83 4,05 4,25 4,53 4,45 4,34 3,67 3,93 3,71 3,74 3,25 3,64 3,43 3,57

*) meliputi jumlah Kantor Pusat, Kantor Cabang dan Kantor Kas

2.10. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kredit bank umum, penyaluran kredit ke sektor UMKM juga tumbuh melambat. Berdasarkan segmentasinya, penurunan penyaluran kredit UMKM terjadi pada segmen kredit usaha menengah, sedangkan berdasarkan jenis penggunaanpenurunan terjadi pada kredit modal kerja.

Realisasi penyaluran kredit ke sektor UMKM pada triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp589,4 triliun, tumbuh 21,2% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 23,1%. Secara triwulanan, pertumbuhan kredit UMKM per September 2013 tercatat sebesar 0,9%, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2013 yang sebesar 10,3% (qtq). Penurunan pertumbuhan kredit UMKM tersebut sejalan dengan perekonomian yang melambat.

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

28 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Kontribusi kredit UMKM terhadap total kredit perbankan tercatat sebesar 19,6%, dengan pangsa kredit UMKM didominasi oleh usaha menengah (50,3%), diikuti usaha kecil (30,3%) dan usaha mikro (19,4%) (Tabel 2.7). Pemberian kredit UMKM yang seluruhnya bersifat produktif, sebagian besar disalurkan ke sektor perdagangan besar dan eceran (53,1%), industri pengolahan (9,8%), serta pertanian, perburuan, dan kehutanan (7,6%). Dari sisi kualitas, NPL kredit UMKM pada akhir triwulan III-2013 mencapai 3,5%, meningkat dibanding posisi akhir triwulan II-2013 sebesar 3,35% (Grafik 2.23).

Tabel 2.8Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum

Baki DebetKredit UMKM

Pangsa Growth (yoy) NPL

Tw III-13Tw I-13 Tw II-13 Tw III-13 Tw II-13 Tw III-13 Tw II-13 Tw II-13 Tw III-13

Kredit UMKM 529,5 583,7 589,4 20,7% 19,6% 15,4% 21,2% 3,35% 3,50%

Kredit Non UMKM 2.104,8 2.236,8 2.512,1 79,3% 80,4% 20,8% 23,5% 1,42% 1,38%

Kredit Perbankan 2.634,3 2.820,5 3.010,9 100,0% 100,0% 19,6% 23,1% 1,82% 1,80%

Klasifikasi Usaha 529,5 583,7 579,3 100,0% 100,0% 15,4% 21,2% 3,35% 3,50%

Kredit Usaha Mikro 99,3 108,9 112,2 18,6% 19,4% 9,1% 19,6% 2,72% 2,74%

Kredit Usaha Kecil 160,6 174,8 176,4 29,9% 30,3% 7,7% 15,0% 5,13% 5,10%

Kredit Usaha Menengah 269,6 300,1 290,6 51,4% 50,3% 23,5% 26,0% 2,55% 2,82%

Kredit Konsumsi 529,5 583,7 579,3 100,0% 100,0% 15,4% 21,2% 3,35% 3,50%

Jenis Penggunaan 407,0 430,5 425,1 73,7% 72,9% 10,5% 14,8% 3,44% 3,63%

Kredit Modal Kerja 122,5 153,3 154,2 26,3% 27,1% 32,7% 42,7% 3,10% 3,14%

Investasi 0,0 - 0,0 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,00% 0,00%

Triliun Rp

Grafik 2.23NPL Kredit UMKM dan Perbankan

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ����

��������������������������������������������

����

����

�����

Terkait penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), realisasi penyalurannya hingga Agustus 2013 tercatat sebesar Rp28,5 triliun. Jumlah tersebut mencapai 79,1% dari target realisasi KUR tahun 2013. Berdasarkan sebaran demografisnya, penyaluran KUR masih terpusat di Jawa (48,6%). Adapun

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

29Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

penyaluran di daerah lain masing-masing Sumatera sebesar 22,8%, Sulawesi sebesar 11,4%, Kalimantan 9,9%, Bali 4,5%, dan Papua Maluku 2,7%. Dari sisi sektor penyalurannya, sektor perdagangan mendominasi penyaluran KUR yakni mencapai 64,4% dari realisasi KUR.

Dari sisi kualitas, NPL KUR pada Agustus 2013 mencapai 4,18%, memburuk dibandingkan akhir triwulan II-2013 yang tercatat sebesar 3,97%. Sedangkan Non Performing Guarantee (NPG) yang merupakan perbandingan antara Klaim KUR yang dibayar dengan KUR yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Kredit (LPK), tercatat relatif tetap sebesar 3,52%.

2.11. Perkembangan Sistem Pembayaran

Transaksi sistem pembayaran meningkatselama triwulan III-2013 serta berjalan aman dan lancar.

Pada triwulan III-2013 transaksi sistem pembayaran mengalami peningkatan di sisi nilai dan volume transaksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai transaksi mengalami peningkatan sebesar Rp5.069,24 triliun (22,03%) menjadi Rp28.075,62 triliun (Tabel 2.9) sedangkan di sisi volume transaksi pada triwulan III-2013 meningkat sebesar 29,52 juta transaksi (3,01%) menjadi 1.011,75 juta transaksi (Tabel 2.10). Peningkatan nilai transaksi pada triwulan ini terutama berasal dari transaksi pengelolaan moneter yang meningkat sebesar 59,38% dari triwulan sebelumnya sejalan dengan peningkatan nilai transaksi operasi moneter khususnya pada instrumen Deposit Facility. Sementara peningkatan volume transaksi disebabkan oleh meningkatnya transaksi Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) terutama penggunaan kartu ATM dan/atau kartu debet sebesar 3,04% akibat peningkatan transaksi selama Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2013.

Transaksi APMK pada periode laporan mengalami peningkatan baik di sisi nilai maupun volume transaksi. Pada nilai transaksi, APMK meningkat sebesar Rp49,84 triliun (5,04%) dari triwulan sebelumnya sebesar Rp989,61 triliun menjadi Rp1.039,45 triliun. Sedangkan di sisi volume, transaksi APMK meningkat sebesar 27,84 juta transaksi (3,03%) dari 917,52 juta transaksi menjadi 945,36 juta transaksi.

Transaksi pembayaran yang diselesaikan melalui sistem BI-RTGS mengalami peningkatan di sisi nilai namun menurun di sisi volume transaksi. Pada triwulan III, nilai transaksi meningkat sebesar Rp4.959,03 triliun (23,16%) menjadi Rp26.369,46 triliun. Sedangkan dari volume, menurun sebesar 0,24 juta transaksi (5,23%) menjadi 4,26 juta transaksi di triwulan ketiga.

Sementara itu, nilai transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) selama triwulan III-2013 mengalami peningkatan Rp60,16 triliun (9,93%) dari Rp605,66 triliun menjadi Rp665,82 triliun. Selain peningkatan pada nilai transaksi, volume transaksi SKNBI juga mengalami peningkatan sebesar 0,32 juta transaksi (1,25%) dari 25,95 juta transaksi di triwulan II-2013 menjadi 26,27 juta transaksi di triwulan III-2013.

Untuk perkembangan transaksi uang elektronik mengalami tren positif pada triwulan laporan. Hal ini terlihat pada peningkatan baik dari sisi nilai maupun volume transaksi. Pada nilai transaksi, terjadi peningkatan sebesar Rp0,21 triliun (31,33%) dari Rp0,68 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp0,90 triliun pada triwulan laporan. Pada sisi volume, terjadi peningkatan sebesar 1,59 juta transaksi (4,64%) dari 34,26 juta transaksi menjadi 35,8 juta transaksi di triwulan III-2013.

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

30 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Selama triwulan III-2013, setelmen transaksi dana bernilai besar maupun ritel serta setelmen surat berharga yang dilakukan melalui Bank Indonesia dapat dilaksanakan secara lancar. Ketersediaan layanan sistem BI-RTGS, BI-SSSS serta SKNBI pada triwulan laporan mencapai 100% atau sama dengan periode sebelumnya.

Penyelenggaraan transaksi yang aman dan lancar selama triwulan laporan juga terjadi pada sistem pembayaran dengan APMK dan uang elektronik. Hal ini terlihat dari tidak adanya gangguan penyelenggaraan APMK dan uang elektronik secara signifikan pada triwulan III-2013.

Agar sistem pembayaran dapat berjalan dengan baik dan lancar, Bank Indonesia terus melakukan pemantauan kepatuhan penyelenggaraan sistem pembayaran terhadap ketentuan dan prosedur termasuk pemenuhan aspek perlindungan konsumen.

Tabel 2.9Nilai Transaksi Pembayaran

Transaksi SistemPembayaran

2012 % Naik / (Turun)2013

Triwulan I Triwulan II Triwulan III2012

Triwulan II Triwulan III Triwulan IV QtQ YoY

RTGS 27.536,93 20.480,63 19.972,81 99.397,11 18.778,31 21.410,43 26.369,46 23,16% 28,75% - Pengelolaan Moneter 17.496,92 10.587,75 9.674,21 60.497,66 8.970,98 9.420,28 15.014,08 59,38% 41,81% - Pemerintah 962,82 814,93 1.267,51 3.804,57 696,86 835,03 813,80 -2,54% -0,14% - Masyarakat 3.838,35 3.763,49 4.163,88 15.268,78 3.970,43 4.685,31 4.422,80 -5,60% 17,52% - Pasar Modal 499,98 580,70 515,34 2.169,73 469,34 665,06 502,68 -24,41% -13,44% - Valas 661,14 738,85 644,38 2.715,55 812,88 1.077,56 807,92 -25,02% 9,35% - PUAB 1.464,29 1.371,69 1.188,72 4.740,46 1.189,97 1.648,90 1.357,82 -17,65% -1,01% - Lain-lain 2.613,42 2.623,20 2.518,77 10.200,36 2.667,86 3.078,30 3.450,36 12,09% 31,53%Kliring 541,54 547,32 573,89 2.170,19 547,87 605,66 665,82 9,93% 21,65%Debet 384,29 387,21 397,99 1.537,95 394,76 414,81 432,56 4,28% 11,71% - Cek 49,66 50,81 55,25 204,71 52,40 55,89 55,35 -0,96% 8,93% - Bilyet Giro 334,50 336,29 342,63 1.332,75 342,22 358,78 377,09 5,10% 12,13% - Warkat Debet Lainnya 0,13 0,11 0,12 0,49 0,14 0,14 0,11 -21,14% 3,03%Kredit 157,25 160,11 175,90 632,24 153,11 190,84 233,26 22,23% 45,69%APMK 795,04 856,25 871,72 3.266,92 901,67 989,61 1.039,45 5,04% 21,40% - Kartu Kredit 50,24 51,72 52,47 201,84 51,09 55,23 57,08 3,36% 10,37% - Kartu ATM dan ATM/Debet 744,80 804,53 819,24 3.065,08 850,58 934,38 982,36 5,14% 22,10%

Uang Elektronik 0,44 0,56 0,65 1,97 0,58 0,68 0,90 31,33% 59,48%Total 28.873,95 21.884,77 21.419,06 104.836,19 20.228,43 23.006,39 28.075,62 22,03% 28,29%

Nilai (Triliun Rp)

Sumber data : EDW SP dan EDW LKPBU

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

31Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

2.12. Perkembangan Pengedaran Uang

Rata-rata Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) selama triwulan III-2013 lebih tinggi dibanding periode sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama karena meningkatnya kebutuhan uang tunai di masyarakat selama bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2013.

Pada triwulan laporan, rata-rata harian Uang Kartal yang Diedarkan tercatat sebesar Rp436,25 triliun, meningkat sebesar Rp39,31 triliun atau 9,90% dibanding triwulan II-2013 (Grafik 2.24) dan meningkat sebesar Rp43,50 triliun atau 11,07% dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (Grafik 2.25). Meskipun kinerja perekonomian domestik menunjukkan kecenderungan melambat dan tingginya laju inflasi, meningkatnya UYD terutama karena faktor siklus musiman, yakni meningkatnya kebutuhan uang tunai masyarakat selama bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2013.

Tabel 2.10Volume Transaksi Pembayaran

Transaksi SistemPembayaran

2012 % Naik / (Turun)2013

Triwulan I Triwulan II Triwulan III2012

Triwulan II Triwulan III Triwulan IV QtQ YoY

RTGS 4.301,22 4.315,70 4.719,10 17.498,42 4.250,03 4.498,99 4.263,52 -5,23% -1,21% - Pengelolaan Moneter 17,11 19,70 24,33 79,08 24,20 21,33 18,37 -13,90% -6,79% - Pemerintah 200,41 175,61 242,27 790,53 135,79 140,71 136,78 -2,79% -22,11% - Masyarakat 3.744,58 3.759,56 4.100,64 15.247,04 3.752,93 3.948,05 3.728,71 -5,56% -0,82% - Pasar Modal 15,12 19,75 19,31 74,57 16,30 18,03 14,96 -17,02% -24,27% - Valas 17,51 16,69 12,96 64,62 17,43 19,46 12,76 -34,47% -23,56% - PUAB 20,36 21,62 19,25 71,61 19,39 25,54 20,31 -20,47% -6,05% - Lain-lain 286,13 302,78 300,35 1.170,97 284,00 325,88 331,64 1,77% 9,53%Kliring 26.870,09 26.673,62 28.193,28 106.097,97 24.341,27 25.946,38 26.270,70 1,25% -1,51%Debet 10.884,50 10.545,85 10.585,89 42.697,68 10.615,23 10.902,14 10.596,93 -2,80% 0,48% - Cek 954,61 923,49 945,04 3.757,76 926,41 939,16 918,60 -2,19% -0,53% - Bilyet Giro 9.703,50 9.403,35 9.429,85 38.060,89 9.469,70 9.740,77 9.463,82 -2,84% 0,64% - Warkat Debet Lainnya 226,39 219,02 211,01 879,03 219,12 222,21 214,51 -3,47% -2,06%Kredit 15.985,59 16.127,77 17.607,39 63,400,29 13.726,04 15.044,24 15.673,77 4,18% -2,81%APMK 743.708,70 795.582,00 816.490,61 3.045.688,16 840.748,93 917.524,30 945.361,63 3,03% 18,83% - Kartu Kredit 55.108,12 55.985,75 56.786,93 221.579,85 56.730,85 59.557,75 61.329,42 2,97% 9,54% - Kartu ATM dan ATM/Debet 688.600,58 739.596,25 759.703,68 2.824.108,31 784.018,09 857.966,56 884.032,21 3,04% 19,53%

Uang Elektronik 24.703,09 27.784,71 30.875,31 100.623,92 30.974,41 34.259,61 35.850,06 4,64% 29,03%Total 799.583,10 854.356,02 880.278,31 3.269.908,47 900.314,64 982.229,28 1.011.745,90 3,01% 18,42%

Volume (Ribu Transaksi)

Sumber data : EDW SP dan EDW LKPBU

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

32 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Berdasarkan komponennya, persediaan uang di khazanah perbankan pada triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp65,03 triliun atau meningkat sebesar 5,90% dibanding periode sebelumnya. Sementara itu uang yang beredar di masyarakat (uang kartal) tercatat sebesar Rp371,22 triliun atau meningkat 10,63% dibanding periode sebelumnya. Dari perkembangan tersebut, komposisi uang beredar di masyarakat dan perbankan terhadap UYD masing-masing sebesar 85,09% dan 14,91% (Tabel 2.11).

Grafik 2.24Perkembangan Rata-rata Uang Kartal

yang Diedarkan (qtq)

Grafik 2.25Perkembangan Rata-rata Uang Kartal

yang Diedarkan (yoy)

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���

���

���

����

����

�����

��������

����

�����

��������

�����

����

���� ���� �������� ������ ���� ������ ���� ������

��������������������� �����������������

��

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

����������

����������

�����

���������������

�����

�����

�����

���� ���� ����

���� ������ ���� ������ ���� ������

��������������������������������������

PeriodeNominal (Triliun Rp) Pangsa

Masyarakat Bank Jumlah Masyarakat Bank

Triwulan I 291,04 52,90 343,93 84,62% 15,38%

Triwulan II 300,39 51,88 352,26 85,27% 14,73%

Triwulan III 327,65 65,11 392,76 83,42% 16,58%

Triwulan IV 334,84 60,24 395,08 84,75% 15,25%

Triwulan I 332,20 65,34 397,54 83,56% 16,44%

Triwulan II 335,54 61,41 396,94 84,53% 15,47%

Triwulan III 371,22 65,03 436,25 85,09% 14,91%

2012

2013

Tabel 2.11Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank pada Akhir Periode

Berdasarkan pecahan, UYD pada triwulan laporan didominasi oleh Uang Pecahan Besar (Rp20.000 ke atas) yaitu 92,08%. Komposisi pecahan Rp100.000, Rp50.000 dan Rp20.000 masing-masing sebesar 59,24%, 30,41% dan 2,43% dari total UYD. Perkembangan ini sejalan dengan peningkatan transaksi kartu ATM untuk memenuhi kegiatan transaksi penarikan tunai.

Selama triwulan III-2013 kecukupan kas Bank Indonesia tetap terjaga meskipun pertumbuhan uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) tercatat meningkat cukup tinggi. Jumlah aliran uang keluar

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

33Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

pada periode laporan tercatat sebesar Rp163,63 triliun, meningkat 61,70% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya aliran uang keluar terutama terjadi selama masa bulan Ramadhan mulai awal bulan Juli 2013 sampai dengan Hari Raya Idul Fitri pada minggu pertama bulan Agustus 2013 yang tercatat sebesar Rp103,16 triliun atau 63,14% dari seluruh aliran uang keluar pada triwulan III-2013. Sementara itu, jumlah aliran uang Rupiah yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) pada triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp144,30 triliun, meningkat 66,89% dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya aliran uang masuk terutama merupakan arus balik uang paska Hari Raya Idul Fitri 2013 yakni mulai minggu kedua bulan Agustus sampai dengan September 2013.

Selanjutnya, untuk menjaga uang Rupiah yang beredar di masyarakat selalu dalam kondisi layak edar, Bank Indonesia melakukan sortasi uang yang masuk dengan memisahkan antara Uang Layak Edar (ULE) dan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Berdasarkan hasil sortasi tersebut, ULE akan diedarkan kembali, sedangkan UTLE akan dimusnahkan. Selama triwulan III-2013, sejumlah 1.222,36 juta lembar UTLE telah dimusnahkan atau lebih tinggi 24,34% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah tersebut setara dengan Rp29,96 triliun atau lebih tinggi 55,25% dibandingkan periode sebelumnya. Meskipun pemusnahan UTLE lebih tinggi pada triwulan laporan, rasio pemusnahan UTLE terhadap aliran uang masuk tercatat sebesar 20,76%, atau lebih rendah dibanding triwulan II-2013 yang tercatat sebesar 22,32%.

Tabel 2.12Indikator Pengelolaan Uang

Indikator Utama20132012

Triwulan ITriwulan IVTriwulan III Triwulan IIITriwulan II

Rata-rata UYD (triliun Rp) 392.76 395.08 397.54 396.94 436.25

Pertumbuhan (qtq) 11.49% 0.59% 0.62% -0.15% 9.90%

Pertumbuhan (yoy) 16.09% 16.37% 15.59% 12.68% 11.07%

Posisi UYD (triliun Rp) 384.84 439.72 394.82 413.49 434.68

Pertumbuhan (qtq) 3.78% 12.26% -10.21% 4.73% 5.12%

Pertumbuhan (yoy) 14.36% 17.90% 15.92% 10.43% 12.95%

Outflow (triliun Rp) 125.05 133.57 74.33 101.20 163.63

Pertumbuhan (qtq) 15.14% 6.81% -44.35% 36.15% 61.70%

Pertumbuhan (yoy) 1.45% 24.60% 19.28% -6.83% 30.85%

Inflow (triliun Rp) 115.58 78.63 119.49 86.46 144.30

Pertumbuhan (qtq) 5069% -31.97% 51.98% -27.64% 66.89%

Pertumbuhan (yoy) 12.77% 12.24% 25.33% 12.72% 24.84%

Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar

Nominal (triliun Rp) 2.54 7.39 14.76 19.30 29.96

Pertumbuhan (qtq) -44.70% 191.35% 99.66% 30.76% 55.25%

Pertumbuhan (yoy) -93.64% -82.26% -55.35% 320.59% 1080.85%

Rasio Pemusnahan

terhadap Inflow 2.19% 9.40% 12.35% 22.32% 20.76%

Lembar (miliar) 0.54 1.04 1.20 0.98 1.22

Pertumbuhan (qtq) -25.07% 92.33% 15.92% -18.14% 24.34%

Pertumbuhan (yoy) -55.34% -42.71% -21.18% 36.74% 126.93%

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

34 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB 3

Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Untuk mengatasi tekanan yang berpotensi mendistorsi stabilitas moneter dan sistem

keuangan, Bank Indonesia mengambil langkah-langkah penguatan bauran kebijakan. Langkah

tersebut didukung dengan supervisory action dan upaya lain untuk menjaga ketahanan

perbankan. Bank Indonesia juga menjaga agar sistem pembayaran dapat memberikan

dukungan terhadap kelancaran transaksi perekonomian. Upaya tersebut dilakukan

berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam negeri maupun melalui

kerjasama internasional.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

36 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

3.1. Stabilitas Moneter

Di tengah menguatnya berbagai tekanan terhadap perekonomian Indonesia selama triwulan III-2013, Bank Indonesia terus melakukan penguatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial dalam pengendalian inflasi, stabilisasi nilai tukar rupiah, penurunan defisit transaksi berjalan, serta penguatan ketahanan makroekonomi dan stabilisasi sistem keuangan. Kebijakan tersebut diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi ke depan dan mengarahkan kinerja transaksi berjalan menjadi lebih sehat sehingga dapat mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi.

3.1.1. Kebijakan Moneter

Penguatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan selama periode laporan secara umum ditempuh melalui lima langkah utama. Langkah tersebut meliputi suku bunga, stabilisasi nilai tukar, operasi moneter, makroprudensial, dan kerjasama dengan bank sentral lain. Selain itu, Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah.

Terkait kebijakan suku bunga, pada triwulan laporan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) secara akumulatif sebesar 125 bps sejak Juli 2013, dari 6,00% menjadi 7,25% pada September 2013. Selain itu, Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga Deposit Facility (DF) dan Lending Facility (LF) dari Juli 2013 sampai dengan September 2013 secara akumulatif masing-masing sebesar 125 bps dan 50 bps, dari 4,25% menjadi 5,50% (DF), dan dari 6,75% menjadi 7,25% (LF).

Kenaikan suku bunga tersebut dilakukan secara bertahap dan terukur. Pada 11 Juli 2013, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 50 bps dari 6,0% menjadi 6,5%. Selain BIRate, Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps dari 4,25% menjadi 4,75%, sedangkan suku bunga lending facility tetap pada level 6,75%. Kenaikan suku bunga tersebut ditempuh untuk memastikan inflasi yang meningkat pasca-kenaikan harga BBM bersubsidi dapat segera kembali ke dalam kisaran sasarannya.

Selanjutnya, menyikapi cepatnya dinamika perubahan perekonomian global dan domestik, Bank Indonesia menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan tambahan pada 29 Agustus 2013untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kondisi makroekonomi, moneter dan sistem keuangan. Dalam RDG tersebut diputuskan untuk menaikkan kembali BI Rate sebesar 50 bps menjadi 7,00%, serta menaikkan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 7,00%, dan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 5,25%.

Pada 12 September 2013, Bank Indonesia kembali menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,25%, serta menaikkan suku bunga Lending Facilitydan Deposit Facility masing-masing sebesar 25 bps menjadi 7,25% dan 5,50%. Kebijakan tersebut merupakan langkah-langkah lanjutan dari penguatan bauran kebijakan yang difokuskan untuk pengendalian inflasi, stabilitas nilai tukar rupiah, serta memastikan penyesuaian defisit transaksi berjalan pada tingkat yang sustainable.

Dalam kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, Bank Indonesia melakukan stabilisasi sejalan dengan kondisi fundamental perekonomian. Bank Indonesia melakukan intervensi ganda melalui pasokan valas dan pembelian pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder dilakukan secara

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

37Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

terukur. Untuk menambah keragaman tenor dan memenuhi kebutuhan pengelolaan likuiditas valas, dilakukan lelang Term Deposit (TD) valas dengan tenor overnight (o/n) dimulai sejak 29 Agustus 2013, di samping tenor 7, 14, dan 30 hari yang selama ini telah ada.

Bank Indonesia juga melakukan relaksasi ketentuan Utang Luar Negeri (ULN) dengan menambah jenis pengecualian ULN jangka pendek bank, berupa giro rupiah (Vostro) milik bukan penduduk yang menampung dana hasil divestasi yang berasal dari hasil penyertaan langsung, pembelian saham dan/atau obligasi korporasi Indonesia serta SBN. Kebijakan ini bertujuan untuk mengelola permintaan valas oleh non-residen tanpa mengurangi aspek kehati-hatian bank.

Kebijakan lain yang ditempuh adalah meningkatkan penyediaan instrumen lindung nilai (hedging) kepada perbankan dan dunia usaha melalui transaksi FX Swap baik secara bilateral maupun lelang reguler setiap hari Kamis. Bank-bank dapat secara bebas meneruskan transaksi (pass-on) FX Swap dengan nasabahnya kepada bank lain atau ke Bank Indonesia.

Bank Indonesia juga memperpendek jangka waktu month-holding-period kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari 6 bulan menjadi 1 bulan. Selan itu, Bank Indonesia merelaksasi ketentuan pembelian valas bagi eksportir yang telah melakukan penjualan Devisa Hasil Ekspor (DHE). Kebijakan ini bertujuan memberikan kemudahan bagi eksportir melakukan pembelian valas dengan menggunakan underlying dokumen penjualan valas.

Dalam pelaksanaan operasi moneter, Bank Indonesia terus memperkuat operasi moneter rupiah melalui pengayaan instrumen moneter dan pendalaman pasar uang. Upaya tersebut dilakukan dengan menerbitkan instrumen operasi moneter berupa Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI). Lelang SDBI dengan tenor 1 dan 3 bulan telah dimulai sejak 29 Agustus 2013.

Dalam pelaksanaan kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia juga terus memperkuat kebijakan makroprudensial dalam upaya mencegah meningkatnya risiko yang berlebihan di sektor-sektor tertentu. Termasuk dalam hal ini adalah melakukan penyempurnaan ketentuan Loan to Value ratio/Financing to Value sektor properti terkait Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Apartemen (KPA), penyempurnaan GWM-LDR dan GWM Sekunder.

Terkait kerjasama antar bank sentral, Bank Indonesia melakukan langkah-langkah antisipasi baik dengan penguatan respon bauran kebijakan maupun ketahanan dalam menghadapi gejolak eksternal, termasuk mempersiapkan bantalan kecukupan cadangan devisa secara berlapis (second line of defense). Pada periode laporan, Bank Indonesia telah menandatangani perpanjangan Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank of Japan sebagai agen Menteri Keuangan Jepang sebesar 12 miliar AS, berlaku efektif 31 Agustus 2013. Pembahasan untuk kerjasama serupa juga sedang dilakukan dengan bank-bank sentral di kawasan.

Selain lima langkah kebijakan tersebut, Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam mengendalikan inflasi, defisit transaksi berjalan, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Koordinasi tersebut bertujuan untuk menyelaraskan berbagai kebijakan yang ditempuh agar lebih efektif dalam mendukung perekonomian nasional.

Selanjutnya, untuk mendukung langkah-langkah bauran kebijakan moneter, Bank Indonesia terus melakukan koordinasi dengan pemerintah terkait pemantapan Protokol Manajemen Krisis (PMK).

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

38 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Program kerja Pemantapan PMK Bank Indonesia 2013 yang merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya mencakup penguatan PMK Bank Indonesia dan kontribusi pada PMK Nasional. Selama triwulan III-2013, pencapaian program kerja Pemantapan PMK Bank Indonesia antara lain berupa laporan kajian rekalibrasi indikator surveillance (analytical tools) serta penyusunan draf awal metode asesmen risiko sistemik. Sementara itu, kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bagian dalam kontribusi PMK Nasional berupa draf akhir Surat Keputusan Bersama tentang Sekretariat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK), draf lanjutan Standard Operating Procedure (SOP) Pelaksanaan Rapat dan Pengambilan Keputusan FKSSK, draf lanjutan SOP Pertukaran Data dan Informasi FKSSK, draf akhir Crisis Binder FKSSK, serta persiapan lanjutan Simulasi Krisis Nasional (Full Dress Simulation).

Untuk memperkuat implementasi kerangka kerja kebijakan moneter ke depan yang terintegrasi dengan Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia juga melakukan program kerja inisiatif “Penguatan Implementasi Framework Kebijakan Moneter, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), dan Sistem Pembayaran (SP) yang terintegrasi dan didukung dengan Penguatan Operasi Moneter”. Program kerja inisiatif tersebut dilaksanakan dalam lima kegiatan utama yakni:

1. Penyelesaian kerangka kebijakan Bank Indonesia yang mengintegrasikan kerangka kerja kebijakan moneter, SSK, dan SP, serta penyempurnaan struktur organisasi sektor moneter dan proses perumusan kebijakan Bank Indonesia yang terintegrasi.

2. Implementasi dan evaluasi kerangka kerja kebijakan moneter dan proses perumusan kebijakan Bank Indonesia.

3. Melaksanakan joint research sektor moneter, SSK, dan SP.

4. Melakukan studi terkait policy rate dan transmisinya ke suku bunga operasi moneter dengan suku bunga pasar.

5. Revisit kerangka operasi moneter dan implementasinya, dengan mempertajam mapping permasalahan.

Sampai dengan triwulan III-2013, lima kegiatan utama tersebut sudah mulai dilakukan dengan hasil antara lain berupa: (i) penyusunan kerangka kerja kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, dan internasional; (ii) penyesuaian aturan/ketentuan terkait dan penyesuaian struktur organisasi sektor moneter; (iii) pembahasan kerangka kebijakan ekonomi dan keuangan daerah; dan (iv) pelaksanaan focus group discussion dengan ekonom dan analis pasar mengenai perkembangan implementasi kebijakan moneter Bank Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga telah melaksanakan joint-research untuk mendukung implementasi kerangka kerjastabilitas moneter-stabilitas sistem keuangan-stabilitas sistem pembayaran secara terintegrasi, termasuk menyempurnakan model simulasi kebijakan dengan penguatan peran variabel SSK dan kebijakan makroprudensial serta melakukan studi terkait policy rate.

3.1.2. Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar

Arah kebijakan moneter Bank Indonesia didukung oleh pengelolaan operasi moneter dan nilai tukar. Menghadapi tekanan inflasi dan pelemahan nilai tukar, Bank Indonesia melakukan penyerapan ekses

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

39Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

likuiditas yang persisten guna mengarahkan suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional kebijakan moneter bergerak sejalan dengan arah kebijakan, sebagaimana pergerakan BI Rate.

Konsisten dengan arah pengelolaan operasi moneter tersebut, untuk memengaruhi pergerakan suku bunga PUAB O/N, Bank Indonesia berusaha menjaga dan memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan melalui pelaksanaan operasi moneter. Likuiditas sistem perbankan secara keseluruhan selama triwulan III-2013 masih berada dalam kondisi ekses, sehingga Bank Indonesia secara net melakukan operasi moneter kontraktif dengan posisi per akhir September 2013 sebesar Rp238,08 triliun. Dibandingkan dengan triwulan II-2013, kondisi ekses tersebut mengalami penurunan atau posisi operasi moneter turun sebesar Rp97,50 triliun (29%).

Seiring dengan kenaikan BI Rate selama triwulan III-2013 sebesar 125 bps, suku bunga instrumen operasi moneter juga mengalami peningkatan di semua tenor. Suku bunga SBI 9 bulan, sebagai suku bunga instrumen operasi moneter tenor terpanjang, naik sebesar 168 bps menjadi 6,96% pada triwulan III-2013. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, slope suku bunga cenderung lebih curam (Grafik 3.1). Pembentukan slope suku bunga instrumen yang lebih curam tersebut ditujukan untuk memperbaiki term structure suku bunga pasar serta sebagai upaya untuk melakukan “locking” likuiditas ke tenor lebih panjang sebagai bagian dari pengelolaan likuiditas menghadapi tekanan inflasi jangka pendek.

Grafik 3.1Perkembangan Suku Bunga Instrumen

Operasi Moneter

Selama triwulan laporan, total outstanding instrumen operasi moneter berkurang sebesar Rp97,50 triliun, atau turun dari Rp335,8 triliun menjadi Rp238,08 triliun. Pada triwulan III-2013 pelaku pasar cenderung menempatkan likuiditasnya di jangka waktu lebih pendek. Hal itu terlihat dari turunnya posisi Term Deposit (TD), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Reverse Repo SBN (RR-SBN). Posisi TD mengalami penurunan tertinggi (-99,01%), yaitu dari Rp51,67 triliun menjadi Rp0,51 triliun. Selain itu, posisi SBI dan Deposit Facility juga menurun, berturut-turut turun sebesar Rp17,96 triliun dan Rp7,78 triliun, sedangkan jumlah Reverse Repo RR-SBN meningkat. Kondisi tersebut merupakan dampak upaya BI dalam pendalaman pasar keuangan, dengan mengoptimalkan instrumen RR-SBN (Grafik 3.2).

������������������������������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

40 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Pengelolaan likuiditas perbankan dalam upaya mendorong pendalaman pasar keuangan juga terus dilakukan. Bank Indonesia menerbitkan dua kebijakan, yaitu penerbitan SDBI sejak 27 Agustus 2013 dan memperpendek waktu minimal kepemilikan (minimum holding period/MHP) SBI dari 6 bulan menjadi 1 bulan sejak 12 September 2013.

Meningkatnya tekanan inflasi, tren peningkatan suku bunga dan meningkatnya kebutuhan likuiditas menghadapi masa liburan, Ramadhan dan Idul Fitri mendorong perbankan untuk menempatkan likuiditasnya di tenor pendek. Meningkatnya penempatan likuiditas jangka pendek di tengah pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi menggangu stabilitas pasar uang. Untuk itu, diperlukan instrumen operasi moneter yang bertenor lebih panjang, namun memberikan fleksibilitas untuk dicairkan. Mempertimbangkan hal tersebut, Bank Indonesia menerbitkan instrumen operasi moneter SDBI yang bertenor 1 hingga 6 bulan yang dapat ditransaksikan antar bank.

Sejalan dengan kebijakan penerbitan SDBI, Bank Indonesia juga mempersingkat waktu minimal kepemilikan SBI. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mendukung fleksibilitas pengelolaan likuiditas rupiah oleh perbankan dalam mengantisipasi risiko kemungkinan terjadinya tekanan dan keketatan likuiditas di pasar uang.

Strategi penyesuaian instrumen operasi moneter tersebut mengakibatkan berkurangnya secara signifikan penempatan likuiditas bank pada instrumen Term Deposit (TD) Rupiah yang non-tradable, seiring dengan pengurangan frekuensi penawaran oleh Bank Indonesia. Penurunan juga terjadi pada instrumen operasi moneter tenor sangat pendek, yaitu Deposit Facility (DF) O/N. Sementara itu, instrument Reverse Repo RR-SBN meningkat seiring dengan peningkatan kepemilikan SBN oleh Bank Indonesia yang dapat digunakan sebagai instrumen moneter. Dengan perkembangan tersebut, instrumen utama penyerapan likuiditas Bank Indonesia adalah DF dan RR SBN dengan porsi masing-masing sebesar 49% dan 37% dari total posisi operasi moneter (Grafik 3.3).

Grafik 3.2Perkembangan Outstanding Instrumen

Operasi Moneter

����������

���� �������� ����� ������ ����� ���� ����� ������

�����

���

���

���

���

���

���������

����������

���������

��������

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

41Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Untuk mendukung akselerasi pendalaman pasar keuangan domestik, Bank Indonesia melaksanakan program kerja inisiatif di 2013. Program kerja tersebut dijabarkan dalam lima pilar pengembangan pasar keuangan, yaitu pilar regulasi dan standarisasi, pilar pengembangan pasar dan instrumen, pilar pengembangan infrastruktur dan sistem pasar keuangan, pilar kelembagaan, serta pilar pemahaman dan edukasi.

Terkait implementasi program kerja tersebut, selama triwulan III-2013 telah dilaksanakan beberapa kegiatan:

1. Bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional menyusun standarisasi repo pasar uang syariah;

2. Melakukan evaluasi instrumen Pasar Uang Antar Bank Syariah yaitu Sertifikat Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA). Hasil evaluasi disusun berdasarkan survei dan diskusi dengan pelaku pasar serta data sekunder dari pelaporan bank;

3. Menyusun program penguatan JIBOR sebagai reference rate;

4. Melakukan koordinasi dengan otoritas lain seperti OJK dan Kementerian Keuangan.

3.1.3. Koordinasi dengan Pemerintah

Dalam rangka pengendalian inflasi, Bank Indonesia senantiasa memperkuat koordinasi dengan pemerintah di tingkat pusat maupun daerah. Koordinasi dilakukan melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI), Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID.

Selama triwulan III-2013, kegiatan TPI dan TPID difokuskan pada identifikasi potensi risiko dan langkah antisipasi yang diperlukan seiring dengan potensi meningkatnya tekanan inflasi pada volatile food ke depan. Upaya penguatan koordinasi dilakukan dengan melibatkan TPID terutama melalui upaya penguatan kerja sama antar daerah untuk mendukung ketahanan pangan dan menjaga stabilitas harga. Pada triwulan III-2013, seluruh TPID melakukan identifikasi awal terhadap

Grafik 3.3Struktur Instrumen Operasi Moneter

��������������������������������� ����������������������������������

�������

��������

���������

����� ����

���

������������

��

���������

�����������

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

42 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

surplus dan kebutuhan lima komoditi utama penyumbang inflasi, yang akan dijadikan dasar dalam pengembangan kerja sama antar daerah. Pembahasan lebih lanjut penguatan kerja sama antar daerah akan dilaksanakan dalam Rakor Pusat Daerah di tiga wilayah (Sumatera, Jawa, dan KTI) pada Oktober 2013.

Sebagai tindak lanjut paket kebijakan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah pada 23 September 2013, khususnya terkait upaya menjaga pertumbuhan ekonomi, daya beli, dan menjaga inflasi, Pokjanas TPID melalui Kementerian Dalam Negeri segera melakukan penguatan koordinasi dengan TPID. Penguatan koordinasi diatur melalui Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri2 tentang peran TPID untuk mengatasi permasalahan kelangkaan dan ketidakstabilan harga pangan, khususnya menyikapi perkembangan fluktuasi harga daging, produk hortikultura, dan kedelai. Aturan tersebut juga mempertegas dukungan penguatan kelembagaan koordinasi pengendalian inflasi di daerah di seluruh Indonesia yang sebelumnya telah dikeluarkan melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri). Surat Edaran juga menginstruksikan kepada seluruh kepala daerah, baik Gubernur maupun Bupati/Walikota untuk segera membentuk TPID pada akhir 2013. Saat ini, jumlah TPID telah mencapai 110 TPID.

Menindaklanjuti kesepakatan hasil Rakornas TPID IV, Pokjanas TPID telah melakukan serangkaian pembahasan untuk mengevaluasi kelembagaan Pokjanas TPID yang ada saat ini, serta melakukan pembahasan lebih lanjut bersama kementerian terkait (Setneg/Setkab). Saat ini, tim teknis Pokjanas TPID terus menyempurnakan draft awal dasar hukum Pokjanas TPID.Terkait Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), terus dilakukan pengembangan blue printdalam rangka mengintegrasikan informasi PIHPS dari seluruh Indonesia.

Di tataran nasional, dengan semakin meningkatnya kebutuhan untuk melakukan konsolidasi kebijakan lintas lembaga, Bank Indonesia terus melakukan penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah. Konsolidasi tersebut dilakukan melalui rapat koordinasi dengan pemerintah yang disebut dengan “Round Table Policy Dialogue” (RTPD). Selama triwulan III-2013, telah diselenggarakan RTPD sebanyak tiga kali yang membahas mengenai perkembangan perekonomian terkini dan tantangannya yang memerlukan respon segera. Dalam forum tersebut, selain dilakukan komunikasi yang intens antar lembaga juga dilakukan harmonisasi atau penyelarasan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah maupun Bank Indonesia, secara bersama-sama maupun oleh masing-masing instansi.

3.1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN)

Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia dilakukan oleh Bank Indonesia melalui pemantauan perkembangan ULN pemerintah dan swasta. Selain itu, sebagai pemegang kas pemerintah, Bank Indonesia menatausahakan ULN pemerintah termasuk melakukan pembayaran ULN pemerintah yang jatuh tempo. ULN pemerintah yang ditatusahakan oleh Bank Indonesia berasal dari kreditor multilateral, bilateral, kredit ekspor, komersial, dan global bond. Jumlah penarikan ULN pemerintah yang ditatausahakan oleh Bank Indonesia sampai dengan Agustus 2013 mencapai USD1,2 miliar, didominasi penerbitan global bond pada 11 Juli 2013 sebesar USD1,0 miliar dengan seri RI1023.

2 Surat Edaran No. 500/6414/SJ tanggal 19 September 2013.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

43Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Sedangkan untuk pembayaran ULN pemerintah sampai dengan Agustus2013 tercatat sebesar USD220 juta.

Penggunaan ULN dalam membiayai defisit APBN dilakukan melalui transfer langsung ke rekening kas umum negara. Sementara itu, untuk membiayai proyek-proyek pemerintah, penarikan ULN dilakukan dengan pembayaran langsung, penempatan dana pada rekening khusus, penerbitan letter of credit (L/C), dan pembiayaan pendahuluan. Sementara untuk membiayai ULN swasta mencakup pembiayaan investasi, modal kerja, dan kebutuhan valas.

Perkembangan terkini posisi ULN Indonesia per Agustus 2013 tercatat sebesar USD257,3 miliar, yang terdiri dari ULN sektor publik sebesar USD122,1 miliar dan ULN sektor swasta sebesar USD135,2 miliar. Secara nominal, posisi ULN Indonesia sampai dengan Agustus 2013 mengalami penurunan sebesar 0,26% dibandingkan dengan posisi Juni 2013.

Untuk mendukung transparansi informasi mengenai perkembangan ULN pemerintah, Bank Indonesia dan swasta, Bank Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Keuangan menerbitkan publikasi Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) setiap bulan. Penyusunan SULNI dilatarbelakangi oleh kebutuhan informasi utang luar negeri Indonesia yang komprehensif, dapat dan mudah dibandingkan (comparable) serta terpercaya (reliable). Publikasi ini diharapkan juga menjadi referensi utama bagi stakeholder domestik dan internasional. Sampai dengan triwulan III-2013, telah diterbitkan publikasi SULNI edisi Januari s.d September 2013. Publikasi SULNI dapat diakses melalui situs Bank Indonesia.

Selain menerbitkan SULNI, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan juga menerbitkan publikasi Statistik Utang Sektor Publik Indonesia (SUSPI/Public Sector Debt Statistics), yang terdiri dari data utang pemerintah, Bank Indonesia dan BUMN, baik utang domestik maupun utang luar negeri. Publikasi SUSPI merupakan joint program antara World Bank dan IMF dalam rangka penyediaan data utang sektor publik di setiap negara dalam standar internasional yang comparable dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan utang sektor publik. Saat ini sudah terdapat 94 negara (termasuk Indonesia) yang menerbitkan SUSPI secara online setiap triwulan ke dalam website World Bank dan IMF, dan 67 diantaranya sudah tersedia datanya. Sampai dengan triwulan III-2013, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan telah mempublikasikan laporan periode triwulan I-2013 dan triwulan II-2013 dalam website World Bank.

3.1.5. Implementasi Kebijakan Devisa Hasil Ekspor

Pelaksanaan ketentuan Devisa Hasil Ekspor (DHE)3 pada triwulan III-2013 menunjukkan hasil yang semakin baik. Hal itu terlihat dari peningkatan aliran DHE yang masuk ke bank devisa di dalam negeri. Berdasarkan pemantauan hingga Agustus 2013, aliran DHE melalui bank devisa di dalam negeri secara kumulatif sejak Januari 2013 meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan DHE tercermin baik secara nominal maupun pangsanya terhadap total nilai DHE, yaitu dari USD84.994 juta (82,1% terhadap total nilai DHE) menjadi sebesar USD85.485 (84,1% terhadap

3 Berlaku sejak Januari 2012, melalui PBI No.14/25/PBI/2012 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

44 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

total nilai DHE). Sebaliknya, DHE yang diterima melalui bank di luar negeri mengalami penurunan dari USD18.565 juta (17,9% dari nilai DHE) menjadi USD16.105 juta (15,9% dari total DHE) dibandingkan periode yang sama tahun 2012.

Sementara itu, untuk tingkat kepatuhan eksportir selama triwulan III-2013, terdapat 84 perusahaan eksportir yang telah dikenakan penangguhan pelayanan ekspor atau lebih sedikit dibandingkan dengan triwulan II-2013 yang mencapai 145 eksportir. Sebagian besar eksportir tersebut merupakan eksportir komoditas coal, animal and husbandry product, chemical product, dan tekstil. Berdasarkan pemantauan atas DHE yang masuk, lima komoditi terbesar penyumbang penerimaan DHE adalah batubara (coal), CPO, karet (rubber), chemical products, dan machinery and mechanic.

Dalam upaya meningkatkan efektivitas implementasi ketentuan DHE, Bank Indonesia senantiasa melakukan berbagai upaya peningkatan pemahaman eksportir dan bank. Upaya tersebut dilakukan melalui sosialisasi dan coaching clinic, peningkatan kecepatan penyampaian informasi hasil monitoring DHE kepada eksportir, dan koordinasi dengan instansi terkait serta penyempurnaan ketentuan. Selain itu, koordinasi secara periodik dan kontinyu dengan instansi terkait seperti SKK Migas, Ditjen Bea dan Cukai, BPS, dan Ditjen Pajak tetap dilakukan guna menyelesaikan berbagai permasalahan terkait implementasi DHE.

3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan Kebijakan

Dalam rangka pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan untuk mendukung perumusan kebijakan, Bank Indonesia melakukan kegiatan statistik, menyediakan data dan informasi ekonomi, keuangan dan moneter, menyusun laporan/analisis, serta melaksanakan berbagai jenis survei yang terkait dengan kondisi eksternal, keuangan, moneter dan sektor riil. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan senantiasa mengedepankan upaya untuk mewujudkan data/statistik dan informasi yang CRATA yaitu komprehensif (comprehensive), terpercaya (reliable), akurat (accuracy), terkini (timeliness) dan mudah untuk diakses (accessible) serta sesuai dengan standar yang berlaku secara internasional.

Untuk mendukung proses formulasi kebijakan, Bank Indonesia memanfaatkan hasil-hasil survei dalam melakukan analisis sektor riil dan sektor finansial. Beberapa survei yang secara rutin dilakukan oleh Bank Indonesia antara lain Survei Konsumen (SK), Survei Penjualan Eceran (SPE), Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Harga Properti Residensial (SHPR), Survei Perbankan (SP), Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME), dan survei-survei lainnya yang dilakukan secara ad-hoc. Analisis sektor finansial dilakukan antara lain dalam bentuk analisis Neraca Arus Dana (NAD) dan Perusahaan Pembiayaan (PP).

Pada triwulan III-2013, dilakukan beberapa survei ad-hoc melalui Survei Khusus Sektor Riil guna menggali beberapa isu terkini di sektor riil, antara lain: (i) dampak kebijakan pembatasan impor hortikultura terhadap pasokan produk hortikultura di dalam negeri dan pengaruhnya terhadap inflasi nasional; (ii) ekspektasi inflasi dunia usaha pasca- kenaikan harga BBM bersubsidi; (iii) dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dunia usaha; dan (iv) perilaku penggunaan uang logam dan respon masyarakat terkait rencana penerbitan pecahan baru di atas Rp100.000. Selain itu, melalui

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

45Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

kegiatan liaison, Bank Indonesia juga menggali isu terkait potensi tekanan neraca perdagangan dan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap kondisi usaha.

Bank Indonesia juga terus berupaya meningkatkan kualitas data statistik dengan melakukan pengembangan dan penyempurnaan metodologi kompilasi statistik mengacu pada standar yang berlaku. Salah satu upaya penyempurnaan khususnya terkait dengan rencana Indonesia untuk mengimplementasikan System National Account (SNA) 2008 dan Balance of Payments and International Investment Position Manual 6th Edition (BPM6) pada 2014.

Pada triwulan laporan, Bank Indonesia, disponsori oleh APEC Secretariat dan bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan selaku country focal point Group on Services (GOS) – APEC menyelenggarakan Workshop on Measuring Financial Intermediation Services Indirectly Measured (FISIM) pada 18-19 September 2013. Workshop tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta terhadap metodologi dan praktek kompilasi statistik FISIM. Workshop diikuti oleh peserta yang terdiri dari compiler statistik dan perumus kebijakan yang berasal dari 10 negara anggota APEC.

Pada triwulan III 2013, Bank Indonesia bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik juga telah melakukan rekonsiliasi data seluruh sektor ekonomi untuk penyusunan Sectoral Account, guna memenuhi kebutuhan data Gap Initiative sebagaimana direkomendasikan oleh IMF.

Di sektor eksternal, pada triwulan III-2013, Bank Indonesia telah mempublikasikan data statistik Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2013 dan laporan lengkapnya yang menjelaskan secara komprehensif perkembangan NPI selama triwulan II- 2013. Selain itu, Bank Indonesia juga mempublikasikan statistik Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia 2012, Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) s.d September 2013, serta data posisi cadangan devisa per akhir Juni, Juli, dan Agustus 2013.

Selanjutnya, untuk melengkapi informasi ULN swasta serta mendukung proses formulasi kebijakan eksternal, Bank Indonesia juga telah melakukan survei kepada perusahaan pelapor ULN terbesar. Survei tersebut dilakukan dalam kerangka manajemen risiko perusahaan terhadap ULN yang diperoleh. Survei diharapkan dapat menjadi survei regular yang secara rutin dilaksanakan dua kali dalam setahun, sehingga Bank Indonesia bisa mendapatkan gambaran yang lengkap sehubungan dengan peta ULN Swasta.

3.2. Stabilitas Sistem Perbankan

Upaya untuk menjaga stabilitas sistem perbankan dilakukan secara menyeluruh melalui pengaturan, pengawasan dan perizinan perbankan.

3.2.1. Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum

Guna mewujudkan industri perbankan yang sehat, berdaya saing dan dikelola berdasarkan prinsip kehati-hatian, pada triwulan III-2013 Bank Indonesia menerbitkan pengaturan bank umum untuk memperkuat pengelolaan perbankan, termasuk merespon kondisi perekonomian terkini. Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

46 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Indonesia juga masih meneruskan inisiatif kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan meninjau kebijakan API untuk sepuluh tahun ke depan. Selain itu, Bank Indonesia juga masih melanjutkan penyiapan fungsi pengawasan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

3.2.1.1. Pengaturan Bank Umum di Bidang Makroprudensial

Pada triwulan III-2013, Bank Indonesia menerbitkan beberapa ketentuan makroprudensial di bidang perbankan untuk mendukung stabilitas sektor keuangan dan mendorong pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usaha perbankan.

Mengantisipasi berbagai potensi risiko yang muncul dari perkembangan kondisi ekonomi terkini dan guna mendukung tercapainya stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia berupaya agar likuiditas perbankan tetap terjagadan tetap mampu menjalankan fungsi intermediasi. Untuk itu, pada akhir triwulan III-2013 Bank Indonesia menyesuaikan ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) sekunder4. Bank Indonesia menaikkan GWM Sekunder secara bertahap mulai tanggal 1 Oktober 2013. Tahapan kenaikan GWM Sekunder diberlakukan sebagai berikut:

a. Sebesar 3% sejak 1 Oktober 2013 s.d. 31 Oktober 2013;

b. Sebesar 3,5 % sejak 1 November 2013 s.d. 1 Desember 2013; dan

c. Sebesar 4% sejak 2 Desember 2013.

Bank Indonesia juga mengubah kisaran target penyaluran kredit yang harus dipenuhi oleh perbankan, yang dicerminkan dalam pencapaian Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam perhitungan GWM sekunder. Kisaran target LDR diubah menjadi dari sebelumnya 78%-100% menjadi 78% - 92%. Penyesuaian tersebut mulai berlaku mulai tanggal 2 Desember 2013. Selain itu, sejalan dengan inisiatif pemberlakuan instrumen operasi moneter yang baru yakni Sertifikat Deposit Bank Indonesia (SDBI), Bank Indonesia memperkenankan instrumen tersebut diperhitungkan sebagai komponen GWM Sekunder mulai tanggal 1 Oktober 2013.

Dalam upaya mendukung terwujudnya stabilitas sistem keuangan melalui penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan perbankan, pada triwulan laporan Bank Indonesia menerbitkan tiga ketentuan pelaksanaan (Surat Edaran Ekstern) yang terkait dengan (i) penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan pemberian kredit atau pembiayaan pemilikan properti5, (ii) persyaratan bank yang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing6 dan (iii) penilaian kualitas aset bank umum7.

Penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan pemberian kredit atau pembiayaan pemilikan properti, dilakukan dengan menyesuaikan aturan mengenai Loan To Value(LTV) / Financing To Value (FTV). Sebelumnya, pada tahun 2012 Bank Indonesia telah memberlakukan aturan mengenai LTV/ FTV dengan mengatur rasio LTV/FTV sebesar 70% untuk menjaga risiko perbankan. Penyesuaian

4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/Pbi/2010 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing.

5 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013 perihal Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Yang Melakukan Pemberian Kredit Atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit Atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, Dan Kredit Atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor.

6 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/27/DPNP tanggal 19 Juli 2013 perihal Persyaratan Bank Umum untuk Melakukan Kegiatan Usaha dalam Valuta Asing.7 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

47Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

yang dilakukan pada tahun 2013 dimaksudkan untuk mengurangi risiko bank karena masih tingginya penyaluran kredit di sektor properti.

Pada ketentuan kegiatan usaha dalam valuta asing, Bank Indonesia memberikan acuan pelaksanaan mengenai persyaratan dan tata cara pengajuan permohonan untuk melakukan kegiatan dalam valas, action plan yang harus dipersiapkan oleh bank apabila terjadi penurunan modal inti, serta perlakuan terhadap bank-bank atau pun unit dan bank umum syariah yang melakukan konversi, merger, dan spin off. Aturan tersebut sekaligus merupakan salah satu peraturan pelaksanaan dari penerbitan PBI No. 14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank.Sesuai aturan Bank Indonesia, kegiatan usaha dalam valuta asing hanya dapat dilakukan oleh bank yang termasuk dalam kelompok Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU) 2, BUKU 3, dan BUKU 4 yang telah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia.

Selanjutnya, pada ketentuan penilaian kualitas aset bank umum, Bank Indonesia berupaya meningkatkan kemampuan dan efektivitas bank dalam mengelola risiko dan meminimalkan potensi kerugian dari penyediaan dana.

Aturan Baru Loan to Value (LTV)/Financing to Value Kredit/Pembiayaan Kepemilikan Properti (KPP)

BOKS

Di penghujung triwulan III-2013, Bank Indonesia menerbitkan ketentuan mengenai Loan to Value (LTV)/Financing to value (FTV) Kredit/Pembiayaan Kepemilikan Properti. Ketentuan tersebut bukan sama sekali baru, karena sebelumnya pada Juni 2012 Bank Indonesia telah mengatur mengenai rasio LTV Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Down Payment (DP) Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).

Hal yang melatarbelakangi Bank Indonesia menyempurnakan ketentuan LTV yakni masih tingginya pertumbuhan kredit ke sektor properti, khususnya kredit untuk rumah tapak dan rumah susun (flat dan apartemen) pasca-penerapan ketentuan LTV/FTV pada pertengahan 2012. Pertumbuhan KPR/KPR Syariah untuk rumah dan rumah susun tipe di atas 70m2 jauh di atas pertumbuhan kredit secara agregat. Pada Juli 2013 pertumbuhan KPR tipe di atas 70 meter persegi mencapai 25,5%. Sedangkan, pertumbuhan KPR susun tipe di atas 70 meter persegi masing-masing mencapai 63,3%. Angka pertumbuhan tersebut, melebihi pertumbuhan kredit secara agregat berkisar antara 20% s.d 25%.

Tingginya pertumbuhan sektor properti juga mempengaruhi perilaku debitur dalam memanfaatkan kredit/pembiayaan dari bank. Hal ini terlihat dari beberapa indikasi yang menunjukkan penggunaan kredit konsumsi lainnya untuk pembelian properti atau sebagai tambahan uang muka pembelian properti. Berdasarkan data Sistem Informasi Debitur (SID) per April 2013, terdapat 35.298 debitur yang memiliki lebih dari satu KPR dengan nilai baki debet sebesar Rp31,8 triliun.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

48 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Untuk mengantisipasi peningkatan konsentrasi risiko kredit di sektor properti dan meningkatkan penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan aturan LTV/FTV KPP. Jumlah maksimal kredit/pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank sebagaimana dicerminkan pada rasio LTV/FTV diterapkan dengan prosentase yang semakin menurun, sesuai jumlah fasilitas kredit/pembiayaan yang dimiliki oleh debitur.

Ketentuan LTV/FTV yang baru juga mengatur : (i) perlakuan terhadap debitur suami istri; (ii) perlakuan terhadap fasilitas kredit tambahan (top up) KPP sebelumnya; serta (iii) larangan bagi bank untuk memberikan fasilitas kredit/pembiayaan tambahan untuk pemenuhan uang muka kredit/pembiayaan pemilikan properti dan/atau kredit/pembiayaan konsumsi beragun properti. Selain itu, diatur pula prinsip kehati-hatian dalam pemberian fasilitas kredit/pembiayaan pemilikan properti jika properti yang dijadikan agunan belum tersedia secara utuh. Dalam hal ini fasilitas kredit/pembiayaan hanya diperkenankan pada pemberian fasilitas kredit pertama.

Penyempurnaan aturan LTV/FTV tersebut selain akan meningkatkan ketahanan perbankan, secara makro akan berdampak positif terhadap kestabilan sistem keuangan. Ke depan, aturan tersebut akan disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi perekonomian serta perkembangan industri perbankan secara keseluruhan.

3.2.1.2. Kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API)

Terkait dengan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API), pada triwulan III-2013 Bank Indonesia melakukan beberapa kegiatan yang terkait dengan Pilar I Penguatan Struktur Perbankan terkait monitoring program BPD Regional Champion dan Pilar 4 Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional Perbankan terkait program kerja terkait perbankan ramah lingkungan hidup.

Monitoring terhadap inisiatif BPD Regional Champion difokuskan pada beberapa aspek yang dinilai penting untuk meningkatkan daya saing BPD sebagai agen pembangunan di daerah. Aspek tersebut meliputi upaya penguatan permodalan BPD, upaya untuk menurunkan rasio Net Interest Margin (NIM) dalam rangka penciptaan ekonomi berbiaya rendah, penyaluran kredit kepada sektor produktif, dan penguatan tata kelola serta kepatuhan.

Terkait program kerja perbankan ramah lingkungan hidup, pada triwulan laporan Bank Indonesia melakukan peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia bagi perbankan dan pengawas perbankan dengan menyelenggarakan Training Analis Lingkungan Hidup. Selain itu, Bank Indonesia memberikan acuan green lending model kepada seluruh perbankan sebagai salah satu acuan penyaluran kredit yang berbasis lingkungan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut kesepakatan bersama antara Bank Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup untuk meningkatkan peran perbankan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

49Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Disamping melaksanakan kegiatan yang terkait dengan implementasi API, Bank Indonesia juga tengah melakukan kajian untuk penyusunan blue print perbankan untuk sepuluh tahun kedepan. Penyusunan konsep API 2020 memberikan fokus pada kesiapan perbankan nasional dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2020, disamping peningkatan dukungan sektor perbankan pada pencapaian rencana pembangunan jangka panjang. Sejalan dengan pengalihan tugas pengawasan perbankan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), konsep API yang dihasilkan akan diserahkan oleh Bank Indonesia kepada OJK.

3.2.1.2.1. Perkembangan Implementasi Basel II

Salah satu bentuk implementasi dari Pilar API terkait dengan kebijakan mikroprudensial dalam upaya penguatan permodalan dan manajemen risiko adalah melalui penerapan Basel II dan Basel III pada perbankan Indonesia.

Secara umum kerangka Basel II terdiri dari tiga pilar, yaitu Pilar 1: kecukupan modal minimum, Pilar 2: proses review oleh pengawas, dan Pilar 3: disiplin pasar. Pilar 1 mencakup mekanisme perhitungan modal minimum bank yang lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive), yang mencakup risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. Pilar 2 merupakan proses review yang dilakukan otoritas pengawasan, antara lain untuk mengevaluasi aktivitas, profil risiko, dan manajemen risiko bank untuk menetapkan apakah bank perlu mengalokasikan tambahan modal terkait dengan risiko yang dihadapi. Sedangkan Pilar 3 mencakup transparansi dan kewajiban bank untuk mengungkapkan informasi mengenai eksposur risiko baik kuantitatif maupun kualitatif, manajemen risiko yang dilakukan bank, dan kecukupan permodalan yang dimiliki.

Kerangka Basel II (Pilar 1, Pilar 2 dan Pilar 3) di Indonesia telah diimplementasikan secara penuh sejak Desember 2012 (Grafik 3.4).

Grafik 3.4Implementasi Basel II di Indonesia

��������

�����������������������������������

����������������������������������

�������������������������

������������� ������������ �����������������

��������������������

����������������������������

��������������������

�������������

����������������������

�������������������� ���

���������������������� �������������������������������������������

�������������������������������������������

���������������� ���������������� ���������������� ����������������

����������������������������������������������������

�����������

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

50 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Sejalan dengan implementasi Pilar 2 Basel II dan dalam rangka meningkatkan level kepatuhan terhadap standar internasional serta meningkatkan efektifitas pengawasan bank yang beroperasi secara internasional, sejak tahun 2010 Bank Indonesia menjalin kerjasama pengawasan dengan otoritas pengawas bank negara lain melalui penyusunan Memorandum Of Understanding (MoU) on Cross Border Banking Supervision. Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menandatangani lima MoU terkait Cross Border Banking Supervision yaitu MoU dengan Bank Negara Malaysia, Monetary Authority of Singapore, China Banking Regulatory Commission, Australian Prudential Regulation Authority dan Korean Financial Service Commission and Korean Financial Supervisory Services.

3.2.1.2.2. Persiapan Implementasi Basel III

Dengan telah diimplementasikannya Basel II, fokus kegiatan diarahkan pada persiapan implementasi Basel III. Kerangka Basel III dikeluarkan oleh Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) dalam rangka merespon krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008/2009. Sesuai kesepakatan seluruh anggota BCBS, kerangka Basel III akan diterapkan secara bertahap dimulai sejak Januari 2013 hingga implementasi penuh pada Januari 2019. Indonesia sebagai salah satu anggota G-20 dan BCBS, telah memberikan komitmennya dengan mengadopsi kerangka Basel III sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan.

Sejalan dengan komitmen tersebut, Bank Indonesia telah melakukan serangkaian upaya intensif untuk mensosialisasikan dan mengkomunikasikan rencana penerapan Basel III dimaksud kepada seluruh stakeholders. Melalui penerbitan Consultative Paper (CP), Bank Indonesia meminta masukan dari industri dan stakeholder lainnya terhadap usulan pengaturan sebagai bentuk adopsi kerangka Basel III dimaksud. Selain itu juga telah dilakukan diskusi dengan anggota working group Basel mengenai kerangka Basel III.

Dalam rangka mengetahui dampak penerapan Basel III terhadap perbankan nasional, Bank Indonesia melakukan studi secara berkala kepada seluruh perbankan nasional. Pelaksanaan studi dampak Basel III yang telah dilakukan adalah (1) Global Comprehensive Quantitative Impact Study (QIS) yang dilakukan oleh BCBS; (2) pelaksanaan domestik QIS terhadap seluruh bank umum konvensional; serta (3) studi dampak Basel III dengan menggunakan data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU).

Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh terhadap kondisi permodalan perbankan Indonesia apabila diterapkan kerangka Basel III dibandingkan dengan tingkat permodalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat ini. Selain itu, pelaksanaan studi juga bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan SDM dan sistem informasi manajemen di bank untuk memahami dan memenuhi kebutuhan struktur data terkait penerapan Basel III.

Selanjutnya, hasil studi permodalan ini bersama dengan masukan atas consultative paper serta diskusi dengan working group dan internal Bank Indonesia akan menjadi pertimbangan dalam penyusunan ketentuan permodalan sesuai kerangka Basel III yang akan diterbitkan akhir tahun ini.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

51Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

3.2.2. Pengawasan Bank Umum

Pelaksanaan tugas pengawasan bank oleh Bank Indonesia dilaksanakan dalam kegiatan on-site (pemeriksaan) maupun off-site supervision (pengawasan). Pengawasan bank yang dilaksanakan pada triwulan III-2013 didasarkan pada hasil penilaian tingkat kesehatan bank posisi akhir Juni 2013. Dari hasil kegiatan pemeriksaan dan penelitian terhadap laporan-laporan dan kondisi di internal bank, Bank Indonesia menyusun posisi penilaian tingkat kesehatan final.

Pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia mencakup seluruh kegiatan dan kualitas manajemen bank dan ditujukan untuk memastikan bank beroperasi secara berhati-hati, sehat dan efisien. Mencermati tekanan di pasar keuangan global dan domestik yang terjadi pada triwulan III-2013, Bank Indonesia memberikan perhatian terhadap kondisi likuiditas perbankan. Untuk itu, Bank Indonesia melakukan pemantauan likuiditas bank secara harian dan mendorong manajemen bank untuk menjaga kestabilan likuiditas banknya.

Bank Indonesia juga memantau secara intensif dan harian transaksi valas yang dilakukan oleh perbankan, menyikapi tekanan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi pada triwulan III-2013. Terkait itu, Bank Indonesia juga melakukan pemeriksaan khusus terhadap kegiatan bank yang melakukan transaksi valas baik dengan nasabah umum maupun dengan Pedagang Valutas Asing serta Kegiatan Usaha Pengiriman Uang. Upaya tersebut dilakukan untuk memastikan transaksi valas dilakukan sesuai ketentuan dan tidak terdapat tindakan spekulasi yang mengambil keuntungan dari kondisi nilai tukar rupiah yang sedang melemah.

Aspek pengelolaan bank lainnya yang menjadi fokus pengawasan bank oleh Bank Indonesia pada triwulan laporan adalah penyaluran kredit. Mencermati kondisi perekonomian terkini, Bank Indonesia melakukan prudential meeting bersama manajemen bank untuk melihat kembali rencana pertumbuhan kredit. Bank Indonesia mendorong perbankan agar kredit baru lebih diarahkan pada sektor-sektor produktif dan mengurangi ekspansi pada sektor konsumsi. Bank Indonesia juga meminta bank untuk mengidentifikasi kembali rencana ekspansi kredit baru terhadap sektor-sektor yang rentan terhadap volatilitas nilai tukar dan melesunya permintaan global antara lain pada sektor perkebunan, CPO, pertambangan (batubara dan turunannya) serta sektor properti. Bank Indonesia juga meminta bank untuk mencermati kredit dengan impor content yang tinggi dan lebih mendorong kredit yang berorientasi ekspor.

Dalam melaksanakan berbagai supervisory action tersebut, Bank Indonesia tidak menerapkan pendekatan one size fit all kepada seluruh bank. Bank Indonesia menggunakan pendekatan bank specific dan case-by-case basis berdasarkan parameter tertentu, karakteristik bisnis bank, target pasar, likuiditas, rentabilitasdan economic of scale dari masing-masing bank.

Sebagai upaya quality assurance terhadap sistem pengawasan bank, Bank Indonesia secara rutin menyelenggarakan Forum Panel Pengawasan Bank Berdasarkan Risiko yang dilaksanakan dua kali dalam setahun pada setiap semester. Forum tersebut diadakan sebagai media check and balance oleh pihak ahli yang ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk memastikan governance, compliance, procedural, dan competency dari proses pengawasan bank. Melalui forum tersebut, rekomendasi yang diberikan oleh para ahli digunakan untuk melengkapi dan memperkaya proses pengawasan bank. Kegiatan

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

52 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Forum Panel tahap pertama pada tahun 2013 telah dilaksanakan Mei 2013, dan Forum Panel tahap kedua direncanakan pada Oktober dan November 2013.

3.2.3. Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah

Di bidang perbankan syariah, fungsi pengawasan Bank Indonesia ditujukan untuk menciptakan pengelolaan perbankan syariah yang memenuhi prinsip syariah dan kehati-hatian.

Melalui kewenangan pengaturan, pada triwulan III-2013 Bank Indonesia menerbitkan beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan usaha dan penerapan manajemen risiko. Terkait pengelolaan usaha, Bank Indonesia menerbitkan ketentuan mengenai pelaksanaan pedoman akuntansi perbankan syariah8 yang merupakan penjabaran Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bagi industri perbankan syariah. Melalui aturan tersebut, Bank Indonesia memberikan acuan bagi perbankan syariah dalam pencatatan transaksi dan penyajian laporan keuangan bank syariah. Pada triwulan yang sama, Bank Indonesia juga menerbitkan ketentuan intern pelaksanaan pembukaan jaringan kantor bank umum syariah dan unit usaha syariah berdasarkan modal inti9. Adanya ketentuan tersebut memberikan pedoman bagi pengawas Bank Indonesia dalam melakukan analisis dan tindak lanjut pengaturan pembukaan jaringan kantor bank.

Terkait penerapan manajemen risiko, Bank Indonesia memperkuat aturan pembiayaan pemilikan properti sebagaimana yang diterapkan terhadap bank umum10. Aturan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kehati-hatian perbankan secara keseluruhan termasuk perbankan syariah dalam pemberian pembiayaan di sektor properti.

Dalam pelaksanaan tugas pengawasan, selama triwulan III-2013 Bank Indonesia melakukan pengawasan baik yang bersifat off-site supervision (pengawasan) maupu non-site (pemeriksaan). Selain aspek compliance, pengawasan juga ditujukan untuk mendalami aspek risiko. Secara umum profil risiko perbankan syariah tergolong moderat. Untuk itu, Bank Indonesia mengarahkan agar perbankan syariah terus meningkatkan kualitas manajemen risiko dan sistem pengendalian internal, serta memperhatikan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah dalam operasional bank. Terkait pemeriksaan bank, Bank Indonesia memfokuskan pemeriksaan pada aspek risiko operasional, risiko kredit, risiko likuiditas dan penerapan good corporate governance serta prinsip syariah.

Secara khusus mengenai risiko kredit, Bank Indonesia mencermati rata-rata Finance to Deposit Ratio (FDR) industri perbankan syariah yang masih tinggi yakni 103,21%. Masih tingginya FDR tersebut antara lain disebabkan oleh ekspansi bisnis beberapa bank yang cukup tinggi. Meskipun berdasarkan pemantauan kondisi likuiditas bank syariah secara umum masih baik, Bank Indonesia mendorong agar perbankan syariah menjaga ketahanan likuiditasnya dengan menurunkan level FDR. Upaya ini sekaligus sebagai langkah penyesuaian terhadap perkembangan ekonomi terkini.

8 SE Ekstern BI No.15/26/DPbS tanggal 10-7-2013 perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI).9 SE Intern BI No.15/33/INTERN tanggal 3-12-2013 perihal Pedoman Pengawasan Pelaksanaan Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah Berdasarkan Modal Inti.10 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013 perihal Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Yang Melakukan Pemberian Kredit

Atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit Atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, Dan Kredit Atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

53Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Guna meningkatkan kualitas pelaporan dan pengembangan sistem pengawasan perbankan syariah, Bank Indonesia juga telah mengimplementasikan penyampaian laporan Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan (LSMK) Bulanan untuk bank umum syariah dan unit usaha syariah. Laporan tersebut akan menggantikan Laporan Bulanan Syariah pada periode laporan April 2014. Selain itu, Bank Indonesia menyempurnakan aplikasi Sistem Pengawasan BPRS dan pengembangan aplikasi pelaporan Risk Based Bank Rating serta pelaksanaan Quality Assurance untuk pengawasan bank umum syariah.

Di bidang perizinan, pada triwulan laporan Bank Indonesia menangani perizinan perubahan kegiatan usaha (konversi) BPR konvensional menjadi BPRS, pendirian BPRS dan pencabutan izin usaha unit usaha syariah. Dengan demikian, jumlah bank umum syariah dan unit usaha syariah saat ini tercatat sebanyak 11 bank umum syariah, 23 unit usaha syariah dan 160 BPRS. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia juga melakukan fit and proper test terhadap calon pengurus bank umum syariah dan BPRS. Selain itu, Bank Indonesia juga menangani perizinan terhadap produk baru bank syariah.

Selain melakukan fungsi pengawasan, pengaturan dan perizian, Bank Indonesia juga melakukan riset perbankan syariah. Terkait hal tersebut, Bank Indonesia telah menyelesaikan kajian Pola kemitraan bank syariah dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) syariah dan tata kelola makro level LKM syariah. Bank Indonesia juga sedang melaksanakan kajian yang lain sebagai contoh (i) pengukuran dan upaya peningkatan efisiensi bank syariah, dan (ii) analisis peralihan praktek perhitungan bagi hasil bank syariah dari sistem revenue sharing kepada profit and loss sharing. Selain itu, Bank Indonesia juga secara rutin melakukan market assessment untuk mengamati kondisi ekonomi terkini dan dampaknya bagi industri perbankan syariah termasuk menyiapkan strategi dan langkah kebijakan yang mungkin diambil untuk memperkuat industri perbankan syariah dari tekanan ekonomi. Bank Indonesia juga melakukan proyeksi bulanan industri perbankan syariah khususnya proyeksi DPK, total pembiayaan dan total aset termasuk pangsa pasar industri perbankan syariah, dan analisa dampak kebijakan pembukaan jaringan kantor baru bagi industri perbankan syariah. Dalam upaya memberikan acuan kebijakan perbankan syariah jangka panjang. Bank Indonesia juga tengah melakukan revisit cetak biru perbankan syariah.

Di bidang kerjasama, Bank Indonesia melakukan berbagai kerjasama dengan stakeholders perbankan syariah diantaranya melalui working group perbankan syariah (WGPS) antara Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia dan Ikatan Akuntan Indonesia. Kerjasama melalui WGPS tersebut ditujukan untuk memberikan rekomendasi terhadap produk syariah. Selain kerjasama dengan lembaga domestik, Bank Indonesia juga melakukan kerjasama internasional dalam forum Islamic Financial Services Board (IFSB) dan International Islamic Liquidity Management (IILM). Guna menjaga kesinambungan keanggotaan dalam forum-forum tersebut pasca-pengalihan tugas pengawasan bank, Bank Indonesia telah memberikan rekomendasi kepada Lembaga Penjamin Simpanan dan Otoritas Jasa Keuangan untuk menjadi anggota IFSB dan berkontribusi dalam penerbitan sukuk IILM yang pertama.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

54 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

3.2.4. Kebijakan dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Sebagaimana halnya pengawasan terhadap bank umum dan bank syariah, tugas pengawasan BPR dilaksanakan oleh Bank Indonesia secara menyeluruh. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengaturan, pengawasan dan pemeriksaan serta perizinan. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan berbagai kajian untuk mendukung kebijakan BPR.

Di bidang pengaturan, pada triwulan laporan Bank Indonesia menerbitkan ketentuan pelaksanaan yang terkait dengan pelaporan BPR. Pada aturan laporan tahunan dan laporan keuangan publikasi BPR11, Bank Indonesia mendorong transparansi kondisi keuangan BPR kepada publik dan meningkatkan standar penyusunan laporan keuangan tahunan. Ketentuan lain yang diterbitkan adalah terkait dengan laporan bulanan BPR12. Ketentuan tersebut diterbitkan sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan dan kualitas data yang dikelola oleh Bank Indonesia.

Di bidang pengawasan, selain melakukan pengawasan dan pemeriksaan rutin, pada triwulan laporan Bank Indonesia masih melanjutkan kajian penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan BPR. Penyempurnaan tersebut terkait dengan penerapan tingkat kesehatan berbasis risiko guna melengkapi metode berbasis kepatuhan (compliance based). Hal tersebut dilatarbelakangi oleh perkembangan industri BPR, perkembangan teknologi dan operasional BPR dan meningkatnya persaingan BPR dengan lembaga keuangan bank/non-bank, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan risiko yang BPR.

Bank Indonesia juga terus mendorong terwujudnya sinergi antara Bank Umum dan BPR melalui kerjasama Apex BPR. Untuk itu, Bank Indonesia melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan kerjasama APEx BPR yang saat ini telah berjalan. Saat ini, terdapat 7 bank umum yang bertindak sebagai Apex BPR yang terdiri dari 6 BPD dan 1 bank umum swasta.Bank Indonesia menilai, kinerja Apex BPR masih perlu ditingkatkan guna mencapai tujuan kerjasama Apex terutama dalam memberikan bantuan keuangan dan bantuan teknis kepada BPR anggota.

Di bidang perizinan BPR, pada triwulan laporan Bank Indonesia menangani pemberian izin prinsip pendirian 8 BPR dan pencabutan izin usaha 1 BPR. Dengan demikian, jumlah BPR berkurang 1 BPR menjadi 1640 BPR.

Selanjutnya, dalam rangka merumuskan kebijakan terkait dengan peningkatan peran intermediasi BPR, Bank Indonesia juga sedang dilakukan kajian mengenai intermediasi dan persaingan BPR. Kajian tersebut bertujuan untuk melakukan identifikasi peran BPR sebagai lembaga intermediasi dalam keuangan mikro dan memetakan kondisi persaingan yang dihadap oleh BPR.

3.2.5. Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion)

Sebagai upaya meningkatan akses pada layanan keuangan bagi masyarakat, Bank Indonesia melaksanakan kegiatan keuangan inklusif, bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan dari dalam negeri dan international.

11 Surat Edaran No. 15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 perihal Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi BPR.12 Surat Edaran No. 15/39/DPNP tanggal 17 September 2013 perihal Perubahan atas Surat Edaran No. 15/20/DKBU tanggal 22 Mei 2013 perihal Laporan Bulanan

Bank Perkreditan Rakyat

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

55Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

3.2.5.1. Mobile Payment Service (MPS)

Program ini bertujuan memperluas akses layanan sistem pembayaran dan keuangan terbatas kepada masyarakat unbanked, yang dilakukan tidak melalui kantor fisik bank, namun menggunakan sarana teknologi dan/atau jasa pihak ketiga. Sampai dengan triwulan III-2013, Bank Indonesia telah menyusun pedoman implementasi pilot project Mobile Payment Service (MPS) dan tengah melaksanakan pilot project MPS dengan melibatkan 5 (lima) bank peserta yakni Bank Mandiri, BRI, Bank CIMB Niaga, BTPN dan BSHB. Selain itu proyek tersebut mengikutsertakan 2 (dua) Telco, yaitu: Indosat dan XL Axiata. Wilayah pilot project meliputi 5 (lima) provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat (Bandung, Bogor, Cirebon, Indramayu, & Sumedang), Sumatera Selatan (Ogan Hilir & Banyuasin), Jawa Tengah (Purworejo, Kebumen), Jawa Timur (Banyuwangi), Bali (Karangasem, Gianyar, Jembarana & Tabanan).

Berdasarkan monitoring Bank Indonesia terhadap proyek tersebut, masyarakat sangat antusias dengan kehadiran Unit Pelaksanan Layanan Keuangan di daerahnya karena memberikan kemudahan bertransaksi, murah dan dapat dilayani kapan saja. Ke depan, Bank Indonesia masih akan melaksanakan monitoring terhadap pilot project MPS, memberikan edukasi kepada masyarakat guna memperkenalkan layanan MPS dan menjajaki pemanfaatan MPS untuk penyaluran bantuan pemerintah.

3.2.5.2. Edukasi Keuangan

Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pengelolaan keuangan, produk dan jasa perbankan, Bank Indonesia melakukan berbagai kegiatan edukasi keuangan. Sasaran edukasi keuangan tersebut cukup beragam, meliputi pelajar, Tenaga Kerja Indonesia dan kelompok masyarakat tertentu lainnya (Petani, Nelayan, UMKM, Pegawai Negeri). Upaya lain yang dilakukan adalah dengan memasukkan materi edukasi keuangan ke dalam kurikulum nasional (SMA) serta kurikulum dasar pelatihan TKI. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pelatihan (training for trainers) kepada para pendidik antara lain kalangan madrasah di wilayah Jawa Barat.

3.2.5.3. Program TabunganKu

Pelaksanaan program TabunganKu bertujuan memperluas akses layanan keuangan bagi masyarakat. Hingga September 2013, jumlah rekening TabunganKu dan Basic Saving Account tercatat sebanyak 6.583.393 rekening, meningkat sebesar 2.947.774 rekening dibandingkan akhir tahun 2012. Jumlah rekening tersebut mencapai 98,3% dari target tahun 2013 sebesar 3 juta rekening. Dari sisi nominal, program TabunganKu dan Basic Saving Account meraih dana masyarakat sebesar Rp12,14 triliun, meningkat Rp8,2 triliun dari akhir 2012. Adapun rata-rata saldo rekening tabunganKu dan Basic Saving Account pada September 2013 sebesar Rp 1.844.719,98.

Guna meningkatkan jangkauan program TabunganKu, Bank Indonesia melakukan beberapa upaya diantaranya dengan menyempurnakan fitur TabunganKu. Selain itu, saat ini sedang diupayakan penggunaan TabunganKu untuk mendukung program Bantuan Siswa Miskin (BSM). Bank Indonesia juga akan mengkampanyekan Hari Rajin Menabung bersama dengan perbankan di beberapa wilayah.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

56 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

3.2.5.4. Kampanye Gerakan Menabung

Kampanye Gerakan Menabung dimaksudkan untuk mengenalkan edukasi keuangan melalui kegiatan menabung kepada masyarakat. Kegiatan yang telah dilaksanakan sampai dengan triwulan III-2013 meliputi pertemuan dengan Kelompok Kerja Edukasi yang beranggotakan perbankan yang mewakili kelompok Bank BUMN, BPD, Bank Swata Nasional dan Bank Asing/Campuran dalam rangka penyempurnaan fitur TabunganKu, dan penyelarasan Gerakan Menabung dengan kegiatan MPS. Selain itu, Bank Indonesia mendorong perbankan untuk mendukung hari Rabu sebagai Hari Rajin Menabung dan bersama dengan perbankan melaksanakan kampanye Gerakan Menabung di berbagai daerah.

3.2.5.5. Financial Identity Number (FIN) Survey

Untuk menyediakan database unbanked people yang dapat diakses oleh institusi keuangan, Bank Indonesia melaksanakan survei pembentukan FIN. Kegiatan ini telah dilaksanakan sejak tahun 2012 dan dilanjutkan pada tahun 2013. Sampai dengan triwulan III-2013, Bank Indonesia telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Kementerian Dalam Negeri dalam rangka pemanfaatan e-KTP sebagai database penduduk yang akan digunakan untuk meningkatkan layanan Bank Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan penyiapan aplikasi terkait dengan Financial Identity Number. Bank Indonesia juga melakukan penjajagan pemanfaatan data masyarakat miskin dari Kementerian Sosial dalam rangka pengembangan database FIN.

3.2.5.6. Pengembangan Sistem Informasi Harga Komoditi

Pengembangan Sistem Informasi Harga Komoditi bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi harga komoditi, sehingga dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf hidupnya dan mendukung perluasan akses layanan keuangan. Saat ini Bank Indonesia tengah melakukan identifikasi dan penjajakan pengembangan Sistem Informasi Harga Komoditi, serta penyelarasan dengan pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang sebelumnya telah diimplementasikan Bank Indonesia dalam rangka pengendalian inflasi. Kegiatan pengembangan sistem ini akan dilaksanakan pada tahun 2014, dengan usulan wilayah pilot project di DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan.

3.2.5.7. Kerjasama dengan Pemangku Kepentingan Terkait

Dalam rangka pengembangan program keuangan inklusi, Bank Indonesia telah melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait. Sampai dengan triwulan III-2013, beberapa kegiatan koordinasi dan kerjasama yang telah dilakukan meliputi:

a. Penyelenggaraan Workshop APEC on Financial Inclusion di Jakarta pada tanggal 26-27 Februari 2013 dan di Manado pada tanggal 23-24 Mei 2013.

b. Penyusunan Joint Ministerial Statement (JMS) APEC 2013 dengan memasukan materi financial inclusion hasil pembahasan workshop APEC. JMS telah disepakati para Menteri Keuangan APEC

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

57Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

member economies sehingga financial inclusion tetap menjadi agenda prioritas pembahasan APEC berikutnya.

c. Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dalam rangka pengembangan keuangan inklusif.

d. Penjajakan kerjasama Government to Person (G2P) dengan Kementerian Sosial dan Bappenas dalam rangka perluasan program MPS melalui Program Keluarga Harapan (PKH).

e. Kerjasama dengan IFC– World Bank dalam rangka kegiatan “Launching the Digital Financial Inclusion initiative with the Forum on Product Innovations for Financial Inclusion” yang direncanakan untuk diselenggarakan di Jakarta pada November 2013.

3.2.6. Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Upaya Bank Indonesia untuk mendukung ketahanan perekonomian dilakukan pula melalui penguatan sektor riil dan UMKM. Kebijakan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM diarahkan pada upaya meningkatkan akses keuangan UMKM kepada Lembaga Keuangan. Terkait dengan hal tersebut, strategi Bank Indonesia adalah meningkatkan kapasitas dan elijibilitas UMKM serta mendorong Lembaga Keuangan memberikan pembiayaan UMKM.

Dalam melaksanakan strategi tersebut, Bank Indonesia melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan, koordinasi dan kemitraan strategis dengan pemerintah, pengaturan mengenai kredit UMKM dan Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta diseminasi hasil penelitian/kajian.

Peningkatan akses kredit atau pembiayaan UMKM telah dilakukan oleh Bank Indonesia melalui penerbitan ketentuan pemberian kredit atau pembiayaan dan bantuan teknis dalam rangka pengembangan UMKM13. Menindaklanjuti penerbitan ketentuan tersebut, pada triwulan III-2013 Bank Indonesia telah menyusun dan menerbitkan petunjuk pelaksanaannya.14

Dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan sektor riil dan UMKM kepada perbankan, Bank Indonesia juga melakukan berbagai penelitian dan pengembangan serta koordinasi dan kemitraan strategis dengan pemerintah. Sampai dengan triwulan III-2013, Bank Indonesia melakukan diseminasi dan sosialisasi terhadap hasil penelitian Komoditas Produk Jenis Usaha Unggulan (KPJu) UMKM di Provinisi DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat. Melalui kajian tersebut, diharapkan akan membantu pemerintah daerah dan perbankan untuk mengetahui Komoditi/Produk Unggulan Daerah (PUD) UMKM yang potensial untuk dibiayai. Saat ini, Bank Indonesia telah memiliki daftar komoditi/Produk Unggulan Daerah UMKM di seluruh propinsi di Indonesia.

Kajian lain yang dilakukan adalah menyempurnakan kajian Lending Model UMKM. Penyempurnaan tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih akurat dan lengkap kepada investor dan perbankan tentang potensi, prospek, dan risiko dalam pembiayaan komoditi UMKM. Terhadap

13 PBI No. 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit Atau Pembiayaan Dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.14 Surat Edaran Ekstern No. 15/35/DPAU tanggal 29 Agustus 2013 perihal Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

58 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

kajian lending model UMKM tersebut, Bank Indonesia telah melakukan diseminasi dan sosialisasi di DKI Jakarta. Selain lending model UMKM, Bank Indonesia juga tengah menyusun lending model komoditas pangan pada subsektor tanaman pangan, hortikultura dan peternakan. Lending model bertujuan untuk memberikan rujukan bagi perbankan dalam meningkatkan pembiayaan kepada UMKM di sektor pertanian komoditas pangan serta menyediakan informasi secara luas mengenai pola pembiayaan usaha kecil.

Dalam kerangka koordinasi, Bank Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan perbankan mendorong penyerapan Skema Subsidi Resi Gudang (SRG). Program SRG tersebut dimaksudkan sebagai salah satu alternatif pembiayaan pertanian bagi petani pasca-panen (off farm) dan untuk mengantisipasi fluktuasi harga terutama saat panen raya.

Bank Indonesia juga memfasilitasi pembentukan asuransi pertanian yang melindungi petani dari kegagalan panen (crop insurance) dan kematian serta kehilangan ternak (livestock insurance). Saat ini, izin produk asuransi gagal panen dan asuransi ternak sapi telah diterbitkan oleh Bapepam LK/OJK. Pilot project asuransi gagal panen telah dilakukan di beberapa wilayah, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan. Sedangkan pilot project asuransi ternak sapi akan dilakukan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Diharapkan dengan adanya pilot project dapat diperoleh profil risiko usaha pertanian secara menyeluruh, khususnya padi dan pembibitan/peternakan sapi.

Bank Indonesia sebagai mitra kerja Komite Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) turut mendorong penyaluran KUR. Terkait hal tersebut, Bank Indonesia turut melakukan sosialisasi dengan perbankan, penjamin, dan kementerian terkait. Selain itu, Bank Indonesia juga telah memberikan masukan terhadap draft Standard Operational Procedure (SOP) atas pengawasan pelaksanaan KUR. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan agar KUR disalurkan tepat sasaran dan mengedepankan aspek kehati-hatian.

Menindaklanjuti kerjasama antara Bank Indonesia dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait sertifikasi tanah, Bank Indonesia melaksanakan sosialisasi dan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk pelaksanaan sertifikasi hak atas tanah Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Bank Indonesia juga bekerjasama dengan BPN menyusun petunjuk teknis kerjasama sertifikasi Hak Atas Tanah UMK.

Pada triwulan laporan, Bank Indonesia juga melaksanakan kerjasama peningkatan akses UMKM dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta. Kerjasama ini merupakan tindak lanjut pelaksanaan Kesepakatan Bersama antara Bank Indonesia dengan Pemprov DKI Jakarta tentang Pengembangan Ekonomi dan Pengendalian Inflasi Daerah tahun 2010. Terkait hal tersebut, pada tanggal 13 September 2013 Bank Indonesia menandatangani Perjanjian Kerjasama dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta tentang Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan UMKM di Provinsi DKI Jakarta. Kerjasama tersebut mencakup pemberian pelatihan kepada pelaku UMKM dan pengurus lembaga penyedia dana UMKM, diseminasi hasil penelitian, edukasi dan sosialisasi kepada UMKM mengenai pengelolaan keuangan, serta pertukaran informasi.

Selain melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan elijibilitas dan kapabilitas UMKM, Bank Indonesia juga melaksanakan beberapa program kerja inisiatif yang terkait dengan sektor riil. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain pengembangan UMKM melalui (i) pendekatan

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

59Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

klaster cabai dan bawang merah;(ii) penciptaan wirausaha baru; (iii) pemetaan dan pendalaman klaster komoditas unggulan daerah dan komoditas utama penyumbang inflasi di Indonesia;dan (iv) penguatan ketahanan pangan daerah melalui pilot project komoditas beras dan cabai.

1. Pengembangan UMKM melalui Pendekatan Klaster Cabai dan Bawang Merah.

Pada triwulan III-2013, telah dilaksanakan beberapa program kerja untuk meningkatkan fasilitasi akses kepada pembiayaan melalui kegiatan antara lain :

a. identifikasi kebutuhan pembiayaan petani klaster,

b. sosialisasi dan pengenalan produk pembiayaan perbankan khususnya sektor pertanian dengan narasumber dari perbankan setempat,

c. beberapa koperasi klaster telah memfasilitasi pembiayaan anggotanya (petani klaster) kepada perbankan setempat antara lain melalui skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE).

d. memfasilitasi lembaga klaster/koperasi untuk menjalin kerjasama dengan mitra kerja lain dalam rangka akses permodalan dan pemasaran, antara lain dengan koperasi lain, suplier saprodi, investor, dan pemasok hasil panen.

e. pelatihan kepada kelompok tani anggota klaster dengan tema antara lain studi kelayakan usaha tani cabai, Supply Chain Management (SCM), pembukuan sederhana dan manajemen kelembagaan.

2. Penciptaan Wirausaha Baru.

Untuk menambah jumlah wirausaha di Indonesia, Bank Indonesia melaksanakan program penciptaan wirausaha baru. Pada triwulan III-2013, telah dilaksanakan pendampingan dalam promosi usaha melalui kegiatan mentoring, coaching dan workshop dalam rangka meningkatkan kemampuan peserta dalam strategi promosi dan pengelolaan usaha. Selain itu, Bank Indonesia juga mengadakan bazaar wirausaha atau mengikut sertakan wirausaha dalam pameran/bazaar UMKM yang diselenggarakan pihak lain sebagai wahana pembelajaran dan peningkatan penjualan.

3. Pemetaan dan pendalaman klaster komoditas unggulan daerah dan komoditas utama penyumbang inflasi di Indonesia.

Sampai dengan triwulan III-2013 telah dilakukan finalisasi penyusunan kajian pembentukan sistem informasi klaster daerah. Selain itu, telah dipersiapkan pula pembentukan sistem informasi klaster daerah, analisis dampak klaster terhadap perekonomian daerah, dan rekomendasi pemetaan klaster di daerah yang baru.

4. Penguatan ketahanan pangan daerah melaluipilot project untuk komoditas beras dan cabai.

Hasil akhir yang diharapkan dari proyek ini adalah penguatan ketahanan pangan (beras dan cabai) di masing-masing daerah pilot project. Sampai dengan triwulan III-2013 telah diimplementasi nota

14 PBI No. 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit Atau Pembiayaan Dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.15 Surat Edaran Ekstern No. 15/35/DPAU tanggal 29 Agustus 2013 perihal Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

60 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

kesepahaman dalam rangka ketahanan pangan daerah, perumusan dan pelaksanaan langkah-langkah operasional serta pemberian bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan pendampingan dengan daerah-daerah pilot projects.

3.2.7. Perizinan dan Informasi Perbankan

Dalam rangka menciptakan pengelolaan perbankan yang sehat, Bank Indonesia melaksanakan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap New Entry, perizinan kelembagaan bank umum, dan perizinan bank perkreditan rakyat (BPR). Fit and Proper test New Entry dilakukan terhadap calon Pemegang Saham Pengendali (PSP) dan Pemegang Saham Pengendali Terakhir (PSPT) dalam rangka akuisisi dan pembelian saham, anggota Dewan Komisaris dan Direksi bank umum dan bank holding company, termasuk pimpinan kantor cabang bank asing dan pemimpin kantor perwakilan bank yang berkedudukan di luar negeri.

Selain itu, Bank Indonesia juga mengelola perizinan kelembagaan bank umum dan BPR. Kegiatan perizinan tersebut merupakan bagian dari pengawasan Bank Indonesia untuk memastikan agar operasional bank sesuai dengan Rencana Bisnis Bank. Perizinan kelembagaan bank yang mencakup perubahan jaringan kantor, perubahan penggunaan izin usaha akibat perubahan nama bank, pemberian izin sebagai bank umum devisa, merger, konsolidasi, dan perubahan bentuk badan hukum. Sedangkan perizinan BPR mencakup pendirian BPR, perizinan merger dan konsolidasi BPR serta pencabutan izin usaha BPR.

Kegiatan perizinan yang telah dilakukan Bank Indonesia selama Triwulan I-2012 s.d Triwulan III-2013 adalah sebagai berikut.

JENIS KEGIATAN2012 *) 2013 *)

TriwulanI

TriwulanI

TriwulanII

TriwulanII

TriwulanIII

TriwulanIII

TriwulanIV

PELAKSANAAN FIT & PROPER TEST NEW ENTRY (FPT NEW ENTRY) 1. PSP dan/atau PSPT 0 0 0 0 0 0 52. Dewan Komisaris 21 13 29 23 20 19 213. Direksi (termasuk pimpinan kantor cabang bank asing dan pemimpin kantor perwakilan) 28 25 40 16 41 27 36 JARINGAN KANTOR BANK UMUM 1. Pembukaan Bank Umum a. Kantor Wilayah (Kanwil) 0 0 0 3 1 0 0 b. Kantor Cabang (KC) 7 5 16 12 26 11 11 c. Kantor Cabang Pembantu (KCP) 12 18 32 57 30 43 18 d. Kantor Fungsional (KF) 0 79 0 7 3 1 1 e. Kantor Perwakilan 0 0 0 0 1 0 12. Penutupan Bank Umum a. Izin usaha 0 0 0 0 0 0 0 b. Kantor Perwakilan 0 0 1 0 0 0 0 c. Kantor Cabang (KC) 1 0 2 1 2 1 0

Tabel 3.1Kegiatan Perizinan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat Tahun 2012-2013

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

61Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

3.2.8. Penyelenggaraan Sistem Informasi Debitur (SID)

Sebagai bagian dari infrastrutur sistem keuangan dalam mendukung prinsip kehati-hatian serta efisiensi penyediaan dana di industri perbankan, Bank Indonesia mengelola Sistem Informasi debitur (SID). Perbankan dapat memanfaatkan SID untuk melakukan pengecekan data debitur, sehingga mendukung proses pemberian kredit yang sehat.

Untuk memberikan basis data yang komprehensif, Bank Indonesia terus memperluas cakupan pelapor dan data dalam SID.Sebagai kelanjutan dari triwulan II-2013 SID mencatat perkembangan positif baik dari sisi jumlah kantor pelapor, maupun jumlah debitur dan jumlah data fasilitas yang dihimpun. Sampai dengan September 2013, jumlah pelapor SID tercatat sebanyak 120 Bank Umum, 1.272 Bank Perkreditan Rakyat, dan 21 Perusahaan Pembiayaan. Data Debitur yang tercatat dalam SID mencapai 73,6 juta debitur, meningkat 2,65% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya atau secara tahunan tumbuh 13,76% (yoy). Sejalan dengan peningkatan data debitur tersebut, data fasilitas kredit juga mengalami peningkatan 3,63% (qtq) atau 17,53% (yoy), menjadi 151,5 juta (Tabel 3.2).

*) Jumlah calon pengurus yang melalui tahap wawancara dalam rangka FPT New Entry.

JENIS KEGIATAN2012 *) 2013 *)

TriwulanI

TriwulanI

TriwulanII

TriwulanII

TriwulanIII

TriwulanIII

TriwulanIV

d. Kantor Cabang Pembantu (KCP) 2 13 9 7 4 8 6 e. Kantor Fungsional (KF) 1 3 2 6 0 0 13. Pemindahan Alamat Bank Umum a. Kantor Pusat (KP) 2 2 0 2 1 1 0 b. Kantor Wilayah (kanwil) 0 0 0 0 0 0 0 c. Kantor Cabang 4 4 6 4 2 1 2 d. Kantor Cabang Pembantu 12 35 16 56 18 25 19 e. Kantor Fungsional 0 0 0 2 0 1 1 f. Kantor Perwakilan Bank 0 0 0 0 0 0 04. Perubahan status Bank Umum a. Peningkatan Status - KCP menjadi KC 3 4 5 7 0 24 1 - KK menjadi KCP 1 2 0 18 1 5 2 - KF menjadi KCP 0 1 0 0 0 0 0 - KK menjadi KC 0 1 0 0 0 0 0 b. Penurunan Status Bank Umum - KC menjadi KK 0 0 0 0 0 0 0 - KC menjadi KCP 1 1 0 0 3 0 4 - KCP ke PP/KK 5 0 0 1 0 6 05. Perubahan Penggunaan izin usaha (Perubahan nama) 1 1 0 2 0 0 16. Perubahan Badan Hukum 1 0 0 0 0 0 07. Merger Bank Umum 0 0 0 0 0 0 08. Izin Bank Devisa 0 0 1 0 0 1 0

JARINGAN KANTOR BPR 1. Pendirian BPR 4 4 2 2 2 4 02. Merger dan Konsolidasi BPR 0 1 0 5 4 0 03. Pencabutan Izin Usaha BPR 0 3 0 0 1 2 1

Tabel 3.1Kegiatan Perizinan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat Tahun 2012-2013 (Lanjutan)

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

62 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan rating Indonesia dalam Ease of Doing Business-World Bank, khususnya pada aspek Getting Credit, selain meningkatkan cakupan data SID, Bank Indonesia juga terus meningkatkan kualitas data dan performa SID.

Sejalan dengan meningkatnya cakupan laporan SID, pelayanan data kepada perbankan juga mengalami kenaikan. Jumlah permintaan Informasi Debitur Individual (IDI) pada triwulan III-2013 tercatat sebanyak 9,298 juta (Grafik 3.5).

2012 2013

Triwulan I Triwulan II Triwulan IITriwulan III Triwulan IIITriwulan IV Triwulan I

Jumlah Debitur 59,7 62,6 64,7 66,7 69,3 71,7 73,6

Jumlah Fasilitas 112,9 123,45 128,9 131 139,9 146,2 151,5

Tabel 3.2Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SID

(Dalam Juta)

Tahun

Grafik 3.5Permintaan Informasi Debitur Individual (IDI)

������� ����� ����� ����� ����� ����� ����� �����

� �� ��� �� � �� ���

������

������

�����

�����

�����

�����

��������������

3.2.9. Investigasi dan Mediasi Perbankan

Dalam rangka mewujudkan law enforcement perbankan, Bank Indonesia menindaklanjuti hasil pengawasan bank yang mengandung tindak pidana perbankan (Tipibank). Selama triwulan III-2013, penanganan investigasi dugaan Tipibank mencakup 13 kasus pada 10 kantor bank, terdiri dari 5 kasus pada 5 kantor Bank Umum dan 8 kasus pada 5 kantor BPR, baik di wilayah Jakarta maupun di daerah (Tabel 3.3).

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

63Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Tindak lanjut hasil investigasi yang diduga mengandung tipibank dibahas dalam forum Tim Koordinasi sebagaimana diatur dalam Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia, Polri dan Kejaksaan RI tentang Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Perbankan. Dalam kurun waktu tersebut telah dibahas sebanyak 18 kasus pada 11 kantor bank (termasuk kasus carry over dari periode sebelumnya). Terdiri dari 4 kasus pada 4 kantor Bank Umum dan 14 kasus pada 7 kantor BPR, baik di pusat maupun di daerah. Selanjutnya, atas dasar pembahasan dalam forum Tim Koordinasi maka dugaan Tipibank yang telah memenuhi bukti awal adanya dugaan Tipibank akan dilaporkan oleh Bank Indonesia

KETERANGAN

Bank Umum BPR Total

Jumlah Kasus

Jumlah Kasus

Jumlah Kasus

Jumlah Kantor Bank

Jumlah Kantor Bank

Jumlah Kantor Bank

A. Investigasi perbankan yang dilakukan pada periode berjalan 5 5 8 5 13 10

B. Tindak lanjut hasil investigasi (termasuk carry over dari

periode sebelumnya)

1. Jumlah yang telah dibahas dalam Forum Koordinasi

Penanganan Tindak Pidana Perbankan 4 4 14 7 18 11

2. Jumlah yang dilaporkan kepada Penegak Hukum 1 1 2 1 3 2

Tabel 3.3Statistik Investigasi Dugaan Tindak Pidana Perbankan

Jenis Informasi dan Tindak LanjutNoPBCO Total

Triwulan III

A. Sengketa yang berpotensi untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya melalui Mediasi Perbankan 1. Sengketa yang diterima 0 34 34 2. Sengketa yang telah selesai ditangani 1 20 21 a. Pra Mediasi 1) Diselesaikan oleh Bank 0 9 9 2) Penyampaian Edukasi 0 3 3 3) Diteruskan kepada unit kerja/satuan kerja/instansi terkait 0 0 0 b. Mediasi 0 1) Sepakat 1 5 6 2) Tidak Sepakat 0 3 3 3. Sengketa yang sedang dalam proses penanganan pada periode berjalan 0 40 40B. Permohonan/Informasi yang tidak berpotensi untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya melalui Mediasi Perbankan 1. Permohonan/Informasi yang diterima 0 94 94 2. Permohonan/Informasi yang telah selesai ditangani 1 90 91 a. Diselesaikan oleh Bank 1 6 7 b. Penyampaian Edukasi 0 38 38 c. Diteruskan kepada unit kerja/satuan kerja/instansi terkait 0 22 22 d. Didokumentasikan langsung 0 24 24 3. Permohonan/Informasi yang sedang dalam proses penanganan pada periode berjalan 0 47 47C. Informasi Lainnya Permohonan/Informasi yang diterima dan didokumentasikan langsung 0 123 123 Total penanganan permohonan/informasi yang diterima pada periode berjalan (A.1 + B.1 + C) 0 251 251

CO = Permohonan/informasi yang diterima pada periode sebelumnya (Carried Over)PB = Permohonan/informasi yang diterima pada periode berjalan

Tabel 3.4Perkembangan Mediasi Perbankan

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

64 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

kepada penegak hukum. Pada triwulan III-2013, Bank Indonesia telah melaporkan sebanyak 3 kasus pada 2 kantor bank, terdiri 1 kasus pada 1 kantor Bank Umum dan 2 kasus pada 1 kantor BPR.

Selain melakukan investigasi tipibank, Bank Indonesia melakukan fungsi mediasi perbankan sebagai salah satu bentuk perlindungan konsumen perbankan. Pada triwulan III-2013 Bank Indonesia menerima 251 permohonan dan informasi dari masyarakat. Dari jumlah tersebut, sebanyak 34 permohonan (14%) dapat ditindaklanjuti penyelesaiannya melalui mediasi perbankan, 94 permohonan (37%) yang tidak dapat ditindaklanjuti, dan sisanya 123 informasi (49%) merupakan informasi yang tidak terkait dengan mediasi (Tabel 3.4).

Berdasarkan kuesioner yang disampaikan kepada nasabah yang mengikuti proses mediasi, diperoleh penilaian rata-rata tingkat kepuasan nasabah pada proses mediasi mencapai 5.3 dalam skala 1 s.d 6.

3.2.10. Penyiapan Pengalihan Fungsi Pengaturan dan Pengawasan Bank ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Dalam rangka pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK, Bank Indonesia terus melakukan persiapan pengalihan tersebut dengan menyelesaikan program kerja sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan. Upaya ini dilakukan agar proses pengalihan dapat berlangsung lancar sehingga pengawasan terhadap perbankan dapat tetap dilakukan secara efektif pasca-pengalihan ke OJK. Dalam mempersiapkan masa transisi pengalihan tersebut, Bank Indonesia membentuk Task Forcebe kerjasama dengan Tim Transisi yang dibentuk OJK.

Di bidang pengawasan bank, Bank Indonesia telah mengkompilasi seluruh pedoman pengawasan bank dan menyempurnakan standard operating procedure pengawasan bank yang digunakan pada masa transisi s.d. Desember 2013 termasuk kelanjutannya di OJK. Bank Indonesia mengupayakan tidak terdapat perubahan yang signifikan mengenai pendekatan pengawasan bank untuk menghindari kemungkinan terjadinya gangguan pada sistem perbankan/keuangan termasuk di internal pengawasan bank. Sejalan dengan kegiatan tersebut, Bank Indonesia juga melakukan berbagai indikatif penguatan di bidang pengawasan Bank melalui peningkatan respon Prompt Corrective Action terhadap masalah-masalah strategis Bank, dan penguatan program Quality Assurance, Early Warning System dan Supervisory Support. Selain itu, Bank Indonesia memperkuatkualitas dan kuantitas pengawas bank di Kantor Pusat dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia sebagai the first line of defense dalam kegiatan pengawasan bank. Bank Indonesia juga melakukan penyempurnaan Pedoman dan SOP Pengawasan Bank Umum, Syariah dan BPR/BPRS baik di Kantor Pusat, Kantor Regional maupun Kantor Cabang Pengawasan Bank sebagai pedoman yang berlaku sampai dengan 31 Desember 2013 termasuk juga mempersiapkan pedoman pengawasan terintegrasi berkoordinasi dengan Tim Transisi yang ada di OJK. Selain itu Bidang Pengawasan Bank juga sudah menyelesaikan review terhadap 5 (lima) nota kesepahaman antara BI dengan lembaga otoritas Pengawasan bank di luar negeri (Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Australia dan Cina) untuk ditindaklanjuti dalam rangka meneruskan/memperbaharui nota kesepahaman tersebut.

Di bidang pengaturan, Bank Indonesia telah mengkompilasi seluruh Peraturan Bank Indonesia (PBI dan SE Ekstern) di bidang perbankan termasuk perizinan dan nantinya dinyatakan masih berlaku

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

65Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

di OJK sampai dengan dilakukannya perubahan/pencabutan oleh OJK. Selanjutnya Bank Indonesia sedang mengkompilasi data/informasi maupun hal-hal strategis lainnya di bidang pengawasan, pengaturan dan perizinan untuk nantinya diserahterimakan ke OJK.

Di bidang organisasi, Bank Indonesia telah menyiapkan struktur organisasi Kompartemen Pengawasan Bank di Kantor Pusat terdiri dari 9 Departemen, 6 Kantor Regional Pengawasan Bank, 29 Kantor Cabang Pengawasan Bank. Pembentukan Kantor Regional dan kantor Cabang Pengawasan Bank merupakan mirroring fungsi pengawasan bank yang akan dilakukan oleh OJK di daerah mulai Januari 2014. Selain itu, untuk pelaksanaan tugas Bank Indonesia pasca-pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK juga dibentuk organisasi baru di bank Indonesia yaitu Departemen Kebijakan Makroprudensial dan Departemen Stabilitas Sistem Keuangan.

Di bidang sumber daya manusia, Bank Indonesia sedang mempersiapkan pegawai Bank Indonesia yang akan ditugaskan ke OJK selama tiga tahun mulai awal tahun 2014. Sebelumnya, pada bulan Januari 2013 Bank Indonesia telah menugaskan 78 pegawai untuk membantu bekerjanya Organisasi Support/Shared Function di awal beroperasinya OJK pada bidang SDM, Teknologi Informasi, Logistik, Hukum, Keuangan dan Edukasi dan Perlindungan Konsumen. Selain itu, ditugaskan pula sebanyak 16 pegawai sebagai Tim Transisi OJK khusus bidang Pengaturan dan Pengawasan Perbankan. Untuk mengelola masalah SDM, Bank Indonesia juga sedang menyiapkan call center, mailing list, dan klinik konseling kepada pegawai yang akan ditugaskan ke OJK.

Di bidang sistem informasi, Bank Indonesia telah melakukan pemetaan seluruh sistem informasi serta infrastruktur teknologi infromasi di Bank Indonesia termasuk aplikasi yang akan digunakan oleh OJK atau Bank Indonesia ataupun bersama-sama. Selain itu Bank Indonesia bersama-sama dengan OJK juga sedang menyiapkan infrastruktur jaringan dan teknologi informasi baik di Kantor Pusat, Kantor Regional maupun Kantor Cabang Pengawasan Bank dalam rangka pertukaran informasi dan pemantapan aplikasi perbankan di bidang mikro-makroprudensial.

Di bidang Logistik, Bank Indonesia telah menyediakan gedung/ruangan kerja di Kompleks Perkantoran Bank Indonesia Jakarta bagi sebagian pegawai OJK. Penyediaan ruangan juga dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah. Selain penyediaan ruangan kerja, Bank Indonesia juga telah menyiapkan dokumen pengawasan bank untuk diserahkan ke OJK.

Seluruh kegiatan tersebut di atas akan tertuang dalam Naskah Keputusan Bersama antara OJK-BI yang akan segera ditandatangani dalam rangka “Kerjasama dan Koordinasi dalam rangka Mendukung Pelaksanaan Tugas BI dan OJK”. Keputusan Bersama ini merupakan landasan untuk lebih memperlancar dan mengoptimalkan koordinasi pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang kedua lembaga sehubungan dengan akan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang perbankan dari BI ke OJK sejak tanggal 31 Desember 2013. Ruang lingkup kesepakatan meliputi:

a. Kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas sesuai kewenangan masing-masing; antara lain mencakup penyusunan dan penerbitan kebijakan/peraturan di bidang pengawasan makroprudensial dan mikroprudensial di industri keuangan khususnya perbankan, pertukaran informasi hasil pengawasan Lembaga Jasa Keuangan dan macro-surveillance, penyusunan

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

66 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

kajian dan penelitian bersama, koordinasi dalam menetapkan stance Indonesia atas isu-isu fora internasional, serta sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

b. Pertukaran informasi lembaga jasa keuangan serta pengelolaan sistem pelaporan bank dan perusahaan pembiayaan oleh Bank Indonesia dan OJK. Cakupan kerjasama ini diperlukan untuk memudahkan kedua lembaga dalam melakukan akses menyeluruh terhadap data dan informasi disertai dengan koordinasi sistem pelaporan yang diperoleh dari lembaga jasa keuangan baik bank maupun non-bank.

c. Penggunaan kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan Bank Indonesia oleh OJK; dan

d. Pengelolaan pejabat dan/atau pegawai Bank Indonesia yang dialihkan untuk dipekerjakan pada OJK.

Di bidang komunikasi, Bank Indonesia bekerjasama dengan OJK melakukan sosialisasi kepada pegawai guna memberikan informasi mengenai proses pengalihan pengawasan bank ke OJK terutama di bidang organisasi, SDM, logistik, sistem informasi, dan dokumen. Sosialisasi juga dilakukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) dan kepada lembaga internasional seperti Financial Stability Board (FSB).

Seluruh kegiatan penyiapan pengalihan akan terus dilakukan oleh Bank Indonesia dan OJK, sampai dengan beralihnya fungsi pengawasan bank pada akhir 2013.

3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang

Implementasi kebijakan sistem pembayaran yang dilakukan sepanjang triwulan III-2013 berhasil menjaga sistem pembayaran nasional tetap aman dan efisien. Sementara itu, kebijakan pengelolaan uang Rupiah tetap difokuskan pada misi Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, kondisi yang layak edar, dan penyediaan yang tepat waktu

3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran

Pada triwulan III-2013, Bank Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi sistem pembayaran termasuk pengembangan infrastruktur secara berkelanjutan, baik untuk jasa pembayaran bernilai besar maupun ritel.

Perkembangan kebijakan sistem pembayaran pada triwulan III-2013 meliputi:

1. Pengembangan Uang Elektronik

Sebagai kelanjutan pengembangan implementasi penggunaan Uang Elektronik, Bank Indonesia memfasilitasi pembahasan pembiayaan e-ticketing antara PT. Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) dengan enam bank (BCA, Bank Mandiri, BNI, BRI, Bank Mega, dan Bank DKI). PT. KCJ sebagai pengelola transportasi commuter telah menyampaikan proposal pengajuan kerjasama kepada enam bank tersebut sebagai bahan review.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

67Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

2. Pengembangan National Payment Gateway (NPG)

Menindaklanjuti program Interkoneksi Layanan Transfer Dana Antar Prinsipal ATM yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya, Bank Indonesia melakukankoordinasi dan pembahasan kelembagaan NPG denganperwakilan industri terkait (bank dan lembaga non-bank). Bank Indonesia juga mengarahkan industri untuk berpartisipasi dalam menyusun tim yang akan merumuskan pembentukan domestic payment scheme (DPS) beserta lembaga pengelolanya. Lembaga pengelola DPS akan berperan sebagai pengelola jaringan dan sistem secara nasional dalam implementasi NPG.

3. Standardisasi chip pada kartu ATM/Debet

Terkait dengan implementasi kartu Chip ATM/Debet, Bank Indonesia mengkoordinasikan pertemuan konsultasi kesiapan implementasi standar nasional kartu ATM/Debet berbasis chip (National Standard for Indonesia Chip Card Specification/NSICCS) dengan tujuh Bank Penerbit (Bank Danamon, Bank Permata, Bank DKI, Bank Muamalat, Bank CIMB Niaga, Bank Jasa Jakarta dan BRI). Sebagian besar bank telah membentuk tim project dan menyusun anggaran, serta menyesuaikan terminal ATM dan Electronic Data Capture (EDC) menjadi enable chip.

Dalam rangka mendukung persiapan implementasi standar nasional kartu ATM/Debet berbasis chip, pada periode laporan juga dilakukan pertemuan antara Bank Indonesia, industri terkait dan konsultan untuk membahas hasil valuasi NSICCS yang akan menjadi dasar penetapan harga standar NSICCS. Harga standar akan dipergunakan untuk mencatat kepemilikan NSICCS dalam laporan keuangan.

4. Bisnis Model Mobile Payment dalam rangka Mendukung Financial Inclusion

Pada periode laporan telah dilakukan diskusi mengenai rencana penyaluran bantuan pemerintah melalui Mobile Payment Services (MPS). Saat ini layanan MPS telah diselenggarakan oleh lima bank dan dua perusahaan telekomunikasi. Untuk persiapan pilot project bantuan pemerintah yang akan disalurkan melalui MPS, telah dilakukan pembahasan teknis dan workshop dengan Pemerintah (Kemensos, Bappenas, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)), perusahaan telekomunikasi, dan bank umum untuk membahas proposal business model dan business process penyaluran bantuan pemerintah melalui layanan MPS. Sebagai tindak lanjut dari pembahasan tersebut telah dilakukan pertemuan high level yang menyepakati rencana pelaksanaan penyaluran bantuan pemerintah melalui layanan MPS.

5. Pengembangan Kawasan Less Cash Society (LCS)

Dalam rangka peningkatan penggunaan alat pembayaran non-tunai, Bank Indonesia melakukan kerja sama dengan Universitas Indonesia (UI) dalam penyelenggaraan pilot project kawasan LCS di lingkungan UI. Pelaksanaan pilot project bekerjasama dengan enam bank penerbit uang elektronik yaitu Bank Mandiri, BCA, BNI, BRI, Bank CIMB Niaga dan Bank Permata. Dalam pilot project tersebut beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu survei penggunaan uang elektronik, edukasi dan sosialisasi, pelaksanaan belanja di tiga kantin, bazaar UMKM, talkshow serta lomba foto dan poster. Kedepan pelaksanaan pilot project akan diperluas di kampus-kampus lain.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

68 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

6. Pengembangan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) Generasi II

Pada triwulan III-2013 tahapan pengembangan BI-RTGS Generasi II memasuki kegiatan uji coba kembali atas hasil User Acceptance Test (UAT) yang telah disempurnakan. Selain itu, dilakukan pula uji coba aplikasi peserta dan penyelenggara serta penyediaan layanan konsultasi bisnis dan teknis.

Sementara itu, tahapan kegiatan pengembangan Bank Indonesia-SSSS generasi II meliputi uji coba kembali atas hasil UAT dan migrasi serta pemilahan data.

Disamping itu, dalam rangka peningkatan keamanan dan efisiensi sistem pembayaran, Bank Indonesia melakukan pemantauan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk memastikan dipatuhinya ketentuan Bank Indonesia dalam bidang sistem pembayaran termasuk perlindungan konsumen.

3.3.2. Kebijakan Umum Pengelolaan Uang Bank Indonesia

Pencapaian misi Bank Indonesia di bidang pengelolaan uang Rupiah didukung oleh tiga pilar, yaitu penyediaan uang yang berkualitas dan terpercaya, pelayanan kas prima, dan pendistribusian uang yang aman dan optimal. Pada triwulan laporan, kebijakan Bank Indonesia difokuskan pada pemenuhan kebutuhan uang tunai masyarakat yang meningkat terkait masa tahun ajaran baru, perayaan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta persiapan menjelang Idul Adha.

Implementasi kebijakan yang terkait dengan pilar distribusi uang yang aman dan optimal, dilakukan melalui kebijakan:

a. Peningkatkan persediaan uang Rupiah baik di Kantor Pusat maupun di seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri yang memiliki fungsi perkasan. Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan frekuensi maupun kuantitas distribusi uang Rupiah oleh Bank Indonesia yang dilakukan sebelum masa bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

b. Kerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa angkutan, seperti PT. Kereta Api Indonesia dan PT. PELNI untuk mendukung kelancaran kegiatan distribusi Rupiah ke seluruh Indonesia.

Kebijakan distribusi uang selama periode laporan dapat dijalankan dengan baik tercermin dari keberhasilan Bank Indonesia mendistribusikan uang kepada perbankan dan masyarakat baik dari sisi nominal maupun jenis pecahan. Hal ini didukung oleh angka proyeksi Bank Indonesia yang mendekati angka realisasi penarikan selama masa Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Realisasi penarikan uang oleh perbankan dan masyarakat di seluruh Indonesia mencapai Rp103,16 triliun atau hanya 0,02% lebih tinggi dari angka proyeksi.

Implementasi kebijakan yang terkait dengan pilar layanan kas prima selama triwulan laporan dilakukan melalui :

a. Kejasama Bank Indonesia dengan 11 Bank Umum (BNI, Bank Mandiri, BRI, BTN, DKI, BJB, BCA, Bank Permata, Bank CIMB Niaga, BII, Bank Mega) dalam penyediaan layanan kas keliling untuk

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

69Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

penukaran uang pecahan kecil. Selain dapat menukarkan uang pecahan kecil dengan uang pecahan besar, masyarakat juga dapat menukarkan uang pecahan kecil dengan menggunakan alat pembayaran non-tunai (ATM) dan Uang Elektronik. Jumlah nominal uang yang ditukarkan selama periode tersebut mencapai Rp41,86 miliar dari 19.963 orang. Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan pada awal Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri (tanggal 10 Juli s.d 2 Agustus 2013)di Lapangan Monas.

b. Kerjasama dengan perbankan dan Cash in Transit untuk memberikan layanan penukaran uang di 60 titik lokasi penukaran di wilayah Jakarta – Bogor – Depok –Tangerang – Bekasi (Jabodetabek). Total penukaran tercatat sebesar Rp112,72 miliar.

c. Pemberian layanan Kas Keliling di seluruh wilayah Indonesia. Selama triwulan laporan, telah dilakukan 167 kegiatan Kas Keliling dengan total penukaran uang Rupiah sebesar Rp113,59 milliar, terdiri dari 153 kegiatan di wilayah Jabodetabek dengan total penukaran sebesar Rp63,30 milliar dan 14 kegiatan di luar wilayah Jabodetabek (Cilegon, Karawang, Labuan, Padalarang, Rangkasbitung, Serang dan pulau-pulau terpencil/terdepan NKRI dengan total penukaran Rp50,29 milliar. Sedangkan di daerah, pelayanan kas keliling dilakukan oleh Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia setempat. Total penukaran uang Rupiah di KPw Bank Indonesia selama triwulan III-2013 mencapai Rp351,96 miliar.

d. Pembukaan layanan Kas Titipan di perbankan di beberapa wilayah Indonesia untuk melayani penukaran uang. Sampai dengan triwulan III-2013 terdapat 21 lokasi Kas Titipan dengan realisasi penarikan uang tunai dari Bank Indonesia sebesar Rp5,15 triliun. Lokasi Kas Titipan menyebar di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

e. Kerjasama dengan TNI Angkatan Laut dengan memperpanjang perjanjian kerja sama pendistribusian dan pengamanan uang rupiah ke daerah perbatasan dan terpencil di Wilayah Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kerjasama ini bertujuan untuk menjaga eksistensi uang Rupiah di wilayah terpencil dan terdepan NKRI. Dalam kerangka kerjasama tersebut, pada triwulan III-2013 Bank Indonesia berpartisipasi dalam Ekspedisi Bhakti Kesejahteraan Rakyat (Bhakesra) Nusantara II. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat bersama dengan TNI Angkatan Laut dan Kementerian/lembaga, BUMN serta kalangan swasta. Ekspedisi Bhakesra Nusantara II atau dikenal dengan Ekspedisi Wilayah Timur, Sail Komodo dilaksanakan selama 22 hari, mulai tanggal 27 Agustus s.d. 17 September 2013 dengan rute Jakarta - Pulau Kayuadi - Pulau Alor - Pulau Kupang - Pulau Rote - Pulau Sabu - Pulau Sumba - Pulau Komodo - Labuan Bajo - Jakarta. Total penukaran uang pecahan kecil yang dilayani oleh Bank Indonesia selama kegiatan tersebut mencapai Rp13,8 milliar. Pada kesempatan tersebut, Bank Indonesia juga melakukan kegiatan sosialisasi ciri keaslian uang Rupiah serta memberikan bantuan sosial di masing-masing pula untuk mendukung kegiatan perekonomian masyarakat setempat, antara lain berupa panel surya, parabola dan televisi.

Implementasi kebijakan yang terkait dengan pilar ketersediaan uang yang berkualitas dan terpercaya dilakukan melalui pemberian edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai ciri keaslian dan cara memperlakukan uang Rupiah. Bentuk kegiatan dilakukan beragam melalui pergelaran kesenian

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

70 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

tradisional, iklan layanan masyarakat, dan edukasi melalui kurikulum pendidikan.Kegiatan ini juga bertujuan untuk tindakan pencegahan (preventive) terhadap atas pemalsuan uang rupiah.

Selama triwulan III-2013, telah dilakukan 18 kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada 5.990 peserta mulai dari masyarakat umum, anak yatim, Kepolisian RI, perbankan, termasuk masyarakat di wilayah terpencil dan terdepan NKRI. Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Sosialisasi Ciri Keaslian uang Rupiah yang dikemas dalam pergelaran wayang kulit kepada masyarakat di wilayah Kecamatan Getasan, Semarang, dan bekerjasama dengan Peruri dalam pergelaran wayang kulit kepada masyarakat di wilayah Padalarang, Provinsi Jawa Barat.

b. Iklan Layanan Masyarakat yang disiarkan melalui 25 radio di beberapa wilayah Jakarta, Serang/Cilegon, Bandung, Sukabumi, Surabaya, Semarang, Denpasar, Bandar Lampung, Solo, Kediri, dan Cirebon.

c. Edukasi melalui jalur pendidikan sebagai bagian proyek edukasi nasional dengan memasukkan materi kebanksentralan dalam kurikulum 2013 untuk mata pelajaran ekonomi SMA/MA. Saat ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Badan Penelitian dan Pengembangan – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang menyusun buku panduan kebanksentralan untuk guru ekonomi. Selanjutnya dilakukan uji keterbacaan atas buku Kebanksentralan kepada guru-guru tingkat SMA/MA.

d. Training of trainers (ToT) mengenai ciri – ciri keaslian uang rupiah kepada aparat penegak hukum (kepolisian), perbankan nasional dan Guru Madrasah Alyah di Provinsi Jawa Barat. Ke depan, kegiatan ini akan terus dilaksanakan dengan cakupan target dan wilayah yang lebih luas termasuk kepada masyarakat selaku cash handler.

3.4. Kerjasama Internasional

Dalam upaya mendukung pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia berpartisipasi aktif melakukan kerjasama internasional di berbagai fora baik pada tataran regional maupun multilateral.

3.4.1. Kerjasama ASEAN

Selama triwulan III-2013, inisiatif integrasi sektor keuangan di kawasan ASEAN masih terus dilanjutkan dengan pembahasan di level teknis antara lain pada area financial services liberalisation, capital account liberalisation, dan capital market development.

Dalam area financial services liberalisation, fokus utama kerjasama pada upaya sektor keuangan untuk menyelesaikan putaran perundingan ASEAN Framework Agreement of Services (AFAS) yang ke-6 untuk mencapai target penandatanganan Protokol AFAS pada 2014. Lebih lanjut upaya integrasi di sektor jasa keuangan, baik perbankan, asuransi, maupun pasar modal terus dilakukan melalui forum negosiasi di bawah naungan AFAS, baik intra ASEAN maupun ASEAN dengan mitra dialog.

Dalam area Capital Account Liberalisation (CAL) dan Capital Market Development (CMD), upaya integrasi keuangan kawasan dan pengembangan pasar modal masih berlanjut. Dengan masih adanya

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

71Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

perbedaan tingkat keterbukaan aliran modal antar members, policy dialogue khususnya terkait kebijakan safeguard measures terus dilakukan. Pertemuan tersebut bertujuan untuk menjembatani gap policy antar members yang menghambat upaya tercapainya cita-cita bersama ASEAN. Sedangkan dalam area Capital Market Development (CMD), dilakukan upaya penyempurnaan Bond Market Development Scorecard yang dapat menggambarkan berbagai regulasi yang diterapkan khususnya dalam pengembangan pasar obligasi kawasan.

3.4.2. Kerjasama ASEAN dengan Mitra Dialog (ASEAN+3)

Pada triwulan III-2013, fokus kerja sama ASEAN dengan mitra dialog plus three (Jepang, China, dan Korea)masih pada upaya menjaga resiliensi kawasan dari potensi pemburukan ekonomi global. Penguatan mekanisme regional self help terus dilakukan pada level teknis untuk memastikan mekanisme dapat berjalan dengan baik pada saat diperlukan.

Di tingkat bilateral, Indonesia menjajagi kerjasama dengan beberapa negara mitra. Perpanjangan Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank of Japan yang merupakan kerjasama swap USD-IDR senilai USD12 miliarmerupakan salah satu hasil nyata dari upaya dimaksud. Dengan dijalinnya kerja sama ini, Indonesia telah memiliki buffer cadangan devisa dalam kerangka penanganan krisis dengan nilai sampai dengan USD12 miliar.

3.4.3. Kerjasama Bank Sentral di Bank for International Settlement (BIS)

Dalam rangka mendukung pencapaian tugas yang diembannya, Bank Indonesia berpartisipasi aktif dalam forum BIS. Melalui forum tersebut dilakukan sharing informasi mengenai perkembangan ekonomi, moneter, keuangan serta isu-isu kebanksentralan terkini, dan kebijakan yang ditempuh oleh masing-masing bank sentral/otoritas moneter anggota BIS. Forum ini juga menjadi sarana koordinasi kerjasama pada bidang banking supervision, financial markets, dan payment system. Pada triwulan III-2013, Bank Indonesia berperan aktif dalam BIS Bimonthly Meeting yang diselenggarakan pada September 2013. Rangkaian pertemuan yang diikuti Bank Indonesia meliputi Meeting of Governors from major emerging market economies, Global Economy Meeting (GEM), dan Meeting of Governors.

Dalam Meeting of Governors from major emerging market economies, pembahasan difokuskan pada isu penetapan harga beberapa sovereign risk di emerging economies. Sementara itu, pada sesi GEM, Gubernur Bank Sentral anggota BIS mendiskusikan perkembangan ekonomi dan pasar keuangan terkini. Fokus pembahasan pertemuan GEM adalah meningkatnya volatilitas pasar keuangan dan pengaruhnya pada kondisi perekonomian secara global dan khususnya pada emerging market economies (EMEs) yang dipicu oleh pengumuman The Fed mengenai kemungkinan penghentian kebijakan quantitative easing.

3.4.4. Kerjasama International Monetary Fund (IMF)

Dalam rangka memajukan kerjasama internasional guna menjaga stabilitas keuangan dan moneter, Bank Indonesia senantiasa memantau perkembangan isu-isu di forum kerjasama IMF. Adapun

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

72 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

isu kerjasama IMF yang berkembang pada triwulan III-2013 antara lain pembahasan mengenai peningkatan transparansi kebijakan IMF dan penerbitan Laporan Sektor Eksternal (ESR) IMF 2013.

Prinsip transparansi IMF pada intinya menyatakan bahwa IMF dapat mengupayakan pengungkapan dokumen IMF kecuali terdapat alasan kuat untuk membatasi pengungkapan. Kemajuan dalam kerangka kebijakan transparansi IMF saat ini dibangun melalui upaya saling melengkapi di bidang publikasi, komunikasi serta akses publik terhadap dokumen/archives IMF. Dalam hal ini, Indonesia telah menyampaikan posisi perlunya IMF menjaga hal-hal yang bersifat rahasia danmarket sensitive terhadap negara anggota yang terkait dengan dokumen IMF, tanpa mengurangi pentingnya prinsip transparansi.

3.4.5. Kerjasama Asia Pacific Economic Cooperation (APEC)

Pada 2013, Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah pertemuan Asia Pacific Economi Cooperation (APEC) dengan mengangkat tema besar “Resilient Asia Pacific, Engine of Global Growth”. Sehubungan dengan tema tersebut, APEC 2013 diprioritaskan pada tiga hal utama, yaitu Attaining The Bogor Goals, Achieving Sustainable Growth with Equity, dan Promoting Connectivity. Bank Indonesia berperan aktif dalam salah satu forum APEC, yaitu Finance Ministers’ Process (FMP) dengan fokus pada dukungan terhadap pencapaian pertumbuhan yang berkelanjutan (Achieving Sustainable Growth), antara lain melalui penguatan di bidang financial inclusion. Tujuan pembahasan financial inclusion adalah mengidentifikasi upaya yang dapat dilakukan di kawasan Asia Pasifik untuk meningkatkan akses masyarakat kepada layanan lembaga keuangan. Adapun output yang dihasilkan dalam pembahasan tahun ini meliputi pokok-pokok inovasi pada saluran distribusi serta kompilasi international practices.

Pembahasan financial inclusion berlanjut sampai pada APEC Finance Deputies’ Meeting dan APEC Finance Minister Meeting yang diselenggarakan di Bali pada September 2013. Financial inclusion merupakan salah satu cakupan yang menjadi concern bersama para Menteri Keuangan APEC sebagaimana dituangkan dalam Joint Ministerial Statement - APEC FMP 2013.

3.4.6. Kerjasama Negara-Negara G-20

Sepanjang triwulan III-2013, telah dilaksanakan dua pertemuan dalam Forum G20, yaitu pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (G20 MGM) di Moscow, Rusia dan KTT G20 (G20 Leaders’ Summit) di St. Petersburg. Pertemuan G20 MGM diselenggarakan pada 1-20 Juli 2013 didahului dengan pertemuan Working Group International Financial Architecture 17 Juli 2013 dan Communiqué Drafting 18 Juli 2013. Dalam pertemuan tersebut membahas isu-isu strategis sebagai berikut: (i) perkembangan perekonomian global terkini dan upaya mendorong strong, sustainable and balanced growth; (ii) reformasi sistem keuangan internasional; (iii) pembiayaan jangka panjang untuk investasi; (iv) upaya mengatasi masalah penghindaran pajak oleh perusahaan multinasional; (v) reformasi regulasi sektor keuangan dan keuangan inklusif; (vi) isu lainnya (energy sustainability, commodity market and climate change) dan persiapan Leader’s Summit.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

73Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Dalam KTT G20 di St. Petersburg pada 2-6 September 2013, delegasi Bank Indonesia yang hadir terlibat aktif dalam proses communiqué drafting jalur Finance Deputies maupun Joint Drafting Session Deputies and Sherpa, khususnya untuk isu yang dibahas di jalur keuangan. Selain itu, Bank Indonesia juga berpartisipasi dalam persiapan kehadiran delegasi RI pada KTT G20, khususnya dalam proses perumusan dan pembahasan bahan intervensi Presiden RI.

3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan

Komunikasi kebijakan ditujukan untuk menunjang efektivitas kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.Dalam Inflation Targeting Framework (ITF), komunikasi adalah salah satu instrumen kebijakan itu sendiri. Pembentukan ekspektasi pasar dalam rangka pencapaian target inflasi maupun stabilitas nilai tukar diharapkan dapat tercapai dengan komunikasi yang efektif. Selain itu, komunikasi kebijakan di bidang stabilitas sistem keuangan maupun sistem pembayaran diharapkan dapat diterima dengan baik oleh pemangku kepentingan sehingga implementasi kebijakan dapat berjalan efektif.

Pada triwulan III-2013, berbagai kebijakan dikomunikasikan oleh Bank Indonesia kepada pemangku kepentingan utama dan publik. Di sektor moneter, dilakukan komunikasi mengenai penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan menjaga inflasi sesuai sasarannya. Di sektor stabilitas sistem keuangan, kegiatan komunikasi dilakukan untuk mendiseminasikan beberapa kebijakan seperti Loan to Value, Branchless Banking, Green Banking, dan lainnya. Di sektor sistem pembayaran, sosialisasi ciri-ciri keaslian rupiah terus dilakukan dalam rangka mencegah peredaran uang palsu. Selain itu, sosialisasi Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) juga terus dilakukan untuk mendorong Less Cash Society yang mendukung aktivitas ekonomi secara efisien. Selain komunikasi kebijakan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, dilakukan pula komunikasi dalam rangka menjaga kredibilitas (issues handling) Bank Indonesia. Bank Indonesia juga senantiasa merespon berbagai isu terkait Bank Indonesia dan kebijakannya yang mengemuka di masyarakat.

Komunikasi kebijakan dilakukan secara terencana dan bertahap, mulai dari pre-launching kebijakan sampai post-launching kebijakan. Komunikasi yang dilakukan juga dievaluasi secara berkala dengan melakukan media monitoring dan mapping opini stakeholder secara langsung. Tidak hanya sebatas memberikan edukasi langsung atau tatap muka. Bank Indonesia juga mendiseminasikan informasi melalui publikasi cetak maupun on-line. Publikasi kebijakan dan data/informasi melalui media cetak dilakukan melalui newsletter Bank Indonesia yang dikenal dengan nama Gerai Info. Sedangkan publikasi secara on-line dilakukan melalui website dan social media (twitter).

Guna memberikan layanan informasi publik, Bank Indoneskia juga mengelola contact center yang terintegrasi yang terdiri dari call center BICARA (nomor telp. 500131), visitor center Gerai Info maupun melalui email Humas Bank Indonesia.

Secara umum, pelaksanaan komunikasi kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia berjalan cukup efektif sesuai target yang diharapkan, yakni adanya pemahaman yang baik dari stakeholder atas kebijakan yang diterbitkan Bank Indonesia. Berdasarkan hasil evaluasi yakni survei kepuasan terhadap stakeholder, komunikasi kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia dinilai cukup memuaskan. Selain

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

74 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

itu, berdasarkan hasil monitoring pemberitaan secara berkala, pemberitaan terkait Bank Indonesia dan kebijakannya masih mendominasi pemberitaan positif. Meskipun demikian, Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan kualitas komunikasi kebijakannya.

Bentuk komunikasi kebijakan yang lain dilaksanakan oleh Bank Indonesia dengan memberikan edukasi kebanksentralan. Kegiatan tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan kalangan akademisi melalui kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Pada triwulan III-2013, Bank Indonesia melakukan penandatanganan nota kesepahaman kerjasama pengembangan matakuliah kebanksentralan dan pemberian bantuan dana penelitian dengan 3 perguruan tinggi yaitu dengan Universitas Negeri Jambi, IAIN Imam Bonjol, Padang dan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjung Pinang. Selain itu, selama periode laporan Bank Indonesia juga melakukan 21 pengajaran kebanksentralan di beberapa perguruan tinggi yang telah memiliki nota kesepahaman dengan Bank Indonesia. Bank Indonesia juga menyelenggarakan Lokakarya Kebanksentralan di berbagai wilayah di Indonesia. Dari 7 kali penyelenggaraan selama tahun 2013, 1 kegiatan diantaranya dilakukan pada triwulan III-2013.

Dalam rangka meningkatkan persepsi positif mengenai perekonomian Indonesia baik yang ditunjukkan oleh peningkatan sovereign credit rating, perbaikan country risk classification, dan berbagai indikator persepsi lainnya, Bank Indonesia melakukan fungsi investor relations yang bertujuan untuk menjaga persepsi positif dimaksud. Berkenaan dengan itu, Bank Indonesia membentuk Investor Relations Unit (IRU) pada 2005 sebagai single point of contact bagi stakeholder internasional, khususnya lembaga pemeringkat dan investor.

Dalam perkembangannya, tugas IRU diperluas kepada upaya menjaga persepsi yang positif mengenai Indonesia. Sebagai konsekuensinya, stakeholder IRU menjadi lebih luas yakni opinion leaders yang berpengaruh dalam menentukan persepsi mengenai Indonesia seperti lembaga pemeringkat, lembaga multilateral dan think tank serta akademisi internasional.

IRU dengan dukungan beberapa instansi pemerintah telah melakukan berbagai kegiatan investor relations serta diseminasi data dan informasi. Keberadaan IRU saat ini menjadi semakin penting di tengah upaya memperbaiki rating Indonesia dari seluruh lembaga pemeringkat internasional. Kelancaran komunikasi dan hubungan yang dibangun dengan lembaga pemeringkat dan investor ini diharapkan mampu merealisasikan perbaikan rating dan peningkatan persepsi positif mengenai Indonesia.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

75Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Selama triwulan III-2013, IRU telah melaksanakan berbagai aktivitas sebagai berikut:

Sebagai koordinator dalam upaya peningkatan sovereign credit rating Indonesia melalui strategi komunikasi dengan lembaga pemeringkat (Rating Agency). Pada -11 Juli 2013, IRU menerima annual rating visitdari salah satu lembaga pemeringkat sovereign credit rating berbasis di Jepang yaitu Rating and Investment Information Inc. (R&I). Assessment terakhir R&I terhadap Indonesia adalah pada Oktober 2012 dengan memberikan upgrade terhadap sovereign credit rating Indonesia mencapai investment grade pada level BBB- dengan stable outlook.

Menyelenggarakan investor conference call pada 12 Juli 2013, dengan pembicara dari Bank Indonesia, DJPU-Kemenkeu, dan BKF-Kemenkeu. Conference callbertujuan untuk menginformasikan kepada investor atas berbagai kebijakan dan perkembangan terkini perekonomian Indonesia.

Menerima permintaan dan melaksanakan investor briefing terhadap investment bank dari berbagai negara. Kunjungan investor asing juga merupakan salah satu sarana untuk mendiseminasikan informasi mengenai perkembangan perekonomian Indonesia terkini. Selain itu, kegiatan ini digunakan sebagai sarana tukar menukar informasi sehingga diharapkan Bank Indonesia mendapat masukan yang bermanfaat bagi perumusan kebijakan.

Bersama dengan Kementerian Keuangan melaksanakan Due Diligence Legal Documentation pada 12 Juli 2013, Proofreading Offering Memorandum di Singapore pada 18-20 Agustus 2013, dan Non-Deal Roadshow terhadap calon investor di Eropa (London) dan Kawasan Timur Tengah pada 22-28 Agustus 2013.

Melakukan pengkinian data dan informasi ekonomi Indonesia secara berkala bagi stakeholders melalui website IRU Bank Indonesia.

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

76 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB 4

Manajemen Intern Bank Indonesia

Dalam rangka mendukung terwujudnya kredibilitas pelaksanaan tugas pokok

Bank Indonesia serta memenuhi berbagai kewajiban yang diamanatkan dalam Undang-

Undang tentang Bank Indonesia, selama triwulan III-2013 Bank Indonesia melaksanakan

berbagai kegiatan strategis di bidang manajemen intern berpegang pada prinsip-prinsip

akuntabilitas dan transparansi kepada publik.

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

78 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

4.1. Manajemen Strategi, Akuntabilitas dan Transparansi

Pada triwulan III-2013, Bank Indonesia terus memperkuat dan melaksanakan beberapa aspek penting di bidang manajemen strategis. Pada triwulan ini, telah diselenggarakan rangkaian kegiatan Forum Strategis (FORSTRA) Bank Indonesia untuk menetapkan Arah Strategi Bank Indonesia 10 tahun ke depan. Mempertimbangkan tantangan dinamika global dan domestik yang akan datang, Bank Indonesia menyesuaikan misi, visi, dan nilai-nilai strategis lembaga untuk mencapai tujuan yang diamanatkan undang-undang. Misi Bank Indonesia dipertajam sehingga mencerminkan pelaksanaan tiga pilar tugas pokok Bank Indonesia yang didukung oleh peningkatan kapabilitas internal. Melalui misi tersebut, Bank Indonesia diharapkan dapat mencapai visi “sebagai bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.” Pencapaian misi dan visi Bank Indonesia dilandasi nilai-nilai strategis baru yaitu Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork.

Arah Strategis Bank Indonesia selanjutnya dijabarkan menjadi sasaran konkrit yang ditetapkan sampai dengan tahun 2018, antara lain yaitu (i) Terkendalinya inflasi sesuai target yang ditetapkan, (ii) Terkendalinya nilai tukar yang stabil sesuai keseimbangan internal dan eksternal, (iii) Terwujudnya pasar keuangan yang dalam dan efisien, (iv) Terpeliharanya stabilitas sistem keuangan yang mendukung pencapaian inflasi rendah dan nilai tukar yang stabil, (v) Terwujudnya sistem keuangan yang semakin inklusif, (iv) Terpeliharanya sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar, dengan memperhatikan perluasan akses dan kepentingan nasional. Untuk memperkuat pengendalian strategi, Bank Indonesia meningkatkan frekuensi monitoring dan evaluasi pelaksanaan strategi tahun berjalan dengan review pelaksanaan tugas dan kinerja Satker bulanan. Kegiatan tersebut membahas tantangan yang dihadapi dalam implementasi program kerja utama satuan kerja dan solusinya agar pencapaian target kinerjanya lebih optimal. Selain itu, dilakukan pemantauan realisasi anggaran program kerja utama satuan kerja untuk memastikan penyerapannya masih sesuai dengan Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI).

Sebagai perwujudan akuntabilitas dan transparansi, Bank Indonesia menyampaikan laporan kinerja dan anggaran kepada Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) dan Komisi XI DPR-RI, melakukan komunikasi kebijakan kepada pelaku pasar, berkoordinasi dengan pemerintah, dan secara terbuka mempublikasikan berbagai laporan kepada masyarakat. Bank Indonesia juga telah menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2013 kepada DPR-RI dan Pemerintah.

Dari sisi akuntabilitas untuk memenuhi amanat Undang-Undang tentang Bank Indonesia, pada akhir September 2013 Bank Indonesia menyampaikan Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) Operasional Bank Indonesia 2014 kepada DPR. RATBI disampaikan bersamaan dengan Laporan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Operasional Bank Indonesia Tahun 2013.

Dari sisi transparansi untuk mendukung kredibilitas kebijakan, Bank Indonesia senantiasa menyajikan data dan informasi yang mendukung pengambilan keputusan dan melakukan komunikasi dan diseminasi kepada pihak-pihak terkait. Melalui situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), masyarakat secara terbuka dapat melihat berbagai laporan pelaksanaan tugas, hasil riset, kajian, survei, statistik, siaran pers, dan materi lain terkait tugas Bank Indonesia.

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

79Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

4.2. Audit Intern

Pelaksanaan fungsi audit intern Bank Indonesia diarahkan pada kegiatan audit (assurance) dan konsultansi (consulting) di bidang tata kelola organisasi (governance), manajemen risiko (risk management), dan pengendalian intern (internal control).

Sampai dengan triwulan III-2013, telah dilaksanakan audit terhadap fungsi pengawasan bank di 37 satuan kerja, audit persiapan pengalihan dokumen pengawasan bank ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di 26 satuan kerja, audit pengelolaan uang dan operasional kas di 7 satuan kerja, dan audit sistem informasi. Bank Indonesia juga menyediakan konsultansi internal yang menghasilkan sejumlah rekomendasi perbaikan implementasi dan desain ketentuan. Kegiatan audit dan konsultansi dilakukan oleh auditor yang berkompeten dan beberapa telah memiliki sertifikasi nasional dan internasional. Untuk meningkatkan otomasi proses kerja audit, Bank Indonesia juga sedang mengembangkan sistem informasi audit intern sebagai upaya otomasi proses kerja.

Dalam kaitan dengan audit BPK, sampai triwulan III-2013, penyelesaian tindak lanjut temuan BPK-RI sejak LKTBI 1999 sampai dengan 2012 telah mencapai 86% atau sebanyak 1.453 butir dari total 1.684 butir temuan.

Sementara itu, untuk memperkuat Audit Intern Berbasis Risiko (AIBR), Bank Indonesia melanjutkan pengembangan audit universe atas pengelolaan devisa yang mencakup aspek risiko, pengendalian dan Instruksi Kerja Audit.

4.3. Keuangan Intern

Fungsi Manajemen Keuangan Intern mencakup perencanaan dan pengendalian anggaran yang diarahkan untuk meningkatkan pelaksanaan good governance dan memelihara sustainabilitas keuangan Bank Indonesia guna mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia.

Posisi keuangan Bank Indonesia sampai dengan 30 September 2013 mengalami surplus sebesar Rp27 triliun dengan penerimaan sebesar Rp48 triliun dan pengeluaran sebesar Rp21 triliun.Penerimaan tersebut terutama berasal dari selisih kurs karena transaksi valas dan penerimaan bunga valas sementara pengeluaran terutama bersumber dari beban operasi moneter dan penyelenggaraan sistem pembayaran.

Di sisi lain, rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2014 telah disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada minggu kedua September 2013 untuk memperoleh persetujuan.

Pelaksanaan program kerja bidang Manajemen Keuangan Intern sampai dengan triwulan III-2013 sebagai berikut:

a. Program Asset Liability Management (ALM) antara Bank Indonesia dengan Pemerintah.

Tindak lanjut ALM difokuskan pada pelaksanaan kegiatan harmonisasi hubungan Pemerintah dan Bank Indonesia secara keseluruhan, termasuk topik Treasury Single Account dan Treasury Dealing Room. Pembahasan lebih lanjut akan dilakukan sambil menunggu penyelesaian Buku Putih Kemenkeu.

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

80 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

b. Penyusunan Pernyataan Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (Standar Akuntansi BI)

Penyusunan Standard Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (Pernyataan Kebijakan Akuntansi Keuangan/PKAK) dilakukan melalui pembahasan Komite KAK-BI dan limited hearing dengan pemangku kepentingan. PKAK yang telah diselesaikan terdiri dari PKAK Kebijakan Akuntansi, Transaksi Valas, Laporan Keuangan, Emas, dan Uang Dalam Peredaran.

c. Performance Based Budgeting (PBB)

Implementasi PBB telah dilakukan untuk penyusunan anggaran Bank Indonesia tahun 2014, antara lain berupa pelaksanaan cascading strategi Bank Indonesia ke dalam program kerja level satuan kerja, pelaksanaan seleksi usulan program kerja, penerapan standard cost, dan pengembangan aplikasi pendukung. Selanjutnya, akandilakukan evaluasi dan penyempurnaan implementasi PBB secara berkesinambungan, termasuk penyesuaian ketentuan, pengukuran kinerja, dan pengembangan aplikasi pendukung implementasi PBB.

4.4. Teknologi Informasi

Pengelolaan Sistem Informasi Bank Indonesia ditujukan untuk menyediakan layanan informasi yang berkualitas tinggi dan terintegrasi dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang moneter, stabilitas sistem keuangan, dan sistem pembayaran. Selain itu, layanan sistem informasi juga ditujukan untuk mendukung peningkatan tata kelola Bank Indonesia, antara lain pengelolaan keuangan intern, pengelolaan logistik, dan manajemen sumber daya manusia.

Pada triwulan III-2013, dukungan sistem informasidi bidang moneter difokuskan untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Guna meningkatkan kualitas informasi terkait dengan Utang Luar Negeri (ULN), dikembangkan aplikasi pengelolaan informasi ULN dan saat ini telah memasuki tahap pengujian. Sementara itu guna mendukung implementasi ketentuan Devisa Hasil Ekspor (DHE), saat ini juga tengah disempurnakan sistem monitoring DHE. Untuk kegiatan survei yang merupakah salah satu cara perolehan data yang menjadi input bagi kebijakan Moneter Bank Indonesia, hingga saat ini terus dikembangkan integrasi aplikasi survei Bank Indonesia khususnya terkait survey pedagang eceran, kegiatan dunia usaha, dan pemantauan harga.

Di bidang Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), dilakukan pengembangan Sistem Informasi Pengawasan Perbankan (SIP) guna peningkatan kualitas informasi melalui penyempurnaan beberapa modul didalamnya. Pengembangan SIP tengah memasuki tahapan pengujian. Guna mendukung peningkatan penyaluran kredit ke sektor riil, saat ini tengah dilakukan peningkatan kualitas data di Sistem Informasi Debitur (SID) melalui program pembersihan data. Selain itu juga mulai disusun kebutuhan sistem informasi perkreditan yang merupakan perluasan dan peningkatan kualitas dari sistem informasi debitur.

Terkait dengan pengalihan fungsi pengaturan dan pengawasan bank ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tengah dipersiapkan pengalihan infrastruktur SI berupa penyiapan data center, migrasi aplikasi pengawasan perbankan, dan penyiapan sarana pertukaran informasi antara BI-OJK-LPS.

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

81Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Di bidang Sistem Pembayaran (SP), saat ini tengah dikembangkan Sistem Informasi Pengawasan Sistem Pembayaran guna meningkatkan kelancaran, keamanan dan efisiensi SP. Selain itu juga tengah dikembangkan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement System (RTGS) Generasi II yang terintegrasi dengan Bank Indonesia Scriptless Securities Settlement System (SSSS) dan pengembangan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI).

Pada sektor manajemen intern, sedang dilakukan pengembangan Sistem Informasi Kehumasan dan situs Bank Indonesia sebagai sarana komunikasi kebijakan.

Penyempurnaan sistem keuangan intern terkait implementasi Performance Based-Budgeting (PBB) terus dilakukan guna memberikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan.

Sementara itu, untuk menghilangkan duplikasi informasi dan perbaikan tata kelola informasi (information governance), sejak tahun 2012, Bank Indonesia menginisiasi integrasi Sistem Informasi secara bertahap untuk mendukung Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), Sistem Moneter (SM), dan Sistem Pembayaran (SP).

4.5. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)

Kebijakan Bank Indonesia di bidang organisasi dan SDM terutama pada pemenuhan SDM secara kuantitas dan kualitas, dan penyempurnaan organisasi sejalan dengan arah dan strategi Bank Indonesia.

4.5.1. Penyiapan Organisasi dan SDM dalam rangka OJK

Menindaklanjuti penyiapan pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK pada triwulan-III telah dilaksanakan penyempurnaan organisasi dalam rangka implementasi fungsi pengawasan bank (mirroring OJK) di Bank Indonesia untuk Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) sesuai kebutuhan pengawasan bank di daerah tersebut. Penyempurnaan diharapkan memperlancar pengalihan fungsi pengawasan bank di daerah agar tidak terjadi penurunan kinerja fungsi pengawasan Bank.

Dalam rangka pengalihan fungsi pengawasan tersebut seluruh pegawai Bank Indonesia di fungsi pengaturan dan pengawasan bank secara bertahap mengikuti program In-House Training (IHT) Readiness OJK. IHT bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai fungsi, tugas dan implementasi pengawasan OJK khususnya terkait non-perbankan yakni industri keuangan non bank dan pasar modal.

Dalam rangka pengelolaan SDM Bank Indonesia yang akan ditugaskan ke OJK itu telah disiapkan rancangan Surat Perjanjian antara Bank Indonesia dan OJK. Selain itu, dilaksanakan pula workshop pengelolaan SDM penugasan antara Bank Indonesia dan OJK, sebagai sarana sharing informasi ketentuan-ketentuan pengelolaan SDM yang berlaku di Bank Indonesia dan di OJK, dalam rangka menyusun kebijakan/mekanisme pengelolaan SDM selama penugasan.

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

82 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

4.5.2. Pemenuhan dan Pengembangan SDM

Pada triwulan III-2013, Bank Indonesia melakukan perencanaan kebutuhan SDM untuk 5 tahun ke depan (tahun 2014 s.d 2018) dengan mempertimbangkan meningkatnya beban tugas di bidang Moneter, Sistem Pembayaran dan Stabilitas Sistem Keuangan dalam beberapa tahun terakhir serta dimulainya masa penugasan pegawai Bank Indonesia bidang pengawasan bank ke OJK per 31 Desember 2013.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM, pada triwulan ini telah dilaksanakan beberapa program seperti proses seleksi penerimaan calon pegawai, mutasi dan promosi pegawai berbagai level/jabatan.

Program pengembangan SDM yang dilaksanakan hingga triwulan III-2013 adalah:

1. On Boarding : Program ini ditujukan bagi calon pegawai baru sebagai pembekalan pengetahuan dan praktikal melalui klasikal dan On the Job Training (OJT).

2. Leadership Development Program (LDP) : yakni pembekalan aspek – aspek kepemimpinan dan pengetahuan yang ditujukan untuk pegawai yang memperoleh kenaikan jabatan/kepangkatan.

3. Competency Development Program (CDP) : Program ini ditujukan untuk pengembangan kompetensi yang dilakukan melalui kegiatan Peningkatan Mutu Ketrampilan (PMK) dalam bentuk short course, seminar, benchmarking, dll.

4. Program Tugas Belajar (PTB) : Bank Indonesia secara rutin mengirimkan pegawai untuk mengikuti PTB S2 dan S3 di dalam dan luar negeri.

5. Attachment and Assignment Program : Program attachment dilakukan di lembaga internasional seperti Bank Sentral Australia, Jerman, The SEACEN Center, dan APRA, sementara penugasan dilakukan pada lembaga seperti International Monetary Fund (IMF), Asean Macro Economics Research Office (AMRO), Islamic Reasearc and Training Institute (IRTI dan lembaga dalam negeri seperi Lempaba Penjamin Simpanan, (LPS), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), dll.

6. Coaching, Counseling and Mentoring : Program secara rutin dilakukan kepada para pegawai khususnya dari Line Manager kepada staf atau bawahannya.

7. Seminar Internasional : Penyelenggaraan seminar internasional bekerjasama dengan lembaga-lembaga internasional seperti South East Asian Central Banks (SEACEN), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), Toronto Centre dan Bundesbank.

4.5.3. Penyelarasan Kultur

Program Penyelarasan Kultur (PPK) Bank Indonesia ditujukan untuk penguatan budaya kerja pada semua level pegawai. Pada triwulan III-2013, PPK difokuskan untuk mendukung implementasi penyempurnaan organisasi baik di Kantor Pusat maupun Kantor Perwakilan Dalam Negeri.

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

83Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

4.6. Aspek Hukum

Berdasarkan UU tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan badan hukum publik yang berwenang menetapkan peraturan yang digunakan sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan tugas sebagai bank sentral.

Pada Triwulan III-2013, Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan baik yang berlaku untuk pihak eksternal maupun internal Bank Indonesia. Terdapat 40 buah peraturan yang dikeluarkan, yang terdiri dari 4 Peraturan Bank Indonesia (PBI), 3 Peraturan Dewan Gubernur (PDG), 17 Surat Edaran Ekstern (SE Ekstern) dan 16 Surat Edaran Intern (SE Intern) (daftar PBI dan PDG sebagaimana terlampir). Sementara itu, saat ini terdapat 4 PBI/SE Ekstern yang sedang dilakukan legal review.

Dalam rangka melaksanakan tugas secara efektif, dukungan perangkat peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum menjadi diperlukan. Oleh karena itu, Bank Indonesia senantiasa berpartisipasi dalam penyusunan Naskah Akademik, Rancangan Undang-Undang (RUU) dan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP). Pembahasan pada triwulan III-2013 yang terkait langsung dengan tugas Bank Indonesia antara lain RUU Amandemen UU BI, RUU Perbankan, RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK), RUU Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar, serta Naskah Akademik Pembatasan Transaksi Tunai. Selain itu, Bank Indonesia juga secara aktif melakukan diskusi dengan akademisi dan asosiasi perbankan dalam rangka mengumpulkan informasi terkait usulan materi penyempurnaan RUU Bank Indonesia dan RUU Perbankan.

Bank Indonesia juga berperan aktif dalam pembahasan antar otoritas terkait untuk harmonisasi ketentuan. Beberapa pembahasan yang dilakukan antara lain RUU tentang Koperasi, RUU tentang Balai Harta Peninggalan, dan RUU tentang Badan Usaha di Luar Perseroan Terbatas dan Koperasi.

Selanjutnya, guna mendukung pengembangan dan pembangunan hukum nasional, Bank Indonesia melakukan sosialisasi secara berkala khususnya mengenai Aspek Hukum mengenai Kedudukan, Fungsi, dan Tugas BI selaku Bank Sentral, yang dilakukan baik melalui diskusi terbatas, pemberian kuliah umum di perguruan tinggi maupun di instansi Kehakiman. Kerjasama penelitian antara Bank Indonesia dengan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada mengenai Keterlibatan BI memprakarsai RUU dalam Sistem Ketatanegaraan dan kerjasama penelitian antara Bank Indonesia dengan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro mengenai Pembatasan Transaksi Tunai di Indonesia juga telah dilaksanakan.

Dalam rangka mempersiapkan partisipasi aktif Indonesia di berbagai pertemuan Working Group (WG) United Nations Commission on Internatonal Trade Law (UNCITRAL) khususnya WG E-Commerce dan WG Insolvency Law, telah dilakukan kerjasama Bank Indonesia dengan Kementerian Luar Negeri melalui penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD).

Selain itu, Bank Indonesia secara berkala menerbitkan Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan yang didistribusikan antara lain kepada perguruan tinggi, perbankan, lembaga penelitian, lembaga eksekutif/yudikatif/legislatif, dan kantor hukum.

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

84 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

4.7. Program Sosial Bank Indonesia

Pada Triwulan III-2013, Bank Indonesia telah melaksanakan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) di berbagai kategori bidang sosial.

Di bidang pengembangan ekonomi telah dilaksanakan program informasi harga pangan (PIHP) di Jakarta, penyelenggaraan seminar dan pameran bagi UMKM di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk memasarkan usaha kecil menengah di kalangan nasional dan internasional.

Di bidang pendidikan, PSBI mengembangkan komunitas mahasiswa penerima beasiswa di berbagai daerah, salah satunya dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa-mahasiswa di Kupang dalam kegiatan internasional sail komodo. Di Jakarta, PSBI mengembangkan kompetensi para mahasiswa melalui keikutsertaan dalam Indonesia Leadership camp, Kongres Negarawan Muda Indonesia dan juga ASEAN +9 Youth Assembly for ASEAN Community 2015. PSBI juga menyelenggarakan pelatihan guru matematika di wilayah Jawa Tengah serta perbaikan sarana pendidikan di daerah Cikakak Sukabumi dan Sumenep-Jawa Timur. Selain itu, PSBI menyelenggarakan Annual Conference on Risk, and Financial Stability & Banking di Universitas Negeri Solo (UNS).

Di bidang kemanusiaan, PSBI memberikan bantuan kepada daerah yang dilanda bencana alam seperti gempa bumi di Aceh, erupsi Gunung Rokatenda di Nusa Tenggara Timur, serta bencana banjir di Maluku, Kendari, dan Malang.

Di bidang pelestarian lingkungan hidup, Bank Indonesia juga memberikan bantuan sarana penerangan/solar cell kepada masyarakat yang berada di enam pulau terluar di Indonesia yaitu Pulau Tanajempa, Pulau Alor, Pulau Rote, Pulau Raijua, Pulau Sumba dan Pulau Komodo.

LAMPIRAN

Produk Hukum Bank IndonesiaTriwulan III-2013

Lampiran • Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan III-2013

86 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Tanggal Perihal

1. PeraTuran Bank IndonesIa

no nomor PBI

1 15/4/PBI/2013 12 Agustus 2013 Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

2 15/5/PBI/2013 27 Agustus 2013 Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/ PBI/2010 Tentang Operasi Moneter

3 15/6/PBI/2013 30 Agustus 2013 Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/1/ PBI/2005 tentang pinjaman Luar Negeri Bank

4 15/7/PBI/2013 26 September 2013 Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/ PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing

Tanggal Perihal

2. PeraTuran deWan GuBernur

no nomor PdG

1 15/10/PDG/2013 31 Juli 2013 Organisasi Bank Indonesia

2 15/11/PDG/2013 6 September 2013 Perubahan Atas Nomor 9/1/PDG/2007 Tentang Kejelasan Tanggung Jawab Pelaksanaan Tugas (Single Point Of Responsibility) Anggota Dewan Gubernur Bank

3 15/12/PDG/2013 6 September 2013 Perubahan Atas Peraturan Dewan Gubernur Nomor 12/4/PDG/2010 Tentang Komite di Bank Indonesia

Daftar Istilah

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013 87

Harga barang/jasa yang diatur oleh Pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin tidak efisien operasi bank.Suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement, merupakansistem transfer dana secara elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.Bank Indonesia – Scripless Securites Settlement System, merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pada sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas, uang kertas asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka, wesel, surat berharga luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri.Rasio kecukupan modal bank yang diukur berdasarkan perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).Penempatan dana rupiah oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka operasi moneter.Sistem Peringatan DiniSuatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk meniadakan segala bentuk hambatan baik yang bersifat harga maupun non harga, terhadap akses masyarakat dalam menggunakan dan/atau memanfaatkan layanan jasa keuangan.Indikator kinerja stabilitas sistem keuangan Indonesia secara keseluruhan yang mencakup perbankan, pasar saham dan pasar obligasi, dan membantu megidentifikasi potensi tekanan di sistem keuangan.Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. FDR digunakan untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank umum.

DAFTARISTILAH

Administered price :

Biaya Operasional Pendapatan : Operasional (BOPO)

BI Rate :

Bank Indonesia Real-Time Gross : Settlement (BI-RTGS)

Bank Indonesia – Scripless Securites : Settlement System (BI-SSSS)

Cadangan Devisa :

Capital Adequacy Ratio (CAR) :

Deposit Facility :

Early Warning System (EWS) :Financial Inclusion (Keuangan : Inklusif)

Financial Stability Index :

Financing to deposit ratio (FDR) : atau Loan to deposit ratio (LDR)

Daftar Istilah

88 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Foreign Direct Investment (FDI) :

Good Governance :

Imported inflation :Inflasi Indeks Harga :Konsumen (IHK)

Investment Grade (Peringkat : Investasi)Jakarta InterBank Offered Rate : (JIBOR)Kliring :

Inflasi inti :

Likuiditas :

Makroprudensial :

National Payment Gateway :

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) :

Non Performing Loan (NPL) :

Non Performing Financing (NPF) :

Operasi Moneter :

Pasar Uang Antar Bank (PUAB O/N) :

Pemberian Pinjaman Atau Pembelian Kepemilikan Perusahaan Di Luar Wilayah Negaranya Sendiri.Tata kelola organisasi yang baik dan sehat.Inflasi yang disebabkan karena adanya perubahan harga di luar negeri dan atas perubahan nilai tukar.Kenaikan harga barang yang diukur dari perubahan indeks konsumen, yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa kebutuhan masyarakat luas.Peringkat yang diberikan oleh lembaga pemeringkat terkemuka.

Suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi PUAB di Indonesia yang berasal dari kontributor JIBOR.Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring secara terpusat di satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan suat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan (clearing).Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam waktu yang singkat; sebuah perusahaan dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya (liquidity).Kegiatan pemantauan dana nalisis kinerja lembaga keuangan secara industri dalam kerangka pengawasan terhadap sistem keuangan.Kebijakan yang menitikberatkan pada upaya mengarahkan industri pembayaran untuk bekerjasama menciptakan platform standar sistem atau infrastruktur yang dapat digunakan secara bersama.Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembeliandan penjualan barangdan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan item-item finansial.Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah.Pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing Facilities).Kegiatan pinjam meminjam dalam rupiah dan/atau valuta asing antar Bank Konvensional dengan jangka waktu satu hari (overnight).

Daftar Istilah

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013 89

Prinsipal :

Profitabilitas :

Rencana Bisnis Bank :

Risk Based Supervision :

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) :

Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) :

Surat Utang Negara (SUN) :

Sovereign Credit Rating :

Strategy Map :

Term Deposit :

Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan sistem dan atau jaringan antar anggotanya baik berperan sebagai penerbit dan acquirer dalam transaksi Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK) yang kerjasama dengan anggotanya didasarkan pada satu perjanjian tertulis. Sedangkan yang dimaksud dengan acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang (i) melakukan kerjasama dengan pedagang sehingga pedagang mampu memproses transaksi APMK yang diterbitkan oleh pihak selain acquirer yang bersangkutan, (ii) bertanggung jawab atas penyelesaian pembayaran kepada pedagang.Ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu.Dokumen tertulis yang menggambarkan rencana kegiatan usaha Bank jangka pendek (satu tahun) dan jangka menengah (tiga tahun), termasuk strategi untuk merealisasikan rencana tersebut, rencana untuk memperbaiki kinerja usaha, dan rencana pemenuhan ketentuan kehati-hatian sesuai dengan target dan waktu yang ditetapkan.Pendekatan pengawasan yang berorientasi ke depan (forward looking) dimana pengawasan/pemeriksaan suatu bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat (inherent risk) pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian risiko (risk control system).Surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.Suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi Bank dalam penentuan suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah Bank.Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku.Peringkat hutang dari suatu lembaga negara yang berdaulat yaitu pemerintah. Sovereign Credit Rating mengindikasikan tingkat resiko dari sebuah lingkungan investasi dari suatu negara dan digunakan oleh investor asing yang ingin berinvestasi di negara tersebut. Interelasi antara pengukuran-pengukuran yang terkait satu sama lain dalam hubungan sebab akibat, yang menggambarkan strategi organisasi Bank Indonesia.Penempatan dana rupiah milik peserta Operasi Moneter secara berjangka di Bank Indonesia. Term deposit dapat dicairkan sebelum jatuh waktu (early redemption) sepanjang memenuhi persyaratan tertentu dan atas pencairan tersebut dikenakan biaya.

Daftar Istilah

90 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

Transaksi Reverse Repo :

Uang Kartal :

Unqualified Opinion :

Volatile food :

Transaksi pembelian Surat Berharga oleh peserta Operasi Pasar Terbuka (OPT) dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh peserta OPT sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.Uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank Indonesia dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Republik Indonesia.Pendapat wajar tanpa pengecualian, diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat berfluktuasi.

Daftar Singkatan

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013 91

DAFTARSINGKATAN

AMRO : ASEAN+3 Macroeconomic Research Office

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

API : Arsitektur Perbankan Indonesia

APMK : Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

ASEAN : The Association of Southeast Asian Nations

ATM : Anjungan Tunai Mandiri

ATMR : Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

BBM : Bahan Bakar Minyak

BI : Bank Indonesia

BI-RTGS : Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement

BIS : Bank for International Settlement

BI-SSSS : Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System

BOPO : Biaya Operasional Pendapatan Operasional

BPD : Bank Pembangunan Daerah

BPR : Bank Perkreditan Rakyat

BPRS : Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

bps : Basis Point

BRC : BPD Regional Champion

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

BUS : Bank Umum Syariah

CAR : Capital Adequacy Ratio

CCP : Central Counterparty

CDS : Credit Default Swap

CMIM : Chiang Mai Initiative Multilateralization

CRATA : Comprehensive, Realible, Accuracy, Timelinessdan Accessible

DF : Deposit Facility

DHE : Devisa Hasil Ekspor

DPK : Dana Pihak Ketiga

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

EMEAP : The Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central Banks

FDI : Foreign Direct Investment

FDR : Financing to Deposit Ratio

FGD : Focus Group Discussion

Daftar Singkatan

92 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

FIN : Financial Identity Number

FLS : Financial Literacy Survey

FPJP : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek

FSI : Financial Stability Index

FTV : Financing to Value

GCG : Good Corporate Governance

GDP : Gross Domestic Product

GWM : Giro Wajib Minimum

IDI : Informasi Debitur Individual

IHK : Indeks Harga Konsumen

IRU : Investor Relations Unit

JIBOR : Jakarta Interbank Offered Rate

KI : Kredit Investasi

KK : Kredit Konsumsi

KMK : Kredit Modal Kerja

KPJU : Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan

KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi

KPw BI : Kantor Perwakilan Bank Indonesia

KTI : Kawasan Timur Indonesia

KUR : Kredit Usaha Rakyat

LDR : Loan to Deposit Ratio

LK : Laporan Keuangan

LKTBI : Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia

LPS : Lembaga Penjamin Simpanan

LTV : Loan to Value

MoU : Memorandum of Understanding

Mtm : Month to month

NAD : Neraca Arus Dana

NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia

NPF : Non Performing Financing

NPG : National Payment Gateway

NPI : Neraca Pembayaran Indonesia

NPL : Non Performing Loan

OJK : Otoritas Jasa Keuangan

PBB : Performance Based Budgeting

PBC : Performance Based Culture

PBI : Peraturan Bank Indonesia

PDB : Produk Domestik Bruto

PDG : Peraturan Dewan Gubernur

PDN : Posisi Devisa Neto

PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran

Daftar Singkatan

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013 93

PIHPS : Pusat Informasi Harga Pangan Strategis

PKE : Pembiayaan Kepemilikan Emas

PMK : Protokol Manajemen Krisis

POLRI : Kepolisian Republik Indonesia

PP : Perusahaan Pembiayaan

PPATK : Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keungan

PPKD : Perusahaan Penjamin Kredit Daerah

PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

PSBI : Program Sosial Bank Indonesia

PSP : Pemegang Saham Pengendali

PUAB : Pasar Uang Antar Bank

PUAB O/N : Pasar Uang Antar Bank Overnight

QIS : Quantitative Impact Study

qtq : quarter to quarter

RI : Republik Indonesia

ROA : Return on Assets

RR-SBN : Reverse Repo-Surat Berharga Negara

RTGS : Real Time Gross Settlement

RUU : Rancangan Undang-Undang

SBDK : Suku Bunga Dasar Kredit

SBI : Sertifikat Bank Indonesia

SBN : Surat Berharga Negara

SDM : Sumber Daya Manusia

SHPR : Survei Harga Properti Residensial

SID : Sistem Informasi Debitur

SIP : Sistem Informasi Perbankan

SK : Survei Konsumen

SKB : Surat Keputusan Bersama

SKDU : Survei Kegiatan Dunia Usaha

SKNBI : Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

SP : Survei Perbankan

SPE : Survei Penjualan Eceran

SSB : Surat-Surat Berharga

STKE : Sistem Transfer Kredit Elektronik

SULNI : Statistik Utang Luar Negeri Indonesia

SUSPI : Statistik Utang Sektor Publik Indonesia

TD : Term Deposit

Tipibank : Tindak Pidana Perbankan

TNI-AL : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut

TPI : Tim Pengendali Inflasi

TPID : Tim Pengendali Inflasi Daerah

Daftar Singkatan

94 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan III - 2013

ULN : Utang Luar Negeri

UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah

UU : Undang-Undang

UUS : Unit Usaha Syariah

UYD : Uang yang Diedarkan

Valas : Valuta Asing

yoy : year on year

ytd : year to date