bahan p2 kv

16
EKG (Elektrokardiagram) A. Pengertian Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung. Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium. (1) Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitas listrik jantung. Dengan posisi lead (listr ik sensing perangkat) pada tubuhdi lokasi standar, informasi tentang kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari pola karakteristik padaEKG. (2) Elektrokardiogram, EKG atau ECG: Sebuah EKG adalah bagian penting dari evaluasi awal pasien yang diduga memiliki masalah jantung yang terkait. Elektroda lengket kecil diterapkan ke dada pasien, lengan dan kaki. Namun, dengan beberapa sistem, elektroda dapat diterapkan untuk bahu dada, dan sisi dada bagian bawah, atau pinggul. Kabel digunakan untuk menghubungkan pasien dengan mesin EKG. Anda akan diminta untuk tetap diam sementara perawat atau teknisi catatan EKG. Aktivitas listrik yang diciptakan oleh pasien jantung diproses oleh mesin EKG dan kemudian dicetak pada kertas grafik khusus. Ini kemudian ditafsirkan oleh dokter Anda. Ini membutuhkan waktu beberapa menit untuk menerapkan elektroda EKG, dan satu menit untuk membuat rekaman yang sebenarnya. (3) B. Kegunaan EKG EKG dapat memberikan data yang mendukung diagnosis dan pada beberapa kasus penting untuk penetalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada, dan ketepatan penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung padanya. EKG dapat membantu mendiagnosis penyebab sesak nafas. (4) Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluais terhadap EKG dapat memberikan informasi yang berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan kesehatan otot-ototnya. 1. Kelainan Kecepatan Jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di sebuah rekaman EKG dikalibrasikan ke kecapatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100 denyut per menit dikenal sebagai takikardia(cepat), sedangkan denyut yang lambat yang kurang dari 60 kali per menit disebut bradikardi(lambat). 2. Kelainan Irama Irama mengacu pada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama normal dan urutan eksitasi jangtung disebut aritmia. - Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi atrium yang reguler tetapi cepat dengan kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per menit. - Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan tidak terkordinasi tanpa gelombang P yang jelas.

Upload: ones-sianipar

Post on 02-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahan pemicu KV

TRANSCRIPT

Page 1: bahan P2 KV

EKG (Elektrokardiagram)A.      Pengertian

Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung.  Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.(1)

Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitas listrik jantung. Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat) pada tubuhdi lokasi standar, informasi tentang kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari pola karakteristik padaEKG.(2)

Elektrokardiogram, EKG atau ECG: Sebuah EKG adalah bagian penting dari evaluasi awal pasien yang diduga memiliki masalah jantung yang terkait. Elektroda lengket kecil diterapkan ke dada pasien, lengan dan kaki. Namun, dengan beberapa sistem, elektroda dapat diterapkan untuk bahu dada, dan sisi dada bagian bawah, atau pinggul. Kabel digunakan untuk menghubungkan pasien dengan mesin EKG. Anda akan diminta untuk tetap diam sementara perawat atau teknisi catatan EKG. Aktivitas listrik yang diciptakan oleh pasien jantung diproses oleh mesin EKG dan kemudian dicetak pada kertas grafik khusus. Ini kemudian ditafsirkan oleh dokter Anda. Ini membutuhkan waktu beberapa menit untuk menerapkan elektroda EKG, dan satu menit untuk membuat rekaman yang sebenarnya.(3)

B.       Kegunaan EKGEKG dapat memberikan data yang

mendukung diagnosis dan pada beberapa kasus

penting untuk penetalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada, dan ketepatan penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung padanya. EKG dapat membantu mendiagnosis penyebab sesak nafas.(4)

Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluais terhadap EKG dapat memberikan informasi yang berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan kesehatan otot-ototnya.

1.    Kelainan KecepatanJarak antara dua kompleks QRS yang berurutan

di sebuah rekaman EKG dikalibrasikan ke kecapatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100 denyut per menit dikenal sebagai takikardia(cepat), sedangkan denyut yang lambat yang kurang dari 60 kali per menit disebut bradikardi(lambat).

2.    Kelainan IramaIrama mengacu pada keteraturan gelombang

EKG. Setiap variasi irama normal dan urutan eksitasi jangtung disebut aritmia.

-       Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi atrium yang reguler tetapi cepat dengan kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per menit.

-       Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan tidak terkordinasi tanpa gelombang P yang jelas.

-       Fibrilasi Ventrikel adalah kelainan irama yang sangat serius dengan otot-otot ventrikel memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak terkoordinasi.

3.    Miopati JantungGelombang EKG abnormal juga penting dalam

mengenali dan menilai miopati jantung (kerusakan otot jantung).(5)

Kegunaan EKG adalah :-          Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung

(aritmia)-          Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark,

hipertrophy atrial dan ventrikel)-          Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat

jantung-          Mengetahui adanya gangguan elektrolit-          Mengetahui adanya gangguan perikarditis (6)

Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA, iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan, korpulmonale, emboli paru, mixedema.(7)

C.      Sistem Konduksi Jantung1.    Sinoatrial Node (SA Node)

Suatu tumpukan neuromuskular yang kecil, berada di dalam dinding atrium kanan di ujung kristo terminalis. Nodus ini merupakan pendahulu dari kontraksi jantung, dari sini impuls diteruskan ke antrioventrikuler node.

2.    Antrioventrikular Node (AV Node)Susunannya sama seperti sinoatrium node.

Berada di dalam septum atrium dekat muara sinus koronarius. Selanjutnya impuls-impuls diteruskan ke antrioventrikuler bundel melalui berkas wenkebach.

3.    Antrioventrikuler Bundel (AV Bundel)

Page 2: bahan P2 KV

Mulai dari AV bundel berjalan ke arah depan pada pinggir posterior dan pinggir bawah pars membranasea septum interventrikulare. Pada bagian cincin yang terdapat antara atrium dan ventrikel analus vibrosus, rangsangan terhenti 1/10 detik selanjutnya menuju ke arah apeks kordis dan bercabang dua :

a.    Pars septalis dekstra melanjut ke arah AV bundel di dalam pars mucularis septum interventrikulare menuju ke dinding depan depan ventrikel kanan.

b.    Pars septalis sinistra berjalan di antara pars membranacea dan pars mucularis sampai di sisi kiri septum interventrikularis menuju basis M. Papilaris inferior ventrikel kiri. Serabut-serabut pars septalis kemudian bercabang-cabang menjadi serabut terminal (serabut purkinje).

4.    Seraburt penghubung TerminalSerabut penghubung terminal (serabut

purkiunje) berupa anyaman yang berada pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel.(8)

D.      Sifat-Sifat Sel JantungSel-sel otot jantung mempunyai susunan ion

yang berbeda antara ruang dalam sel (intraselular) dan ruang luar sel (ekstraseluler). Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion Natrium (Na+) dan ion Kalium (K+). Kadar K+ intraselular sekitar 300 kali lebih tinggi dalam ruang ekstraselular daripada dalam ruang intraselular.

Membran sel otot jantung ternyata lebih permiabel untuk ion negatif daripada ion Na+. Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ion-ion, potensial membran bagian dalam dan bagian luar tidak sama. Membran sel otot jantung saat istirahat berada pada keadaan polarisasi, dengan bagian luar berpotensial lebih positif dibandingkan dengan bagian dalam. Selisih potensial ini disebut sebagai potensial membran,

uang dalam keadaan istirahat berkisar -90 mV. Bila membran otot jantung dirangsang, sifat permeabel membran berubah sehingga ion Na+ masuk ke dalam sel, yang menyebabkan potensial membran berubah dari -90 mV menjadi +20 mV (potensial diukur intraselular terhadap ekstraselular). Perubahan potensial membrab karena stimulus ini disebut depolarisasi. Setelah proses depolarisasi selesai, maka potensial membran kembali mencapai keadaan semula yang disebut sebagai repolarisasi.(9)

E.       Potensial AksiBila kita mengukur potensial listrik yang

terjadi dalam sel otot jantung dibandingkan dengan potensial di luar sel pada saat sel mendapat stimulus, maka perubahan potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi. Kurva potensi aksi menunjukkan karakteristik yang khas dan dibagi menjadi 4 fase yaitu :

-    Fase 0Awal potensi akhir yang berupa garis vertikal

ke atas yang merupakan lonjakan potensial hingga mencapai +20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraselular ini disebabkan oleh masuknyaion Na+ dari luar ke dalam sel.

-    Fase 1Masa repolarisasi awal yang pendek, dimana

potensial kembali dari +20 mV mendekati 0 mV.-    Fase 2

Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi gerak masuk dari ion Ca++ untuk mengimbangkan gerak keluar ion K+

-    Fase 3Masa repolarisasi cepat dimana potensial

kembali secara tajam pada tingkat awal yaitu fase 4(9)

F.       Sadapan - Sadapan EKG1.    Ketiga Sadapan Anggota Bipolar

Istilah bipolar berarti bahwa elektrokardiogram yang direkam itu berasal dari dua elektroda yang terletak pada bagian jantung yang berbeda, dalam hal ini pada anggota badan. Jadi, sebuah sadapan bukan merupakan kabel tunggal yang dihubungkan dari tubuh, tetapi merupakan gabungan dari dua kabel dan elektrodanyan untuk membentuk sebuah sirkuit yang menyeluruh antara tubuh dan elektrodiograf.

a.    Sadapan ISewaktu merekam sadapan anggota badan I,

ujung negatif elektrokardigraf dihubungkan ke lengan kanan dan ujung positifnya pada lengan kiri.

b.    Sadapan IIUntuk merekam sadapan anggota badan II,

ujung negatif elektrokardiograf dihubungkan ke lengan kanan dan ujung positifnya pada tungkai kiri.

c.    Sadapan III Untuk merekam sadapan anggota badan III,

ujung negatif kardiograf dihubungkan ke lengan kiri dan ujung positifnya dihubungkan pada tungkai kiri.

2.    Sadapan Dada (Sadapan Prekordial)Biasanya dari dinding anterior dada dapat

direkam enam macam sadapan dada yang standar satu per satu, keenam elektroda dada diletakkan berurutan pada enam titik seperti dalam diagram. Macam-macam rekaman tersebut dikenal sebagai sadapan V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.(10)

Elektroda dipasang berurutan di enam tempat berbeda pada dinding dada :

Page 3: bahan P2 KV

V1 : Pada sela iga keempat sebelah kanan dari sternumV2 : Pada sela iga keempat sebelah kiri sternumV3 : Pada pertengahan antara V2 dan V4

V4 : Pada sela iga kelima di garis mid-klavikularisV5 : Horisontal terhadap V4, pada garis aksilaris anteriorV6 : Horisontal terhadap V4, pada garis midaksilaris(1)

V7 : Sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai)V8 : Sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai)V9 : Sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)(6)

3.    Sadapan Anggota Badan Unipolar yang DiperbesarPada tipe perekaman ini, kedua anggota badan

dihubungkan melalui tahanan listrik dengan ujung negatif ujung alatn elektrokardiograf, sedangkan anggota badan yang ketiga dihubungkan dengan ujung yang positif. Bila ujung positif terletak pada tangan kanan, maka sadapan dikenal sebagai sadapan aVR dan bila pada lengan kiri, maka disebut sebagai sadapan aVL dan bila pada tungkai kiri maka disebut sebagai sadapan aVF.(10)

Tiga ditambahkan antaran adalah sebagai berikut

-  aVR : membagi dua bagian sisi dari segi tiga yang dari lengan tangan ke kaki kiri. Itu diarahkan ke arah electroda dari lengan tangan yang benar

-  aVL : kutup tunggal yang ditambahkan ini membagi dua bagian sisi dari segi tiga yang meninggalkan lengan tangan kanan ke kaki kiri. Itu diarahkan ke arah elektrode yang positif pada lengan tangan

-  ini adalah dibentuk oleh satu baris tegaklurus ke sisi dari segi tiga yang meluas dari lengan tangan kanan

ke kaki kanan dan diarahkan mengarah ke bawah ke kaki kiri.(11)

Sadapan ini mengukur perbedaan potensial listrik antara dua titik sehingga sadapan ini bersifat bipolar, dengan satu kutub negatif dan satu kutub positif.(1)

G.      Siklus Jantung dalam EKG1.      Gelombang P

Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik berhubungan dengan eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelombang P dalam keadaan yang normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran. Pembesaran antrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. Misalnya, irama yang bersal dekat perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.

2.      Interval PRDiukur dari permukaan gelombang P hingga

awal kompleks QRS. Dalam interval ini tercakup juga penghantaran impuls melalui antrium dan hambatan impuls pada nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0.20 detik. Perpanjangan interva l PR yang abnormal menandai adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut blok jantung tingkat pertama.

3.      Kompleks QRSMenggambarkan depolarisasi ventrikel.

Amplitudo gelombang ini besar karena banyak massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar begitu cepat, normal lama kompleks QRS adalah antara 0,06 dan 0,01 detik. Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas cabang disebut sebagai blok berkas cabang

akan menlebarkan kompleks ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia ventrikel juga akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat penyebaran impuls melaui ventrikel di pintas. Hipertropi ventrikel akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung. Repolarisasi atrium terjadi selama ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatatdi elektrokardiografi.

4.      Segmen STInterval ini terletak antara gelombang

depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel. Tahap awal perubahan repolarisasi ventriklel terjadi selama periode ini, tetapi perubaha ini terlalu lemah dan tidak tertangkap EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan penigkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan digitalis akan menurungkan segmen ST.

5.      Gelombang Interval QTInterval ini diukur mulai dari awal

kompleksQRS sampai akhir gelombang T, meliputu depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata-rata adalah 0,36 sampai 0,44 detik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada pemberian obat-obat anti disritmia seperti kunidin, prokainamid, setalol (betapace), dan amidaron (cordarone).(1)

H.      Prinsip Membaca EKGUntuk membaca EKG secara mudah dan

tepat, sebaiknya setiap EKG dibaca mengikuti urutan petunjuk di bawah ini

1.         IramaPertama-tama tentukan irama sinus atau

bukan. Apabila setiap kompleks QRS didahului

Page 4: bahan P2 KV

oleh sebuah gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak, maka berarti bukan irama sinus.

Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang mungkin fibrilasi, blok AV derajat dua atau tiga, irama jungsional, takikardia ventrikular, dan lain-lain.

2.         Laju QRS (QRS Rate)Pada irama sinus, laju QRS normal berkisar

antara 60 - 100 kali/min, kurang dari 60 kali disebut bradikardia sinus, lebih dari 100 kali disebut takikardia sinus.

Laju QRS lebih dari 150 kali/min biasanya disebabkan oleh takikardia supraventrikular (kompleks QRS sempit), atau takikardia ventrikular (kompleks QRS lebar). Pada blok AV derajat tiga, selain laju QRS selalu harus dicantumkan juga laju gelombang P (atrial rate).

EKG normal selalu regular. Irama yang tidak regular ditemukan pada fibrilasi atrium, atau pada keadaan mana banyak ditemukan ekstrasistol (atrium maupun ventrikel), juga pada sick sinus syndrome.

3.         AksisAksis normal selalu terdapat antara -30°

sampai +110°. Lebih dari -30° disebut deviasi aksis kiri, lebih dari +110° disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari +180° disebut aksis superior.

Kadang kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis undeterminable, misalnya pada EKG dimana defleksi positif dan negatif pada kompleks QRS di semua sandapan sama besarnya.

4.         Interval -PRInterval PR normal adalah kurang dari 0,2

detik. Lebih dari 0.2 detik disebut blok AV derajat satu. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang delta menunjukkan Wolff-Parkinson- White syndrome.

5.         Morfologia.    Gelombang P

Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah ada P-pulmonal atau P-mitral.

b.    Kompleks QRSAdanya gelombang Q patologis menandakan

old myocardial infarction (tentukan bagian jantung mana yang mengalami infark melalui petunjuk sandapan yang terlibat). Bagaimana amplitudo gelombang R dan S di sandapan prekordial. Gelombang R yang tinggi di sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau infark dinding posterior). Gelombang R yang tinggi di sandapan V5 dan V6 dengan gelombang S yang dalam di sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertofi ventrikel kiri. Interval QRS yang lebih dari 0,1 detik harus dicari apakah ada right bundle branch block, left bundle branch block atau ekstrasistol ventrikel.

c.    Segmen STElevasi segmen ST menandakan infark miokard

akut (tentukan bagian mana dari jantung yang mengalami infark). Depresi segmen ST menandakan iskemia.

d.   Gelombang TGelombang T yang datar (flat 7) menandakan

iskemia. Gelombang T terbalik (T-inverted) menandakan iskemia atau mungkin suatu aneurisma. Gelombang T yang runcing menandakan hiperkalemia.

e.    Gelombang UGelombang U yang sangat tinggi (> gel. T)

menunjukkan hipokalemi. Gelombang U yang terbalik menunjukkan iskemia miokard yang berat.(7)

I.         Kelainan Kompleks pada Beberapa Penyakit.

Pada dasarnya bagi yang berpengalaman, tidaklah sulit membedakan antara kompleks EKG normal dan yang ada kelainan. Tetapi kadang-kadang ditemukan adanya gambaran EKG yang tidak khas dan membingungkan kita. Oleh karena itu sebagai patokan, maka berikut ini disajikan kelainan kompleks P-QRS-T pada beberapa penyakit.

1.    Kelainan gelombang P.Kelainan penampilan (amplitudo, lamanya,

bentuknya) gelombang P pada irama dan kecepatan yang normal. Misalnya P mitrale yang ditandai dengan gelombang P yang tinggi, lebar dan “not ched” pada sandapan I dan II : gelombang P lebar dan bifasik pada VI dan V2. adanya hipertrofi atrium kiri terutama pada stenosis mitralis. Sedangkan P pulmonale ditandai dengan adanya gelombang P yang tinggi, runcing pada sandapan II dan III, dan mungkin disertai gelombang P tinggi dan bifasik pada sandapan VI dan V2. Ditemukan pada korpulmonale dan penyakit jantung kogenital.

Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat berupa kelainan tunggal gelombang P misalnya “atrial premature beat” yang bisa ditemukan pada penyakit jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis. Selain itu dapat ditemukan kelainan pada semua gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya fibrilasi atrium yang dapat disebabkan oleh penyakit jantung rematik (PJR), pada infark miokard. Kelainan gelombang P lainnya berupa tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-T timbul lebih cepat dari pada biasanya. Misalnya “ AV nodal premature beat” pada PJK, intoksikasi digitalis, dimanabentuk kompleks QRS normal, dan terdapat masa istirahat kompensatoir. Kelainan lain

Page 5: bahan P2 KV

berupa ekstrasistole ventrikel pada PJK, intoksikasi digitalis.

Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS adalah normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi yang timbul akibat intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH). Gelombang P seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks QRS. Misalnya ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit jantung hipertensi (PJH).

2.    Kelainan interval P-R-    Interval P-R panjang menunjukkan adanya

keterlambatan atau blokkonduksi AV. Misalnya pada blok AV tingkat I dimana tiap gelombang 7 P diikuti P-R > 0,22 detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada miokarditis, intoksikasi digitalis, PJK, idiopatik. PadaAV blok tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan kecepatan normal, tetapi tidak diikuti kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S - T dan T. Interval P-R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi tetap jaraknya. Blok jantung A-V2 : 1 atau 3 : 1., berarti terdapat 2 P dan hanya 1 QRS atau 3P&1QRS. Tipe lain dari blok jantung ini ialah fenomena Wenkebach. Pada blok jantung tingkat III atau blok jantung komplit irama dan kecepatan gelombang P normal, irama kompleks QRS teratur tetapi lebih lambat (20-40 kali permenit) dari gelombang P. jadi terdapat disosiasi komplit antara atriumdan ventrikel.

-    Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa kelainan bentuk QRS. Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis, sindroma WPW.

3.    Kelainan gelombang Q.

Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan dalamnya >2 mm (lebih 1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya miokard yang nekrosis. Adanya gelombang Q di sandapan III dan aVR merupakan gambaran yang normal.

4.    Kelainan gelombang R dan gelombang S.Dengan membandingkan gelombang R dan S

disandapan I dan III yaitu gelombang S di I dan R di III menunjukkan adanya “right axis deviation”. Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kanan, stenosis mitral, penyakit jantung bawaan, korpulmonale. Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan adanya “ left axis deviati on”. Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan menjumlahkan voltase (kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 + R V6 > 35 mm atau gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.

5.    Kelainan kompleks QRS-  Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan

adanya kompleks QRS lebar dan atau “notched” dengan gelombang P dan interval P-R normal. Ditemukan pada PJK, PJR (Penyakit Jantung Rematik).

-  Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi iramanya teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok komplit terutama pada PJK, PJR, penyakit jantung bawaan.

-  Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu pada sinus takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium, takikardi ventrikel. Ditemukan pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit Jantung Rematik), infark miokard, intoksikasi digitalis.

-  Irama QRS tidak tetap.Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya “ AV nodal premature beat”, “ventricular premature beat”. Ditemukan pada PJK dan intoksikasi digitalis. Irama kompleks QRS sama sekali tidak teratur yaitu pada fibrilasi atrium dimana sering ditemukan pada PJH, PJR, infark miokard dan intoksikasi digitalis.

6.    Kelainan segmen S-T.Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi

segmen S-T yang ragu-ragu, sebaiknya dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu seri perekaman. Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm atau depresi tidak melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar. Secara klinik elevasi atau depresi segmen S-T pada 3 sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang sama pada sandapan yang sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen S-T merupakan petunjuk adanya infark miokard akut atau perikarditis. Elevasi segmen S-T pada sandapan prekordial menunjukkan adanya infark dinding anterior, sedangkan infark dinding inferior dapat diketahui dengan adanya elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan aVF. Untuk perikarditis biasanya tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan tampak elevasi di hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4R ditemukan pada infark ventrikel kanan

7.    Kelainan gelombang T.Adanya kelainan gelombang T menunjukkan

adanya kelainan pada ventrikel. Untuk itu dikemukakan beberapa patokan yaitu:

-   Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap sandapan.

-   Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau II dengan gelombang R menyolok.

Page 6: bahan P2 KV

-   Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok.

-   Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih tinggi 8 mm pada sandapan I,II, III.

Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T, maka dalam menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan mempertimbangkan seluruh gambaran klinik. Suatu diagnosis khusus tidak dapat dibuat atas dasar perubahan -perubahan yang tidak khas. Adanya gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai segmen S-T konveks keatas, menandakan adanya iskemi miokard. Kadang-kadang gelombang T sangat tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana defleksi QRS positif pada sandapan I, sedangkan gelombang T pada sandapan I terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di sandapan III menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam pada semua sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi. Gelombang T yang tinggi dan simentris dengan depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark dinding posterior.

8.    Kelainan gelombang U.Adanya gelombang U defleksi keatas lebih

tinggi dari gelombang T pada sandapan yang sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.(7)

http://sandurezu.wordpress.com/2011/11/16/membaca-hasil-ekg-elektrokardiografi/ diunduh pada 4 Juni 2013 pada pukul 18.34

Membaca Hasil EKG (Elektrokardiografi)1. IRAMA JANTUNG

Irama jantung normal adalah irama sinus, yaitu irama yang berasal dari impuls yang dicetuskan oleh Nodus SA yang terletak di

dekat muara Vena Cava Superior di atrium kanan jantung. Irama sinus adalah irama dimana terdapat gelombang P yang diikuti oleh kompleks QRS. Irama jantung juga harus teratur/ reguler, artinya jarak antar gelombang yang sama relatif sama dan teratur. Misalkan saya ambil gelombang R, jarak antara gelombang R yang satu dengan gelombang R berikutnya akan selalu sama dan teratur.

Jadi, yang kita tentukan dari irama jantung adalah, apakah dia merupakan irama sinus atau bukan sinus, dan apakah dia reguler atau tidak reguler.

Irama Sinus, seperti yang saya tulis di atas, yakni adanya gelombang P, dan setiap gelombang P harus diikuti oleh kompleks QRS. Ini normal pada orang yang jantungnya sehat.

Irama Bukan Sinus, yakni selain irama sinus, misalkan tidak ada kompleks QRS sesudah gelombang P, atau sama sekali tidak ada gelombang P. Ini menunjukkan adanya blokade impuls elektrik jantung di titik-titik tertentu dari tempat jalannya impuls seharusnya (bisa di Nodus SA-nya sendiri, jalur antara Nodus SA – Nodus AV, atau setelah nodus AV), dan ini abnormal.

Reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan teratur. Kita juga bisa menentukan regulernya melalui palpasi denyut nadi di arteri karotis, radialis dan lain-lain.

Tidak reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya tidak sama dan tidak

teratur, kadang cepat, kadang lambat, misalnya pada pasien-pasien aritmia jantung.

2. FREKUENSI JANTUNGFrekuensi jantung atau Heart Rate adalah

jumlah denyut jantung selama 1 menit. Cara menentukannya dari hasil EKG ada bermacam-macam. Bisa kita pakai salah satu atau bisa semuanya untuk membuat hasil yang lebih cocok. Rumusnya berikut ini:1)      Cara 1

 HR = 1500 / xKeterangan: x = jumlah kotak kecil antara

gelombang R yang satu dengan gelombang R setelahnya.2)      Cara 2

HR = 300 / yKeterangan: y = jumlah kotak sedang (5×5

kotak kecil) antara gelombang R yang satu dengan gelombang R setelahnya. (jika tidak pas boleh dibulatkan ke angka yang mendekati, berkoma juga ga masalah)3)      Cara 3

Adalah cara yang paling mudah, bisa ditentukan pada Lead II panjang (durasi 6 detik, patokannya ada di titik-titik kecil di bawah kertas EKG, jarak antara titik 1 dengan titik setelahnya = 1 detik, jadi kalau mau 6 detik, bikin aja lead II manual dengan 7 titik).

Caranya adalah:HR = Jumlah QRS dalam 6 detik tadi itu x

10.Nanti yang kita tentukan dari Frekuensi

jantung adalah:

Page 7: bahan P2 KV

Normal: HR berkisar antara 60 – 100 x / menit.

Bradikardi= HR < 60x /menitTakikardi= HR > 100x/ menit

 3. AKSISAksis jantung adalah proyeksi jantung jika

dihadapkan dalam vektor 2 dimensi. Vektor 2 dimensi disini maksudnya adalah garis-garis yang dibentuk oleh sadapan-sadapan pada pemeriksaan EKG. Sadapan (Lead) EKG biasanya ada 12 buah yang dapat dikelompokkan menjadi 2:

Lead bipolar, yang merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda/ lead standar, yaitu lead I, II dan III.

Lead unipolar, yang merekam perbedaan potensial listrik pada satu elektroda yang lain sebagai elektroda indiferen (nol). Ada 2: (a) unipolar ekstrimitas (aVL, aVF, dan aVR); (b) unipolar prekordial (V1, V2, V3, V4, V5 dan V6)

Setiap lead memproyeksikan suatu garis/ vektor tertentu. Urutannya bisa dilihat dari gambaran berikut ini:

Aksis jantung normal (positif) adalah antara -30° sampai dengan 120° (ada yang mendefinisikan sampai 100° saja). Sebenarnya ini adalah proyeksi dari arah jantung sebenarnya (jika normal dong  ). Pada kertas EKG, kita bisa melihat gelombang potensial listrik pada masing-masing lead. Gelombang disebut positif jika arah resultan QRS itu ke atas, dan negatif jika ia kebawah. Berikut ini arti dari masing-masing Lead:

Lead I = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA), dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+).

Lead II = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-), dan kaki kiri bermuatan positif (+)

Lead III = merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+)

Lead aVL = merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki

kiri membentuk elektroda indiferen (potensial nol)

Lead aVF = merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri bermuatan positif (+), tangan kiri dan tangan kanan nol.

Lead aVR = merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana tangan kanan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri nol.

Nah, secara elektrofisiologi, arus potensial listrik jantung berasal dari SA node lalu meluncur ke AV node, bundle His, cabang septal dan sampai ke serabut purkinje. Arus itu bermuatan negatif (-). Jika arus itu menuju lead yang bermuatan positif (+), maka di kertas EKG akan muncul gelombang ke atas, (kan tarik-menarik gitu..), kalau arus itu menjauhi lead yang bermuatan (+) tersebut, maka di kertas EKG dia akan muncul sebagai gelombang ke bawah. (Arus menuju dan menjauhi lead itu layaknya bisa di imajinasikan sendiri kali ya, bayangkan saja lokasi leadnya dan arah arus elektrofisiologi jantungnya. Sama halnya jika diibaratkan, lead itu kayak orang yang lagi berdiri memandangi sebuah mobil yang lagi jalan dalam suatu arena balap. Ada orang yang melihat mobil itu dari sudut segini, ada yang dari segitu, jadi ntar penafsiran mereka beda-beda. Jika digabungkan, maka dapatlah mereka menyimpulkan apa yang terjadi dari mobil balap itu.)

Itulah mengapa arah gelombang di lead aVR bernilai negatif (gelombangnya terbalik), karena arah arus jantung berlawanan dengan arah lead/ menjauhi lead, sedangkan di lead-

Page 8: bahan P2 KV

lead lainnya bernilai positif (gelombangnya ke atas).

Cara menentukan aksis dari kertas EKG itu adalah: Lihat hasil di Lead I, perhatikan resultan

gelombang di kompleks QRS. (ingat lagi pelajaran vektor di fisika, hehe). Jika resultan gaya Q, R dan S nya positif, (maksudnya jika gelombang R-nya lebih tinggi daripada jumlah Q dan S {bisa dihitung jumlah kotaknya}), maka lead I = positif (+). Jika R-nya lebih rendah daripada jumlah Q dan S, maka lead I = negatif (-). Ini semacam resultan gaya. Bagusnya digambar di buku petak matematika itu agar lebih paham.. He. 

Lihat hasil di Lead aVF, perhatikan hal yang sama, apakah lead aVF nya positif atau negatif.

Jika masih ragu lihat lagi di Lead II (lead II hasilnya lebih bagus karena letak lead II searah dengan arah jantung normal). tentukan apakah lead II nya positif atau negatif.

Nah, cara menginterpretasikannya bisa dibuatkan tabel berikut ini:

Aksis / Lead

Normal

LAD

RAD

I + + -

aVF + - +

II + - +

Aksis Normal = ketiga lead tersebut bernilai positif, artinya jantung berada di antara aksis -30° sampai dengan 120° (ada yang menyebutkan sampai 100°  saja).

LAD (Left Axis Deviation), artinya aksis / arah proyeksi jantungnya bergeser ke kiri, atau di atas – 3o°. Kalau demikian tentu gak mungkin aVF atau lead II nya positif, pasti negatif kan..  Ini biasa terjadi jika adanya pembesaran ventrikel kiri/ LVH (Left Ventricular Hypertrophy), sehingga arah jantungnya jadi ga normal lagi, agak naik gitu. Misalnya pada pasien-pasien hipertensi kronis dsb.

RAD (Right Axis Deviation), artinya aksisnya bergeser ke kanan, atau di atas 120°. Kalau ke kanan tentu lead I-nya akan negatif, sedangkan aVF dan II positif. Biasanya ini terjadi jika adanya pembesaran jantung kanan/ RVH (Right Ventricular Hypertrophy).

4. Gelombang PGelombang P adalah representasi dari

depolarisasi atrium. Gelombang P yang normal:

lebar < 0,12 detik (3 kotak kecil ke kanan)tinggi < 0,3 mV (3 kotak kecil ke atas)selalu positif di lead IIselalu negatif di aVRYang ditentukan adalah normal atau tidak:NormalTidak normal:P-pulmonal : tinggi > 0,3 mV, bisa karena

hipertrofi atrium kanan.

P-mitral: lebar > 0,12 detik dan muncul seperti 2 gelombang berdempet, bisa karena hipertrofi atrium kiri.

P-bifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gelombang ke bawah, bisa terlihat di lead V1, biasanya berkaitan juga dengan hipertrofi atrium kiri.

5. PR INTERVALPR interval adalah jarak dari awal

gelombang P sampai awal komplek QRS. Normalnya 0,12 – 0,20 detik (3 – 5 kotak kecil). Jika memanjang, berarti ada blokade impuls. Misalkan pada pasien aritmia blok AV, dll.

Yang ditentukan: normal atau memanjang.

6. KOMPLEKS QRSAdalah representasi dari depolarisasi

ventrikel. Terdiri dari gelombang Q, R dan S. Normalnya:

Lebar = 0.06 – 0,12 detik (1,5 – 3 kotak kecil)

tinggi tergantung lead.Yang dinilai:- Gelombang Q: adalah defleksi pertama

setelah interval PR / gelombang P. Tentukan apakah dia normal atau patologis. Q Patologis antara lain:

durasinya > 0,04 (1 kotak kecil)dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R.- Variasi Kompleks QRS

Page 9: bahan P2 KV

QS, QR, RS, R saja, rsR’, dll. Variasi tertentu biasanya terkait dengan kelainan tertentu.

- Interval QRS, adalah jarak antara awal gelombang Q dengan akhir gelombang S. Normalnya 0,06 – 0,12 detik (1,5 – 3 kotak kecil). Tentukan apakah dia normal atau memanjang.

7. TENTUKAN RVH/LVHRumusnya,RVH jika tinggi R / tinggi S di V1 > 1LVH jika tinggi RV5 + tinggi SV1 > 35

8. ST SegmenST segmen adalah garis antara akhir

kompleks QRS dengan awal gelombang T. Bagian ini merepresentasikan akhir dari depolarisasi hingga awal repolarisasi ventrikel. Yang dinilai:

Normal: berada di garis isoelektrikElevasi (berada di atas garis isoelektrik,

menandakan adanya infark miokard)

Depresi (berada di bawah garis isoelektrik, menandakan iskemik)

9. Gelombang TGelombang T adalah representasi dari

repolarisasi ventrikel. Yang dinilai adalah:Normal: positif di semua lead kecuali aVRInverted: negatif di lead selain aVR (T

inverted menandakan adanya iskemik)Semoga bermanfaat.Referensi: Skill’s lab blok 3.2

kardiovaskuler dan catatan kuliah.8. Klasifikasi Angina Pektorisa.) A.P tipikal atau stabil: mengacu pada nyeri dada episodik saat pasien berolahraga atau mengalami stres lainnya. Nyeri biasanya dilaporkan sebagai sensasi substernum, yaitu seperti diremas atau tertekan, yang mungkin menyebar ke lengan kiri. A.P stabil biasanya disebabkan oleh penyempitan aterosklerosik tetap (75% atau lebih) pada satu atau lebih arteri koronaria. Dalam kondisi ini kebutuhan oksigen miokardium mungkin terpenuhi pada keadaan basal, tetapi tidak apabila terjadi peningkatan kebutuhan karena olahraga atau kondisi lain yang menyebabkan stres pada jantung. Nyeri biasanya mereda saat istirahat dimana kebutuhan akan oksigen pun berkurang, atau dengan pemberian nitrogliserin. Vasodilator ini akan mengurangi darah vena yang mengalir ke jantung sehingga kerja jantung juga berkurang dengan dilatasi vena; dalam dosis lebih besar dapat meningkatkan aliran darah ke miokardium melalui vasodilatasi koroner.b.) A.P tak stabil: kadang disebut angina kresendo, ditandai dengan nyeri angina yang frekuensi meningkat. Serangan cenderung dipicu oleh olahraga yang semakin ringan, dan serangan menjadi lebih intens dan lebih lama daripada episode A.P stabil. A.P ini merupakan tanda awal

iskemia miokardium yang lebih serius dan mungkin ireversibel sehingga kadang disebut angina prainfark. Pada sebagian besar pasien, angina ini dipicu oleh perubahan akut pada plak disertai trombosis parsial, embolisasi distal trombus, dan/atau vasospasme. Perubahan morfologik pada jantung adalah aterosklerosis koroner dan lesi terkaitnya.c.) Angina Prinzmetal atau varian: mengacu pada angina yang terjadi saat istirahat atau, pada beberapa kasus, membangunkan pasien dari tidurnya. Pemeriksaan angiografik memperlihatkan bahwa angina ini berkaitan dengan spasme arteri koronaria. Walaupun biasanya terjadi di dekat suatu plak aterosklerotik, spasme dapat mengenai pembuluh normal. Penyebab dan mekanisme spasme semacam ini belum jelas, tetapi spasme berespons terhadap pemberian vasodilator.

9. Pemeriksaan Penunjang Infark MiokardSejumlah enzim dan protein lain

dibebaskan ke dalam sirkulasi oleh sel miokardium yang sekarat. Karena itu dapat dilakukan pengukuran kadar molekul-molekul tersebut untuk keperluan diagnosis. Penanda miokardium untuk infark miokard antara lain:a.) CK (creatin kinase), adalah suatu enzim yang terkonsentrasi di otak, miokardium, dan otot rangka. Enzim tersebut terdiri dari 2 dimer yang dinamai “M” dan “B”. CK-MM terutama berasal dari otot rangka dan jantung, CK-BB terutama berasal dari otak, paru, dan banyak jaringan lain, dan CK-MB terutama dari miokardium (walaupun juga terdapat pada otot rangka dalam jumlah yang bervariasi). Aktivitas CK total mulai meningkat dalam 2-4 jam setelah onset IM, memuncak pada 24 jam, dan kembali normal dalam waktu sekitar 72 jam. Jumlah CK-MB relatif terhadap CK total jauh lebih tinggi pada IM daripada penyakit lain yang

Page 10: bahan P2 KV

CK-nya juga meningkat (misal: cedera otot). Tidak ada perubahan kadar CK dan CK-MB selama 2 hari pertama setelah timbul nyeri dada pada dasarnya menyingkirkan diagnosis IM.b.) Troponin, adalah sekelompok proterin yang ditemukan pada otot rangka dan jantung manusia. Protein ini mengendalikan kontraksi otot yang diperantai oleh kalsium. Troponin yang spesifik sebagai penanda miokardium adalah troponin I (cTnI) dan troponin T (cTnT), dimana keduanya akan mucul pada kasus nekrosis miokardium, dan tidak akan muncul pada kasus kerusakan otot. Selain itu, kadar keduanya tetap meningkat selama 4-7 hari setelah proses akut. Sehingga kita tetap dapat mendiagnosis IM lama setelah kadar CK-MB kembali normal. Karena alasan-alasan tersebut troponin dianggap sebagai penanda yang jauh lebih baik dan spesifik daripada CK. Kadar cTnT dan cTnI juga terbukti memiliki nilai prognosis pada pasien dengan angina tak stabil, yang berkorelasi dengan timbulnya IM akut di kemudian hari.c.) Laktat dehidrogenase (LD), adalah enzim miokardium lain yang dahulu digunakan secara luas untuk mengevaluasi kasus yang dicuriagi IM. Namun dengan adanya pemeriksaan troponin, pengukuran kadar LD umumnya ditinggalkan.

Kumar, Vinay. et al. 2007. Buku Ajar Patofisiologi ed. 7 vol. 2. Jakarta: EGC

13. Jika JVP tidak Normal, Kenapa?Nilai JVP yang melebihi 4 cm dari angulus

sterni atau 9 cm dari atrium kanan menandakan adanya kelainan pada jantung bagian kanan yang menghalangi aliran balik darah dari vena ke dalam atrium. Penghalang tersebut mengakibatkan tekanan dalam atrium lebih tinggi daripada tekanan dalam vena, sehingga aliran darah akan kembali ke vena (yaitu vena jugularis interna tersebut; darah

mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan lebih rendah) sehingga denyutnya akan muncul pada letak tinggi, yaitu >9 cm dari atrium kanan yang dinyatakan abnormal. Peningkatan tekanan dalam atrium tersebut menunjukkan adanya gagal jantung kanan, atau pada kasus yang jarang yaitu perikarditis konstriktiva, stenosis trikuspid, atau obstruksi vena kava superior.

Pada pasien dengan penyakit paru, tekanan vena dapat terlihat meningkat pada saat ekspirasi saja, dan mengempis saat inspirasi. Apabila ditemukan peningkatan seperti ini berarti tidak menunjukkan adanya gagal jantung.

Bickley, Lynn S. 2009. BATES Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan ed. 8. Jakarta: EGC