bahan isi leukemia

27
LAPORAN PENDAHULUAN LEUKEMIA A. Definisi Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Arief Mansjoer, 2002). Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Suriadi & Rita yuliani, 2001). Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002). Leukemia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada sumsum tulang (Soeparman, 1998). Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tapi yang di hasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah yang normal. 1 | Noorhidayah “Leukemia”

Upload: muhammad-akbar-nugraha

Post on 16-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANLEUKEMIA

A. DefinisiLeukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Arief Mansjoer, 2002).Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Suriadi & Rita yuliani, 2001). Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002).Leukemia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada sumsum tulang (Soeparman, 1998). Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tapi yang di hasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah yang normal.Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia.Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas maka penulis berpendapat bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

B. EtiologiPenyebab yang pasti belum diketahui (idiopatik), akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :1. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T-cell Leukemia Lhymphoma Virus/ HLTV).2. Radiasi : prosedur kemoterapi.3. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.5. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom (Suriadi & Rita Yuliani, 2001) Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

C. Patofisiologi & Web of CautionNormalnya sumsum tulang (bone marrow) digantikan dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia.Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat (SSP). Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Suriadi, & Yuliani R, 2001)

D. Tanda dan gejalaTanda dan gejala yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :1. Pilek tidak sembuh-sembuh2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi3. Demam dan anorexia4. Berat badan menurun5. Ptechiae, memar tanpa sebab6. Nyeri pada tulang dan persendian7. Nyeri abdomen8. Lumphedenopathy9. Hepatosplenomegaly10. Abnormal WBC (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)

E. Kemungkinan komplikasi yang munculKemungkinan komplikasi yang muncul akibat leukemia adalah sebagai berikut:1. Sepsis2. Perdarahan3. Gagal organ4. Iron Deficiency Anemia (IDA)5. Kematian

F. Klasifikasi1. Leukemia limfosit akut (ALL/LLA)LLA subtipe merupakan 60% dari bentuk leukemia anak dengan insidens puncak pada usia 3-4 tahun. LLA lebih banyak ditemui pada anak laki-laki dibanding anak perempuan. Laporan tentang leukemia akut berkelompok pada anak menimbulkan dugaan adanya pengaruh beberapa faktor lingkungan umum, seperti agen infeksi atau karsinogen kimiawi, tetapi analisis statistik yang diteliti belum dapat mendukung dugaan ini (Arief Mansjoer, 2002).Ciri-ciri sitokimia untuk indentifikasi sel-sel blasn LLA adalah tidak adanya granula-granula yang positif dengan peroksidase atau sudan B hitam di dalam sitoplasma, dan seringkali menampakkan gumpalan materi yang positif, limfoblas tersebut juga bereaksi negatif dengan esterase nonspesifik. Manifestasi klinis anak-anak dengan LLA umumnya memperlihatkan gambaran yang agak konsisten. Sekitar dua pertiga telah memperlihatkan gejala dan tanda selama kurang dari 6 minggu pada saat diagnosis ditegakkan, gejala pertama biasanya tidak khas; dapat memunyai riwayat infeksi saluran napas akibat virus atau suatu eksentama yang belum sembuh sempurna. Manifestasi awal yang lazim adalah anoreaksia, iritabilitas dan alergi. Kegagalan fungsi sumsum tulang yang progresif menimbulkan keadaan pucat, perdarahan dan demam yaitu gambaran-gambaran yang mendesak dilakukannya pemeriksaan diagnostik.2. Leukemia Non-Limfositik Akut (LNLA)Bentuk leukemia ini ditemukan pada sekitar 20% penderita. Frekuensinya hampir sama pada tiap kelompok umur dan sebanding pula pada anak laki-laki dan perempuan. LNLA karakteristik pada beberapa kondisi yang merupakan predisposisinya, yaitu anemia fanconi dan sindroma bloom dimana terdapat kerusakan kromosom yang berat (Arief Mansjoer, 2002).Pembedaan berdasarkan ciri-ciri morfologi sel dengan pewarnaan wright pada sediaan apus darah dan sumsum tulang. Derajat kemiripan sel predominan dengan sel normal menentukan pembagian tipe. Bentuk yang paling umum adalah populasi sel leukemik yang menyerupai mieloblas atau mielomonoblas. Proporsi kedua jenis sel tersebut membedakannya menjadi dua tipe leukemia yang menyusun sekitar 90% dari seluruh LNLA. Meskipun berbeda secara sitologik, tampilan klinis dan respons terapi dari tipe-tipe subgroup ini hampir sama dengan satu kekecualian: subgroup dengan predominansi sel mirip promielosit mempunyai risiko gejala-gejala perdarahan akibat koagulasi intravascular tersebar yang timbul pada saat respons pengobatan dini. Subtipe ini ditemukan sekitar 5% dari penderita LNLA.Manisfestasi klinis. Biasanya gejala dan tanda pada penyakit ini tidak lama berlangsungnya (pada sekitar 50% penderita kurang dari 6 minggu) hingga saat diagnosa ditegakan. Namun, pada beberapa riwayat tanda dan gejala memberikan petunjuk bahwa mungkin awitanya telah berlangsung selama lebih dari 12 bulan sebelum tampilan yang nyata; pada pasien demikian, keluhan biasanya bersifat kelelahan dan infeksi berulang. Gejala dan tanda lainya yang mangkin hebat dalam 2 minggu sebelum didiagnosis dapat berupa pucat, demam, perdarahan aktif, nyeri tulang, distress, gastrointestinal, atau infeksi berat.3. Leukemia Molistik Kronik ( LMK )Bentuk leukemia ini hanya merupakan 3% kasus pada anak-anak. Ada dua tipe dasar leukemia mielositik kronik. Persamaan keduanya hanya pada ciri-ciri umum yaitu peningkatan jumlah sel-sel myeloid yang berdiferensasi dalam darah. Pada bentuk dewasa, kromosom ph1 (Philadelphia) yang patogonomik ditemukan secara konsisten. Pada juvenile, sel leukemik dapat dengan berbagai pareasi kromosom aneoploidi tetapi jarang ditemukan kromosom ph1. Bentuk dewasa LMK lasim ditemukan pada anak-anak besar, namun kadang-kadang ditemukan pada bayi karena itu pada pasien LMK harus dilakukan analisis kromosom untuk menentukan bentuk spesifiknya (Arief Mansjoer, 2002).a. Leukemia Mielositik Kronik JuvenilPasien-pasein ini mempunyai ruwam eksematosa, limpadenopati dan infeksi bakteri rekuren karena itu dapat menyerupai penderita penyakit granulamatosa kronik. Pada saat diagnosis penderita umumnya pucat dengan purpura serta pembesaran moderat hati dan limpa. b. Leokemia Melolistik Kronik FamilialSuatu subgroup LMK merupakan penyakit pamilial. Umur saat awitan 6 bulan hingga 4 tahun dengan gambaran klinis kelelahan yang meningkat hambatan pertumbuhan, hepatoplenomegali pasif. Temuan darah mirip dengan LMK juvenin.

G. InsidensiInsidensi leukemia limpoblastik Akut (ALL) berkisar 2-3/100.000 penduduk. Lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada usia dewasa (18%) dan lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita (Arief Mansjoer, 2002).Leukemia merupakan bentuk kanker yang paling umum pada masa anak-anak, di Amerika Serikat, hampir mencapai sepertiga dari 7.000 kasus baru kanker anak setiap tahunnya. Jenis leukemianya sama dengan dewasa, kecuali leukemia limfositik kronik yang jarang pada anak-anak. 76% merupakan leukemia limfositik akut, sisanya berupa leukemia nonlimfositik akut, sisanya berupa leukemia nonlimfositik akut dan leukemia mielositik kronik, masing-masing 21% dan 3%. Leukemia nonlimfositik kronik lebih umum di temukan pada orang dewasa.ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah.ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan (Betz, Cecily L. 2002).

H. Pemeriksaan khusus dan penunjangPemeriksaan khusus dan penunjang yang dilakukan pada kasus leukemia adalah sebagai berikut:1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.2. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat.3. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.4. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.5. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.6. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.7. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan (Betz, Cecily L. 2002).

I. Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan medisa. Tranfusi darah, biasanya diberikan jika kadar HB kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan tranfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) dapat diberikan Heparin.b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.c. Sistostatika. Selain sitostatika yang lama(6-markaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai juga yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat lainnya. Umumnya sitaostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada penberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi skunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm pemberian harus hati-hati.d. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat yang suci hama)e. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah, imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).f. Transplantasi sumsum tulang sebagai terapi.g. Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar asparagin), asam amino (untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut) (Betz, Cecily L. 2002).2. Penatalaksanaan KeperawatanMasalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan pisikososial harus diutamakan. Yang perlu dipersiapkan ruangan aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002).

J. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji1. BiodataLeukemia Limfositik Akut (LLA) paling sering menyerang anak-anak di bawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden antara 3-4 tahun. Penderita kebanyakan laki-laki dengan rasio 5:4 jika dibandingkan dengan perempuan.2. Riwayat Keperawatana. Keluhan UtamaNyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala.b. Riwayat Perawatan Sebelumnya1) Riwayat kelahiran anak :a) Prenatalb) Natalc) Post natal2) Riwayat Tumbuh KembangBagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.c. Riwayat keluargaInsiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).3. Kebutuhan Dasara. Cairan : Terjadi deficit cairan dan elektrolit karena muntah dan diare bahkan perdarahan.b. Makanan : Biasanya terjadi mual, muntah, anorexia ataupun alergi makanan. Berat badan menurun.c. Pola tidur : Mengalami gangguan karena nyeri sendi.d. Aktivitas : Mengalami intoleransi aktivitas karena kelemahan tubuh akibat anemia.e. Eliminasi : Pada umumnya diare, dan nyeri tekan perianal.4. Pemeriksaan Fisika. Keadaan Umum tampak lemahKesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.b. Tanda-Tanda VitalTekanan darah : DBNNadi : Suhu : meningkat jika terjadi infeksiRR : Dispneu, takhipneuc. Pemeriksaan Kepala Leher1) Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri), perdarahan gusi2) Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP.d. Pemeriksaan IntegumenAdakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi dehidrasi.e. Pemeriksaan Dada dan Thorax1) Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.2) Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada3) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)4) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.f. Pemeriksaan Abdomen1) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan vena, auskultasi peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa.2) Perkusi tanda asites bila ada.g. Pemeriksaan Ekstremitash. Adakah cyanosis kekuatan otot.5. Informasi Laina. Perangkat Diagnostik1) Temuan laboratorium berupa perubahan hitung sel darah spesifik.2) Pemeriksaan sumsum tulang memperlihatkan proliferasi klonal dan penimbunan sel darah.b. Penatalaksanaan1) Kemoterapi dengan banyak obat2) Antibiotik untuk mencegah infeksi3) Tranfusi untuk mengatasi anemia

K. Diagnosa KeperawatanMenurut Wong, D.L (2004), diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:a. Resiko infeksi dengan faktor resiko menurunnya sistem pertahanan tubuh sekunderb. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum akibat anemia dan tirah baringc. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan efek samping kemoterapid. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (leukemia)e. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pergeserang kekuatan anggota keluarga (mempunyai anak yang menderita leukemia)

L. Rencana KeperawatanNANDADx.1. Resiko infeksi dengan faktor resiko menurunnya sistem pertahanan tubuh sekunderNOCHasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:1. Tetap terjaga bebas dari tanda infeksi2. Tanda dari infeksi menjadi suatu kewaspadaanNICRencana intervensi yang akan dilakukan:1. Memantau suhu oral atau membran timpani dengan menggunakan termometer pada anak.R/ suhu oral ataupun membran timpani mencerminkan dengan akurat suhu tubuh dan aman bagi anak.2. Mengkaji warna, turgor, kelenturan serta suhu kulit.R/ kulit tubuh merupakan pertahan pertama tubuh dalam melawan infeksi.3. Melakukan kebersihan tangan atau menggunakan alkohol sebelum kontak dengan anak.R/ pencegahan serta perlindungan terhadap penularan infeksi dapat dicegah dengan kebersihan tangan saat kontak dengan anak.4. Mengevaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum intravena.R/ intervensi dini penanganan infeksi.5. Kolaborasi : memberikan antibiotik sesuai ketentuan.R/ diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus.

NANDADx.2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum akibat anemia dan tirah baringNOCHasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:1. Terjadi peningkatan toleransi aktivitas.2. Pemahaman tentang perlunya peningkatan aktivitas.NICRencana intervensi yang akan dilakukan:1. Menentukan penyebab dari intoleransi aktivitas.R/ dengan menentukan penyebab, suatu masalah dapat di intervensi secara langsung.2. Jika anak dalam keadaan tirah baring, memposisikan anak dalam posisi lebih tegak sehingga tidak membebani sistem kardiovaskular.R/ dengan memposisikan anak dalam posisi lebih tegak maka beban sistem kardiovaskular lebih ringan dalam suplai darah.3. Mengevaluasi keseharian anak dalam beraktivitas dan setelah prosedur tirah baring. Melakukan mobilisasi pada anak yang tirah baring.R/ posisi yang baik membantu menjaga distribusi cairan secara optimal dan toleransi ortostatik. 4. Jika anak dalam keadaan immobilisasi, menggunakan bed beroda untuk berpindahR/ menggunakan bed beroda untuk berpindah dapat membantu anak tidak harus berpindah dari tempat tidurnya.5. Jika bersesuaian, meningkatkan kemampuan aktivitas anak, dampingi anak dalam merubah posisi, berpindah, atau melakukan perawatan diri. Meningkatkan kemampuan dari duduk di tempat tidur kemudian berdiri dan selanjutnya berpindah.R/ postoral hipotensi sering terjadi dalam hal ini.6. Melakukan latihan ROM jika anak tidak toleransi terhadap aktivitasnya atau dalam keadaan immobilisasi.R/ dengan melakukan ROM baik aktif maupun pasif, resiko terjadinya penekanan pada daerah tertentu tidak terjadi dan mencegah kontraktur.

NANDADx.3.Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan efek samping kemoterapiNOCHasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:1. BB dalam batas normal sesuai dengan umur dan tinggi badan2. Mendapat nutrisi yang adekuatNICRencana intervensi yang akan dilakukan:1. Melihat tanda-tanda malnutrisi seperti lengan dan kaki yang kecil, kondisi yang buruk dari kulit dan rambut, terlihatnya vertebra dan tulang iga, latergi ataupun edema.R/ membantu menentukan jenis malnutrisi yang terjadi pada anak.2. Menimbang BB, ukur TB pada anak yang berusia 3 tahunR/ membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan pengukuran BMI kurang dari normal.3. Bekerjasama dengan orang tua untuk meningkatkan pemasukan nutrisi yang adekuatR/ bekerjasama dan berdiskusi dengan orang tua akan lebih memberikan pemahaman akan pentingnya orang tua meningkatkan pemasukan nutrisi yang adekuat untuk anak mereka.4. Mengizinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkatR/ memakan semua makanan yang dapat ditoleransi dapat mempertahankan nutrisi yang optimal5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi seringR/ masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering biasanya ditoleransi anak dengan baik6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrientR/ kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat.7. Jika anak dengan anemia, tinkatkan makanan yang kaya akan zat besi dan vitamin B12, vitamin C dan asam folat.R/ zat besi dalam daging dan ikan dapat diabsorbsi dengan baik. Vitamin C meningkatkan pembentukan zat besi. Vitamin B12 dan asam folat meningkatkan eritropoisis.

NANDADx.4.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (leukemia)NOCHasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:1. Mendiskripsikan bagaimana intervensi nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk menghilangkan nyeri2. Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anakNICRencana intervensi yang akan dilakukan:1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala nyeri yang valid dengan skala antara 0 sampai 10.R/ langkah pertama dalam pengkajian nyeri untuk menentukan jika klien tidak dapat mendiskripsikan nyerinya sendiri. Tanyakan kepada klien tentang intensitas nyerinya kemudian memilih simbol yang sesuai dengan tingkatan nyerinya.2. Memantau tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi dan pernafasan.R/ tanda-tanda vital mencerminkan keadaan pasien.3. Menggunakan intervensi nonfarmakologi seperti distraksi dan relaksasi.R/ terapi pelengkap seperti distraksi dan relaksasi merupakan salah satu metode yang dapat menurunkan nyeri yang termasuk dalam intervensi nonfarmakologi.4. Mengajarkan penggunaan intervensi nonfarmakologi ketika nyeri relatif dapat dikontrol dengan menggunakan metode farmakologi.R/ intervensi nonfarmakologi dapat digunakan sebagai tambahan intervensi farmakologi.5. Kolaborasi: Berikan obat-obat anti nyeri.R/ untuk mencegah kambuhnya nyeri.

NANDADx.5.Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pergeserang kekuatan anggota keluarga (mempunyai anak yang menderita leukemia)NOCHasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:1. Anak atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapiNICRencana intervensi yang akan dilakukan:1. Menjelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak.R/ meminimalkan kekhawatiran dengan menjelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan2. Membantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani kehidupan yang normal.R/ meningkatkan perkembangan anak yang optimal.3. Menyediakan waktu untuk keluarga agar dapat mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup.R/ memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis4. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan.R/ mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur.5. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang adaR/ mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga.

Daftar PustakaArif, Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 2002. Jakarta: Salemba Medika.Abdoerrachman MH, dkk. Ilmu Kesehatan Anak, Buku I. 1998. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran UI.Anna Budi Keliat. Proses Keperawatan. 1994. Jakarta: EGC.Rosa M Sacharin. Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2. 1996. JakartaSoeparman, Sarwono Waspadji. Ilmu Penyakit Dalam, jilid II. 1998. , Jakarta : Balai Penerbit FKUI.Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarths, Ed8. Vol.1. , 2002. Jakarta : EGCSuriadi, dkk. Askep Pada Anak. 2001. Jakarta: Pt Fajar Interpratama.Nanda. 2011. Nursing Diagnosis : Definitions & Classifications.Johnson, Marion et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Mosby.McCloskey, Joanne C., Bulechek, Gloria M. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). USA : Mosby.Ackley, BJ and Ladwig, GB. Nursing Diagnosis Hanbook: An Evidence-Based Guide to Planning Care. 2012. USA : Mosby.5 | Noorhidayah Leukemia