babb ii peennddaahhuulluuaann - homepage kelompok ... jarang masalah lingkungan dijadikan senjata...

13
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1 Bab i pendahuluan Masalah pencemaran lingkungan oleh air limbah saat ini sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan seperti halnya di DKI Jakarta. Beban polutan organik yang dibuang ke badan sungai atau lingkungan di DKI sudah sampai pada tahap dimana alam atau lingkungan sudah tidak mampu lagi melakukan pemurnian secara alami. Dampaknya antara lain pencemaran sungai maupun teluk Jakarta yang mengakibatkan pada kematian ikan. Ironisnya, sumber pencemar dominan di DKI bukanlah dari kegiatan industri yang sering dituding sebagai penyebab utama, melainkan dari sumber domestik/rumah tangga. Di Jakarta, sebagai akibat masih minimnya fasilitas pengolahan air buangan kota mengakibatkan tercemarnya badan- badan sungai oleh air limbah domestik, bahkan badan sungai yang diperuntukkan sebagai bahan baku air minum pun telah tercemar pula. Dewasa ini permasalahan lingkungan sering menjadi tema pembicaraan utama di banyak negara, bahkan telah masuk dalam isu politik. Tidak jarang masalah lingkungan dijadikan senjata dalam berbagai konflik politik, terutama masalah kerusakan dan pencemaran lingkungan. Pencemaran yang dimaksud di sini adalah peristiwa penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari

Upload: vukhue

Post on 10-May-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 1

BBaabb ii

ppeennddaahhuulluuaann

Masalah pencemaran lingkungan oleh air limbah saat ini

sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan seperti halnya di

DKI Jakarta. Beban polutan organik yang dibuang ke badan sungai

atau lingkungan di DKI sudah sampai pada tahap dimana alam atau

lingkungan sudah tidak mampu lagi melakukan pemurnian secara

alami. Dampaknya antara lain pencemaran sungai maupun teluk

Jakarta yang mengakibatkan pada kematian ikan. Ironisnya, sumber

pencemar dominan di DKI bukanlah dari kegiatan industri yang

sering dituding sebagai penyebab utama, melainkan dari sumber

domestik/rumah tangga.

Di Jakarta, sebagai akibat masih minimnya fasilitas

pengolahan air buangan kota mengakibatkan tercemarnya badan-

badan sungai oleh air limbah domestik, bahkan badan sungai yang

diperuntukkan sebagai bahan baku air minum pun telah tercemar

pula.

Dewasa ini permasalahan lingkungan sering menjadi tema

pembicaraan utama di banyak negara, bahkan telah masuk dalam

isu politik. Tidak jarang masalah lingkungan dijadikan senjata dalam

berbagai konflik politik, terutama masalah kerusakan dan

pencemaran lingkungan. Pencemaran yang dimaksud di sini adalah

peristiwa penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 2

aktifitas manusia ke dalam lingkungan yang pada umumnya akan

memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan.

Pencemaran ditimbulkan dari aktifitas manusia yang dalam

kegiatannya kurang memperhatikan faktor-faktor lingkungan dan

keberlanjutan dari fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang

kehidupan. Pencemaran meliputi pencemaran kimiawi yang dapat

berasal dari bahan-bahan organik maupun an-organik, mineral, atau

zat beracun dan pencemaran biologi yang dapat disebabkan oleh

berkembang biaknya organisme berbahaya.

Sumber pencemaran dapat dikelompokan menjadi tiga,

yaitu: dari industri, rumah tangga dan dari pertanian/perkebunan.

Sebagian besar limbah domestik di negara berkembang belum

dikelola dengan baik, sehingga di berbagai kota limbah ini masih

menjadi sumber pencemaran yang utama. Kasus pencemaran dari

limbah rumah tangga banyak terjadi di perkotaan, terutama di

wilayah pemukiman yang padat penduduk, wilayah pemukiman

kumuh dan di wilayah perkotaan yang belum mendapatkan suplai air

bersih. Secara visual, kasus pencemaran dari limbah domestik dapat

dilihat dari kualitas air sungai/saluran air yang berwarna

hitam/berbusa, bau busuk, kualitas air tanah yang semakin menurun,

dan banyaknya masyarakat yang terserang berbagai penyakit yang

diakibatkan oleh penggunaan air yang berkualitas rendah, seperti

diare, kholera, disentri, tipus, gatal-gatal dan lain-lain.

Di Indonesia limbah cair domestik belum dikelola dengan

baik. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 3

Semarang limbah domestik telah banyak menimbulkan

permasalahan yang harus segera ditangani. Masih adanya

masyarakat yang memanfaatkan parit/sungai sebagai jamban

keluarga, banyaknya bangunan septik tank yang kurang memenuhi

kualitas, padatnya pemukiman sehingga tidak memungkinkan untuk

membuat sumur dangkal dengan jarak yang aman dari tangki septik,

rendahnya kesadaran akan hidup bersih, sehat dan sebagainya

merupakan faktor-faktor yang harus segera ditanggulangi.

Tingginya populasi penduduk baik di pedesaan maupun di

perkotaan berdampak terhadap bertambahnya jumlah

buangan/kotoran (tinja) manusia. Survei Rumah Tangga (SRT) pada

tahun 1990, menunjukkan bahwa cakupan penyediaan sarana

jamban keluarga di perkotaan baru mencapai 40%, sedangkan di

pedesaan hanya 18%. Dari sarana jamban keluarga yang ada,

sebagian besar konstruksinya tidak memenuhi syarat, dimana

jamban keluarga tersebut di bangun tanpa septik tank, tinja hanya

dibuang ke dalam tanah dangkal. Di beberapa daerah, akibat

keterbatasan lahan, banyak jamban keluarga yang dibangun

berdekatan dengan sumber air minum (pada jarak kurang dari 11 m),

terutama pada perumahan RSS type ≤ 45.

Sebagai gambaran, di kota Jakarta dengan jumlah

penduduk sekitar dua belas (12) juta jiwa, dengan asumsi bahwa

setiap orang membutuhkan air bersih (untuk cuci, mandi, toilet,

dapur) sebesar 140 liter per orang per harinya, maka setiap hari di

kota Jakarta akan dihasilkan limbah domestik sebesar 1.680.000

m3/hari. Jutaan meter kubik limbah cair yang mengandung berbagai

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 4

bahan pencemar yang berasal dari cucian, kamar mandi, dapur dan

toilet ini setiap hari akan mencemari air dan tanah di DKI Jakarta.

1.1. Gambaran Pencemaran Air Oleh Limbah Domestik

Limbah cair domestik rata-rata mengandung padatan

tersuspensi (suspended solid) sebesar 300 mg/l. Dari hasil penelitian

JICA tahun 1990 beban BOD limbah domestik mencapai 236 mg/l,

sehingga beban pencemaran di wilayah Jakarta dalam satu hari

mencapai terikut padatan sebanyak 504 ton/hari dan beban BOD

396,48 ton/hari. Tingginya beban BOD, menunjukan besarnya

kandungan bahan pencemar yang ada dalam limbah. Sumber

polutan dari limbah domestik tersebut berasal dari toilet sebesar

30%, air dapur 39%, kamar mandi 21% dan dari cucian 10%.

Secara detail gambaran sumber pemcemaran limbah domestik ini

dapat dilihat seperti pada Gambar 1.1.

Tingginya tingkat pencemaran dari limbah domestik yang

terjadi di wilayah DKI sampai saat belum dilakukan penanganan

yang serius, sehingga dikhawatirkan tingkat kualitas lingkungan akan

semakin menurun terus. Jika hal ini tidak segera ditanggulangi,

suatu saat nanti struktur dan fungsi lingkungan hidup akan rusak dan

diperlukan waktu pemulihan yang lama dengan biaya yang sangat

mahal.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 5

Gambar 1.1 : Komposisi Beban Pencemaran Limbah Domestik

Gambaran kondisi beban pencemaran lingkungan dari

limbah domestik di wilayah DKI Jakarta ini juga dialami oleh kota-

kota besar lain di Indonesia, karena hampir seluruh kota tersebut

belum memiliki sarana pengelolaan limbah domestik yang memadai.

Di Indonesia hanya ada beberapa kota saja yang telah memiliki

sarana pengolahan limbah domestik, seperti Jakarta, Bandung dan

Jogjakarta.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas

Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta bersama-sama dengan Tim JICA

(1989), jumlah unit air buangan dari buangan domestik (kegiatan

rumah tangga) per orang per hari adalah 118 liter dengan

konsentrasi BOD rata-rata 236 mg/lt dan pada tahun 2010 nanti

diperkirakan akan meningkat menjadi 147 liter dengan konsentrasi

BOD rata-rata 224 mg/lt. Data secara lengkap dapat dilihat pada

Tabel 1.1.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 6

Tabel 1.1 : Perkiraan Jumlah Air Limbah Rumah Tangga per kapita di wilayah

DKI Jakarta

KONDISI TH 1989 KONDISI TH 20I0

GOL ATAS

GOL MENE- NGAH

GOL BAWAH

RATA RATA

GOL ATAS

GOL MENE- NGAH

GOL BAWAH

RATA RATA

AIR LIMBAH RUMAH TANGGA (Non Toilet)

Unit Air Limbah (lt/org.hari) 167 107 77 95 227 127 77 124

Konsentrasi BOD (mg/l) 182 182 185 183 182 182 185 182

Beban Polusi (gr. BOD/org.hari)

30,4 14,2 14,2 17,4 41,3 23,1 14,2 22,6

LIMBAH TOILET

Unit Air Limbah (lt/org.hari) 23 23

Konsentrasi BOD (mg/l) 457 457

Beban Polusi (gr. BOD/org.hari) 10,5 10,5

TOTAL Unit Air Limbah

(lt/org.hari) 190 130 100 118 250 150 100 147

Konsentrasi BOD (mg/l) 215 231 247 236 207 224 247 224

Beban Polusi (gr. BOD/org.hari)

40,9 30 24,7 27,9 51,8 33,6 24,7 33,4

Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 7

Berdasarkan survey di Jakarta tahun 1989, tiap orang rata-

rata mengeluarkan beban limbah organik sebesar 40 gram BOD per

orang per hari, yakni dari limbah toilet 13 gram per orang per hari

dan dari limbah non toilet sebesar 27 gram BOD per orang per hari.

Sebagian besar masyarakat hanya mengolah limbah domestiknya

yang berasal dari toilet dengan menggunakan tanki septic.

Sedangkan limbah air limpasan dari kamar mandi, cucian, dapur dan

sumber lainnya belum diolah dan langsung dibuang ke saluran

umum (drainase) bercampur dengan air hujan. Jika hanya air limbah

toilet saja yang diolah dengan sistem tangki septic, yang mempunyai

effisiensi pengolahan 65 %, maka hanya 22,5 % dari total beban

polutan organik yang dapat dihilangkan, sisanya 77,5 % masih

terbuang keluar. Hal ini secara umum dapat diterangkan seperti

pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 : Efisiensi pembuangan air limbah domestik dengan

sistem “On Site Treatment “ sederhana.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 8

Air limbah domestik seperti ini juga dihasilkan oleh

perkantoran, pabrik dan sarana komersial lainnya. Untuk mengatasi

masalah air limbah domestik, salah satu cara adalah dengan

merubah sistem pembuangan air limbah yang lama, yakni dengan

cara seluruh air limbah domestik baik air limbah toilet maupun air

limbah non toilet diolah dengan unit pengolahan air limbah di tempat

(on site treatment) dan selanjutnya air olahannya dibuang ke saluran

umum. Jika efisiensi pengolahan “On site treatment “ rata-rata 90 %,

maka hanya tinggal 10 % dari total beban polutan yang masih

terbuang keluar. Sistem pembuangan air limbah dengan sistem “on

site treatment” secara sederhana ditunjukkan seperti pada Gambar

1.3.

Gambar 1.3 : Efisiensi pembuangan air limbah domestic dengan

sistem “On Site Treatment“ dengan IPAL.

1.2. Karakteristik Air Limbah Domestik

Sumber air limbah domestik adalah seluruh buangan air

yang berasal dari seluruh kegiatan permukiman (real estate), rumah

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 9

makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan

asrama, yang meliputi limbah buangan kamar mandi, toilet, dapur

dan air bekas pencucian pakaian.

Dari hasil pengumpulan data terhadap berberapa contoh air

limbah rumah yang berasal dari berbagai macam sumber pencemar

di DKI Jakarta menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa pencemar

sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena sumber air limbah juga

bervariasi sehingga faktor waktu dan metode pengambilan contoh

sangat mempengaruhi besarnya konsentrasi. Secara lengkap

karakteristik air limbah domestik dari berbagai macam sumber

pencemar dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 : Karakteristik Limbah Domestik

No PARAMETER MINIMUM MAKSIMUM RATA-RATA

1 BOD - mg/l 31,52 675,33 353,43

2 COD - mg/l 46,62 1183,4 615,01

3 Angka Permanganat

(KMnO4) - mg/l

69,84 739,56 404,7

4 Ammoniak (NH3) - mg/l 10,79 158,73 84,76

5 Nitrit (NO2-) - mg/l 0,013 0,274 0,1435

6 Nitrat (NO3-) - mg/l 2,25 8,91 5,58

7 Khlorida (Cl-) - mg/l 29,74 103,73 66,735

8 Sulfat (SO4-) - mg/l 81,3 120,6 100,96

9 pH 4,92 8,99 6,96

10 Zat padat tersuspensi (SS)

mg/l

27,5 211 119,25

11 Deterjen (MBAS) - mg/l 1,66 9,79 5,725

12 Minyal/lemak - mg/l 1 125 63

13 Cadmium (Cd) - mg/l ttd 0,016 0,008

14 Timbal (Pb) 0,002 0,04 0,021

15 Tembaga (Cu) - mg/l ttd 0,49 0,245

16 Besi (Fe) - mg/l 0,19 70 35,1

17 Warna - (Skala Pt-Co) 31 150 76

18 Phenol - mg/l 0,04 0,63 0,335

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 10

Air limbah domestik adalah merupakan salah satu sumber

daya air yang masih dapat digunakan untuk berbagai keperluan lagi

setelah dilakukan pengolahan dan peningkatan kualitasnya.

Beberapa kendala yang dihadapi jika ingin menggunakan kembali air

limbah yakni karena masih sedikitnya masyarakat yang menguasai

teknologi ini dan untuk di kota-kota yang masih banyak ditemukan

sumber air bersih dengan mudah, biaya peningkatan kualitas limbah

domestik ini dirasa masih relatif besar jika dibandingkan dengan

pengambilan air bersih dari sumber. Tetapi untuk kota-kota besar

yang sudah kesulitan mendapatkan sumber air bersih, alternatif ini

perlu untuk dikembangkan.

1.3. Potensi Limbah Cair di DKI Jakarta

Di Jakarta misalnya, sebagai akibat masih minimnya fasilitas

pengolahan air buangan kota mengakibatkan tercemarnya badan -

badan sungai oleh air limbah domestik, bahkan badan sungai yang

diperuntukkan sebagai bahan baku air minumpun telah tercemar

pula. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan

Umum (PU) DKI Jakarta bersama-sama dengan Tim JICA (1990),

jumlah unit air buangan dari buangan rumah tangga per orang per

hari adalah 118 liter dengan konsentrasi BOD rata-rata 236 mg/lt

dan pada tahun 2010 nanti diperkirakan akan meningkat menjadi

147 liter dengan konsetrasi BOD rata-rata 224 mg/lt.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 11

Jumlah air buangan secara keseluruhan di DKI Jakarta

diperkirakan sebesar 1.316.113 m3/hari yakni untuk air buangan

domistik 1.038.205 m3/hari, buangan perkantoran dan daerah

komersial 448.933 m3/hari dan buangan industri 105.437 m3/hari.

Perkiraan jumlah air limbah di wilayah DKI jakarta secara lengkap

seperti terlihat pada Tabel 1.3 sedangkan untuk perkiraan beban

polusi ditunjukkan pada Tabel 1.4. Dari tabel tersebut dapat

diketahui bahwa untuk wilayah Jakarta, dilihat dari segi jumlah, air

limbah domestik (rumah tangga) memberikan kontribusi terhadap

pencemaran air sekitar 75 %, air limbah perkantoran dan daerah

komersial 15 %, dan air limbah industri hanya sekitar 10 %.

Sedangkan dilihat dari beban polutan organiknya, air limbah rumah

tangga sekitar 70 %, air limbah perkantoran 14 %, dan air limbah

industri memberikan kontribusi 16 %. Dengan demikan air limbah

rumah tangga dan air limbah perkantoran adalah penyumbang yang

terbesar terhadap pencemaran air di wilayah DKI Jakarta.

Tabel 1.3 : Perkiraan Jumlah Air Limbah di Wilayah DKI Jakarta

Tahun 1989 dan Tahun 2010

LIMBAH JUMLAH AIR LIMBAH YANG DIBUANG (m3/hari) Jumlah Limbah

WILAYAH

DOMISTIK PERKANTORAN

KOMERSIAL

INDUSTRI

TOTAL

Spesifik (m3/ha.hari

)

Jakarta Pusat 179.432 (78,0) 45.741 (19,9) 4.722 (2,1) 229.895 46,6 Kondisi Utara 143.506 (68,6) 20.622 (9,9) 45.188 (21,6) 209.316 15,0 saat ini Barat 210.790 (79,2) 35.770 (13,4) 19.424 (7,3) 265.984 20,6 (1987) Selatan 247.350 (85,1) 35.146 (12,1) 8.015 (2,8) 290.511 19,9 Timur 256.947 (80,2) 35.372 (11,0) 28.088 (8,8) 320.407 17,1 TOTAL 1.038.025 (78,9) 172.651 (13,1) 105.437 (8,0) 1.316.113 20,2 Jakarta

Pusat 253.756 (67,0) 121.227 (32,0) 3.906 (1,0) 378.889 76,8

Kondisi Utara 266.233 (57,0) 60.298 (13,1) 135.485 (29,3) 462.016 33,1 akan Barat 398.882 (76,6) 86.312 (16,6) 35.718 (6,9) 520.912 40,4 datang Selatan 468.354 (84,0) 87.205 (15,6) 3.328 (0,4) 557.887 38,2 (2010) Timur 495.461 (74,1) 93.891 (14,0) 79.194 (11,8) 668.546 35,6 TOTAL 1.882.686 (72,7) 448.933 (17.3) 256.631 (9,9) 2.588.250 39,7

Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 12

Tabel 1.4 : Perkiraan Beban Polusi (Zat Organik) di Wilayah DKI

Jakarta Tahun1989 dan Tahun 2010

LIMBAH BEBAN POLUSI (Kg/hari) Beban Polusi

WILAYAH

DOMISTIK PERKANTORAN KOMERSIAL

INDUSTRI

TOTAL

Spesifik (kg/ha.hari)

Jakarta usat 42.433 (76,9) 10.568 (19,1) 2.192 (4,0) 55.191 11,2 Kondisi Utara 34.159 (57,0) 4.763 (8,0) 20.970 (35,0) 59.892 4,3 saat ini Barat 49.827 (74,3) 8.264 (12,3) 9.017 (13,4) 67.108 5,2 (1987) Selatan 58.361 (83,1) 8.120 (11,6) 3.721 (5,3( 70.202 4,8

Timur 60.486 (74,0) 8.173 (10,0) 13.037 (16,0) 81.696 4,4 TOTAL 245.264 (73,4) 39.888 (12,0) 48.937 (14,6) 334.089 5,1

Jakarta Pusat 57.216 (65,7) 28.004 (32,2) 1.806 (2,1) 87.026 17,6 Kondisi Utara 60.604 (44,2) 13.929 (10,1) 62.615 (45,7) 137.148 9,8 akan Barat 89.917 (71,1) 19.937 (15,8) 16.505 (13,1) 126.359 9,8

datang Selatan 105.354 (83,2) 20.144 (15,9) 1.075 (0,9) 126.573 8,7 (2010) Timur 111.121 (65,6) 21.687 (12,8) 36.599 (21,6) 169.407 9,0

TOTAL 424.212 (65,7) 103.701 (16,0) 118.600 (18,3) 646.513 9,9

Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990

1.4. Permasalahan

Sebagian besar wilayah di Indonesia belum memiliki sarana

pengelolaan air limbah domestik, bahkan di kota-kota besar yang

telah memiliki sarana pengelolaan juga belum mampu mengelola

dengan baik. Sebagai contoh di wilayah DKI Jakarta, sarana yang

dimiliki hanya mampu melayani sekitar 3,5 – 4% dari total penduduk

Jakarta (PD. PAL Jaya), sedangkan teknologi pengolahan air limbah

rumah tangga invidual (On Site Treatment) yang ada tidak memadai

atau sangat kurang sekali, sehingga resiko terjadinya pencemaran

akibat dari limbah domestik sangat besar sekali.

Perkembangan pembangunan sarana pengelolaan air limbah

domestik secara terpusat sangat lamban, bahkan lebih lamban dari

pada pertumbuhan penduduk. Dengan demikian, maka dari waktu ke

waktu beban pencemaran yang masuk ke lingkungan akan semakin

besar. Jika hal ini tidak segera ditangani, maka dikhawatirkan

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 13

kualitas lingkungan hidup kita akan semakin turun. Oleh karena itu

perlu dilakukan pengkajian teknologi pengolahan air limbah domestik

baik yang skala besar, semi komunal atau individual yang murah,

prosesnya sederhana dan hasilnya dapat diandalkan, sehingga

hasilnya dapat langsung diterapkan oleh pemerintah maupun

masyarakat.

Untuk mencegah pencemaran lingkungan yang makin meningkat

dari tahun ke tahun di DKI Jakarta, maka telah ditetapkan Peraturan

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang dapat dilihat pada Tabel 1. 5.

Tabel 1.5 : Baku Mutu Limbah Cair Domestik

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 122 Tahun 2005

PARAMETER SATUAN INDIVIDUAL

RUMAH TANGGA

KOMUNAL

pH 6 – 9 6 – 9

KMnO4 Mg/l 85 85

TSS Mg/l 50 50

Ammoniak Mg/l 10 10

Minyak & Lemak Mg/l 10 10

Senyawa Biru Metilen Mg/l 2 2

COD Mg/l 100 80

BOD Mg/l 75 50