bahan neuro rc vhh

21
1.Pengertian EpilepsiEpilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat refersible dengan berbagai teologi. Serangan ialah suatu gejala yang timbulnya tiba-tiba dan hilangnya tiba-tiba pula (Mansjoer, 2000). Serangan epilepsy dimulai dengan menghilangnya kesadaran secara cepat dapat terdengar keteriakan akibat spasme toraks atau spasme abnormal yang menyebabkan eprilasi kuat. Pada fase tonik, otot-otot berkontraksi dan posisi tubuh dapat terganggu, fase kronik berupa kontraksi dan relaksasi kelompok otot-otot yang berlawanan sehingga menimbulkan gerakan yang tersentak-sentak, kontraksi sedikit demi sedikit berkurang krontraksinya tetapi tidak kukuatannya: lidah dapat tergigit, seperti yang terjadi pada sekitar separuh dari penderitaan kejang (spasme rahang dan lidah). serangan itu berlangsung sekitar 3 – 5 menit kemudian diikuti dengan periode tidak sadar yang berlangsung selama beberapa menit sampai sekitar setengah jam, kemudian sadar kembali tampak bingung, stupor atau bodoh, biasanya tidak dapat mengingat serangan yang telah dialaminya (Anderson, 2000).Epilepsi mengenai satu diantara suatu orang yang akan di bahas secara singkat. Epilepsi dapat dibedakan sebagai sintomatik dan idiopatik.1.Epilepsi sintomatikEpilepsi sintomatik (sekunder) dapat disebabkan oleh faktor intracranial, seperti infeksi. Misalnya meningitis, engselparitis, neurolsifilis, akses tuberculosis, trauma, misalnya saat lahir atau cidera kepala lesi faskuler, degenerasi serebral, tumor, atau disebabkan oleh faktor ekstralfranial, seperti anoksia, racun, misalnya alcohol, etil klorida, timah, kokain, gangguan metabolic, misalnya uremia, alkolosis, gagal hati, hipoglikimia, penghentian pengobatan misalnya, hipnotik, opiate (Tambayong, 2002).Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan otak, kelainan ini dapat disebabkan karena bawaan sejak lahir atau adanya jaringan perut sebagai akibat kerusakan otak pada sewaktu lahir atau pada masa pekembangan anak, cidera kepala (cidera selama atau sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya hipoglikimia, feniltonuria, defisiensi vitamin B6), faktor- faktor toksik (putus alcohol, uremia), ensel falitis anoksia, gangguan sirkulasi dan neoplasma (Andreas Harry, 2008)2.Epilepsi idiopatik Epilepsi dikatakan idiopatik (primer) bila tidak ada penyebabnya perlu diingat bahwa otak yang hidup mempunyai kapasitas menimbulkan serangan kejang jika stimulusnya cukup, adanya orang mengalami serangan secara spontan tanpa stimulus pemicu, sedangkan orang lain dipengaruhi stimulus, seperti gerakan cahaya, minuman alkohol berlebihan atau sangat kelelahan atau memerlukan shock elektro konvulsif, baru timbul kejang. 1.2. Jenis epilepsi idiopatik terbagi tiga:1.Serangan tonik-klonik, Serangan ini didahului dengan masa ketegangan yang meningkat, hilang kesadaran, jatuh ke tanah dalam keadaan kaku, kemudian sadar kembali dalam keadaan 5 – 15 menit, bingung sekitar 15 menit dan dapat langsung tidur lelap.

Upload: ratna-murni

Post on 11-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

vhvghvgh

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Neuro Rc vhh

1.Pengertian EpilepsiEpilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat refersible dengan berbagai teologi. Serangan ialah suatu gejala yang timbulnya tiba-tiba dan hilangnya tiba-tiba pula (Mansjoer, 2000).Serangan epilepsy dimulai dengan menghilangnya kesadaran secara cepat dapat terdengar keteriakan akibat spasme toraks atau spasme abnormal yang menyebabkan eprilasi kuat. Pada fase tonik, otot-otot berkontraksi dan posisi tubuh dapat terganggu, fase kronik berupa kontraksi dan relaksasi kelompok otot-otot yang berlawanan sehingga menimbulkan gerakan yang tersentak-sentak, kontraksi sedikit demi sedikit berkurang krontraksinya tetapi tidak kukuatannya: lidah dapat tergigit, seperti yang terjadi pada sekitar separuh dari penderitaan kejang (spasme rahang dan lidah). serangan itu berlangsung sekitar 3 – 5 menit kemudian diikuti dengan periode tidak sadar yang berlangsung selama beberapa menit sampai sekitar setengah jam, kemudian sadar kembali tampak bingung, stupor atau bodoh, biasanya tidak dapat mengingat serangan yang telah dialaminya (Anderson, 2000).Epilepsi mengenai satu diantara suatu orang yang akan di bahas secara singkat. Epilepsi dapat dibedakan sebagai sintomatik dan idiopatik.1.Epilepsi sintomatikEpilepsi sintomatik (sekunder) dapat disebabkan oleh faktor intracranial, seperti infeksi. Misalnya meningitis, engselparitis, neurolsifilis, akses tuberculosis, trauma, misalnya saat lahir atau cidera kepala lesi faskuler, degenerasi serebral, tumor, atau disebabkan oleh faktor ekstralfranial, seperti anoksia, racun, misalnya alcohol, etil klorida, timah, kokain, gangguan metabolic, misalnya uremia, alkolosis, gagal hati, hipoglikimia, penghentian pengobatan misalnya, hipnotik, opiate (Tambayong, 2002).Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan otak, kelainan ini dapat disebabkan karena bawaan sejak lahir atau adanya jaringan perut sebagai akibat kerusakan otak pada sewaktu lahir atau pada masa pekembangan anak, cidera kepala (cidera selama atau sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya hipoglikimia, feniltonuria, defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik (putus alcohol, uremia), ensel falitis anoksia, gangguan sirkulasi dan neoplasma (Andreas Harry, 2008)2.Epilepsi idiopatikEpilepsi dikatakan idiopatik (primer) bila tidak ada penyebabnya perlu diingat bahwa otak yang hidup mempunyai kapasitas menimbulkan serangan kejang jika stimulusnya cukup, adanya orang mengalami serangan secara spontan tanpa stimulus pemicu, sedangkan orang lain dipengaruhi stimulus, seperti gerakan cahaya, minuman alkohol berlebihan atau sangat kelelahan atau memerlukan shock elektro konvulsif, baru timbul kejang.

1.2. Jenis epilepsi idiopatik terbagi tiga:1.Serangan tonik-klonik,Serangan ini didahului dengan masa ketegangan yang meningkat, hilang kesadaran, jatuh ke tanah dalam keadaan kaku, kemudian sadar kembali dalam keadaan 5 – 15 menit, bingung sekitar 15 menit dan dapat langsung tidur lelap.

2.Serangan abses sederhanaSerangan ini hanya terjadi pada anak yang mengalami sekitar 10 – 15 detik saat mereka menatap lurus kedepan, kadang berkedip-kedip atau menongok. Kemudian kembali pada aktivitas sebelumnya.

3.Serangan mioklonikSerangan berupa kedutan satu tungkai atau semua tungkai, paling jelas jam pertama setelah bangun atau satu jam setelah tidur (Tambayong, 2002).Pada kejang primer lepas muatan listrik terjadi pada struktur yang dalam di garis tengah otak, seperti pada thalamus dan batang otak. Pada kejang ini tidak terdapat aura, dan tidak terdapat gejala vocal selama kejang. Sebagai contoh kejang primer adalah petit mall (sekarang dikenal sebagai absens) dan grand mall idiopatik pada anak. Kejang epilepsy grand mall (saat ini dikenal sebagai kejang tonik klonik) merupakan kejang motorik utama yang melibatkan segenap anggota gerak. Jenis kejang ini dapat terlihat sebagai kejang vocal dan menyebar ke arah sentral dan mengalami generalisasi yang menyebabkan Kedua hemisfer atau dapat dimulai sebagai kejang umum.Epilepsi primer secara umum terbagi tiga, yaitu:1. Bangkitan tonik klonik (epilepsi grand mall), yaitu jenis bangkitan yang paling dramatis, terjadi pada 10% populasi epilepsy.2. Bangkitan lena (epilepsi petit mall) yaitu terjadi secara mendadak dan juga hilang secara mendadak (10 – 45 detik), namun dikendali atas postur masih baik, tidak jatuh, biasanya disertai automatisme (gerakan-gerakan berulang), maka berkedip gerakan-gerakan ekstremitas berkurang, gerakan mengunyah.3. Bangkitan klonik (mio klonik), yaitu berupa kontraksi otot sebagian/ seluruh tubuh yang terjadi secara cepat dan mendadak (Suwono, 2001).

3. Penyebab EpilepsiEpilepsi sering terjadi akibat trauma lahir, asphyxia neomatorik, cidera kepala, beberapa penyakit infeksi (bakteri, virus, parasit) keracunan, (karbon monoksida dan menunjukkan

Page 2: Bahan Neuro Rc vhh

keracunan). Masalah sirkulasi, demam, gangguan, metabolisme, dan nutrisi / gizi dan stoksifikasi obat-obatan atau alcohol, juga dapat dihubungkan dengan adanya tumor otak, abses dan kelainan pembawaan keadaan yang menyebabkan kelemahan, beberapa tipe epilepsy yang menyerang sebelum usia 20 tahun merupakan kelompok terbesar 75% dari tersebut (Brunner, 2002).Menurut Sarwono (2001) epilepsy yang sering terjadi akibat lepas obat merupakan penyebab kejang yang sering terjadi pada dewasa (alcohol, barbitura, dan sedative lain). Intoksitasi dapat mencetuskan serangan kejang pada epilepsy pasca trauma sebagai dampak sering jatuh. Biasanya srangan penderita epilepsy tidak terkontrol dengan serangan ulang karena tidak minum obat secara teratur. Perubahan pola hidup, stress emosi, menstruasi atau gangguan tidur dapat menyebabkan gangguan kejang. Kenaikan takaran obat yang diberikan selama penderita mengalami infeksi, epilepsy biasanya tidak terkontrol dengan baik dan mengalami perubahan yang tidak jelas.Faktor penyebab berkaitan dengan usia timbulnya serangan adalah:1. Bayi dan anak: trauma lahir mal formasi, kongenital, infeksi, trauma, kelainan metabolic, idiopatik.2. Remaja: idiopati, trauma, berkaitan dengan obat.3. Dewasa muda: trauma, alcohol, neoplasma, berkaitan dengan obat AVM.4. Usia Menengah, neoplasma, alcohol, penyakit pembuluh darah, trauma, AVM.5. Lebih 65 tahun: penyakit pembuluh darah, neoplasma, penyakit degenerasi.

4. Klasifikasi Epilepsi/ Kejang dan Tanda GejalaKejang diklasifikasikan berdasarkan pada kriteria klinik dan EEG. Ada dua kategori, yaitu, umum, kejang total atau parsial dan kejang yang tidak terklasifikasikan.1.Kejang Umum adalah kejang menunjukkan sinkronisasi keterlibatan semua bagian otak pada Kedua henisfer.1.1. Petit mall (Absen)Kejang petit mall biasanya muncul setelah usia 4 tahun. Pada kejang petit mall mengalami kehilangan kesadaran sesuatu (bengong) sampai disertai gerakan motorik involunteer yang aneh, serangan ini terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului oleh oral, biasanya terjadi pada anak-anak dan mungkin menghilang waktu remaja atau berganti dengan serangan tonik – klonik.

1.2.Grand mall (tonik – kronik)merupakan serangan kejang yang melibatkan abstensi tonik-kronik bilateral eksterimitas yang sikron,. Biasanya serangan ini tandai dengan adanya oral, seperti sensasi penglihatan pendengaran yang diikuti kehilangan kesadaran secara mendadak, kekakuan eksteremitas, lidah dapat tergigit dan mulut berbusa.

1.3.MioklonikSerangan ini ditandai dengan adanya kontraksi kelompok tertentu secara singkat dan tiba-tiba.

1.4.AtonikDahulu disebut akinetik, biasanya mengalami kehilangan tonus tubuhdan kesadaran sangat singkat, sehingga dapat jatuh secara tiba-tiba, lemas pada lutut.

2.Kejang Vokal atau farsial adalah kejang yang menunjukkan gambaran klinik tentang awitan vokal dari sebagian atau satu hemisfer cerebral.2.1. Kejang Parsial sederhana, dahulu disebut epilepsi jakson, biasanya sadar apa yang terjadi, tetapi ia tidak mampu mengendalikannya, adanya gerakan kronik dari jantungan, kemudian menjalar ke lengan bawah atau keseluruh tubuh, gerakan kepala atau leher menengok ke satu sisi, adanya halusinasi.

2.2.Kejang parsial kompleksPada kejang ini didapat gangguan kesadaran (Tarwoto, 2007).Kejang yang terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 300C atau lebih, kejang khas menyeluruh, tonik klonik selama beberapa detik sampai 10 menit di ikuti dengan periode mengantuk singkat selama kejang, kejang demam dari 15 menunjukkan penyebab organic seperti proses

5.Pencegahan5.1.Upaya sosial luas yang mengembangkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pencegahan epilepsi.Epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan aktikonvulsi yang digunakan sepanjang kehamilan, ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi harus dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cidera akhirnya menyebabkan kejang yang terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan.

5.2.Infeksi pada masa kanak-kanak harus dikontrol dengan vaksinasi yang benar, orang tua dengan anak

Page 3: Bahan Neuro Rc vhh

yang pernah mengalami kejang demam harus diinstruksikan pada metode untuk mengkontrol demam (kompres dingin, obat anti peuretik).

5.3.Cidera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah, tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cidera kepala.

5.4.Untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi daya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini (Brunner, 2002).

6.PengobatanTujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa mengganggur kapasitas fisik. Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan medika mentosa dan psikososial.6.1.Pengobatan medika mentosaPada epilepsi yang simtomatis, dimana sawan yang timbul adalah menilatasi penyebabnya seperti tumor otak, radang otak, gangguan metabolic, maka disamping pemberian obat anti epilepsi diperlukan pula terapi kausal.1. Obat yang diberikan disesuaikan dengan jenis sawan.2.Sebaiknya menggunakan monoterapi, karena dengan cara ini, toksisitas akan berkurang, mempermudah pemantauan, dan menghindari interaksi obat.3.Dosis obat disesuakan secara individual4.Evaluasi hasilnyaBila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya4.1.Salah etiologi: kelainan metabolisme, neoplasma yang tidak terdeteksi, adanya penyakit degeneratis susunan saraf pusat.4.2.Pemberian obat antiepilepsi yang kurang tepat.4.3.Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur.4.4.Faktor emosional sebagai pencetus.4.5.Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama minimal 2 – 3 tahun. Pengobatan dihentikan secara berangsur-angsur dengan menurunkan dosisnya.Obat Pilihan Berdasarkan Jenis SawanBangkitan Jenis ObatFokal parsialSederhana CBZ, PB, PHTKompleks CBZ, PB, PHT, VALTonik-Klonik umum sekarang CBZ, PB, PHT, VALUmumTonik-klonik CBZ, PB, PHT, VALMiokionik CLON, VALAbsensi/ Petit mall CLON, VAL.

Tourette syndrome adalah penyakit yang ditemukan pada tahun 1885 dan diberi nama sesuai

Page 4: Bahan Neuro Rc vhh

nama penemunya, yaitu ahli syaraf dari Perancis, Georges Gilles de la Tourette (Dhamayanti, Riandani, & Resna, 2003). Penyakit ini dikarakteristikkan dengan gerak motor dan suara yang berulang-ulang yang sering. Tourette syndrome adalah kelainan saraf yang muncul pada masa kanak-kanak yang dikarakteristikan dengan gerakan motorik dan suara yang berulang serta satu atau lebih tarikan saraf (tic) yang bertambah dan berkurang keparahannya pada jangka waktu tertentu (Schultz, Carter, Gladstone, Scahill, Leckman, Peterson, Zhang, Cohen, & Pauls, 1998). Berdasarkan DSM IV, gerakan saraf terjadi tiba-tiba, sering, berulang, tidak teratur, dicirikan dengan gerakan motor dan vokal (Hoekstra, Kallenberg, Korf, & Minderaa, 2002). Contoh, gerakan saraf yang terjadi seperti kedipan mata yang berulang, mengerutkan hidung, gerakan kepala, tenggorokan mengeluarkan suara batuk dan menggumam. Gerakan saraf umumnya terjadi dalam satu hari, dimana gerakan itu semakin lama bisa semakin bertambah dan berkurang tergantung tingkat keparahannya. Biasanya, pada pasien individual, gerakan saraf ini biasanya bisa berubah, beberapa gerakan saraf menghilang dan hal yang baru muncul pada satu waktu. Dengan meningkatnya usia, simptom dapat menurun tergantung pada intensitas keparahan tipe gerakan saraf. Usia terjadinya gerak saraf ini antara 2 hingga 15 tahun. Gerakan saraf itu berkurang selama tidur dan mungkin dapat ditekan selama periode yang singkat selama penderita sadar.

Pada hampir semua anak, tourette syndrome merupakan gerakan yang berulang, dimana kecemasan, stres, dan kelelahan seringkali meningkatkan terjadinya gerakan syaraf (Bagheri, Kerbeshian, & Burd, 1999). Antara 5 hingga 10 % dari pasien tidka mengalami perubahan atau justru semakin memburuk hingga usia remaja dan dewasa. Pada pasien yang lebih tua, gerakan syaraf cenderung lebih stabil sepanjang waktu, walaupun mungkin bentuk gerakan syaraf baru muncul. Tidak ada cara yang dapat memprediksi bahwa penderita kanak-kanak dapat memiliki prognosis yang lebih buruk.

Bagheri, Kerbeshian, & Burd (1999) menjelaskan bahwa penyakit syaraf dan tourette syndrome biasanya disertai dengan kondisi lain. Tiga kondisi yang menyertai antara lain ADHD (50% penderita tourette syndrome juga menderita ADHD), kesulitan belajar (25-30% dari pasien), dan obsesif-kompulsif (25-40%).

Kriteria diagnosis untuk penyakit Tourette (Bagheri, Kerbeshian, & Burd, 1999):1. Memiliki lebih dari satu gerak motorik dan satu atau lebih gerak syaraf vokal yang telah muncul

pada waktu tertentu selama sakit, walaupun hal itu belum tentu terjadi.2. Gerak syaraf terjadi pada banyak waktu dalam sehari pada setiap hari atau berselang-seling selama

periode waktutertentu selama lebih dari satu tahun, dan selama periode tersebut tidak ada periode waktu yang terbebas dari gerak syaraf selama lebih dari tga bulan.

3. Penyebab yang mengganggu penyakit ini ditandai dengan stres atau ketidaksesuaian sosial, hubungan dengan yang lain yang berkaitan dengan pentingnya area fungsi.

4. Kemunculannya sebelum usia 18 tahun.5. Hal yang mengganggu tidak tergantung pada pengaruh fisik atau obat-obatan (seperti stimulan)

atau kondisi medis umum (seperti penyakit Hutington atau postiviral encephalitis).

Disamping pemberian obat-obatan yang harus terus diberikan, terapi secara psikologis juga harus dilakukan dan diberikan kepada subjek untuk membantu proses pencegahan penyakit tourette syndrome ini agar tidak semakin parah. Intervensi tersebut antara lain:1. Terapi Perilaku

Program pemberian reinforcement positif menjadi suatu cara yang dapat menolong penyimpangan gerak syaraf. Perilaku target mungkin dikategorisasikan dalam dua kelompok, yaitu defisiensi keahlian, atau area yang secara khusus menjadi konsentrasi untuk melatih keahlian sosial dan akademis, serta perilaku diluar batas, hal ini bertujuan untuk membantu pasien mengurangi frekuensi dari munculnya perilaku yang dimiliki.

Dapat digunakan skala sederhana untuk merangking perilaku yang bermasalah, dibuat dengan dasar pertimbangan respon untuk intervensi. Pendekatan ini dapat membantu anak dengan masalah perkembangan ganda. Untuk anak dengan masalah kronis, skala ini menolong khususnya saat mulai sulit untuk mengetahui seberapa jauh kemajuan yang telah terjadi. Seperti peraturan penting lainnya, orang tua dan guru harus melengkapi tiga rating untuk anak yang menjadi penderita. Data ini, lalu akan dikombinasikan dengan asesmen dari ahli medis yang akan mengetahui dasar keparahan penyakitnya. Skala rating mungkin juga dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan dalam respon dan intervensi saat melakukan monitoring sepanjang waktu mengenai tingkat keparahan penyakitnya.

2. Pemantauan

Page 5: Bahan Neuro Rc vhh

Walaupun bukan sesuatu yang darurat, seperti perilaku menyakiti diri sendiri atau keadaan yang tak terduga, terapis dapat mengikuti pasien selama beberapa bulan sebelum melakukan tritmen yang telah dirancang. Beberapa tujuan dari pengobatan tahap pertama adalah untuk : membuat dasar dari simptom yang ada; menemukan hal yang berhubungan dengan kesulitan di sekolah, keluarga, dan hubungan dengan teman; memberikan tes psikologis dan medis; memantau jarak dan fluktuasi simptom yang paling sering; dan membentuk hubungan.

3. PsikoterapiSebagai tambahan, terapis harus menggunakan teknik perilaku khusus (seperti hipnoterapi dan

relaksasi) dan akan ada alternatif pengobatan lain yang dapat dilakukan (seperti akupuntur dan suplemen diet). Teknik perilaku kognitif yang spesifik dapat dikembangkan untuk digunakan untuk pasien tertentu dengan tourette syndrome.

4. Habit ReversalHabit reversal terdiri dari beberapa komponen, yaitu pelatihan terhadap kesadaran awareness

training) dan pemantauan terhadap diri sendiri, pelatihan relaksasi, prosedur respon pengganti (competing response), manajemen yang berkelanjutan, dan pemantauan terhadap ketidaknyamanan. Penderita akan diberikan hal-hal tersebut sebagai tugas rumah.

5. Supportive TherapyDalam kondisi terapi bentuk dukungan ini, penderita memilih topik pembahasan sendiri dalam

sesi pertemuan dan fokus terhadap pengalaman, refleksi, dan mengekspresikan perasaan tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan dan bagaimana pemecahan masalahnya.

6. Intervensi sekolahTetapi akan menjadi lebih baik bila penderita tourette syndrome dapat berinteraksi dengan

teman-teman di kelas apabila memang tingkat keparahannya belum terlalu tinggi. Hal ini supaya keparahan penyakitnya tidak bertambah karena membuat penderita merasa mendapat dukungan dan perhatian dari teman-teman di sekolahnya.

7. Hubungan dengan keluargaKeluarga dapat menolong penderita untuk melawan hal-hal negatif yang dapat mengganggu

stabilitas si penderita (Dhamayanti, Riandani, & Resna, 2003). Sejumlah anak-anak yang mengalami kerusakan neuropsychiactirc (saraf) dan keluarganya memang perlu mendapatkan dorongan dan pelayanan terutama mereka yang sedang mengalami pertumbuhan pada saat sekarang ini

8. PsikoedukasiDalam hal ini, pemerintah seharusnya memiliki program yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada seluruh masyarakat mengenai kesehatan mental. Program ini dapat menyertakan pihak Departemen Sosial, Departemen Sosial, BKKBN, hingga LSM di bidang-bidang kesehatan. Tidak hanya itu, pemerintah dapat memperkenalkan tiap-tiap penyakit yang ada melalui cara-cara tertentu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan membuat masyarakat lebih memahami dan lebih peduli dengan lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan sebenarnya masyarakat harus memberi dukungan secara moral bagi penderita suatu penyakit.

Sindrom Tourette dikarakteristikkan dengan adanya tic motorik dan verbal yang menyebabkan distress dan gangguan yang signifikan pada hubungan social dan pekerjaan (APA,2000). Tourette syndrome adalah penyakit yang ditemukan pada tahun 1885 dan diberi nama sesuai nama penemunya, yaitu ahli syaraf dari Perancis, Georges Gilles de la Tourette (Dhamayanti, Riandani, & Resna, 2003).Tourette syndrome adalah kelainan saraf yang muncul pada masa kanak-kanak yang dikarakteristikan dengan gerakan motorik dan suara yang berulang serta satu atau lebih tarikan saraf (tic) yang bertambah dan berkurang keparahannya pada jangka waktu tertentu (Schultz, Carter, Gladstone, Scahill, Leckman, Peterson, Zhang, Cohen, & Pauls, 1998). Berdasarkan DSM IV, gerakan saraf terjadi tiba-tiba, sering, berulang, tidak teratur, dicirikan dengan gerakan motor dan vokal (Hoekstra, Kallenberg, Korf, & Minderaa, 2002). Contoh, gerakan saraf yang terjadi seperti kedipan mata yang berulang, mengerutkan hidung, gerakan kepala, tenggorokan mengeluarkan suara batuk dan menggumam. Gerakan saraf umumnya terjadi dalam satu hari, dimana gerakan itu semakin lama bisa semakin bertambah dan berkurang tergantung tingkat keparahannya. Biasanya, pada pasien individual, gerakan saraf ini biasanya bisa berubah, beberapa gerakan saraf menghilang dan hal yang baru muncul pada satu waktu.

Page 6: Bahan Neuro Rc vhh

Sindrom Tourette adalah sebuah gangguan menurun ditandai dengan gerenyet urat syaraf otot sederhana dan kompleks dan vokal yang sering terjadi sepanjang hari setidaknya selama satu tahun. Sindrom Tourette adalah sering terjadi, mempengaruhi 1 dari 100 orang. Hal ini 3 kali lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Yang seringkali dimulai di awal masa kanak-kanak. Pada kebanyakan orang, gejala-gejalanya ringan dimana gangguan tersebut tidak dikenali.Tic ini biasanya muncul pada umur 2-7 tahun. Tic motorik biasanya akan mengenai kepala tapi juga bisa mengenai punggung atau ekstrimitas, dan akan berubah sesuai dengan lokasi, frekuensi, dan keseringan muncul sepanjang waktu.  Motorik tic lainnya adalah ujung lidah, sentuhan, squatting, hoping, loncatan, dan tahapan retracing, berputar ketika berjalan. Vocal tic mencakup suara dan kata-kata yang disampaikan. Coprolalia (kecabulan ucapan) muncul lebih dari 10% kasus. Gangguan ini biasanya permanen, tetapi periode berulang mungkin saja muncul dan gejalanya akan berkurang selama masa remaja dan kadang-kadang tidak muncul pada dewasa awal. Sindrom Tourette  biasanya berhubungan dengan depresi, OCD, dan ADHD (Flaherty, 2008). Sindroma Tourette adalah suatu penyakit dimana tic motorik dan vokalis terjadi beberapa kali dalam sehari dan telah berlangsung minimal selama 1 tahun. Tic adalah gerakan diluar kesadaran yang terjadi secara berulang-ulang.Sindroma Tourette sering diawali dengan tic simplek pada masa kanak-kanak, yaitu berupa sentakan otot yang tidak diinginkan dan tanpa tujuan, yang terjadi berulang-ulang.  Selanjutnya tic simplek berkembang menjadi gerakan yang kompleks, termasuk tic vokalis dan kelumpuhan pernafasan secara tiba-tiba. Tic vokalis terdengar sebagai bunyi mendengus atau menggonggong

B. EtiologiSindroma Tourette merupakan penyakit keturunan yang 3 kali lebih banyak terjadi pada pria. Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi diduga merupakan suatu kelainan dalam dopamin atau neurotransmiter otak lainnya. Secara garis besar penyebab terjadinya penyakit ini adalah faktor genetic, serotonin, faktor-faktor lingkungan, psikososial factor, kimia dopamin otak.Sindrom Tourette sebagian besar terjadi secara genetik (minimal riwayat tics dan OCD), namun pola pewarisan gangguan ini masih belum jelas (Robertson, 2000). Selain itu juga terdapat kemungkinan bahwa sindrom Tourette merupakan akibat dari gangguan perinatal, misalnya cedera saat kelahiran. Hipotesis terbaru menyebutkan bahwa sindrom Tourette diakibatkan oleh PANDAS (Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal infections), atau gangguan neuropsikiatris-autoimun yang disebabkan oleh infeksi bakteri streptokokus maupun virus-virus yang diduga berperan dalam perkembangan gangguan sindrom Tourette (Dhamayanti, dkk., 2004, Hoekstra, dkk., 2002, Glickman, 2008).C. Manifestasi KlinisSindrom Tourette seringkali diawali dengan gerenyet otot sederhana, seperti meringis, sentakan kepala, dan berkedip-kedip. Gerenyet sederhana kemungkinan hanya gelisah biasa dan bisa hilang dengan waktu. Beberapa gerenyet tidak diperlukan untuk menyebabkan sindrom tourette, yang melibatkan lebih dari pada gerenyet sederhana. Misalnya, orang dengan sindrom tourette bisa menggerakkan kepala mereka dengan berulang-ulang dari sisi ke sisi, mengedipkan mata mereka, membuka mulut mereka, dan meregangkan leher mereka.Gerenyet urat syaraf vokal bisa diawali dengan mendengkur, mendengus, mendengung, atau membentak keras dan menjadi kompulsiv, mengutuk tanpa sengaja. Untuk alasan yang tidak jelas dan seringkali pada pertengahan perbincangan, beberapa orang yang menderita sindrom tourette bisa berteriak kacau atau berkata yang kotor (disebut corprolalia). Suara meledak-ledak yang keluar ini kadangkala salah dianggap disengaja, khususnya pada anak-anak.Orang dengan sindrom tourette seringkali mengalami kesulitan berfungsi dan mengalami kegelisahan yang patut dipertimbangkan dalam lingkungan sosial. Dahulu, mereka dihindari, diasingkan, atau bahkan dianggap kerasukan setan. Impulsiv, agresif, dan perilaku menghancurkan diri sendiri terbentuk pada banyak penderita, dan perilaku obsessive-compulsive terbentuk pada separuh penderita. Anak yang menderita sindrom tourette seringkali mengalami kesulitan belajar. Kebanyakan juga mengalami kekurangan-perhatian/gangguan terlalu aktif. Tic yang lebih kompleks bisa berupa memukul dan menendang, mengendus-endus, merintih dan mendengung. Penderita bisa mengucapkan kata-kata yang kasar di tengah-tengah percakapan, tanpa alasan yang jelas. Penderita juga bisa dengan cepat mengulang-ulang kata yang didengarnya (ekolalia). Penderita sering mengalami kesulitan dalam bersosialisasi.Ada 2 kategori untuk sindrom Tourette (Tourette Syndrome Association, 2008):

Page 7: Bahan Neuro Rc vhh

·         Simple: Gejala-gejala yang ditunjukkan adalah tics (seperti kedipan mata, gerak tubuh & wajah) dan vokalisasi (seperti suara-suara serak yang berulang)·         Complex: Gejala-gejalanya lebih berat, termasuk melompat, berputar-putar, kompulsi, dan vokalisasi pengulangan kata-kata atau suara (echolalia) dan umpatan (coprolalia)Kriteria diagnosis untuk penyakit Tourette (Bagheri, Kerbeshian, & Burd, 1999):1. Memiliki lebih dari satu gerak motorik dan satu atau lebih gerak syaraf vokal yang telah muncul pada waktu tertentu selama sakit, walaupun hal itu belum tentu terjadi.2. Gerak syaraf terjadi pada banyak waktu dalam sehari pada setiap hari atau berselang-seling selama periode waktutertentu selama lebih dari satu tahun, dan selama periode tersebut tidak ada periode waktu yang terbebas dari gerak syaraf selama lebih dari tga bulan.3. Penyebab yang mengganggu penyakit ini ditandai dengan stres atau ketidaksesuaian sosial, hubungan dengan yang lain yang berkaitan dengan pentingnya area fungsi.4.   Kemunculannya sebelum usia 18 tahun.5. Hal yang mengganggu tidak tergantung pada pengaruh fisik atau obat-obatan (seperti stimulan) atau kondisi medis umum (seperti penyakit Hutington atau postiviral encephalitis).

Table. Symptoms of TSSymptom Description/CommentSensory hypersensitivity

Cannot stand to have wrinkly socks, cuts the tags off his or her shirts, refuses all but bland food, or becomes agitated in a visually complex environment

Learning disability Approximately 20% in clinical samples, more closely associated with comorbid ADHD than with tics; also associated with male sex, earlier onset, severity, perinatal problems, and lower rates in family members[135]

School phobia Can be an adverse effect of neuroleptic treatmentComplex socially inappropriate behavior

Insults, racial slurs, and paraphilias (or, more commonly, suppressed urges) are present in a large minority of patients with TS, associated with comorbid ADHD

Rage attacks Sudden outbursts lasting approximately 5-30 min, usually in children or teenagers; inconsolable, unremitting violent frustration, commonly after being denied an unreasonable request; often followed by apparently sincere contrition and remorse

Insistence on sameness Refusal to take a different route home or omit a step in a routine, even when hurried; often without a clear obsession or other obsessive-compulsive symptoms

Anxiety and depression Common in patient samples but not clearly more common in the general TS populationTS with both OCD and episodes of mania

Surprisingly high rates of mania in patients with TS and OCD shown in at least 2 studies, management frequently difficult

ADHD = attention deficit hyperactivity disorder; OCD = obsessive-compulsive disorder.

Diagnosis Banding untuk Sindrom TouretteWilson diseaseSydenham choreaMultiple sclerosisHead injuryPostviral encephalitisDirect effects of a substance (e.g., neuroleptic agent)

Myoclonus (brief, simple, shocklike muscle contraction)Spasms, including blepharospasmStereotypies (sering muncul pada gangguan perkembangan pervasif)CompulsionsTransient tic disorderChronic tic disorder

Gangguan-Gangguan yang memiliki Komorbiditas dengan Sindrom TouretteAttention Deficit Hyperactivity Disorder (AD/HD)Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)Gangguan belajarGangguan kecemasanGangguan suasana hati (mood)Gangguan tidur

Executive dysfunctions (seperti kemampuan organisasi yang buruk dan atau proses intelektual yang inefisien)Perilaku melukai diriGangguan kepribadianOppositional Defiant Disorder (ODD)

Page 8: Bahan Neuro Rc vhh

Clinical Course of Tourette's Syndrome

C. PatopsikologiDiyakini akibat dari disfungsi tripartit dalam sistem saraf pusat. Teknik pencitraan telah menggejala ganglia basal dan korteks frontal dalam patogenesis tourette syndrome. Sumber kedua kelainan dianggap peraturan yang tidak sesuai neurotransmiter, terutama dopamine. Bukti kuat menunjukkan bahwa kelebihan dopamin atau supersensitivity dari dopamin postsynaptic reseptor adalah mekanisme patofisiologis yang mendasari Tourette syndrome. Hipotesis ketiga disfungsi neurofisiologis adalah defisit sekunder terhadap kelainan neurotransmitter, sehingga kegagalan penghambatan frontal subkortikal-bermotor circuits. Daerah ini memiliki interkoneksi menonjol dengan basal ganglia. Akibatnya, tic terkait sirkuit saraf untuk kliring tenggorokan, mengendus, mata menyipitkan mata atau wajah meringis mungkin berjalan terlalu sering dan keluar dari sinkroni dengan mereka untuk gerakan motor lain. Stres dan kecemasan neurochemically mungkin mengintensifkan defisit penghambatan ini.Penelitian terbaru telah memberikan wawasan baru ke dalam profil neuropsikologi anak-anak dengan TS, terutama melalui perbandingan langsung antara pasien dengan ADHD komorbiditas, atau, pada tingkat lebih rendah, OCD, dan pasien dengan TS 'rumit', yang merupakan minoritas dari populasi klinis anak-anak dengan TS. Walaupun sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa pasien TS hanya dengan kondisi komorbiditas menunjukkan disfungsi kognitif pada tes standar, dampak sebenarnya memiliki TS atas prestasi sosial dan akademik, kualitas hidup dan beban cacat keseluruhan sub kelompok yang berbeda dari TS membutuhkan studi lebih lanjut.Pasien dengan TS 'rumit' menunjukkan hampir tidak ada gangguan pada semua bidang utama fungsi kognitif. Juga harus dicatat bahwa tidak ada ukuran ekologis valid kecepatan manual atau ketangkasan (misalnya mengetik) telah dievaluasi pada anak dengan TS yang menunjukkan hasil praktis yang relevan. Dari catatan, meningkatkan fungsi kognitif telah diidentifikasi pada tugas-tugas dari respons inhibisi pada pasien TS, dengan anak-anak dengan TS 'rumit' menunjukkan kontrol kognitif ditingkatkan pada tugas yang beralih oculomotor.Anak-anak dengan pameran TS + ADHD disfungsi kognitif. Dampak negatif utama pada kinerja kognitif tampaknya ditentukan oleh ADHD, independen dari gangguan tic hidup bersama. Ini mungkin menjelaskan mengapa ADHD komorbiditas adalah prediktor utama kesehatan psikososial miskin dan penentu utama beban cacat pada pasien TS. Namun, tidak jelas berapa banyak efek negatif dari ADHD pada kecacatan dan fungsi sosial / akademik pada pasien TS disebabkan oleh ADHD terkait disfungsi intelektual. Komorbiditas ADHD tampaknya berdampak pada fungsi intelektual umum anak-anak dengan TS, karena mayoritas laporan menunjukkan bahwa IQ yang penuh Skala rendah dicatat oleh adanya komorbiditas yang. Selain itu, ketidakmampuan belajar dan masalah lain tentang prestasi akademik yang diperkirakan terjadi pada sekitar 23% anak dengan diagnosis TS dan tampaknya sangat dipengaruhi oleh hidup bersama ADHD. Secara khusus, keterampilan numerik [140] dan ditulis bahasa [134] telah disorot sebagai umum di TS.Kinerja pada ketangkasan manual (Purdue tes pegboard) atau visual-motor integrasi (agak mabuk Visual-Motor uji Integrasi) tugas tidak berbeda secara signifikan antara pasien dengan TS + ADHD dan 'rumit' GTS [132, 142, 143]. Sejalan dengan anak dengan ADHD saja, anak-anak dengan TS + ADHD telah dibuktikan untuk menunjukkan penurunan ditandai pada perhatian visual (misalnya Trail Making Test [144]) dan perhatian yang berkelanjutan (Tes Kinerja Berkelanjutan; [132, 145]).Arti dari gangguan kognitif untuk memprediksi hasil pada anak dengan TS tetap tidak meyakinkan. Ada bukti yang sangat terbatas pada profil neuropsikologi anak-anak dengan TS + OCD. Tidak jelas apakah komorbiditas ini dikaitkan dengan gangguan kognitif selektif pada anak dengan TS. Profil kognitif OCD tampaknya menjadi salah satu disfungsi eksekutif primer, terutama yang mempengaruhi respons inhibisi dan fleksibilitas kognitif [150]. Meskipun memori mungkin akan terpengaruh juga, defisit ini dianggap sekunder terhadap kegagalan strategi organisasi selama encoding [150]. Sejalan dengan ini, pasien dengan TS + OCD menunjukkan defisit fungsi eksekutif terutama dalam respons inhibisi [151] dan mengatur pergeseran paradigma [152]. Sebagai menekankan untuk dua sub kelompok lainnya TS, informasi yang kurang pada indikator prognostik disfungsi ini pada kesejahteraan sosial, akademik dan psikologis pada anak dengan TS + OCD. Untuk TS + pasien OCD, penilaian neuropsikologi difokuskan pada fungsi eksekutif, terutama respons inhibisi dan fleksibilitas kognitif, dapat diindikasikan secara klinis.Untuk menyimpulkan, pada anak yang didiagnosis dengan TS dalam kombinasi dengan ADHD komorbid atau OCD harus menjalani evaluasi neuropsikologis meliputi fungsi intelektual, pencapaian akademis, keterampilan motorik, perhatian, fungsi eksekutif dan memori. Tes neuropsikologi tertentu uji baterai

Page 9: Bahan Neuro Rc vhh

dengan sifat psikometri baik untuk negara yang bersangkutan disarankan dari penelitian yang diterbitkan dan lebih ekologis layar berlaku.

D. PsikodinamikaPsikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini. Sedangkan intervensi psikodinamik dan interpersonal dengan individu dengan TS terdiri dari banyak komponen psikoterapi sama dengan pasien lain. Selain itu, bagaimanapun, pekerjaan tersebut juga sering melibatkan masalah teknis dan dinamis khusus untuk fase perkembangan pasien TS.

Beberapa pendekatan terapi yang memungkinkan untuk diterapkan pada penderita sindrom Tourette antara lain adalah sebagai berikut:

Pendekatan Kognitif Behavioral – Habit Reversal (Wilhelm, dkk., 2003, Piacentini, 2004)Komponen-komponen utama dari pendekatan ini adalah:a.       Latihan kesadaran (awareness training)·         Kunjungan pertama, klien mencatat frekuensi tics dalam durasi tertentu setiap hari·         Prosedur deskripsi respon: Mendeskripsikan detil dari tiap tic kepada terapis, dapat menggunakan video.·         Prosedur deteksi respon: Terapis mengisyaratkan klien setiap muncul tic·         Prosedur peringatan awal: Klien berlatih untuk mendeteksi tanda-tanda awal sebelum terjadi tic·         Latihan menyadari situasi: Klien mengidentifikasi situasi, orang, atau tempat ketika gejala memburuk ataupun membaikb.      Pemantauan diri (self-monitoring), misalnya menghitung sebelum terjadinya gejalac.       Latihan relaksasi, misalnya relaksasi otot, pernapasan, imajinasi, dsb. setiap hari selama 10-15 menit, dan dipraktekkan selama 1-2 menit setiap muncul kecemasan atau setelah muncul ticsd.      Prosedur ‘melawan’ respon·         Memikirkan respon tertentu yang inkompatibel dengan tic, berlawanan dengan gerakan, dapat dipertahankan selama beberapa menit, memunculkan tekanan otot yang sama dengan yang terjadi saat gerakan tic muncul, tidak terlalu mencolok, serta menguatkan otot yang antagonis dengan tic.Contoh:Untuk gerakan kepala, otot leher dikontraksikan denganmenahan dagu ke bawah.Untuk tic vokal (vokalisasi), tarik napas panjang dan terus bernapas pelan-pelan dengan hidung sementara mulut tertutup·         Dilakukan selama kira-kira 3 menit setelah tic dan saat muncul perasaan tic akan muncule.       Manajemen kontingensi·         Terapis menginstruksikan keluarga klien untuk memberikan komentar berupa penghargaan jika klien menunjukkan kemajuan dan terus mengingatkan jika klien lupa untuk berlatih·         Klien diikutsertakan dalam aktivitas-aktivitas menyenangkan yang sudah mulai jarang dilakukanf.       Reviu ketidaknyamanan, berisi reviu ketidaknyamanan, rasa malu, serta kesulitan-kesulitan klien yang diakibatkan oleh munculnya gejala

Psikoterapi Suportif (Wilhelm, dkk., 2003)     Terapi ini lebih mengarah pada pendekatan humanistik (khususnya Gestalt) di mana terapis diharapkan untuk tidak bersikap direktif, dan penderita sindrom Tourette memfokuskan diri pada pengalaman-pengalamannya, merefleksikan serta mengekspresikan perasaan-perasaannya terkait dengan cara hidup dan cara menyelesaikan masalah.

Hipnoterapi (Kohen & Botts, 1987)     Penderita sindrom Tourette dilatihkan bagaimana menghipnosis diri sendiri dalam rangka mengendalikan kebiasaan, gejala fisik, dan kondisi-kondisi lainnya. Hipnoterapi juga menggunakan teknik-teknik relaksasi dan imajinasi, sebagaimana yang sering dilakukan pada meditasi.     Dalam keadaan terhipnosis, terapis memberi sugesti yang mengarah pada perubahan perilaku,

Page 10: Bahan Neuro Rc vhh

penurunan kecemasan, dan intensitas gejala.

Teknik-teknik berbasis psikoanalisis (Bruun, dkk., 1994)     Ketidakmampuan dalam mengendalikan tubuh dan pikiran sendiri seringkali menjadi sumber kecemasan, ketakutan, rasa bersalah, rasa tidak berdaya, kemarahan, dan depresi. Sebagian penderita menghadapinya dengan menarik diri, dan sebagian lagi dengan agresivitas. Reaksi sosial yang negatif pun seringkali tak terhindarkan. Harga diri dan kepercayaan diri menjadai permasalahan yang umum pada penderita sindrom Tourette, sebagaimana yang sering dialami oleh pasien dengan penyakit-penyakit kronis. Terapi psikoanalisis lebih memfokuskan pada permasalahan-permasalahan seputar penerimaan diri.

Terapi keluarga (Bruun, dkk., 1994)     Sebagai gangguan yang kronis, sindrom Tourette juga berdampak pada keluarga penderita. Orang tua seringkali harus menghadapi saat-saat sulit ketika anak menunjukkan gejala. Permasalahan yang muncul dalam keluarga dapat berupa:·         Rasa bersalah orang tua atas kelainan genetik·         Sulitnya bagi anggota keluarga untuk mengetahui gejala-gejala yang mana yang dapat dan yang tidak dapat dikendalikan·         ‘Ketidakadilan’ yang dipersepsi oleh saudara baik itu adik maupun kakak dari penderita·         Relasi yang memburuk antara suami istri     Terapi keluarga hendaknya difokuskan pada peran penderita sindrom Tourette dalam keluarga, dimana ia sering menerima perlakuan-perlakuan sebagai berikut:·         Overproteksi dari orang tua/anggota keluarga·         Dihukum·         Tidak dipahami perasaan/pikirannya·         Dianggap sebagai sumber aib     Terapis berfungsi sebagai fasilitator bagi keluarga agar dapat belajar menerima anggota keluarga dengan sindrom Tourette, sehingga ia dapat merasa aman dan mampu menghadapi lingkungannya dengan lebih adaptif.     Sebagai langkah awal terapi, keluarga perlu diberi informasi dan dipahamkan tentang berbagai aspek dari gangguan sindrom Tourette. Tujuan akhir dari terapi adalah keluarga mampu membangun sebuah lingkungan yang mendukung bagi penderita sindrom Tourette, dan dapat berlaku fleksibel dalam memfasilitasi sehingga tidak terlalu overprotektif.

Intervensi akademik dan okupasional (Bruun, dkk., 1994)     Anak dengan sindrom Tourette biasanya mengalami kesulitan dalam hal konsentrasi, perhatian, dan belajar sehingga membutuhkan intervensi pendidikan khusus, misalnya pengajar khusus, kelas khusus, labboratorium khusus, dsb., yang disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala. Sekolah perlu diinformasikan mengenai sindrom Tourette, karena seringkali sekolah tidak memahami gangguan tersebut sehingga penderita dicap sebagai anak nakal, mengganggu, dan bodoh. Umumnya penderita sindrom Tourette tidak mampu menjalankan fungsi mental dan sosial sesuai dengan usia kronologisnya, atau mengalami perlambatan dalam perkembangannya (Barkley, 1991).     Orang dewasa dengan sindrom Tourette seringkali membutuhkan modifikasi khusus pada lingkungan kerjanya. Perlu untuk membangun pemahaman pada lingkungan kerja tentang gangguan yang diderita. Fleksibilitas, kepedulian, serta produktifitas dalam pekerjaan dapat ditingkatkan dengan intervensi yang tepat bagi penderita yang sangat simtomatik sekalipun.

F. IntervensiAnak-anak diajarkan tentang stategi manajemen diri selama terapi berlangsung di klinik kesehatan jiwa. Melalui pengobatan, dia belajar mengenai cara untuk mengetahui tic dengan akurasi yang baik, santai ketika tic muncul, memonitor frekuensi tic, dan menampilkan respon alternative pada masing-masing tic vocal dan motorik.Disamping pemberian obat-obatan yang harus terus diberikan, terapi secara psikologis juga harus dilakukan dan diberikan kepada subjek untuk membantu proses pencegahan penyakit tourette syndrome ini agar tidak semakin parah. Intervensi tersebut antara lain:1.      Terapi PerilakuProgram pemberian reinforcement positif menjadi suatu cara yang dapat menolong penyimpangan gerak

Page 11: Bahan Neuro Rc vhh

syaraf. Perilaku target mungkin dikategorisasikan dalam dua kelompok, yaitu defisiensi keahlian, atau area yang secara khusus menjadi konsentrasi untuk melatih keahlian sosial dan akademis, serta perilaku diluar batas, hal ini bertujuan untuk membantu pasien mengurangi frekuensi dari munculnya perilaku yang dimiliki. Dapat digunakan skala sederhana untuk merangking perilaku yang bermasalah, dibuat dengan dasar pertimbangan respon untuk intervensi. Pendekatan ini dapat membantu anak dengan masalah perkembangan ganda. Untuk anak dengan masalah kronis, skala ini menolong khususnya saat mulai sulit untuk mengetahui seberapa jauh kemajuan yang telah terjadi. Seperti peraturan penting lainnya, orang tua dan guru harus melengkapi tiga rating untuk anak yang menjadi penderita. Data ini, lalu akan dikombinasikan dengan asesmen dari ahli medis yang akan mengetahui dasar keparahan penyakitnya. Skala rating mungkin juga dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan dalam respon dan intervensi saat melakukan monitoring sepanjang waktu mengenai tingkat keparahan penyakitnya.2.      PemantauanWalaupun bukan sesuatu yang darurat, seperti perilaku menyakiti diri sendiri atau keadaan yang tak terduga, terapis dapat mengikuti pasien selama beberapa bulan sebelum melakukan tritmen yang telah dirancang. Beberapa tujuan dari pengobatan tahap pertama adalah untuk : membuat dasar dari simptom yang ada; menemukan hal yang berhubungan dengan kesulitan di sekolah, keluarga, dan hubungan dengan teman; memberikan tes psikologis dan medis; memantau jarak dan fluktuasi simptom yang paling sering; dan membentuk hubungan.

3.      PsikoterapiSebagai tambahan, terapis harus menggunakan teknik perilaku khusus (seperti hipnoterapi dan relaksasi) dan akan ada alternatif pengobatan lain yang dapat dilakukan (seperti akupuntur dan suplemen diet). Teknik perilaku kognitif yang spesifik dapat dikembangkan untuk digunakan untuk pasien tertentu dengan tourette syndrome.4.      Habit ReversalHabit reversal terdiri dari beberapa komponen, yaitu pelatihan terhadap kesadaran awareness training) dan pemantauan terhadap diri sendiri, pelatihan relaksasi, prosedur respon pengganti (competing response), manajemen yang berkelanjutan, dan pemantauan terhadap ketidaknyamanan. Penderita akan diberikan hal-hal tersebut sebagai tugas rumah.5.      Supportive TherapyDalam kondisi terapi bentuk dukungan ini, penderita memilih topik pembahasan sendiri dalam sesi pertemuan dan fokus terhadap pengalaman, refleksi, dan mengekspresikan perasaan tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan dan bagaimana pemecahan masalahnya.6.      Intervensi sekolahTetapi akan menjadi lebih baik bila penderita tourette syndrome dapat berinteraksi dengan teman-teman di kelas apabila memang tingkat keparahannya belum terlalu tinggi. Hal ini supaya keparahan penyakitnya tidak bertambah karena membuat penderita merasa mendapat dukungan dan perhatian dari teman-teman di sekolahnya.7.      Hubungan dengan keluargaKeluarga dapat menolong penderita untuk melawan hal-hal negatif yang dapat mengganggu stabilitas si penderita (Dhamayanti, Riandani, & Resna, 2003). Sejumlah anak-anak yang mengalami kerusakan neuropsychiactirc (saraf) dan keluarganya memang perlu mendapatkan dorongan dan pelayanan terutama mereka yang sedang mengalami pertumbuhan pada saat sekarang ini.

8.      PsikoedukasiDalam hal ini, pemerintah seharusnya memiliki program yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada seluruh masyarakat mengenai kesehatan mental. Program ini dapat menyertakan pihak Departemen Sosial, Departemen Sosial, BKKBN, hingga LSM di bidang-bidang kesehatan. Tidak hanya itu, pemerintah dapat memperkenalkan tiap-tiap penyakit yang ada melalui cara-cara tertentu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan membuat masyarakat lebih memahami dan lebih peduli dengan lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan sebenarnya masyarakat harus memberi dukungan secara moral bagi penderita suatu penyakit, dalam hal ini adalah tourette syndrome untuk mencegah bertambah parahnya penyakit itu. Masyarakat harus diberi tahu bahwa tourette syndrome bukanlah penyakit menular yang perlu ditakutkan.

Page 12: Bahan Neuro Rc vhh

Management of Tic Disorders

Tourette Syndrome adalah gangguan neuropsikiatri yang diwariskan pada masa anak anak yang gejalanya antara lain muncul tic (gerakan spontan) pada anggota tubuh maupun suara yang tidak terkendali dan selalu berulang. Gejala-gejala semacam ini akan mempengaruhi individu yang mengalami Tourette Syndrom terhadap aktivitasnya sehari-hari. Syndrom ini dinamakan Tourette sesuai dengan penemunya yaitu Dr Georges Gilles de la Tourette yang merupakan neurolog asal Prancis yang pertama kali mendeskripsikan Tourette Syndrom ada kalangan bangsawan di Perancis pada tahun 1885. Tourette Syndrom merupakan salah satu sindrom yang sangat langka dan sering dikaitkan oleh orang yang pengumpat dan berkata kotor. Namun saat ini Tourette Syndrom sudah tidak dianggap sebagai sindrom psikiatri yang langka. Sebagain besar orang yang diidentifikasikan mengalami Tourette Syndrom hanya mengalami gejala yang ringan, dan sangat sedikit sekali yang diidentifikasikan mengalami gejala yang berat.

Gejala awal Tourette Syndrom pertama kali muncul pada masa anak-anak terutama usia 3-9 tahun. Tourette Syndrom bisa dialami oleh kelompok etnis manapun namun laki-laki mengalami tiga sampai empat kali lebih sering dibandingkan dengan wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 200.000 orang yang mengalami Tourette Syndrom.

Penyebab dari munculnya Tourrete Syndrom belum dapat diketahui secara pasti. Para ahli memperkirakan bahwa faktor genetik dan lingkungan memiliki peran penting dalam sindrom ini. Namun banyak kasus menunjukan bahwa Tourette Syndrom tidak diwariskan oleh orang tua. Banyak individu dengan Tourette Syndrom mengalami gejala hiperaktif, depresi, kecemasan,perilaku impulsif dan gangguan perilaku lainnya. Bahkan Leckman menyebutkan bahwa 25/42 % remaja dengan Tourette Syndrom mengalami gejala ADHD. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Yin menunjukan bahwa individu dengan Tourette Syndrom memiliki permasalahan stres psikososial. Dalam kajian neurologis, gangguan tic yang dialami oleh penderita Tourette Syndrom merupakan bentuk disfungsi pada daerah kortikal, sub kortikal, talamus, basal gangla dan korteks frontal.

Gejala Tourette Syndrom dapat terjadi sangat ringan dan tidak disadari oleh individu yang bersangkutan maupun orang-orang yang berada di sekitarnya. Torette Syndrom yang terjadi pada masa anak-anak biasanya diketahui dari munculnya gejala tic yang sederhana dan seiring berjalannya waktu berubah menjadi tics yang komplek. Tic merupakan gerakan tiba-tiba, spontan, tidak terkendali dan berulang pada anggota tubuh seseorang. Tic muncul dalam variasi frekuensi, jenis dan tingkat keparahan. Contoh dari tic tersebut antara lain, gerakan mengedipkan mata, wajah meringis, mengangkat bahu, menggerakan leher kepala secara menghentak. Selain otot motorik, tic juga melibatkan suara-suara yang muncul secara spontan, berulang dan tidak disadari. Tic sederhana biasanya tidak melibatkan terlalu banyak bagian tubuh atau otot seseorang. Tic kompleks merupakan kombinasi dari tic simple yang melibatkan beberapa otot anggota tubuh. Contoh dari Tic komplek seperti wajah meringis lalu disertai dengan sentuhan kepala dan mengangkat bahu. Sementara tic kompleks pada vocal antara lain mengucapkan beberapa kata atau frasa.

Menurut DSM IV seseorang mengalami Tourette Syndrom jika mengalami tic motiric maupun vokal selama satu tahun. Psikiater tidak memerlukan darah atau organ tubuh lainnya sebagai objek untuk mendiagnosis Tourette Syndrom. Sementara beberapa penelitu dari Yale University menggunakan Family Inventory of Life Events (FILE) dan Life Event Questionnaire (LEQ) sebagai alat untuk mengetahui korelasi antara Tourette Syndrom dengan gangguan psikososial.

Gejala Tourette Syndrom biasanya tidak menimbulkan kerusakan secara fisik. Namun pada beberapa kasus misalnya ketika individu dengan Tourette Syndrom sedang menggunakan pisau atau alat pemotong lainnya

Page 13: Bahan Neuro Rc vhh

dapat berpotensi menyebabkan luka. Beberapa pasien membutuhkan obat ketika gejala yang muncul terasa sangat mengganggu. Obat yang dibutuhkan oleh penderita Tourette Syndrom antara lain Neuroleptik yaitu obat yang digunakan untuk mengobati gangguan psikotik. Neuroloptik juga memiliki efek samping yang sering disebut tardive dyskinesia, yaitu gerakan tic yang berbeda dari biasanya akibat penggunaan neuroleptik yang berlebihan. Selain itu pada saat obat ini tidak digunakan lagi oleh pasie juga akan menimbulkan semacam ketergantungan. Oleh karena itu penghentian pemberian neuroleptik harus dilakukan secara perlahan. Obat-obatan lainnya yang sering digunakan untuk mengobati gejala Toourrete Syndrom antara lain Guanfacine, Atomoxetine Clomipramine, Fluoxetine, Setraline, Fluoxamine. Para ahli juga memanfaatkan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan teknik relaksasi untuk mengurangi gejala gangguan Tic. Namun hasil dari metode-metode tersebut belum dievaluasi secara sistematis dan tidak didukung secara empiris untuk menyembuhkan Tourrete Syndrom.

Sindrom Tourette

Sindrom Tourette merupakan suatu gangguan saraf (neuropsikiatri) dan perilaku (neurobehavioral disorder), yang ditandai dengan adanya gangguan motorik dan phonic (vokal) tics. Gangguan/aksi terjadi dengan tidak disadari dan berlangsung cepat (brief involuntary actions).

Pada anak-anak, biasanya kelainan sindrom tourette mulai terlihat pada usia 2 hingga 7 tahun sampai dengan tingkat keparahan tertinggi pada usia 10-12 tahun. Dibanding anak perempuan, anak laki-laki cenderung lebih beresiko mengalami sindrom tourette.

Sindrom tourette ditandai dengan gejala yang disebut tic. Tic berarti gerakan atau kontraksi otot yang berulang-ulang, cepat, tiba-tiba atau mendadak, tak terkendali, tak bertujuan, dan meniru-niru. Beberapa penderita mengalami tic ringan seperti berkedip, menyentakkan kepala, menyalak, atau memekik. Namun, beberapa pasien mengalami tic parah seperti melompat-lompat, memukul, menggigit, atau mengeluarkan sumpah serapah.

Sekitar 90 persen anak-anak dengan tourette syndrome memiliki kondisi penyerta, seperti hiperaktif, obsessive-compulsive disorder, atau gangguan pengendalian gerak. Dan gejala akan lebih sering muncul jika anak merasakan tekanan (stress) dan ketidakstabilan emosi, terutama tics yang menjadi lebih sering muncul.

Gejala

- Biasanya diawali dengan gerenyet otot sederhana, seperti meringis, sentakan kepala dan berkedip-kedip. Terkadanga hanya gelisah biasa dan dapat hilang dengan sendirinya.– Muncul gejala sederhana seperti; mendengkur dan mendengung dan bisa berkembang menjadi gejala yang kompleks, misalnya gerenyet pada syaraf vokal yang kompleks misalnya; berbicara kotor atau mengumpat tanpa alasan yang jelas dan tanpa disadari.– Gerenyet juga bisa terjadi pada syaraf motorik seperti gerakan menendang, memukul dan bernafas secara tidak teratur (tersental-sental).– Anak biasanya juga sering memperlihatkan gejala gerakan kepala secara berulang-ulang dari kiri ke kanan dan sebaliknya, mengedip-kedipkan mata, membuka mulut dan meregangkan leher.– Anak dengan sindrom tourette sering mengalami kesulitan dan kegelisahan dalam bersosialisasi. Sering menunjukkan perliaku impulsif, agresif dan perilaku menyerang diri sendiri.– Anak juga mengalami kesulitan belajar dan mengalami gangguan-gangguan seperti hiperaktif dan gangguan konsentrasi.

Page 14: Bahan Neuro Rc vhh

Beberapa macam sindrom tourette tidak membahayakan dan tidak menggangu penderita sehingga tidak memerlukan penyembuhan. Beberapa bahkan mengalami penurun frekuensi gerakan sampai menghilang saat si anak berusia remaja. Namun tic yang sederhana bisa menjadi gerakan kompleks apabila tidak segera diberikan tindakan. Misalnya tic vokal seperti bunyi mendengus atau mengorok.

Penyebab

Penyebab terjadinya Sindrom Tourette belum dapat diketahui secara pasti. Penyebabnya diduga ketidakseimbangan neurotransmitter otak yaitu dopamin sehingga neurotransmitter tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya akan terjadi gerenyet dan gerakan yang tak terkendali pada tubuh.. Para ahli juga memperkirakan bahwa faktor genetik dan lingkungan memiliki peran penting dalam sindrom ini.

Faktor risiko

Faktor risiko untuk Sindrom Tourette antara lain:– Jenis kelamin– Usia muda– Riwayat keluarga Sindrom Tourette

Pencegahan

- Menghindari pemicu timbulnya Sindrom Tourette seperti stres, cemas, kelelahan, atau kondisi emosional lainnya yang cenderung bisa memperburuk kejadian tic– Melakukan kegiatan tertentu yang membantu meredakan gejala-gejala tic seperti, relaksasi, bermain, berolahraga, berdoa, konsentrasi yang terfokus pada tugas atau pekerjaan.

SHARE THIS:FacebookGoogle