tugas epid kespro kasus kontrol

23
y Salam sahabat Studi kasus kontrol Anemia Ibu hamil (Jurnal Medika Unhas) Posted on May 24, 2007 . Filed under: artikel ilmiah | STUDI KASUS KONTROL FAKTOR BIOMEDIS TERHADAP KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL DI P USKESMAS BANTIMURUNG STUDI KASUS KONTROL FAKTOR B IOMEDIS TER HADAP KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANTIMURUNG MAROS TAHUN 2004R idwan Amiruddin 1 , Wahyuddin 2  1Staf Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas; 2 Staf Fakultas Ke sehatan Masyarakat -UIT. R INGKASAN Pada wanita hamil, anemia meningka tkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan  persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir r endah, dan angka kematian perinatal meningkat . Penelit ian ini bertujuan untuk melihat hubungan faktor umur ibu, ANC, jarak ke lahira n, parita s dan keluha n ibu hamil terha dap kejadia n anemia di wilayah puskesmas Bantimurung. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus ke lola dengan sampel ibu hamil dan bersalin sebanya k 128 responden yang dia mbil secara purposive sa mp ling. Uji statistik yang digunkan adalah analisis Odds Ratio, dan logistik regresi. Hasil pene litian yang dipe roleh sekitar 83.6 % responden mengala mi anemia , dengan ANC sebagia n besar kurang dari 4 kali (72 .7%) . Hasil analisis  bivariat ditemukan banhwa ANC tidak signifikan terhadap anemia, OR . 1.251 (95%CI.0.574-2.729), demikian juga dengan keluhan dengan OR 1.354, 95 % CI. 0.673- 2.725. begitu jug a paritas kurang dari satu dan lebih 4 tidak berefek terhadap anemia pada ibu hamil dengan OR 1.393 , 95%CI.0.474-4.096. Sedangkan jarak kelahira n bermakna terha dap keja dian anemia dengan OR 2 .343, 95% CI.1.146-4.790. dan varia bel Umur dengan OR 2.801, 95% CI 1.089-7.207. Kesimpulan variabel yang  berhubung an adalah jarak kelahiran dan umur ibu hamil, sedangkan variabel paritas, ANCdan adanya keluhan tidak bermakna. Dengan demikia n maka disara nkan bahwa untuk menekan kejadian anemia deng an berbagai dampaknya m aka pengaturan jarak kelahiran sangat dipe rlukan melalui perencanaan kelahiran melalui ke luarga be rencana,  begit u juga dengan umur ibu, sangat penting untuk diperhat ikan melahir kan pada usia 20- 35 tahun. (J Med Nus. 2004; 25:71-75) SUMMARY In pregnancy women, a nemic increases the frequency of complication to the pregnancy an d delivery . Risk of maternal mortality, prematurity number, low birth weight, and prenatal mortality are increase. This research intend to identify the relation factors of maternal age, ANC, delivery expanse, parity and maternal complain to the occurrence of anemic in Bantimurung public health service. Method of the research was case control study with samples consist of 128 respondents of pregnant and delivery women taken purposively sampling. Statistical test was Odds ratio a nd regression logistic. Result of the research obtained that approximately 83.6% respondents undergoes anemic with ANC mostly less

Upload: natalia-edoway

Post on 06-Jul-2015

1.135 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 1/23

 

y  Salam sahabat 

Studi kasus kontrol Anemia Ibu hamil

(Jurnal Medika Unhas) 

Posted on May 24, 2007 . Filed under: artikel ilmiah |

STUDI KASUS KONTROL FAKTOR BIOMEDIS TERHADAP

KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANTIMURUNG

STUDI KASUS KONTROL FAKTOR BIOMEDIS TERHADAP KEJADIAN

ANEMIA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANTIMURUNG MAROS TAHUN2004R idwan Amiruddin

1, Wahyuddin

1Staf Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas; 2 Staf Fakultas KesehatanMasyarakat -UIT. 

R INGKASAN Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan

 persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan

angka kematian perinatal meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan

faktor umur ibu, ANC, jarak kelahiran, paritas dan keluhan ibu hamil terhadap kejadian

anemia di wilayah puskesmas Bantimurung. Metode penelitian yang digunakan adalah studi

kasus kelola dengan sampel ibu hamil dan bersalin sebanyak 128 responden yang diambilsecara purposive sampling. Uji statistik yang digunkan adalah analisis Odds Ratio, dan

logistik regresi. Hasil penelitian yang diperoleh sekitar 83.6 % responden mengalamianemia, dengan ANC sebagian besar kurang dari 4 kali (72.7%). Hasil analisis

 bivariat ditemukan banhwa ANC tidak signifikan terhadap anemia, OR . 1.251(95%CI.0.574-2.729), demikian juga dengan keluhan dengan OR 1.354, 95 % CI. 0.673-

2.725. begitu juga paritas kurang dari satu dan lebih 4 tidak berefek terhadap anemia padaibu hamil dengan OR 1.393 , 95%CI.0.474-4.096. Sedangkan jarak 

kelahiran bermakna terhadap kejadian anemia dengan OR 2.343, 95% CI.1.146-4.790. dan

variabel Umur dengan OR 2.801, 95% CI 1.089-7.207. Kesimpulan variabel yang

 berhubungan adalah jarak kelahiran dan umur ibu hamil, sedangkan variabel paritas,

ANCdan adanya keluhan tidak bermakna. Dengan demikian maka disarankan bahwa untuk 

menekan kejadian anemia dengan berbagai dampaknya maka pengaturan jarak 

kelahiran sangat diperlukan melalui perencanaan kelahiran melalui keluarga berencana,

 begitu juga dengan umur ibu, sangat penting untuk diperhatikan melahirkan pada usia 20-

35 tahun. (J Med Nus. 2004; 25:71-75)

SUMMARY In pregnancy women, anemic increases the frequency of complication to the pregnancy and

delivery. Risk of maternal mortality, prematurity number, low birth weight, and prenatal

mortality are increase. This research intend to identify the relation factors of maternal age,

ANC, delivery expanse, parity and maternal complain to the occurrence of anemic in

Bantimurung public health service. Method of the research was case control study withsamples consist of 128 respondents of pregnant and delivery women taken purposively

sampling. Statistical test was Odds ratio and regression logistic. Result of the researchobtained that approximately 83.6% respondents undergoes anemic with ANC mostly less

Page 2: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 2/23

 

than 4 times (72.7%). Bivariate analysis shows that ANC insignificant to anemic undergoes,

OR . 1.251 (95% Cl. 0.574-2.729), as well as maternal complain with OR 1.354, 95% Cl. 0.673-2.725 and parity less than one and more than four insignificant with anemic undergoes

with OR 1.393, 95% Cl 0.474-4.096. Meanwhile deliveries expanse significant with anemicundergoes with OR 2.801, 95% Cl 1.146 -4.790 and age variable with OR 2.801, 95% Cl

1.089-7.207. It terminates that the variables related with anemic undergoes were deliveries

expanse and maternal age, meanwhile the variables of parity, ANC and maternal complaininsignificant. It is suggested in a manner to diminish anemic undergoes with all of its impact

is with dispose deliveries expanse trough family planning, as well as maternal age as a main

factors to notice, to deliver in age of 25-35 years old. (J Med Nus. 2004; 25:71-75)

LATAR BELAKANGSampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang

menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan

masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas

 pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah trias perdarahan, infeksi, dan

keracunan kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut tidak dapat sepenuhnya

dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying factor), yang mana bersifatmedik maupun non medik . Di antara faktor non medik dapat disebut keadaan kesejahteraan

ekonomi keluarga, pendidikan ibu, lingkungan hidup, perilaku, dan lain-lain. Kerangka konsep model analisis kematian ibu oleh Mc Carthy dan Maine menunjukkan

 bahwa angka kematian ibu dapat diturunkan secara tidak langsung dengan memperbaikistatus sosial ekonomi yang mempunyai efek terhadap salah satu dari seluruh faktor langsung

yaitu perilaku kesehatan dan perilaku reproduksi, status kesehatan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.1 Ketiga hal tersebut akan berpengaruh pada tiga hasil akhir dalam

model yaitu kehamilan, timbulnya komplikasi kehamilan/persalinan dan kematian ibu. Darimodel Mc Carthy dan Maine tersebut dapat dilihat bahwa setiap upaya intervensi pada faktor 

tidak langsung harus selalu melalui faktor penyebab yang langsung. 2

Status kesehatan ibu, menurut model Mc Carthy dan Maine 1 merupakan faktor penting

dalam terjadinya kematian ibu. Penyakit atau gizi yang buruk merupakan faktor yang dapatmempengaruhi status kesehatan ibu. Rao (1975) melaporkan bahwa salah satu sebab

kematian obstetrik tidak langsung pada kasus kematian ibu adalah anemia.3,4 Grant 5 menya-

takan bahwa anemia merupakan salah satu sebab kematian ibu, demikian juga WHO 6 b

menyatakan bahwa anemia merupakan sebab penting dari kematian ibu. Penelitian Chi, dkk 7

menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7%

untuk mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung

 berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan

meningkatnya kesakitan ibu.8Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan

 persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, danangka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum

lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanitayang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.9 Soeprono.10 menyebutkan bahwa

dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinyagangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses

 persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas

(subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI rendah), dan

gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-

lain).10Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya

Page 3: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 3/23

 

 banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar 

dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada trimester III berkisar 50-79%.11 Affandi 12 menyebutkan bahwa anemia kehamilan di Indonesia berdasarkan data

Departemen Kesehatan tahun 1990 adalah 60%. Penelitian selama tahun 1978-1980 di 12rumah sakit pendidikan/rujukan di Indonesia menunjukkan prevalensi wanita hamil dengan

anemia yang melahirkan di RS pendidikan /rujukan adalah 30,86%. Prevalensi tersebut

meningkat dengan bertambahnya paritas.9 Hal yang sama diperoleh dari hasil SKRT 1986 dimana prevalensi anemia ringan dan berat akan makin tinggi dengan bertambahnya

 paritas.13 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada

kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga

dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan.6a

Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil

dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa

kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan oleh

Simanjuntak tahun 1992 bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi. 

Indonesia, prevalensi anemia tahun l970±an adalah 46,5±70%. Pada SKRT tahun

1992 dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT tahun 1995 turun

menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu hamil sebesar 39,5%. Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992 prevalensi anemia gizi

khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5 ± 71,2% dan pada tahun 1994 meningkat menjadi76,17% 14,3 % di Kabupaten Pinrang dan 28,7% di Kabupaten Soppeng dan tertinggi adalah

di Kabupaten Bone 68,6% (1996) dan Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3%(1997). Sedangkan laporan data di Kabupaten Maros khususnya di Kecamatan Bantimurung

anemia ibu hamil pada tahun 1999 sebesar 31,73%, pada tahun 2000 meningkat menjadi76,74% dan pada tahun 2001 sebesar 68,65%. 

Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: 1) gangguan dan

hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb dalam

darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke

otak . Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi

yang dilahirkan. Studi di Kualalumpur memperlihatkan terjadinya 20 % kelahiran prematur  bagi ibu yang tingkat kadar hemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa

risiko kejadian BBLR, kelahiran prematur dan kematian perinatal meningkat pada wanita

hamil dengan kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl. Pada usia kehamilan sebelum 24

minggu dibandingkan kontrol mengemukakan bahwa anemia merupakan salah satu faktor 

kehamilan dengan risiko tinggi. 

Sumber : Data primer 

METODE PENELITIAN 

A. DESAIN PENELITIAN DAN UNIT ANALISISPenelitian ini menggunakan desain studi kasus kelola untuk melihat gambaran

status kesehatan ibu hamil serta faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah kesehatantersebut. Instrument studi terdiri dari kuesioner, serta formulir pemeriksaan ibu hamil, Unit

analisis adalah ibu hamil dan ibiu nifas yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas

Bantimurung kab. Maros. 

B.POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi rujukan adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Bantimurung kabupaten Maros pada periode Agustus ± September 2004. 

Page 4: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 4/23

 

2. Sampel

Sampel adalah ibu hamil dan ibu bersalin yang berada di wilayah kerja PuskesmasBantimurung Kab. Maros pada saat penelitian dilaksanakan. Sampel diambil

secara purposive sampling, dengan jumlah sampel yang berhasil diperoleh sebanyak 128 ibuhamil. 

C. PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA1. Pengolahan Data

Sumber : Data Primer 

Tabel 1. menunjukkan bahwa analisisHubungan ANC dengan kejadian

anemia yang paling banyak menderitaanemia adalah responden dengan ANC < 4

kali dengan jumlah 53 (57.0%) orang danterendah pada responden dengan ANC ³ 4 kali sebanyak 18 orang (51.4%). Hasil analisis uji

statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.251 dengan nilai lower 0.574 dan upper 2.729. 

2. Keluhan dengan Anemia Tabel 2. Analisis Keluhan dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas

Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004

Tabel 2 menunjukkan analisis hubungan

keluhan dengan kejadian anemia dan

responden yang paling banyak menderita

anemia adalah yang memiliki keluhan

dengan jumlah 39 (59,1%) orang dan

terendah pada responden yang tidak 

memiliki keluhan dengan jumlah 32

51.6%)orang. Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.354 dengan nilai lower 0.673 danupper 2.725. 

3. Paritas dengan Anemia

Tabel 3. Analisis Paritas dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung

Kabupaten Maros Tahun 2004

Sumber : Data Primer 

Tabel 3. menunjukkan analisis hubungan

 paritas dengan kejadian anemia dan

responden yang paling banyak menderita

anemia adalah pada paritas 2-3 dengan jumlah 61 (62.5%) orang dan terendah

 pada responden yang paritas < 1/>4 dengan jumlah 10 (54.5%)orang. Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.393 dengan nilai lower 0.474 dan

upper 4.096. 

4.Jarak Kelahiran dengan AnemiaTabel 4. Analisis Jarak Kelahiran dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas

Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004

Page 5: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 5/23

 

Sumber : Data Primer 

Tabel 4. menunjukan analisis hubungan jarak kelahiran dengan kejadian anemia dan

responden yang paling banyak menderitaanemia adalah responden dengan jarak 

kelahiran < 2 tahun sebanyak 41 (66,1%)

orang dan terendah pada responden dengan jarak kelahiran ³ 2 tahun sebanyak 30 (45.5%)orang. 

Hasil analiis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 2.343 dengan nilai lower 1.146 dan upper 

4.790. 

5.Umur Ibu dengan AnemiaTabel 5. Analisis umur ibu dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas

Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004

Sumber : Data Primer 

Tabel 5. menunjukan analisis hubungan umur 

ibu dengan kejadian anemia dan responden

yang paling banyak menderita anemia adalah

responden dengan umur < 20 tahun dan >35 tahun sebanyak 20 (74,1%) orang dan pada umur 

20-35 tahun sebanyak 51 (50.5%) orang yang menderita anemia. 

Hasil analiis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 2.801 dengan nilai lower 1.089 dan upper 

7.207. 

B. Analisis Multivariat

Tabel 6 : Analisis Regresi Logistik Antara Jarak Kelahiran dan Umur Penderita di Wilayah

Kerja Puskesmas Bantimurung Kabupaten

Maros Tahun 2004

Sumber : Data Primer 

Tabel 6. menunjukkan analisis hubungan

Regresi logistik antara jarak kelahiran dan

umur penderita diwilayah kerja puskesmas Bantimurung. Dan menunjukkan bahwa dari dua

variabel yang memiliki risiko kejadian anemia setelah dilakukan uji lebih lanjut diperoleh

 bahwa umur memilki pengaruh lebih besar terhadap kejadian anemia. 

C. Pembahasan

1. A N C dengan kejadian anemia. 

Antenatal care adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga professional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal

4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II dan 2kali pada trimester III. Dengan pemeriksaan ANC kejadian anemia pada ibu dapat dideteksi

sedini mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya selama hamil danmempersiapkan persalinannya. 

Hasil analisis hububgan ANC dengan kejadian anemia didapatkan OR sebesar 1,251 dengannilai lower 0,574 dan nilai upper 2,729, oleh karena nilai 1 berada diantara batas bawah dan

 batas atas maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemeriksaan ANC dengan

Page 6: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 6/23

 

kejadian anemia pada ibu hamil. 

2. Keluhan selama hamilKehamilan adalah peristiwa alami yang melibatkan perubahan fisik dan emosional dari

seorang ibu, utamanya pada umur kehamilan 1 ± 3 bulan pertama kebanyakan ibu hamilmengalami beberapa keluhan seperti pusing, mual, kadang ± kadang muntah. Keadaan ini

akan berlangsung sementara dan biasanya hilang dengan sendirinya pada kehamilan lebih

dari 3 bulan. Dari hasil analisis hubungan keluhan selama hamil dengan kejadian anemiadidapatkan nilai 1 berada antara batas bawah dan batas atas yaitu nilai lower 0,673 dan nilai

upper 2,725, maka tidak terdapat hubungan antara faktor keluhan ibu selama hamil dengan

kejadian anemia. 

3. Parietas

Parietas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun

lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada

kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi.Karena selama hamil

zat ± zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya . Berdasarkan hasil

analisis didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara parites dengan kejadian anemia

 pada ibu hamil, karena nilai 1 berada antara batas bawah dan batas atas dengan OR sebesar 

1,393 dan nilai lower 0,474 dan nilai upper 4,096. 4. Jarak Kelahiran. 

Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadinya kelahiran berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan

kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat ± zat gizi belum optimal, sudahharus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung. 

Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa reponden paling banyak menderita anemia pada jarak kehamilan < 2 tahun. Hasil uji memperlihatkan bahwa jarak kelahiran mempunyai

risiko lebih besar terhadap kejadian anemia, karena nilai 1 berada antara batas bawah dan

 batas atas dengan OR sebesar 2,343 dengan nilai lower 1,146 dan nilai upper 4,790. 

5. Umur 

Umur seorang ibu berkaitan dengan alat ± alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang

sehat dan aman adalah umur 20 ± 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahundapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum

optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami

keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat

 ± zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran

dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. 

Hasil analisis didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap

kajadian anemia, dengan OR sebesar 2,801 dengan nilai lawer 1,089 dan nilai upper 7,207. 

KESIMPULAN DAN SARANA. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis status kesehatan ibu hamil di Kecamatan Bantimurung Kab Marosdidapatkan

1. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun berisiko lebih besar untuk menderitaanemia

2. ANC ibu hamil kurang dari 4 kali tidak berisiko untuk menderita anemia3. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun berisiko lebih besar untuk menderita anemia

4. Paritas > 3 orang tidak berisiko lebih besar untuk menderita anemia

5. Adanya keluhan tidak berisiko lebih besar untuk menderita anemia. 

B. SARAN1. Perencanaan kehamilan/persalinan sangat penting dilaksanakan pada umur 20 sampai

Page 7: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 7/23

 

35 t untuk menekan ke jadian anemia pada i u hamil. 

2. Program K B sangat di per lukan untuk mengatur  jarak kelahiran sehingga kelahiran ber ikutnya dapat lebih dar i dua tahun. 

3. Mesk i pun secara statistik ANC tidak bermakna, namun tetap sangat di per lukan adanyakun jungan yang teratur bagi  i bu hamil untuk memer iksakan kehamilannya, sebagai upaya

deteksi dini kelainan kehamilan. 

4. Per lu penelitian lan jutan terhadap var iabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini,misalnya kebiasaan i bu ser ta fak tor sosial budaya yang lain. DAFTAR  R  KAN

1. McCar thy J and Maine D, 1992. A Framework for Analyzing the Determinants of Maternal Mor tality. Studies in Family Planning Vol 23 Number 1 January/February 1992, pp. 

23-33. 2. Pratomo H dan Wikn josastro GH, 1995. Pengalaman Puskesmas dalam Upaya

Keselamatan Ibu : Pilot Pro ject di Beberapa Puskesmas. Jurnal Jar ingan Epidemiologi 

 Nasional. Edisi 1 tahun 1995, hal. 1-8. 

3. Hutabarat H, 1981. Kematian Maternal. Ma jalah Obstetr i dan Ginekologi Indonesia. Vol. 7

 No. 1 Januar i 1981, hal. 5-35. 

4. Vijayaraghavan, Bradman GV, Nair K M, R ao NP 1990. Evaluation Of National 

 Nutr itional Anaemia Prophylaxis Programme. Ind. J. Procd 1990, 57, pp. 182-189. 

5. Grant J.P, 1992. Situasi Anak-anak di Dunia 1991. Unicef 

6a. WHO, 1992. R epor t of Work ing Group on Anemia. WHO R epor t, pp 17020. 

6b. ____, 1994. Maternal Health and Safe Motherhood Programme : R esearch Progress

repor t 1987-1992. Maternal Health and Safe Motherhood Programme Division of Family

Health WHO Geneva. 

 _____, 1994. R epor t of the WHO Informasl Consultation on Hookworm Infection and

Anemia in Gir ls and Women. Schitosomiasis and Intestinal Parasites Unit Division of 

Control of Tropical Disease, Geneva 5-7 December 1994

7. Chi IC, 1981. Kematian Ibu pada Dua Belas R umah Sak it Pendidikan di Indonesia : Sebuah Analisis Epidemiologi. Ma jalah Obstetr i dan Ginekologi Indonesia. Vol. 7 No. 4

Ok tober 1981, hal. 223-235. 8. Thangaleela T, Vijayalakshmi P, 1994. Prevalence of Anaemia in Pregnancy. The Indian

Journal of Nutr ition and Dietetics. Feb 1994. 31(2), pp. 26-29. 9. Soe joenoes A, 1983. Beberapa Hasil Pengamatan K linik pada Ibu Hamil dengan Anemia

(Satu Studi di R umah Sak it Pendidikan/ru jukan di Indonesia). Ma jalah Obstetr i danGinekologi Indonesia. Vol. 2 No. 9 Apr il 1983, hal. 83-89. 

10. Soeprono R , 1988. Anemia pada Wanita Hamil. Berkala Ilmu Kedok teran FakultasKedok teran Universitas Gad jah Mada Jilid XX Nomor 4 Desember 1988, hal. 121-135. 

11. Husaini MA, 1989. Prevalensi Anemia Gizi. Buletin Gizi 2 (13) 1989, hal. 1-4. 

Husaini MA dan kawan-kawan, 1989. Study Nutr itional Anemia. An Assessment of 

Information Compilation for Suppor ting and Formulating National Policy and Program. 

Ker  ja sama Direk torat Bina Gizi Masyarakat Depkes dengan Pusat Penelitian dan

Pengembangan Gizi, Depkes. Jakar ta 10 Maret 1989. 12. Affandi B, 1995. Kesehatan R eproduksi, Hak R eproduksi dan R ealita Sosial. Seminar 

Hak dan Kesehatan R eproduksi. Yogyakar ta 1-2 Mei 1995. 

13. Ristr ini, 1991. Anemia Ak i bat Kurang Zat Besi, Keadaan, Masalah dan Program

Penanggulangannya. Medika. Tahun 17 No. 1 Januar i 1991, hal. 37-42. 

Page 8: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 8/23

 

Blog ini

Di-link Dari Sini

selusuri

Blog ini

Di-link Dari Sini

selusuri

23 Desember 2008

 ANEMIA PADA IBU HAMIL 

A. DEFINISI ANEMIA 

Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12

g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih

rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar 

hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau 

lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar 

hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada 

trimester kedua (Suheimi, 2007). 

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, 

sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel 

darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan  jenuh transferin menurun, 

kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam 

sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor 

yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi 

dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan 

meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa 

penyembuhan dari penyakit. 

Page 9: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 9/23

 

 

B. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN 

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang 

makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% 

dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya 

sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan 

peningkatan sekresi aldesteron. 

C. ETIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN 

Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu: 

a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah. 

b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.

c. Kurangnya zat besi dalam makanan. 

d. Kebutuhan zat besi meningkat. 

e. Gangguan pencernaan dan absorbsi. 

D. GEJALA KLINIS 

Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa 

hampir tanpa gejala, bisa  juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa 

ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat 

berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan  jaringan epitel kuku, gangguan 

sistem neurumuskular,  lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya 

sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia 

akan  jelas. 

E. DERAJAT ANEMIA Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada 

criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (11 gr/dl), anemia ringan 

(8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata 

rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63

mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl. 

Klasifikasi anemia yang lain adalah : 

a. Hb 11 gr% : Tidak anemia 

b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan 

c. Hb 7 8 gr%: Anemia sedang 

d. Hb < 7 gr% : Anemia berat. 

F. DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA KEHAMILAN 

Anemia  juga menyebabkan rendahnya kemampuan  jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup

mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada 

kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir 

rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan 

postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab 

wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. 

Page 10: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 10/23

 

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya 

gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan 

(inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya 

tahan terhadap infek¬si dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada  janin (abortus, 

dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian peri¬natal, dan lain-lain)

G. PENGOBATAN ANEMIA 

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi 

mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan 

maksimal  jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang 

diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu 

pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan 

gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna 

hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya 

H. PENCEGAHAN ANEMIA 

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi 

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi 

daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi  juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna 

hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu 

diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi 

pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.

Anemia  juga bisa dicegah dengan mengatur  jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin sering 

seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan 

menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiapkehamilan akan menguras 

persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena 

itu, perlu diupayakan agar  jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun. 

Diposkan oleh Syakira Husada di 05:02 

Kamis, 22 Mei 2008

Faktor Resiko K ejadian Anemia pada Ibu Hamil

Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil 

Bppsdmk, Jakarta - Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil 

di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor  

oleh :Dra. Hj. E. Nina Herlina MKes, Ir. Fauzia Djamilus, Mkes  

 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator 

keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia relatif tinggi

dibandingkan dengan negara lain di ASEAN yaitu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup

Page 11: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 11/23

 

(SKRT,1995). Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (1997) menunjukkan bahwa

terdapat penurunan AKI dari 390 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Depkes 1998,

angka kematian ibu sekitar 3-6 kali lebih besar dari negara-negara lain di ASEAN dan 50 kali lebih

besar dari angka di negara lebih maju. Diharapkan pada tahun 2010, AKI menurun menjadi 225 per 

100.000 kelahiran hidup. 

Wiknyosastro (1999) menyatakan bahwa kematian ibu dapat digolongkan pada kematian obstetriklangsung. Kematian obstetrik tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang

sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, millitus

malaria dan anemia.Royston (1994) juga mengemukakan bahwa salah satu penyebab tidak langsung

kematian ibu adalah penyakit yang mungkin telah terjadi sebelum kehamilan dan diperburuk oleh

kehamilan ibu sendiri, penyakit tersebut antara lain adalh anemia. 

Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 10 gr% disebut menderita anemia dalam

kehamilan. Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin dalam darah dapat

menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu

dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia utein, perdarahan post

partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan Hb

kurang dari 4 gr% dapat mengakibatkan dekompensatio cordis. Sedangkan komplikasi dapat terjadi

pada hasil konsepsi yaitu kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan

cadangan zat besi kurang (Prawirohardjo,2002). 

 Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini disebabkan

kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau

perdarahan frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20%

(Prawirohardjo ,2002). Sedangkan menurut SKRT (1995) dalam profil kesehatan Kota Bogor (2002)

angka anemia ibu hamil yaitu 51,8% pada trimester I, 58,2% pada trimester II, dan 49,4% pada

trimester III. Adapun penyebab tidak langsung kesakitan dan kematian ibu adalah kejadian anemia

pada ibu hamil sekitar 51% dan pada ibu nifas 45% serta karena Kurang Energi Protein

(Depkes,2003). 

Menurut Ikatan Bidan Indonesia (2000) untuk deteksi anemia pada kehamilan maka pemeriksaan

kadar Hb, ibu hamil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb <>

 Akan tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet zat besi meminumnya

secara rutin, hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet zat besi untuk

kehamilannya. Dampak yang diakibatkan minum tablet zat besi dan penyerapan/respon tubuh

terhadap tablet besi kurang baik sehingga tidak terjadi peningkatan kadar HB sesuai dengan yang

diharapkan. Faktor lain yang berhubungan dengan anemia adalah adanya penyakit infeksi bakteri,

parasit usus seperti cacing tambang, malaria. Faktor sosial ekonomi yang rendah juga memegang

peranan penting kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil.

Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian untuk mengetahui Faktor Resiko Kejadian Anemia Pada

Ibu Hamil, Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bogor. 

Tujuan Umum 

Dianalisis hubungan antara beberapa faktor yang diduga merupakan resiko kejadian Anemia pada

Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bogor. 

Tujuan Khusus 

Page 12: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 12/23

 

1. Diketahuinya besarnya kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,

2. Diketahuinya hubungan antara umur ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas

Kota Bogor, 

3. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah

Puskesmas Kota Bogor, 

4. Diketahuinya hubungan antara paritas dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,

5. Diketahuinya hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas

Kota Bogor, 

6. Diketahuinya hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di Wilayah

Puskesmas Kota Bogor, Diketahuinya hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian anemia di

Wilayah Puskesmas Kota Bogor, 

7. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi ibu hamil dengan kejadian

anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor, 

8. Diketahuinya hubungan antara pola makan ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah

Puskesmas Bogor. 

METODE 

Rancangan Penelitian 

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional.

Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2005.

Populasi dan Sampel 

Populasi Seluruh ibu hamil trimester I dan II di 5 Kota Bogor. Besar sample bila ditinjau dari tujuan

penelitian, yang ingin diketahui adalah proporsi dari variabel independen (umur, paritas, tingkat

pendidikan, jarak kehamilan, frekuensi ANC, kepatuhan konsumsi tablet Fe, pengetahuan kesehatan

reproduksi, frekuensi konsumsi makanan, pola makan, dan variabel dependen anemia ibu hamil.

Disamping itu juga ingin dilihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,

untuk itu besar sample minimal harus dihitung sesuai kebutuhan analisa. 

Pengumpulan Data 

Pengumpulan data dilaksanakan dengan memperhatikan hal sebagai berikut: 

1. Status Anemia (kadar Hb). 

2. Umur Ibu hamil. 

3. Paritas. 

4. Jarak kehamilan. 

Page 13: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 13/23

 

5. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe. 

6. Frekuensi ANC. 

7. Pengetahuan kesehatan reproduksi. 

8. Pola konsumsi makanan. 

Pengolahan Data dan Analisa data. 

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan bantuan komputer menggunakan

paket aplikasi SPSS for Windows. Agar kompatibel dengan rancangan analisis data, dilakukan proses

coding pada masing-masing variabel. 

 Analisis Univariat. 

 Analisis ini dilakukan untuk melihat magnitude permasalahan pada masing-masing variabel yang

diamati melalui prosedur statistik deskriptif dilihat kecenderungan pemusatan dari masing-masing

variabel. Semua variabel berskala kategorik, kecenderungan pemusatan data dianalisis dengan caramenentukan proporsi (prosentase) dari masing-masing kategori pengamatan pada tiap variabel. 

 Analisis Bivariat 

 Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen (umur, tingkat pendidikan,

paritas, jarak kehamilan, frekuensi konsumsi makanan, pola makan, kepatuhan konsumsi suplemen

Fe, frekuensi ANC, pengetahuan kesehatan reproduksi) dengan variabel dependen (kejadian anemia)

di uji dengan Chi Square pada 0.05 dan untuk mengetahui besarnya factor risiko dilihat dari nilai

Odds ratio 

HASIL DAN PEMB AHASAN  

Gambaran Status Anemia Pada Ibu Hamil 

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada

criteria WHO yaitu 11 gr/dl. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar 

hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl 1.18, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan

tertinggi 14.00 mg/dl. 

Gambaran Faktor Risiko Kejadian Anemia 

Rata-rata umur ibu hamil adalah 27-72 tahun, bervariasi dengan usia minimum 17 tahun dan usia

maksimum 45 tahun. Sebagian besar ibu hamil berusia antara 20 tahun hingga 35 tahun yaitu

sebesar 80%. Sebagian besar frekuensi persalinan ibu hamil >2 kali sebanyak 75%. Rata-rata jarakkehamilan ibu hamil adalah selama 2-15 th , bervariasi dengan jarak kehamilan terendah selama 1

tahun dan jarak kehamilan tertinggi selama 10 tahun. Rata-rata kepatuhan menkonsumsi tablet Fe

pada ibu hamil adalah sebesar 2.65, bervariasi dengan nilai terendah 0 tahun yaitu tidak menkonsumi

tablet Fe dan nilai tertinggi 5 (lebih dari nilai median). Sebagian besar ibu hamil menkonsumsi tablet

Fe secara patuh yaitu sebanyak 81%. 

Hubungan Antar Faktor Risiko dengan Kejadian Anemia 

Page 14: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 14/23

 

Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Anemia 

Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi

untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya,

berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe (1987)

menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu

hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannyamenyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia

semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu

hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara

20 tahun hingga 35 tahun. Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang

tidak bermakna antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia (p > 0.05). 

Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia 

Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran

(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak

bermakna (p > 0.05). Bila dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 1.454 dengan 95% CI 0.567-3.726.

 Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalamianemia dibanding yang paritas rendah. 

Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia 

Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran

pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme

biologis dan pemulihan factor hormonal. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan

bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini

secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05).  

Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Kejadian Anemia

Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan

kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat

mencegah ibu hamil dari anemia. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan

bahwa semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin tinggi angka

kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05). 

Hubungan Frekuensi Antenatal Care dengan Kejadian Anemia 

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga professional yaitu Dr 

Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet

Fe) Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin rendah frekuensi

antenatal care , maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga

tidak bermakna (p > 0.05) 

Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia

Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan

cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet

Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya

anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang

dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.

Page 15: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 15/23

 

Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang patuh, maka akan

semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak bermakna (p > 0.05) . Bila

dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 2.429 dengan 95% CI 836-7.052. Artinya ibu hamil yang kurang

patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2.429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding

yang patuh konsumsi tablet Fe 

Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia 

Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap

individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap

orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu

KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. (Kodyat, 1995). 

Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan,

maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hasil uji statistic juga menunjukkan kebermaknaan

(p > 0.05). 

Kesimpulan 

1. Rata-rata kadar hemoglobin ibu adalah sebesar 11.28 1.18 mg/dl dan proporsi ibu hamil yang

tenderita anemia sebesar 42%, 

2. Ada hubungan antara pola makan ibu hamil dengan kejadian anemia,

3. Ibu hamil yang jumlah persalinan banyak mempunyai proporsi kejadian anemia sebesar 52%,

4. Ibu hamil yang kurang patuh menkonsumsi tablet Fe mempunyai proporsi kejadian anemia sebesar 

58.8%, 

5. Tidak ada hubungan antara umur, jarak kehamilan, frekuensi ANC, pengetahuan kesehatan

reproduksi ibu hamil dengan kejadian anemia. 

Saran 

1. Pada pengambil kebijakan dibidang kesehatan, perlu lebih dikembangkan lagi program KB, karena

 jumlah persalinan yang banyak berdampak pada tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil,

2. Pada pengelola program kesehatan khususnya program ibu dan anak, perlu strategi lain dalam

merencanakan program penyuluhan kesehatan umumnya, khususnya tentang pentingnya kesehatan

reproduksi dan Gizi bagi ibu hamil. 

y  Salam sahabat 

Evidence base Epidemiologi anemia

deficiensi zat besi pada ibu hamil

di Indonesia 

Page 16: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 16/23

 

Posted on October 8, 2007 . Filed under: artikel ilmiah |

ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL DI

INDONESIA ( EVIDENCE BASED)Ridwan Amiruddin. Ermawati Syam. 

Rusnah.Septi Tolanda.Irma DamayantiBAB IPENDAHULUAN A.  Latar belakangAngka

Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatunegara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia. 

Penelitian Chi, dkk menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang

anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung

atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan

dengan meningkatnya kesakitan ibu.1Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab

utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu

anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga

diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesiamenderita anemia gizi.

2Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling

lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masihcukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20% (Prawirohardjo,2002). Badan kesehatan dunia

(W orld H ealth Org anizat ion/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yangmengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin meningkat seiring dengan

 pertambahan usia kehamilan.1,4

Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung dinegara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen

(atau sekitar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang

 berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 

8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang.3Di Indonesia

 prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1% (SKRT 2001). Lautan J

dkk (2001) melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester II didapati 23 (74%)

menderita anemia, dan 13 (42%) menderita kekurangan besi.4Mengingat besarnya dampak 

 buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu

kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini.B.  R umusan masalah 

1.  Bagaimanakah gambaran epidemiologi kejadian anemia defisiensi zat besi diIndonesia? 

2.  Program apakah yang diterapkan dalam menanggulangi masalah anemia defisiensi zat besi 

di Indonesia? 

3.  Apa isu terbaru tentang anemia defisiensi zat besi? C.  Tujuan

1.  Tujuan umum 

Untuk  mengetahui  gambaran  epidemiologi, program penanggulangan,  dan  isu 

terbaru tentang anemia defisiensi zat besi di Indonesia. 

2.  Tujuan khusus 

a.  Untuk  mengetahui  gambaran  epidemiologi  kejadian  anemia  defisiensi zat  besi  di 

Indonesia. 

b.  Untuk  mengetahui program yang  diterapkan  dalam  menanggulangi  masalah anemia 

defisiensi zat besi di Indonesia. 

Page 17: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 17/23

 

c.  Untuk mengetahui isu terbaru tentang anemia defisiensi zat besi. 

D.  Manfaat penulisan 

1.  Manfaat praktis 

Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi lembaga terkait dalam merumuskan program penanggulangan masalah anemia defisiensi zat besi di Indonesia.

2.  Manfaat keilmuan 

Makalah ini  diharapkan  mampu  menambah khasanah ilmu pengetahuan  serta 

menjadi salah satu bacaan yang bermanfaat. 

3.  Manfaat bagi penulis 

Memperluas wawasan  dan pengetahuan  tentang  kesehatan  masyarakat  khususnya 

masalah anemia defisiensi zat besi. 

BAB IITINJAUAN PUSTAKA A.  Tinjauan umum tentang anemia defisiensi zat

besiAnemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan

 jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang

darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa

karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan

vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi.Anemiadefisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh,

sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengangambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (S erum I ron = SI) dan

 jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (T ot al I ron Bind in g Capacit  y/TIBC )meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang

atau tidak ada sama sekali.4Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemiadefisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya

gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat

 besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari

 penyakit.B.  Anemia defisiensi zat besi pada kehamilanAnemia defisiensi besi pada wanita

hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama

dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia (W orld H ealth Org anizat ion/WHO)

melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia kehamilan.

 Menurut WHO 40%

kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakananemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak 

 jarang keduanya saling berinteraksi.41.  Patofisiologi anemia pada kehamilan.Perubahan

hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang

makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat

45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan

meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3

 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta,

yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. 2.  EtiologiEtiologi anemia defisiensi

 besi pada kehamilan, yaitu :a.  Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran

darah. b.  Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.c.  Kurangnya

zat besi dalam makanan.d.  Kebutuhan zat besi meningkat. 

Page 18: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 18/23

 

e.  Gangguan pencernaan dan absorbsi.

3.  Gejala klinisWintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi

 besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya

yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakitdasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan

 jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin <

7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.4 Nilai ambang batas yang

digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun

1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (�11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl),dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata

kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.

34.  Dampak anemia defisiensi zat besi pada ibu

hamilAnemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka

kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya

kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada

wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. 

Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka

kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih

sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang

anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Soeprono menyebutkan bahwa dampak 

anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya

gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses

 persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas(subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan

gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain). BAB IIPEMBAHASAN A.  Epidemiologi anemia defisiensi zat besi pada ibu

hamil di Indonesia  

1.  Frekuensi 

Grafik 1Prevalensi 10 Kelompok Penyakit Terbanyak di Indonesia Tahun 20015 

S umber: S tud i morbid it as S u senas 2001, Bad an Litban gke s; publ ik asi hasil  S urke snas 2001 Grafik 1

menunjukkan bahwa di Indonesia, secara umum anemia merupakan penyakit ke-4 yang prevalensinya terbanyak setelah gilut, refraksi penglihatan, dan ISPA, dengan prevalensi

sebesar 20%. Grafik 2Prevalensi Anemia Menurut SKRT 1995 dan 2001Di Indonesia6  S umber: SKRT 1995 d an 2001 Grafik 2 menunjukkan bahwa ibu hamil merupakan salah

satu kelompok penderita anemia dengan prevalensi 50,9% pada tahun 1995, kemudianmengalami penurunan pada tahun 2001 menjadi 40,1%. Hal ini disebabkan karena

 penanggulangan anemia yang difokuskan pada ibu hamil berupa suplementasi zat besi.Jadi, berdasarkan kedua grafik diatas dapat diperoleh informasi bahwa dari 20% prevalensi anemia

di Indonesia pada tahun 2001, sebanyak 40,1% diantaranya adalah ibu hamil. Jenis anemia

yang dominan adalah anemia karena kekurangan zat besi. 

1.  Distribusi 

a.  Distribusi Menurut Orang 

Page 19: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 19/23

 

Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai 

risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan 

ibu hamil  maupun  janinnya,  berisiko  mengalami pendarahan  dan  dapat  menyebabkan 

ibu  mengalami  anemia. Wintrobe (1987) menyatakan  bahwa  usia  ibu  dapat 

mempengaruhi  timbulnya  anemia, yaitu  semakin  rendah usia  ibu hamil  maka  semakin 

rendah kadar hemoglobinnya.  Muhilal  et  al (1991) dalam penelitiannya  menyatakan bahwa  terdapat  kecendrungan  semakin  tua  umur  ibu hamil  maka presentasi  anemia 

semakin besar. 

Hal  ini  ditegaskan  kembali  dalam  suatu penelitian  oleh Ridwan  Amiruddin  di 

wilayah kerja Puskesmas Bantimurung Maros, yang memperoleh hasil sebagai berikut : 

Tabel 1

Distribusi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur Ibu 

di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung, MarosTahun 20042 

Umur ibu 

(thn) 

Anemia 

Total OR (Lower/Upper 

Limit) Ya  Tidak 

< 20, >35  20 (74,1%)  7 (25,9%)  27 2,801 

20-35  51 (50,5%)  50 (49,5%)  101 (1,089/7,207) 

Total  71 (55,5%) 57(44,5%)  128

S umber  :  Ridwan Amirudd in d al am J ur nal M ed ik a Unhas, d ipubl ik asik an t ahun 2007 Berdasarkan Tabel 1,ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih berisiko

menderita anemia dari pada ibu hamil usia 20-35 tahun.b.  Distribusi Menurut Tempat 

Tabel 2

Prevalensi Anemia Gizi Besi Pada Ibu Hamil (Bumil) di 27 Propinsi 

di Indonesia Tahun 1992

No.  Propinsi  Prevalensi (%) 

1  DI Aceh  56,5 

2  Sumatera Utara  77,9 

3  Sumatera Barat  82,6 

4  Riau  65,6 

5  Jambi 74,2 

Page 20: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 20/23

 

6  Sumatera Selatan  58,3 

7  Bengkulu  46,8 

8  Lampung  60,7 

9  DKI Jakarta  67,6 

10  Jawa Barat  71,5 

11  Jawa Tengah  62,3 

12  DI Yogyakarta  73,9 

13  Jawa Timur  57,8 

14  Bali  71,1 

15  N T B  71,3 

16  N T T  59,7 

17  Kalimantan Barat  55,2 

18  Kalimantan Tengah  73,9 

19  Kalimantan Selatan  64,9 

20  Kalimantan Timur  70 

21  Sulawesi Utara  48,7 

22  Sulawesi Tengah  45,5 

23  Sulawesi Selatan  50,5 

24  Sulawesi Tenggara  71,2 

25  M a l u k u  69,8 

26  Irian Jaya  71,4 

27  Timor Timur  48 

Sumber : SKRT Tahun 1992 

Indonesia 

63,5 

Berdasarkan Tabel 2, provinsi  dengan prevalensi  anemia  terbesar  adalah

Sumatera Barat (82,6%), dan yang terendah adalah Sulawesi Tengah.

Page 21: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 21/23

 

 c.  Distribusi Menurut Waktu Grafik 3Prevalensi Anemia Pada Bumil di IndonesiaBerdasarkan Data SKRT 1992-2001

63,5% 

50,9% 

40,1% 

S umber  : Dat a SKRT 1992-2001 Grafik 3 menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka

 penderita anemia dari tahun 1992-2001. Hal ini menunjukkan keberhasilan program

 pemerintah dalam hal penanggulangan anemia pada ibu hamil.Pada suatu penelitian yang

diadakan di beberapa praktek bidan swasta dalam kotamadya Medan, ditemukan bahwa

terjadi peningkatan penderita anemia dengan makin tuanya usia kehamilan. Besarnya angka

kejadia anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%,

dan trimester III sebesar 70%. 4Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama kehamilan,

zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih

lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akanmeningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel

darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. 

Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 ± 350 mg akibat kehilangan darah. 

Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat

kebutuhan kondisi tidak hamil. 

1.  Determinan 

Pada ibu hamil, beberapa faktor risiko yang berperan dalam meningkatkan prevalensi anemiadefisiensi zat besi, antara lain :a.  Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun. Wanita yang

 berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya,

 berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe

(1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin

rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil

maka presentasi anemia semakin besar . b.  Pendarahan akutc.  Pendidikan

rendahd.  Pekerja berate.  Konsumsi tablet tambah darah < 90 butirf .  Makan < 3 kali dan

kurang mengandung zat besi. B.  Program penanggulangan anemia defisiensi zat besi

pada ibu hamil di Indonesia Berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan

antara lain:71.  Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu

tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil

sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi dan pemberiannya dapat melaluiPuskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu dan Bidan di Desa.2.   Buku pedoman

 pemberian zat besi bagi petugas tahun 1995, dan poster-poster mengenai tablet besi sudahdibagikan.3.  Buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi bagi petugas tahun

1996.4.   Sejak tahun 1993 sampai sekarang, kemasan Fe yang tadinya menimbulkan baukurang sedap sekarang sudah mengalami perbaikan yaitu tablet salut yang dikemas sebanyak 

30 tablet per bungkus aluminium dengan komposisi yang sama. Namun program di lapanganmenunjukkan bahwa belum semua ibu hamil mendapatkan tablet besi sesuai yang diharapkan

 program yaitu 90 tablet. Cakupan distribusi tablet tambah darah ibu hamil pada tahun 2001

Page 22: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 22/23

 

(Fe1: 67,49% dan Fe3: 63,08%) (SKRT 2001).C.  Isu Terbaru KUR ANG ASAM FOLAT

BISA SEBABKAN BAYI CACAT 

Source  : http://www.padusi.com 

Posted by : Dandrian on 29 Dec 2006 

Kekurangan  asam  folat pada  ibu hamil,  berdasarkan penelitian,  bisa  menyebabkan 

terjadinya  kecacatan pada  bayi yang  dilahirkan.  Bayi mengalami cacat pada  otak  dan  sumsum 

tulang belakang. 

Menurut  dr  Noroyono Wibowo  SpOG, Kepala  Subbagian  Fetomaternal  Departemen 

Obestetri  dan Ginekologi  Fakultas Kedokteran Universitas  Indonesia (FK-UI),  dalam  semiloka 

manfaat asam folat yang diselenggarakan di Jakarta, beberapa waktu lalu, asam folat merupakan 

enzim untuk memproduksi DNA (Deoxyribose Nucleic Acid). 

´Asam folat juga penting dalam membantu pembelahan sel. Asam folat juga bisa mencegahanemia dan menurunkan risiko terjadinya NTD (Neural Tube Defects) dan sebagai

antidepresan,´ kata Bowo.Sering kali para ibu tidak mengetahui dirinya kekurangan asam

folat karena sebagian besar kehamilan terjadi tanpa direncanakan. ´Kebanyakan pasutri

(pasangan suami istri) tidak pernah merencanakan kehamilan. Tahu-tahu ibu langsung hamil

setelah telat datang bulan. Mereka baru datang ke dokter setelah positif hamil beberapa

minggu.´Karena itu, ibu pun sering tidak membekali diri dengan gizi yang mencukupi ketika

sebelum dan sesudah kehamilan. ´Kalau kehamilan direncanakan, maka ia akanmempersiapkan gizi yang baik sebelum hamil. Padahal, kebutuhan asam folat untuk ibu

hamil harus disiapkan sejak sebelum kehamilan.´Di Indonesia sendiri belum ada data pasti berapa besarnya prevalensi adanya penyakit kelainan sumsum tulang belakang. ´Jumlah

angka kematian bayi di Indonesia masih relatif tinggi. Kematian bayi ini belum diidentifikasi penyebabnya apa, karena belum ada data. Salah satu penyebab kematian bayi adalah

kekurangan asam folat,´ ujar Bowo.Kekurangan asam folat menyebabkan bayi lahir dengan bibir sumbing, bayi dengan berat badan rendah, Down¶s Syndrome, dan keguguran. ´Bayi

mengalami kelainan pembuluh darah. Rusaknya endotel pipa yang melapisi pembuluh darah,

menyebabkan lepasnya plasenta sebelum waktunya.´Kelainan lainnya adalah bayi mengalami

gangguan buang air besar dan kecil, anak tidak bisa berjalan tegak dan emosi tinggi. Pada

anak perempuan saat dewasa tidak mengalami menstruasi.Pada ibu hamil kekurangan folat

menyebabkan meningkatnya risiko anemia, sehingga ibu mudah lelah, letih, lesu, dan

 pucat.Sumber makanan yang mengandung asam folat adalah hati sapi (liver), brokoli, jeruk,

 bayam, dan sebagainya. ´Roti dan susu juga mengandung asam folat tinggi, sebab kini susu

dan tepung terigu telah difortifikasi mengandung asam folat,´ jelas Dr Tim Green PhD dari

Department of Human Nutrition University of Otago New ZealandHanya saja hati sapi

mengandung vitamin A cukup tinggi. Pemberian vitamin A pada ibu hamil sangat tidak 

dianjurkan karena menyebabkan gangguan kehamilan. Oleh sebab itu, pengganti hati sapi

adalah susu.Kebutuhan asam folat untuk ibu hamil dan usia subur sebanyak 400

mikrogram/hari atau sama dengan dua gelas susu. ´Mengonsumsi folat tidak hanya ketikahamil, tetapi sebelum hamil sangat dianjurkan. Banyak negara telah melakukan kebijakan

dalam pengurangan NTD dengan mewajibkan ibu mengonsumsi asam folat,´ tuturnya.  BAB

IIIKESIMPULAN DAN SAR AN A.  Kesimpulan 

Page 23: Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol

5/7/2018 Tugas Epid Kespro Kasus Kontrol - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-epid-kespro-kasus-kontrol 23/23

 

1.  Secara umum di Indonesia, anemia merupakan penyakit ke-4 yang prevalensinya terbanyak 

dengan prevalensi sebesar 20% (Studi morbiditas Susenas 2001, Badan Litbangkes; publikasi 

hasil  Surkesnas 2001).  Sebanyak 40,1%  diantaranya adalah ibu hamil  dengan  jenis  anemia 

yang dominan adalah anemia karena kekurangan zat besi (SKRT 1995 dan 2001).

2.  Ibu hamil yang  berumur  kurang  dari 20 tahun  dan  lebih dari 35  tahun  lebih berisiko 

menderita anemia dari pada ibu hamil usia 20-35 tahun (Ridwan Amiruddin, 2004). 

3.  Provinsi  dengan prevalensi  anemia  terbesar  adalah Sumatera  Barat (82,6%),  dan yang 

terendah adalah Sulawesi Tengah (SKRT 1992). 

4.  Terjadi penurunan angka penderita anemia dari tahun 1992-2001, yaitu 63,5% pada tahun

1992, 50,9% pada tahun 1995, dan menjadi 40,1% pada tahun 2001 (SKRT 1992,1995,dan

2001).5.  Determinan kejadian anemia defisiensi zat besi adalah umur ibu < 20 tahun dan >

35 tahun. Pendarahan akut, pendidikan rendah, pekerja berat, konsumsi tablet tambah darah <

90 butir, makan < 3 kali dan kurang mengandung zat besi. B.  Saran 

1.  Diperlukan upaya yang lebih baik lagi oleh pemerintah dalam hal menekan angka penderita anemia defisiensi zat besi di Indonesia. 

2.  Perlu adanya penyuluhan yang lebih responsible tentang pentingnya suplemen zat besi dan 

bahaya anemia bagi ibu hamil. 

3.  Perlu adanya pendistribusian tablet besi yang lebih merata di seluruh pelosok tanah air. 

DAFTAR PUSTAKA 1.  http://www. bppsdmk .depkes.go.id.  F aktor   Re siko  K ejad ian Anemia pad a I bu Hamil. Akses 17 September 

2007.2.  http://ridwanamiruddin.wordpress.com. S tud i  K asu s  K ontrol   F aktor Biomed is

T erhad ap  K ejad ian Anemia I bu Hamil Di P u ske smas Bant imurun g. Akses 17 September 

2007. 

3.  Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehid upan : Buku Ajar Ilmu Gizi . Jakarta : EGC. 

4.  http://library.usu.ac.id.  Anemia Def  isiensi Be si Pad a W anit a Hamil Di Beber apa P r aktek  

 Bid an S wast a Dal am  K ot a Mad  ya M ed an. Akses 17 September 

2007.5.  http://bankdata.depkes.go.id.  P rof  il   K e sehat an Indone sia : P encapaian Indone sia

S ehat  d i Tahun 2001. Akses 23 September 2007.6.  Atmarita, Tatang S. Fallah. 2004. 

 Anal isis S ituasi Gizi d an  K e sehat an Masyar ak at. Jakarta : Widyakarya Nasional Pangan dan

Gizi VIII.7.  http://www.skripsi-tesis.com.  F aktor - f  aktor yan g Berhubun g an Den g an

 Rend ahnya Caku pan  F e I bu Hamil  d i  K abu paten Ben gkulu S el at an P ro pinsi Ben gkulu Tahun

2003. Akses 17 September 2007.