bab_4_opamp
DESCRIPTION
OPampTRANSCRIPT
4-1
BAB IV
PENGUAT OPERASIONAL (OP-AMP) Menurut Malvino (1996: 49), sekitar sepertiga dari semua IC linier adalah
penguat operasional (operational amplifier/Op-Amp). Op-amp yang biasa adalah
penguat dc gain tinggi yang dapat digunakan dari 0 sampai lebih dari 1 MHz. dengan
memasang tahanan-tahanan luar, kita dapat menyesuaikan gain tegangan dan lebar-pita
sebuah op-amp sesuai dengan yang diinginkan. Ada lebih dari 2000 tipe op-omp yang
tersedia secara komersial. Sebagian besar adalah alat-alat daya rendah karena disipasi
dayanya kurang dari 1 W. Menurut Widodo (2002: 100), penguat operasional adalah
penguat gandeng langsung (direct coupled/dc) dengan gain tinggi yang mempunyai
impedansi masukan tinggi dan impedansi keluaran rendah. Istilah operasional
menunjukkan bahwa penambahan komponen luar yang sesuai, dapat dikonfigurasikan
untuk melakukan berbagai operasi, misalnya penambahan, pengurangan, perkalian,
integrasi dan diferensial.
Pada tahun 1965, Fairchild Semiconduktor memperkenalkan µA 709, yaitu op-
amp monolitik pertama yang banyak digunakan. Meskipun cukup berhasil op-amp
generasi pertama ini mempunyai banyak kekurangan. Kadaan ini kemudian diperbaiki
dengan op-amp yang dikenal sebagai µA 741. Karena tidak mahal dan mudah
digunakan, µA 741 menjadi amat terkenal. Beberapa rancangan 741 dari beberapa
pabrik yang lain telah muncul. Misalnya, Motorola mengeluarkan MC741, National
Semiconductor mengeluarkan LM741, dan Texas Instruments mengeluarkan SW72741.
Semua op-amp monolitik ini sama karena mempunyai perincian yang sama pada
lembaran datanya. Untuk mudahnya, banyak orang menyebut op-amp yang banyak itu
hanya sebagai 741. Op-amp 741 telah menjadi standar industri. Gambar 4-1 adalah
bagan skematik untuk 741.
Diagram blok internal, simbol dan diagram pin suatu penguat operasional
diperlihatkan pada Gambar 4-2. Masukan op-amp yang berlabel inverting (-) dan non-
inverting (+) merupakan masukan bedaan (difference input). Umumnya sinyal masukan
diberikan pada salah satu masukan. Adapun masukan yang lain digunakan untuk
mengendalikan karakteristik komponen. Penguatan antara keluaran dan masukan
inverting adalah negatif (membalik polaritas) sedangkan penguatan antara keluaran dan
masukan non-inverting adalah positif (tak membalik polaritas).
4-2
Gambar 4-1. Bagan skematik yang disederhanakan untuk 741 dan op-amp yang sejenis.
Gambar 4-2.
Op-amp mempunyai dua tegangan catu yang berlabel +V dan –V yang sama
tetapi polaritasnya berlawanan. Namun op-amp dapat juga digunakan pada tegangan
catu tunggal ke salah satu pin catu, sedangkan pin catu yang lain ditanahkan
(grounded). Pin offset-null digunakan untuk menghilangkan tegangan offset keluaran
(a). Diagram blok internal dari penguat operasional
(b). Simbol penguat operasional (c). Diagram pin suatu penguat operasional
4-3
akibat ketidaksepadanan transistor pada penguat bedaan masukan. Dengan
menghubungkan kedua pin null ke ujung-ujung potensiometer, sedangkan lengan
potensiometer yang dihubungkan ke catu –V diatur untuk menghilangkan tegangan
offset tersebut.
4.1 Karakteristik Penguat Operasional
Rangkaian ekivalen op-amp dapat digambarkan seperti pada Gambar 4-3.
Gambar 4-3. Rangkaian ekivalen op-amp
Penguat operasional ideal mempunyai karakteristik sebagai berikut:
- Risistansi masukan Ri = ∞.
- Resistansi keluaran Ro = 0.
- Peroleh/gain tegangan Av = -∞.
- Lebar bidang frekwensi = ∞.
- Tegangan keluaran Vo = 0, jika masukan V1 dan V2 pada ujung inverting (-) dan
non-inverting (+) sama, tak tergantung pada magnitudo tegangan masukan
tersebut.
- Karakteristik op-amp tidak hanyut (driff) oleh perubahan suhu.
Terlihat bahwa penguat operasional ideal seimbang (balance) sempurna yakni Vo = 0
jika V1 = V2 = 0. Penguat operasional riil adalah tidak seimbang karena adanya
ketidaksepadanan (mismatch) transistor masukan. Ketidaksepadanan ini mengakibatkan
ketidaksamaan arus prasikap/prategangan yang mengalir melewati ujung-ujung
masukan. Untuk menyeimbangkannya perlu memberikan tegangan offset masukan
antara kedua ujung masukan.
4-4
Spesifikasi yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik op-amp adalah
sebagai berikut:
• Arus prasikap masukan (input bias current)
Arus prasikap masukan adalah arus rata-rata dari arus yang masuk ke dua
terminal masukan dari op-amp seimbang. Untuk op-amp µA741, nilai tipikal 80 nA dan
maksimum 500 nA. Dengan naiknya suhu arus prasikap turun atau resistansi masukan
naik.
• Arus ingsutan masukan (input offset current)
Arus ingsutan masukan Iio adalah perbedaan antara arus-arus yang masuk ke
terminal masukan op-amp yang seimbang. Untuk op-amp µA741, nilai arus ingsutan
masukan adalah 20 nA (tipikal) dan 200 nA (maksimum).
• Hanyutan arus ingsutan masukan (input offset current drifft)
Hanyutan arus ingsutan masukan ∆Io/∆T adalah rasio perubahan tegangan
ingsutan masukan terhadap perubahan suhu.
• Tegangan ingsutan keluaran (output offset voltage)
Tegangan ingsutan keluaran adalah bedaan antara tegangan dc pada ujung
keluaran dan latar (ground) jika kedua ujung masukan dilatarkan.
• Lebar bidang daya penuh (full power bandwidth)
Rentang tegangan keluaran adalah ayunan tegangan keluaran maksimum yang
dapat diperoleh tanpa cacat yang siknifikan (pada suatu resistan beban). Lebar bidang
daya penuh (full power bandwidth). Lebar bidang daya penuh adalah frekuensi
maksimum yang dapat dicapai dari suatu sinusoide pada rentang tegangan keluaran.
• Rasio Penolakan Catu Daya (Power Supply Rejection Ratio)
Rasio penolakan catu daya menunjukkan seberapa jauh keluaran Op-Amp
berubah jika tegangan catu berubah. Untuk µA 741 rasio penolakan catu daya adalah
150 µV/V (maksimum).
• Laju Ayunan (Slew Rate)
Laju ayunan Op Amp adalah ukuran seberapa cepat tegangan keluaran dapat
berubah dalam menanggapi suatu sinyal masukan. Laju ayunan µA 741 adalah 0,5 V/µs
(tipikal). Karena frekuensi mempunyai relasi dengan waktu, maka laju ayunan dapat
digunakan untuk menentukan frekuensi kerja maksimum (fmaks) Op Amp sebagai
berikut:
4-5
pk
maks V
ayunanlajuf
π2= (4-1)
dengan Vpk: teganga keluaran puncak. • Rasio Penolakan Mode Bersama (Common Mode Rejection Ratio/CMRR)
CMRR adalah ukuran kemampuan Op Amp menolak sinyal mode bersama yang
dinyatakan dengan ratio antara peroleh mode diferensial terhadap peroleh mode
bersama. Untuk µA 741 nilai CMRR nya adalah 3163 atau 20 log 3163 = 70 dB.
• Resistans masukan/keluaran
Umumnya Op Amp mempunyai resistans masukan yang tiggi dan resistans
keluaran yang rendah. Untuk µA 741 tentang resistans masukannya adalah 2 MΩ dan
resistans keluarannya 75 Ω.
• Tanggapan Frekuensi Penguat Op Amp
Peroleh maksimum yang mungkin dari suatu Op Amp disebut peroleh kalang
terbuka (open loop gain). Istilah kalang terbuka menunjukkan bahwa tidak ada lintasan
umpan balik dari keluaran ke masukan Op Amp.
Peroleh kalang terbuka (AOL) Op Amp adalah stabil dari 0 Hz sampai dari
frekuensi cut off fc tertentu, kenudian turun dengan laju standar -20 dB/ dekade seperti
terlihat pada Gambar 4-4. Penurunan ini disebabkan oleh kapasitans internal.
103
104
105
110 100 1K 1M
f [Hz]
Perolehan tegangan
Gambar 4-4. Tanggapan frekwensi kalang/loop terbuka Op-amp µA741
Untuk Op Amp µA 741, diperoleh kalang terbuka uantuk frekuensi rendah hingga dc
adalah cukup tinggi (200 000 atau 106 dB). Mulai frekuebsi 5 Hz terjadi penurunan
(roll-off) dengan laju -20 dB/dekade dengan baiknya frekuensi. Pada saat frekuensi
4-6
mencapai 1 MHz, peroleh turun menjadi satu dan dikatakan bahwa frekuensi perolehan
satu (unity gain frequncy) funity adalah 1 MHz.
Ciri khas tanggapan pada Gambar 4-4 adalah jika diambil sembarang titik pada
lereng kurva dan dihitung perkalian antara absis dan kordinatnya selalu diperoleh hasil
yang sama, yaitu 1 MHz. Misalnya, pada 100 Hz dengan peroleh 104, hasil perkaliannya
adalah 100 Hz x 104 = 1 MHz, dan seterusnya. Penguat dikatakan mempunyai Produk
Peroleh Lebar-Bidang (Gain Bandwidth Product/GBP) yang konstan sebesar 1 MHz.
Dalam kasus ini BGP dan funty bernilai sama.
Dengan adanya umpan-balik, maka peroleh keseluruhan akan turun, dan GBP
dapat digunakan untuk mencari:
1. Nilai maksimum peroleh kalang tertutup (ACL)pada lebar-bidang (BW)
tertentu.
2. Nilai lebar-bidang pada peroleh tertutup tertentu.
Formula yang digunakan adalah:
ACL. BW = funity (4-2)
Berdasarkan pada fakta bahwa peroleh dan lebar-bidang adalah berbanding terbalik,
maka:
1. Makin tinggi peroleh Op Amp, maka lebar-bidang makin sempit.
2. Makin rendah peroleh Op Amp, maka lebar bidang makin lebar.
Dalam aplikasi, rangkaian umpan-balik ditambahkan pada op-amp untuk
mengendalikan karakteristiknya. Rangkaian umpan-balik menghubungkan keluaran op-
amp dengan masukan op-amp.
4.2 Penguat Inverting
Penguat inverting adalah ekuivalen dengan penguat emiter bersama atau penguat
source bersama. Operasi penguat inverting terlihat pada Gambar 4-5. Resistor R2
membentuk lintasan umpan-balik dari keluaran ke masukan.
Peroleh/Gain Tegangan
Kunci kerja dari penguat inverting terletak pada untai/rangkaian masukan
diferensial. Diasumsikan bahwa untai diferensial ideal. Maka kedua resistor pada untai
masukan diferensial sepadan (matched) dan tegangan pada kedua masukan adalah sama.
Jika masukan non inverting dilatarkan (grounded) maka masukan inverting juga
4-7
mempunyai tegangan pada latar, sehingga masukan inverting berada pada pentahanan
semu (virtual ground).
+
-
R2
R1
I1
+ RL VoVi
I1=I2
Pentanahan
semu
Gambar 4-5. Penguat inverting
Vo pada resistor umpan-balik R2 adalah: Vo = - I2 R2 (4-3) V i pada resistor masukan R1 adalah: Vi = I1 R1 (4-4) Karena Op Amp mempunyai resistans masukan yang sangat tinggi maka arus masukan
mendekati nol. Karena itu I1 = I2 maka Persamaan (4-3) dapat ditulis:
Vo = - I1.R2 (4-5)
Peroleh tegangan yang diukur dengan adanya lintasan umpan-balik disebut peroleh
tegangan kalang tertutup (closed loop voltage gain) ACL yang dapat diperoleh dari:
i
oCL V
VA = . Dari Persamaan (4-4) dan (4-5) diperoleh:
1
2CL R
RA −= (4-6)
Tanda – pada Persamaan (4-6) menunjukkan bahwa polaritas keluaran berlawanan
dengan masukan, sehingga disebut penguat inverting (pembalik).
Resistansi Masukan
Penguat inverting mempunyai resistansi masukan yang lebih rendah dari
penguat operasional. Seperti terlihat pada Gambar 4-5, sumber tegangan menunjukkan
4-8
resistor masukan R1 yang menuju ke pentahanan semu. Karena itu resistansi masukan
penguat inverting adalah:
Ri ≅ R1 (4-7)
Resistansi Keluaran
Resistansi keluaran penguat inverting merupakan gabungan paralel antara
resistansi keluaran Op-amp (Ro) dengan resistansi umpan-balik R2. Karena R2 umumnya
jauh lebih besar dari pada Ro maka impedansi/resistansi keluaran diasumsikan sama
dengan Ro dari Op-amp.
CMRR Penguat Inverting
CMRR penguat inverting dihitung dari rasio peroleh diferensial penguat (Ad)
terhadap peroleh mode bersama penguat (Ac).
CMRRpenguat = Ad/Ac (4-8)
Peroleh diferensial penguat adalah sama dengan peroleh kalang tertutup (closed loop)
penguat (ACL): Ad = ACL.
Peroleh mode bersama dihitung dari peroleh kalang terbuka (open loop gain) Op-Amp
(AOL) dibagi dengan CMRROp-Amp:
AmpOp
OLC CMRR
AA
−
=
Berdasarkan Persamaan (4-8) diperoleh CMRR penguat:
AmpOpOL
CLpenguat CMRR
A
ACMRR −= (4-9)
Tampak bahwa CMRR penguat jauh lebih kecil dari pada CMRROp-amp.
Contoh:
Suatu Op-amp mempunyai parameter berikut: AC = 0,02, AOL = 150 000, Zin = 1,5 MΩ,
Zout = 50 Ω (maksimum), dan slew rate = 0,75 V/µs. Op-amp tersebut digunakan untuk
penguat inverting dengan tegangan catu ±12 Vdc dan nilai Vin = 50 mVpp, R2 = 200 kΩ,
dan R1 = 1 kΩ. Lakukan analisis rangkaian.
Solusi:
a. 000500702,0
000150
A
ACMRR
C
OLampOp ===−
Peroleh kalang tertutup rangkaian = ACL = R2/R1 = 200
4-9
b. Impedansi masukan rangkaian = Zi = R1 = 1 kΩ
c. Impedansi keluaran rangkaian = Zo < Zout = 50 Ω.
d. CMRRpenguat = ampOpOL
CL
C
OL
OL
CL
C
CL CMRRxA
A
A
A
A
A
A
A−
=
=
= (200/150000) x 7500000 = 10.000
e. Vo pp = Vi pp x ACL
= 50 x 200 = 10 000 mV = 10 V
Vo pk = Vo pp/2 = 5 V
fmaks = )5.2(
10.75,0
)V2(
rateslew 6
pko π=
π
= 23,873 kHz.
4.3 Penguat Non-Inverting
Penguat non-inverting diperlihatkan pada Gambar 4-6. Terlihat bahwa sinyal
masukan dihubungkan ke masukan non-inverting, sehingga sinyal keluaran mempunyai
fase yang sama dengan sinyal masukan.
+
-
R2
R1
I1
+
Vo
Vi
Gambar 4-6. Penguat non-inverting
Diasumsikan bahwa rangkaian masukan diferensial ideal maka tegangan pada masukan
inverting sama dengan tegangan masukan non-inverting. Karena itu tegangan pada
masukan inverting adalah sama dengan tegangan sinyal masukan Vi. Oleh karena
resistansi masukan Op-amp sangat tinggi maka arus masukan Op-amp mendekati nol.
Sehingga arus pada R1 sama dengan arus pada R2, yaitu:
I1 = I2 atau 2
io
1
i
R
VV
R
V −=
4-10
Peroleh tegangan kalang tertutup adalah:
1
2
i
oCL R
R1
V
VA +== (4-10)
Terlihat bahwa tegangan keluaran mempunyai fase yang sama terhadap masukan dan
peroleh/gain tegangannya adalah ACL ≥ 1.
Resistansi masukan penguat non-inverting sangat tinggi karena sinyal masukan
diberikan langsung ke Op-amp. Resistansi keluaran penguat non-inverting mendekati
sama dengan resistansi keluaran Op-amp (seperti penguat inverting). Dengan adanya
resistansi masukan yang tinggi dan resistansi keluaran yang rendah maka penguat non-
inverting dapat digunakan untuk rangkaian penyangga (buffer) seperti pengikut emitter
atau pengikut source. Rangkaian penyangga dapat digunakan untuk menyesuaikan
impedansi sumber yang berimpedansi tinggi ke beban yang berimpedansi rendah.
Perbedaan penguat non-inverting dengan pengikut emiter atau pengikut source adalah
bahwa peroleh tegangannya dapat bernilai tinggi, sedangkan pengikut emitter atau
pengikut source peroleh tegangannya kurang dari satu.
4.4 Pengikut Tegangan
Untuk penguat non-inverting pada Gambar 4-6, jika R1 dibuka (R1 = ∞) dan R2
dihubung singkat (R2 = 0) maka diperoleh pengikut tegangan seperti terlihat pada
Gambar 4-7.
+
-
+
Vo
Vi
Gambar 4-7. Pengikut tegangan
Peroleh tegangan untuk pengikut tegangan adalah:
10
1R
R1A
1
2CL =
∞+=+= (4-11)
4-11
Resistansi masukan Ri adalah sama dengan resistansi masukan Op-amp, demikian juga
resistansi keluaran Ro juga sama dengan resistansi keluaran Op-amp. CMRR pengikut
tegangan dihitung dengan persamaan:
CC
CLteganganpengikut A
1
A
ACMRR == (4-12)
4.5 Penguat Penjumlah
Penguat penjumlah mempunyai keluaran yang sebanding dengan jumlah
masukan (Gambar 4-8).
Gambar 4-8. Penguat penjumlah
Karena ujung masukan inverting Op-amp adalah pentanahan semu (virtual ground) dan
arus masukan Op-amp mendekati nol maka persamaan untuk arus adalah:
If = I1 + I2 + I3
= (V1/R1) + (V2/R2) + (V3/R3) (4-13)
Tegangan keluaran penguat penjumlah dapat ditulis:
++−=−= 3
3
f2
2
f1
1
fffo V
R
RV
R
RV
R
RR.IV (4-14)
Jika R1 = R2 = R3 = R maka:
)VVV(R
RV 321
fo ++−= (4-15)
Karena itu keluaran sebanding dengan jumlah masukan.
4-12
4.6 Penguat Bedaan (Diference Amplifier)
Penguat bedaan mempunyai keluaran yang sebanding dengan bedaan sinyal
masukan. Rangkaian penguat bedaan diperlihatkan pada Gambar 4-9.
+
-
R2
R1
+V2
R3
+V2
Vo
R4
Gambar 4-9. Penguat bedaan
Tegangan keluaran Vo diperoleh dengan superposisi:
Vo = Vo sumbangan V1 + Vo sumbangan V2
= 01Vo02Vo VV
==+ (4-16)
11
202Vo V
R
RV −=
= → tegangan keluaran untuk konfigurasi penguat inverting.
+=+= V)
R
R1(V
1
201Vo → tegangan keluaran untuk konfigurasi penguat non-inverting,
dengan V+ : tegangan pada masukan non-inverting.
243
4 VRR
RV
+=+
Maka 243
4
1
21
1
2o V
RR
R
R
R1V
R
RV
+
++−= (4-17)
Jika R1/R2 = R3/R4 maka:
)VV(R
RV 12
1
2o −= (4-18)
Terlihat bahwa tegangan keluaran sebanding dengan perbedaan tegangan masukan.
4-13
4.7 Integrator
Integrator adalah rangkaian yang dapat melakukan operasi integrasi matematis
pada sinyal masukan. Rangkaian integrator diperlihatkan pada Gambar 4-10.
Gambar 4-10. Rangkaian integrator
Jika masukan inverting berada pada pentanahan semu dan impedansi masukan Op-amp
sangat besar maka arus masukan mendekati nol, sehingga:
R
)t(V)t(i i= dan ∫∫ −=−= dt)t(V
RC
1)t(di
C
1)t(V i
ffo (4-19)
Terlihat bahwa tegangan keluaran integrator sebanding dengan integral tegangan
masukan. Karena masukan integrator diberikan ke masukan inverting Op-amp maka
keluaran integrator berbeda fase 180o terhadap masukan.
Jika tegangan ingsutan (offset) masukan dc dan arus prategangan masukan dari
Op-amp tidak dapat diabaikan maka tegangan dan arus ini akan diintegrasikan pada
kapasitor Cf, dan pada keluaran akan tampak tegangan tambahan yang bertambah linier
terhadap waktu sampai penguat mencapai titik jenuh (meskipun Vi = 0). Untuk
mengatasi hal tersebut, ditambahkan resistor Rf yang diparalel dengan kapasitor umpan-
balik Cf (Gambar 4-11), sehingga tegangan offset dc dan arus prategangan dc yang
melewati resistor Rf akan menghindari kejenuhan Op-amp.
Peroleh (gain) tegangan kalang (loop) tertutup: i
f
i
oCL R
Z
V
VA == (4-20)
dengan ff
f
fff CRj1
R
Cj
1//RZ
ω+=
ω= maka:
o
if
ff
ifCL /j1
R/R
CRj1
R/RA
ωω+=
ω+= (4-21)
dengan ωo = 2πfo = 1/(Rf.Cf) (frekwensi cut-off [rad/det.]).
4-14
i
f
R
R
CLA
Gambar 4-11. (a). Integrator dengan resistor umpan-balik (b). Gain tegangan sebagai fungsi frekwensi
Frekwensi cut-off dalam Hz, adalah: ff
oo CR2
1
2f
π=
πω
= .
Untuk menggambarkan tanggapan magnitude CLA (Gambar 4-11b), ditinjau nilai
frekwensi f berikut:
Untuk f << fo maka i
fCL R
RA −= → rangkaian merupakan penguat inverting.
Untuk f >> fo maka )f/fj(
1
R
RA
oi
fCL −= → menunjukkan bahwa asimtot frekwensi
tinggi merupakan integrator.
Karena rangkaian bersifat sebagai integrator hanya pada frekwensi tinggi maka disebut
integrator merugi (lossy integrator). Untuk f = fo maka tanggapan magnitudonya:
i
fCL R
R
2
1A = atau dB3
R
RA
dBi
fdBCL −=
4.8 Diferensiator
Jika resistor dan kapasitor pada Gambar 4-10 saling dipertukarkan maka
diperoleh rangkaian diferensiator seperti pada Gambar 4-12. Diferensiator adalah
rangkaian yang keluarannya sebanding dengan laju perubahan sinyal masukan.
Jika masukan inverting berada pada pentanahan semu dan impedansi masukan Op-amp
tak terhingga maka:
iC = iR atau f
oii R
)t(V
dt
)t(VdC −=
4-15
maka: dt
)t(VdCR)t(V i
ifo −= (4-22)
Sehingga keluaran diferensiator sebanding dengan derivatif masukan.
Gambar 4-12. Rangkaian diferensiator
Diferensiator cenderung berosilasi karena masalah stabilitas yang terkait dengan
frekwensi roll-off dari gain loop terbuka. Rangkaian diferensiator dapat distabilkan
dengan memasang resistor Ri yang seri dengan kapasitor Ci. Setelah modifikasi ini,
rangkaian diferensiator masih memberikan fungsi diferensiasi, tetapi pada rentang
frekwensi yang terbatas. Batas frekwensi tinggi dari diferensiator tersebut menjadi:
ii
c CR2
1f
π= (4-23)
Contoh:
Buktikan bahwa jika R1 = R2 = R maka ekspresi tegangan keluaran untuk penguat
instrumentasi pada Gambar 4-13 adalah:
)VV(R
R21
R
RV 12
C3
4o −
+=
Solusi:
Op-amp 3 digunakan digunakan dalam konfigurasi penguat bedaan (diference
amplifier). Menurut Persamaan (4-18), tegangan keluaran penguat bedaan untuk
rangkaian di atas adalah:
)VV(R
RV 1o2o
3
4o −=
Jika arus masukan ke Op-amp 1 dan Op-amp 2 adalah nol maka perbedaan tegangan
keluaran Op-amp 1 dan Op-amp 2 adalah:
4-16
Vo2 – Vo1 = IC (R1 + R2 +RC)
dengan C
12C R
VVI
−≅ , maka:
)RRR(R
)VV(VV C21
C
121o2o ++
−≅−
Dan )VV(R
)RRR(
R
RV 12
C
C21
3
4o −
++=
Jika R1 = R2 = R maka:
)VV)(R
R21(
R
RV 12
C3
4o −+= → Jadi terbukti.
Gambar 4-13. Rangkaian suatu penguat pada instrumentasi
4-17
Soal Latihan
1. Suatu penguat inverting seperti pada Gambar 4-5. Op-amp yang digunakan
mempunyai spesifikasi sebagai berikut: AOL = 180 000, Zin = 2 MΩ, Zout = 50 Ω,
laju ayunan (slew rate) = 0,75 V/µs. Vin = 100 mVpp, CMRROp-amp = 160 dB, R2 =
150 kΩ, R1 = 1,5 kΩ. Hitunglah:
a. Peroleh kalang tertutup penguat (ACL).
b. CMRR rangkaian.
c. Impedansi masukan rangkaian.
d. Impedansi keluaran rangkaian.
e. Tegangan keluaran puncak (Vop).
f. Frekwensi maksimum fmaks.
2. Suatu integrator seperti pada Gambar 4-11, mempunyai Ri = 1,5 kΩ, Cf = 0,01 µF,
Rf = 220 kΩ.
a. Tentukan frekwensi cut-off.
b. Di bawah frekwensi minimum berapakah keluaran integrator mulai
kehilangan sifat integrasinya?
Petunjuk: Di bawah frekwensi minimum reaktansi Cf lebih besar dari pada 0,1 x
Rf sehingga fmin = 10/(2πRfCf).
3. Suatu diferensiator seperti pada Gambar 4-12, dengan Ci = 0,01 µF, Rf = 10 kΩ.
a. Tentukan frekwensi cut-off.
b. Di atas frekwensi maksimum berapakah keluaran diferensiator mulai
kehilangan sifat diferensiasinya?
Petunjuk: Di atas frekwensi maksimum reaktansi Cf < 0,1 x Rf sehingga fmaks =
1/(20πRfCi).