bagian dani
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
PEMBAHASAN QFD
Proses pengembangan produk oleh kelompok camilan sehat adalah dengan
menggunakan kombinasi metode QFD dan VE. QFD digunakan di awal proses
untuk mencari informasi terkait produk yang akan dikembangkan dan arah
pengembangan produknya. Setelah itu dilanjutkan dengan metode VE dimana
langsung memasuki fase kreatif karena fase informasi sudah dapat diperoleh dari
proses QFD. Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah produk
camilan anak yang berfokus pada biskuit sehat. Produk pasar yang digunakan
sebagai acuan dalam proses pengembangan adalah Biskuat.
Langkah awal dari proses pengembangan produk ini dilakukan dengan
penentuan atribut primer dan sekunder. Penentuan atribut tersebut dilakukan
dengan melakukan brainstorming dan juga wawancara. Karena pengembangan
produk yang dilakukan adalah camilan sehat maka narasumber dalam wawancara
adalah para ibu-ibu yang memiliki anak usia 6-12 tahun dan juga ahli gizi.
Melalui wawancara ini, tim pengembangan produk dapat mengetahui informasi
tentang kriteria produk yang seperti apa yang diinginkan konsumen dan apa yang
dikeluhkan konsumen dari produk yang telah beredar di pasaran saat ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang ahli gizi diperoleh hasil
bahwa produk biscuit sebagai camilan sehat untuk anak, dengan sasaran untuk
mendukung pertumbuhan anak identik dengan adanya energi dan kandungan yang
mendukung pertumbuhan otak dan tulang yang kuat. Oleh karena itu dalam
produk tersebut haruslah memiliki unsur karbohidrat (tepung gandum), kalsium
(susu), dan vitamin (sayuran). Apabila akan ada tambahan tepung ikan atau
minyak ikan dalam produk tersebut tentu akan lebih baik bagi pertumbuhan tulang
serta perkembangan otak anak karena akan meningkatkan kandungan kalsium
sdari sumber yang alami. Namun pada prinsipnya, karena targetnya adalah
camilan sehat maka harus dihindari penggunaan zat-zat kimia berbahaya
(pengawet, pemanis, pewarna) yang tidak diijinkan untuk dimakan. Pada produk
biscuit yang harus benar-benar diwaspadai adalah kandungan pemanis buatan
(fruktosa) dan penyedap rasa (MSG).
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu-ibu diperoleh hasil bahwa
kebanyakan ibu-ibu sekarang khawatir dengan camilan yang dikonsumsi anak-
anak mereka karena semakin maraknya penjual makanan yang tidak bertanggung
jawab. Terlebih lagi para penjual tersebut dapat secara bebas berjualan di sekolah-
sekolah dan orang tua juga tidak dapat selalu mengawasi anaknya setiap waktu.
Orang tua merasa aman apabila anaknya mengkonsumsi camilan yang sudah jelas
kandungannya dan diproduksi oleh produsen yang terpercaya. Namun saat ini
juga banyak produk tiruan dari produk yang sudah ada sebelumnya dengan
kemasan yang mirip sehingga anak-anak tidak dapat membedakannya. Produk
tiruan semacam ini tentunya memiliki kualitas yang lebih rendah dan kandungan
gizi yang tidak jelas sehingga anak-anak sering mengalami dampak negatif
apabila mengkonsumsi terlalu banyak. Pada intinya konsumen menginginakan
produk dengan kandungan gizi yang jelas. Terkait produk biscuit dengan
tambahan tepung ikan tuna, ibu-ibu setuju dengan inovasi tersebut karena seperti
yang sudah diketahui bahwa ikan tuna memiliki kandungan kalsium yang tinggi
dimana kalsium ini sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan otak dan tulang anak.
Dengan adanya bahan tambahan tersebut maka dapat menambah kandungan
kalsium produk selain dari susu dan akan memberikan manfaat lebih bagi anak.
Namun dengan catatan adanya penambahan bahan tersebut tidak mempengruhi
kualitas dari biscuit itu sendiri, misalnya saja mempengaruhi rasa produk
Dari hasil wawancara ini diperoleh 5 atribut primer yaitu penampilan,
kepraktisan, kemasan, keindahan, dan kualitas. Masing-masing atribut primer
memiliki beberapa atribut sekunder yaitu untuk penampilan atribut sekundernya
warna dan tekstur. Untuk kepraktisan meliputi jenis kemasan dan ukuran produk.
Untuk kemasan meliputi bahan kemasan dan ukuran kemasan. Atribut keindahan
memiliki gambar kemasan, warna kemasan, dan bentuk biskuit. Sedangkan untuk
atribut kualitas meliputi tekstur biskuit, ketahanan kemasan, variasi rasa,
ketahanan produk, dan kandungan gizi produk.
Atribut primer dan sekunder tersebut kemudian digunakan untuk
menyusun kuesioner pendahuluan. Terdapat 15 pertanyaan dalam kuesioner ini,
sesuai dengan jumlah atribut sekundernya. Kuesioner pendahuluan ini merupakan
kuesioner tertutup yang digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan masing-
masing atribut. Pengisian kuesioner menggunakan skala likert dengan 5 pilihan
jawaban yaitu sangat tidak penting, tidak penting, biasa saja, penting, dan sangat
penting. Dalam kuesioner ini digunakan 43 responden yang merupakan ibu-ibu
yang memiliki anak usia 6-12 tahun. Digunakan responden ibu-ibu karena ibu-ibu
dianggap peduli dengan makanan atau camilan yang akan dikonsumsi anaknya
dan lebih mengutamakan kualitas daripada rasa makanan.
Hasil yang diperoleh dari kuesioner pendahuluan kemudian dilakukan
pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan software SPSS. Dari hasil
pengujian diperoleh hasil yang reliabel, namun terdapat beberapa pertanyaan yang
tidak valid. Cara mengetahui validitas pertanyaan adalah dengan membandingkan
hasil yang diperoleh dengan tabel r Product Moment. Apabila nilai tabel lebih
besar dari hasil maka dapat dikatakan pertanyaan tidak valid. Dari kelimabelas
pertanyaan terdapat 5 pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan warna biskuit
netral, tekstur biskuit lembut bila disentuh, produk berukuran kecil, kemasan
terbuat dari plastik yang tebal, dan biskuit memiliki tekstur renyah.
Ketidakvalidan tersebut dapat disebabkan karena kata-kata yang digunakan
bersifat ambigu. Namun karena pengembangan produk ini berfokus pada camilan
sehat dan pertanyaan yang tidak valid bukan merupakan pertanyaan utama, maka
kelima pertanyaan tersebut dihapus. Kemudian dilakukan pengujian validitas dan
reliabilitas kembali dari pertanyaan yang valid. Hasil yang diperoleh
menunjukkan seluruh pertanyaan yang valid.
Kemudian dari 10 pertanyaan yang valid tersebut kembali disusun
kuesioner tertutup. Pembuatan kuesioner ini digunakan untuk membandingkan
produk yang akan dikembangkan dan jenis produk yang ingin dicapai. Karena
acuan produk yang akan dikembangkan ini adalah Biskuat dan produk yang ingin
dicapai adalah Marrie maka kuesioner kedua yang disebar ini berisi nilai
perbandingan antara kedua produk. Responden yang digunakan sama dengan
penyebaran kuesioner pendahuluan, yaitu ibu-ibu yang memiliki anak usia 6-12
tahun. Jumlah respondennya adalah 43 responden. Data hasil kuesioner ini
selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan pembuatan House of Quality
(HOQ).
Dalam pembuatan HOQ, terdapat setidaknya 6 bagian utama yaitu
Customer Need, Planning Matrix, Technical Response, Relationship, Technical
Correlation, dan Technical Matrix.
Pada bagian pertama yaitu Customer Need diisi dengan atribut kebutuhan
konsumen sesuai dengan pertanyaan dalam kuesioner. Terdapat 10
pertanyaan yang dimasukkan dalam bagian ini, yaitu pertanyaan yang valid
dan reliabel. Kesepuluh pertanyaan tersebut adalah kemasan dapat disimpan
kembali (Ziplock), ukuran kemasan bervariasi, kemasan bergambar,
kemasan ada gambar susu, kemasan berwarna cerah, biskuit berbentuk
bulat, kemasan memiliki ketahanan tinggi, biskuit memiliki berbagai variasi
rasa, biskuit tidak mudah melempem, dan penambahan tepung ikan tuna
membuat biskuit lebih bergizi. Kemudian disebelah kanan atribut ini diisi
dengan tingkat kepentingan konsumen yang berupa angka-angka. Angka
tersebut diperoleh dari rata-rata hasil penilaian responden pada kuesioner
pendahuluan (kuesioner tingkat kepentingan) untuk masing-masing
pertanyaan.
Pada bagian kedua yaitu Planning Matrix berisi perbandingan produk yang
akan dikembangkan dengan produk pembanding yang ada di pasaran.
Dalam hal ini berarti yang digunakan adalah produk Biskuat dan Marrie.
Untuk mengisi bagian ini digunakan data hasil penyebaran kuesioner kedua
yaitu kuesioner perbandingan produk. Pada bagian kedua ini terdapat 6 sub
bagian yaitu perbandingan kinerja, tujuan masa depan produk, rasio
perbaikan, titik penjualan, skala kepentingan konsumen, dan normalisasi
skala kepentingan konsumen (%). Pada perbandingan kinerja berisi lima
skala yaitu 1-5 dan terdapat tanda kotak dan segitiga. Tanda kotak
menunjukkan kinerja produk biskuat dan segitiga menunjukkan kinerja
produk Marrie. Skala 1 menunjukkan kinerja yang rendah dan semakin
tinggi skala maka kinerja semakin bagus sehingga yang paling bagus adalah
skala 5. Dari HOQ yang telah dibuat dapat terlihat bahwa pada beberapa
atribut kedua produk memiliki kinerja yang sama dan di beberapa atribut
lain ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kemudian di sebelah kanannya
pada kolom tujuan masa depan produk berisi angka dengan skala 1-5 yang
merupakan harapan posisi produk di pasaran nantinya. Untuk melakukan
suatu pengembangan produk tentunya diharapkan produk memiliki kinerja
yang tinggi sehingga nilai yang diberikan adalah 4 dan 5. Nilai ini diperoleh
dari brainstorming. Kemudian untuk kolom rasio perbaikan berisi nilai hasil
perhitungan tujuan masa depan produk dibagi dengan kinerja produk saat
ini. Tujuan masa depan produk adalah nilai pada kolom sebelumnya dan
kinerja produk saat ini diperoleh dari rata-rata hasil nilai kuesioner untuk
masing-masing pertanyaan. Kemudian untuk titik penjualan produk baru
berisi 3 jenis nilai yaitu 1,0 ; 1,2 ; dan 1,5. Nilai 1,0 menunjukkan
perubahan atribut kebutuhan konsumen tidak ada pengaruh terhadap
penjualan dan tingkat kepuasan konsumen. Nilai 1,2 menunjukkan pengaruh
sedang terhadap penjualan dan tingkat kepuasan konsumen. Dan nilai 1,5
menunjukkan pengaruh besar. Kemudian untuk kolom skala kepentingan
konsumen dihitung dengan cara Tingkat Kepentingan Konsumen x Rasio
Perbaikan x Titik Penjualan. Tingkat kepentingan konsumen diperoleh dari
kolom bagian depan di dekat atribut. Kemudian yang terakhir pada bagian
ini adalah normalisasi skala kepentingan. Nilai ini diperoleh dari
normalisasi dengan cara nilai skala kepentingan konsumen tiap atribut
dibagi dengan jumlah skala kepentingan konsumen kesepuluh atribut
kemudian dikalikan 100%. Jumlah dari nilai-nilai pada normalisasi ini
haruslah 100%.
Pada bagian ketiga yaitu technical response merupakan rancangan
kebutuhan teknis untuk memenuhi kebutuhan konsumen di bagian customer
need. Di bagian ini merupakan seberapa jauh produsen atau tim
pengembang mampu menyediakan aspek-aspek yang dibutuhkan oleh
konsumen yang tertulis dalam atribut kebutuhan konsumen. Aspek-aspek
yang tertulis disini harus dapat dipenuhi oleh produsen. Nantinya kebutuhan
teknis disii akan dihubungkan dengan kebutuhan konsumen dan dinilai
kekuatan hubungannya.
Pada bagian keempat yaitu relationship yang berada di tengah merupakan
matriks hubungan antara kebutuhan konsumen dan kebutuhan teknis. Tanda
bulat hitam menunjukkan hubungan kuat, bulat putih menunjukkan
hubungan moderat, dan segitiga menunjukkan tidak ada hubungan. Atribut
kebutuhan konsumen yang memiliki banyak hubungan kuat adalah atribut
pertama yaitu kemasan Ziplock yang memiliki hubungan kuat dengan
kebutuhan teknis 1, 2, 3, dan 4. Kemudian pada kebutuhan konsumen yang
kemasan harus memiliki ketahanan tinggi juga memiliki hubungan yang
kuat dengan beberapa kebutuhan teknis. Tingkat kepentingan hubungan
tersebut diperoleh dari brainstorming dengan tim pengembang produk.
Pada bagian kelima yaitu technical correlation merupakan matriks hubungna
antar kebutuhan teknis dengan 4 jenis hubungan yaitu bulat yang
menunjukkan hubungan positif dan tanda segitiga yang menunjukkan
hubungan negatif. Sedangkan warna tanda menunjukkan kuat lemahnya
hubungan. Warna hitam menunjukkan hubungan kuat dan warna putih
menunjukkan hubungan lemah. Matriks ini merupakan matriks atap yang
menunjukkan puncak dari semua matriks yang telah dibuat.
Pada bagian keenam yaitu technical matriks yang berisi prioritas kebutuhan.
Nilai ini diperoleh dari perkalian antara normalisasi skala kepentingan
konsumen dikali dengan hubungan kebutuhan konsumen dan kebutuhan
teknis. Hubungan kuat diberi skor 9, moderate skor 3, dan lemah dengna
skor 1. Nilai prioritas yang besar menunjukkan bahwa atribut tersebut
penting untuk dikembangkan.
Dari seluruh pembuatan HOQ tersebut kemudian dapat diambil hasil
berupa atribut-atribut yang akan digunakan untuk analisis lebih lanjut
menggunakan metode VE. Dengan menggunakan QFD ini telah dapat direduksi
atribut yang tidak valid dan kurang sesuai dengan tema yang akan dikembangkan.
Kemudian dari HOQ tersebut dengan dilihat dari nilai prioritas yang terbesar
adalah dengan skor 280,21 yaitu kemasan yang mudah disimpan kembali. Skor
dibawahnya adalah kemasan yang tidak mudah boicor dan kemasan ziplock.
Sehingga dari keseluruhan HOQ dapat ditarik informasi bahwa kebutuhan
konsumen yang utama adalah kemasan ziplock dan ketahanan kemasan. Padahal
pada awalnya atribut yang ingin dikembangkan adalah pembuatan biskuit kaya
kalsium dengan penambahan tepung ikan tuna. Namun karena ternyata atribut
tersebut kurang begitu diprioritaskan oleh konsumen maka atribut tersebut tidak
dikembangkan dan lebih mengembangkan ke kemasan produk. Selanjutnya data-
data kuesioner lain digunakan untuk metode VE.