bahan kuliah epid kespro (diskusi)

12
BAHAN KULIAH (sesi 05) EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KANKER SERVIKS A. Perkembangan Penyakit Kanker Serviks Kanker serviks/ Karsinoma serviks uterus/ Kanker leher rahim adalah kanker yang paling banyak diderita wanita di seluruh dunia, merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita, dan menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian tersebut terjadi di Negara berkembang. Setiap satu jam, satu perempuan Indonesia meninggal akibat kanker leher rahim (serviks). kejadian kanker serviks mencapai prevalensi (angka kejadian) hingga 90-100 kasus per 100.000 penduduk, dengan temuan 200.000 kasus baru tiap tahunnya. Di tingkat Asia Pasifik, kanker seviks merenggut satu nyawa perempuan setiap empat menit, Sedangkan untuk ukuran seluruh dunia, kematian akibat kanker serviks ini terjadi setiap dua menit. Kejadian kanker leher rahim di dunia merupakan kanker kedua terbanyak pada wanita dan terdapat 500 kasus baru per tahunnya. B. Riwayat Alamiah Penyakit Perjalanan kanker serviks ini berawal dari proses yang berkaitan dengan pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa atau disebut dengan proses metaplasia. Perubahan ini biasanya terjadi di SSK (sambungan skuamo kolumnar) atau daerah tranformasi. Daerah tranformasi adalah daerah antara SSK asli dan SSK baru. Proses perubahan ini disebabkan oleh faktor etiologi dan faktor risiko.

Upload: indahfanda

Post on 07-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kuliah

TRANSCRIPT

BAHAN KULIAH (sesi 05)

BAHAN KULIAH (sesi 05)EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KANKER SERVIKSA. Perkembangan Penyakit Kanker ServiksKanker serviks/ Karsinoma serviks uterus/ Kanker leher rahim adalah kanker yang paling banyak diderita wanita di seluruh dunia, merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita, dan menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian tersebut terjadi di Negara berkembang.

Setiap satu jam, satu perempuan Indonesia meninggal akibat kanker leher rahim (serviks). kejadian kanker serviks mencapai prevalensi (angka kejadian) hingga 90-100 kasus per 100.000 penduduk, dengan temuan 200.000 kasus baru tiap tahunnya. Di tingkat Asia Pasifik, kanker seviks merenggut satu nyawa perempuan setiap empat menit, Sedangkan untuk ukuran seluruh dunia, kematian akibat kanker serviks ini terjadi setiap dua menit. Kejadian kanker leher rahim di dunia merupakan kanker kedua terbanyak pada wanita dan terdapat 500 kasus baru per tahunnya.

B. Riwayat Alamiah Penyakit Perjalanan kanker serviks ini berawal dari proses yang berkaitan dengan pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa atau disebut dengan proses metaplasia. Perubahan ini biasanya terjadi di SSK (sambungan skuamo kolumnar) atau daerah tranformasi. Daerah tranformasi adalah daerah antara SSK asli dan SSK baru. Proses perubahan ini disebabkan oleh faktor etiologi dan faktor risiko.

Mula-mula terjadi perubahan sel menjadi diplasia. Diplasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epitel skuamosa yang secara sitologik dan hispatologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan karsinoma. Diplasia ini dibagi atas 3 tingkat yaitu diplasia ringan, sedang, dan berat. Diplasia berat akan berubah menjadi karsinoma in situ, yang selanjutnya dapat berubah menjadi kanker invasive.

Displasia yang berubah menjadi kanker yang menyebar secara langsung ke jaringan sekitarnya, juga menyebar secara limfogen dan hematogen.

Semakin luas lesi primernya di serviks semakin banyak dan luas kemungkinan terlibatnya kelenjarn-kelenjar limfe dari system limfatik. Hati adalah alat yang paling sering terkena pada metastasis secara hematogen, meskipun alat lain dapat pula terkena seperti paru-paru, otak, ginjal, dan lain-lain

Pada stadium akhir, umumnya penderita kanker serviks meninggal karena uremia disebabkan oleh hydronefrosis akibat metastasis sel tumor ke tractus urinarus, perdarahan, infeksi dan akibat metastasiskeorgan jauh

Ketahanan hidup 5 tahun setelah pengobatan kanker serviks pada stadium 0 = 100%, stadium I = 80%-90%, stadium II = 20-30% dan stadium IV = 0-5%.

GEJALA KANKER SERVIKS Keputihan (lekore)

Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan abnormal

Perdarahan antara haid atau setelah mati haid (menopause)

Rasa berat di perut bawah

Rasa kering di vagina

Bila kanker sudah masuk stadium invasive, keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau, dan dapat bercampur dengan darah

Timbul gejala kekurangan darah (anemia) bila terjadi perdarahan kronis, misalnya pucat, lesu, mudah lelah, mengantuk, berdebar, dan sebagainya

Timbul nyeri di tempat-tempat lain bila sudah terjadi penyebaran (metastasis)

Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus karena kurang gizi, edema kaki, iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuk fistel vesikovaginal atau rektovaginal, dan gejala-gejala akibat metastasis jauh.

KLASIFIKASI

Secara histopatologi kanker serviks diklasifikasikan dalam empat klasifikasi yaitu:

Displasia; pertumbuhan aktif disertai gangguan proses pematangan epitel skuamosa yang dimulai pada bagian basal sampai ke lapisan superficial.

Karsinoma In Situ (KIS)

Pada KIS perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma skuamosa namun membrane basalis dalam keadaan utuh.

Karsinoma MikroinvasifPada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajt pertumbuhan meningkat, juga sel tumor menembus membrane basalis.

Karsinoma Invasif

Perubahan derajt pertumbuhan sel menonjol, besar dan bentuk sel bervariasi, inti gelap, kromatin berkelompok tidak merata dan susunan sel semakin tidak teratur. Gambar di bawah ini menunjukkan stadium kanker serviks

(Dikutip dari http://www.edric-online.com/content/kanker-servik-dan-pencegahannya)

C. Faktor risikoFaktor risiko yang perlu mendapat perhatian adalah Human Pavilloma Virus (HPV). HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, dan 58 sering ditemukan pada kanker dan lesi prakanker. HPV adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukann epidermal dan mukosa. Infeksi virus papilloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual.

Virus yang menginfeksi pada saat pertama kali tidak langsung muncul sebagai tumor/kanker. Infeksi pertama akan berkembang kearah kanker serviks tergantung dari jenis/tipe HPVnya, tipe resiko rendah atau resiko tinggi, yang akan menimbulkan kelainan lesi pra kanker. Lesi pada tipe resiko rendah (tipe 6 dan 11) hampir tidak beresiko menjadi kanker dan hanya menimbulkan kelainan yang disebut genital wart ( kutil pada kelamin). Pada infeksi HPV, lesi prakanker dapat regresi (sembuh sendiri karena system kekebalan tubuh alamiah), menetap atau progresif. Sebagian besar dapat regresi dalam waktu 1-2 tahun. Akan tetapi lesi yang menetap karena infeksi HPV resiko tinggi (tipe 16 dan 18) akan cenderung berkembang menjadi kanker (progresif) dalam waktu cepat ataupun lambat. Infeksi ini akan menyebabkan perubahan pada sel-sel serviks sehingga sel abnormal tumbuh lebih cepat tanpa terkontrol dan membentuk benjolan tumor.

Infeksi HPV dapat terjadi melalui penyebaran seksual oleh karena itu dapat menginfeksi semua orang. Wanita yang mulai berhubungan seksual pada usia muda (dibawah 20 tahun) dan sering berganti pasangan memiliki resiko tinggi untuk terkena infeksi HPV. Namun tidak berarti yang setia dengan satu pasangan tidak beresiko, karena semua wanita memiliki resiko yang sama. Pasangan yang terinfeksi HPV dapat menjadi sumber penularan.

Faktor predisposisi atau faktor yang mempengaruhi timbulnya kanker serviks adalah sebagai berikut:

1) Infeksi HPV

2) Perilaku seksual

3) Merokok

4) Nutrisi

5) Trauma kronis pada serviks

6) Kontrasepsi oral

7) Perubahan sistem imun

8) ParitasD. Program Pencegahan dan Penanggulangan Kanker Serviks Pencegahan

Pengendalian kanker serviks dengan pencegahan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Pencegahan primer

Kegiatan yang dilakukan seperti memberikan informasi dan program kesehatan atau penyuluhan yang menekankan pada perilaku hidup sehat untuk mengurangi atau menghindari faktor risiko, seperti usia kawin muda, pasangan seksual ganda, dan lain-lain. Selain itu, pencegahan primer dapat melalui imunisasi HPV pada kelompok masyarakat.

b. Pencegahan sekunderPencegahan ini dilakukan dengan deteksi dini dan skrining kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Program skrining dapat dilakukan dengan pemeriksaan sitologi atau dikenal sebagai pap smear .

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah komplikasi penyakit dan atau pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah ditegakkan.

Pengobatan pada pra kanker. Dikenal beberapa pengobatan, antara lain:

Kauterisasi, yaitu membakar serviks secara elektris Kriosurgeri, yaitu serviks dibuat beku sampai minus 80-1800C dengan menggunakan gas CO2 atau N2O Operasi (histerektomi) bila penderita tidak ingin punya anak lagi Sinar laser yang digunakan di bawah pengawasan kolposkop. Terapi radiasi dapat bertujuan untuk kuratif dan paliatif. Bila untuk kuratif biasanya radiasi diberikan secara internal dan eksternal. Pengobatan

Bila ditemukan pada stadium dini, kesembuhan penyakit kanker serviiks akan sempurna, hampir 100%. Pengobatan stadium pra-kanker dapat dilakukan dengan cara seperti krioterapi, vaporisasi laser, elektrokoagulasi diatermi, dan konisasi. Pengangkatan rahim (uterus) total bisa dipertimbangkan bila sudah cukup anak. Setelah operasi pengangkatan rahim total, dilanjutkan dengan radioterapi. Kemoterapi dilakukan pada stadium lanjut yang telah bermetastasis jauh atau timbul kekambuhan.

BAHAN KULIAH (sesi 06)

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KANKER PAYUDARAA. Perkembangan Penyakit Kanker PayudaraKanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988-1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998).

Diperkirakan pada tahun 2006 di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada wanita dan 460 kasus kematian pada pria (Anonimc, 2006). Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua setelah kanker leher rahim (Tjindarbumi, 1995). Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker (Siswono, 2003). "Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2007, kejadian kanker payudara sebanyak 8.227 kasus atau 16,85% dan kanker leher rahim 5.786 kasus atau 11,78%,". Menurut Tjandra, angka kejadian kanker payudara cenderung menurun. Tahun 2006 , kejadian kanker payudara sebanyak 8.327 kasus atau 19,64% dari seluruh kejadian kanker. Namun kejadian kanker leher rahim sebaliknya, meningkat dari jumlah kasus pada 2006 yang hanya sebanyak 4.696 kasus atau 11,07%. Prevalensi kejadian tumor/kanker di Indonesia sendiri, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, sebesar 4,3 per 1000 penduduk.

B. Riwayat Alamiah PenyakitKarsinoma payudara paling sering terjadi pada kuadran atas sebelah luar (38.5%), bagian tengah (29%), kuadran atas bagian sebelah dalam (14.2%), kuadran bawah sebelah luar (8.8%), dan kuadran bawah sebelah dalam (5%). Kanker payudara paling sering berasal dari epitel duktus (lebih dari 90% kasus), sedangkan sebagian kecil berasal dari epitel lobulu. Karsinoma payudara bermetastase paling sering melalui limfonodus aksiler. Metastase aksiler paling sering pada kanker pada kuadaran atas lateral. Penyebaran tumor secara lokal menyebabkan infiltrasi jaringan limfatik dermis yang menyababkan pembengkakan kulit. Penyebaran secara hematogen paling sering mengenai tulang, paru-paru dan pleura.

C. Faktor risikoFaktor risiko yang dapat dikendalikan:1. Berat badan

5. Merokok2. Diet

6. Wanita bekerja pada malam hari3. Latihan/Olahraga

7. Penggunaan hormon estrogen4. Konsumsi alkohol

8. Stres dan kegelisahan

Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan: 1. Jenis Kelamin2. Usia3. Riwayat kanker payudara dalam keluarga4. Riwayat pribadi kanker payudara5. Ras6. Terapi radiasi pada dada7. Perubahan seluler payudara8. Terpapar estrogen9. Kehamilan dan menyusui10. Terpapar diethylstilbesterol (DES)

D. Program Pencegahan dan Penanggulangan Kanker Payudara Pencegahan primer

Pada tahap ini dilakukan penyuluhan tentang kanker payudara terutama mengenai faktor-faktor resiko dan bagaimana melaksanakan pola hidup sehat dengan menghindari konsumsi lemak berlebihan dengan mengkonsumsi buah dan sayur serta giat berolah raga. Pencegahan sekunder

Deteksi dini merupakan bentuk pencegahan sekunder dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan mamografi digunakan terutama pada wanita yang mempunyai resiko tinggi. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara.

Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.

TUGAS UNTUK DI DISKUSIKAN

Berdasarkan materi diatas, pelajari bagian penting yang menjadi faktor risiko dari cacer cerviks dan cancer payudara. Kemudian diskusikan hal-hal sebagai berikut:

1. Kembangkan kerangkan konsep untuk penelitian yang berkaitan dengan dua penyakit cancer tersebut

2. Buat rancangan studi epidemiologi yang sesuai

3. Jelaskan bagaimana implementasi desain tersebut Berikan laporan hasil diskusi anda dalam bentuk power point dan dikirim lewat email ke alamat [email protected] paling lambat besok jam 4 sore.

Terima kasih selamat belajar Imam, Rasjidi. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. (Jakarta: EGC. 2007). Cet 1. h.6

HYPERLINK "http://www.forumkami.com/forum/kesehatan/3530-kanker-serviks-deteksi-dini-dan-pencegahan.html"http://www.forumkami.com/forum/kesehatan/3530-kanker-serviks-deteksi-dini-dan-pencegahan.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2010 pukul 11:27 WIB

Setiawan, Dalimartha. Op.cit. h.17-18

Nasrin, Kodim. Krisnawaty Bantas, dkk. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menula, h. 155

Ibid. h. 155

HYPERLINK "http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm"http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm diakses pada Selasa 23 Maret 2010

HYPERLINK "http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia-kanker/kanker-mammae-2/"http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia-kanker/kanker-mammae-2/ diakses pada Selasa 23 Maret 2010

HYPERLINK "http://berita8.com/news.php?cat=4&id=18887"http://berita8.com/news.php?cat=4&id=18887 diakses pada Selasa 23 Maret 2010

HYPERLINK "http://www.alhamsyah.com/blog/artikel/kanker-payudara-gejala-dan-pengobatannya.html"http://www.alhamsyah.com/blog/artikel/kanker-payudara-gejala-dan-pengobatannya.html diakses tanggal 25 Maret 2010

HYPERLINK "http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm"http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm diakses pada tanggal 22 Maret 2010