bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

Upload: jakarta2030

Post on 30-May-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    1/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-1

    BAB 2PENGEMBANGAN JAKARTA DALAM

    LINGKUP YANG LEBIH LUAS

    2.1. KAJIAN KEBIJAKAN DALAM KONTEKS NASIONAL DAN GLOBAL

    DKI Jakarta merupakan salah satu titik interkoneksi dalam lingkup nasional,regional (Asia Pasifik) bahkan internasional, sehingga fungsi danperanannya perlu dilihat dalam lingkup nasional, regional dan internasional.Hal ini terkait dengan berbagai fungsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara:- pusat pemerintahan- pusat perdagangan nasional, regional dan global

    - pusat perhubungan darat, laut dan udara nasional dan internasionalserta telekomunikasi- pusat kegiatan nasional: antara lain pendidikan, pelayanan kesehatan,

    kebudayaan, pariwisata, industri kreatif.

    Dua kekuatan penting yang mutlak perlu dipertimbangkan dalampembangunan perkotaan terutama DKI Jakarta adalah globalisasi danurbanisasi. Dengan kemajuan teknologi, globalisasi telah merambahkeseluruh dunia, tidak hanya di tingkat nasional, tapi juga di tingkat lokal.Globalisasi telah merangsang terjadinya interaksi antara kota-kota, sebagaielemen kunci dalam ekonomi global. Tiga aspek utama dari globalisasiini adalah perdagangan barang dan jasa, aliran kapital secara

    internasional dan isu-isu lingkungan, seperti bahaya perubahan iklim(global warming) dan kerusakan biodiversitas lingkungan (WB 2000, WorldDevelopment Report 1999/2000 Entering the 21st Century). Namunsebaliknya hal ini telah pula menciptakan kompetisi global antara kota-kotatersebut. Menjadi tantangan bagi pemerintah kota untuk meningkatkandaya saing kotanya yang kondusif dalam berbagai sektor agar dapattermasuk dalam jaringan kota dunia (global urban networks).

    Apabila DKI Jakarta tidak mempunyai daya saing tinggi, maka dalam suatudunia yang mengglobal akan tertinggal dan mengalami keterbatasan-keterbatasan dalam hal pemasaran dan peluang-peluang lainnya.Bagaimana cara meningkatkan daya saing ini, perlu dirumuskan dalam

    rencana-rencana dan tindakan-tindakan yang terwujudkan dan terdukungdalam penataan ruang yang efektif. Apakah berupa jaringan infrastruktur,tenaga (power) atau ketersediaan lahan dalam kawasan-kawasan strategis.Dengan demikian, dalam penataan ruang, strategi dan rencana tindaktersebut perlu difasilitasi, termasuk layanan dalam administrasi birokrasipublik.

    Urbanisasi di dunia merupakan fenomena utama sejak abad lalu. Kota-kota di abad 21 akan menjadi perhatian utama secara global karenapesatnya peningkatan penduduk perkotaan. Pada tahun 2030, minimal61% penduduk dunia akan tinggal di kota-kota dan pada tahun 2060 lebihdari 80% dunia akan tinggal di kota-kota (Cities Alliance, Improving UrbanPerformance, 2006).

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    2/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-2

    Kawasan perkotaan akan semakin penting, karena lebih dari 80%pertumbuhan ekonomi global terjadi di kota-kota. Selain daripada itu, kota-kota mempunyai produktivitas tinggi karena kepadatannya menciptakanlingkungan transaksi yang tinggi. Hal ini juga, atau terutama, terjadi dinegara-negara berkembang. UNCHS memperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk perkotaan di negara berkembang akan mencapai 52%.Pada tahun 2015, 153 dari 358 kota berpenduduk lebih dari 1 juta akanberada di Asia. Dari 27 megacities yaitu kawasan dengan pendudukmelebihi 10 juta jiwa, 15 di antaranya akan berada di Asia. Abad 21merupakan abad urban. Indonesia pun akan mengalami hal yang sama.Sensus penduduk 2000 menunjukkan bahwa jumlah penduduk perkotaandi Indonesia telah mencapai lebih dari 85 juta jiwa, hampir 42% dari total jumlah penduduk. Di tahun 2005 diperkiakan jumlah ini telah mencapaisekitar 105 juta jiwa dan kini diduga hampir setengah jumlah pendudukIndonesia tinggal di wilayah perkotaan. (Firman & Soegijoko, Urbanisasi

    dan Pembangunan Perkotaan di Indonesia, dalam Pembangunan KotaIndonesia dalam Abad 21, 2006).

    Diperkirakan sebelum 2010, jumlah penduduk perkotaan secara nasionalakan melebihi penduduk perdesaan dan pada tahun 2025 jumlah pendudukperkotaan akan mencapai 68%. (Soegijoko, 2006, Desa Kota di KawasanPinggiran Kota Metropolitan).

    Bertambahnya kawasan perkotaan baru dan daerah otonom kota kecilpemekaran wilayah berakibat berkurangnya kawasan perdesaan danpertanian di Indonesia. Dalam waktu 10 tahun sejak diundangkannyaUndang undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang

    direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 jumlah kota sebagaidaerah otonom baru bertambah 34 kota yang semula merupakan kawasanperkotaan, proses pemekaran tersebut akan terus berlangsung.

    2.2. PENGEMBANGAN DKI JAKARTA DALAM SKALA NASIONAL

    Pada subbab ini memuat kebijakan-kebijakan skala nasional terkaitpengembangan DKI Jakarta. Kebijakan tersebut antara lain UU No. 26Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU No. 27 Tahun 2007 tentangPengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut, UU No. 29 Tahun 2007 tentangPemerintahan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara RI, PP No. 26

    Tahun 2008 tentang RTRWN, dll.

    2.2.1. Penataan Ruang

    Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagaipengganti Undang-undang No. 24 Tahun 1992, membawa perubahan yangcukup mendasar bagi pelaksanaan kegiatan penataan ruang baik di tingkatPusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Dengan demikian rencana tataruang mutlak menjadi dasar dalam pemanfaatan maupun pengendalianpemanfaatan ruang, sehingga menjadi dokumen perencanaan yang harusdimiliki oleh setiap daerah dalam rangka pengembangan wilayahnya.

    Perencanaan tata ruang merupakan suatu proses yang berkelanjutan

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    3/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-3

    responsif terhadap isu-isu kewilayahan yang dapat mempengaruhiperkembangan dari suatu daerah.

    Untuk mewujudkan hasil perencanaan yang baik perlu ada kesepahamanterhadap aturan dan tata cara penyusunan mulai dari proses perencanaantata ruang, pemanfaaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruangdengan merujuk terhadap aturan yang telah dibuat disesuaikan dengankarakteristik daerah. Keterlibatan masyarakat juga sangat diperlukan dalamproses perencanaan, mengingat nantinya rencana tata ruang akandilegalkan dalam bentuk peraturan daerah yang mengikat seluruhstakeholder pembangunan dalam suatu daerah. Undang-undang No.26Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan seluruh provinsidan kabupaten/kota untuk memiliki RTRW yang sesuai dengan ketentuandalam Undang-undang selambat-lambatnya tahun 2009 untuk RTRWProvinsi dan tahun 2010 untuk RTRW kabupaten/kota.

    Ruang wilayah NKRI merupakan kesatuan wadah dan sumber daya yangperlu ditingkatkan upaya pengelolaannya dengan berpedoman pada kaidahpenataan ruang agar kualitas ruang dapat terjaga keberlanjutannya untukkesejahteraan umum dan keadilan sosial. Ruang yang terbatas danpemahaman masyarakat yang telah berkembang menuntut adanyapenyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatifyang berlandaskan pada prinsip-prinsip Good Governanceagar terwujudruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Dalam UU No.26/2007 penataan ruang diklasifikasikan berdasar pada:

    1. Sistem2. Fungsi Utama Kawasan3. Wilayah Administratif

    4. Kegiatan Kawasan5. Nilai strategis Kawasan

    Lebih jelasnya mengenai klasifikasi penataan ruang berdasarkan UUNo.26/2007 dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    4/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-4

    Gambar 2. 1 Klasifikasi Pemanfaatan Ruang Menurut UUTR No.26/2007

    Hirarki rencana tata ruang di Jakarta meliputi :

    a. RTRW Tingkat Provinsi ditetapkan dengan Perda;b. RTRW Tingkat Kota/Kabupaten Administrasi bergabung dengan

    RTRW Provinsi yang ditetapkan dalam satu Perda;c. RDTR Kecamatan sebagai acuan penyusunan Peraturan Zonasi yang

    ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    2.2.2. Hal-Hal Pokok Yang Diatur UU Nomor 26/2007 Tentang PenataanRuang

    Adapun hal-hal pokok yang diatur UU No. 26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang adalah sebagai berikut:

    a. Strategi umum dan strategi implementasi penyelenggaraan penataan

    ruang.b. Pembagian kewenangan yang lebih jelas antara Pemerintah,

    Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalampenyelenggaraan penataan ruang.

    c. Kejelasan produk rencana tata ruang (bukan hanya administratif,tetapi dapat pula fungsional).

    d. Penekanan pada hal-hal yang bersifat sangat strategis sesuaiperkembangan lingkungan strategis dan kecenderungan yang ada.

    e. Penataan ruang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,termasuk ruang di dalam bumi, sebagai satu kesatuan.

    f. Pengaturan ruang pada kawasan-kawasan yang dinilai rawanbencana (rawan bencana letusan gunung api, gempa bumi, longsor,gelombang pasang dan banjir, SUTET, dan Lain-lain).

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    5/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-5

    g. Mengatur penataan ruang kawasan perkotaan dan metropolitan.h. Mengatur penataan ruang kawasan perdesaan dan agropolitan.i. Mengatur penataan ruang kawasan perbatasan sebagai kawasan

    strategis nasional (termasuk pula pulau-pulau kecil terluar/terdepan). j. Mengatur penataan ruang kawasan strategis nasional dari sudut

    pandang ekonomi (kawasan ekonomi khusus, kawasanpengembangan ekonomi terpadu (KAPET), kerjasama ekonomi subregional, serta kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas).

    k. Peraturan tentang ruang terbuka hijau, penyedian ruang bagi pejalankaki, dan penyediaan ruang bagi usaha sektor informal (PKL).

    l. Penegasan hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penataanruang.

    m. Penguatan aspek pelestarian lingkungan hidup dan ekosistem (bukanhanya poleksosbudhankam).

    n. Diperkenalkannya perangkat insentif dan disinsentif.o. Pengaturan sanksi.

    p. Pengaturan penyelesaian sengketa penataan ruang.q. Pengaturan jangka waktu penyelesaiaan aturan-aturan pelaksanaansebagai tindak lanjut dari terbitnya UU penataan ruang ini.

    r. Pengaturan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).

    Gambar 2. 2 Klasifikasi Penataan Ruang Berdasarkan Sistem, Fungsi DanNilai Strategis Kawasan

    Sumber: UU No. 26 Tahun 2007

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    6/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-6

    2.2.3. Implikasi UU No.26 Tahun 2007 Terhadap Penyelenggaraan PenataanRuang Di Provinsi/Kabupaten/Kota

    UU No. 26 Tahun 2007 mengamanatkan pembentukan landasan hukumbagi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam penataanRuang, dengan demikian maka sistematika UU No.26 tahun 2007 memuat :

    2.2.3.1 Pengaturan

    a. Pemerintah Provinsi harus melakukan revisi terhadap PeraturanDaerah tentang RTRW Provinsinya masing-masing paling lambatdalam waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak UU No.26 Tahun 2007tentang Penataan Ruang diberlakukan.

    b. RTRW Provinsi harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi.c. Pemerintah Daerah Provinsi menetapkan Kawasan Strategis

    Provinsi.d. RTR Kawasan Strategis Provinsi ditetapkan dengan Peraturandaerah Provinsi.

    e. Penetapan Raperda Provinsi tentang RTRW Provinsi dan rencanarinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuansubstansi dari Menteri.

    f. Pemerintah Provinsi dapat menyusun petunjuk pelaksanaan bidangpenataan ruang pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

    g. Penetapan Peraturan Zonasi (Zoning Regulation) yang berdasarkanpada RDTR.

    h. Pemerintah Provinsi harus menyebarluaskan informasi yangberkaitan dengan RTRW, RDTR, arahan peraturan zonasi dan

    petunjuk pelaksanaan bidang Penataan Ruang.i. Pemerintah Kabupaten/Kota harus melakukan revisi terhadap Perda

    tentang RTRW Provinsinya masing-masing paling lambat dalamwaktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak UU No.26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang diberlakukan.

    j. RTRW Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan DaerahKabupaten/Kota.

    k. Pemerintah Daerah Kab/Kota menetapkan Kawasan StrategisKab/Kota.

    l. RTR Kawasan Strategis Kab/Kota ditetapkan dengan PeraturanDaerah Kab/Kota.

    m. Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kab/Kota (a.l Kws. Perkotaan)

    ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kab/Kota.n. Penetapan Raperda Kab/Kota tentang RTRW Kab/Kota dan rencana

    rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuansubstansi dari Menteri setelah mendapatkan rekomendasi Gubernur.

    o. Pemda Kab/Kota harus menyebarluaskan informasi yang berkaitandengan rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangkapelaksanaan penataan ruang wilayah kab/kota dan melaksanakanstandar pelayanan minimal bidang penataan ruang.

    2.2.3.2 Pembinaan

    a. Dalam rangka meningkatkan kinerja penataan ruang, PemerintahDaerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kab/Kota

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    7/43

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    8/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-8

    Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasanlindung dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategisprovinsi.

    Penetapan kawasan strategis provinsi. Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi

    program utama jangka menengah lima tahunan. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang

    berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahanperizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

    6. RTRW Provinsi menjadi pedoman untuk: Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam

    wilayah provinsi. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan

    perkembangan antar wilayah kabupaten/kota serta keserasian

    antarsektor. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi. Penataan ruang kawasan strategis provinsi. Penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

    b. RTRW Kabupaten

    1. Wewenang Pemda Kabupaten dalam pelaksanaan pemanfaatan ruangmeliputi: Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten, Kawasan Strategis

    Kabupaten, Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

    2. RTRW Kabupaten berjangka waktu perencanaan 20 tahun dengantingkat ketelitian skala 1:100.000.

    3. RTRW Kabupaten harus mengacu pada: RTRW Nasional dan RTRW Provinsi. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang. Rencana pembangunan jangka panjang daerah.

    4. RTRW Kabupaten harus memperhatikan: Perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian

    implikasi penataan ruang kabupaten. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

    kabupaten. Keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Rencana pembangunan jangka panjang daerah. Rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan. Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.

    5. RTRW Kabupaten memuat : Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem

    perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaandan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten.

    Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasanlindung kabupaten dan kawasan budi daya kabupaten.

    Penetapan kawasan strategis kabupaten.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    9/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-9

    Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasiprogram utama jangka menengah lima tahunan.

    Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupatenyang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan,ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

    6. RTRW Kabupaten menjadi pedoman untuk: Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di

    wilayah kabupaten. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan

    antarsektor. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi. Penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

    7. RTRW Kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasipembangunan dan administrasi pertanahan (Pasal 26 ayat 3)

    c. RTRW Kota

    1. RTRW Kota berjangka waktu perencanaan 20 tahun dengan tingkatketelitian skala 1 : 50.000.

    2. Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten berlaku mutatismutandis untuk perencanaan tata ruang wilayah kota, denganketentuan tambahan: Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dengan

    proporsi 30% dari wilayah kota. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau. Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana

    jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal,dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankanfungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi danpusat pertumbuhan wilayah.

    Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatanutama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagaitempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusipelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatanekonomi (Pasal 1 ayat 25).

    Penataan Ruang Kawasan Perkotaan diselenggarakan pada (pasal41 ayat 1):a. Kawasan Perkotaan yang menjadi bagian wilayah kabupaten.b. Kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang

    mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota padasatu/lebih wilayah Provinsi.

    Rencana tata ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagianwilayah kabupaten adalah rencana rinci tata ruang wilayahkabupaten (Pasal 42 ayat1).

    d. RTRW Kawasan Metropolitan

    1. Kawasan Metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas

    sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    10/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-10

    perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang salingmemiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduksecara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa(Pasal 1 ayat 26).

    2. Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan merupakan alat koordinasipelaksanaan pembangunan lintas wilayah (Pasal 44 ayat 1).

    2.2.4.2 Pemanfaatan Tata Ruang

    1. Dilaksanakan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruangbeserta pembiayaannya dengan memperhatikan SPM dalampenyediaan sarana dan prasarana.

    2. Dilaksanakan baik pemanfaatan ruang secara vertikal maupunpemanfaatan ruang di dalam bumi.

    3. Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, termasukjabaran dari indikasi program utama yang termuat di dalam RTRW.4. Diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu indikasi

    program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam RTR.5. Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah di sinkronisasikan dengan

    pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah administratif sekitarnya.6. Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi dan Kawasan Strategis Provinsi.

    2.2.4.3 Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang

    1. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten dan Kawasan

    Strategis Kabupaten.2. Pemerintah daerah Provinsi/Kab./Kota harus melakukan pengendalian

    pemanfaatan ruang di daerahnya, melalui penetapan peraturan zonasi,perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

    3. Peraturan Zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuksetiap zona pemanfaatan ruang dan digunakan sebagai pedomanpengendalian pemanfaatan ruang.

    4. Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi ditetapkan dengan PerdaProvinsi.

    5. Peraturan Zonasi Kab./Kota ditetapkan dengan Perda Kab./Kota.6. Pemda dapat mengatur ketentuan perizinan menurut kewenangannya

    masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan Membatalkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

    RTR. Membatalkan izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui

    prosedur yang benar tetapi terbukti tidak sesuai dengan RTRW danterhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin dapatdimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.

    Membatalkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibatadanya perubahan RTRW dengan memberikan ganti kerugian yanglayak.

    7. Pemerintah daerah Provinsi/Kab./Kota dapat saling memberikaninsentif dan disinsentif dalam rangka agar pemanfaatan ruang sesuaidengan rencana tata ruang wilayah.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    11/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-11

    8. Pemda dapat mengenakan sanksi (sanksi administrasi, pidana danperdata) sebagai tindakan penertiban yang dilakukan terhadappemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang danperaturan zonasi.

    2.2.4.4 Pengawasan Pemanfaatan Ruang

    Pengawasan merupakan upaya agar penyelenggaraan penataanruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    Pengawasan penataan ruang terdiri atas tindakan pemantauan,evaluasi dan pelaporan.

    Pemerintah daerah harus melaksanakan pengawasan terhadap kinerjapengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang untukmenjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang.

    Dalam melaksanakan pengawasan penataan ruang, pemda harus

    melibatkan masyarakat. Pemerintah daerah harus melakukan pemantauan dan evaluasi

    terhadap penyelenggaraan penataan ruang di daerah, yang dilakukandengan mengamati dan memeriksa kesesuaian antarapenyelenggaraan penataan ruang dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    Pemerintah daerah melakukan pengawasan penataan ruang padasetiap tingkat wilayah dilakukan dengan menggunakan pedomanbidang penataan ruang.

    Lebih jelasnya mengenai muatan sistematika dalam UUTR No. 26 Tahun2007 dapat dilihat pada Gambar 2.3.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    12/43

    Naskah A

    Gambar 2. 3 Sistematika Penyelanggaraan Penataan Ruang Menurut UUTR No

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    13/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-13

    2.2.5. Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

    Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil diatur pada UU No. 27Tahun 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecildilaksanakan dengan tujuan:

    a. Melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, danmemperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sertasistem ekologisnya secara berkelanjutan.

    b. Menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah danPemerintah Daerah dalam

    c. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.d. Memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta

    mendorong inisiatif Masyarakat dalam pengelolaan Sumber DayaPesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan,dan keberkelanjutan.

    e. Meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat melalui

    peran serta Masyarakat dalam pemanfaatan Sumber Daya Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil.

    Dalam pelaksaannya Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecilwajib dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan:

    a. Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha danmasyarakat.

    b. Antar-Pemerintah Daerah.c. Antarsektor.d. Antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut.e. Antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen

    Pada UU No. 27 Tahun 2007 memuat Perencanaan Pengelolaan WilayahPesisir dan Pulau-Pulau Kecil terdiri atas Rencana Strategis WilayahPesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP-3-K), Rencana Zonasi WilayahPesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K), Rencana Pengelolaan WilayahPesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3-K) dan Rencana Aksi PengelolaanWilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAPWP-3-K). Dalam menyusunrencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil PemerintahDaerah melibatkan masyarakat berdasarkan norma, standar, danpedoman. Ketentuan NSPK Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotamenyusun Rencana Zonasi rinci di setiap Zona Kawasan Pesisir danPulau-Pulau Kecil tertentu dalam wilayahnya.

    2.2.5.1 Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP-3-K)

    RSWP-3-K merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencanapembangunan jangka panjang setiap Pemerintah Daerah. Jangka waktuRSWP-3-K Pemerintah Daerah selama 20 (dua puluh) tahun dan dapatditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sekali. Untuk jelasnyaperencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapatdilihat sebagai berikut:

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    14/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-14

    2.2.5.2 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)

    RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di WilayahPesisir danPulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi dan/atau pemerintahkabupaten/kota.RZWP-3-K diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan dengan RencanaTata Ruang Wilayah (RTRW) pemerintah provinsi atau pemerintahkabupaten/kota.Perencanaan RZWP-3-K dilakukan dengan mempertimbangkan:

    a. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan daya dukungekosistem, fungsi pemanfaatan dan fungsi perlindungan, dimensiruang dan waktu, dimensi teknologi dan sosial budaya, sertafungsi pertahanan dan keamanan.

    b. Keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis sumber daya, fungsi,estetika lingkungan, dan kualitas lahan pesisir.

    c. Kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses masyarakatdalam pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yangmempunyai fungsi sosial dan ekonomi.

    Jangka waktu berlakunya RZWP-3-K selama 20 (dua puluh) tahun dandapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.RZWP-3-K ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    2.2.5.3 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi(RZWP-3-K)

    RZWP-3-K Provinsi terdiri atas:a. Pengalokasian ruang dalam Kawasan Pemanfaatan Umum,

    Kawasan Konservasi, Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan alurlaut.

    b. Keterkaitan antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut dalam suatuBioekoregion.

    c. Penetapan pemanfaatan ruang laut.d. Penetapan prioritas Kawasan laut untuk tujuan konservasi, sosial

    budaya, ekonomi, transportasi laut, industri strategis, sertapertahanan dan keamanan.

    2.2.5.4 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau KecilKabupaten/Kota (RZWP-3-K)

    RZWP-3-K Kabupaten/Kota berisi arahan tentang:a. Alokasi ruang dalam Rencana Kawasan Pemanfaatan Umum,

    rencana Kawasan Konservasi, rencana Kawasan Strategis NasionalTertentu, dan rencana alur.

    b. Keterkaitan antarekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalamsuatu Bioekoregion.

    Penyusunan RZWP-3-K diwajibkan mengikuti dan memadukan rencanaPemerintah dan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan Kawasan,Zona, dan/atau Alur Laut yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    15/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-15

    2.2.5.5 Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil(RPWP-3-K)

    Substansi RPWP-3-K berisi tentang:a. Kebijakan tentang pengaturan serta prosedur administrasi

    penggunaan sumber daya yang diizinkan dan yang dilarang.b. Skala prioritas pemanfaatan sumber daya sesuai dengan

    karakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.c. Mekanisme pengawasan, monitoring dan evaluasi pemanfaatan

    sumber daya dengan tetap mempertimbangkan kelestarian wilayahpesisir dan pulau-pulau kecil serta perairannya.

    d. Jaminan terakomodasikannya pertimbangan-pertimbangan hasilkonsultasi publik dalam penetapan tujuan pengelolaan kawasanserta revisi terhadap penetapan tujuan dan perizinan.

    e. Mekanisme pelaporan yang teratur dan sistematis untuk menjamintersedianya data dan informasi yang akurat dan dapat diakses.

    f. Ketersediaan sumber daya manusia yang terlatih untukmengimplementasikan kebijakan dan prosedurnya.RPWP-3-K berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau kembalisekurang- kurangnya 1(satu) kali.

    2.2.5.6 Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil(RAPWP-3-K)

    RAPWP-3-K dilakukan dengan mengarahkan Rencana Pengelolaan danRencana Zonasi sebagai upaya mewujudkan rencana strategis. RAPWP-3-K berlaku 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun.

    2.2.6. DKI Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara

    Kebijakan tentang DKI Jakarta sebagai ibukota negara diatur pada UU No.29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta sebagai IbukotaNegara RI. Pada UU ini memuat aspek-aspek khusus terkait DKI Jakartayaitu antara lain: kedudukan, fungsi, peran, kerja sama dengan pemdaprovinsi/kabupaten/kota yang berbatasan, rencana tata ruang wilayah,penetapan kawasan khusus, dan pendanaan.

    Provinsi DKI Jakarta berkedudukan sebagai ibukota negara kesatuanRepublik Indonesia. Selain itu, Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah

    khusus yang berfungsi sebagai ibukota negara kesatuan RepublikIndonesia dan sekaligus sebagai daerah otonom pada tingkat provinsi.Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai ibukota negara kesatuan RepublikIndonesia yang memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan sebagai tempatkedudukan perwakilan negara asing, serta pusat/perwakilan lembagainternasional. Otonomi Provinsi DKI Jakarta diletakkan pada tingkat provinsisehingga kabupaten dan kota di DKI Jakarta berbentuk administrasi saja.

    2.2.6.1 Kerjasama

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam statusnya sebagai Ibukota Negara

    dalam proses pembangunan sektoral nasional di wilayahnya perlu

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    16/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-16

    melakukan kerjasama dengan Pemerintah atau Menteri yangmembidanginnya.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Pemerintah ProvinsiJawa Barat dengan Pemerintah Provinsi Banten dengan mengikutsertakanpemerintah kota/kabupaten yang wilayahnya berbatasan langsung untuklebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang didasarkan padapertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik serta salingmenguntungkan. Pelaksanaan kerja sama diwujudkan dengan membentukbadan kerja sama antar daerah dimana ketentuan mengenai badan kerjasama tersebut diatur dengan keputusan bersama.

    2.2.6.2 Tata Ruang

    Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesiamemiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Ibukota Negara dengan mengacu

    pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Rencana Tata RuangWilayah Ibukota Negara ini dikoordinasikan dengan tata ruang provinsiyang berbatasan langsung dan merupakan hasil kerja sama secara terpadudengan Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Kerja sama secaraterpadu ini mencakup keterpaduan dalam proses perencanaan,pemanfaatan, dan pengendalian penataan ruang yang dimuat dalamRencana Tata Ruang Wilayah setiap provinsi dengan memperhatikankepentingan strategis nasional.

    2.2.6.3 Kawasan Khusus

    Pemerintah dapat membentuk dan/atau menetapkan kawasan khusus di

    wilayah Provinsi DKI Jakarta untuk menyelenggarakan fungsi-fungsipemerintahan tertentu yang bersifat khusus bagi kepentingan nasionalsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kawasankhusus dikelola langsung oleh Pemerintah atau dapat dikelola bersamaantara Pemerintah dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga dapat mengusulkan pembentukankawasan khusus di wilayahnya kepada Pemerintah. dikelola bersamaantara Pemerintah dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta atau didelegasikanoleh Pemerintah kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    2.2.6.4 Pendanaan

    Pendanaan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta dalam menyelenggarakanurusan pemerintahan yang bersifat khusus dalam kedudukannya sebagaiIbukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dianggarkan dalam APBN.Adapun dana dalam rangka pelaksanaan kekhususan Provinsi DKI Jakartasebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia ditetapkan bersamaantara Pemerintah dan DPR berdasarkan usulan Pemerintah Provinsi DKIJakarta.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    17/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-17

    2.2.7. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

    RTRWN ditetapkan pada Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008. PadaRTRWN dimuat bahwa tujuan penataan ruang wilayah nasional adalahuntuk mewujudkan:a. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan

    berkelanjutan.b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan

    kabupaten/kota.d. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

    termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuanrepublik indonesia.

    e. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional,provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruangdan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat

    pemanfaatan ruang.f. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatankesejahteraan masyarakat.

    g. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah.h. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor. Dani. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi

    nasional.

    Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut di atas makadirumuskan kebijakan, strategi, rencana struktur ruang nasional, rencanapola ruang nasional, penetapan kawasan strategis nasional, arahanpemanfaatan ruang wilayah nasional, dll. Untuk mewujudkan tujuan

    penataan ruang wilayah nasional tersebut maka wilayah Provinsi Jakartaterkait erat untuk mewujudkannya. Berdasarkan Rencana Tata RuangWilayah Nasional (RTRWN) hal-hal penting yang terkait dengan ProvinsiDKI Jakarta adalah sebagai berikut:DKI Jakarta-Jawa Barat-Banten yang merupakan Kawasan PerkotaanJabodetabek dalam sistem perkotaan nasional ditetapkan menjadi PusatKegiatan Nasional (PKN).Pelabuhan Tanjung Priuk (satu sistem dengan Bojonegoro) dalam sistemtransportasi laut nasional ditetapkan sebagai pelabuhan internasionalSistem Wilayah Sungai yang ada di DKI Jakarta:

    Wilayah Sungai Kepulauan Seribu (DKI Jakarta Banten)

    Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-

    Citarum (Banten-DKI Jakarta-Jawa Barat)Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu sebagai kawasan lindung nasional.Kawasan Perkotaan Jakarta dan Kepulauan Seribu ditetapkan sebagaiKawasan Andalan dengan sektor unggulan sebagai berikut:

    Kawasan Perkotaan Jakarta: sektor industri kreatif, pariwisata,perikanan, perdagangan, dan jasa.

    Kawasan andalan laut Kepulauan Seribu: sektor perikanan,sumber daya kelautan, pertambangan, dan pariwisata.

    Kawasan Strategis Nasional di Wilayah DKI Jakarta:

    Kawasan Instalasi Lingkungan dan Cuaca

    Kawasan Fasilitas Pengolahan Data dan Satelit

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    18/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-18

    Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur termasuk KepulauanSeribu

    Penetapan fungsi terkati DKI Jakarta yang telah ditetapkan pada RTRWNmerupakan aspek-aspek penting yang akan diwujudkan dalam tata ruang

    wilayah DKI Jakarta, tidak hanya untuk kepentingan untuk DKI Jakartatetapi kepentingan nasional. Oleh karena itu, hal-hal yang telah ditetapkanpada RTRWN harus diadopsi dan diimplementasikan pada RTRW provinsidan kabupaten/kota di wilayah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat danBanten.

    2.2.8. Kebijakan Tentang Infrastruktur

    2.2.8.1 Kebijakan Tentang Transportasi

    Kebijakan terkait transportasi yang perlu diperhatikan dalam penyusunanRTRW DKI Jakarta ini antara lain adalah UU No. 23 Tahun 2007 tentang

    Perkeretaapian.Perkeretaapian menurut fungsinya terdiri atas perkeretaapian umum danperkeretaapian khusus. Tatanan perkeretaapian perkeretaapian nasional,perkeretaapian provinsi, perkeretaapian kabupaten/kota. Pembinaanperkeretaapian provinsi dilaksanakan oleh pemerintah provinsi yangmeliputi:

    a. Penetapan arah dan sasaran kebijakan pengembanganperkeretaapian provinsi, dan kabupaten/kota.

    b. Pemberian arahan, bimbingan, pelatihan dan bantuan tekniskepada kabupaten/kota, penyelenggara dan pengguna jasaperkeretaapian. Dan

    c. Pengawasan terhadap penyelenggaraan perkeretaapian provinsi

    Dalam penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum wajib memilikiizin usaha, izin pembangunan dan izin operasi. Izin usahapenyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum dikeluarkan olehpemerintah. Izin pembangunan dan izin operasi prasarana perkeretaapiandiberikan oleh diberikan oleh:

    a. Pemerintah untuk penyelenggaraan prasarana perkeretaapianumum yang jaringan jalurnya melintasi batas wilayah provinsi.

    b. Pemerintah provinsi untuk penyelenggaraan prasaranaperkeretaapian umum yang jaringan jalurnya melintasi bataswilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi setelah mendapatpersetujuan dari Pemerintah. dan

    c. Pemerintah kabupaten/kota untuk penyelenggaraan perkeretaapianumum yang jaringan jalurnya dalam wilayah kabupaten/kota setelahmendapat rekomendasi pemerintah provinsi dan persetujuanPemerintah.

    2.2.8.2 Kebijakan Tentang Persampahan

    Kebijakan terkait dengan persampahan ditetapkan dengan UU No.18 Tahun2008 tentang Pengelolaan Persampahan. Pengelolaan sampah bertujuan untukmeningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikansampah sebagai sumber daya. Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah,pemerintahan provinsi mempunyai kewenangan:

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    19/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-19

    a. Menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuaidengan kebijakan Pemerintah.

    b. Memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu provinsi, kemitraan, danjejaring dalam pengelolaan sampah.

    c. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerjakabupaten/kota dalam pengelolaan sampah. Dan

    d. Memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampahantarkabupaten/antarkota dalam 1 (satu) provinsi.

    Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kotamempunyai kewenangan:

    a. Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkankebijakan nasional dan provinsi.

    b. Menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuaidengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan olehpemerintah.

    c. Melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampahyang dilaksanakan oleh pihak lain.d. Menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan

    sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah.e. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam)

    bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhirsampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup. Dan

    f. Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaansampah sesuai dengan kewenangannya.

    Adapun penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempatpemrosesan akhir sampah merupakan bagian dari rencana tata ruangwilayah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Pada UU ini juga mengatur bahwa Pengelola kawasan permukiman,kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum,fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahansampah.

    Kerjasama Antar Daerah dan Kemitraan

    Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerahdalam melakukan pengelolaan sampah. Kerja sama ini dapat diwujudkandalam bentuk kerja sama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaansampah. Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman kerja sama dan bentukusaha bersama antardaerah ini diatur dalam peraturan menteri yang

    menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

    Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah dalampenyelenggaraan pengelolaan sampah. Kemitraan ini dituangkan dalambentuk perjanjian antara pemerintah daerah kabupaten/kota dan badanusaha yang bersangkutan. Tata cara pelaksanaan kemitraan sebagaimanadimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    20/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-20

    2.3. PENGEMBANGAN DKI JAKARTA DALAM SKALA PULAU JAWA-BALI

    Kebijakan terkait pengembangan DKI Jakarta dalam skala Pulau Jawa-Bali.Adapun tujuan penetapan Draft RTR Pulau Jawa-Bali adalah untuk:a. Menetapkan RTR Pulau Jawa-Bali dalam rangka operasionalisasi

    Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.b. Mengatur tata laksana dan kelembagaan perwujudan Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional di Pulau Jawa-Bali sebagai landasan hukumyang mengikat bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah, sesuaidengan tugas, fungsi dan kewenangannya.

    c. Menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasanberfungsi lindung dan budidaya dalam satu ekosistem pulau danperairannya.

    d. Meningkatkan kesatuan pengembangan kegiatan ekonomi, sosial,budaya dan pengembangan prasarana wilayah dalam satu ekosistempulau dan perairannya dengan memperhatikan kemampuan daya

    dukung lingkungan wilayah.e. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penataan ruang lintas sektor danlintas wilayah provinsi yang konsisten dengan kebijakan nasional.

    f. Memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah terjadinyabencana yang lebih besar dan menjamin keberlanjutan pembangunan

    RTR Pulau Jawa-Bali berperan sebagai alat untuk mensinergikan aspek-aspek yang menjadi kepentingan Nasional sebagaimana direncanakandalam RTRWN dengan aspek-aspek yang menjadi kepentingan daerahsebagaimana direncanakan dalam RTRW Provinsi dan RTRWKabupaten/Kota.

    RTR Pulau ini berlaku sebagai acuan untuk:a. Keterpaduan pemanfaatan ruang lintas wilayah Provinsi, Kabupaten

    dan Kota di Pulau Jawa-Bali.b. Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten, kota, dan

    kawasan di Pulau Jawa-Bali.c. Perumusan program pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh

    Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, dan masyarakat di PulauJawa-Bali.

    d. Pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan di seluruhwilayah administratif di Pulau Jawa-Bali

    RTR Pulau Jawa-Bali disusun berdasarkan kebijaksanaan berikut:

    a. Mempertahankan Pulau Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasionalmelalui berbagai upaya menetapkan dan mempertahankan kawasanproduksi pangan.

    b. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung yang semakinterdesak oleh kegiatan budidaya hingga mencapai luasan minimal 30%dari keseluruhan luas wilayah Pulau Jawa-Bali, khususnya di PulauJawa bagian Selatan dan Pulau Bali bagian Tengah.

    c. Mempertahankan sumber-sumber air dan merehabilitasi daerahresapan air untuk menjaga ketersedian air sepanjang tahun.

    d. Mengendalikan pertumbuhan pusat-pusat permukiman perkotaan danperdesaan yang berpotensi mengganggu kawasan-kawasan yangrawan bencana serta mengancam keberadaan kawasan lindung,

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    21/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-21

    kawasan lahan basah, dan kawasan produksi pangan melaluipengendalian aspek kependudukan dan kegiatan sosial-ekonominya.

    e. Mengendalikan secara ketat pengembangan industri hingga ambangbatas toleransi lingkungan yang aman bagi keberlanjutanpembangunan.

    f. Mengintegrasikan kegiatan industri ke dalam zona-zona dan kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan.

    g. Mendorong pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusatpelayanan jasa koleksi dan distribusi di Pulau Jawa-Bali.

    h. Mengembangkan zona-zona pemanfaatan minyak dan gas untukwilayah perairan laut dan/atau lepas pantai.

    i. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan cagar budaya

    Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang RTR Pulau Jawa-Balisebagaimana tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.Untuk mengoperasionalkan rencana tersebut pada RTR Pulau Jawa-Bali

    dimuat strategi pemanfaatan ruang. Strategi pemanfaatan ruang ini terdiridari strategi pengembangan struktur ruang dan strategi pengelolaan polapemanfaatan ruang. Adapun strategi pemanfaatan ruang RTR Pulau Jawa-Bali yang terkait dengan DKI Jakarta dapat dilihat sebagai berikut:

    Tabel 2.1 Strategi Pengembangan Struktur Ruang RTR Pulau Jawa-BaliYang Terkait Dengan DKI Jakarta

    Strategi PengembanganSistem PusatPermukiman

    Pengembangan PKN di Pulau Jawa-Bali meliputi upayauntuk mengendalikan pengembangan secara fisikkawasan Perkotaan Jabodetabek, Perkotaan Bandung,

    Gerbangkertosusila, dan Perkotaan Denpasar sebagaipusat pelayanan primer dengan memperhatikan dayadukung lingkungannya

    Sistem JaringanPrasarana Wilayah

    Sistem Jaringan Jalan Mengembangkan jalan bebas hambatan untuk jalur-jalur jalan dengan kepadatan tinggi.

    Mengembangkan jalan lingkar arteri untuk sistem jalanarteri primer yang melalui pkn dan pkw.

    Mengendalikan pemanfaatan ruang sepanjang jalanarteri primer dan kolektor primer agar jalan dapat

    berfungsi sesuai dengan optimal Mewujudkan keterpaduan sisten transportasi wilayah

    jawa-bali, nasional, dan sub-regional asean

    Mewujudkan keterpaduan sistem jaringan jalan dengansistem jaringan transportasi lainnya

    Mengembangkan terminal penumpang tipe a sebagaisimpul jaringan transportasi jalan pada kota-kota yangberfungsi sebagai pkn atau kota-kota lain yangmemiliki permintaan tinggi untuk pergerakanpenumpang antar-kota dan antar-provinsi

    Sistem Jaringan JalurKereta Api

    Mengembangkan jaringan jalur kereta api perkotaandi kota-kota metropolitan untuk mendukungpergerakan orang dan barang secara massal, cepat,

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    22/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-22

    Strategi Pengembanganaman, dan efisien.

    Mewujudkan keterpaduan sistem transportasi wilayahjawa-bali, nasional, dan sub-regional asean.

    Mewujudkan keterpaduan sistem jaringan jalur keretaapi dengan sistem jaringan transportasi lainnya.

    Mengembangkan strasiun kereta api sebagai simpuljaringan jalur kereta api diarahkan pada kota-kota pkndan pkw

    Sistem JaringanTransportasi Laut

    Meningkatkan efisiensi dan skala ekonomi investasipengembangan pelabuhan laut denganmemanfaatkan jalur ALKI - I dan ALKI - II yangmelintasi Selat Malaka dan Selat Sunda serta SelatMakasar dan Selat Lombok.

    Memantapkan hubungan fungsional antar pelabuhanmelalui penetapan fungsi-fungsi pelabuhan secara

    berhirarkis dan saling melengkapi. Meningkatkan volume ekspor-impor melalui

    pelabuhan petikemas yang didukung oleh keberadaanindustri manufaktur industri petrokimia dan/atauindustri pengolahan.

    Mengembangkan jaringan transportasi laut antar-provinsi, antar-pulau dan antar-negara denganmemanfaatkan Sarana Bantu Navigasi Pelayaranuntuk kelancaran dan keselamatan pelayaran.

    Menjamin mobilitas dan aksesibilitas seluruh lapisanmasyarakat.

    Mengembangkan sistem jaringan transportasi lautantar-negara yang sesuai dengan kebutuhan ekspor-impor perekonomian, pertahanan negara dankepentingan nasional lainnya

    Sistem Jaringan EnergiDan Tenaga Listrik

    Memantapkan jaringan energi dan tenaga listrikinterkoneksi Jawa-Bali untuk mendukungkeseimbangan antara pasokan dan permintaan baikuntuk jangka pendek dan jangka panjang.

    Mengamankan pasokan energi dan dan tenaga listrikkepada pusat-pusat permukiman perkotaan danperdesaan, pulau-pulau kecil, serta kawasan-kawasan budidaya lain yang meliputi kawasan

    industri, pariwisata dan pelabuhan. Mendorong pemanfaatan sumber energi terbarukan

    meliputi energi biomassa, mikrohidro dan panas bumisebagai alternatif sumber energi konvensional.

    Mengembangkan sistem jaringan prasarana energidan tenaga listrik yang selaras denganpengembangan kawasan budidaya dan pusat-pusatpermukiman.

    Mengembangkan sistem jaringan prasarana energidan tenaga listrik bertegangan tinggi yang diupayakanuntuk menghindari kawasan permukiman perkotaandan perdesaan dengan tingkat kepadatan tinggi

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    23/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-23

    Strategi Pengembangan

    Sistem PengelolaanSumber Daya Air

    Menjamin kelestarian fungsi sarana dan prasaranasumber daya air melalui pengamanan kawasan-kawasan tangkapan air.

    Menyediakan prasarana air baku untuk menunjangpengembangan air baku bagi kawasan-kawasanbudidaya pertanian, industri, pariwisata, perkebunan,serta pusat-pusat permukiman perkotaan di pulaujawa-bali.

    Menjamin ketersediaan air baku bagi kawasan-kawasan sentra pertanian, industri, pariwisata,perkebunan, serta pusat-pusat permukimanperkotaan di pulau jawa-bali.

    Mempertahankan dan merehabilitasi sungai-sungaiutama dari pencemaran lingkungan.

    Mencegah terjadinya proses pendangkalan danau-

    danau besar dan waduk-waduk utama untukmenjamin fungsinya sebagai pemasok air baku dansumber energi.

    Mempertahankan dan merehabilitasi sungai-sungaiutama dari pencemaran lingkungan.

    Mengamankan kawasan resapan air, khususnya padazona resapan tinggi dan kawasan karst sebagaikawasan penyimpan cadangan air tanah.

    Membatasi eksploitasi air tanah yang tidak terkendali,terutama di kawasan perkotaan di pesisir utara jawadan selatan bali untuk menghindari terjadinya

    penurunan muka tanah dan instrusi air laut. Mengendalikan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku di sepanjangsempadan sungai, danau, dan situ/embung.

    Memelihara dan membangun bendungan-bendunganpada beberapa daerah aliran sungai untuk menjaminfungsinya sebagai pengendali banjir, sumber energiserta pemasok air baku.

    Menanggulangi dampak bencana alam yang terkaitdengan air, diantaranya banjir, longsor, dankekeringan.

    Mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya

    air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai dan rencana tata ruangwilayah

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    24/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-24

    Strategi Pengembangan

    Sistem JaringanPrasarana Perkotaan

    Meningkatkan kualitas dan kapasitas, serta perluasan jaringan air bersih perpipaan melalui pengembangansistem transmisi dan distribusi.

    Meningkatkan kapasitas dan perluasan jaringanpelayanan satuan sambungan telepon pada kawasanperkotaan.

    Mengembangkan jaringan serat optik, terutama untukpkn dan pkw.

    Meningkatkan kapasitas dan perluasan jaringandistribusi listrik.

    Meningkatkan kapasitas dan perluasan cakupanpelayanan pengelolaan air limbah perkotaan.

    Meningkatkan kapasitas dan perluasan cakupanpelayanan pengelolaan persampahan yang meliputikoleksi, transportasi, dan pengolahan serta lokasi

    pembuangan akhir. Meningkatkan kapasitas dan perluasan cakupan

    pelayanan prasarana drainase perkotaan yangterintegrasi dengan sistem drainase wilayah untukpengendalian banjir dan genangan.

    Meningkatkan kapasitas dan perluasan jaringanprasarana jalan kota termasuk mengembangkan jalanlingkar untuk mengatasi arus lalu lintas menerus padakawasan perkotaan sesuai dengan ketentuan teknisyang berlaku.

    Mengendalikan pencemaran lingkungan perkotaan

    meliputi air permukaan, air tanah, udara, dan tanah

    Tabel 2.2 Strategi Pengelolaan Ruang RTR Pulau Jawa-Bali Yang TerkaitDengan DKI Jakarta

    Strategi PengelolaanKawasan Lindung

    Kawasan yang MemberikanPerlindungan Pada KawasanBawahnya

    Mempertahankan dan merehabilitasikeberadaan hutan lindung sebagai hutandengan tutupan vegetasi tetap sebagai

    pengatur tata air, pencegahan banjir, dan erosi. Mempertahankan dan merehabilitasi

    keberadaan hutan lindung agar kesuburantanah pada hutan lindung dan daerahsekitarnya dapat terpelihara.

    Meningkatkan fungsi lindung pada hutanproduksi.

    Melindungi ekosistem bergambut yang khasserta mengkonservasi cadangan air tanah.

    memberikan ruang yang memadai bagiperesapan air hujan pada zona-zona resapan

    air tanah untuk keperluan penyediaankebutuhan air tanah dan penanggulangan

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    25/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-25

    Strategi Pengelolaanbanjir.

    Mempertahankan dan merehabilitasi kawasanmangrove sebagai ekosistem esensial pada

    kawasan pesisir untuk pengendalianpencemaran, perlindungan pantai dari abrasi,dan menjamin terus berlangsungnya reproduksibiota laut.

    Kawasan Yang MemberikanPerlindungan Setempat

    Melindungi kawasan pantai dari kegiatan yangmengganggu kelestarian fungsi pantai.

    Melindungi sungai dari kegiatan budidayapenduduk yang dapat mengganggu dan/ataumerusak kualitas air sungai, kondisi fisikbantaran sungai dan dasar sungai, sertamengamankan aliran sungai.

    melindungi danau/waduk dari kegiatanbudidaya yang dapat mengganggu dan/ataumerusak kualitas air danau serta kelestarianfungsi danau/waduk.

    Melindungi mata air dari kegiatan budidayayang dapat mengganggu dan/atau merusakkualitas mata air serta kelestarian fungsi mataair

    Kawasan Suaka Alam,Pelestarian Alam DanCagar Budaya

    Melestarikan cagar alam dan cagar alam lautbeserta segenap flora dan ekosistemdidalamnya yang tergolong unik dan ataulangka sehingga proses alami yang terjadisenantiasa dalam keadaan stabil.

    Melestarikan suaka margasatwa dengansegenap fauna yang tergolong unik dan ataulangka, serta komunitas biotik dan unsur fisiklingkungan lainnya.

    Melestarikan taman nasional dan tamannasional laut dengan segenap kekhasan dankeindahan ekosistemnya yang penting secaranasional maupun internasional untuk tujuankeilmuan, pendidikan, dan pariwisata.

    Melestarikan kawasan taman hutan raya

    dengan segenap kekhasan ekosistemnya. Melestarikan taman wisata, taman wisata laut,

    dan taman buru dengan segenap keunikanalam dan ekosistemnya yang alami sehinggadapat dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasidan pariwisata.

    Melestarikan cagar budaya yangberisikanbenda-benda bersejarah peninggalan masalalu, dan atau segenap adat istiadat,kebiasaan, tradisi setempat, unsur alam lainnyayang unik

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    26/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-26

    Strategi PengelolaanKawasan Rawan BencanaLingkungan

    Mengurangi resiko gangguan dan ancamanlangsung maupun tidak langsung dariterjadinya bencana lingkungan.

    Melindungi asset-asset sosial ekonomimasyarakat yang berupa prasarana,permukiman, dan kawasan budidaya darigangguan dan ancaman bencana lingkungan.

    Menyelenggarakan tindakan preventif dalampenanganan bencana lingkungan berdasarkansiklus bencana melalui upaya mitigasi bencana,pengawasan terhadap pelaksanaan rencanatata ruang, kesiapsiagaan masyarakat yangberada di kawasan rawan bencana, tanggapdarurat, pemulihan dan pembangunan kembalipasca bencana.

    menyiapkan peta bencana lingkungan perludijadikan acuan dalam pengembangan wilayahprovinsi, kabupaten, dan kota.

    melakukan penelitian dengan tingkatkedalaman yang lebih rinci dalam rangkapenetapan kawasan rawan bencanalingkungan dan wilayah pengaruhnya

    Ruang KawasanBudidaya

    Kawasan-KawasanBudidaya Kelautan DanPerikanan

    Meningkatkan pemanfaatan potensi produk dan jasa kelautan di perairan Laut Jawa danSamudera Hindia sesuai dengan daya dukunglingkungan.

    Mendorong peningkatan nilai tambah hasil-hasilkelautan yang didukung oleh prasarana dansarana yang memadai.

    Mengembangkan kerjasamaperdagangan/pemasaran dengan daerah-daerahprodusen lainnya di Pulau JawaBali dan pulau-pulau lain di wilayah nasional.

    Mengembangkan pariwisata bahari denganmemanfaatkan kekayaan keanekaragamanhayati.

    Mencegah terjadinya dampak negatif terhadapkualitas lingkungan pesisir dan laut akibatkegiatan permukiman dan kegiatan padakawasan-kawasan budidaya

    Kawasan-KawasanPariwisata

    Didasarkan atas strategi untuk mengembangkankawasan pariwisata tanpa merusak lingkungan hidupmaupun budaya setempat

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    27/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-27

    Strategi PengelolaanKawasan-Kawasan Industri mendorong pengembangan kegiatan industri yang

    ramah lingkungan, hemat air, hemat bahan bakar,berteknologi tinggi, padat modal, dan padat karya.

    mengintegrasikan kegiatan industri ke dalam zona-

    zona dan kawasan-kawasan industri yang telahditetapkan.

    mendorong relokasi kegiatan industri menujukawasan-kawasan industri yang ditetapkan melaluiinstrumen insentif dan disinsentif

    Kawasan-KawasanPermukiman

    mengendalikan pengembangan kawasan perkotaansecara ekspansif, terutama di kawasan perkotaanyang berciri metropolitan.

    mengendalikan pembangunan kawasan perkotaansecara menerus di sepanjang koridor jaringan jalanprimer.

    mendorong pengembangan kota-kota menengah

    sebagai media penjalaran pelayanan danpengembangan ekonomi kepada kawasan-kawasanbelakangnya.

    membatasi dan merelokasi kawasan-kawasanpermukiman yang berada pada kawasan-kawasanberfungsi lindung dan dilindungi.

    mendorong pengembangan pusat-pusatpermukiman secara berhirarkis dan terkait secarafungsional.

    mendorong pertumbuhan pembangunan kota kearah vertikal dengan mempertimbangkan dayadukung lingkungan.

    Kawasan Yang PerluMendapatkan PerhatianKhusus (KawasanPerbatasan Lintas WilayahProvinsi)

    memaduserasikan rencana tata ruang pada kawasan

    perbatasan tersebut melalui penyusunan RencanaDetail Tata Ruang kawasan perbatasan, yakni agarpotensi konflik pemanfaatan ruang lintas provinsidapat dihindarkan.

    mengembangkan pola-pola kerjasama pembangunanlintas wilayah provinsi yang saling menguntungkan.

    Tabel 2.3 Strategi Pengembangan Sistem Pusat Permukiman di Pulau Jawa Bali terkait Metropolitan Jabodetabek (PKN)

    Jenis Pelayanan Strategi PengembanganJasa pemerintahan,keuangan,perdagangan, danindustri.

    Mempertahankan fungsi Jabodetabek sebagai pusatpertumbuhan wilayah nasional yang mendukungpelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya danbahkan untuk seluruh wilayah nasional, dengantetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitandengan pusat-pusat pertumbuhan wilayahinternasional.

    Mendorong keterpaduan penataan kota antara KotaJakarta sebagai kota inti dan kota-kota Bogor,Depok, Tangerang, Bekasi sebagai kota satelit.

    Memantapkan pembagian peran dan fungsi kotaTangerang dan Bekasi sebagai pusat

    pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    28/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-28

    Jenis Pelayanan Strategi Pengembanganpermukiman, serta Bogor, Depok dan selatanJakarta sebagai pusat permukiman, pendidikan, dankegiatan pariwisata serta kegiatan perkotaan lainnya

    yang terkendali. Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif

    yang tidak terkendali (Urban sprawl) danpertumbuhan menerus (konurbasi) melaluipengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kotainti dan kota satelit disekitarnya.

    Memantapkan peran dan fungsi permukiman baruskala besar Bumi Serpong Damai, Karawaci,Cikarang, dan Bintaro sebagai kantong-kantongpermukiman yang mendukung ekonomi Jakartamelalui pengembangan prasarana transportasi yangterpadu.

    Meningkatkan aksesibilitas antara kota inti Jakartadengan kota-kota satelitnya melalui penataanpembangunan fisik dan peningkatan kapasitaspelayanan transportasi di sepanjang koridor Jakarta-Tangerang, Jakarta-Bekasi, Jakarta-Bogor, Jakarta Depok.

    Menyiapkan RIS prasarana wilayah untukketerpaduan program antar kota inti dan kota-kotasatelit serta permukiman skala besar di pinggiranJakarta.

    Mengembangkan sistem transportasi masal yangsinergis dengan pusat-pusat permukiman dan

    pengembangan kegiatan usaha. Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi fungsi

    jasa keuangan, teknologi sistem informasi,pendidikan, perangkutan, dan kebudayaan.

    Meningkatkan kapasitas pengendalian banjir melaluipengembangan sistem drainase regional.

    Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayananutilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst)yang memenuhi standar Internasional.

    Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahanyang mendukung terjaganya minat investasi pasarmodal.

    Memantapkan aksesibilitas Metropolitan Jabotabekke kota-kota PKN lainnya di Pulau Jawa dan wilayahnasional lainnya, melalui pningkatan kualitas sistem jaringan transporatsi darat dan udara, pemantapanouter ringroad yang melayani transportasi antarprovinsi dan menunjang pergerakan lintas batasserta kelancaran pergerakan angkutan barang.

    Meningkatkan kemampuan kerjasamapembangunan antar kota dan pengendalianpemanfaatan ruang dan sumber daya di wilayahJabodetabek berdasarkan RaKeppres Tentang

    rencana tata ruang wilayah Jabodetabekpunjur.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    29/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-29

    Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang

    menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakatKota Jakarta dsk.

    Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation)sebagai pelengkap dari RTRW kota.

    Sumber: Lampiran II Draft Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang(RTR) Pulau Jawa-Bali

    2.4. PENGEMBANGAN DKI JAKARTA DALAM SKALAJABODETABEKPUNJUR

    2.4.1. Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

    Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur ini dimuat dalam Peraturan

    Presiden No. 54 Tahun 2008. Tujuan penataan ruang KawasanJabodetabekpunjur adalah untuk:a. Keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antar Daerah Provinsi,

    Kabupaten, dan Kota sebagai satu kesatuan wilayah perencanaandengan memperhatikan keseimbangan kesejahteraan dan ketahanan.

    b. Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalampengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasiair dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, sertapenanggulangan banjir.

    c. Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif danefisien berdasarkan karakteristik wilayah, bagi terciptanya kesejahteraanmasyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.

    Sasaran penyelenggaraan penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjuradalah:1. Terwujudnya kerja sama penataan ruang antarpemerintah daerah

    melalui: Sinkronisasi pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya untuk

    meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup penduduk. Sinkronisasi pengembangan prasarana dan sarana wilayah secara

    terpadu, dan Kesepakatan antardaerah untuk mengembangkan sektor prioritas

    dan kawasan prioritas menurut tingkat kepentingan bersama.2. Terwujudnya peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, udara,

    flora, dan fauna dengan ketentuan: Tingkat erosi tidak mengganggu. Tingkat peresapan air hujan dan tingkat pengaliran air permukaan

    menjamin tercegahnya bencana banjir dan ketersediaan airsepanjang tahun bagi kepentingan umum.

    Kualitas air menjamin kesehatan lingkungan. Situ berfungsi sebagai daerah tangkapan air, sumber air baku, dan

    sistem irigasi. Pelestarian flora dan fauna menjamin pengawetan

    keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,dan

    Tingkat perubahan suhu dan kualitas udara tetap menjaminkenyamanan kehidupan lingkungan.

    3. Tercapainya optimalisasi fungsi budi daya dengan ketentuan:

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    30/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-30

    Kegiatan budi daya tidak melampaui daya dukung dan ketersediaansumber daya alam dan energi.

    Kegiatan usaha pertanian berskala besar dan kecil menerapkanteknologi pertanian yang memperhatikan konservasi air dan tanah.

    Daya tampung bagi penduduk selaras dengan kemampuanpenyediaan prasarana dan sarana lingkungan yang bersih dansehat serta dapat mewujudkan jasa pelayanan yang optimal.

    Pengembangan kegiatan industri menunjang pengembangankegiatan ekonomi lainnya.

    Kegiatan pariwisata tetap menjamin kenyamanan dan keamananmasyarakat, serasi dengan lingkungan, serta membukakesempatan kerja dan berusaha yang optimal bagi penduduksetempat dalam kegiatan pariwisata, sehingga dapat meningkatkankesejahteraan penduduk. Dan

    Tingkat gangguan pencemaran lingkungan yang serendah-rendahnya dari kegiatan transportasi, industri, dan permukiman

    melalui penerapan baku mutu lingkungan hidup.4. Tercapainya keseimbangan antara fungsi lindung dan fungsi budidaya.

    Peran dan fungsi penataan Kawasan Jabodetabekpunjur adalaha. Peran sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembangunan yang

    berkaitan dengan upaya konservasi air dan tanah, upaya menjamintersedianya air tanah dan air permukaan, penanggulangan banjir, danpengembangan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.

    b. Fungsi sebagai pedoman bagi semua pemangku kepentingan yangterlibat langsung ataupun tidak langsung dalam penyelenggaraanpenataan ruang secara terpadu di Kawasan Jabodetabekpunjur, melalui

    kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalianpemanfaatan ruang.

    Cakupan Kawasan Jabodetabekpunjur meliputi seluruh wilayah DKI Jakarta,sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat, dan sebagian wilayah ProvinsiBanten. Sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat mencakup seluruh wilayahKabupaten Bekasi, seluruh Kota Bekasi, seluruh wilayah Kota Depok, seluruhwilayah Kabupaten Bogor, seluruh wilayah Kota Bogor, dan sebagian wilayahKabupaten Cianjur yang meliputi Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet,Kecamatan Sukaresmi, dan Kecamatan Cipanas. Adapun sebagian wilayahProvinsi Banten mencakup seluruh wilayah Kabupaten Tangerang, seluruhwilayah Kota Tangerang Selatan dan seluruh wilayah Kota Tangerang.

    Kebijakan penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur adalah mewujudkanketerpaduan penyelenggaran penataan ruang kawasan dalam rangkakeseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkunganhidup. Strategi Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur meliputi:a. Mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar

    atas keterpaduan antar daerah provinsi, kabupaten, dan kota sebagaisatu kesatuan wilayah perencanaan.

    b. Mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapatmenjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamintersedianya air tanah dan air permukaan, serta penanggulangan banjir,dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutandalam pengelolaan kawasan.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    31/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-31

    c. Mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif,dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah, bagi terciptanyakesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan.

    2.4.1.1 Struktur Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur Terkait Provinsi DKIJakarta

    Struktur ruang merupakan rencana pengembangan susunan pusat-pusatpermukiman dan sistem prasarana dan sarana yang berfungsi sebagaipendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkismemiliki hubungan fungsional. Sistem jaringan prasarana meliputi sistemtransportasi darat, laut dan udara, sistem penyediaan air baku, pengelolaanair limbah, pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, drainase danpengendalian banjir, persampahan, jaringan tenaga listrik dantelekomunikasi. Struktur ruang Kawasan Jabodetabekjur dapat dilihat padagambar 2.4.

    Gambar 2. 4 Struktur Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    32/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-32

    2.4.1.2 Arahan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman

    Pengembangan sistem pusat permukiman meliputi upaya untuk mendorongpengembangan Pusat Kegiatan Nasional Kawasan Perkotaan Jakarta,dengan kota inti adalah Jakarta dan kota satelit adalah Bogor,Depok,Tangerang, Bekasi, dan kota lainnya. Dalam arahan struktur ruangdikembangkan Jalan Lingkar Luar Jakarta Kedua (Jakarta Outer Ring Road2) dan jalan radialnya sebagai pembentuk struktur ruang Jabodetabekpunjurdan untuk memberikan pelayanan pengembangan sub pusat perkotaanantara lain Serpong/Kota Mandiri Bumi Serpong Damai, Cinere,Cimanggis,Cileungsi, Setu, dan Tambun/Cikarang.

    2.4.1.3 Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana

    Sistem transportasi darat terdiri atas jaringan transportasi jalan, jaringan jalur

    kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.Penataan dan pengembangan sistem transportasi darat di KawasanJabodetabekpunjur diarahkan pada:a. Penataan angkutan masal jalan rel dengan angkutan jalan.b. Peningkatan pemanfaatan sarana dan prasarana kereta api jalur lingkar

    DKI Jakarta.c. Peningkatan pemanfaatan jaringan jalur kereta api pada ruas-ruas

    tertentu sebagai prasarana pergerakan komuter dari wilayah bogor,tangerang, bekasi, dan depok ke daerah khusus ibukota jakarta dansebaliknya.

    d. Pemisahan penggunaan prasarana antara jaringan jalur kereta api yangbersifat komuter dan jaringan jalur kereta api yang bersifat regional dan

    jarak jauh.e. Pengembangan jalan yang menghubungkan antarwilayah dan antarpusat

    permukiman, industri, pertanian, perdagangan, jasa dan simpul-simpultransportasi serta pengembangan jalan penghubung antara jalan selainjalan tol dengan jalan tol.

    f. Pengembangan jalan tol dalam kota di wilayah daerah khusus ibukota jakarta yang terintegrasi dengan jalan tol antarkota sesuai dengankebutuhan nyata.

    g. Pembangunan jalan setingkat jalan arteri primer atau kolektor primer yangmenghubungkan cikarang di kabupaten bekasi ke pelabuhan tanjungpriok di daerah khusus ibukota jakarta dan citayam di kota depok ke jalanlingkar luar di daerah khusus ibukota jakarta.

    h. Pembangunan jalan rel yang menghubungkan cikarang di kabupatenbekasi ke pelabuhan tanjung priok di daerah khusus ibukota jakarta.

    i. Pengembangan sistem jaringan transportasi masal yang menghubungkandaerah khusus ibukota jakarta dengan pusat-pusat kegiatan di sekitarnya.

    j. Pengembangan sistem transportasi masal cepat yang terintegrasi denganbus yang diprioritaskan, perkeretaapian monorel, dan moda transportasilainnya.

    k. Pengembangan sistem transportasi penyeberangan dan antar pulau diKepulauan Seribu, dan

    l. Pengembangan sistem transportasi sungai yang terintegrasi denganmoda transportasi lainnya.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    33/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-33

    Arahan drainase dan pengendalian banjir di Kawasan Jabodetabekpunjurdilakukan melalui upaya:a. Rehabilitasi hutan dan lahan serta penghijauan kawasan tangkapan air.b. Penataan kawasan sempadan sungai dan anak-anak sungainya.c. Normalisasi sungai-sungai dan anak-anak sungainya.d. Pengembangan waduk-waduk pengendali banjir dan pelestarian situ-situ

    serta daerah retensi air.e. Pembangunan prasarana dan pengendali banjir, danf. Pembangunan jaringan prasarana drainase.

    2.4.1.4 Pola Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur Terkait Provinsi DKIJakarta

    Secara garis besar Pola Ruang Kawasan Jabodetabekjur terdiri dari zonanon budidaya, zona budidaya dan zona penyangga. Untuk jelasnya polaruang Kawasan Jabodetabekjur untuk Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada

    gambar berikut.

    Berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2008 ini, pola ruang yang terkait denganwilayah Provinsi DKI terdiri dari:

    Zona Non Budidaya 1 (Zona N1)

    Zona Budidaya 2 (Zona B1)

    Zona Budidaya 3 (Zona B2)

    Zona Budidaya 6 (Zona B6)

    Zona Budidaya 7 (Zona B7)

    Zona Penyangga 2 (Zona P2)

    Zona Penyangga 3 (Zona P3)

    Zona Penyangga 5 (Zona P5)

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    34/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-34

    Gambar 2. 5 Pola Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

    Untuk karakteristik setiap zona, arahan pemanfaatan ruang, pelaksanaan danketentuan-ketentuannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

    Dalam perencanaan kawasan budidaya ditetapkan kawasan budidaya prioritasdengan kriteria sebagai berikut:a. Memiliki aksesibilitas tinggi yang didukung oleh prasarana transportasi yang

    memadai.b. Memiliki potensi strategis yang memberikan keuntungan dalam

    pengembangan sosial dan ekonomi.c. Berdampak luas terhadap pengembangan regional, nasional, dan

    internasional.d. Memiliki peluang investasi yang menghasilkan nilai tinggi.

    Adapun kawasan budidaya prioritas ini meliputi:a. Kawasan perbatasan antardaerah.b. Kawasan pertanian beririgasi teknis.c. Daerah aliran sungai yang kritis.d. Kawasan pusat kegiatan ekonomi yang mencakup pusat kegiatan

    perdagangan dan pusat kegiatan industri kreatif.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    35/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-35

    e. Kawasan sekitar bandar udara. danf. Kawasan sekitar pelabuhan laut.

    Selanjutnya penetapan lokasi kawasan budidaya prioritas yang mencakup 2(dua) daerah atau lebih ditetapkan dengan keputusan bersama antardaerah.

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    36/43

    Naskah A

    Tabel 2.4 Pola Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur terkait dengan Prov

    NO. ZONA DEFINISI ARAHAN PEMANFAATANRUANG

    PELAK

    1. Zona NonBudidaya 1(Zona N1)

    Zona N1 terdiri atas :a. Kawasan hutan lindung.b. Kawasan resapan air.c. Kawasan dengan

    kemiringan di atas 40%(empat puluh persen).

    d. Sempadan sungai.e. Sempadan pantai.f. Kawasan sekitar danau,

    waduk, dan situ.g. Kawasan sekitar mata air.h. Rawa.

    i. Kawasan pantai berhutanbakau.

    j. Kawasan rawan bencanaalam geologi.

    Untuk konservasi air dan tanahdalam rangka :a. Mencegah abrasi, erosi,

    amblasan, bencana banjir,dan sedimentasi.

    b. Menjaga fungsi hidrologitanah untuk menjaminketersediaan unsur haratanah, air tanah, dan airpermukaan.

    c. Mencegah dan/ataumengurangi dampak akibat

    bencana alam geologid. Membatasi terjadinya

    penurunan water body ratio

    Pengelolaanndilaksanakan mempertahanmengembalikaN1

    2. ZonaBudidaya 1(Zona B1)

    Zona B1 adalah kawasanyang mempunyai dayadukung lingkungan tinggi,tingkat pelayananprasarana dan sarana tinggi,dan bangunan gedungdengan

    intensitas tinggi, baik vertikalmaupun horizontal

    Untuk perumahan hunian padat,perdagangan dan jasa, sertaindustri ringan nonpolutan danberorientasi pasar, dandifungsikan sebagai pusatpengembangan kegiatanekonomi unggulan.

    Melalui penerteknis dankoefisien zoyang besaranlanjutdalam aturan yang berada

    Jakarta dapatmelalui rehabrevitalisasi ka

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    37/43

    Naskah A

    NO. ZONA DEFINISI ARAHAN PEMANFAATANRUANG

    PELAK

    3. ZonaBudidaya 2(Zona B2)

    Zona B2 adalah kawasanyang mempunyai dayadukung lingkungan sedangdan tingkatpelayanan prasarana dansarana sedang

    Untuk perumahan huniansedang,perdagangan dan jasa,industri padat tenaga kerja, dandiupayakan berfungsi sebagaikawasan resapan air.

    PengendalianPerumahan pengendalian terbangun denMenerapkan rdan koefterbangun yanBesarannya lanjut dengan

    4. ZonaBudidaya 3

    (Zona B3)

    Zona B3 adalah kawasanyang

    mempunyai daya dukunglingkungan rendah, tingkatpelayananprasarana dan saranarendah, dan merupakan

    Untuk perumahan hunian rendah,Pertanian, dan untuk

    mempertahankan fungsi kawasanresapanAir

    Pembangunanintensitas lah

    rendah dengarekayasateknis dan terbangun yadiatur lebih

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    38/43

    Naskah A

    NO. ZONA DEFINISI ARAHAN PEMANFAATANRUANG

    PELAK

    kawasan resapanair

    lanjut dengan

    5. ZonaBudidaya 6(Zona B6)

    Zona B6 adalah kawasanyang mempunyai dayadukung lingkungan rendahdengan kesesuaian untukbudi daya dan KLB yangdisesuaikan dengan aturanDaerah

    Untuk permukiman danfasilitasnyaDan/atau penyangga fungsi zonan1

    Rekayasa koefisien zonaTerbangun pa(lima puluh pe

    6. ZonaBudidaya 7(Zona B7)

    Zona B7 adalah memilikidaya dukung lingkunganrendah,rawan intrusi air laut, rawanabrasi, dengan kesesuaianuntukbudi daya dan KLB yangdisesuaikan dengan aturandaerah

    Permukiman dan fasilitasnya,Penjaga dan penyangga fungsizona n1, serta berfungsi sebagaiPengendali banjir terutamadengan penerapan sistem polder

    Rekayasa koefisien zonaTerbangun pa(empat puluh

    7. Zona Zona P2 adalah zona Menjaga Zona N1 dari segala Penyelenggar

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    39/43

    Naskah A

    NO. ZONA DEFINISI ARAHAN PEMANFAATANRUANG

    PELAK

    Penyangga 2(Zona P2)

    perairan pantai yangberhadapan dengan Zona N1

    pantai yang mempunyaipotensi untuk reklamasi

    bentuk tekanan dan gangguanyang berasal dari luar dan/atau

    dari dalam zona, khususnyadalam mencegah abrasi, intrusiair laut, pencemaran, dankerusakan dari laut yang dapatmengakibatkan perubahankeutuhan dan/atau perubahanfungsi Zona N1.

    dengan koterbangun pa

    (empat pudan/atau bangunan di bertahap dmemperhatikadengan jarak terendah kurangnya 20meter sampayang menghtitik terluar yanmenunjukkan

    laut 8 (delapaharus memkarakteristik li

    8. ZonaPenyangga 3(Zona P3)

    Zona P3 adalah zonaperairan pantai yangberhadapan dengan Zona B1pantai

    Menjaga fungsi Zona B1 dengantidak menyebabkan abrasi pantaidan tidak mengganggu fungsipusat pembangkit tenaga listrik,muara sungai, dan jalur lalu lintaslaut dan pelayaran.

    Penyelenggarsecara berttetap fungsinya, detitik surusekurang-kura(tiga ratus) dengan gmenghubungk

    terluar yang kedalaman lameter, kecuayang secateknologi

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    40/43

    Naskah A

    NO. ZONA DEFINISI ARAHAN PEMANFAATANRUANG

    PELAK

    jarak dapadan

    mempertimbakarakteristik lilalu lintas pelayaran, da

    9. ZonaPenyangga 5(Zona P5)

    Zona P5 adalah zonaperairan pantai yangberhadapan dengan Zona B6dan/atau B7

    Menjaga fungsi Zona B6dan/atau Zona B7 dengan tidakmenyebabkan abrasi pantai dantidak mengganggu muara sungai, jalur lalu lintas laut danpelayaran, usaha perikananrakyat.

    Penyelenggarsecara bertkoefisien zopaling tinggi puluh lima pjarak dari titiksekurang-kura(dua ratus)

    garis yang mtitik-titik temenunjukkan laut 8 (delapharus memkarakteristik li

    Sumber: Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    41/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-41

    ContentsBAB 2 .................................................................................................................... 1

    PENGEMBANGAN JAKARTA DALAM LINGKUP YANG LEBIH LUAS ............... 1

    2.1. KAJIAN KEBIJAKAN DALAM KONTEKS NASIONAL DAN GLOBAL .... 1

    2.2. PENGEMBANGAN DKI JAKARTA DALAM SKALA NASIONAL ............ 2

    2.2.1. Penataan Ruang .............................................................................. 2

    2.2.2. Hal-Hal Pokok Yang Diatur UU Nomor 26/2007 Tentang Penataan

    Ruang 4

    2.2.3. Implikasi UU No.26 Tahun 2007 Terhadap PenyelenggaraanPenataan Ruang Di Provinsi/Kabupaten/Kota ............................................... 6

    2.2.3.1 Pengaturan ............................................................................... 6

    2.2.3.2 Pembinaan................................................................................ 6

    2.2.4. Pelaksanaan Perencanaan Tata Ruang .......................................... 7

    2.2.4.1 Perencanaan Tata Ruang......................................................... 7

    2.2.5. Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil .................... 13

    2.2.5.1 Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    (RSWP-3-K) .............................................................................................. 13

    2.2.5.2 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    (RZWP-3-K) .............................................................................................. 14

    2.2.5.3 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    Provinsi (RZWP-3-K) ................................................................................ 14

    2.2.5.4 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    Kabupaten/Kota (RZWP-3-K) ................................................................... 14

    2.2.5.5 Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    (RPWP-3-K) .............................................................................................. 15

    2.2.5.6 Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

    Kecil (RAPWP-3-K)................................................................................... 15

    2.2.6. DKI Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara ........................................... 15

    2.2.6.1 Kerjasama............................................................................... 15

    2.2.6.2 Tata Ruang ............................................................................. 16

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    42/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    2-42

    2.2.6.3 Kawasan Khusus .................................................................... 16

    2.2.6.4 Pendanaan ............................................................................. 16

    2.2.7. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) ....................... 17

    2.2.8. Kebijakan Tentang Infrastruktur ..................................................... 18

    2.2.8.1 Kebijakan Tentang Transportasi ............................................. 18

    2.2.8.2 Kebijakan Tentang Persampahan .......................................... 18

    2.3. PENGEMBANGAN DKI JAKARTA DALAM SKALA PULAU JAWA-BALI

    20

    2.4. PENGEMBANGAN DKI JAKARTA DALAM SKALA

    JABODETABEKPUNJUR ................................................................................ 29

    2.4.1. Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur ............................. 29

    2.4.1.1 Struktur Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur Terkait Provinsi

    DKI Jakarta ............................................................................................... 31

    2.4.1.2 Arahan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman .............. 32

    2.4.1.3 Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana ............. 32

    2.4.1.4 Pola Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur Terkait Provinsi DKI

    Jakarta 33

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Strategi Pengembangan Struktur Ruang RTR Pulau Jawa-Bali Yang

    Terkait Dengan DKI Jakarta ................................................................................ 21

    Tabel 2.2 Strategi Pengelolaan Ruang RTR Pulau Jawa-Bali Yang Terkait

    Dengan DKI Jakarta ............................................................................................ 24

    Tabel 2.3 Strategi Pengembangan Sistem Pusat Permukiman di Pulau Jawa

    Bali terkait Metropolitan Jabodetabek (PKN)....................................................... 27

    Tabel 2.4 Pola Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur terkait dengan Provinsi DKI

    ............................................................................................................................ 36

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1 Klasifikasi Pemanfaatan Ruang Menurut UUTR No.26/2007 ........... 4

    Gambar 2. 2 Klasifikasi Penataan Ruang Berdasarkan Sistem, Fungsi Dan Nilai

    Strategis Kawasan ................................................................................................ 5

  • 8/14/2019 bab_2_pengembangan dki dalam lingkup lebih luas rev

    43/43

    Naskah Akademis RTRW DKI Jakarta 2010-2030

    Gambar 2. 3 Sistematika Penyelanggaraan Penataan Ruang Menurut UUTR No.

    26 Tahun 2007 .................................................................................................... 12

    Gambar 2. 4 Struktur Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur ................................ 31

    Gambar 2. 5 Pola Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur ..................................... 34