badan penanggulangan bencana daerah ( bpbd ) …

80
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2016-2021 (KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN) BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Terwujudnya pengurangan resiko Bencana dan Penanggulangan Bencana yang Cepat, Tepat, Adil, Transparam dan Akuntabel melalui Pemberdayaan dan Kemitraan dengan Masyarakat

Upload: others

Post on 26-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

TAHUN 2016-2021

(KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN)

BADAN PENANGGULANGAN

BENCANA DAERAH ( BPBD )

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

“Terwujudnya pengurangan resiko Bencana dan

Penanggulangan Bencana yang Cepat, Tepat, Adil, Transparam

dan Akuntabel melalui Pemberdayaan dan Kemitraan

dengan Masyarakat”

Page 2: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

2

KATA PENGANTAR

Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016-2021 ini dimaksudkan untuk menjadi acuan dalam lima tahun bagi BPBD Provinsi Kalimantan Selatan dalam melaksanakan upaya penanggulangan bencana di daerah, sejak pra bencana, saat bencana dan setelah bencana.

Kami merasa buku ini masih memiliki banyak kekurangan, karena harus

mengakomodir semua pemangku kepentingan dengan harapan dalam pelaksanaannya mudah untuk dikoordinasikan. Selanjutnya ke depan bila ada kekurangan akan disempurnakan sehingga setiap prioritas aksi diagendakan untuk dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan sehingga program dan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Terkait dengan penyusunan buku ini yang diharapkan pelaksanaannya efektif selama

lima tahun, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. sebagai salah satu instansi di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dituntut untuk mempunyai Rencana Strategis yang merupakan serangkaian program dan kegiatan mendasar, untuk diimplementasikan oleh seluruh komponen organisasi dalam rangka pencapaian tujuannya

Akhirnya Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pemangku kepentingan yang

telah mendukung tersusunnya Buku Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016-2021, lebih khusus kepada Tim Penyusun. Semoga buku ini dapat menjadi dokumen bersama dan dijadikan referensi dalam pelaksanaan pengurangan bencana. Untuk tetap mendukung pelaksanaan RENSRTA, komitmen semua pemangku kepentingan yang selama ini sudah terjalin dengan baik perlu terus dipertahankan dan semoga bisa lebih ditingkatkan.

Banjarmasin, 14 September 2017.

KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN,

Drs. H. WAHYUDDIN, M.AP Pembina Utama Madya

NIP. 19600410 198601 1 003

Page 3: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ........ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ........ ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... …..... 1

B. Landasan Hukum .................................................................................... ........ 2

C. Maksud dan Tujuan ................................................................................. ........ 4

D. Sistematika Penulisan ,,,,…………………………………………………………………………….. 4

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH

A. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi BPBD Prov. Kalsel. .......................... 6

B. Sumber Daya Perangkat Daerah ................................................................. 15

C. Kinerja Pelayanan ............................... ................................................... …… 17

D. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan ..............................…… 18

BAB III. ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

A. Identifikasi Permasalahan berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan ....... 19

B. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Lingkungan Hidup. ........... …… 28

C. Telaahan Renstra BNPB dan Renstra BPBD Provinsi/Kab./Kota .....………….. 29

D. Penentuan Isu-Isu Strategis ...................................................................…… 31

BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. Visi dan Misi Daerah ........................................................... ................... …… 38

B. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah.................................................. . …… 39

C. Strategi dan Kebijakan ................................ ............................................ …… 40

Page 4: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

4

BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,

KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

A. Rencana Program ...........................................................................…… 46

B. Kegiatan dan Indikator Kinerja ...................................................... …… 46

C. Kelompok Sasaran ...........................................................................…… 47

D. Pendanaan Indikatif ...................................................................... …… 48

BAB VI. INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA

TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

A. Indikator Kinerja BPBD Tahun 2016-2021 ..................................... …… 49

B. Kaidah Pelaksanaan ...................................................... ................ …… 49

BAB VII. PENUTUP

LAMPIRAN

Page 5: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

5

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Prediksi Perkembangan dan Kualifikasi Pegawai ………… 15

Tabel 2. Gambaran Perkembangan Aset yang Dikelola tahun 2015 16

Tabel 3. Jenis Pelayanan dan Kelompok Sasaran ............................ 17

Tabel 4. Rencana Tingkat Capaian Kinerja SKPD pada Sekretariat 23

Tabel 5. Rencana Tingkat Capaian Kinerja SKPD - pada Bidang Pencegahan dan Kesiap siagaan ...............

24

Tabel 6. Rencana Tingkat Capaian Kinerja SKPD - pada Bidang Kedaruratan dan Logistik ..............................

24

Tabel 7. Rencana Tingkat Capaian Kinerja SKPD pada Rehabilitasi dan Rekonstruksi .....................................................................

25

Tabel 8. Beberapa standar pelayanan minimum dalam penanganan bencana 25

Tabel 9. Identifikasi Permasalahan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi yang terkait dengan Rencana Tata Ruang ………………..

28

Tabel 10. Hasil Telaahan terhadap Renstra BNPB ...……...…………… 29

Tabel 11. Hasil Telaahan terhadap RPJMD Provinsi ...………………… 30

Tabel 12. Faktor Pendorong atau Faktor Penghambat Pelaksanaan Pelayanan Publik ......…………………………..

31

Tabel 13. Skor Kriteria Penentuan Isu-Isu Strategis …………………….. 33

Tabel 14. Perhitungan bobot setiap faktor penghambat atau pendorong ........ 34

Tabel 15. Identifikasi Isu-isu Strategis sesuai Tugas & Fungsi SKPD ....... 36

Tabel 16. Rencana Strategis .................………………………………….. 45

Tabel 17. Daftar Kegiatan Beserta Pagu Indikatif dan Prakiraan Maju ………...... 47

Tabel 18. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif 2016 – 2021 .……………..................................

48

Page 6: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

6

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sebagaimana yang diamanatkan pada alinea ke-IV Pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 bahwa untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, dalam hal perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berdasarkan pancasila, termasuk didalamnya perlindungan atas bencana, maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Potensi penyebab bencana dapat dikelompokkan dalam 3(tiga) jenis yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial.

Bencana alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin topan/puting beliung, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan, karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa dan kejadian antariksa/benda-benda angkasa.

Bencana non alam antara lain kebakaran hutan/lahan/permukiman yang disebabkan oleh manusia, kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi/ teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan.

Bencana sosial antara lain berupa kerusuhan sisial politik dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi.

Selama ini penanganan bencana dilaksanakan secara parsial oleh instansi-instansi teknis terkait, seperti Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen PU, dll. Begitu pula pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sehingga koordinasi antara instansi tersebut cukup sulit. Selain itu ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penanggulangan bencana yang ada belum dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dan menyeluruh serta tidak sesuai dengan perkembangan keadaan masyarakat dan kebutuhan bangsa Indonesia sehingga menghambat upaya penanggulangan bencana secara terencana, terkoordinasi dan terpadu.

Tugas penyelenggaran penanggulangan bencana tersebut ditangani oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ditingkat pusat dan Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat daerah. Adapun hubungan kerja antara BNPB dan BPBD bersifat koordinasi dan teknis kebencanaan dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Maka sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada pasal 25, dibentuklah Badan Penganggulangan Bencana daerah Provinsi kalimantan Selatan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan

Page 7: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

7

Selatan Nomor 22 Tahun 2009. Pelantikan para pejabat eselon II, III dan IV dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2009.

Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2021 merupakan implementasi dan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2016-2021, yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, program dan kegiatan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Rencana Strategis ini berfungsi sebagai dokumen perencanaan taktis strategis yang disusun sesuai dengan kebutuhan dengan mengacu pada RPJMD Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

Dalam Renstra dijabarkan potret dan rencana pembangunan yang memuat kondisi, masalah, penentu keberhasilan dan indikasi program kegiatan yang akan dijalankan selama 6 (enam) tahun ke depan dan dijalankan dalam rencana kerja tahunan mulai tahun 2016 sampai dengan tahun 2021.

1.2. LANDASAN HUKUM

1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4483);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 47, tambahan lembaran negara Republik Indonesia nomor 4286);

6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501);

8. Peraturan PemerintahNomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4614);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah

Page 8: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

8

Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara nomor 4816);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817) ;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penaggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828) ;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829) ;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830) ;

17. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

20. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

21. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 22 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009 Nomor 22, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Nomor 19) ;

Page 9: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

9

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud

Maksud dari penulisan RENSTRA ini adalah untuk memberikan gambaran ruang lingkup kewenangan dan urusan,visi dan misi,tujuan dan sasaran,strategi dan kebijakan, program dan kegiatanpenyelenggaraan penanggulangan bencana selama 5 tahun kedepan yang akan dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.

2. Tujuan

Tujuan penyusunan Renstra Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan adalah untuk menetapkan prioritas program kegiatan pembangunan yang strategis lima tahunan melalui sumber pembiayaan APBD yang dimaksudkan untuk memberikan landasan kebijakan taktis strategis lima tahunan dalam kerangka pencapaian visi, misiKepala Daerah sebagaimana dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Selatan guna meng optimalkan peran dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada setiap akhir Tahun Anggaran.

1.4. SISTIMATIKA PENULISAN

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang; 1.2. Landasan Hukum; 1.3. Maksud dan Tujuan; 1.4. Sistematika Penulisan.

Bab II Gambaran Pelayanan SKPD

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD 2.2. Sumber Daya Perangkat Daerah. 2.3. Kinerja pelayanan Perangkat Daerah. 2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah.

Bab III Isu-Isu Strategis berdasarkan Tugas dan Fungsi.

3.1. Identikasi Permasalahan berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan;

Page 10: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

10

3.2. Telaahan Visi, Misi, Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih.

3.3. Telaahan Renstra BNPB dan Renstra BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota; 3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup; 3.5. Penentuan isu-isu strategis ;

Bab IV Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan 4.1. Visi dan Misi Daerah. 4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah 4.3. Strategi dan Kebijakan.

Bab V Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran,

dan Pendanaan Indikatif

Bab VI Indikator Kinerja Perangkat Daerah yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Page 11: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

11

BAB II GAMBARAN PELAYANAN

2.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI BPBD PROV. KALSEL

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Nomor 100). BPBD merupakan lembaga teknis daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Kalimantan Selatan dan secara fungsional dibina oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Pada Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 072 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Bagian Ketigapuluhlima Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya pada pasal 47 disebutkan bahwa :

Tugas Pokok

(1) Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai tugas melaksanakan fungsi koordinasi pelaksanaan Penanggulangan Bencana yang menjadi kewenangan Daerah.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada angka 1, Badan

Penanggulangan Bencana Daerah menyelenggarakan fungsi : a. perumusan kebijakan penanggulangan bencana dengan cepat, tepat, efektif dan

efisien; b. koordinasi kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan

menyeluruh; c. koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah; d. koordinasi perumusan program dan pelaksanaan pencegahan bencana; e. koordinasi perumusan program dan pelaksanaan tanggap darurat terjadinya

bencana; f. koordinasi perumusan program dan pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi

bencana; g. pelaksanaan pemetaan daerah rawan bencana; dan h. pengelolaan kegiatan kesekretariatan.

Page 12: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

12

Unsur-unsur organisasi pelaksana penanggulangan bencana terdiri dari : a. Sekretariat; b. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan; c. Bidang Kedaruratan dan Logistik; d. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi; dan e. Kelompok Jabatan Fungsional. Sekretariat terdiri atas : a. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan; b. Sub Bagian Keuangan dan Aset; dan c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan terdiri atas : a. Sub Bidang Pencegahan; dan b. Sub Bidang Kesiapsiagaan. Bidang Kedaruratan dan Logistik terdiri atas : a. Sub Bidang Kedaruratan; dan b. Sub Bidang Logistik. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi terdiri atas : a. Sub Bidang Rehabilitasi; dan b. Sub Bidang Rekonstruksi.

2.1.2. Uraian Tugas Pokok

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan operasional penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi akibat bencana alam secara adil dan merata.

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan operasional, standarisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana.

c. Merumuskan dan menetapkan kebijakan perencanaan penanggulanagn bencana. d. Merumuskan dan menetapkan kebijakan operasional penyusunan, penetapan

dan pengembangan informasi peta rawan bencana. e. Merumuskan dan menetapkan kebijakan operasional pengembangan informasi

daerah rawan bencana. f. Merumuskan dan menetapkan kebijakan operasional dan prosedur tetap

penanggulangan bencana. g. Merumuskan dan menetapkan kebijakan operasional penyelenggaraan

penanggulangan bencana.

Page 13: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

13

h. Merumuskan dan menetapkan kebijakan operasional pengendalian, pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.

i. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.

j. Menyampaikan laporan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Gubernur setiap bulan sekali dan setiap saat dalam keadaan darurat bencana.

k. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai bidang tugas.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana mempunyai tugas melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi yang meliputi prabencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Secara rinci uraian tugas kepala Pelaksana Penanggulangan Bencana adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan koordinasi dan komando penyelenggaraan penanganan dan penanggulangan bencana.

b. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan program pencegahan bencana. c. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan program pengenalan dan

pengkajian potensi ancaman bencana. d. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan program analisis dan pengurangan

resiko bencana. e. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan program pemaduan

penanggulangan bencana dalam perencanaan pembangunan daerah. f. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan program kesiapsiagaan

penanggulangan bencana. g. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan program pengembangan

peringatan dini dalam penanggulangan bencana. h. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan program pengembangan mitigasi

dan penanggulangan bencana. i. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan program penanganan tanggap

darurat. j. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan programan analisis dampak

kerusakan bencana. k. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan program rehabilitasi dampak

kerusakan bencana. l. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan program rekonstruksi dampak

kerusakan bencana. m. Mengkoordinasikan penyelenggaraan tugas-tugas kesekretariatan. n. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai bidang

tugas dan tanggungjawabnya.

a. Sekretariat.

Sekretariat mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan penyusunan perencanaan, pelaporan, pengelolaan dan penatausahaan keuangan dan nilai asset, ketatausahaan, kearsipan, perpustakaan rumah tangga, perlengkapan, tata kelola asset, hubungan masyarakat, keprotokolan, keorganisasian, ketatalak-

Page 14: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

14

sanaan, dan administrasi kepegawaian.

Untuk melaksanakan tugas sekretariat mempunyai fungsi :

1. Penyiapan bahan penyusunan perencanaan, pelaporan, pembinaan, penga-

turan, penataan, pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

Badan Penanggulangan Bencana.

2. Penyusunan bahan pembinaan, pengaturan, penataan, evaluasi pelaksanaan

anggaran, pengelolaan ketatausahaan keuangan, penyusunan laporan

pertanggung jawaban keuangan.

3. Penyiapan bahan penyusunan rencana kegiatan kendali persuratan, pembinaan

pengaturan ketata usahaan, kearsipan, perpustakaan, perlengka- pan kantor,

pengelolaan asset, kehumasan, keprotokolan, keorganisasian, ketatalaksanaan

dan kerumah tanggaan.

4. Penyiapan bahan penyusunan perencanaan kegiatan, pembinaan, pengaturan

evaluasi, dan pengelolaan administrasi kepegawaian.

Secara rinci uraian tugas sekretariat adalah sebagai berikut : 1). Menyusun perencanaan, pelaporan, membina, mengatur, menata,

mengendalikan, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, analisis dan penyajian data Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

2). Menyusun bahan pembinaan, mengatur, menata dan mengevaluasi pelaksa-

naan anggaran, pengelolaan ketatausahaan keuangan, penyusunan laporan

pertanggung jawaban keuangan.

3). Menyusun perencanaan, membina, mengatur, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penyusunan anggaran.

4). Menyusun perencanaan kegiatan kendali persuratan, pembinaan pengaturan

ketata usahaan, kearsipan, perpustakaan.

5). Menyusun perencanaan, menata dan mengatur tata kelola asset.

6). Menyusun perencanaan, membina, mengatur dan mengevaluasi pengelolaan

urusan rumah tangga dan perlengkapan kantor.

7). Menyusun perencanaan, membina, mengatur dan mengevaluasi efektivitas

organisasi dan ketatalaksanaan.

8). Menyusun perencanaan, membina dan mengatur pelaksanaan, evaluasi pengelolaan hubungan masyarakat dan keprotokolan.

9). Menyusun perencanaan kegiatan, membina, mengatur, mengendalikan dan mengevaluasi pengelolaan administrasi kepegawaian.

10). Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai bidang tugas dan tanggungjawabnya.

Untuk melaksanakan tugas-tugas dan fungsi dimaksud sekretariat BPBD ini dilengkapi dengan 3 (tiga) Sub Bagian yaitu :

1). Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan bahan penyusunan perencanaan, pengelolaan dan penyajian data perencanaan,

Page 15: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

15

penyusunan pelaporan, pembinaan, pengaturan, penataan, pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.

2). Sub Bagian Keuangan dan Asset Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas menyusun perencanaan anggaran dan mengelola administrasi keuangan, menyusun nilai asset barang bergerak, barang tidak bergerak maupun barang pakai habis serta menyusun laporan pertanggung jawaban pengelolaan anggaran.

3). Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas mengelola urusan ketatausahaan, kearsipan, perpustakaan, perlengkapan kantor, Asset, urusan rumah tangga, hubungan masyarakat, keprotokolan, organisasi, ketatalaksanaan, serta mengelola administrasi kepegawaian.

1. Sub bagian perencanaan dan pelaporan mempunyai tugas : Melaksanakan pengumpulan dan penyiapan bahan penyusunan perencanaan pengolahan dan penyajian data perencanaan, penyusunan pelaporan, pembinaan, pengaturan, penataan, pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Uraian tugas sub bagian perencanaan dan pelaporan : a. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana kerja, mengolah dan menyiapkan

data perencanaan kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah secara terdepan.

b. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan perencanaan sesuai dengan norma standart, kreteria dan prosedur

c. Penyiapkan bahan petunjuk teknis perencanaan dan standart operasional prosedur pelaksanaan kegiatan

d. Menyiapkan bahan dan melaksanakan kerja sama penyusunan bahan musyawarah perencanaan pembangunan

e. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana strategis, laporan akuntabilitas badan penanggulangan bencana daerah

f. Menyiapkan bahan laporan Gubernur penyelenggaraan pemerintah g. Menyiapkan bahan melaksanakan evaluasi kegiatan, menyusun laporan

kinerja pelaksanaan tugas h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris sesuai bidang tugas dan

tanggungjawabnya.

2. Sub bagian keuangan dan aset mempunyai tugas : Menyusun perencanaan anggaran dan meelola administrasi keuangan, menyusun nilai aset baik barang tidak bergerak, barang bergerak, maupun pakai habis serta menyusun laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan sesuai ketentuan Uraian tugas sub bagian keuangan dan aset :

Page 16: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

16

a. Menyiapkan bahan dan petunjuk teknis penyusunan anggaran dan pengelolaan tata usaha keuangan berbasis akrual

b. Menyiapkan bahan penyusunan nilai uang yang berasal dari aset barang bergerak, barang tidak bergerak dan pakai habis

c. Menyiapkan bahan penyusunan anggaran belanja tidak langsung anggaran belanja langsung badan penanggulangan bencana daerah provinsi Kalimantan selatan dan pengesahan dokumen anggaran

d. Menyiapkan bahan dan mengelola penatausahaan keuangan dan evaluasi realisasi anggaran

e. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan pertanggung jawaban pengelolaan anggaran

f. Menyiapkan usulan pejabat pengelola keuangan g. Menyiapkan bahan melaksanakan evaluasi dan menusun laporan kinerja

keuangan, dan h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris sesuai bidang tugas dan

tanggungjawabnnya

3. Sub bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas : Melaksanakan urusan ketatausahaan, kearsipan, perpustakaan, perlengkapan kantor, aset, kehumasan, keprotokolan, organisasi, ketatalaksanaan, kepegawaian dan urusan rumah tangga Uraian tugas sebagaimana dimaksud diatas adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana kegiatan pengelolaan urusansurat

menyurat, nomor surat, pengetikan penggandaan, percetakan, dan ekspedisi b. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana kegiatan urusan c. Melaksanakan pelayanan administrasi perjalanan dinas d. Melaksanakan peraturan tata ruang kantor, penyediaan air bersih,

pengawasan keamanan, kebersihan lingkungan kantor, aula rapat, perlengkapan rapat serta penataan halaman dan parker

e. Menyiapkan bahan dan menyusun RKBMD dan DKBMD sesuai kebutuhan f. Melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan, distribusi dan inventarisasi

dan penghapusan barang inventaris serta pengadaan g. Menyiapkan pelayanan administrasi tamu kedinasan h. Menyiapkan bahan analisi beban kerja, keorganisasian dan ketatalaksanaan i. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana kegiatan pengelolaan urusan

rumah tangga, peralatan, dan perlengkapan serta pengelolaan administrasi kepegawaian

j. Melaksanakan kegiatan kehumasan dan keprotokolan k. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana kegiatan pengelolaan

perpustakaan l. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana kebutuhan pegawai, proses

mutasi jabatan, pangkat, gaji dan kebutuhan pegawai m. Menyiapkan bahna dan menyusun draft urutan kepangkatan, mengelola

berkas pegawai, mengolah data dan menyajikan informasi kepegawaian n. Menyiapkan bahan evaluasi kinerja individu kepegawaian dan pembinaan.

Page 17: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

17

o. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai bidang tugas

b. Bidang Pencegahan dan Kesiagaan

Bidang Pencegahan dan Kesiagaan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pembinaan dan fasilitasi penyelenggaran pencegahan pada situasi tidak terjadi bencana dan kesiapsiagaan dalam situasi terdapat ancaman bencana. Secara rinci uraian tugas Bidang Pencegahan dan Kesiagaan adalah sebagai berikut : Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pembinaan dan fasilitas penyelenggaraan pencegahan dan kesiapsiagaan. Uraian tugas sub bidang pencegahan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan menyusun rencana pencegahan, memfasilitasi upaya penguatan pencegahan analisi penguatan pencegahan, penerapan dan tata penerapan dan persyaratan standart teknis pencegahan uraian tugas sub bidang pencegahan adalah : a. menyiapkan bahan koordinasi dan menyusun rencana kegiatan pencegahan,

pembinaan, pengendalian b. menghimpun masalh dan menyajikan data potens ancaman dan resiko dalam

rangka pencegahan c. menyiapkan bahan dan menyusun petunjuk teknis standart rencana

pencegahan kebencanaan d. menyiapkan bahan dan analisis resiko bencana e. menyiapkan bahan dan petunjuk teknis, pemantauan, dan penegakan

peraturan tata ruang f. menyiapkan bahan dan petunjuk teknis, menginventarisasi resiko bencana g. menyiapkan bahan dan melaksanakan koordinasi, kegiatan pemantauan,

evaluasi dan penegakan peraturan tata ruang h. menyiapkan bahan dan penerapan persyaratan standart prosedur

pencegahan i. menyiapkan bahan evaluasi kegiatan dan laporan kinerja pelaksanaan tugas

pencegahan, fasilitasi penurangan resiko, analisis resiko, penegakkan tata ruang dan penerapan persyaratan standart teknis pencegahan

j. memfasilitasi dan membina kelembagaan kemasyarakatan dalam upaya pencegahan bencana

k. melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala bidang pencegahan dan kesiapsiagaan sesuai dengan bidang tugas dan tanggungjawabnya

Uraian tugas Sub bidang kesiapsiagaan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melaksanakan kesiapsiagaan tehadap ancaman bencana, pengembangan, dan penerapan peringatan dini. Penyelenggaraan mitigasi bencana serta kesiapsiagaan. a. menyiapkan bahan dan menyusun rencana kerja/kegiatan kesiapsiagaan b. menyiapkan bahan koordinasi pembinaan dan pengembangan teknis

kesiapsiagaan

Page 18: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

18

c. menghimpun dan mengolah data-data penyajian dalam rangka kesiapsiagaan atas ancaman bencana

d. menyiapkan bahan dan petunjuk teknis penyusunan rencana kesiapsiagaan dan ujicoba kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana

e. menyiapkan bahan dan petunjuk teknis pengorganisasian pemasangan dan peringatan system pencegahan dini terhadap ancaman bencana

f. menyiapkan bahan dan melaksanakan kerjasama dan koordinasi pemantauan dan pelaksanaan penegakan tata ruang

g. menyiapkan bahan dan melaksanakan kerjasama dan teknis pengoprasian, penyuluhan dan gladi kesiapsiagaan

h. menyiapkan bahan dan melaksanakan kerjasama dan koordinasi pemantauan dan pelaksanaan penegakan tata ruang

i. menyiapkan bahan dan melaksanakan kerjasamapengaturan pembangunan, pembangunan lintas seektoraldan tata bangunan

j. menyiapkan bahan melaksanakan bimbingan teknis, kerjasama partisipasi dan latihan antar penyuluh kesiapsiagaan kebencanaan

k. menyiapkan bahan dan evaluasiperencanaan kegiatan menyusun laporan kinerja kesiapsiagaan

l. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang pencegahan dan kesiapsiagaan sesuai bidang tugas dan tanggungjawabnya

c. Bidang Kedaruratan dan Logistik

Bidang Kedaruratan dan Logistik mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pembinaan, pengkajian, penentuan wilayah bencana, status keadaan darurat dan fasilitasi penyelenggaran penanggulangan bencana, perlindungan, bantuan kebutuhan hidup dasar dan logistik pada saat tanggap darurat. Secara rinci uraian tugas Bidang Kedaruratan dan Logistik adalah sebagai berikut :

1). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan pengkajian terhadap lokasi, kerusakan dan kerugian terjadinya bencana.

2). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengendalikan dan mengevaluasipenentuan status keadaan darurat bencana.

3). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengendalikan dan mengevaluasipenetapan standar teknis penanggulangan bencana.

4). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan penyelamatan evakuasi masyarakat terkena bencana.

5). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengendalikan dan mengevaluasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terkena bencana.

6). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan perlindungan terhadap kelompok rentan.

7). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan pemberian bantuan kebutuhan dasar dan logistik.

8). Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana sesuai bidang tugas dan tanggungjawabnya.

Page 19: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

19

Untuk melaksanakan tugas-tugas dan fungsi dimaksud Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD ini dilengkapi dengan 2 (dua) Sub bidang yaitu : 1). Sub bidang kedaruratan

Sub bidang kedaruratan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melaksanakan kajian keadaan darurat, memfasilitasi pengerahan sumber daya untuk menyelamatkan dan mengevakuasi korban bencana.

2). Sub bidang logistik

Sub bidang logistik dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melaksanakan kajian tingkat kerusakan akibat bencana, perlindungan kelompok rentan, pemenuhan kebutuhan dasar dan logistik.

d. Bidang Rehabilitasi dan Rekosntruksi

Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pembinaan dan pengendalian kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi kerusakan akibat bencana. Secara rinci uraian tugas Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah sebagai berikut :

1). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan perbaikan lingkungan.

2). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur, mengendalikan dan mengevaluasi sarana dan prasarana umum.

3). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur,

mengendalikan dan mengevaluasikegiatan pemulihan sosial psikologis. 4). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur,

mengendalikan dan mengevaluasi kegiatanpemulihan sosial ekonomi 5). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur,

mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan pemulihan sosial budaya. 6). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur,

mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan pemulihan pelayanan sosial. 7). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur,

mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan pemulihan fungsi pemerintahan. 8). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur,

mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan pemulihan pelayanan publik. 9). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur,

mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan pemulihan keamanan serta ketertiban.

10). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan pembangunan kembali prasarana dan saran sosial masyarakat dan keagamaan.

Page 20: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

20

11). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.

12). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan pengembangan partisipasi lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat.

13). Menyusun program, mengkoordinasikan, membina, mengatur, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan peningkatan fungsi pelayanan publik dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.

14). Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana sesuai bidang tugas dan tanggungjawabnya.

Untuk melaksanakan tugas-tugas dan fungsi dimaksud Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD ini dilengkapi dengan 2 (dua) Sub bidang yaitu : 1). Sub bidang rehabilitasi

Sub bidang rehabilitasi dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang mempunyai tugas menyiapkan bahan koordinasi rehabilitasi kerusakan akibat bencana, memfasilitasi dan melaksanakan kerjasama perbaikan lingkungan, prasarana dan prasarana umum dan keagamaan, pemulihan sosial psikologis, sosial ekonomi dan sosial budaya, fungsi pemerintahan dan fungsi pelayanan masyarakat, keamanan dan ketertiban.

2). Sub bidang rekonstruksi

Sub bidang rekonstruksi dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang mempunyai tugas menyiapkan bahan dan koordinasi rekonstruksi sosial, ekonomi, budaya dan sarana prasarana, memfasilitasi dan melaksanakan kerjasama pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat, pengembangan partisipasi lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat, peningkatan fungsi pelayanan publik dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.

e. Satuan tugas Satuan tugas mempunyai tugas melaksanakan tugas-tugas operasional Badan Penanggulangan Bencana.

f. Jabatan fungsional Jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan fungsi-fungsi teknis dalam kelancaran pelaksanaan organisasi penanggulangan bencana daerah.

Page 21: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

21

Struktur Organisasi

Peraturan Gubernur Nomor 072 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dengan struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

1. Sumber Daya BPBD Provinsi Kalsel.

KEPALA BADAN

PENANGGULANGAN BENCANA

DAERAH

SUB BAGIAN KEUANGAN

DAN ASET

SUB BAGIAN UMUM DAN

KEPEGAWAIAN

SUB BAG.IAN

PERENCANAAN

DAN PELAPORAN

BIDANG

KEDARURATAN

& LOGISTIK

BIDANG

REHABILITASI &

REKONSTRUKSI

BIDANG

PENCEGAHAN &

KESIAPSIAGAAN

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

SEKRETARIAT

SUB BIDANG KEDARURATAN

SUB BIDANG REHABILITASI

SUB BIDANG

PENCEGAHAN

SUB BIDANG

LOGISTIK

SUB BIDANG

REKOSNTRUKSI

SUB BIDANG

KESIAPSIAGAAN

Page 22: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

22

Sumber Daya BPBD Provinsi Kalimantan Selatan pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu sumber yang terkait dengan sarana prasarana dan manusia.

2.2.1. Terkait dengan sumber daya sarana dan prasarana, BPBD Provinsi Kalimantan Selatan saat ini memiliki 2 buah gedung atau bangunan, yaitu :

1. Bangunan Induk Kantor BPBD Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru.

2. Bangunan Gedung Logistik BPBD Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru.

Sumber Daya BPBD Provinsi Kalimantan Selatan yang terkait dengan sarana dan prasarana diatas diperkirakan nilai asetnya sebagai berikut :

Tabel 2.1.

Daftar Aset BPBD Provinsi Kalsel per 31 Desember 2015

No. Asset Jumlah Nilai Asset (Rp.)

01. Tanah 1

02. Peralatan dan Mesin 2 590.845.618,00

03. Gedung dan Bangunan 2 1.248.240.250,00

04. Jalan, Jaringan dan Instalasi 1 341.059.000,00

05. Buku dan Perpustakaan 0 0,00

06. Konstruksi dalam Pengerjaan 0 0,00

Total Asset 2.180.144.868,00

Keterangan :

Daftar rincian aset terlampir.

Sedangkan Jumlah tenaga yang bertugas pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan bulan Desember 2015 berjumlah 43 orang terdiri dari : - PNS : 34 orang (pria : 25 orang dan wanita 9 orang). - Non PNS/ Kontrak : 9 orang (pria : 9 orang dan wanita – orang). Data tenaga lebih rinci dapat dilihat pada lampiran :

Tabel 2.2.

Rekapitulasi Tenaga PNS berdasarkan Kualifikasi Pendidikan.

Page 23: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

23

No. Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1 2 3

1 Sekolah Dasar / Sederajat

1. Sekolah Dasar 1 orang

JUMLAH 1 orang

2 Sekolah Lanjutan Pertama

1. Sekolah Menengah Pertama 1 orang

JUMLAH 1 orang

3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

3.1. Sekolah Menengah Atas 2 orang

3.2. STM – Teknik Bangunan 1 orang

JUMLAH 3 orang

4 Diploma III / Sederajat

4.1. D-III Manajemen Informatika 3 orang

4.2. D-III Akuntansi 1 orang

JUMLAH 4 orang

5 Strata-1 / Sarjana

5.1. S-1 Kehutanan 1 orang

5.2. S-1 Ekonomi Manajemen 3 orang

5.3. S-1 Ekonomi Pembangunan 2 orang

5.4. S-1 Ekonomi Akuntansi 2 orang

5.5. S-1 Administrasi Negara 2 orang

5.6. S-1 Administrasi Bisnis 1 orang

5.7. S-1 Hukum 1 orang

5.8. S-1 Teknik Sipil 2 orang

5.9. S-1 Teknik Arsitektur 1 orang

` 5.10. S-1 Teknik Geodesi 1 orang

5.11. S-1 Teknik Informatika 1 orang

JUMLAH 17 orang

6 Strata-2 / Magister

Page 24: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

24

6.1. S-2 Magister Hukum 1 orang

6.2. S-2 Manajemen dan Rekayasa Transportasi 1 orang

6.3. S-2 Manajemen Perencanaan Kota dan Daerah

1 orang

6.4. S-2 Magister Manajemen 2 orang

6.5. S-2 Magister Teknik 1 orang

6.6. S-2 Magister Ilmu Komunikasi 1 orang

JUMLAH 7 orang

TOTAL 34 orang

Tabel 2.3.

Rekapitulasi Tenaga PNS berdasarkan Golongan Ruang.

Jumlah

No.

Pangkat/Golongan/Ruang Pegawai

Jenis Kelamin

Jenis Ketenagaan

Pria Wanita Fungsional

Non Fungsional

1. Kelompok Golongan I (satu)

I/a Juru Muda 0 0 0 0 0

I/b Juru Muda Tk.I 0 0 0 0 0

I/c Juru 0 0 0 0 0

I/d Juru Tingkat I 0 0 0 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0

2. Kelompok Golongan II(dua)

II/a Pengatur Muda 1 1 0 0 1

II/b Pengatur Muda Tk.I 2 2 0 0 2

II/c Pengatur 1 0 1 0 1

II/d Pengatur Tingkat I 4 2 2 0 4

Jumlah 8 5 3 0 8

3. Kelompok Golongan III (tiga)

III/a Penata Muda 1 1 0 0 1

III/b Penata Muda Tk.I 10 6 4 2 8

Page 25: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

25

III/c Penata 1 1 0 1 0

III/d Penata Tingkat I 5 3 2 3 2

Jumlah 17 11 6 6 11

4. Kelompok Golongan IV (empat)

IV/a Pembina 6 6 0 0 6

IV/b Pembina Tk.I 2 2 0 0 2

IV/c Pembina Utama Muda 0 0 0 0 0

IV/d Pembina Utama Madya 1 1 0 0 1

IV/e Pembina Utama 0 0 0 0 0

Jumlah 9 9 0 0 9

JUMLAH TOTAL 34 25 9 2 30

Jumlah Eselon

Eselon II.a II.b III.a IV.a Total

Jumlah

1

0

4

9

14

Tabel 2.5.

Rekapitulasi Tenaga Non PNS berdasarkan Kualifikasi Pendidikan.

No. Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1 2 3

1 Sekolah Dasar / Sederajat

1. Sekolah Dasar 0 Orang

JUMLAH 0 Orang

2 Sekolah Lanjutan Pertama

1. Sekolah Menengah Pertama 3 Orang

JUMLAH 3 Orang

3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

3.1. Sekolah Menengah Atas 5 Orang

3.2. STM – Teknik Bangunan 1 Orang

Page 26: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

26

JUMLAH 6 Orang

TOTAL 9 Orang

Tabel 2.6.

Rekapitulasi Tenaga BPBD Provinsi Kalimantan Selatan

No. Kualifikasi Jabatan Jumlah

1 2 3

1 Sekretariat

1. Kepala Badan 1 Orang

2. Sekretaris 1 Orang

3. Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan 1 Orang

4. Pengolah Data Program 2 Orang

5. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Asset 1 Orang

6. Bendahara Pengeluaran 1 Orang

7. Pembuat Daftar Gaji 1 Orang

8. Pembuat Dokumen Keuangan 1 Orang

9. Verifikator SPJ Keuangan 1 Orang

10. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 1 Orang

11. Pengadministrasi Umum 1 Orang

12. Pengelola Kepegawaian 1 Orang

13. Pengadministrasi Perjalanan dan Kendaraan Dinas 1 Orang

14. Pengemudi 1 Orang

15. Analis Kepegawaian (JFT) 1 Orang

JUMLAH 16 Orang

2 Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan

1. Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan 1 Orang

3. Kepala Sub Bidang Pencegahan 1 Orang

4. Pengolah Data Pencegahan 1 Orang

5. Fasilitator Pencegahan 1 Orang

6. Kepala Sub Bidang Kesiapsiagaan 1 Orang

Page 27: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

27

7. Penginventarisasi Kesiapsiagaan 1 Orang

8. Instruktur Kesiapsiagaan 1 Orang

JUMLAH 7 Orang

3 Bidang Kedaruratan dan Logistik

1. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik 1 Orang

2. Kepala Sub Bidang Kedaruratan 1 Orang

3. Kepala Sub Bidang Logistik 1 Orang

4. Penginventarisasi Logistik 0 Orang

JUMLAH 3 Orang

4 Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi

1. Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 1 Orang

2. Kepala Sub Bidang Rehabilitasi 1 Orang

3. Penginventarisasi Rehabilitasi 1 Orang

4. Fasilitator Rehabilitasi 0 Orang

5. Kepala Sub Bidang Rekonstruksi 1 Orang

6. Pengolah Data Rekonstruksi 1 Orang

JUMLAH 5 Orang

JUMLAH TOTAL 31 Orang

Untuk mendukung Standarisasi pelayanan sesuai Standar dan mengikuti Peraturan Badan Kepegawaian Negara ( BKN ) maka masih sangat dibutuhkan Tambahan SDM sebagai berikut :

Tabel 2.7.

Rekapitulasi Kebutuhan Tenaga BPBD Provinsi Kalimantan Selatan

No. Kualifikasi Jabatan Jumlah

1 2 3

1 Sekretariat

1. Penyusun Laporan dan Program 2 Orang

2. Operator Komputer 2 orang

3. Bendahara Penerimaan 1 Orang

4. Pengurus Barang 1 Orang

Page 28: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

28

5. Pramu Tamu 2 Orang

6. Caraka 2 Orang

7. Analis Kepegawaian ( JFT) 1 Orang

JUMLAH 11 Orang

2 Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan

1. Pengolah Data Pencegahan 2 Orang

2. Penginventarisasi Kesiapsiagaan 2 Orang

JUMLAH 4 Orang

3 Bidang Kedaruratan dan Logistik

1. Pengolah Data Kedaruratan 4 Orang

2. Pengevaluasi Korban Bencana 2 Orang

3. Penginventarisasi Logistik 2 Orang

4. Pramu Gudang 3 Orang

JUMLAH 11 Orang

4 Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi

1. Penginventarisasi Rehabilitasi 2 Orang

2. Fasilitator Rehabilitasi 2 Orang

3. Pengolah Data Rekonstruksi 2 Orang

4. Fasilitator Rekonstruksi 2 Orang

JUMLAH 8 Orang

JUMLAH TOTAL 34 Orang

2.3 . Kinerja pelayanan dan kelompok sasaran.

Page 29: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

29

Kinerja pelayanan dan kelompok sasaran dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.8.

Kinerja Pelayanan dan Kelompok Sasaran

No Jenis Pelayanan Obyek Pelayanan Kelompok Sasaran

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Penyediaan Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bencana Penyusunan Program dan Rencana kegiatan

Penyusuna rencana penanggulangan bencana Pengurangan resiko bencana/mitigasi bencana Pencegahan bencana Penetapan standar teknis penanggulangan bencana Kesiapsiagaan terhadap potensi bencana

Peringatan dini terjadinya bencana Pengkajian terhadap lokasi, kerusakan dan kerugian terjadinya bencana

Penentuan status keadaan darurat bencana

Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terkencana bencana Perlindungan terhadap kelompok rentan

Perbaikan lingkungan, sarana dan prasarana umum

1.1. Peralatan dan

perlengkapan PB 1.2. Sarana Mobilitas 2.1. Lintas Sektor 2.2. Lintas Wilayah 3.1. Lintas Sektor 3.2. Lintas Wilayah 4.1. Lintas Sektor 4.2. Lintas Wilayah 5.1. Sosialisasi 5.2. Peraturan Perundangan 6.1. Peraturan Perundangan 7.1. Himbauan dan Sosialisasi 8.1. Seruan 9.1. TRC PB 10.1. Tingkatan penanganan bencana 11.1. Pertolongan Kemanusiaan 12.1. Makan, Minum Penampungan, Kesehatan 13.1. Pelayanan Khusus 14.1. Penataan Lingkungan

1.1. Pejabat PB 1.2. Satgas PB 1.3. Korban Bencana 2.1. Pejabat PB 2.2. Satgas PB 3.1. Pejabat PB 3.2. Satgas PB 4.1. Masyarakat di lokasi Bencana 5.1. Pejabat PB 5.2. Satgas PB 6.1. Satgas PB 7.1. Satgas PB 7.2. Masyarakat 8.1. Masyarakat di lokasi rawan bencana 9.1. Dampak kerusakan 9.2. Korban jiwa 10.1. Masyarat korban Bencana 11.1. Masyarat korban Bencana 12.1. Masyarat korban Bencana 13.1. Manula, orang Cacat, balita dan Anak-anak korban bencana 14.1. Wilayah yang terkena bencana

Page 30: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

30

15.

16.

17.

18.

19.

Pemulihan sosial psikologis, sosial ekonomis dan sosial serta pelayanan kesehatan

Pemulihan fungsi pemerintahan, pelayanan publik dan keamanan dan ketertiban

Pembangunan kembali prasarana dan sarana sosial masyarakat dan keagamaan

Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat dan pengembangan partisipasi lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat Peningkatan fungsi pelayanan publik dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.

Perumahan 15.1. Pelayanan Medis 15.2. Bantuan usaha 16.1. Normalisasi Fungsi Pemerintahan 17.1. Rehab/Rekon 18.1. Partisipasi dan Kerjasama 19.1. Pelayanan prima

15.1. Korban bencana 16.1. Instansi Pemerintah Terkena bencana 17.1. Prasarana dan Sarana yang rusak 18.1. Ormas 18.2. Dunia Usaha 18.3. Masyarakat 19.1. Masyarakat 19.2. Korban Bencana

Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan BPBD Provinsi Kalsel.

Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan BPBD Provinsi Kalsel dibagi

menjadi, yaitu analisa lingkungan internal (meliputi kekuatan dan kelemahan) dan

analisa lingkungan eksternal (meliputi peluang dan ancaman) yang dapat dijabarkan

sebagai berikut :

Analisa Lingkungan Internal.

Strenght (Kekuatan).

1. Memiliki layanan unggulan dengan jenis sub spesialis yang lengkap dan didukung oleh pejabat yang berpengalaman di bidangnya masing-masing.

2. Didukung oleh Peralatan dengan teknologi canggih dan mutakhir. 3. Tersedianya peraturan perundang-undangan penanggulangan bencana; 4. Adanya koordinasi dan sinkronisasi dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana bersama sektoral dan pemerintah daerah; 5. Tersedianya mekanisme pendanaan yang lebih fleksibel bagi penyelenggaraan

penanggulanan bencana; 6. Terintegrasinya Pengurangan Risiko Bencana dalam Rencana Tata Ruang; 7. Pengalaman penanganan bencana diberbagai tempat di Provinsi Kalimantan

Selatan dapat menjadi referensi bagi kegiatan penyelenggaraan penanganan bencana yang lebih baik;

8. Tersedianya perangkat Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) untuk mendukung penyediaan data dan informasi penanggulangan bencana.

9. Tersedianya Fasilitas Pelatihan Penanggulangan Bencana;

Weakness (Kelemahan).

Page 31: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

31

1) Belum terintegrasinya pengurangan risiko bencana dalam implementasi rencana pembangunan secara efektif dan komperhensif;

2) Belum tersedianya prosedur operasional standar penyelenggaraan penanggulangan bencana yang memadai;

3) Keterbatasan kajian risiko bencana dan peta risiko bencana sampai tingkat kabupaten/kota yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan analisa spasial;

4) Basis data yang tidak termutakhirkan dan teradministrasi secara reguler; 5) Belum optimalnya koordinasi pelaksanaan penanggulangan bencana; 6) Kurang tersedianya anggaran yang memadai dalam rangka penanggulangan

bencana; 7) Masih tingginya ketergantungan daerah terhadap bantuan pendanaan kepada

pemerintah pusat; 8) Keterbatasan jumlah sumberdaya manusia; 9) Masih terbatasnya sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana. 10) Keterbatasan jaringan informasi dan komunikasi yang efektif dalam penyebaran

informasi kebencanaan kepada masyarakat; 11) Sistem informasi dan komunikasi kebencanaan belum terbangun secara terpadu

dan terintegrasi; 12) Pemeliharaan Peralatan belum terjadwal dengan baik sehingga pemanfaatannya

belum maksimal.

13) Belum optimalnya pelaksanaan pelayanan yang sesuai dengan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) dan Standar Operasional Prosedure (SOP).

14) Belum terbangunnya jiwa intrepreunership dan budaya melayani pada karyawan

dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean.

15) Alokasi anggaran yang masih belum mencukupi 16) Penyusunan program dilaksanakan per sektor dan tidak terpadu

17) Adanya ego sektoral 18) Pimpinan dan pelaksana mempunyai tipe tersendiri untuk dalam mengelola

administrasi 19) Bagian kepegawaian belum memahami secara baik peraturan kepegawaian

20) Penyusunan rencana melibatkan semua pihak terkait 21) Kurang antisipasi dan masih rendah tingkat sadar bencana 22) Pemahaman dan persepsi kebencanaan yang masih kurang 23) Pemahaman standar teknis PB masih kurang dipahami 24) Masyarakat enggan meninggalkan tempat tinggalnya yang terdampak Bencana. 25) Kejadian bencana terjadi begitu cepat dan mendadak

26) Lokasi bencana yang sulit dijangkau 27) Diperlukan waktu dan kerja keras untuk mengumpulkan data dan informasi 28) Korban bencana terkadang kurang peduli atas keselamatan jiwanya 29) Terkendala sarana transportasi ke lokasi bencana dan data jumlah bencana 30) Masyarakat korban bencana sibuk menolong diri sendiri dan kurang

menghiraukan kelompok rentan. 31) Memerlukan dana yang banyak dan kajian teknis lapangan

32) Jangka waktu pelayanan kesehatan yang terbatas bagi korban bencana 33) Aparatur pemerintah terkadang turut serta menjadi korban bencana

Page 32: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

32

34) Tidak ada jaminan penggantian kerugian harta benda dan kalaupun ada bantuan hanya bersifat sementara

Analisa Lingkungan Eksternal.

Oppurtunity (Peluang).

1. Memiliki layanan unggulan dengan jenis sub spesialis yang lengkap dan didukung oleh pejabat yang berpengalaman di bidangnya masing-masing.

2. Didukung oleh Peralatan dengan teknologi canggih dan mutakhir. 3. Adanya dukungan bantuan dari organisasi kemasyarakatan yang peduli terhadap

kebencanaan 4. Pedoman dan arahan kebijakan nasional penyelenggaraan PB 5. Instansi terkait PB saling mendukung dan menfasilitasi PB 6. Adanya landasan hukum penyelengaraan penanganan bencana sudah tersedia

dengan terbitnya UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana; 7. Dukungan dari Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; 8. Adanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pada setiap pemerintah

Kabupaten/Kota sebagai mitra kerja BPBD Provinsi sehingga memungkinkan pembangunan di bidang kebencanaan dapat dilaksanakan lebih terpadu dan menjangkau wilayah Kalimantan Selatan secara merata;

9. Kemitraan DPRD Provinsi dengan BPBD Provinsi dalam mendukung peningkatan kinerja penanggulangan bencana;

10. Terbangunnya kerjasama antar lembaga melalui nota kesepahaman sebagai komitmen untuk mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana;

11. Terbentuknya forum-forum pengurangan risiko bencana; 12. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam upaya

pengurangan risiko bencana dan penanganan bencana; 13. Nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan masih relatif kuat dipegang oleh

masyarakat; 14. Pesatnya perkembangan teknologi untuk menunjang kegiatan di bidang

kebencanaan yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi risiko-risiko bencana; 15. Adanya peran serta masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat/Lembaga –

lembaga Non-Pemerintah baik nasional maupun internasional dalam penanggulangan bencana.

Threats (Ancaman).

1) Luasnya cakupan wilayah penanganan penanggulangan kebencanaan dengan kondisi geografis dan jenis potensi bencana yang beragam.

2) Adanya perubahan iklim global yang berpotensi meningkatkan intensitas kejadian bencana alam di dunia;

3) Meningkatnya jenis, intensitas dan skala bencana, antara lain:

Page 33: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

33

Gerakan tanah (tanah longsor),

Banjir dan tanah longsor,

Kekeringan,

Angin puting beliung,

Cuaca ekstrim,

Gelombang ekstrim dan abrasi,

Kebakaran hutan dan lahan,

Epidemi dan wabah penyakit, serta

Bencana yang timbul akibat kegagalan teknologi 4) Banyak daerah yang memiliki tingkat risiko bencana yang tinggi; 5) Penyusunan regulasi, pedoman, dan standar sesuai dengan amanat peraturan

perundang-undangan bidang penanggulangan bencana; 6) Keterbatasan alokasi anggaran untuk penyelenggaraan penanggulangan

bencana; 7) Keberadaan BPBD secara kuantitas sudah cukup memadai, namun secara

kualitas kelembagaan baik personil, sarana dan prasarana maupun anggaran masih sangat terbatas sehingga perlu terus ditingkatkan;

8) Penjabaran kebijakan nasional kedalam kebijakan daerah masih terbatas; 9) Masih terdapat keterbatasan kebijakan penanggulangan bencana di daerah; 10) Upaya untuk terus meningkatkan pemahaman, kesadaran dan partisipasi

masyarakat dalam penanggulangan bencana; 11) Keterbatasan sarana dan prasarana komunikasi dan sistem informasi di daerah

mengakibatkan terhambatnya kecepatan penyebaraluasan data dan informasi Pusat – daerah.

12) Pemeliharaan Peralatan belum terjadwal dengan baik sehingga pemanfaatannya

belum maksimal.

13) Belum optimalnya pelaksanaan pelayanan yang sesuai dengan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) dan Standar Operasional Prosedure (SOP).

14) Belum terbangunnya jiwa intrepreunership dan budaya melayani pada karyawan

dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean.

Tabel 14. Per hitungan bobot setiap faktor penghambat atau pendorong dalam Penanganan Bencana.

No Faktor Penghambat atau

Pendorong

Bobot Kriteria

Nilai Total 1

(skor 6)

2 (skor

5)

3 (skor

4)

4 (skor

3)

5 (skor

2)

6 (skor

1)

I.

Faktor Penghambat 1. Alokasi anggaran yang

masih belum mencukupi 2. Penyusunan program

dilaksanakan per sektor

30

30

25

25

20

20

9

15

4

10

2

4

90

104

Page 34: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

34

dan tidak terpadu

3. Adanya ego sektoral 4. Pimpinan dan pelaksana

mempunyai tipe tersendiri untuk dalam mengelola administrasi

5. Bagian kepegawaian belum memahami secara baik peraturan kepegawaian

6. Penyusunan rencana melibatkan semua pihak terkait

7. Kurang antisipasi dan masih rendah tingkat sadar bencana

8. Pemahaman dan persepsi kebencanaan yang masih kurang

9. Pemahaman standar teknis PB masih kurang dipahami

10. Masyarakat enggan meninggalkan tempat tinggalnya

11. Kejadian bencana terjadi begitu cepat dan mendadak

12. Lokasi bencana yang sulit dijangkau

13. Diperlukan waktu dan kerja keras untuk kumpul data dan informasi

14. Korban bencana terkadang kurang peduli keselamatan jiwanya

15. Terkendala sarana transportasi ke lokasi bencana dan data jumlah bencana

16. Masyarakat korban bencana sibuk menolong diri sendiri dan kurang menghiraukan kelompok rentang

17. Memerlukan dana yang banyak dan kajian teknis lapangan

18. Jangka waktu pelayanan kesehatan yang terbatas bagi korban bencana

19. Aparatur pemerintah terkadang menjadi korban bencana

30 6

24

30

30

30

24

24

30

30

25

30

30

18

30

18

18

25 5

20

25

25

25

25

20

25

25

20

25

25

20

25

20

15

20 4

12

20

20

20

20

16

20

20

16

20

20

12

20

16

12

12 3

6

12

15

15

15

12

15

15

9

15

15

9

9

9

9

10 2

2

4

10

10

10

6

10

10

8

10

10

4

4

4

6

4 1

1

2

5

5

5

3

5

5

3

5

5

2

2

2

2

91 21

65

93

105

105

99

81

105

105

81

105

105

65

90

79

62

Page 35: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

35

II.

20. Tidak ada jaminan penggantian kerugian harta benda dan bantuan hanya bersifat sementara

21. Pembenahan dan pengaturan tugas kedinasan

Faktor Pendorong 16. UU No 24/ 2007 17. PP 21, 22, 23 Tahun 2008 18. Perda No 22/ 2008 19. Adanya dukungan bantuan

dari organisasi kemasya- rakatan kebencanaan

20. Pedoman dan arahan kebijakan nasional penyelenggaraan PB

21. Instansi terkait PB saling mendukung dan menfasilitasi PB

22. Pergub tentang tata naskah dinas resmi dilaksanakan dan ditaati setiap instansi

23. Pelaksanaan bimbingan teknis kepegawaian

24. Kejadian bencana yang semakin meningkat

25. Paradigma baru PB mengutamakan pencegahan bencana

26. Perlunya penyiapan segala peralatan dan perlengkapan PB

27. Pemanfaatan tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam peringatan dini

28. Bantuan informasi oleh korban bencana dan aparat pemda setempat

29. Perlunya TRC PB dilatih keahlian dan dilengkapi peralatan perlengkapan

30. Aparat desa bersama masyarakat bergotong royong mendistri-busikan bantuan

31. Satgas PB sudah diajarkan untuk memprioritaskan perlindungan terhadap kelompok rentang

32. Dana bantuan dari pemerintah dan

12

18

30 30 30 24

30

30

18

24

30

30

30

24

24

30

30

30

30

10

15

25 25 25 20

25

20

15

20

25

25

25

20

20

25

20

20

25

8

12

20 20 20 16

20

16

12

16

20

20

20

16

16

20

20

20

20

6

9

15 15 15 12

15

12

9

12

15

15

15

12

12

15

15

15

9

4

6

10 10 10 8

10

8

6

8

10

10

10

8

8

10

10

10

4

2

3

4 4 4 2

4

4

2

2

5

5

5

4

4

5

5

5

2

42

63

104 104 104 82

104

90

62

82

105

105

105

84

84

105

100

100

90

Page 36: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

36

masyarakat 33. Puskesmas dan RS

setempat 34. Kepastian perbaikan oleh

pemerintah

35. Dana bantuan dari pemerintah dan masyarakat

36. Saling menolong dengan asas rasa kemanusiaan dan persaudaraan

37. Perhatian, arah dan dukungan Pemda

30

30

30

30

30

25

25

25

25

20

20

20

20

20

20

9

9

15

15

9

4

4

10

10

4

2

2

5

5

2

90

90

105

105

90

Tabel 13.

Uraian Kriteria Penentuan Isu-Isu Strategis

Kriteria yang digunakan untuk menentukan isu-isu strategis terdiri dari 6 jenis, yaitu : o Kriteria 1 = Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap

pencapaian sasaran pembangunan nasional; o Kriteria 2 = Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah; o kriteria 3 = Dampak yang ditimbulkannya terhadap publik; o kriteria 4 = Memiliki daya ungkit untuk pembangunan daerah; o kriteria 5 = Kemungkinan atau kemudahannya untuk ditangani; o kriteria 6 = Janji politik KDH dan Wakil KDH terpilih yang perlu diwujudkan.

No Kriteria* Skor**

1.

2.

3.

4.

5.

Memiliki pengaruh yang besar/ signifikan terhadap pelayanan publik dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah daerah

Merupakan tugas dan tanggung jawab SKPD

Sejalan dengan isi-isu strategis pembangunan jangka menengah daerah

Kemungkinan/kemudahan untuk ditangani

Memiliki daya ungkit untuk pencapaian visi misi kepala daerah

5

4

3

2

1

Keterangan:

* = urutan dan jumlah kriteria dapat disesuaikan dengan kebutuhan

**= pengisian skor dilakukan secara berurut mulai dari skor tertinggi sampai dengan skor terendah

Page 37: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

37

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

3.1. Identifikasi Permasalahan.

Berdasarkan hasil kajian dan Survey yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dituangkan dalam Buku Index Resiko Indonesia ( IRBI ) edisi Tahun 2013 bahwa Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai Daerah Resiko Tinggi terhadap Bencana di Indonesia, yaitu berada di urutan ke-22 dari 34 Provinsi di Indonesia dengan skor 152. Sedangkan untuk Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan juga mempunyai Daerah Resiko Tinggi terhadap Bencana di Indonesia, yaitu :

No. Nama Kabupaten/Kota Skor Index Resiko

Bencana Urutan Resiko

Bencana di Indonesia

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13.

Kabupaten Kota Baru Kabupaten Barito Kuala Kabupaten Tanah Laut Kabupaten Banjar Kabupaten Tanah Bumbu Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kabupaten Tabalong Kabupaten Balangan Kabupaten Tapin Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara Kota Banjarbaru Kota Banjarmasin

205,2 190 178

176,4 155,6 152,4 152,4 147,2 140,4 140,4 128,4 108 96,4

Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

39 77

135 139 248 282 283 310 339 340 394 461 476

3.1.1. Kondisi kebencanaan di Kalsel

Kalimantan Selatan memiliki beberapa wilayah yang rawan bencana, baik bencana alam maupun bencana yang disebabkan oleh ulah manusia. Bencana itu terdiri dari banjir, angin puting beliung, kebakaran hutan, kerusakan lingkungan, hutan gundul, kebakaran, tanah longsor, wabah demam berdarah dengue, malaria, diare, konflik, dan lainnya. Bencana dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi geografis, geologis, iklim maupun faktor-faktor lain seperti keragaman sosial, budaya dan politik.

Kejadian bencana di Kalimantan Selatan terus meningkat dari tahun ke tahun. Data bencana sampai saat ini menyebutkan bahwa tahun 2014 telah terjadi bencana sebanyak 839 kejadian, dengan perincian bencana banjir 16 kejadian,

Page 38: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

38

tanah longsor 4 kejadian dan angin ribut 34 kejadian, kebakaran sebanyak 790 kejadian dan paling sering terjadi di Kota Banjarmasin sebanyak 66 kejadian, sedangkan yang terendah di Kab. Tanah Bumbu dan Balangan sebanyak 2 kejadian. Selain itu juga merebaknya bahaya demam berdarah dengue, malaria, busung lapar, HIV/Aids, narkoba, dan lainnya. Belum bencana yang diakibatkan oleh kondisi udara yang melebihi ambang batas sebagai akibat debu-debu batubara terutama di kawasan-kawasan pertambangan, pemukiman, dan jalan raya tertentu. Angkutan-angkutan hasil pertambangan, seperti batubara, biji besi yang melalui jalan raya dan juga sebagian pemukiman masyarakat, menjadi potensi terjadinya konflik karena masyarakat yang dilalui angkutan tersebut kadang tidak menerima manfaat, justru dampak negatifnya seperti kemacetan, debu yang melebihi ambang batas, dan lainnya.

3.1.2. Banjir

Banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun di Kalimantan Selatan terutama pada musim hujan. Berdasarkan kondisi morfologinya, bencana banjir disebabkan oleh meluapnya aliran sungai yang sangat bervariasi dan banyaknya sungai yang mengalir di antaranya. Banjir di Kalimantan Selatan pada umumnya terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Tapin, Banjar, Tanah Laut dan Tanah Bumbu yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Kalimantan Selatan lainnya. Populasi penduduk Kalimantan Selatan yang semakin padat dengan sendirinya membutuhkan ruang yang memadai untuk kegiatan penunjang hidup yang semakin meningkat. Secara tidak langsung hal ini merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya banjir. Penebangan hutan yang tidak terkontrol dan usaha pertambangan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dapat menyebabkan peningkatan aliran air permukaan yang tinggi dan tidak terkendali sehingga terjadi kerusakan lingkungan di daerah satuan wilayah sungai.

3.1.3. Tanah Longsor

Bencana tanah longsor di Kalimantan Selatan banyak terjadi di daerah yang memiliki derajat kemiringan lereng tinggi. Bencana ini umumnya terjadi pada saat curah hujan tinggi. Berdasarkan catatan kejadian bencana, daerah yang sangat rawan terjadi bencana longsor adalah di jalan raya melintas pegunungan seperti : Jalan Kandangan ke Batulicin, yaitu Kecamatan Loksado (Kabupaten Hulu Singan Selatan), Kecamatan Batu Ampar (Kabupaten Tapin), Kecamatan Paramasan (Kabupaten Banjar) dan Kecamatan Mantewe (Kabupaten Tanah Bumbu). Begitu juga jalan antara Tanjung melintas Kecamatan Jaro (Kabupaten Tabalong) ke Balikpapan, dan jalan pegunungan di Kecamatan Batang Alai Timur dan Kecamatan Hantakan di kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Page 39: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

39

Hampir sebagian besar tanah di daerah tropis bersifat mudah longsor karena tingkat pelapukan batuan di daerah ini sangat tinggi dan komposisi tanah secara fisik didominasi oleh material lepas dan berlapis serta potensial longsor. Kestabilan tanah ini sangat dipengaruhi oleh kerusakan hutan penyangga yang ada di Kalimantan Selatan . Karena banyaknya penambangan batu bara.

3.1.4. Kekeringan

Kekeringan sering pula melanda Kalimantan Selatan, sehingga menyulitkan untuk memperoleh air bersih, Kekeringan juga mengakibatkan terjadinya kebakaran lahan dan hutan, rusaknya produksi pertanian khususnya beras yang jadi kebutuhan pokok masyarakat. Bila terjadi kekeringan maka suplai air untuk PLN menjadi sulit dan biaya tinggi.

3.1.5. Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk bencana yang sering terjadi. Kebakaran hutan menimbulkan dampak negatif cukup besar dalam hal kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, menurunnya kesehatan masyarakat dan terganggunya transportasi darat, sungai, danau, laut dan udara.Kebakaran hutan yang cukup besar terjadi di Kalimantan Selatan pada tahun 1997-1998 dan tahun 2006 di Kabupaten. Asap yang ditimbulkan bahkan meluas sampai ke negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Kondisi litologi daratan Kalimantan Selatan yang terbakar pada umumnya mengandung gambut. Gambut menjadi mudah terbakar akibat pembukaan lahan yang tidak terkendali.

Selain itu, kebakaran pemukiman juga sering terjadi terlebih di Kota Banjarmasin sehingga sangat besar merugikan masyarakat. Sering padamnya listrik menjadi salah satu penyebab terjadinya sebakaran.

Kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor alam maupun kegiatan manusia seperti pembukaan lahan. Tingkat kesejahteraan dan pendidikan masyarakat di sekitar hutan yang masih rendah merupakan faktor yang dapat turut menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan lebih diperparah lagi oleh banyaknya pengusaha/pemegang hak pengusahaan hutan yang melakukan penebangan kayu tanpa mengindahkan peraturan dan lingkungan.

3.1.6. Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa

Page 40: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

40

Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di suatu daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi/wabah/KLB dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di Kalimantan Selatan dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang banyak menimbulkan korban jiwa. Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim, makanan dan pola hidup masyarakat yang salah merupakan beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya bencana ini.

3.1.7. Kerusuhan Sosial

Kondisi sosial budaya masyarakat Kalimantan Selatan yang terdiri dari beraneka ragam suku, ras, golongan, bahasa, agama dan etnis merupakan salah satu aset daerah yang bernilai tinggi sekaligus merupakan kondisi yang sangat rawan. Kondisi ini sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan tertentu untuk memulai terjadinya konflik. Kerawanan terhadap konflik dalam masyarakat Kalimantan Selatan diperburuk dengan adanya kesenjangan ekonomi dalam masyarakat serta rendahnya kualitas pendidikan masyarakat. Hal ini juga terkait dengan menurunnya rasa nasionalisme dalam masyarakat. Tahun 1997 terjadi konflik vertikal dan horizontal di beberapa daerah di wilayah Kalimantan yang ditandai dengan timbulnya kerusuhan sosial, misalnya di Kabupaten Sambas dan Ketapang (Provinsi Kalimantan Barat), Kabupaten Kotawaringin Timur Kota Sampit Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur. Kerusuhan sosial ini telah mengakibatkan lebih dari ratusan ribu jiwa di empat provinsi di Kalimantan terpaksa meninggalkan kediamannya. Meskipun saat ini masalah pengungsi sebagian besar telah teratasi, potensi berulangnya bencana ini akibat konflik sosial baru bisa sewaktu-waktu terjadi. Kesiapan dan kewaspadaan perlu untuk dapat mengurangi terjadinya risiko tersebut.

3.1.8. Kebakaran

Provinsi Kalimantan Selatan pada umumnya sering terjadi kebakaran dikarenakan pada umumnya bangunan yang ada terbuat dari bahan kayu, sehingga rawan sekali akan terjadi kebakaran pada umumnya dimusim kemarau dan adanya pemadaman listrik secara bergilir.

Sedangkan untuk mengantisipasi hal tersebut di atas pemerintah daerah maupun swasta/masyarakat mengadakan suatu wadah organisasi barisan pemadam kebakaran yang tersebar pada setiap kabupaten/kota se Kalimantan Selatan.

Page 41: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

41

3.1.9. Abrasi Pantai dan Gelombang Pasang Laut

Abrasi pantai yang sering terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan adalah di daerah pantai seperti di Kabupaten Banjar Kecamatan Aluh-Aluh Desa Bakambat, di Kabupaten Tanah Laut Kecamatan Jorong; Desa Muara Asam-Asam dan Pantai Harapan, Kecamatan Kurau; Desa Bawah Layung dan Sungai Bakau, Kecamatan Takisung; Pantai Takisung.

Di Kabupaten Tanah Bumbu juga sering terkena bencana abrasi pantai, seperti di Kecamatan Kusan Hilir Desa Sungai Lembu, sedangkan di Kabupaten Kotabaru Kecamatan Pamukan Selatan, Pulau Laut Selatan dan Pulau Laut Barat.

Abrasi pantai pada umumnya terjadi diakibatkan oleh tingginya air laut angin yang sangat kencang, dan juga adanya perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim penghujan sering terjadi pada bulan oktober-nopember-dan desember.

3.1.10 Badai Angin

Badai angin sering terjadi pada bulan oktober sampai dengan bulan april terutama pada daerah persawahan terbuka seperti di daerah Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara karena di Kabupaten ini masih banyak lahan terbuka sehingga angin badai sering terjadi. Disamping itu angin badai juga sering terjadi di daerah tepian sungai sungai Barito dan tepian Laut Jawa. Frekuensi kejadiannya cukup tinggi tercatat 15 kejadian pada tahun 2007 dan 22 kejadian pada tahun 2008, serta pada tahun 2009 terjadi sebanyak 34 kali kejadian.

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program KDH dan Wakil KDH. Visi Pembangunan dalam lima tahun kedepan yang merupakan Visi Kepala Daerah terpilih yang ditetapkan sebagai visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan) Tahun 2016 – 2021 yaitu: “KALSEL MAPAN (MANDIRI DAN TERDEPAN) LEBIH SEJAHTERA, BERKEADILAN, BERDIKARI DAN BERDAYA SAING”. Mapan yang terdiri atas 2 (dua) unsur, yaitu MANDIRI dan TERDEPAN, yang mengandung pengertian: 1. MANDIRI: Adalah terwujudnya kemampuan atau keberdayaan yang dapat

membangun, dan memelihara kelangsungan hidup, berlandaskan kekuatannya sendiri. Upaya peningkatan kesejahteraan rakyat haruslah dijalankan bersamaan dengan peningkatan kemandirian baik secara ekonomi dan sosial, yang dapat dilihat

Page 42: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

42

a.l.: Kemandirian dari segi pembiayaan pembangunan, Kemandirian dari segi ketahanan pangan, Kemandirian dari segi ketahanan energi.

2. TERDEPAN, Kata terdepan mempunyai arti paling muka, paling depan, terdahulu atau utama. Kata ini menunjukkan semangat bagaimana Kalsel yang selama ini di anomimkan dengan kata (kalah selalu), untuk bangkit menjadi salah satu provinsi termaju di regional Kalimantan, bahkan juga tentunya di harapkan secara nasional. Untuk ini diperlukan adanya semangat dan kerja yang luar biasa, dari seluruh komponen aparat pemerintah daerah, serta seluruh komponen masyarakat lainnya untuk secara bersama-sama mendukung. Terdepan dapat diartikan dan dilihat dengan tingkat pencapaian indikator-indikator pembangunan daerah yang dapat diraih minimal mendekati rata-rata nasional, dan bahkan diharapkan kedepannya bisa berada di atas rata-rata nasional.

Selanjutnya untuk mendukung Kalimantan Selatan yang Mapan (Mandiri dan Terdepan) dimaksud, terdapat lima elemen utama pembangunan yaitu aspek berdikari, aspek berdaya saing, aspek sejahtera, aspek berkeadilan, dan aspek berkelanjutan. Penjelasan dari masing-masing elemen adalah sebagai berikut: 1. Berdikari

Berdikari merupakan kemampuan daerah untuk dapat melaksanakan dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya, terutama dalam hal penyediaan kebutuhan pangan, energi, air bersih, serta pendidikan, kesehatan. Peningkatan kemandirian dapat diwujudkan oleh pemerintah provinsi dengan berbagai program pembangunan daerah untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Sampai saat ini kemiskinan dan pengangguran adalah hal yang berhubungan langsung dengan masalah pembangunan. Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, pemerintah harus mengembangkan sektor yang padat karya dengan tujuan untuk meningkatkan dan memeratakan pendapatan masyarakat dengan alat ukur Mandiri Pengangguran (TPT), kemiskinan (jumlah dan tingkat kemiskinan) dan pemerataan pembangunan (Gini Rasio).

2. Berdaya Saing Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal. Provinsi Kalimantan Selatan pada periode ketiga RPJPD ingin mengembangkan tentang agrobisnis, hal ini dikarenakan Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu lumbung padi Nasional. Agrobisnis merupakan bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir. Agrobisnis terbagi dalam dua bidang yaitu peternakan dan budidaya. Di bidang peternakan misalnya, terdapat hewan-hewan yang bisa diambil manfaatnya, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, itik, bebek dan lain-lain. Sementara pada bidang budidaya, banyak jenis tanaman pangan yang dapat dibudidayakan, seperti durian, jeruk, rambutan, pepaya, dan lain-lain. Upaya pengembangan usaha pertanian dan turunannya

Page 43: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

43

berorientasi pada peningkatan produktivitas, kreatifitas dan inovatif, dengan memanfaatkan teknologi dan kualitas SDM masyarakat dalam mengelola sumber daya alam yang diukur dari pengeluaran konsumsi rumah tangga baik pangan dan non pangan.

3. Berkeadilan Tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera yang merata, materil dan spiritual berdasarkan Pancasila. Dikarenakan pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan masih terpusat di kota Banjarmasin, maka pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan belum dapat dikatakan berkeadilan bagi seluruh masyarakat Povinsi Kalimantan Selatan. untuk itu wilayah lainnya juga perlu dikembanangkan eselanjutnya walaupun sektor pertanian mendominasi roda perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan. Tetapi sektor lainnya tetap juga dikembangkan agar dapat menyerap tenaga kerja dan berperan serta dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, yang ditunjang dengan Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di semua bidang pembangunan

4. Lebih Sejahtera Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama di dalam pembangunan. Pemerintah didalam setiap implementasi kebijakan selalu menjadikan kesejahteraan sebagai tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa indikator yang bisa dijadikan landasan bahwa kesejahteraan masyarakat mengalami penurunan. Indikator tersebut adalah terjadi perlambatan tingkat pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat Inflasi terutama untuk kelompok makanan, gagalnya kebijakan dan program pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat akibat ditundanya atau dihilangkannya program sosial.

5. Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Hal tersebut diatas terkandung dua gagasan penting yaitu gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial kaum miskin yang harus diberi prioritas utama dan gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebututuhan kini dan hari depan.

Untuk mewujudkan visi pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan tersebut, ditempuh dengan melaksanakan misi sebagai berikut : 1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia Yang Agamis, Sehat, Cerdas Dan

Terampil;

2. Mewujudkan Tata kelola Pemerintahan Yang Professional Dan Berorientasi Pada Pelayanan Publik;

Page 44: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

44

3. Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah Yang Berbasiskan Kearifan Lokal;

4. Mengembangkan Infrastruktur Wilayah Yang Mendukung Percepatan Pengem-bangan Ekonomi Dan Sosial Budaya;

5. Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Yang Berbasis Sumberdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan.

Penjelasan masing-masing dari misi di atas diuraikan sebagai berikut: 1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia Yang Agamis, Sehat, Cerdas Dan

Terampil

Keberhasilan suatu bangsa atau daerah terkait dengan keunggulan sumber daya manusia. Perkembangan teknologi saat ini menuntut adanya kesiapan masyarakat untuk menerima dan mengadaptasi perubahan secara global, sehingga masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan harus mampu memanfaatkan kemajuan-kemajuan dari hasil implikasi langsung perkembangan teknologi. Untuk itu, upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Provinsi Kalimantan Selatan yang mandiri dan berdaya saing tinggi serta memiliki akhlak mulia menjadi misi yang tidak terpisahkan dari pembangunan daerah di tengah kemajuan teknologi saat ini. Kemandirian merupakan salah satu indikasi dan kriteria manusia unggul, sedangkan ketaqwaan merupakan salah satu indikasi dan kriteria manusia agamis.

2. Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan Yang Professional Dan Berorientasi

Pada Pelayanan Publik

Birokrasi pemerintahan daerah tidak hanya menitikberatkan kepada kualitas atau kinerja aparatur, namun juga kepada kelembagaan dan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah daerah yang ditopang oleh aparatur dengan kinerja baik, bertanggung jawab, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, diharapkan mampu menciptakan pemerintahan yang bersih, transparan, profesional, dan efektif dalam menjalankan tugasnya. Kondisi ini diharapkan mampu menjamin kinerja pemerintah dalam menciptakan pelayanan publik yang prima serta menciptakan kepastian hukum dan akuntabilitas publik. Dalam melakukan reformasi birokrasi, pemerintah melakukan pembenahan sistem birokrasi, mulai dari penataan kewenangan, prosedur operasi standar, kerjasama, sinergi, dan integrasi organisasi, serta penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Disamping itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan juga melakukan pembenahan manajemen kepegawaian, serta upaya-upaya terobosan guna meningkatkan kapasitas, mutu, dan kinerja aparatur pemerintah provinsi.

3. Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah Yang Berbasiskan Kearifan Lokal

Page 45: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

45

Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Kalimantan Selatan sebagai Provinsi yang masih memegang teguh kearifan lokal sebagai identitas wilayah, kiranya perlu mengembangkan kebudayaan wilayah sehingga menjadi destinasi yang menarik. Walaupun ada upaya pewarisan kearifan lokal dari generasi ke generasi, tidak ada jaminan bahwa kearifan lokal akan tetap kukuh menghadapi globalisasi yang menawarkan gaya hidup yang makin pragmatis dan konsumtif. Kearifan lokal yang menuntun masyarakat kedalam hal pencapaian kemajuan dan keunggulan, etos kerja, serta keseimbangan dan keharmonisan alam dan sosial. Dalam hal keharmonisan sosial dan budaya, hampir semua budaya di Indonesia mengenal prinsip gotong royong dan toleransi.

4. Mengembangkan Infrastruktur Wilayah Yang Mendukung Percepatan Pengem-bangan Ekonomi Dan Sosial Budaya

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat. Provinsi Kalimantan Selatan dalam perkembangannya perlu mendukung percepatan pengembangan ekonomi dan sosial budaya dengan membangun infrastruktur wilayah yang merata dan berkeadilan.

5. Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Yang Berbasis Sumberdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan

Ketimpangan pembangunan antar wilayah sering terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah dan memiliki dampak langsung pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk melihat kesenjangan pendapatan penduduk adalah Rasio Gini, dengan analisis semakin mendekati angka 1 nilai rasio, maka semakin tidak merata pendapatan penduduknya. Pengembangan kemandirian ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan merupakan konsep dasar yang akan menunjang pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan daya saing dan sumber daya yang dimiliki. Pengembangan dan pembangunan kawasan jasa dan perdagangan menjadi salah satu upaya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup serta memperkecil ketimpangan kesejahteraan antar wilayah di Provinsi Kalimantan Selatan. Kualitas lingkungan hidup merupakan keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung secara optimal bagi kelangsungan hidup manusia di suatu wilayah yang diukur dengan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) berdasarkan tiga kriteria, yakni kualitas air, kualitas udara, dan luas tutupan lahan.

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra BPBD Provinsi Kalsel.

Page 46: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

46

Sesuai arah tujuan Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) yang tertuang dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) diarahkan

untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan

menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan

sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus

meningkat. RPJMN 2015-2019 disusun sebagai penjabaran Visi, Misi, dan Agenda

Pembangunan (Nawacita) Presiden terpilih.

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi

dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-

2019 adalah:

TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN

BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan Nasional yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang

kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan

kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara

hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara

maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat

secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, ,

dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA,

yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa

aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang

bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

Page 47: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

47

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga

bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis

ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Sejalan dengan Visi dan Misi serta tujuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) sebagaimana tersebut diatas, maka Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi

Kalimantan Selatan terus berbenah agar dapat memberikan pelayanan yang professional

pada masyarakat terdampak Bencana, dimana hal ini merupakan salah satu sasaran pada

misi ketiga sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Kalimantan Selatan Tahun 2016-2021,

yaitu “Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah yang berbasiskan Kearifan Lokal” untuk

itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan mencanangkan

Program dan kegiatan tahun 2016-2021, yang dapat menjabarkan tujuan dan sasaran dari

visi dan misi Pembangunan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

Secara umum pembangunan kebencanaan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Kalimantan Selatan untuk memberikan andil dalam misi ke-tiga Pemerintah Provinsi

Kalimantan Selatan “Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah yang berbasiskan Kearifan

Lokal” antara lain dengan menciptakan rasa aman kepada masyarakat terhadap ancaman

bencana antara lain dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam Ketentraman,

Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat.

Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat dan pendorong pelayanan Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan terhadap pencapaian visi, misi

dengan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah sebagai berikut :

Faktor Pendorong atau Faktor Penghambat Pelaksanaan Pelayanan Publik SKPD terhadap pencapaian Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Visi : “ Kalsel Mandiri dan Terdepan (Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Berdikari dan Berdaya Saing)

Misi dan Program KDH dan Wakil Kepala

Daerah

Permasalahan Pelaksanaan Tugas dan

Fungsi BPBD

Sebagai Faktor

Penghambat Pendorong

Misi 3 : Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah yang berbasiskan Kearifan Lokal. Program : 1. Program

1.Masih kurangnya jumlah dan jenis sarana dan prasarana. 2. Belum terintegrasinya perencanaan program secara lintas sektor dan lintas wilayah. 3. Instansi terkait PB

1. Kurang optimalnya

komitmen dan SDM.

2. Alokasi anggaran yang masih belum mencukupi

3. Kurang antisipasi dan masih rendah

1. Adanya dukungan

bantuan dari organisasi kemasyaraka-tan peduli kebencanaan.

2. Paradigma baru PB mengutamakan pengurangan resiko

Page 48: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

48

pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam

2. Program perencanaan pemba-ngunan daerah rawan bencana

3. Program pelayanan adminis-trasi perkantoran

4. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

5. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

6. Program Peningkatan Pengem-bangan Sistem Pelaporan Pencapaian Kinerja dan Keuangan.

jarang saling mengkonsultasikan usulan anggaran kebencanaan 4. Penyusunan rencana PB pemerintah daerah belum disusun karena buku petunjuk dari BNPB baru terbit 5. Paradigma lama, bencana baru diurusi setelah terjadi bencana 6. Program dan kegiatan PB oleh instansi dan ormas lebih terfokus pada upaya tanggap darurat bencana 7. Terabaikan memprio-ritaskan keselamatan dan pelayanan kepada manula, balita, dan orang cacat 8. Seruan dan himbauan peringatan ancaman bencana kurang direspon 9. Peringatan dini bencana belum optimal disampaikan secara cepat kepada masyarakat di lokasi bencana

tingkat sadar bencana

4. Pemahaman dan persepsi kebencanaan yang masih kurang

5. Kejadian bencana terjadi begitu cepat dan mendadak

bencana 3. Pemanfaatan tokoh

masyarakat dan tokoh adat dalam peringatan dini terhadap ancaman bencana.

4. Aparat desa bersama masyarakat bergotong royong mendistri-busikan bantuan

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

Setiap pembangunan haruslah berwawasan tata ruang wilayah dan lingkungan

hidup, tidak terkecuali pembangunan di bidang Kebencanaan yang dilaksanakan oleh

BPBD Provinsi Kalimantan Selatan.

Pembangunan di bidang Kebencanaan yang dilaksanakan oleh BPBD Provinsi

Kalimantan Selatan telah melakukan telaahan terhadap tata ruang wilayah dan telah

dilakukan kajian lingkungan hidup strategis, sebagaimana dapat dilihat pada table

dibawah ini :

Tabel

Identifikasi Permasalahan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi yang terkait dengan Rencana Tata Ruang

No Jenis Kegiatan SKPD yang terkait dengan tata ruang

Kesesuaian dengan Tata Ruang

Keterangan

YA TIDAK

1.

Penetuan daerah rawan bencana

Ya

-

Page 49: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

49

2. 3. 4. 5. 6. 7.

berdasarkan kemiringan di atas 45o Penetuan daerah rawan bencana berdasarkan topografi Penetuan daerah rawan bencana berdasarkan geografi Penetuan daerah rawan bencana berdasarkan demografi Penetuan daerah rawan bencana berdasarkan hidrologis Penetuan daerah rawan bencana berdasarkan ekspoitasi SDA Penetuan daerah rawan bencana berdasarkan kawasan insdutri

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

- - - - - -

3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis. Isu Strategis yang dihadapi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan untuk 5 tahun mendatang adalah :

1. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis.

a) Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, dan pelaksanaan program melalui koordinasi antara dukungan manajemen dengan bidang, antar bidang, sub bidang, serta antara Pusat dan daerah;

b) Peningkatan koordinasi dan pengelolaan program, kegiatan dan anggaran yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN);

c) Diperlukan adanya kajian, reviu, dan pemutakhiran peraturan dan perundangan penanggulangan bencana sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana;

d) Masih banyaknya peraturan perundang – undangan yang belum disosialisasikan sampai ditingkat kabupaten/kota;

e) Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar lembaga baik antar kementerian/lembaga, Pusat – daerah, maupun dengan lembaga – lembaga non-pemerintah;

f) Peningkatan tertib administrasi dan pengelolaan keuangan secara transparan, akuntabel dan tepat waktu;

Page 50: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

50

g) Peningkatan layanan administrasi dan kepegawaian yang berkualitas, peningkatan produktivitas pegawai;

h) Belum optimalnya pengelolaan dan pemeliharaan aset penanggulagan bencana.

i) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan anggaran dana siap pakai (on call) dan dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana;

j) Meningkatkan pengawasan pelaksanaan kegiatan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kegiatan hasil penyelenggaraan penanggulangan bencana;

k) Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;

l) Peningkatan optimalisasi sistem pengendalian internal.

m) Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia penanggulangan bencana melalui pendidikan formal dan non-formal (pelatihan dan kursus) berkoordinasi dengan sub bagian kepegawaian pada Biro Umum, termasuk membuka hubungan kerjasama dengan perguruan tinggi di dalam dan luar negeri;

n) Mengidentifikasi pelaksanaan fungsi penelitian, pengembangan dan inovasi penyelenggaraan penanggulangan bencana melalui kerjasama dengan berbagai kelembagaan;

o) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana.

p) Peningkatan kualitas kehumasan, penerangan, dan dokumentasi kebencanaan.

2. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan

a) Koordinasi pengurangan risiko bencana melalui sinkronisasi dan harmonisasi antar dokumen perencanaan bidang kebencanaan, lingkungan hidup dan perubahan iklim;

b) Penyediaan kajian risiko bencana sampai tingkat kabupaten/kota, peningkatan sosialisasi pengurangan risiko bencana, dan penyediaan pedoman operasional bidang pencegahan dan kesiapsiagaan;

c) Memulai upaya mitigasi bencana struktural baik melalui identifikasi kebutuhan dan pembangunan infrastruktur mitigasi bencana;

d) Penataan fokus kegiatan pengurangan risiko bencana, pemberdayaan masyarakat, dan kesiapsiagaan berdasarkan kewenangan tugas dan fungsi, jenis bencana dan daerah rawan bencana serta strategi pencapaiannya secara terencana dan terukur

Page 51: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

51

e) Mengoptimalkan peran serta swasta, lembaga – lembaga non-pemerintah dan masyarakat dalam upaya pencegahan, mitigasi bencana, serta kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana melalui sosialisasi peningkatan pemahaman dan kesadaran pengurangan risiko bencana lembaga – lembaga non-pemerintah dan masyarakat, pembentukan dan pembinaan platform nasional, forum pengurangan risiko bencana, pembentukan dan sertifikasi relawan, serta pembentukan desa tangguh bencana;

f) Kesiapsiagaan menghadapi bencana yang masih perlu ditingkatkan melalui perencanaan kesiapsiagaan, pengembangan kapasitas kesiapsiagaan, pembangunan dan pemeliharaan sistem peringatan dini yang dimulai pada tingkat komunitas/masyarakat, serta pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung kesiapsiagaan secara bertahap sesuai dengan kemampuan sumberdaya tersedia;

g) Pengelolaan sumberdaya pencegahan dan kesiapsiagaan bencana secara efektif dan efisien dimulai dengan membangun sistem data dan informasi yang terkoneksi pada sistem informasi penanggulangan bencana;

h) Pembangunan database dan sistem informasi kinerja pencegahan dan kesiapsiagaan berkoordinasi dengan Pusat Data, Informasi dan Humas;

i) Masterplan pengurangan risiko bencana tsunami yang belum selesai sesuai target yang ditetapkan, dan menyusun masterplan pengurangan risiko bencana lainnya;

j) Pengendalian pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang pencegahan dan kesiapsiagaan.

3. Bidang Kedaruratan dan Logistik a) Membangun sistem operasi, pembinaan, pengelolaan dan pengerahan

sumberdaya nasional dan daerah untuk tanggap darurat bencana yang cepat, efektif dan efisien;

b) Membangun panduan penanganan pengungsi sebagai sistem koordinasi pelaksanaan penanganan pengungsi yang terpadu dalam rangka pemulihan dan pemberian perlindungan, pendampingan terhadap korban bencana/pengungsi untuk memastikan keberlangsungan pelayanan publik, kegiatan ekonomi masyarakat, keamanan, dan ketertiban pada saat situasi darurat;

c) Belum optimalnya mekanisme pemberian dan distrubusi bantuan darurat dan koordinasi dengan bidang logistik dan peralatan;

d) Percepatan perbaikan dan pemulihan fungsi sarana dan prasarana vital akibat bencana melalui pengkoordinasian dan mobilisasi sumberdaya nasional dan daerah;

e) Peningkatan pengendalian dan kualitas tata kelola dana siap pakai (on call) melalui kerjasama dan pendampingan dengan pihak – pihak yang melaksanakan fungsi pengendalian dan pengawasan;

Page 52: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

52

f) Belum optimalnya pengalokasian anggaran dana siap pakai (on call) sesuai dengan tugas dan fungsi pada masing – masing sub bidang yang berada dibawah bidang penanganan darurat.

q) Peningkatan kualitas data dan informasi kebencanaan secara aktual dan terintegrasi;

r) Peningkatan sarana dan prasarana data dan informasi untuk penghimpunan dan diseminasi data dan informasi kebencanaan;

g) Pengembangan TIK dan Pusdalops di daerah risiko bencana tinggi;

h) Pemenuhan kebutuhan logistik dan peralatan sesuai standar minimal sampai tingkat kabupaten/kota termasuk dukungan distribusi dan pengelolaan yang berkualitas;

i) Tingginya spesifikasi tekonologi peralatan kebencanaan, maka diperlukan adanya pelatihan operasional dan pemeliharaan peralatan kebencanaan secara berkesinambungan bagi BPBD;

j) Belum optimalnya manajemen penyediaan, pengelolaan dan distribusi logitik dan peralatan, sehingga perlu adanya peningkatan kapasitas penyediaan, pengelolaan, distribusi untuk kesiapsiagaan dan untuk dukungan penanganan darurat bencana;

k) Membangun database dan sistem informasi kinerja logistik dan peralatan berkoordinasi dengan Pusat Data, Informasi dan Humas.

4. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi

a) Pelaksanaan tugas dan fungsi dari sub bidang – sub bidang pada lingkup bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang perlu ditingkatkan, serta peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana;

b) Belum optimalnya penerapan metode penilaian kerusakan dan kerugian akibat bencana, dan metode pengkajian kebutuhan pascabencana dalam proses pengusulan dan perencanaan kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana;

c) Belum optimalnya mekanisme perencanaan pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi antar kementerian/lembaga, Pusat dan daerah;

d) Membangun koordinasi dan mekanisme dengan bidang penanganan darurat untuk manajemen, pengelolaan penanganan pengungsi akibat bencana.

Page 53: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

53

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN

SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

4.1. Visi dan Misi Daerah.

Visi Pembangunan dalam lima tahun kedepan yang merupakan Visi Kepala

Daerah terpilih yang ditetapkan sebagai visi Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Selatan, Tahun 2016-2021

yaitu :

“ KALSEL MANDIRI DAN TERDEPAN LEBIH SEJAHTERA,

BERKEADILAN, MANDIRI DAN BERDAYA SAING”

dimana visi tersebut mengandung makna bahwa kondisi Kalsel pada tahun

2021 berada dalam kondisi mapan, yang berarti (baik, tidak goyah, stabil).

MANDIRI dan TERDEPAN, yang mengandung pengertian:

1. MANDIRI : Adalah terwujudnya kemampuan atau keberdayaan yang dapat

membangun, dan memelihara kelangsungan hidup, berlandaskan

kekuatannya sendiri. Upaya peningkatan kesejahteraan rakyat haruslah

dijalankan bersamaan dengan peningkatan kemandirian baik secara ekonomi

dan sosial, yang dapat dilihat a.l.: Kemandirian dari segi pembiayaan

pembangunan, Kemandirian dari segi ketahanan pangan, Kemandirian dari

segi ketahanan energi.

2. TERDEPAN. Kata terdepan mempunyai arti paling muka, paling depan,

terdahulu atau utama. Kata ini menunjukkan semangat bagaimana Kalsel

yang selama ini di anomimkan dengan kata (kalah selalu), untuk bangkit

Page 54: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

54

menjadi salah satu provinsi termaju di regional Kalimantan, bahkan juga

tentunya di harapkan secara nasional. Untuk ini diperlukan adanya semangat

dan kerja yang luar biasa, dari seluruh komponen aparat pemerintah daerah,

serta seluruh komponen masyarakat lainnya untuk secara bersama-sama

mendukung.

Selanjutnya untuk mendukung Kalimantan Selatan yang Mapan (Mandiri dan

Terdepan) dimaksud, terdapat lima elemen utama pembangunan yaitu aspek

berdikari, aspek berdaya saing, aspek sejahtera, aspek berkeadilan, dan aspek

berkelanjutan. Penjelasan dari masing-masing elemen adalah sebagai berikut:

1. Berdikari

Berdikari merupakan kemampuan daerah untuk dapat melaksanakan dan

memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya, terutama dalam hal penyediaan

kebutuhan pangan, energi, air bersih, serta pendidikan, kesehatan.

Peningkatan kemandirian dapat diwujudkan oleh pemerintah provinsi dengan

berbagai program pembangunan daerah untuk mengatasi kemiskinan dan

pengangguran. Sampai saat ini kemiskinan dan pengangguran adalah hal

yang berhubungan langsung dengan masalah pembangunan. Untuk

merealisasikan cita-cita tersebut, pemerintah harus mengembangkan sektor

yang padat karya dengan tujuan untuk meningkatkan dan memeratakan

pendapatan masyarakat dengan alat ukur Mandiri Pengangguran (TPT),

kemiskinan (jumlah dan tingkat kemiskinan) dan pemerataan pembangunan

(Gini Rasio).

2. Berdaya Saing

Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa

yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga

dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau

kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja

yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal. Provinsi

Kalimantan Selatan pada periode ketiga RPJPD ingin mengembangkan

tentang agrobisnis, hal ini dikarenakan Provinsi Kalimantan Selatan

Page 55: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

55

merupakan salah satu lumbung padi Nasional. Agrobisnis merupakan bisnis

berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di

sektor hulu maupun hilir. Agrobisnis terbagi dalam dua bidang yaitu

peternakan dan budidaya. Di bidang peternakan misalnya, terdapat hewan-

hewan yang bisa diambil manfaatnya, seperti sapi, kerbau, kambing, domba,

ayam, itik, bebek dan lain-lain. Sementara pada bidang budidaya, banyak

jenis tanaman pangan yang dapat dibudidayakan, seperti durian, jeruk,

rambutan, pepaya, dan lain-lain. Upaya pengembangan usaha pertanian dan

turunannya berorientasi pada peningkatan produktivitas, kreatifitas dan

inovatif, dengan memanfaatkan teknologi dan kualitas SDM masyarakat

dalam mengelola sumber daya alam yang diukur dari pengeluaran konsumsi

rumah tangga baik pangan dan non pangan.

3. Berkeadilan

Tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat yang adil, makmur

dan sejahtera yang merata, materil dan spiritual berdasarkan Pancasila.

Dikarenakan pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan masih terpusat di

kota Banjarmasin, maka pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan belum

dapat dikatakan berkeadilan bagi seluruh masyarakat Povinsi Kalimantan

Selatan. untuk itu wilayah lainnya juga perlu dikembanangkan eselanjutnya

walaupun sektor pertanian mendominasi roda perekonomian di Provinsi

Kalimantan Selatan. Tetapi sektor lainnya tetap juga dikembangkan agar

dapat menyerap tenaga kerja dan berperan serta dalam meningkatkan

pendapatan masyarakat, yang ditunjang dengan Pembangunan dan

pemeliharaan infrastruktur di semua bidang pembangunan

4. Sejahtera

Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama di dalam pembangunan.

Pemerintah didalam setiap implementasi kebijakan selalu menjadikan

kesejahteraan sebagai tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa indikator

yang bisa dijadikan landasan bahwa kesejahteraan masyarakat mengalami

Page 56: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

56

penurunan. Indikator tersebut adalah terjadi perlambatan tingkat

pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat Inflasi terutama untuk kelompok

makanan, gagalnya kebijakan dan program pemerintah dalam menjaga daya

beli masyarakat akibat ditundanya atau dihilangkannya program sosial.

5. Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota,

bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang

tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Salah

satu faktor yang harus dihadapi adalah bagaimana memperbaiki kehancuran

lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan

keadilan sosial. Hal tersebut diatas terkandung dua gagasan penting yaitu

gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial kaum miskin yang harus

diberi prioritas utama dan gagasan keterbatasan, yang bersumber pada

kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan

untuk memenuhi kebututuhan kini dan hari depan.

MISI Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan

Selatan, Tahun 2016-2021:

1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia Yang Agamis, Sehat, Cerdas Dan

Terampil;

2. Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan Yang Professional Dan Berorientasi

Pada Pelayanan Publik.

3. Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah Yang Berbasiskan Kearifan Lokal;

4. Mengembangkan Infrastruktur Wilayah Yang Mendukung Percepatan

Pengembangan Ekonomi Dan Sosial Budaya

5. Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Yang Berbasis Sumberdaya

Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan;

1.3. Isu-isu Pokok Strategis.

1. Kualitas Sumber Daya Manusia

Page 57: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

57

2. Daya Saing Perekonomian

3. Kualitas dan Kuantitas Lingkungan

4. Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur Regional dan Dasar

5. Kinerja Pemerintahan Daerah

1.4. Proiritas Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Provinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2016-2021

1. Kalsel Cerdas

2. Kalsel Sehat

3. Kalsel Terampil

4. Kalsel Beriman

5. Kalsel Sentra Pangan

6. Kalsel menuju salah satu Destinasi Wisata Nasional

7. Kalsel menuju Daerah Industri, Perdagangan dan Jasa

8. Kalsel menuju lingkungan Berkualitas.

9. Kalsel dengan Infrastruktur yang Berkualitas.

10. Kalsel Berbudaya

11. Kalsel Aman

12. Kalsel menuju tuan rumah PON.

13. Kalsel dengan PEMDA berkinerja terbaik.

1.5. Visi BNPB 2015-2019 :

Penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagai bagian tidak terpisahkan

dalam pembangunan nasional yang diamanatkan kepada Badan Nasional

Penanggulangan Bencana dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan

pembangunan nasional dan mewujudkan Visi Presiden :

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong, maka visi BNPB 2015-2019 adalah:

“Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana”.

Page 58: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

58

Visi tersebut merupakan gambaran terhadap apa yang ingin diwujudkan Badan

Nasional Penanggulangan Bencana pada akhir pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 yaitu bagaimana negara

secara tangguh mampu memberikan perlindungan kepada masyarakat dengan

menjauhkan masyarakat dari bencana, menjauhkan bencana dari masyarakat,

meningkatkan kemampuan daya lenting masyarakat untuk pulih kembali dari

dampak bencana.

Ketangguhan sebagai budaya hidup harmonis berdampingan dengan ancaman

bencana yang mampu mengantisipasi, mengadaptasi, memproteksi, serta

menghindari / meminimalisir dampak bencana, serta memiliki daya serap

informasi. Ketangguhan masyarakat secara mandiri dalam penanggulangan

bencana menjadi yang pertama dalam setiap upaya penanggulangan bencana.

1.6. Misi BNPB Tahun 2015-2019.

Berdasarkan amanat Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana serta sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Nasional

Penanggulangan Bencana yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 8

Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana, maka dalam

rangka pencapaian visi penanggulangan bencana, maka ditetapkan misi Badan

Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2015 – 2019 yaitu :

A. VISI

Visi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

tidak terlepas dari kondisi lingkungan internal dan eksternal serta kedudukan,

tugas dan fungsinya yang tidak terpisahkan dari visi dan misi Pemerintah Provinsi

Kalimantan Selatan. Berdasarkan hal itu, maka pernyataan visi Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan adalah :

“Terwujudnya pengurangan resiko bencana dan Penanggulangan

Bencana yang Cepat, Tepat, Adil, Transparan dan Akuntabel

Melalui Pemberdayaan dan Kemitraan dengan Masyarakat”

B. MISI

Page 59: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

59

7. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (Aparatur dan Masyarakat)

di bidang penanggulangan bencana.

8. Menetapkan standar, kebutuhan, dan prosedur penyelenggaraan

penanggulangan bencana.

9. Mengurangi faktor-faktor Bencana yang mendasar.

10. Melakukan penguatan Kesiapsiagaan terhadap Bencana.

11. Membangun sistem Penanggulangan Bencana Daerah yang terintegrasi

dengan budaya keselamatan dan ketahanan disemua level masyarakat melalui

penerapan Inovasi.

12. Melakukan identifikasi, kajian resiko bencana yang ter integrasi dalam sistem

Peringatan Dini ( Early Warning Systim ).

13. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,

terkoordinasi, dan menyeluruh.

14. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pemulihan pasca bencana.

C. TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Tujuan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

yang dijabarkan dari misi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi

Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut :

1. Sasaran strategis terwujudnya pengintegrasian kebijakan pengelolaan bencana

dalam perencanaan pembangunan daerah, dengan indikator kinerja utama

(IKU) sasaran strategisnya:

a) Prosentase jumlah kabupaten/kota yang menyusun kajian dan peta risiko

bencana;

b) Prosentase jumlah daerah yang mengintegrasikan kebijakan pengelolaan

bencana dalam perencanaan pembangunan daerah;

c) Prosentase jumlah Kabupaten/Kota yang mengintegrasikan kajian risiko

bencana dalam RTRW Provinsi.

Page 60: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

60

2. Sasaran strategis meningkatnya partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam

upaya pengurangan risiko bencana, dengan indikator kinerja utama (IKU)

sasaran strategisnya:

a) Prosentase jumlah BPBD yang mendapatkan fasilitasi kelembagaan;

b) Prosentase jumlah kelurahan/desa yang melaksanakan pemberdayaan

masyarakat tangguh;

c) Prosentase peningkatan forum pengurangan risiko bencana dan forum

relawan penanggulangan bencana yang terbentuk;

d) Prosentase peningkatan organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha

yang terlibat aktif dalam penanggulangan bencana;

e) Prosentase jumlah kabupaten/kota yang terjangkau layanan sosialisasi

dan informasi kebencanaan.

3. Sasaran strategis meningkatnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,

dengan indikator kinerja utama (IKU) sasaran strategisnya:

a) Prosentase jumlah kabupaten/kota yang menyusun perencanaan

kontinjensi kesiapsiagaan menghadapi bencana;

b) Prosentase jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan fasilitasi peralatan

dan pemasangan peringatan dini dengan teknologi sederhana;

c) Prosentase jumlah Pusdalops yang terbangun di tingkat kabupaten/kota;

d) Prosentase jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan fasilitasi sarana

dan prasarana mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana;

e) Prosentase jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan gladi dan

pelatihan kesiapsiagaan menghadapi bencana.

4. Sasaran strategis meningkatnya kecepatan respon penanganan darurat

bencana, dengan indikator kinerja utama (IKU) sasaran strategisnya:

a) Rata-rata waktu respon kejadian bencana;

b) Prosentase jumlah korban bencana yang selamat akibat bencana;

Page 61: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

61

c) Prosentase kementerian/lembaga yang terlibat dalam penanganan

darurat bencana.

5. Sasaran strategis meningkatnya pelayanan terhadap masyarakat korban

bencana, dengan indikator kinerja utama (IKU) sasaran strategisnya:

a) Prosentase jumlah korban bencana yang ditempatkan di pengungsian;

b) Prosentase pengungsi yang mendapatkan perlindungan dan fasilitasi

pemberdayaan pengungsi;

c) Prosentase jumlah korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasarnya

pada saat darurat bencana;

d) Prosentase jumlah sarana dan prasarana vital yang terpulihkan pada saat

darurat bencana.

Page 62: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

62

Sasaran strategis terwujudnya pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi

pascabencana yang lebih baik dari sebelum kejadian bencana secara

terkoordinasi, terencana, yang disesuaikan dengan kemampuan

pendanaan tersedia, dengan indikator kinerja utama (IKU) sasaran

strategisnya:

a) Prosentase jumlah kabupaten/kota yang menerapkan mekanisme

perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai peraturan Kepala

BNPB;

b) Prosentase jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan rehabilitasi dan

rekonstruksi sesuai rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi.

6. Sasaran strategis terpenuhinya dan terdistribusinya logistik dan peralatan

penanggulangan bencana yang memadai untuk kesiapsiagaan dan

penanganan darurat secara cepat dan terkendali, dengan indikator kinerja

utama (IKU) sasaran strategisnya:

a) Prosentase jumlah ketersediaan logistik kebencanaan sesuai standar

minimal yang ditetapkan peraturan Kepala BNPB;

b) Prosentase jumlah ketersediaan peralatan kebencanaan sesuai standar

minimal yang ditetapkan peraturan Kepala BNPB;

c) Jumlah pusat logistik dan peralatan kebencanaan regional;

d) Prosentase jumlah kabupaten/kota yang menerapkan tata kelola logistik

dan peralatan.

7. Sasaran strategis meningkatnya administrasi dan kualitas perencanaan,

pelaksanaan anggaran, penatakelolaan Barang Milik Negara (BMN), dan

meningkatnya kualitas dan kinerja sumberdaya manusia, dengan indikator

kinerja utama (IKU) sasaran strategisnya:

a) Prosentase jumlah target kegiatan yang tercapai sesuai rencana;

b) Prosentase jumlah anggaran yang terserap;

c) Prosentase jumlah penyelesaian pengalihan BMN ke daerah;

d) Prosentase jumlah pegawai yang mendapatkan pembinaan kepegawaian;

Page 63: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

63

8. Sasaran strategis meningkatnya kualitas sarana dan prasarana BPBD, dengan

indikator kinerja utama (IKU) sasaran strategisnya Prosentase luas bangunan

gedung BPBD yang ditingkatkan dan dipelihara.

9. Sasaan strategis terwujudnya peningkatan kepatuhan dan akuntabilitas kinerja

penyelenggaraan penanggulangan bencana yang bebas Kolusi, Korupsi dan

Nepotisme (KKN), dengan indikator kinerja utama (IKU) sasaran strategisnya:

a) Prosentase jumlah tindak lanjut LHP sesuai saran BPK RI dan

Inspektorat;

b) Prosentase menurunnya temuan administratif pelaksanaan program dan

kegiatan BPBD;

c) Prosentase jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan pendampingan

pelaksanaan penanganan darurat;

d) Prosentase jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan pendampingan

pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Untuk melihat lebih rinci penjabaran tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan

dapat dilihat pada Tabel 16.

1.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

Sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, maka

tugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana adalah masuk dalam agenda

pembangunan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-

sektor strategis ekonomi domestik, dengan fokus prioritas pelestarian sumber daya

alam, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, yang merupakan bagian dari enam

fokus prioritas sebagai berikut:

1. Peningkatan Kedaulatan Pangan;

2. Kedaulatan Energi;

3. Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan

Bencana;

4. Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan;

5. Penguatan Sektor Keuangan;

Page 64: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

64

6. Penguatan Kapasitas Fiskal Negara.

Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi pembangunan jangka menengah 2015-2019

melalui pelaksanaan agenda pembangunan mewujudkan kemandirian ekonomi

dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, maka arah

kebijakan umum dan strategi pengelolaan bencana adalah:

1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan

berkelanjutan di Pusat dan daerah, melalui:

a) Pengarusutamaan pengurangi risiko bencana dalam perencanaan

pembangunan nasional dan daerah;

b) Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui

penyusunan kajian dan peta risiko skal 1:50.000 pada kabupaten dan skala

1:25.000 untuk kota, yang difokuskan pada kabupaten/kota risiko tinggi

terhadap bencana;

c) Pemanfaatan kajian dan peta risiko bagi penyusunan RPB dan RAD PRB,

yang menjadi referensi untuk penyusunan RPJMD;

d) Integrasi kajian dan peta risiko bencana dalam penyusunan dan review

RTRWP/K/K;

e) Harmonisasi kebijakan dan regulasi penanggulangan bencana di Pusat dan

daerah;

f) Penyusunan rencana kontinjensi pada kabupaten/kota yang berisiko tinggi

sebagai panduan kesiapsiagaan dan operasi tanggap darurat dalam

menghadapi bencana.

2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana, melalui:

a) Mendorong dan menumbuh kembangkan budaya sadar bencana serta

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan;

b) Peningkatan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada

masyarakat baik melalui media cetak, radio, dan televisi;

c) Penyediaan dan penyebarluasan informasi kebencanaan kepada

masyarakat;

Page 65: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

65

d) Meningkatkan kerjasama internasional, mitra pembangunan, OMS dan dunia

usaha dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;

e) Peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah pascabencana, melalui

percepatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana

alam;

f) Pemeliharaan dan penataan lingkungan di daerah rawan bencana alam;

g) Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam membangun dan

mitigasi bencana.

3. Peningkatan kapasitas pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam

penanggulangan bencana, melalui:

a) Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana

di Pusat dan daerah;

b) Penguatan tata kelola, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan

penanggulangan bencana;

c) Penyediaan sistem peringatan dini bencana kawasan risiko tinggi serta

memastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik;

d) Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK dan pendidikan untuk pencegahan

dan kesiapsiagaan menghadapi bencana;

e) Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan menghadapi bencana secara

berkala dan berkesinambungan di kawasan rawan bencana;

f) Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter, jalur evakuasi

dan rambu evakuasi) menghadapi bencana, yang difokuskan ada kawasan

rawan bencana dan risiko tinggi bencana;

g) Pembangunan dan pemberian perlindungan bagi prasarana vital yang

diperlukan untuk memastikan keberlangsungan pelayanan publik, kegiatan

ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban pada saat situasi darurat

dan pascabencana;

h) Pengembangan desa tangguh bencana di kawasan risiko bencana untuk

mendukung gerakan desa hebat;

Page 66: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

66

i) Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik

kebencanaan, melalui pembangunan pusat-pusat logistik kebencanaan di

masing-masing wilayah pulau, yang dapat menjangkau wilayah

pascabencana yang terpencil.

Selanjutnya, arah kebijakan umum dan strategi nasional tersebut dijabarkan

kedalam arah kebijakan dan strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

1.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

BENCANA

Pemerintah Indonesia telah menetapkan salah satu agenda pembangunan nasional

yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.Sejalan dengan agenda tersebut, peran penyelenggaraan

penanggulangan bencana dalam pembangunan nasional pada dasarnya sangat

penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Dukungan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat dilaksanakan melalui upaya-upaya :

1). Peningkatan kesadaran dan pemahaman terhadap pengurangan risiko bencana;

2). Menumbuhkembangkan kemampuan antisipasi, adaptasi, daya proteksi, menghin

dari/ meminimalisir dampak bencana, dan memiliki daya serap informasi;

3). Peningkatan kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana daerah;

4). Mendorong partisipasi dan peran aktif dunia usaha dan masyarakat dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana;

5). Pengintegrasian sistem peringatan dini dan penyebarluasan peringatan dini

bencana; dan

6). Peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

Berdasarkan agenda pembangunan (Nawa Cita), arah kebijakan umum, dan strategi

pembangunan nasional pengelolaan bencana Tahun 2015-2019, maka arah kebijakan

umum penyelenggaraan penanggulangan bencana sesuai dengan peran Badan

Page 67: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

67

Nasional Penanggulangan Bencana dalam koordinasi, komando dan pelaksanaan

penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah sebagai berikut :

1. Penanggulangan bencana diarahkan pada pengurangan risiko bencana yang

terintegrasi dalam setiap dimensi pembangunan

2. Penanggulangan bencana harus mengutamakan penyelamatan sebanyak mungkin

nyawa;

3. Penanggulangan bencana harus diikuti dengan pemulihan kembali masyarakat

menjadi lebih baik dan lebih aman dibanding sebelum bencana;

4. Penyiapan sumberdaya yang memadai dalam rangka kesiapsiagaan untuk

menghadapi bencana;

5. Pembinaan dalam rangka membangun kemandirian penanggulangan bencana

daerah sesuai dengan semangat otonomi daerah dan penerapan prinsip-prinsip

perbaikan tata kelola pemerintahan, serta mendukung reformasi birokrasi dan

mewujudkan good governance.

Selanjutnya, strategi yang akan dilaksanakan dalam rangka melaksanakan arah

kebijakan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan adalah :

1. Strategi pemantapan koordinasi, komando, dan penyelenggaraan penanggulangan

bencana :

Pada tataran pemerintahan, tercatat lebih dari 35 kementerian/lembaga termasuk

TNI/Polri yang secara langsung maupun tidak langsung mempunyai tugas dan

tanggung jawab melaksanakan fungsi kebencanaan baik pada tahapan pra bencana,

pada tahapan penanganan darurat, maupun pada tahapan pemulihan

pascabencana. Hal yang sama juga terdapat di daerah dengan Organisasi Perangkat

Daerah yang memiliki hubungan vertikal maupun pembinaan teknis dengan

kementerian/lembaga. Sedangkan pada tataran kelembagaan non-pemerintah,

berbagai organisasi baik swasta maupun kemasyarakatan yang terbentuk dan

terlibat aktif dalam penanggulangan bencana terus meningkat seiring dengan

meningkatnya kesadaran bersama dalam penanggulangan bencana, yang pada pada

periode pembangunan jangka menengah nasional 2010 – 2014 belum terkoordinasi

secara optimal.

Page 68: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

68

Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, dinyatakan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan

serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko

timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan

rehabilitasi. Selain itu, penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan

tanggung jawab seluruh elemen bangsa, yang artinya bersifat lintas sektor dan

lintas wilayah. Dengan kondisi geografis Indonesia yang memiliki lebih dari 18.000

pulau, 13 jenis ancaman bencana, jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa,

serta potensi sumberdaya penanggulangan bencana yang tersedia, maka perlu

adanya upaya untuk memantabkan koordinasi pemanfaatan seluruh sumberdaya

tersebut untuk mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana secara

optimal.

Strategi pemantapan koordinasi bidang pencegahan dan kesiapsiagaan diarahkan

untuk membangun sistem pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan terpadu

mulai dengan mengidentifikasi, membangun database dan kerangka pemanfaatan

seluruh sumberdaya yang ada meliputi perencanaan pengurangan risiko bencana,

perencanaan kontinjensi, penyediaan sarana dan prasarana peringatan dini yang

terintegrasi satu sama lain, pembangunan infrastruktur mitigasi bencana,

pengalokasian sumberdaya kesiapsiagaan, serta peningkatan dan pengembangan

kapasitas penanggulangan bencana.

Strategi pemantapan koordinasi bidang penanganan darurat diarahkan untuk

membangun sistem komando dan mobilisasi sumberdaya penanggulangan bencana

yang cepat dan andal, yang dialokasikan mulai tahapan siaga darurat, tahapan

operasi tanggap darurat, sampai dengan transisi darurat ke pemulihan melalui

identifikasi, peningkatan dan pengembangan sumberdaya penanganan darurat

secara terpadu, dukungan dan pengalokasian dana siap pakai (On Call) untuk

bantuan darurat dan pelayanan pengungsi, operasi tanggap darurat dan perbaikan

sarana dan prasarana vital.

Strategi pemantapan koordinasi bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana

diarahkan untuk membangun kerangka pelaksanaan penanganan pengungsi sejak

penanganan darurat, serta pemulihan pascabencana nasional yang terencana,

terkoordinasi, terkendali dan terpadu dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya

nasional dan daerah.

Page 69: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

69

Strategi pemantapan koordinasi bidang logistik dan peralatan kebencanaan

diarhakan untuk membangun sistem penyediaan, distribusi, serta tata kelola logistik

dan peralatan kebencanaan sesuai dengan standar minimal dan kebutuhan, yang

didorong mendekati daerah rawan bencana.

2. Strategi Peningkatan Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan

Penanggulangan bencana sebagai upaya mengantisipasi dan merespon kejadian

bencana diluar kondisi normal tetap harus diselenggarakan secara tertib, teratur,

transparan dan akuntabel sesuai dengan prinsip – prinsip tata kelola yang baik dan

bersih, yang bebas dari kebocoran, penyimpangan, penyelewengan, korupsi, kolusi

dan nepotisme.

Berpijak pada hal tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana

menyelenggarakan penanggulangan bencana sesuai dengan fungsinya meliputi

koordinasi, komando dan pelaksanaan yang merupakan kewenangan Pemerintah

baik yang dilaksanakan sendiri maupun yang dilaksanakan oleh

kementerian/lembaga, serta pemerintah daerah melalui fasilitasi, bantuan dan

pendampingan penyelenggaraan penanggulangan bencana perlu adanya upaya

untuk meningkatkan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan (TURBINWAS) dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana terutama terkait dengan pelaksanaan

anggaran penanggulangan bencana dana siap pakai dan bantuan sosial berpola

hibah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Pelaksanaan TURBINWAS

selain menjadi tanggung jawab Inspektorat Utama, juga merupakan tanggung

jawab dari masing – masing Unit Kerja Eselon (UKE) II yang merupakan

penanggung jawab pelaksanaan kegiatan dan anggaran.

Terkait dengan tugas pengaturan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana

diharuskan menyusun pedoman dan norma sebagai standar bagi seluruh pemangku

kepentingan dalam menyelenggarakan penanggulangan bencana, selain itu perlu

dilakukan identifikasi berbagai peraturan perundangan yang memiliki keterkaitan

dengan pelaksanaan fungsi kebencanaan yang selanjutnya disinkronisasi dan

diharmonisasikan baik terhadap peraturan dan perundangan penanggulangan

bencana yang ada maupun disesuaikan dengan kebutuhan penanggulangan

bencana agar terbangun keandalan penanggulangan bencana nasional.

Page 70: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

70

Terkait dengan tugas pembinaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana

berkewajiban meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam rangka

mewujudkan kemandirian pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana

daerah yang bertanggung jawab.

Terkait dengan tugas pengawasan dan pengendalian, bahwa penyelenggaraan

penanggulangan bencana dituntut untuk dilaksanakan secara terencana,

terkoordinasi, terpadu sekaligus berkualitas, maka pengawasan dan pengendalian

harus dilaksanakan untuk memastikan bahwa penyelenggaraan penanggulangan

bencana harus dapat diwujudkan sesuai dengan apa yang diharapkan, termasuk

mendokumentasikan seluruh pencapaian kinerja yang dilaksanakan sebagai bentuk

pelaporan pertanggungjawaban dan akuntabilitas penggunaan anggaran.

3. Strategi Pengarusutamaan Gender

Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 telah memerintahkan kepada seluruh

kementerian/lembaga serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk

melaksanakan pengarus utamaan gender ke dalam siklus manajemen, yakni

perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan

program yang berperspektif gender di seluruh aspek pembangunan.

4. Strategi Pembiayaan

Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan tanggung

jawab bersama Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, selanjutnya pada

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan

Bantuan Bencana disebutkan bahwa pendanaan penyelenggaraan penanggulangan

bencana bersumber dari dana APBN, APBD dan/atau masyarakat, serta pada Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan

Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana memberikan

kesempatan kepada dunia Internasional untuk mendukung penyelenggaraan

penanggulangan bencana.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Page 71: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

71

Sebagai bentuk tanggungjawab Pemerintah, pendanaan untuk penyelenggaraan

penanggulangan bencana yang dialokasikan dari APBN bersumber dari Bagian

Anggaran (BA) 103 yang digunakan untuk penguatan dan pengembangan kapasitas

penanggulangan bencana di Pusat dan daerah, dan Bagian Anggaran (BA) 999 pada

bagian dana cadangan penanggulangan bencana yang diajukan oleh BNPB selaku

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) kepada Menteri Keuangan selaku Penggunan

Anggaran (PA) dialokasikan untuk dana kontinjensi kesiapsiagaan, dana siap pakai (on

call) dan dana bantuan sosial berpola hibah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi

pascabencana.

Dana kontinjensi, dialokasikan dalam rangka memperkuat kesiapsiagaan yang

diarahkan untuk memperkuat upaya mitigasi struktural dan non struktural dalam

rangka menjauhkan bencana dari masyarakat, dan menjauhkan masyarakat dari

bencana.

Dana siap pakai (On Call), dialokasikan pada saat terjadi potensi kejadian bencana

(siaga darurat), pada saat tanggap darurat, dan perbaikan darurat pada saat transisi

darurat menuju ke pemulihan. Dana siap pakai tersebut juga dapat digunakan untuk

mendukung penanganan darurat yang dilaksanakan baik oleh kementerian/lembaga,

maupun pemerintah daerah sesuai dengan tugas, fungsi dan kemampuan

pelaksanaannya.

Dana bantuan sosial berpola hibah, dialokasikan untuk memberikan stimulan dan

bantuan bagi pemulihan daerah dan masyarakat terkena bencana untuk mendorong

tumbuhnya daya lenting dan kemandirian daerah dan masyarakat untuk pulih kembali

lebih baik dari sebelum terjadi bencana, disusun melalui perencanaan aksi rehabilitasi

dan rekonstruksi pascabencana.

Mendorong keterlibatan kementerian/lembaga untuk mengalokasikan anggaran APBN

dari Bagian Anggaran (BA) KL terkait untuk mendukung pembiayaan penyelenggaraan

penanggulangan bencana baik melalui proses perencanaan pembangunan nasional,

maupun melalui rekomendasi kepada Menteri Keuangan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pemerintah daerah perlu terus didorong untuk meningkatkan kapasitas, peran dan

tanggung jawabnya dalam penanggulangan bencana daerah, salah satunya melalui

Page 72: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

72

pengalokasian anggaran penanggulangan bencana yang memadai, dalam rangka

menumbuhkan kemandirian daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Pendanaan Swasta dan Masyarakat

Keterlibatan swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana

merupakan modal sosial dalam menumbuh kembangkan kesadaran dalam upaya

pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

Keterlibatan swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana

juga dapat meningkatkan kecepatan dan keandalan dalam merespon setiap kejadian

bencana di daerahnya masing – masing, termasuk membangun daya lenting serta

melestarikan budaya gotong royong.

Pendanaan swasta dan masyarakat diarahkan untuk membangun kapasitas melalui

kegiatan – kegiatan yang bersifat pemberdayaan masyarakat membangun

ketangguhan dan kemandirian penanggulangan bencana berbasis komunitas.

Pendanaan Lembaga Internasional

Pendanaan penyelenggaraan penanggulangan bencana oleh lembaga – lembaga

internasional diharapkan dapat dilaksanakan secara cepat, untuk mengisi

gap/kesenjangan anggaran Pemerintah baik yang disebabkan oleh keterbatasan

anggaran maupun kecepatan proses penganggaran pemerintah yang dilaksanakan

sesuai dengan peraturan dan perundang – undangan yang berlaku.

5. Strategi Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya

Untuk mencapai visi, misi dan tujuan penanggulangan bencana yang diemban oleh

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, perlu adanya dukungan manajemen dan

pelaksanaan tugas teknis lainnya dalam rangka mendukung pelaksanaan kinerja Badan

Nasional Penanggulangan Bencana secara menyeluruh diantaranya melalui

perencanaan program dan kegiatan, serta pelaporan yang berkualitas, peningkatan

kualitas regulasi, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, pemenuhan dan

peningkatan sarana dan prasarana yang memadai.

Perencanaan program dan kegiatan

Peningkatan kualitas perencanaan program dan kegiatan dilaksanakan dalam rangka

peningkatan kinerja penanggulangan bencana secara konsisten dan terkendali dimulai

dengan penyusunan rencana strategis dari masing – masing unit kerja di lingkungan

Page 73: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

73

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang dijabarkan kedalam rencana kerja

tahunan (Renja KL) dan rencana kegiatan dan anggaran (RKA-KL) dengan target dan

sasaran yang terukur, dan diimpelentasikan secara konsisten, serta dilaporkan secara

teratur, sehingga apa yang direncanakan, dilaksanakan dan dicapai dapat

terdokumentasi dengan baik, sekaligus memberikan dasar bagi proses perencanaan

selanjutnya, serta penatausahaan pelaksanaan anggaran yang efisien, efektif,

transparan dan akuntabel guna menghindari potensi ketidaksesuaian pertanggung

jawaban melalui sistem pengendalian internal secara elektronik.

Peningkatan kualitas regulasi

Selama kurun waktu pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Nasional Penanggulangan

Bencana, berbagai peraturan telah ditetapkan. Terhadap peraturan – peraturan

tersebut perlu diidentifikasi dan di review kembali terhadap kesesuaian kaidah

penyusunan peraturan perundang – undangan, kesesuaian dengan kondisi lingkungan

strategis kebencanaan untuk dilakukan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan.

Selain itu perlu diidentifikasi peraturan perundangan – undangan yang perlu dijabarkan

kedalam peraturan, pedoman, norma standar operasional sebagai landasan yang kuat

bagi penyelenggaraan penanggulangan bencana. Peningkatan kualitas regulasi juga

disertai dengan sosialisasi secara berkesinambungan baik ditingkat pusat maupun

daerah agar menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing – masing

kelembagaan dan pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana.

Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia penanggulangan bencana dilaksanakan

untuk memperoleh sumberdaya manusia yang berintegritas, produktif, kompeten,

profesional, disiplin, berkinerja tinggi, dan sejahtera agar dapat mendukung

pencapaian visi, misi dan tujuan penanggulangan bencana nasional, sekaligus mampu

beradaptasi pada perubahan lingkungan strategis penanggulangan bencana.

Upaya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dilaksanakan melalui rekruitmen

pegawai yang berkualitas, layanan dan pembinaan jabatan struktural dan fungsional

secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia berbasis

keahlian dan kompetensi, serta kegiatan – kegiatan pengembangan sumberdaya

Page 74: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

74

manusia lainnya yang mendukung pengembangan dan pola karir pegawai di

lingkungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Kegiatan pengingkatan kapasitas sumberdaya manusia juga dilaksanakan untuk BPBD

dan kelembagaan lainnya untuk membangun sinergi kapasitas sumberdaya manusia

penyelenggaraan penanggulangan bencana yang terkoordinasi, terpadu dan andal.

Pemenuhan dan peningkatan sarana dan prasarana

Untuk mendukung penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Nasional Penanggulangan

Bencana diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai dan terpelihara

dengan baik, untuk itu penyediaan sarana dan prasarana pendukung secara bertahap

menjadi sangat penting seperti penyediaan gedung dan kantor, ruang kerja yang

nyaman dan memadai, sarana dan prasarana pendukung kinerja lainnya yang dikelola

serta dipelihara secara baik dan bekesinambungan.

Page 75: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

75

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK

SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

A. RENCANA PROGRAM

Pendekatan penyusunan RENSTRA Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan 2016–2021 dikaitkan terhadap program prioritas yang tercantum dalam program dan kegiatan yang diamanatkan pada Undang-undang nomor 24 tahun 2007 dan Perda Nomor 22 tahun 2009. Adapun program prioritas yang dimaksud antara lain : 15. Program pelayanan administrasi perkantoran 16. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur 17. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur 18. Program peningkatan disiplin aparatur 19. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Pencapaian Kinerja dan

Keuangan. 20. Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam 21. Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana

B. KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA

Kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam matriks Daftar Kegiatan RENSTRA 2016-2021, sebagian besar menjabarkan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana serta Perda Nomor 22 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi kalimantan Selatan, kegiatan-kegiatan utama adalah : 1. Pendidikan dan pelatihan formal kebencanaan 2. Sosialisasi peraturan perundang-undangan 3. Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan 4. Rapat Koordinasi Teknis (RAKORNIS) penanggulangan bencana

Page 76: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

76

5. Penyusunan profil daerah rawan bencana 6. Penyusunan Rencana Kerja Penanggulangan bencana 7. Monitoring, evaluasi dan pelaporan 8. Penyusunan buku statistik bencana 9. Penyusunan Laporan Capaian kinerja Keuangan 10. Pemantauan dan penyebarluasan informasi potensi bencana alam 11. Pengadaan tempat penampungan sementara dan evakuasi penduduk dari

ancaman/korban bencana alam 12. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan, Tanggap Darurat dan Pasca Bencana

untuk penanggulangan bencana 13. Monitoring dan sosialisasi kesiapsiagaan dan mitigasi terhadap ancaman bencana 14. Pengurangan Resiko dan pencegahan penanggulangan bencana 15. Simulasi keterampilan Aparat penanggulangan bencana 16. Antisipasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi Bencana 17. Penyusunan rencana pencegahan penanggulangan bencana 18. Mitigasi Bencana pada Zonasi-zonasi daerah Rawan bencana 19. Pelatihan, pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan, kerugian

dan sumber daya 20. Standarisasi pemenuhan kebutuhan dasar Penanggulangan Bencana 21. Pendataan Dampak Bencana 22. Posko siaga bencana 23. Monitoring, pemantauan dan evaluasi status keadaan darurat bencana 24. Pengumpulan/penyaluran bantuan sosial kedaruratan 25. Peningkatan wawasan SDM aparatur dan masyarakat pengelola penanggulangan

bencana 26. Pengadaan logistik dan peralatan bagi penduduk di tempat penampungan sementara 27. Pemulihan dan pengerahan SDM, logistik dan pengadaan barang dan jasa

penanggulangan bencana 28. Penyusunan program dan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi 29. Klarifikasi rekomendasi kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi 30. Monitoring kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi 31. Pengkajian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi Pasca Bencana 32. Pengembangan partisipasi dan kerja sama rehabilitasi Dan Rekonstruksi

Untuk melihat Kegiatan dan indikator kinerja selengkapnya disajikan dalam tabel 17 dan Lampiran 3 dan 4 dibawah ini.

C. KELOMPOK SASARAN

Kelompok sasaran dari kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, terdiri atas :

1. Aparatur yang menangani masalah penanggulangan bencana 2. Stakeholder lain yang terlibat (LSM, Perguruan tinggi, dll) 3. Seluruh masyarakat Kalimantan Selatan 4. Masyarakat yang terkena dan terdampak bencana

Page 77: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

77

D. PENDANAAN INDIKATIF

Pendanaan indikatif disajikan dalam tabel 17 dibawah ini.

Page 78: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

78

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT

DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Indikator Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 merupakan bagian yang tak terpisahkan dan merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021, yang memuat visi dan misi Gubernur Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021.

A. INDIKATOR KINERJA BPBD TAHUN 2016-2021 YAITU :

2. Menurunnya Index Resiko Bencana dari 152 menjadi 137.

3. Tersedianya Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Rawan Bencana dan Rencana Kontijensi ( RENKON ) dari Kondisi Awal 6 Dokumen menjadi 21 Dokumen.

B. KAIDAH PELAKSANAAN

Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 merupakan pedoman bagi Sekretariat badan dan Bidang dalam penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi kalimantan Selatan.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk itu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut: 1. Sekretariat badan dan bidang dengan didukung oleh Instansi terkait yang ada di

Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, Pemerintah Kabupaten dan Kota, serta masyarakat termasuk dunia usaha, berkewajiban untuk melaksanakan program-program dalam Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 dengan sebaik-baiknya.

2. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana daerah, dalam menjalankan tugas dan fungsi berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaan Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2020 dengan mengerahkan semua potensi dan kekuatan daerah.

3. Sekretaris badan dan bidang berkewajiban untuk menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) serta menjamin konsistensinya.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota berkewajiban menyusun Rencana Strategis dengan menjadikan Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Page 79: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

79

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 sebagai acuan dan pertimbangan serta menjamin konsistensinya.

5. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2020, Sekretarian Badan melalui Kasubag. Program berkewajiban untuk melakukan pemantauan, fasilitasi dan mediasi terhadap penjabaran Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2020.

6. Dalam pelaksanaan Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 perlu mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Selatan agar terwujud keselarasan dan kesinambungan pembangunan daerah.

7. Evaluasi pelaksanaan Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 dilakukan pada tahun terakhir RENSTRA terhadap indikator kinerja misi, sedangkan evaluasi tahunan dilakukan terhadap indikator kinerja program dengan data yang diperoleh dari lembaga resmi atau melakukan survey yang dilakukan oleh Sekretarian Badan melalui Kasubag. Program.

8. Dengan ditetapkannya Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021, maka produk perencanaan penanggulangan bencana yang ada sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.

9. Mengingat masa berlaku Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan akan berakhir pada Tahun 2021 maka untuk mengisi kekosongan dokumen perencanaan jangka menengah yang ada, dipandang perlu untuk menyusun Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Transisi Tahun 2022.

Page 80: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ( BPBD ) …

80