bahan dkk 1 m5b3.doc

26
Step 1 1. Hematopoiesis : Perkembangan dan pembentukan sel darah 2. Anemia : Jumlah Hb hemoglobin di bawah normal Pria apabila hemoglobin kurang dari 14 mg/dl dan wanita kurang dari 12 mg/dl Hematokrit, pria kurang dari 41 % dan wanita kurang dari 37 % 3. Hemoglobin : pigmen merah pada eritrosit yang mengikat O 2 , CO 2 , dan H+; terdiri dari zat besi heme dan globin heme = non-protein yang mengandung besi globin = protein yang terbentuk dari 4 rantai polipeptida 4. Eritrosit : Kantong yang dilapisi membran yang berisi hemoglobin 5. Zat besi : Ada di makanan seperti hati, daging, roti, telur, padi, sayur, dan buah. Berperan dalam hematopoiesis. Apabila berkurang akan mengalami iron defisiensi anemia ; komponen esensial Hb yang menutupi sebagian eritrosit ,65% di eritrosit, 4% di myoglobin, sisanya di hati 6. Pucat : Akibat kekurangan darah dan O2, yang membuat kulit berubah warna 7. Lemah : tidak bertenaga karena kekurangan O 2 8. Lesu : tidak bersemangat (psikis) 9. Eritrosit : sel darah merah berbentuk bikonkaf, diameter 8 μ, tidak ada nukleus, ribosom, organel, agar Hb maksimal Step 2 Identifikasi Masalah 1. Mengapa dia pusing, pucat, dan lemah lesu? 2. Mengapa harus diperiksa darahnya? 3. Apakah pada anemia jumlah eritrosit selalu turun? 4. Apa saja penyebab anemia? 5. Mengapa pada peresepan harus meningkatkan vitamin asam folat zat besi pada pembentukan hematopoiesis? 6. Berapa jumlah eritrosit dan Hb normal? Dan apa fungsinya ? 7. Bagaimana mekanisme hematopoiesis? 8. Apa peran sayuran untuk meningkatkan hematopoiesis? Step 3 Brainstorming 1

Upload: merdyinitial

Post on 12-Jan-2016

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

Step 11. Hematopoiesis : Perkembangan dan pembentukan sel darah 2. Anemia :

Jumlah Hb hemoglobin di bawah normal Pria apabila hemoglobin kurang dari 14 mg/dl dan wanita kurang

dari 12 mg/dl Hematokrit, pria kurang dari 41 % dan wanita kurang dari 37 %

3. Hemoglobin : pigmen merah pada eritrosit yang mengikat O2, CO2, dan H+; terdiri dari zat besi heme dan globinheme = non-protein yang mengandung besiglobin = protein yang terbentuk dari 4 rantai polipeptida

4. Eritrosit : Kantong yang dilapisi membran yang berisi hemoglobin5. Zat besi : Ada di makanan seperti hati, daging, roti, telur, padi, sayur, dan buah.

Berperan dalam hematopoiesis. Apabila berkurang akan mengalami iron defisiensi anemia ; komponen esensial Hb yang menutupi sebagian eritrosit ,65% di eritrosit, 4% di myoglobin, sisanya di hati

6. Pucat : Akibat kekurangan darah dan O2, yang membuat kulit berubah warna7. Lemah : tidak bertenaga karena kekurangan O2

8. Lesu : tidak bersemangat (psikis)9. Eritrosit : sel darah merah berbentuk bikonkaf, diameter 8 μ, tidak ada

nukleus, ribosom, organel, agar Hb maksimal

Step 2 Identifikasi Masalah1. Mengapa dia pusing, pucat, dan lemah lesu?2. Mengapa harus diperiksa darahnya?3. Apakah pada anemia jumlah eritrosit selalu turun?4. Apa saja penyebab anemia?5. Mengapa pada peresepan harus meningkatkan vitamin asam folat zat besi pada

pembentukan hematopoiesis?6. Berapa jumlah eritrosit dan Hb normal? Dan apa fungsinya ?7. Bagaimana mekanisme hematopoiesis?8. Apa peran sayuran untuk meningkatkan hematopoiesis?

Step 3 Brainstorming1. Pusing diakibatkan kerena aliran oksigen ke otak berkurang, otak hipoksia karena

pembuluh diotak mengalami vasodilatasi, kelebihan zat besi, dan asupan protein banyak ke otak sehingga menyebabkan kadar gula rendah. Pusing dan lesu diakibatkan karena kurangnya nutrisi ke jaringan tubuh, dan pucat disebabkan karena kurangnya aliran darah kejaringan, ketiganya ini juga termasuk gejala anemia.

2. Dengan pemeriksaan darah dapat diketahui kadar glukosanya dan juga dapat dideteksi bentuk dan struktur darahnya untuk mengetahui apakah terjadi anemia atau tidak. Karena keadaan fisiknya memperlihatkan gejala-gejala anemia oeh karena itu perlu dilakukanpemerksaan darah untuk memastikan apakah mengalami anemia atau tidak.

3. Pada anemia yang terjadi adalah : Hemoglobin turun dan eritrosit turun Hemoglobin tetap dan eritrosit turun Hemoglobin turun dan eritrosit tetap Rusaknya eritrosit

4. Jenis-jenis anemia :

1

Page 2: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

Anemia gizi : kurangnya zat besi, asam folat dan vitamin. Eritrosit biasa dan kadar hemoglobin rendah karena kekurangan zat besi. Apabila eritrosit rendah dan hemoblobin biasa disebabkan karna asam folat berkurang.

Anemia perisiosa : dakibatkan karena kurangnya vitamin B 12 dan infeksi cacing tambang

Anemia aplastik : kegagalan sumsum tulang menghasilkan eritrosit

Anemia hemoragik : disebabkan kerena pendarahan Anemia ginjal : disebabkan karena gagal ginjal Anemia stadium 1 : nutrisi berkurang Anemia stadium 2 : cadangan zat besi kurang Anemia stadium 3 : anemia total Anemia stadium 4 : sumsum tulang mengganti kekurangan zat besi Anemia stadium 5 : terjadi gezala kekurangan zat besi dan anemia parah

5. Hematopoiesis Sayur mengandung vitamin yang digunakan untuk pematangan eritrosit (B12). Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan jumlah eritrosit tidak bertambah, namun ukurannya membesar. Ukuran yang besar ini membuat eritrosit sulit menembus kapiler, dan jadi lebih mudah lisis.Zat besi adalah salah satu komponen hemoglobin. Jika kekurangan zat besi, eritrosit menjadi kecil. Selain itu, zat besi juga berperan dalam sintesis Hemoglobin, yakni membentuk heme. Sehingga bila kekurangan zat besi, maka Hb pun kurang maksimal mengikat O2.

6. Jumlah eritrosit normal- Laki-laki : 4,6-5,9 x 1012 / L darah atau 5.200.000 (300.000) sel/mm3 - Perempuan : 4,2-5,4 x 1012/ L darah atau 4.700.000 (300.000) sel/mm3Jumlah Hb normal- Laki-laki : 14 – 18 gr / dL darah atau 15 g / 100 mL sel- Perempuan : 12-16 gr / dL darah 14 g / 100 mL selFungsi Hb untuk mengangkut O2 (1,34 mL) dan CO2, dan bisa juga CO, serta H+ sehingga berperan dalam menjaga keseimbangan pH.

Step 4 Peta Konsep

`

2

Hematopoiesis

Eritrosit Leukosit Trombosit

Hemoglobin

Makanan

Anemia

Zat Besi ↓

GlobinHeme

Page 3: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

kurang

STEP 2 ( Identifikasi Masalah )1. Mengapa bisa terjadi anemia pada Nana?2. Apakah hubungan makan yang tidak teratur dengan sakit anemia ?3. Mengapa dokter memberikan resep untuk banyak memakan makanan yang

mengandung sayuran dan zat besi?4. Apa hubungan kadar eritrosit, kadar Hb dan anemia?5. Mengapa anemia bisa menimbulkan pusing, lemah , lesu dan pucat?6. Bagaimana mekanisme hematopoiesis apabila dihubungkan dengan zat besi?

STEP 3 (Brainstorming)

1. Anemia pada Nana disebabkan karena pola makan yang tidak teratur sehingga asupan vitamin ,zat besi dan asam folat tidak mencukupi yang mengakibatkan penurunan kadar Hb sehingga terjadilah anemia

2. Karena pola makan yang tidak teratur dapat mengakibatkan asupan vitamin ,zat besi dan asam folat tidak mencukupi yang mengakibatkan penurunan kadar Hb sehingga terjadilah anemia.zat besi yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk sintesis hemoglobin, eritrosit diproduksi dalam jumlah biasa tetapi kandungan Hb lebih rendah dari normal dan berukuran lebih kecil serta kurang mampu mengangkut O2. Asam folat diperlukan untuk membentuk DNA yang diperlukan untuk mengatur pembelahan sel bakal dan pematagan eritrosit, apabila kekurangan asam folat maka eritrosit yang dibentuk lebih sedikit dan sel yang terbentuk berukuran lebih besar dan lebih rapuh. Sama seperti asam folat, vitamin B12 juga diperlukan untuk pembentukan DNA dan pematangan sel darah merah.

3. Jawaban sama seperti brainstorming pada no.24. Eritrosit akan berikatan dengan Hb (mengangkut O2 dan CO2) serta akan berikatan

dengan HCO3 (karbonanhidrase). Eritrosit akan mengangkut Oksigen dari jaringan ke paru – paru. Hemoglobin yang berperan dalam pengangkutan oksigen terbagi atas 2 yakni : heme dan Globin. Heme yang berikatan dengan Fe2+ dan apabila mengalami

3

Kurang MakanPusing, Lesu,

LemahDarah

Anemia

Anemia Gizi

Pembentukan (Hematopoiesis)Fungsi Kandungan

Anemia Hemolitik

Anemia Hemoragik

Anemia Aplastik

Anemia Ginjal

Anemia Pernisiosa

Page 4: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

gangguan maka akan membentuk Fe3+. Eritrosit akan mengalami eksibilitas dan pada saat masuk di limpa dan saluran lebih kecil maka akan mati dan segera akan dibentuk di sutul. Pembentukan Hb :

2 suksinil co-A + 2 glisin pirol4 pirol ( akan berkumpul) protopotin 1xProtopotin 1x + Fe2+ HemeHeme + globin Rantai Hb2 rantai α + 2 rantai β Hb normal

Jadi kita tahu apabila eritrosit berkurang secara langsung dipengaruhi oleh kurangnya kadar Hb yang akan mengakibatkan anemia.Anemia terdiri dari berbagai jenis diantaranya:

a. Anemia karena perdarahan (anemia hemoragik)b. Anemia karena kerusakan sumsum tulang (anemia aplastik)c. Anemia karena kerusakan faktor intrinsic (anemia megaloblastik/perinisiosa)d. Anemia hemolitik ( anemia sel sabit,eritroblastosis,sperositosis)

5. Gejala tersebut diakibatkan oleh : Pucat diakibatkan karena berkurangnya volume darah, berkurangnya Hb, dan

vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ – organ vital. Pusing diakibatkan aliran darah yang mengandung O2 ke kepala sedikit lesu diakitkan terjadinya penumolukan asam laktat di otot.

6. Besi diabsorpsi dari usus halus akan berikatan beta globulin apotransferin transferin plasma dalam sitoplasma sel protein , apoferitin feritin (cadangan) sedikit dan tidak larut hemosiderinBesi yang membentuk transferin berikatan dengan reseptor pada membrane sel eritroblas di sumsum tulang kemudian akan masuk ke eritroblas di sutul.

Step 5 Learning Objective1. Menjelaskan mekanisme Hematopoiesis:2. Menjelaskan hemoglobin dan fungsi eritrosit normal3. Menentukan indeks eritrosit: MCH, MCV, MCHC

Step 6 Belajar MandiriPada bagian ini kami belajar mandiri dirumah kemudian kami persentasikan pada DKK II

Step 7 Sintesis1. HEMATOPOIESIS

4

Page 5: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

Hematopoiesis adalah proses pembentukan dan pematangan sel darah. Proses ini terjadi dalam organ hematopoietik. Pada tahap awal embriogenesis, sel-sel darah muncul dari mesoderm yolk sac. Beberapa saat kemudian, hati dan limpa berfungsi sebagai jaringan hematopoietik sementara, namun menjelang bulan kedua, klavikula mulai mengalami penulangan dan mulai membentuk sumsum tulang di pusatnya. Sewaktu kecepatan penulangan pralahir dari sisa kerangka meningkat, sumsum tulang menjadi jaringan hematopoietik utama.

Sesudah lahir dan semasa kanak-kanak, eritrosit, leukosit granular, monosit dan trombosit berkembang dari sel induk yang terdapat di sumsum tulang. Asal dan pematangan sel-sel ini berturut-turut disebut eritropoiesis, granulopoiesis, monositopoiesis, dan megakariositopoiesis. Sumsum tulang juga menghasilkan sel-sel yang bermigrasi ke organ limfoid, yang menghasilkan berbagai tipe limfosit.

Sel induk adalah sel pluripoten yang dapat memperbanyak diri. Sebagian anak selnya membentuk tipe sel khusus melalui diferensiasi secara irreversible, dan anak sel lainnya tetap sebagai sel induk. Diyakini bahwa semua sel darah berasal dari satu sel induk di dalam sumsum tulang. Karena sel-sel ini dapat menghasilkan semua tipe sel darah, sel ini disebut sebagai sel induk pluripoten. Sel-sel ini berploriferasi dari satu turunan sel menjadi limfosit (sel-sel limfoid), dan turunan yang lain akan membentuk sel-sel mieloid yang berkembang di dalam sumsum tulang ( granulosit, monosit, eritrosit, dan megakariosit). Pada awal perkembangannya, sel limfoid bermigrasi dari sumsum tulang ke timus, limfonodus, limpa, dan struktur limfoid lain, tempat sel-sel ini berproliferasi.

5

Page 6: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

Sel induk yang berploriferasi, membentuk anak sel dengan potensi yang sudah berkurang. Pertama, sel induk akan berproliferasi menjadi sel-sel progenitor unipotensial atau bipotensial menghasilkan sel-sel precursor (blast) dengan cirri morfologi khas awal yang mencerminkan jenis dewasanya. Sebaliknya, sel induk dan sel progenitor tidak dapat dibedakan secara morfologis dan menyerupai limfosit besar. Sel induk membelah dengan kecepatan yang cukup untuk mempertahankan populasinya yang relatif kecil. Kecepatan pembelahan sel meningkat pada sel progenitor dan precursor, dan menghasilkan sejumlah sel matang yang telah berdiferensiasi. Sel progenitor dapat membelah dan menghasilkan sel progenitor dan sel precursor, sedangkan sel precursor hanya menghasilkan sel-sel darah yang matang.

Dari hasil penelitian, beberapa koloni yang hanya menghasilkan sel darah merah saja. Koloni-koloni yang lain menghasilkan granulosit dan monosit. Sel-sel yang membentuk koloni disebut sel pembentuk koloni (CFC) atau unit pembentuk koloni (CFU). Ketetapan untuk menamakan berbagai koloni sel ini adalah menggunakan huruf inisisal dari sel yang diproduksi setiap koloni.

Hematopoiesis bergantung pada adanya kondisi lingkungan mikro yang menguntungkan dan adanya faktor pertumbuhan. Kondisi lingkungan mikro disediakan oleh sel-sel stroma organ hematopooietik, yang cukup banyak menghasilkan matriks ekstrasel. Begitu kondisi lingkungan yang dibutuhkan tersedia, perkembangan sel darah bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruh proliferasi dan diferensiasi sel. Zat-zat ini disebut faktor pertumbuhan, faktor perangsang koloni (colony stimulating faktor / CSF) atau hematopoietin (protein).

TROMBOSIT DAN HEMOSTASIS Trombosit adalah (ragmen sel yang berasal dari megakariosit.

Selain eritrosit dan leukosit, trombosit adalah jenis unsur sel ketiga yang terdapat di dalam darah. Trombosit bukanlah suatu sel utuh tetapi fragmen/potongan keeil sel (bergaris tengah sekitar 2-4 ym) yang terlepas dari tepi luar suatu sel besar (bergaris tengah sampai 60,um) di sumsum tulang yang dikenal sebagai megakariosit. Megakariosit berasal dari sel bakal yang belum berdiferensiasi (undifferentiated) yang sama dengan yang menghasilkan turunan eritrosit dan leukosit. Trombosit pada dasarnya adalah suatu vesikel yang mengandung sebagian dari sitoplasma megakariosit terbungkus oleh membran plasma.

Dalam setiap mililiter darah pada keadaan normal terdapat sekitar 250.000 trombosit (kisarannya 150.000- 350.000/mm 3). Trombosit tetap berfungsi selama sekitar

6

Page 7: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

sepuluh hari untuk kemudian disingkirkan dari sirkulasi oleh maki-ofag jaringan, terutama makrofag yang terdapat di limpa dan hari, dan diganti oleh trombosit bare yang dikeluarkan dari sumsum tulang.

Trombosit tidak keluar dari pembuluh darah seperti yang dilakukan oleh sel darah putih, tetapi sekitar sepertiga dari trombosit total selalu tersimpan di dalam rongga-rongga berisi darah di limpa. Simpanan trombosit ini dapat dikeluarkan dari limpa ke dalam sirkulasi sesuai dengan kebutuhan (misalnya pada saat terjadi perdarahan) oleh kontraksi limpa yang diinduksi oleh stimulasi simpatis.

Karena merupakan fragmen sel, trombosit tidak memiliki nukleus. Namun, sel ini diperlengkapi oleh organel dan sistem enzim sitosol untuk menghasilkan energi dan mensintesis produk sekretorik yang disimpan di granula-granula yang tersebar di seluruh sitosolnya. Selain itu, trombosit mengandung aktin dan miosin dalam konsentrasi yang tinggi, sehingga trombosit dapat berkontraksi. Kemampuan sekretorik dan kontraksi ini penting dalam hemostasis, suatu topik yang sekarang akan kitabahas.

Hemostasis mencegah hilangnya darah dari pembuluh darah yang rusak.Hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak.

(Pastikan bahwa Anda tidak mengacaukan istilah ini dengan homeostasis). Agar terjadi perdarahan dari pembuluh darah, hams terjadi kerusakan dinding pembuluh tersebut, dan tekanan di dalam pembuluh harus lebih besar daripada tekanan di luar untuk mendororig darah keluar melalui kerusakan tersebut. Mekanisme hemostatik inheren dalam keadaan normal mampu menambal kebocoran dan menghentikan pengeluaran darah melalui kerusakan kecil di kapiler, arteriol, dan venuia. Pembuluh-pembuluh kecil ini sering mengalami ruptur oleh trauma-trauma minor yang terjadi sehari-liari: trauma semacam ini adalah sumber tersering perdarahan, walaupun kita bahkan sering tidak menyadari bahwa telah terjadi kerusakan. Mekanisme hemostatik dalam keadaan normal menjaga agar kehilangan darah melalui trauma kecil tersebut tetap minimum.

Perdarahan dari pembuluh berukuran sedang atau besar, yang lebih jarang terjadi, biasanya tidak dapat dihentikan oleh mekanisme hemostatik tubuh sendiri. Perdarahan akibat terpotongnya arteri lebih berat, sehingga lebih berbahaya daripada perdarahan vena. karena tekanan ke arah luar di arteri lebih besar (yaitu, tekanan darah arteri jauh lebih besar daripada tekanan vena). Tindakan-tindakan pertolongan pertama untuk arteri yang terpotong adalah penekanan eksternal pada luka dengan kekuatan yang lebih besar daripada tekanan darah arteri untuk secara sementara menghentikan perdarahan sampai pembuluh yang robek tersebut dapat ditutup secara bedah. Perdarahan dari vena yang mengalami trauma seringkali dapat dihentikan hanya dengan meninggikan bagian tubuh yang berdarah untuk mengurangi efek gravitasi pada tekanan di vena. Apabila penurunan tekanan di vena tidak cukup untuk menghentikan perdarahan, penekanan eksternal ringan biasanya adekuat.

Hemostasis melibatkan tiga langkah utama: (1) spasme vaskuler, (2) pembentukan sumbat trombosit, dan (3) koagulasi darah. Trombosit jelas berperan penting dalam membentuk sumbat trombosit, tetapi sel ini juga memberi kontribusi pada dun langkah lainnya.

Spasme vaskuler mengurangi aliran darah ke pembuluh yang cedera.Pembuluh darah yang terpotong atau robek akan segera berkonstriksi akibat

respons vaskuler inheren terhadap cedera dan vasokonstriksi yang diinduksi oleh rangsang simpatis. Konstriksi ini akan memperlambat aliran darah melalui defek, sehingga pengeluaran darah dapat diperkecil. Karena permukaan endotel (bagian dalam) pembuluh saling menekan satu sama lain akibat spasme vaskuler awal ini, endotel tersebut menjadi lengket dan melekat satu sama lain, kemudian menutup pembuluh

7

Page 8: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

yang rusak. Tindakan fisik ini saja tidak cukup untuk secara total mencegah pengeluaran darah selanjutnya, tetapi penting untuk memperkecil pengeluaran darah dari pembuluh yang rusak sampai tindakan-tindakan hemostatik lainnya mampu menyumbat defek tersebut.

Trombosit beragregasi untuk membentuk suatu sumbat di defek pembuluh.Trombosit dalam keadaan normal tidak melekat ke permukaan endotel pembuluh

darah, tetapi apabila lapisan dalam ini rusak akibat cedera pembuluh, trombosit akan melekat ke kolagen yang terpajan, yaitu protein fibrosa yang terdapat di jaringan ikat di bawahnya. Setelah belkumpul di tempat cedera tersebut, trombosit mengeluarkan beberapa zat kimia penting dari granula simpanan mereka. Di antara zat kimia tersebut adalah adenosin difosfat (ADP), yang menyebabkan permukaan trombosit dalam sirkulasi yang lewat menjadi lengket dan melekat ke lapisan trombosit vang pertama. Trombosit yang bare melekat ini mengeluarkan lebih banyak ADP, sehingga lebih banyak lagi trombosit yang melekat, demikian seterusnya: dengan demikian sumbat trombosit cepat terbentuk di tempat cedera melalui mekanisme umpan balik positif.Proses penumpukan ini diperkuat oleh pembentukan suatu zat kimia perantara, tromboksan A2, dari komponen membran plasma trombosit yang berkontak dengan kolagen. Tromboksan A2 berkaitan eras dengan prostaglandin, sekelompok zat perantara kimiawi yang bekerja lokal yang ditemukan lugs di tubuh. Zat-zat perantara lokal ini adalah turunan asam lemak yang dibentuk dari asam arakidortat, salah satu asam lemak yang ditemukan di fosfolipid membran. Tromboksan A2 secara langsung mendorong agregasi trombosit dan secara tidak langsung meningkatkan proses tersebut dengan mencetuskan pengeluaran lebih banyak ADP dari granula trombosit.

Dengan melihat sifat agregasi trombosit yang terus menerus, mengapa setelah dimulai sumbat trombosit hanya terbatas di tempat cedera? (Dengan kata lain, mengapa sumbat trombosit tidak terus berkembang dan menutupi permukaan lapisan dalam pembuluh normal?) Alasan kunci mengapa hal ini tidak terjadi adalah bahwa endotel normal mengeluarkan prostasiklin, suatu zat kimia yang menghambat agregasi trombosit. Dengan demikian, sumbat trombosit terbatas pada defek dan tidak menyebar ke jaringan vaskuler normal.

Sumbat trombosit tidak hanya secara fisik menambal lubang di pembuluh, tetapi juga melakukan tiga fungsi penting lain. Pertama, kompleks protein aktin-miosin di dalam trombosit yang membentuk agregat tersebut berkontraksi untuk memperkuat sumbat yang semula longgar.'Kedua, zat-zat kimia yang dikeluarkan dari sumbat trombosit mencakup beberapa vasokonstriktor kuat (serotonin, epinefrin, dan tromboksan AA yang menyebabkan konstriksi pembuluh yang terkena untuk memperkuat spasme vaskuler yang sudah terjadi. Ketiga, sumbat trombosit mengeivarkan zat-zat kimia lain yang meningkatkan koagulasi darah, langkah hemostasis berikutnya. Walaupun mekanisme pembentukan sumbat trombosit saja sering cukup untuk menambal sedemikian banyak robekan hales di kapiler dan dinding pembuluh lainnya yang sering terjadi setiap hari, lubang yang lebih besar di pembuluh ini memerlukan pembentukan bekuan darah agar secara total menghentikan perdarahan.

Reaksi berantai yang dicetuskan yang melibatkan faktor-faktor pembekuan di plasma menyebabkan pembekuan darah.

Koagulasi darah, atau pembekuan darah, adalah transformasi darah dari cairan menjadi gel padat. Pembentukan suatu bekuan di atas sumbat trombosit memperkuat dan menunjang sumbat, memperkuat tambalan yang menutupi lubang di pembuluh. Sdain itu, wiring dengan memadatnya darah di sekitar defek pembiduh, darah tidak lagi dapat mengalir. Koagulasi adalah mekanisme hemostatik tubuh yang paling kuat, dan hal ini diperlukan untuk menghentikan perdarahan dari semua defek kecuali defek kecil.

8

Page 9: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

Langkah terakhir dalam pembentukan bekuan adalah perubahan fibrinogen, suatu protein plasma besar yang larut dan dihasilkan oleh hati Berta dalam keadaan normal selalu terdapat di plasma, menjadi fibrin, suatu molekul berbentuk benang yang tidak larut. Perubahan menjadi fibrin ini dikatalisasi oleh enzim trombin di tempat pembuluh yang mengalami cedera.

Molekul fibrin melekat ke permukaan pembuluh yang rusak, membentuk struktur mirip faring longgar yang menangkap unsur-unsur sel darah. Massa ' vang terbentuk, atau bekuan darah, biasanya tampak merah karena banyaknya sel darah merah yang terperangkap, tetapi dasar dari bekuan tersebut adalah fibrin yang berasal dari plasma .Kecuali trombosit, yang berperan penting dalam mengubah fibrinogen menjadi fibrin, pembekuan darah dapat berlangsung tanpa kehadiran unsur sel lain dalarn darah.

Jaring fibrin awal bersifat lunak karena jalinan yang dibentuk oleh serat-serat fibrin tersebut bersifat longgar. Namun, antara serat yang berdekatan segera terbentuk ikatan kimia yang memperkuat dan menstabilkan jaring bekuan tersebut. Proses pembentukan ikatan silang tersebut dikatalisasi oleh suatu faktor pembekuan yang dikenal sebagai faktor XIII (faktor stabilisasi fibrin), yang dalarn keadaan normal berada dalam bentuk inaktif dalam plasma. Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, trombin juga (1) mengaktifkan faktor XIII untuk menstabilkan jaring fibrin yang sudah terbentuk; (2) meningkatkan agregasi trombosit, yang pada gilirannya penting untuk proses pembekuan; dan (3) bekerja melalui mekanisme umpan batik positif untuk mempermudah pembentukan dirinya.

Karena kerja trombin mengubah molekul fibrinogen dalam plasma menjadi bekuan darah, dalam keadaan normal trombin harus tidak ada (absen) dalam plasma, kecuali di sekitar tempat kerusakan pembuluh. Apabila tidak demikian, darah akan terns mengalami koagulasi, suatu situasi yang tidak memungkinkan kehidupan. Bagaimana trombin dalarn keadaan normal tidak ada dalam plasma, namun segera tersedia untuk mencetuskan pembentukan fibrin apabila terjadi cedera pembuluh? Solusinya terletak pada eksistensi trombin dalam bentuk prekursor inaktif dalam plasma yang disebut protrombin.

Pertanyaan berikutnya adalah, apa yang mengubah protrombin menjadi trombin sewaktu proses pembekuan darah diperlukan? Terdapat faktor pembekuan plasma lain yang bertanggung jawab, yaitu. faktor X; faktor X itu sendiri dalam darah berada dalam bentuk inaktif dan harus diubah menjadi bentuk aktifnya oleh faktor aktif lain, dan seterusnya. Secara keseluruhan, terdapat dua betas faktor pembekuan plasma yang ikut serta dalam langkah-langkah esensial yang berakhir dengan perubahan fibrinogen menjadi faring fibrin yang stabil. Faktor-faktor ini diberi nama dengan angka-angka Romawi sesuai urutan penemuan mereka, bukan urutan partisipasi dalam proses pembekuan'. Sebagian besar faktor-faktor pembekuan ini adalah protein plasma yang disintesis oleh hat'. Dalam keadaan normal, mereka seJalu terdapat di dalam plasma dalam bentuk inaktif, serupa dengan fibrinogen dan protrombin. Berbeda dengan fibrinogen, yang diubah menjadi serat-serat fibrin yang tidak larut, protrombin dan prekursor lain, ketika diubah menjadi bentuk aktifnya, bekerja sebagai enzim proteolitik (pengurai protein), yang mengaktifkan faktor spesifik lain dalam rangkaian pembekuan. Setelah faktor pertama dalam rangkaian tersebut diaktifkan, faktor tersebut kemudian mengaktifkan faktor lain, demikian seterusnya, dalam serangkaian reaksi yang dikenal sebagai jenjang (cascade), sampai trombin mengkatalisasi perubahan akhir fibrinogen menjadi fibrin. Beberapa dari reaksi di atas memerlukan keberadaan Ca" plasma dan platelet factor 3 (faktor trombosit 3, PF3), suatu fosfolipid yang dikeluarkan oleh sumbat trombosit. Dengan demikian, trombosit juga berperan dalam pembentukan bekuan darah.Jenjang pembekuan dapat dicetuskan oleh jalur intrinsik atau jalur ekstrinsik. Jalur intrinsik rnencetuskan pembekuan intravaskuler serta pembekuan sampel darah dalam tabung reaksi. Semua unsur yang diperlukan untuk menghasilkan pembekuan melalui jalur intrinsik tersedia dalam darah. Jalur ini, yang melibatkan tujuh langkah terpisah (diperlihatkan dalam warna biru pada Gbr. 11-12), berjalan pada

9

Page 10: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

saat faktor X11 (faktor Hageman) diaktifkan karena berkontak dengan kolagen yang terpajan di pembuluh yang cedera atau permukaan benda asing, misalnya tabung reaksi kaca.. Ingatlah bahwa kolagen yang terpajan tersebut juga mencetuskan agregasi trombosit. Dengan demikian, pembentukan sumbat trombosit dan reaksi berantai yang menyebabkan pembentukan bekuan darah secara simultan diaktifkan ketiks suatu pembuluh mengalami cedes. Selain itu, kedua mekanisme hemostatik komplementer ini Baling memperkuat satu sama lain. Agregat trombosit mengeluarkan PF3, yang penting untuk jenjang pembekuan yang pada gilirannya meningkatkan agregasi trombosit lebih lanjut (Gbr. 11-11 dan 11-13). Jalur ekstrinsik mengambil jalan pintas dan hanya memerlukan empat langkah (diperlihatkan dalam wama abu-abu di Gbr. 11-12). Jalur ini, yang me merlukan kontak dengan faktor-faktor jaringan di luar darah, mengawali proses pembekuan darah yang keluar ke jaringan. Jika mendapat trauma, jaringan mengeluarkan suatu kompleks protein yang dikenal sebagai tromboplastin jaringan. Tlomboplastin jaringan secara langsung mengaktifkan faktor X, sehingga melewatkan semua langkah pendahuluan pada jalur intrinsik. Dari titik ini, kedua jalur tersebut identik.

Mekanisme intrinsik dan ekstrinsik biasanya bekerja secara simultan. Apabila cedera jaringan menyebabkan ruptur pembuluh, mekanisme intrinsik menghentikan darah di pembuluh yang cedera, sementara mekanisme ekstrinsik menyebabkan darah yang keluar ke dalam jaringan membeku sebelum pembuluh tersebut ditambal. Biasanya pembentukan bekuan sudah selesai seluruhnya dalam tiga sampai enam menit.

Setelah bekuan terbentuk, kontraksi trombosit yang terperangkap di dalam bekuan menciutkan faring fibrin, menarik tepi-tepi luka di pembuluh Baling mendekat. Selama retraksi bekuan, cairan diperas ke luar dari bekuan. Can-an ini, yang pada dasarnya adalah plasma dikurangi fibrinogen dan prekursor pembekuan lainnya yang telah terpakai selama proses pembekuan, disebut serum.

Walaupun proses pembekuan yang melibatkan begitu banyak langkah tersebut sekilas tampak tidak efisien, keuntungannya adalah bahwa selama langkah-langkah tersebut terjadi proses amplifikasi. Satu molekul faktor aktif mungkin dapat mengaktifkan seratus molekul faktor lain dalam sekuens reaksi, yang masing-masing kemudian dapat mengaktifkan lebih banyak faktor berikutnya, demikian seterusnya. Dengan cara ini, sejumlah besar faktor-faktor akhir yang terlibat daiam pembekuan dengan cepat diaktifkan akibat pengaktifan awal hanya beberapa molekul di awal sekuens reaksi pembekuan. Kalau begitu bagaimana proses pembekuan, setelah dimulai, dap-it terbatas hanya-di tempat cedera pembuluh? Apabila faktor pembekuan yang telah diaktifkan dibiarkan beredar dalam darah, faktor-faktor tersebut dapat menyumbat semua pembuluh di seluruh tubuh. Untungnya, setelah ikut serta dalam proses pembekuan lokal, faktor-faktor yang telah diaktifkan di dekat tempat cedera pembuluh segera diinaktifkan oleh enzim dan faktor lain yang terdapat di plasma atau jaringan.

Plasmin fibrinolitik melarutkan bekuan dan mencegah pembentukan bekuan berlebihan.

Pembentukan suatu bekuan tidak dimaksudkan menjadi solusi permanen bagi cedera pembuluh. Bekuan adalah alai sementara untuk menghentikan perdarahan sampai pembuluh dapat diperbaiki. Agregasi trombosit mengeluarkan suatu zat kimia yang paling tidak ikut serta dalam invasi fibroblas ("pembentuk serat") dari jaringan ikat di sekita-,nya ke dalam daerah luka pembuluh. Fibroblas membentuk jaringan parut di defek pembuluh. Seiring dengan proses penyembuhan luka, bekuan, yang tidak lagi diperlukan untuk mencegah perdarahan, secara perlahan dilarutkan oleh enzim fibrinolitik (pemecah enzim) yang disebut plasmin. Apabila bekuan tidak disingkirkan setelah melakukan fungsi hemostatiknya, pembuluh, terutama yang berukuran kecil yang terus menerus mengalami ruptur halus setiap hari, akan tersumbat oleh bekuan.

Plasmin, seperti faktor pembekuan, adalah suatu protein plasma yang dibentuk oleh had dan terdapat di darah dalam bentuk prekursor maktif, plasminogen. Plasmin diaktifkan

10

Page 11: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

melalui reaksi berjenjang oleh banyak faktor, di antaranya adalah faktor XII (faktor Hageman), yang juga memicu reaksi berantai yang menyebabkan pembentukan bekuan (Gbr. 11-14). Ketika bekuan sedang dibentuk, plasmin yang diaktifkan terperangkap di bekuan dan melarutkan bekuan tersebut dengan secara lambat memutuskan faring fibrin. Sel-sel darah putih fagositik secara bertahap membersihkan produk disolusi bekuan. Anda dapat melihat pembersihan secara lambat darah yang membeku setelah keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam lapisan jaringan kulit setelah suatu cedera. "Tanda biru-dan-hitam" pada kulit yang memar ditimbulkan oleh adanya bekuan darah deoksigenasi di dalam kulit; darah ini akhirnya dibersihkan olch plasmin, diikuti oleh Bel-Bel fagositik sebagai pembersih.

Selain membersihkan bekuan yang tidak lagi diperlukan, plasmin secara terus menerus berfungsi mencegah pembentukan bekuan yang berlebihan dan tidak sesuai. Sejumlah kecil fibrin secara konstan diubah menjadi fibrin di seluruh pembuluh, yang dipicu oleh suatu mekanisme yang belum diketahui. Walaupun demikian, tidak terbentuk bekuan karena fibrin dengan cepat disingkirkan oleh plasmin yang diaktifkan oleh aktivator plasminogen jaringan (tissue plasminogen activator; tPA) yang berasal dari jaringan, terutama paru. Dalam keadaan normal, pembentukan fibrin yang berlangsung dalam tingkat rendah diimbangi oleh aktivitas fibrinolitik tingkat rendah, sehingga tidak terjadi pembentukan bekuan yang abnormal. Hanya apabila terjadi kerusakan pembuluh timbul faktor-faktor tambahan yang memicu reaksi berantai yang menyebabkan pembentukan fibrin sangat meningkat, sehingga.terbentuk bekuan di tempat ceders tersebut.

Telah diketahui bahwa di dalarn tubuh terdapat beberapa antikoagulan yang secara alami menghambat satu atau lebih reaksi dalarn proses pembekuan. Apakah zat-zat tersebut memiliki peran fisiologis dalarn mencegah pembentukan bekuan masih diperdebatkan. Yang paling dikenal dari zat-zat tersebut adalah heparin, yang terdapat di dalam basofil dan sel mast. Heparin digunakan secara lugs sebagai obat antikoagulan Berta untuk mencegah pembekuan sampel darah yang diambil untuk kepentingan analisis klinis.

Pada tahun-tahun terakhir, telah digunakan tPA dan zat-zat kimia serupa lain yang direkayasa secara genetis untuk melarutkan bekuan darah dan membatasi kerusakan otot jantung selama serangan jantung. Pemberian obat pelarut bekuan dalarn beberapa jam pertama setelah suatu pembuluh koroner tersumbat bekuan seringkali dapat melarutkan bekuan tersebut, sehingga aliran darah ke otot jantung yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut sudah dapat dipulihkan sebelum otot tersebut coati akibat kekurangan 02.

Pembekuan yang tidak sesuai merupakan penyebab tromboembolisme.Selain bersifat protektif, bekuan kadang-kadang terbentuk di pembuluh yang utuh.

Bekuan intravaskuler abnormal yang melekat ke dinding pembuluh dikenal sebagai trombus, dan bekuan yang mengalir bebas dikenal sebagai embolus. Beberapa faktor, yang bekerja secara independen atau simultan, dapat menimbulkan tromboembolisme: (1) Permukaan pembuluh yang kasar akibat aterosklerosis dapat menyebabkan pembentukan trombus (lihat h. 289). (2) Ketidakseimbangan sister bekuan-antibekuan juga dapat memicu pembentukan bekuan. (3) Darah yang mengalir lambat lebih mudah mengalami pembekuan, mungkin karena terbentuk fibrin dalam jumlah kecil yang kemudian terkumpul di darah yang maces tersebut, misalnya darah dalam vena varikosa di tungkai. (4) Pembentukan bekuan luas kadang-kadang terjadi akibat pengeluarar, trornboplastin jaringan ke dalam darah dari ker-usak -an jaringan yang luas. Pembentukan bekuan yang luas juga dapat terjadi pada syok septikemik, karena bakteri atau toksinnva memulai jenjang pembekuan.Hernofilia adalah kelainan utama penyebab perdarahan berlebihan.

Berbeda dengan pembentukan bekuan abnormal di pembuluh yang utuh, gangguan hemostatik yang sebaliknya adalah kegagalan pembentukan bekuan di pembuluh yang ceders, yang menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengancam, nyawa walaupun trauma penyebabnva relatif ringan. Penyebab tersering dari perdarahan yang berlebihan tersebut adalah hemofilia, yang disebabkan oleh defisiensi salah satu faktor pada

11

Page 12: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

jenjang pembekuan. Walaupun defisiensi faktor pembekuan manapun dapat menghambat proses pembekuan, 80% dari semua pengidap hemofilia tidak memiliki kemampuan genetik untuk mernbentuk faktor VIII.

Berbeda dengan perdarahan hebat yang terjadi pada defek mekanisme pembekuan, individu yang mengalami defisiensi trombosit secara terus menerus mengalami ratusan perdarahan kecil terbatas di seluruh jaringan tubuh karena darah dibiarkan keluar dari luka-luka kecil di pembuluh darah halus sebelum terjadi pembekuan. Dalam keadaan normal, trombosit adalah penyumbat utama pada luka-luka kecil yang terus menerus terjadi. Di kulit pengidap defisiensi trombosit, perdarahan kapiler difus terlihat sebagai bintik-bintik kecil keunguan, sehingga kelainan ini diberi nama purpura trombositopenik ("ungu defisiensi trombosit").

Definisi vitamin K dapat menyebabkan kecenderungan perdarahan. Vitamin ini esensial untuk pembentukan protrombin di hati dan beberapa faktor pembekuan lain. Selanjutnya, satu dari akibat penyakit hati adalah pemanjangaq, rasa pembekuan karena berkurangnya faktor pembekuan.

ERITROPOIESISStimulus utama yang dapat merangsang produksi sel darah merah dalam keadaan

oksigen yang rendah adalah hormon dalam sirkulasi yang disebut eritropoietin, yaitu suatu glikoprotein dengan berat molekul kira-kira 34.000. Tanpa adanya eritropoietin, keadaan hipoksia tidak akan berpengaruh atau pengaruhnya sedikit sekali dalam perangsangan produksi sel darah merah. Akan tetapi, bila sistem eritropoietin ini berfungsi, maka hipoksia akan menimbulkan peningkatan produksi eritropoietin yang nyata, dan eritropoietin selanjutnya akan memperkuat produksi sel darah merah sampai hipoksia mereda.PERAN GINJAL DALAM PEMBENTUKAN ERITROPOIETIN

Pada orang normal, kira-kira 90% dari seluruh eritropoietin dibentuk dalam ginjal. Sisanya terutama sibentuk di hati. Bagian ginjal tempat pembentukan eritropoietin masih belum diketahui secara pasti. Ada suatu kemungkinan yang cukup kuat bahwa eritropoietin disekresi oleh sel epitel tubulus renal, karena darah yang anemis tidak mampu menghantarkan cukup oksigen dari kapiler peritubulus ke sel tubulus yang sangat banyak mengkonsumsi oksigen, sehingga merangsang produksi eritropoietin.

Kadang-kadang keadaan hipoksia di bagian tubuh lainnya, tetapi bukan di ginjal, akan merangsang sekresi eritropoietin ginjal. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin terdapat bebrapa sensor di luar ginjal yang mengirimkan sinyal tambahan ke ginjal untuk memproduksi hormon tersebut. Khususnya norepinefrin maupun epinefrin serta beberapa prostaglandin akan merangsang produksi eritropoietin.

Bila kedua ginjal seseorang diangkat atau rusak akibat penyakit ginjal, maka orang tersebut akan menjadi sangat anemis, sebab 10% eritropoietin normal yang dibentuk di jaringan lain (terutama di hati) hanya cukup menyediakan sepertiga sampai setengah dari produksi sel darah merah yang diperlukan oleh tubuh.

12

Page 13: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

PENGARUH ERITROPOIETIN DALAM PEMBENTUKAN SEL-SEL DARAH MERAH

Bila kita menempatkan seekor binatang atau seseorang dalam atmosfer yang kadar oksigennya rendah, eritropoietin akan mulai dibentuk dalam beberapa menit sampai beberapa jam, dan produksinya mencapai maksimum dalam waktu 24 jam. Namun hampir tidak dijumpai adanya sel darah merah baru dalam sirkulasi darah sampai 5 hari kemudian. Berdasarkan fakta ini, sudah dapat ditentukan bahwa pengaruh utama eritropoietin adalah merangsang produksi proeritoblas dari sel stem hematopoiesis di sum-sum tulang. Selain itu, begitu proeritoblas terbentuk, maka eritropoietin juga menyebabkan sel-sel ini dengan cepat melalui berbagai tahap eritoblastik ketimbang pada keadaan normal. Hal tersebut akan lebih mempercepat produksi sel darah merah yang baru. Cepatnya produksi sel ini terus berlangsung selama orang tersebut tetap dalam keadaan oksigen rendah, atau sampai jumlah sel darah merah yang telah terbentuk cukup untuk mengangkut oksigen dalam jumlah yang emmadai ke jaringan walaupun kadar oksigennya rendah. Pada saat ini, kecepatan produksi eritropoietin menurun sampai kadar tertentu yang akan mempertahankan sel darah merah yang dibutuhkan, namun tidk sampai berlebihan.

Bila tidak ada eritropoietin, sum-sum tulang hanya membentuk sedikit sel darah merah. Pada keadaan lain yang ekstrem, bila jumlah eritropoietin yang terentuk sangat banyak dan jika tersedia sejumlah besar zatr besi dan zat nutrisi lainnya yang diperlukan, maka kecepatan produksi sel darah merah dapat emningkat sampau 10x lipat atau lebih dibandingkan keadaan normal. Oleh karena itu, mekanisme eritropoietin dalam pengaturan produksi sel darah merah merupakan suatu mekanisme yang kuat.Trombosit-trombopoiesis

Selain eritrosit dan leukosit, trombosit adalah jenis unsur sel ketiga yang terdapat di dalam darah. Trombosit bukanlah suatu sel utuh tetapi fragmen/potongan kecil sel (bergaris tengah seitar 2-4µm) yang terlepas dari tepi luar suatu sel besar (begaris tengah sampai 60µm) di sumsum tulang yang dikenal sebagai megakariosit. Megakariosit berasal dari sel bakal yang belum berdiferensiasi (undifferentiated) yang sama dengan yang menghasillkan turunan eritrosit dan leukosit. Trombosit pada dasarnya adalah suatu vesikel yang mengandung sebagian dari sitoplasma megakariosit terbungkus oleh membrane plasma.

Dalam setiap mililiter darah pada keadaan normal terdapat sekitar 250.000 trombosit (kisarannya 150.000-350.000/mm3). Trombosit tetap berfungsi selama sekitar

13

Page 14: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

sepuluh hari untuk kemudian disingkirkan dari sirkulasi oleh makrofag jaringan, terutama makrofag yang terdapat di limpa dan hati, dan diganti oleh trombosit baru yang dikeluarkan dari sumsum tulang.

Trombosit tidak keluar dari pembuluh darah seperti yang dilakukan oleh sel darah putih, tetapi sekitar sepertiga dari trombosit total selalu tersimpan di dalam rongga-rongga berisi darah di limpa. Simpanan trombosit ini dapat dikeluarkan dari limpa ke dalam sirkulasi sesuai dengan kebutuhan (misalnya pada saat terjadi pendarahan) oleh kontraksi yang diinduksi oleh stimulasi simpatis.

Karena merupakan fragmen sel, trombosit tidak memiliki nucleus. Namun, sel ini diperlengkapi oleh organel dan system enzim sitosol untuk menghasilkan energy dan

mensitesis produk sekretorik yang disimpan di granula-granula yang tersebar di seluruh sitosolnya. Selain itu, trombosit mengandung aktin dan myosin dalam konsentrasi yang tinggi, sehingga trombosit dapat berkonstraksi. Kemampuan sekretorik dan konstraksi ini penting dalam hemostasis.

LeukositLeukosit disebut juga sel darah putih, merupakan system pertahanan tubuh yang mobil.

Leukosit sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monositserta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di limfe. Manfaat sel darah putih yang sesungguhnya ialah sebagian besar secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, dengan demikian menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap agen-agen infeksius.

Sel darah putih terbagi menjadi enam macam sel darah putih yaitu : netrofil polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, basofil polimorfonuklear, basofil polimorfonuklear, minosit, dan limfosit, dan , kadang-kadang sel plasma. Selain itu terdapat sejumlah besar trombosit yang merupakan pecahan dari sel lain yang serupa dengan sel darah putih yang dijumpai di sum-sum tulang, yaitu megakariosit. Ketiga tipe pertama sel-sel ini, yaitu sel polimorfonuklear. Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organism penyerang terutama dengan cara memakan (fagositosis).

14

Page 15: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

Manusia dewasa mempunyai sekitar 7000 sel darah putih per mikroliter. Berikut ini konsentrasi sel darah putih dalam darah:

Leukosit diproduksi dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada kebutuhan pertahanan tubuh yang berubah-ubah. Jumlah leukosit dalam keadaan norml berkisar dari 5 sampai 10 juta sel per milliliter darah, dengan rata-rata 7 juta sel/ml, yang dinyatakan sebagai jumlah sel darah putih adalah 7000/mm3. Leukosit adalah unsur sel dalam darah yang jumlahnya paling sedikit. Dalam keadaan normal jumlah granulosit adalah sekitar dua pertiga dari leukosit total. Sepertiga sisanya adalah agranulosit terutama limfosit.

Neutrofil adalah spesialisasi fagositik. Sel-sel ini selalu merupakan sel pertahanan pertama pada invasi bakteri dan juga respon peradangan. Selain itu, sel ini juga melakukan pembersihan debris. Eosinofil yang berkaitan dengan reaksi alergi dan infestasi parasit internal. Basofil yang merupakan jenis yang paling kurang diketahui sifatnya. Namun berperan seperti sel mast yang mengeluarkan histamin dan heparin. Monosit yang akan diarahkan menjadi fagosit professional (makrofag). Limfosit yang dihasilkan sebagai pertahanan imun. Terdiri dari limfosit B dan limfosit T yang berupa pertahanan humoral dan pertahanan seluler.

2. ANEMIA a. Anemia Gizi disebabkan oleh defisiensi dalam diet suatu factor yang diperlukan

untuk eritropoiesis. Produksi eritrosit bergantung pada pasokan bahan-bahan mentah yang cukup, yang sebagian tidak disintesis di tubuh tetapi harus dating dari makanan. Sebagai contoh, anemia anemia defisiensi besi terjadi jika besi yang tersedia tidak mencukupi untuk sintesis hemoglobin karena defisiensi besi dalam makanan atau gangguan penyerapan besi dari saluran pencernaan. Eritrosit diproduksi dalam jumlah biasa, tetapi kandungan hemonglobin mereka lebih rendah dari normal, berukuran lebih kecil dari biasa, dan kurang mampu mengankut O2. Defisiensi gizi asam folat, suatu anggota kompleks vitamin B, juga dapat menyebabkan anemia. Vitamin ini penting untuk mengatur perkembangan sel bakal dan pemaatangan eritrosit. Apabila pasokan asam folat tidak ade kuat, eritrosit yang dibentuk lebih sebikit dan sel yang terbentuk berukuran yang lebih sedikit dan lebih rapuh dari normal. Walaupun berukuran lebih besar , eritrosit ini mengandung hemoglobin ini dalam jumlah normal. Anemia terjadi akibat junlah eeritrosit yang dibentuk lebih sedikit danberusia lebih singkat karena kerapuhan tersebut. Banyak jaringan lain juga terpengaruh oleh defisiensi asam folat, tetapi produksi sel darah merah sangat peka karena eritrosit adalah termasuk sel yang paling cepat melakukan proliferasi.

b. Anemia pernisiosa disebakan oleh ketidak kemampuan saluran pencernaan menyerap vitamin12 dalam jumlah adekuat. Seperti asam folat, vitamin 12 paling penting untuk pembentukan DNA serta peran terkaitnya dalam proliferasi dan pematangan eritrosit. Dengan demikian, anemia pernisiosa juga ditandai oleh penurunan jumlah eritrosit yang berbentuk lebih besar dan lebih rapuh daripada normal. Namun, tidak seperti anemia gizi, anemia pernisiosa tidak disebabkan oleh insufisiensi pasokan vitamin B12 dari makanan. Zat gizi ini ditentukan dalam jumlah yang besar di berbagai makanan yang bisa dimakan. Pada anemia pernisiosa, masalahnya adalah defisiensi factor intrinsic, suatu zat khusus yang

15

Netrofil 60-70 %Eosinofil 1-4%Basofil 0,25-0,5%Monosit 2-6%limfosit 25-33%

Page 16: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

dikeluarkan oleh dinding lambung. Vitamin B12 dapat diserap dari saluran usus oleh mekanisme transportasi khusus hanya berkaitan dengan factor intrinsic. Apabila terjadi defisiensi factor intrinsic, vitamin B12 yang diserap juga berkurang. Akibatnya terjadi gangguan pembentukan dan pematangan sel darah merah yang menimbulkan anemia. Kelainan ini diterapi dengan menyuntikan vitamin B12 untuk menghindari gangguan mekanisme penyerapan.

c. Anemia aplastik disebabkan oleh kegagalan sumsum tulan untuk menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang adekuat, walaupun semua bahan yang diperlukan untuk eritropoiesis tersedia. Penurunan kemampuan eritrapoietik dapat disebabkan oleh destruksi sumsum tulang merah oleh zat kimia toksik, pajanan radiasi yang berlebihan atau pajaran sinar X yang berlebih atai inveasi sumsum tulang oleh sel kanker. Proses desruksi mungkin secara sektif menurunkan eritrosit yang dihasilkan sumsum tulang, atau mungkin juga mengurangi kemampuan sumsum tulang membentuk lekosit dan trombosit. Keparahan anemia tergantung pada seberapa luas jaringan eritropoietik yang rusak, yang apabila kerusakannya parah dapat menimbulkan kematian.

d. Anemia ginjal disebabkan oleh penyakit ginjal. Karena eritropoietin dari ginjal adalah stimulasi utama untuk mendorong eritropoiesis, sekresi eritropoetin yang tidak adekuat menyebabkan gangguan produksi sel darah merah dan anemia.

e. Anemia hemoramik disebabkan oleh hilangnya darah dalam jumlah yang bermakana. Kehilangan darah ini dapat bersifat akut, misalnya akibat pendaran dari luka, atau kronik seperti yang dijumpai paa wanita dengan riwayat haid berlebih. Anemia tetap ada ampai sel-sel yang hilang diganti ole transfuse atau oleh peningkatan aktivitas eritropoiesis.

f. Anemia hemolitik disebabkanoleh pecahnya eeritrosit yang bersikulasi dalam jumlah yang besar. Hemolisis, atau pecahnya sel darah merah terjadi karena sel bersifatdefektif, seperti pada anemia sel sabit, ata Karen bekerjanya factor-faktor eksternal pada eritrosit. Anemia sel sabit adalah contoh terbaika antara berbagai kelainan herediter sel darah merah yang menyebabkan sel ini sangat rapuh. Sebab usianya masih muda, sel –sel berbebuk sabit yang defektif ini sangat rapuh dan mudah pecah sewaktu melewati kapiler limpa yang sempit walaupun terjadi peningkaan eritropoisis akibat kerusakan sel darah merah dalam jumlah besar, produksi tersebut tidak mampu mengimbangi kecepatan destruksi sehingga timbul anemia

3. MCV MCH MCHCa. MCV (Mean Corpuscular Volume)

= Nilai Hemotrokit x 10 fl Jumlah eritrosit (juta)Nilai normal : 80-94 fl

Bila lebih besar dari nilai normal maka disebut makrositik.Dan jika lebih kecil dari nilai normal disebut mikrositik.

b. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin)= Nilai Hemoglobin x 10 pg Jumlah eritrosit (juta)Nilai normal : 26-32 pg

Bila lebih kecil dari normal disebut hipokrom.c. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)

= Nilai Hemoglobin x 100 g/L Nilai HematokritNilai normal :30-36 g/L Bila lebih kecil dari nilai normal disebut hipokrom.

16

Page 17: Bahan Dkk 1 M5B3.doc

Nilai MCV mencerminkan ukuran eritrosit, sedangkan MCH dan MCHC mencerminkan isi hemoglobin eritrosit. Penetapan Indeks/ nilai rata-rata eritrosit ini digunakan untuk mendiagnosis jenis anemia yang nantinya dapat dihungkan dengan penyebab anemia tersebut.  Anemia didefinisikan berdasarkan ukuran sel (MCV) dan jumlah Hb per eritrosit (MCH) :1. Anemia normositik normokrom, dimana ukuran dan bentuk eritrosit normal

serta mengandung Hemoglobin dalam jumlah normal (MCV dan MCHC normal atau normal rendah), contohnya pada kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal.

2. Anemia makrosistik normokrom, makrositik berarti ukuran eritrosit lebih besar dari normal dan normokrom berarti konsentrasi Hb normal (MCV meningkat; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi besi dan/atau asam folat.

3. Anemia mikrositik hipokrom, mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung jumlah Hb kurang (MCV dan MCHC kurang), seperti pada anemia defisensi besi, keadaan sideroblastik, kehilangan darah kronik, dan pada talesemia.

Nilai tersebut merupakan nilai yang di dapat setelah dilakukan pemeriksaan lengkap darah sehingga akan ditemukan nilai-nilai di atas untuk mendiagnosis penyebab terjadinya anemia, namun tanpa melakukan pemeriksaan lengkap darah tersebut kita juga dapat menententukan MCV dan MCHC namun tidak berdasarkan pada nilai-nilai standar yang telah ditentukan untuk Volume eritrosit dan kadar hemoglobin dalam eritrosit. Tanpa menetukan nilai standar kita dapat beranggapan bahwa volume eritrosit yang normal itu sama besar dengan granula dari monosit yang terlihat di bawah mikroskop, jika volume eritrosit lebih besar dari pada granula monosit berarti eritrosit tersebut mengalami makrositik, begitupun sebaliknya apabila volume eritrosit lebih kecil dari pada granula monosit maka eritrosit itu disebut mikrositik. Selain volume kita bisa menentukan standar lain yaitu kadar hemoglobin dalam eritrosit yaitu dengan mengamati eritrosit tersebut, eritrosit normal memiliki daerah yang berwarna pucat kurang dari sepertiga bagian dari diameter eritrosit tersebut, apabila daerah pucat pada eritrosit lebih dari sepertiga bagian berarti eritrosit tersebut mengalami hiperkrom.

17