bab_8_ketentuan umum rev

14
Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030 BAB 8 KETENTUAN UMUM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG PROPINSI DKI JAKARTA Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional. Berdasarkan Undang- undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi terdiri dari: a. Indiskasi arahan peraturan zonasi b. Arahan perizinan c. Arahan pemberian insentif dan insentif d. Arahan sanksi 8.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Zoning merupakan pembagian lingkungan kota ke dalam zona- zona dan menetapkan pengendalian pemafaatan ruang (ketentuan hukum) yang berbeda-beda (Barnett: 60-61; So, 1979;251). Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona pengaturan lebih lanjut, ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan dan prosedur pelaksanaan pembangunan. Peraturan zonasi untuk PKN disusun dengan memperhatikan: a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala internasional dan nasional yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya b. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi yang 8-1

Upload: jakarta2030

Post on 15-Jun-2015

1.739 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab_8_ketentuan umum rev

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

BAB 8KETENTUAN UMUM PENGENDALIAN

PEMANFAATAN RUANG PROPINSI DKI JAKARTA

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional. Berdasarkan Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi terdiri dari:

a. Indiskasi arahan peraturan zonasi

b. Arahan perizinan

c. Arahan pemberian insentif dan insentif

d. Arahan sanksi

8.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Zoning merupakan pembagian lingkungan kota ke dalam zona-zona dan menetapkan pengendalian pemafaatan ruang (ketentuan hukum) yang berbeda-beda (Barnett: 60-61; So, 1979;251). Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona pengaturan lebih lanjut, ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan dan prosedur pelaksanaan pembangunan.

Peraturan zonasi untuk PKN disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala internasional dan nasional yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya

b. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah vertikal.

Kriteria umum pemanfaatan ruang ditetapkan guna menjamin pemanfaatan ruang yang dapat mencapai standar kualitas minimum untuk kesehatan, keamanan, dna keselamatan.

Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Peraturan zonasi ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi.

8-1

Page 2: bab_8_ketentuan umum rev

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

8.1.1 Ketentuan Pembagian Zonasi

Dalam PP 26 tahun 2008 tentang RTRWN menjelaskan ketentuan arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang yaitu:

a. sistem perkotaan provinsi

b. sistem jaringan transportasi provinsi

c. sistem jaringan energi provinsi

d. sistem jaringan telekomunikasi provinsi

e. sistem jaringan sumber daya air

f. kawasan lindung provinsi

g. kawasan budi daya.

8.1.2 Ketentuan Kegiatan yang Diperbolehkan Baik Dengan Syarat, Tanpa Syarat, dan Dengan Pengecualian

Aturan kegiatan dan penggunaan lahan adalah aturan yang berisi kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan bersyarat , diperbolehkan terbatas atau dilarang pada suatu zona. Aturan kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi dinyatakan dengan klasifikasi sebagai berikut:

“I” pemanfaatan diizinkan (P, permitted)Karena sifatnya sesuai dengan perunukan tanah yang direncanakan. Hal ini berarti tidak ada peninjauan atau tindakan ain dari pemerintah terhadap pemanfaatan.

“T” Pemanfaatan diizinkan secara terbatas (R, restricted)Pembatasan dilakukan melalui penentuan standar pembangunan minimum, pembatasan pengopersian, atau peraturan tambahan lainnya yang ebrlaku di wilayah yang bersangkutan.

“B” Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat (C, conditional)Izin ini sehubungan dengan usaha menanggulangi dampak pembangunan di sekitarnya (menginternalisasi dampak), dapat berupa AMDAL, RKL dan RPL.

“-“ Pemanfaatan yang tidak diizinkan (not permitted)Karena sifatnya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.

Penentuan klasifikasi (I,T,B, atau -) pemanfaaan ruang (kegiatan atau penggunaan lahan) pada suatu zonasi didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

a. Umum, berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan Kesesuian dengan arahan dalam rencana tata ruang wilayah Keseimbangan antara kawasan lindung dan budidaya dalam suatu

wilayah Kelestarian lingkingan (perlindungan dan pengawasan terhadap

pemanfaatan air, udara dan ruang bawah tanah)

8-2

Page 3: bab_8_ketentuan umum rev

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

Toleransi terhadap tingkat gangguan dari dampak terhadap peruntukkan yang ditetapkan

Kesesuaian dengan kebijakan pemerintah di luar rencana tata ruang yang ada

Tidak merugikan golongan masyarakat, terutama golongan sosial-ekonomi lemah.

b. Khusus, berlaku untuk masing-masing karakteristik guna lahan, kegiatan atau komponen yang akan dibangun, dapat disusun berdasarkan: Rujukan terhadap ketentuan-ketentuan maupun standar-standar

yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang Rujukan terhadap ketentuan dalam Peraturan Bangunan

Setempat Rujukan terhadapt ketentuan khusu bagi unsur

bangunan/komponen yang dikembangkan.

8.1.3 Ketentuan Intesitas Pemanfaatan Ruang

Dalam RTRW DKI Jakarta 2010 -2030 mengatur ketentuan-ketentuan guna meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, pembangunan fisik kota yang didorong secara vertikal melalui penetapan arahan intensitas ruang, yaitu:

a. Penetapan intensitas ruang di tiap lokasi dan/atau kawasan didasarkan pada pola urgensi pengembangan zona, daya dukung dan daya tampung kawasan. Intensitas ruang yang dimaksud menggunakan komponen KLB, KDB, KB, KDH, dan KTB

b. Penetapan besaran nilai intensitas KLB berdasarkan pada daya dukung dan daya tampung lingkungan serta ketersediaan dukungan sistem transportasi dan sistem utilitas

c. Perhitungan intensitas didasarkan pada daerah perencanaan yang telah dikuasai

d. Besaran nilai dalam komponen intensitas ruang mengikuti ketetapan nilai KLB yang ditetapkan pada lokasi/kawasan.

e. Batasana nilai KDB maksimal dan KTB maksimal tidak dapat dilampaui dan besaran nilai KDH minimal tidak dapat dikurangi

f. Pengaturan ketinggian bangunan harus mempertimbangkan pola sifat dan karakteristik lokasi, keserasian lingkungan, kawasan keselamatan operasional, penerbangan (KKOP), dan kondisi geologi tanah.

Suatu kawasan dapat ditingkatkan nilai besaran KLB lebih dari 5 selama memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Merupakan kawasan strategis yang dipromosikan atau diprioritaskan pembangunannya

b. Kawasan yang menerapkan konsep pembangunan superblok dan konsep TOD (Transitt Oriented Development)

c. Termasuk ke dalam koridor pengembangan sistem angkutan umum massal

d. Didukung olhe ketersediaan infrastruktur dan utilitas yang memadai e. Memiliki kemudahan tingkat pencapaian (aksesbilitas) ke dalam dan

ke luar lokasi menuju jaringan jalan arteri.

8-3

Page 4: bab_8_ketentuan umum rev

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

Namun untuk kawasan yang dibangun dengan KLB = 10 dan ketinggian bangunan lebih dari 97 lantai dibatasi pada kawasan tertentu yang penetapan dan persyaratannya diatur lebih lanjut. Untuk penambahan besaran nilai KLB ini dapat dikenakan kewajiban penyediaan area publik pada lahannya.

Untuk pembangunan layang (Air Right Development) dapat diterapkan di atas prasarana umum seperti jalan dan sungai dan pembangunan ruang bawah tanah mempunyai batasan kedalaman tertentu sesuai dengan fungsi yang akan dikembangkan dan diatur dalam peraturan sendiri.

8.1.4 Ketentuan Prasarana Minimum Sebagai Kelengkapan Dasar Fisik Lingkungan

Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Cakupan prasaran yang diatur dalam Peraturan Zonasi minimum adalah prasarana:

a. ParkirPenyediaan parkir untuk setiap zonasi dan setiap kegiatan ditetapkan dengan standar yang berlaku umum untuk setiap kegiatan atau bangunan di wilayah

b. Bongkar muat Kegiatan yang melakukan bongkar muat diwajibkan menyediakan ruang bongkar muat, seperti kegiatan perdagangan, pergudangan, pelayanan, dan lainnya

c. Dimensi jaringan jalan dan kelengkapannya Dimensi jaringan jalan dan kelengkapannya ditetapkan dengan mempertimbnagkan fungsi jalan, volume lalu lintas dan peruntukakn zonasi. Kelengkapan jalan yang diatur paling sedikit meliputi badan jalan, trotoar, saluran drainase. Aturan tambahan dapat dikenakan untuk penyediaan bahu jalan, teluk jalan untuk pemberhentian angkutan umum, dan media jalan

d. Kelengkapan prasarana lainnya yang dianggap perlu Prasarana lainnya yang diperlukan dapat diwajibkan atau dianjurkan sesuai kebutuhan, seperti penyediaan situ.

8.2 Ketentuan Perizinan

Perizinan merupakan salah satu mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Mekanisme ini merupakan perangkat penting dari pengendalian pemanfaatan ruang, oleh karenanya apabila mekanisme ini terselenggara dengan baik, maka penyimpangan pemanfaatan ruang dapat dikurangi, dan secara legal penyimpangan dapat diidentifikasi dan ditertibkan. Ijin dalam pemanfaatan ruang ialah ijin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas ruang, dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum adat dan kebiasaan yang berlaku.

Perizinan merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum. Prinsip dasar

8-4

Page 5: bab_8_ketentuan umum rev

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

penerapan mekanisme perijinan dalam pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut:

a. Setiap kegiatan dan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan ijin dari Pemerintah Provinsi/Kota

b. Setiap kegiatan dan pembanguan harus memohon ijin dari pemerintah setempat yang akan memeriksa kesesuainnya dengan rencana, serta standar administrasi legal

c. Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh lebih besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait sebelum dapat diberikan ijin.

Dalam penerapannya, perizinan harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. Tepat dalam mengenakan persyaratan b. Efektif dalam mengendalikan kegiatan dan pemanfaatan ruang c. Sederhana dalam jumlah, jenis dan prosedur d. Efisien dalam pengelolaan

Sering kali kekuatan pasar bertentangan dengan kepentingan publik. Dalam hal demikian kepentingan publik harus mendapat prioritas, sedangkan untuk keperluan pasar diperlukan kesederhanaan, kecepatan, efisiensi dan pasti (tidak perlu murah).

8.2.1 Jenis Izin Dalam Pemanfaatan Ruang

Dalam perizinan terdiri dari 2 (dua) macam pengklasifikasian yaitu:

a. Lisensi (licence)Merupakan izin kegiatan tertentu yang tidak harus berkaitan dengan ruang (SIUP, Izin Prinsip, IUT, izin Trayek, SIM, dan lain-lain)

b. Izin (permit)Merupakan izin yang berkaitan dengan lokasi, serta pemanfaatan dan kualitas ruang (izin lokasim IMB, dan lain-lain)

Dalam pembangunan di Provinsi DKI Jakarta terdapat 5 (lima) jenis perizinan yang dikenakan untuk tiap kegiatannya, yaitu sebagai berikut:

a. Perijinan kegiatan/lisensi (SIUP, TDP)b. Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan (ijin Lokasi, Ijin

Peruntukan Penggunaan Tanah,IPPT, Ijin Penggunaan Bangunan/IPB)

c. Perijinan konstruksi (Ijin Mendirikan Bangunan/IMB)d. Perijinan Lingkungan (AMDAL, yang terdiri dari Analisis Dampak

Lingkungan, Rencana Pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan Lingkungan; Ijin Gangguan/HO)

e. Perijinan khusus (pengambilan air tanah)

8-5

Page 6: bab_8_ketentuan umum rev

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

8.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Insentif dan disinsentif merupakan mekanisme yang dapat mendorong perkembangan kota dan dapat menimbulkan dampak positif yang menunjang pembangunan kota atau upaya pengarahan pada perkembangan yang berdampak negatif untuk mengefektifkan pembangunan/rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta, serta memberikan kontribusi dalam membantu pemecahan masalah perkotaan. Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta dan kegiatannya menimbulkan dampak negatif perkotaan.

Pemberian insentif dan disinsentif berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Pergeseran tatanan ruang yang terjadi tidak menyebabkan dampak yang merugikan bagi pembangunan kota

b. Pada hakekatnya tidak boleh mengurangi hak masyarakat sebagai warganegara, dimana masyarakat mempunyai haik dan martabat yang sama untuk memperoleh dan mempertahankan hidupnya

c. Tetap memperhatikan partisipasi masyarakat di dalam proses pemanfaatan ruang untuk pembangunan oleh masyarakat.

Pemberian insentif diberlakukan dengan cara:

a. Kemudahan-kemudahan dalam pengurusan ijin dan pengurusan administrasi lainnya untuk pemanfaatan ruang yang sesuai dengan arahan-arahan dalam rencana tata ruang wilayah.

b. Bantuan pada pemanfaatan lahan yang sifatnya mengkonservasi lahan pada kawasan-kawasan lindung.

c. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham.

d. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur.e. Kemudahan prosedur perizinan.f. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau

pemerintah daerah.

Insentif lebih diprioritaskan pada penyediaan dan penambahan RTH, penanggulangan banjir, upaya mengatasi masalah kemacetan lalu lintas serta upaya pelestarian bangunan cagar budaya.

Pemberian disinsentif diberlakukan dengan cara:

a. Pemberian sanksi dan bahkan pengenaan denda kepada pelanggar aturan-aturan dan arahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.

b. Mempersulit pengurusan administrasi dan bahkan penolakan usulan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan arahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.

c. Pada kawasan-kawasan terbangun yang tidak sesuai dengan arahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah diberlakukan pengawasan dan pengendalian yang ketat.

8-6

Page 7: bab_8_ketentuan umum rev

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

d. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang.

e. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

Disinsentif lebih diprioritaskan pada kegiatan pembangunan yang merubah bentang alam yang berdampak negatif pada lingkungan di sekitarnya, meningkatkan bangkitan lalu lintas di atas kapasitas jaringan jalan.

8.4 Arahan Sanksi

Tindakan penertiban dilakukan melalui pemeriksaan dan penyidikan atas semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan. Kegiatan penertiban dapat dilakukan secara langsung melalui penegakan hukum dan penertiban tidak langsung melalui pengenaan disinsentif pemanfaatan ruang, melalui pengenaan retribusi secara progresif atau membatasi penyediaan sarana dan prasarna dasar lingkungannya.

Pengenaan sanksi dapat berupa sanksi administratif, sanksi pidana, maupun sanksi perdata,

Pelanggaran terhadap ketentuan rencana tata ruang wilayah berupa:

a. Kegiatan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang b. Kegiatan yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin

pemanfaatan ruang dari pejabar yang berwenang c. Kegiatan yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam

persyaratan izin pemanfaatan ruang d. Kegiatan yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh

peraturan dinyatakan sebagai milik umum.

8.4.1 Administrasi

8.4.2 Pidana

Berupa tindakan penahan atau kurungan. Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan umum. Sanksi pidana dapat berupa kurungan, denda dan perampasan barang.

Tabel 8.1 Sanksi Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007

Jenis Pelanggaran Akibat Sanksi Sanksi Tambahan

Tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan

perubahan fungsi ruang

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

Apabila dilakukan oleh suatu korporasi selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan

8-7

Page 8: bab_8_ketentuan umum rev

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

Jenis Pelanggaran Akibat Sanksi Sanksi Tambahan

terhadap korporasi berupa pidana dengan dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda

kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang

pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah)

Korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:

a. pencabutan izin usaha

b. pencabutan status badan hukum

kematian orang

pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah)

Setiap orang yang menderita kerugian dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana, sesuai dengan hukum acara pidana

memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang

-

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

perubahan fungsi ruang

pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar juta rupiah)

kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,- (satu miliar lima ratus juta rupiah)

kematian orang

pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (limamiliar juta rupiah)

mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang

-

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

8-8

Page 9: bab_8_ketentuan umum rev

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

Jenis Pelanggaran Akibat Sanksi Sanksi Tambahan

memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum

-

pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang -

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya

8.4.3 Perdata

Berupa tindakan pengenaan denda atau pengenaan ganti rugi. Saksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang kelompok orang atau badan huku. Dalam RTRW DKI Jakarta menjelaskan setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana pelanggaran terhadap rencana tata ruang wilayah dapat menuntu ganti rugi secara perdata kepada pelaku tindak pidana. Untuk pengenaan denda akibat pelanggaran penataan ruang akan masuk ke dalam Kas Daerah.

8-9

Page 10: bab_8_ketentuan umum rev

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

BAB 8 KETENTUAN UMUM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG PROPINSI DKI JAKARTA 1

8.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi..................................................................1

8.1.1 Ketentuan Pembagian Zonasi......................................................................2

8.1.2 Ketentuan Kegiatan yang Diperbolehkan Baik Dengan Syarat, Tanpa Syarat, dan Dengan Pengecualian..............................................................................2

8.1.3 Ketentuan Intesitas Pemanfaatan Ruang......................................................3

8.1.4 Ketentuan Prasarana Minimum Sebagai Kelengkapan Dasar Fisik Lingkungan.................................................................................................................4

8.2 Ketentuan Perizinan..........................................................................................4

8.2.1 Jenis Izin Dalam Pemanfaatan Ruang...........................................................5

8.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif....................................................................6

8.4 Arahan Sanksi....................................................................................................7

8-10

Page 11: bab_8_ketentuan umum rev

Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

8.4.1 Administrasi..................................................................................................7

8.4.2 Pidana...........................................................................................................7

8.4.3 Perdata.........................................................................................................9

Tabel 8.1 Sanksi Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007.......................................................7

8-11