bahankuliah_psikosomatik.doc

7
GANGGUAN PSIKOSOMATIK Djunaidi AR, Erwin Azmar* Pendahuluan Dalam pekerjaan sehari-hari seorang dokter sering berhadapan dengan pasien yang mempunyai keluhan yang tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan secara klinis. Sekitar 25% pasien di pelayanan kesehatan primer menunjukkan gambaran somatisasi dalam berbagai tingkatan, dan paling sedikit 10% pasien dengan kasus medik dan bedah terbukti tidak mempunyai proses penyakit sebagaimana yang dikeluhkan. Dalam penanganannya sesuai konsep holistik seorang dokter harus mengintegrasikan seluruh aspek mulai dari psikis, dan somatis. Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan psikosomatik. Perkembangan Ilmu Kedokteran Psikosomatik Hipocrates (400 th BC) telah menyatakan pentingnya peran faktor psikis pada penyakit. Sigmund Freud dkk mempelajari histeria dan mengemukakan bahwa kelainan somatis dapat disebabkan oleh kelainan psikis. Pavlov meneliti tentang conditioned reflex pada anjing, dan mendapatkan perubahan-perubahan pada mukosa lambung dalam macam-macam emosi. Para ahli lainnya seperti Wolf, Selye, Frans Alexander, Dunbar, Weisacker, Sieback, dan Jore meyakinkan bahwa patologi suatu penyakit tidak hanya dari sel atau jaringan saja, tetapi pada organisme yang hidup, yang juga mempunyai jiwa, dan berhubungan dengan lingkungannya masing-masing. Kimbal mempelajari bahwa kehidupan terdiri dari 3 lapangan; somatis, psikis, dan sosiokultural yang selalu dalam keadaan seimbang. Sehingga setiap penyakit harus ditinjau dari ketiga lapangan tersebut. Inilah yang dinamakan konsep multikausal, ilmu kedokteran integral, atau

Upload: iqiqiqiqiq

Post on 06-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

GANGGUAN PSIKOSOMATIK

Djunaidi AR, Erwin Azmar*

Pendahuluan

Dalam pekerjaan sehari-hari seorang dokter sering berhadapan dengan pasien yang mempunyai keluhan yang tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan secara klinis. Sekitar 25% pasien di pelayanan kesehatan primer menunjukkan gambaran somatisasi dalam berbagai tingkatan, dan paling sedikit 10% pasien dengan kasus medik dan bedah terbukti tidak mempunyai proses penyakit sebagaimana yang dikeluhkan. Dalam penanganannya sesuai konsep holistik seorang dokter harus mengintegrasikan seluruh aspek mulai dari psikis, dan somatis. Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan psikosomatik.

Perkembangan Ilmu Kedokteran Psikosomatik

Hipocrates (400 th BC) telah menyatakan pentingnya peran faktor psikis pada penyakit. Sigmund Freud dkk mempelajari histeria dan mengemukakan bahwa kelainan somatis dapat disebabkan oleh kelainan psikis. Pavlov meneliti tentang conditioned reflex pada anjing, dan mendapatkan perubahan-perubahan pada mukosa lambung dalam macam-macam emosi. Para ahli lainnya seperti Wolf, Selye, Frans Alexander, Dunbar, Weisacker, Sieback, dan Jore meyakinkan bahwa patologi suatu penyakit tidak hanya dari sel atau jaringan saja, tetapi pada organisme yang hidup, yang juga mempunyai jiwa, dan berhubungan dengan lingkungannya masing-masing. Kimbal mempelajari bahwa kehidupan terdiri dari 3 lapangan; somatis, psikis, dan sosiokultural yang selalu dalam keadaan seimbang. Sehingga setiap penyakit harus ditinjau dari ketiga lapangan tersebut. Inilah yang dinamakan konsep multikausal, ilmu kedokteran integral, atau pendekatan holistik.

Perkembangan Konsep Kedokteran Psikosomatik

Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM ) I tahun 1952 dikelompokkan sebagai psychosomatic disorders. Ini adalah istilah yang berarti segolongan penyakit dengan gejala fisik atau organik semata. Sebetulnya ada hubungan erat antara peristiwa psikososial tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut. Alexander menyatakan teori spesifisitas di mana disebutkan bahwa keperibadian yang spesifik akan mengakibatkan konflik yang spesifik baik disadari ataupun tidak, dan menghasilkan gangguan psikosomatik yang spesifik pula.

_____________________________________________

*Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri Palembang

Disampaikan sebagai bahan kuliah blok 16

FK Unsri Palembang Januari 2009

DSM II 1968 menggunakan istilah psychophysiological autonomic and visceral disorders. Istilah ini kemudian dalam DSM III 1980 dan DSM R III 1987 menjadi psychological factors affecting physical conditions. Istilah baru ini mengembalikan penekanan pada penyatuan mind-body.

Pada DSM III ini ditegaskan bahwa penyakit psikosomatik tidak terikat pada salah satu bagian apapun yang ada pada ilmu kedokteran, tetapi dapat berhubungan dengan semua cabang ilmu kedokteran. Dikenal penggunaan sistem evaluasi multiaksis yang mencakup 5 aksis yaitu :

Aksis 1. Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi malfungsi atau kondisi fisis, sindroma klinis.

Aksis 2. Gangguan kepribadian serta keras dan beratnya gangguan tersebut.

Aksis 3. Gangguan penyakit fisik.

Aksis 4. Stresor psikososial serta keras dan beratnya.

Aksis 5.Sosio-kultural, kemampuan fungsi adaptasi yang tertinggi yang didapatkan dalam satu

tahun terakhir.

Dengan menggunakan evaluasi multiaksis ini pada setiap pasien psikosomatik dapat dipandang secara luas dari berbagai aspek, yaitu aspek psikologis, sosial, fisik, dan juga beratnya faktor stresor dan derajat fungsi adaptasinya.

Dalam DSM IV 1994 dikenal istilah somatoform disorders dengan berbagai kriteria dan syarat diagnostiknya. Gangguan somatoform adalah keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan dengan penemuan medis secara adekuat. Dan tidak ditemukan adanya gangguan kondisi medik, gangguan mental, dan gangguan akibat penggunaan obat atau zat-zat lain secara keseluruhan.

Patofisiologi Penyakit Psikosomatik

Proses emosi terdapat di otak dan disalurkan melalui susunan saraf otonom vegetatif ke alat-alat viseral yang banyak dipersarafi oleh saraf otonom vegetatif tersebut. Karena itu keluhan-keluhan tersebut banyak terdapat di bidang ilmu penyakt dalam, misalnya kardiovaskular, traktus digestivus, respiratorius, sistem endokrin, traktus urogenital. Keadaan yang mula-mula dinamakan sebagai ketidakseimbangan vegetatif. Atas dasar itu pulalah banyak penderita yang berobat pada dokter ahli penyakit dalam. Jarang mereka sadari, perasaan emosi itulah yang sebetulnya menjadi sumber penyebab keluhan-keluhan mereka.

Karena penyakit psikosomatik ada dalam borderline cases antara ilmu penyakit dalam dan psikologi/psikiatri maka sebagai non psikiater seorang ahli di bidang ilmu penyakit dalam membatasi diri pada minor cases saja. Sehingga perlu ada kriteria klinis khusus penyakit psikosomatik.

Kriteria Klinis Penyakit Psikosomatik

Kriteria yang biasanya tidak ada (kriteria negatif)

tidak terdapat kelainan organik pada pemeriksaan yang teliti.

Tidak didapatkan kelainan psikiatri

Kriteria yang biasanya ada (kriteria positif)

keluhan berhubungan dengan emosi tertentu

keluhan berganti dari satu sistem ke sistem lain (shifting phenomen atau alternasi)

adanya imbalans vegetatif

penuh dengan stres sepanjang hidup (stressfulllive situation)

adanya perasaan negatif sebagai titik tolak keluhan

adanya faktor pencetus

adanya faktor predisposisi

Kriteria di atas tidak perlu ada semua, bila sudah ada salah satu atau lebih, presumtif, indikatif untuk penyakit psikosomatik.

Penanggulangan Penyakit Psikosomatik

Adanya interaksi secara terus menerus dari 3 lapangan akan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. lapangan bio-organik

2. lapangan psiko-edukatif

3. lapangan sosio-kultural

Penatalaksanaan pada penderita dengan gangguan psikosomatik harus meliputi seluruh faktor di atas. Penatalaksanaan lapangan bioorganik meliputi pemeriksaan fisik, mengobati kelainan fisik, pemberian obat-obatan, dan mengajarkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat. Penatalaksanaan lapangan psiko-edukatif yaitu menciptakan hubungan dokter-pasien yang menimbulkan kepercayaan, memberi kesempatan mengutarakan konflik (ventilasi), memberi keyakinan dan pengertian sebab penyakitnya (reedukasi)., serta melihat persoalan dari sudut agama. Penatalaksanaan lapangan sosio-kultural dengan memperbaiki kondisi sosial ekonomi, meningkatkan kapasitas adaptasi dan manipulasi lingkungan.

Gambar 1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembanga gangguan psikosomatik

DAFTAR PUSTAKA

1. Budihalim S, Mudjaddid E. Kedokteran psikosomatik: Pandangan dari sudut ilmu penyakit

dalam. Dalam : Sudoyo A , Setyohadi B, Alwi I, et al editor.Buku Ajar Penyakit Dalam jilid II edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Juni 2006; hal. 903-905

2. Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe B. Somatoform disorders,in Current Diagnosis and Treatment in Psychiatry, Mc Graw-Hill Company, 2007.

3. Mayou R. Somatoform disorders and medically unexplained symptoms, in Gelder MG, Lopez-Ibor JJ, Andreasen N, eds, New oxford textbook of psychiatry, Oxford University Press, 2000.

4. Hahn RK, Albers LJ, Reist C. Somatization disorders, in Psychiatry current clinical strategies. Current clinical strategies publishing, California, 2008.

5. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders IV, 1994.

6. World Health Organization. International statistical classification of diseases and related health problems. 10th ed, vol. 3, Geneva, 1994