bab2
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori dan Konsep Terkait
II.1.1 Ca mammae
1. Definisi
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel,
akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal
menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006).
Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar
susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada
payudara (Wijaya, 2005).
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan
yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan
penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara.
Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam
kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan
ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)
2. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), tidak ada
satupun penyebab spesifik dari ca mammae; sebaliknya
serangkaian factor genetik, hormonal, dan kemungkinan
kejadian lingkungan dapat menunjang kanker ini. Sedangkan
menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik dari ca
mammae masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya ca mammae.
10
3. Faktor Resiko
Faktor resiko pada ca mammae dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu: faktor yang dapat diubah seperti riwayat
kehamilan, riwayat menyusui, oral kontrasepsi, hormonal
replacement, alcohol, obesitas dan trauma. Sedangkan factor
yang tidak dapat diubah antara lain: riwayat keluarga yang
menderita kanker, genetic, status menstruasi (menarche dan
menopause), riwayat tumor jinak dan kanker sebelumnya,
tidak menikah, tidak pernah melahirkan anak. (Noviani,
2007)
Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2002),
faktor-faktor resiko ca mammae yaitu:
a. Riwayat pribadi tentang ca mammae. Risiko mengalami
ca mammae pada payudara sebelahnya meningkat hampir
1% setiap tahun.
b. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan
keluarga langsung) dari wanita dengan ca mammae.
Sekitar 5 hingga 10 % ca mammae berkaitan dengan
mutasi herediter spesifik. Perempuan lebih besar
kemungkinannya membawa gen kerentanan kanker
payudara jika mereka mengidap kanker payudara sebelum
menopause, mengidap ca mammae bilateral, mengidap
kanker terkait lain (missal, kanker ovarium), memiliki
riwayat keluarga yang signifikan (yaitu banyak anggota
keluarga terjangkit sebelum menopause), atau berasal dari
kelompok etnik tertentu.
c. Menarche dini. Risiko ca mammae meningkat pada
wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12
tahun. keadaan ini berarti peredaran hormon sudah
dimulai pada umur yang muda dan menyebabkan
peningkatan pertukaran zat hormon. (Depkes RI, 2007)
11
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak
pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama setelah
usia 30 tahun mempunyai risiko 2 kali lipat untuk
mengalami ca mammae disbanding dengan wanita yang
mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20
tahun.
e. Tidak pernah menyusui. Pada perempuan yang tidak
pernah menyusui, kelenjar susu tidak pernah dirangsang
untuk mengeluarkan air susu, sehingga dapat dikatakan
bahwa pemberian ASI pada anak selama mungkin dapat
mengurangi risiko ca mammae. (Depkes RI, 2007)
f. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50
tahun meningkatkan risiko untuk mengalami ca mammae.
Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani
ooforektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai
risiko sepertiganya. Keadaan ini berarti peredaran
hormone akan berlangsung dalam jangka waktu yang
lebih lama, kelenjar susu akan berada di bawah pengaruh
hormone lebih lama. (Depkes RI, 2007)
g. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang
mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferatif mempunyai risiko dua kali lipat untuk
mengalami ca mammae; wanita dengan hiperplasia tipikal
mempunyai risiko empat kali lipat untuk mengalami
penyakit ini. Lesi jinak payudara yang mempunyai risiko
menjadi kanker ganas dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu: tidak berisiko (non-proliferatif) yaitu kista,
fibroadenoma. Risiko kecil (proliferative tanpa atypa)
yaitu Florid hiperplasia, papiloma intraduktal dan
adenosis sklerosing. Risiko sedang (atypical hyperplasia)
yaitu atypical duct hyperplasia, atypical lobus
hyperplasia. (Depkes RI, 2007)
12
h. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas
dan sebelum usia 30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.
i. Obesitas. Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini
mempunyai angka kematian lebih tinggi, yang paling
sering berhubungan dengan diagnosis yang terlambat.
Selain itu korelasi makanan berlemak dengan ca mammae
itu anatara lain dibuktikan oleh tingginya kadar estrogen
yang juga diproduksi dalam makanan tinggi lemak.
Diketahui, hormone estrogen yang juga diproduksi dalam
ovarium (indung telur) ini karena sesuatu hal dapat
menimbulkan efek karsinogenik.
j. Pemakaian kontrasepsi oral secara terus-menerus lebih
dari 7 tahun, meningkatkan risiko terjadinya ca mammae.
(Depkes RI, 2007)
k. Trauma terus-menerus. Pemakaian bra atau kutang yang
terlalu ketat dan menekan jaringan payudara terus-
menerus dalam waktu lama merupakan salah satu risiko
ca mammae. (Depkes RI, 2007)
l. Terapi penggantian hormone. Wanita wanita yang berusia
lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan
menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10
sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan risiko.
Sementara penambahan progesterone terhadap
penggantian estrogen meningkatkan insidens kanker
endometrium, hal ini tidak menurunkan risiko ca
mammae.
m. Alkohol. Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada
wanita yang mengkonsumsi alkohol bahkan hanya dengan
sekali minum dalam sehari. Risikonya dua kali lipat
diantara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari. Di
Negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara
13
teratur (misal Perancis dan Itali), angkanya sedikit lebih
tinggi.
n. Faktor usia. Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko
diperkuat oleh data bahwa 78% ca mammae terjadi pada
pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6%
pada pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia
pada saat ditemukannya kanker adalah 62 tahun.
4. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam
suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri
dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi
suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memicu sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang
berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang
sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel
atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel
lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Pada tahap promosi,
suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi (Desen, 2008).
Menurut Price & Wilson (2006) pada ca mammae
terjadi proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi
duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat
hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel atipikal. Sel-sel
ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan
menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu tujuh tahun
untuk tumbuh dari satu sel manjadi massa yang cukup besar
untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm) pada
14
ukuran itu, sekitar 25% ca mammae sudah mengalami
metastasis.
Skema 1.1
Terjadinya Sel Kanker
(Depkes RI, 2006)
Factor risiko Promotor
kanker (karsinogen)
INISIASI PROMOSI
5. Tanda Dan Gejala Ca mammae
Tanda dan gejala ca mammae, yaitu:
a. Benjolan pada payudara. Umumnya berupa benjolan yang
tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil,
makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada
puting susu.
b. Erosi atau eksema putting susu. Kulit atau puting susu
tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah
muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema,
hingga kulit kelihatan seperti jeruk (peau d’orange),
mengkerut atau timbul borok (ulkus pada payudara).
Borok itu makin lama makin besar dan mendalam
sehingga dapat menghancurkan payudara, sring berbau
busuk, dan mudah berdarah.
c. Pendarahan pada puting susu.
d. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau
tumor sudah besar, sudah timbul borok atau kalau sudah
ada metastase ke tulang-tulang.
SEL NORMAL SEL KANKERSEL TERINISIASI
15
e. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening
ketiak, bengkak pada lengan dan penyebaran kanker di
seluruh tubuh.
6. Pentahapan Ca mammae
Pentahapan klinik yang paling sering digunakan untuk
ca mammae adalah sistem klasifikasi TNM yang
mengevaluasi ukuran tumor (T), jumlah nodus limfe yang
terkena (N) dan bukti adanya metastasis yang jauh (M).
Sistem klasifikasi TNM diadaptasi dari The American Joint
Commitee on Cancer Staging and End Result Reporting.
Tabel 1.1
Pentahapan Ca mammae Berdasarkan TNM (AJCC 1992)
GRADE TUMOR MODUS METASTASIS
Tahap 0
Tahap I
Tahap IIA
Tahap IIB
Tahap IIIA
Tahap IIIB
Tahap IV
Tis
T1
T0
T1
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T3
T4
Sembarang T
Sembarang T
N0
N0
N1
N1
N0
N1
N1
N2
N2
N2
N1
N2
Sembarang N
N3
Sembarang N
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
16
Keterangan:
Tumor primer (T):
T0: tidak ada bukti tumor primer
Tis: karsinoma in situ : karsinoma intraduktal, karsinoma
lobular in situ atau penyakit Paget’s puting susu dengan
atau tanpa tumor.
T1: tumor ≤ 2 cm dalam dimensi terbesarnya.
T2: tumor 2 cm tetapi tidak 5 cm dalam dimensi
terbesarnya.
T3: tumor 5 cm dalam dimensi terbesarnya.
T4: tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke
dinding dada atau kulit.
Nodus limfe regional (N):
N0: tidak ada metastasis nodus limfe regional.
N1: metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral yang
dapat digerakkan.
N2: metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral terfiksasi
pada satu sama lain atau pada struktur lainnya.
N3: metastasis ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral.
Metastasis jauh (M):
M0: tidak ada metastasis yang jauh
M1: metastasis jauh (termasuk metastasis ke nodus limfe
supraklavikular ipsilateral).
(Brunner dan Suddarth, 2002)
17
Pentahapan patologi didasarkan pada histologi,
memberikan prognosis yang lebih akurat. Adapun stadium ca
mammae adalah:
Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada
tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal.
Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan
belum menyebar keluar payudara.
Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan
garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5
cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau
tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm
dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai
perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke struktur
lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan
sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu
ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah
menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada
dan tulang dada
Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara
dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.
(Medicastore, 2011)
18
7. Tipe Ca mammae
a. Karsinoma in situ
Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih
berada pada tempatnya, merupakan kaninoma duktker
dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari
tempat asalnya.
1) Karsinoma duktal in situ (DCIS).
Dibagi ke dalam 2 subtipe mayor: komedo dan non
komedo.
2) Karsinoma lobular in situ (LCIS).
Ditandai dengan ploriferasi sel-sel di dalam lobular
payudara. LCIS biasanya temuan insidental yang
umumnya terletak dalam area multisenter penyakit
dan jarang berhubungan kanker invasif.
b. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi
saluran yang menuju ke puting susu. Sekitar 90% ca
mammae merupakan karsinoma duktal. Kanker ini bisa
terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause.
Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan
mammogram, kanker ini tampak sebagai bintik-bintik
kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini
biasanya terbatas pada daerah tertentu di payudara dan
bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan.
Sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan
menderita kanker invasif (biasanya pada payudara yang
sama).
c. Karsinoma lobuler
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu,
biasanya terjadi setelah menopause. Kanker ini tidak
19
dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi
biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada
mammografi yang dilakukan untuk keperluan lain. Sekitar
25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan
menderita kanker invasif (pada payudara yang sama atau
payudara lainnya atau pada kedua payudara).
d. Kanker invasif
Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan
merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada
payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh
lainnya). Sekitar 80% ca mammae invasif adalah kanker
duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
e. Karsinoma medular
Kanker ini berasal dari kelenjar susu dan tumbuh dalam
kapsul di dalam duktus. Tumor ini dapat menjadi besar
tetapi meluas dengan lambat sehingga prognosisnya lebih
baik. Sekitar 6% dari ca mammae termasuk jenis ini.
f. Karsinoma duktal-tubular
Kanker ini berasal dari kelenjar susu, jarang terjadi,
menempati sekitar 2% kanker. Prognosisnya sangat baik
karena metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim.
g. Karsinoma inflamatori
1%-2% menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari ca
mammae lainnya. Tumor setemoat, nyeri tekan, payudara
secara abnormal keras dan membesar, kulit di atas tumor i
ni merah dan agak hitam, sering terjadi edema dan
retraksi puting susu.
h. Penyakit Paget’s payudara
Tipe ini jarang terjadi, gejala yang sering timbul adalah
rasa terbakar dan gatal pada payudara, tumor ini dapat
20
duktal atau invasif. Massa sering tidak dapat diraba
dibawah puting tempat dimana penyakit ini timbul.
i. Kanker musinus
3% dari ca mammae. Penghasil lendir, tumbuh dengan
lambat sehingga kanker ini mempunyai prognosis yang
kebih baik.
8. Pengobatan Ca mammae
Pengobatan ca mammae yang disepakati ahli-ahli
kanker sedunia (Medicastore, 2011) adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2
Pengobatan Ca mammae
Stadium Pengobatan
I Dilakukan operasi dan kemoterapi.
II Operasi dilanjutkan dengan kemoterapi
ditambah dengan hormonal.
III Operasi dilanjutkan dengan kemoterapi
ditambah dengan radiasi dan hormonal.
IV Dilakukan kemoterapi dilanjutkan dengan
radiasi dan hormonal.
Lanjut Setelah diobati harapan hidup pasien paling
lama adalah 4 tahun.
21
9. Pencegahan Ca mammae
Strategi pencegahan pada prinsipnya, dikelompokkan
dalam tiga kelompok besar yaitu pencegahan pada
lingkungan, pada penjamu, dan milestone. Hampir setiap
epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif
bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi
kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada ca mammae,
yang dilakukan antara lain berupa.
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada ca mammae merupakan salah
satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada
orang yang “sehat” melalui upaya menghindarkan diri
dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan pada individu yang
memiliki risiko untuk terkena ca mammae. Setiap wanita
yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk dari ca mammae. Pencegahan sekunder
dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa
metode deteksi dini terus mengalami perkembangan.
Skrinning melalui mammografi diklaim memiliki akurasi
90% dari semua penderita ca mammae, tetapi
keterpapapran terus-menerus pada mammografi pada
wanita yang sehat merupakan salah satu factor risiko
terjadinya ca mammae.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu
yang telah positif menderita ca mammae. Penanganan
yang tepat penderita ca mammae sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan
22
tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat
berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak
terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah
jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi
dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan
diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk
mencari pengobatan alternatif.
II.1.2 Kemoterapi
1. Definisi
Kemoterapi adalah terapi untuk membunuh sel-sel
kanker dengan obat-obat anti kanker yang disebut sitostatika
(Sukardja, 2000, hal 213). Kemoterapi merupakan terapi
sistemik yang diberikan kepada pasien pasien dengan tujuan
kuratif maupun paliatif (Abdulmuthalib, 2006). Lebih jauh
Abdulmuthalib mengemukakan bahwa pemberian kemoterapi
saat ini dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu :
a. Terapi induksi primer untuk kanker dimana kemoterapi
merupakan satu-satunya cara pengobatan; b. Terapi
neoajuvan, untuk kanker terlokalisir, namun ukurannya
terlalu besar untuk dilakukan pembedahan atau radiasi
dengan optimal; c. Terapi ajuvan, sebagai tambahan terapi
lokal, baik pembedahan atau radiasi, yang memiliki tujuan
untuk menghilangkan mikrometastasis; dan d. Pemberian
langsung pada lokasi tumor.
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti
kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse
yang bertujuan untuk membunuh sel kanker. Tidak hanya sel
kanker pada payudara, tetapi juga diseluruh tubuh. (Denton,
1996)
23
Kemoterapi terbukti dapat mengurangi angka
kematian sampai 72% dan menurunkan angka kekambuhan
sampai 35% pada pasien ca mammae stadium awal (stadium I
sampai IIIa) yang berusia kurang dari 50 tahun. Pada pasien
yang berusia kurang dari 50 tahun angka kematian akibat
kemoterapi adalah sekitar 0,2%, usia diatas 65 tahun menjadi
1,5%, sementara di antara kelompok umur tersebut (51-64
tahun) angka kematiannya 0,7% (Zubairi, 2006)
Kemoterapi pertama kali dikenal sebagai suatu cara
pengobatan penyakit microbial dan dalam perkembangannya
dipakai dalam pengobatan penyakit neoplastik, dengan
menggunakan zat kimia atau obat-obatan yang bersifat toksik.
Obat tersebut membunuh sekaligus sel-sel kanker dan juga
sel-sel yang sehat, terutama pad asel yang membelah dengan
cepat, misalnya sel mukosa disepanjang saluran pencernaan
dan pernapasan, sel rambut, sel darah, dan sel kelamin.
(Groenwald, 1997)
Kemoterapi diberikan dalam siklus tertentu, dengan
kombinasi obat yang tertentu pula yang diberikan dalam dosis
maksimum yang dapat ditoleransi oleh tubuh. (Dudek, 1997)
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali
diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama
beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda
kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup
penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif
dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa
pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut tidak
dapat menyembuhkan ca mammae.
Kemoterapi diberikan untuk menyingkirkan
penyebaran penyakit mikromestatik. Program kemoterapi
untuk ca mammae menggabungkan beberapa preparat untuk
menghancurkan sel tumor dan untuk meminimalkan resistensi
24
medikasi. Preparat yang paling sering digunakan dalam
kombinasi adalah cytoxan (C), methotrexate (M), flouracil
(F), dan adryamicin (A). Regimen CMF atau CAF adalah
protokol pengobatan yang umum. Keputusan mengenai
protokol kemoterapi didasar pada usia individual pasien,
status fisik, dan penyakit.
2. Efek Samping
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual,
lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri
atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara, dan
stomatitis atau sariawan. Pada saat ini muntah relatif jarang
terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron,
penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari
setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi,
tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan
penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi
lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada
akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.
Kemoterapi menyebabkan efek samping yang
berpengaruh terhadap psikologis dan fisiologis. WHO, 1975
menggambarkan bahwa kesehatan seksual merupakan
integrasi dari somatik, emosional, intelektual dan aspek
sosial. Gangguan body image seperti kehilangan rambut,
perubahan kulit, perubahan pada fungsi bowel dan kandung
kemih, nyeri kelelahan, nausea dan vomiting dapat
mempengaruhi harga diri klien terutama pada wanita yang
menjalani kemoterapi. (Carpenter and Brockotp, 1994)
Kesulitan menyesuaikan diri terhadap dampak
pengobatan dapat mempengaruhi klien sebagai stressor
seperti kehilangan control dan kebebasan, merasa tidak
berdaya, gangguan fungsi dan body image, takut akan
25
kematian dan bimbang terhadap masa depan (Anne, 1996).
Nurachman (1999) dalam penelitiannya dampak ca mammae
dan pengobatan dapat menimbulkan ketidak seimbangan
psikologi sangat nyata seperti depresi, berduka, ketangguhan
psikologi, kemampuan koping dan kemampuan mengatasi
masalah. Peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengurangi
risiko efek samping.
II.1.3 Keluarga
1. Definisi
Keluarga merupakan komunitas terkecil dalam
kehidupan bermasyarakat. Terdapat beberapa konsep
keluarga, beberapa ahli mengatakan keluarga merupakan
kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan ada
hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Friedman, 1998). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan 1986).
Keluarga adalah dua orang atau lebih individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu dengan yang lainnya dan di dalam
perannya masing-masing menciptakan erta mempertahankan
kebudayaan (G. Bailon dan A. Maglaya, 1989). Keluarga
adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga
atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat
manapun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia
yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan
dalam kehidupan individu. (Narwoko dan Suyanto, 2004).
26
2. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1999) ada lima fungsi dasar
keluarga, yaitu:
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan
cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan
belajar berperan di lingkungan social.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
3. Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga
adalah sebagai berikut:
a. Peran Ayah
Ayah sebagi suami dari istri dan sebagai ayah dari anak-
anaknya, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman. Sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya.
27
b. Peran Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari lingkungannya. Disamping itu ibu
juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarga.
c. Peran Anak
Anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual.
4. Tugas-tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Friedman (1999) membagi tugas kesehatan yang
harus dilakukan oleh keluarga, yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang
tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya
yang sakit dan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga
dengan lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan
manfaat fasilitas kesehatan dengan baik.
28
II.1.4 Dukungan Keluarga
1. Definisi
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk bantuan yang
bertujuan untuk merawat seorang anggota keluarga dirumah
yang mengalami ketidakmampuan atau keterbatasan (Storey,
1992). Keluarga memainkan suatu peran yang bersifat
mendukung selam penyembuhan dan pemulihan pasien.
Apabila dukungan semacam ini tidak ada, maka keberhasilan
penyembuhan/pemulihan (rehabilitasi) sangat kurang
(Friedman, 1999).
2. Bentuk Dukungan Keluarga
Bentuk dari dukungan keluarga yang dapat diberikan
kepada pasien adalah dukungan secara fisik dan psikologis.
Secara fisik dukungan keluarga berupa bantuan tenaga untuk
memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari pasien. Sedangkan
secara psikologis dukungan keluarga dapat berbentuk
memberikan kasih sayang, membantu mengembangkan
konsep diri pasien yang positif, dan menerima pasien sesuai
dengan perubahan-perubahan yang dialaminya saat
menjalankan kemoterapi.
3. Jenis-jenis Dukungan Sosial
Winnubast (1988) dan Sarfino (1990) membedakan
empat jenis dukungan sosial (dalam Atkinson, 2000):
a. Emotional Support (Dukungan Emosional) yaitu bantuan
sosial yang melibatkan ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian seseorang yang memberikan rasa nyaman,
memiliki, dan dicintai pada waktu mengalami stress.
b. Esteem Support (Dukungan Penghargaan) yaitu bantuan
yang diberikan untuk membangun perasaan berharga,
memberikan nilai positif terhadap orang tersebut ditengah
29
keadaannya yang kurang mampu baik secara mental
maupun fisik.
c. Informational Support (Dukungan Informasi) yaitu
bantuan berupa pengetahuan, petunjuk, saran atau
nasehat, instruksi atau umpan balik, sehubungan dengan
kejadian yang sedang dialami seseorang misalnya efek
samping dari berbagai pengobatan.
d. Tangible Support (Dukungan Nyata/Materi) yaitu bantuan
yang khusus dan langsung diberikan kepada orang lain
yang sangat membutuhkannya, seperti transportasi,
bantuan keuangan, layanan pekerjaan (misalnya menjaga
anak), dan sebagainya.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Sosial
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
sosial keluarga adalah:
a. Usia
Berkaitan dengan dukungan sosial dengan adanya
perubahan peran sosial dan hubungan menyertai dalam
proses penuaan.
b. Jenis Kelamin
Pada wanita diketahui memiliki hubungan sosial yang
lebih luas dan lebih erat dibandingkan dengan kaum pria.
(Kodriaati, 2004)
c. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan akan
mendapatkan dukungan sosial dari orang yang berada
disekitarnya.
d. Status Pernikahan
Pernikahan akan member keuntungan bagi kesehatan
seseorang karena akan mendapatkan perhatian dari
pasangannya.
30
e. Lamanya Menderita
Seseorang yang semakin lama menderita suatu penyakit
ada kemungkinan dukungan sosial yang diterima semakin
berkurang.
II.1.5 Motivasi
1. Definisi
Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk
berbuat atau beraksi. Menurut Nancy Sevenson (2001),
motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang
membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons.
Menurut Sarwono, S.W (2000), motivasi menunjuk pada
proses gerakan termasuk situasi yang mendorong yang timbul
dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh
situasi tersebut dengan tujuan atau akhir dari pada gerakan
atau perbuatan.
Motivasi merupakan proses untuk mempengaruhi
seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan.
(Ranupandojo dan Husnan, Suad, 2002). Banyak teori tentang
motivasi dan penemuan riset yang mencoba menjelaskan
antara perilaku dan hasilnya. Teori motivasi dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Teori Kepuasan (Content Theories), memusatkan
perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang, yang
menggerakkan, mengarahkan, dan menghentikan
perilaku. Mereka mencoba untuk menentukan kebutuhan
khusus yang memotivasi orang.
b. Teori Proses, teori ini menguraikan dan menganalisis
bagaimana perilaku itu digerakkan, diarahkan, didukung
dan dihentikan.
31
Motivasi didefinisikan sebagai kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan
tertentu, yang dikondisikan oleh kemampuan, upaya itu untuk
memenuhi sesuatu kebutuhan individual. Bila individu
termotivasi, ia akan mencoba sekuat tenaga. Tetapi
kemungkinan kecil tingkat upaya yang akan menghambat
hasil kinerja pekerjaan kecuali bila upaya disalurkan dalam
suatu arah yang bermanfaat. Jadi motivasi diperlukan sebagai
proses pemenuhan kebutuhan. (Soekidjo, 2005). Adapun teori
lain yang menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu tenaga
faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan,
mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya.
(Winardi, 2001)
Menurut pengertian lain, motivasi merupakan hasil
jumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi
seorang individu yang menyebabkan timbulnya sifat
antusiasme dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu (Gray, 1998). Selain diatas, teori keseimbangan
(Handoko, 1995) berpendapat bahwa tingkah laku manusia
tersebut mengarah kepada pencapaian tujuan yang dapat
memenuhi atau memuaskan kebutuhan itu, begitu seterusnya,
sehingga terjadi suatu lingkaran motivasi (Motivation Circle).
Berdasarkan teori ini pula, secara umum kebutuhan manusia
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang pertama kebutuhan
primer seperti makan, minum, tidur, bernafas, dan lain-lain,
yang kedua kebutuhan sekunder (psikologis) seperti kasih
sayang, perasaan aman, kebiasaan dan lain-lain. Menurut A.
Maslow, pendukung teori perlu keseimbangan agar manusia
dapat dikembangkan dengan baik. Mereka memenuhi
kebutuhan-kebuuhan sebagai berikut:
a. Kebutuhan biologis
b. Kebutuhan akan rasa nyaman
32
c. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki
d. Kebutuhan akan penghargaan
e. Kebutuhan untuk tahu
f. Kebutuhan akan keindahan
g. Kebutuhan akan kebebasan bertindak (aktualisasi diri)
2. Pembagian Motivasi
Motivasi dibagi menurut pandangan para ahli, antara
lain sebagai berikut:
a. Woodworth dan Marquis, membedakan motivasi yang
berdasarkan kebutuhan manusia menjadi 3 macam;
1) Motivasi kebutuhan organis, seperti minum, makan,
bernafas, seksual, bekerja dan beristirahat.
2) Motivasi darurat, yang mencakup dorongan-dorongan
menyelamatkan diri, berusaha, dan dorongan untuk
membalas.
3) Motivasi objektif, yang meliputi kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, dan
sebagainya.
b. Motivasi Jenis
Meyer dari Success Motivation Institute (1995), membagi
motivasi menjadi tiga bagian yaitu:
1) Motivasi kekhawatiran (fear motivation) yaitu
melakukan kegiatan karena takut akan konsekuensi
atau akibatnya jika tidak dilakukan.
2) Motivasi insentif ialah ganjaran, keuntungan nyata
atau tidak nyata sebagai hasil suatu kegiatan.
3) Motivasi sikap (attitude motivation) yaitu motivasi
yang berhubungan dengan seperangkat tujuan yang
bersifat pribadi.
33
c. Pembagian motivasi menurut penyebabnya, yaitu:
1) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi
karena adanya rangsangan dari luar, misalnya
mahasiswa yang belajar karena ia tahu besok ia akan
ujian.
2) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi
tanpa rangsangan dari luar tetapi sudah dengan
sendirinya terdorong untuk berbuat sesuatu. Menurut
Maslow (1964), motivasi manusia dapat digolongkan
dan tiap-tiap golongan tersebut mempunyai hubungan
jenjang, maksudnya suatu motivasi timbul kalau
motivasi yang mempunyai jenjang lebih rendah telah
terpenuhi. (Notoatmodjo, 2007).
3. Macam-Macam Motivasi
a. Motivasi Tunggal dan Majemuk
Seseorang dikatakan memiliki motivasi tunggal apabila ia
melakukan suatu kegiatan karena satu motivasi saja.
Contohnya: seorang pegawai negeri golongan 1 masuk
kursus pegawai administrasi.
b. Motivasi Biogenik
Motivasi yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan biologis.
Motivasi ini merupakan dorongan seseorang melakukan
suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan organismenya.
Contohnya: orang makan karena lapar.
c. Motivasi Sosiogenetik
Motivasi sosiogenetik adalah motivasi yang berasal dari
lingkungan kebudayaan tempat orang yang bersangkutan
tinggal dan berkembang.
d. Motivasi Teogenik
Motivasi teogenik adalah motivasi yang berhubungan
dengan manusia yang ber ke-Tuhanan.
34
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Dari penjelasan tentang teori dan jenis motivasi dapat
dikatakan individu memiliki bermacam-macam motivasi
yang mendorong dirinya untuk melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan hidupnya dalam
rangka mempertahankan eksistensinya. Bertindak dan
bertingkah laku untuk mencapai tujuannya dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari dalam (intrinsik) dan luar dirinya
(ekstrinsik). Faktor intrinsik terdiri dari kebutuhan,
pengalaman, pengetahuan, persepsi, minat, dan keyakinan.
Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi fasilitas, sosial, budaya,
ekonomi, dan support system. Faktor intrinsik dan ekstrinsik
ini perlu diperhatikan bagi seseorang yang akan memotivasi
orang lain
II.1.6 Proses Kehilangan
1. Definisi
Kehilangan adalah suatu pengalaman individu yang
sangat universal dan individual. Kehilangan dapat diartikan
sebagai suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya ada
(Stuart & Sundeen, 2006). Karena kehidupan ini merupakan
suatu rangkaian proses penambahan dan kehilangan. Stuart &
Sundeen (2006) juga menjelaskan bahwa kehilangan ini dapat
terjadi secara tiba-tiba, berangsur-angsur atau dapat
diramalkan dan dapat merupakan hal yang traumatik maupun
tidak.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana
seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari
sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah
35
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan,
tergantung:
a. Arti dari kehilangan
b. Sosial budaya
c. Kepercayaan / spiritual
d. Peran seks
e. Status sosial ekonomi
f. Kondisi fisik dan psikologi individu
2. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
a. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,
misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti/di
cintai.
b. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat
dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti
bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.
3. Jenis-Jenis Kehilangan
Menurut Potter & Perry (2005), terdapat 5 kategori
kehilangan, yaitu:
a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat
bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang
paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
36
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi
orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan
ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,
kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya
membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak
dapat ditutupi.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri
atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini
meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan,
dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin
sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa
aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya
kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi
tubuh.
c. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik
sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau
pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari
lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan
latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau
bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain,
maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara
perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang
37
disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.
Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
4. Rentang Respon Kehilangan
a. Fase denial
1) Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai
kenyataan.
2) Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya
itu terjadi ”.
3) Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah.
b. Fase anger / marah
1) Mulai sadar akan kenyataan.
2) Marah diproyeksikan pada orang lain.
3) Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan mengepal.
4) Perilaku agresif.
c. Fase bergaining / tawar- menawar.
1) Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau
saja yang sakit bukan saya “seandainya saya hati-
hati“.
d. Fase depresi
1) Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau
putus asa.
2) Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan
libido menurun.
e. Fase acceptance
1) Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
2) Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “
38
II.2 Penelitian Terkait
Beberapa penelitian yang terkait yang pernah dilakukan mengenai
ca mammae antara lain:
II.2.1 Fink (1995), melakukan studi pengaruh sumber-sumber keluarga
bahwa keluarga dapat menggunakan sumber-sumber untuk
mempertahankan kesehatan dan intervensi yang dibangun dari
keluarga jauh lebih penting didalam mempertahankan keluarga
sehat.
II.2.2 Nurachman (1999), melakukan studi terhadap dampak ca
mammae dan pengobatannya terhadap aspek biopsikologis
cultural klien yang berpartisipasi dalam kelompok pendukung.
Dari study tersebut, ternyata dampak ca mammae terhadap klien
dengan ca mammae megalami ketidakseimbangan psikologis
yang meliputi depresi, ketangguhan psikologis, berduka,
kemampuan koping, dan kemampuan mengatasi masalah.
II.2.3 Faktor-faktor yang berhubungan praktek pendeteksian dini ca
mammae pada karyawati administrasi UI tahun 1999. Penelitian
ini dilakukan oleh Palupy (1999). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa 45,7% responden melakukan pendeteksian
dini ca mammae. 76,6% responden termasuk dalam kategori
pengetahuan rendah tentang ca mammae dan pendeteksiannya.
II.2.4 Kuijer, et al (2000) dikutip dari Monti (2004) menyatakan bahwa
dukungan keluarga mempengaruhi kesembuhan ibu yang
mengidap ca mammae. Kesembuhan tersebut disebabkan
terjadinya reaksi kimiawi yang merangsang sel-sel didalam tubuh
untuk melawan kanker.
II.2.5 Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) pada perawat di RS Kanker
Dharmais tahun 2005. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
87,5% perawat melakukan SADARI. 60,0% berpengetahuan baik
tentang ca mammae. 55,2% berpengetahuan baik tentang
39
SADARI. 54,3% bersikap positif. 85,7% terpapar informasi dari
tenaga kesehatan, 86,7% media massa.
40
II.3 Kerangka Teori
Kanker adalah penyakit dimana sel-sel ganas beranak pinak berupa
keturunan yang bersifat ganas pula (Karsono, 2006). Penyakit ini
kompleks dengan manifestasi yang bervariasi yang tergantung dari jenis
sel kanker dan sistem yang dipengaruhi di tubuh. Pilihan pengobatan yang
ditawarkan kepada pasien kanker disesuaikan dengan tujuan yang realistik
dan dapat dicapai sesuai dengan jenis kanker yang dialami (Smeltzer, et
al., 2008).
Salah satu terapi yang dilakukan dalam tatalaksana kanker adalah
kemoterapi. Kemoterapi merupakan salah satu terapi kanker yang
memiliki banyak keunggulan dan telah terbukti efektif untuk
penatalaksanaan kanker. Di sisi lain, kemoterapi dapat menimbulkan
berbagai efek samping, seperti mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut
yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara,
dan stomatitis atau sariawan. (Abdulmuthalib, 2006)
Pengobatan pada kanker payudara salah satunya adalah dilakukan
mastektomi. Akibat dari dilakukannya mastektomi adalah timbulnya suatu
proses kehilangan. Kehilangan adalah suatu pengalaman individu yang
sangat universal dan individual. Kehilangan dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari
sesuatu yang dulunya ada (Stuart & Sundeen, 2006). Karena kehidupan ini
merupakan suatu rangkaian proses penambahan dan kehilangan. Rentang
respon kehilangan dapat berupa denial, anger/marah, bergainning/tawar-
menawar, depresi, dan acceptance.
Dengan adanya proses kehilangan tersebut, peranan dukungan
keluarga sangat diperlukan. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk
bantuan yang bertujuan untuk merawat seorang anggota keluarga dirumah
yang mengalami ketidakmampuan atau keterbatasan (Storey, 1992).
Winnubast (1988) dan Sarfino (1990) membedakan empat jenis dukungan
sosial (dalam Atkinson, 2000) yaitu: dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan nyata/materi. Adapun
41
faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial keluarga adalah usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, lamanya menderita.
Adanya dukungan keluarga, diharapkan akan timbulnya motivasi
pasien dalam menjalankan pengobatan atau kemoterapi. Secara umum,
motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi. Menurut Nancy
Sevenson (2001), motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis
yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons.
42
Skema 1.2
Kerangka Teori
Sumber : Karsono (2006), Smeltzer, et al. (2008), Abdulmuthalib (2006), Stuart & Sundeen (2006), Storey (1992), Nancy Sevenson (2001, Winnubast (1988) dan Sarfino (1990) (dalam Atkinson, 2000).
Ca Mammae:
- Definisi Ca mammae
- Etiologi- Faktor Resiko- Patofisiologi- Tanda & Gejala
Ca mammae- Pengobatan &
Pencegahan
Mastektomi
Proses Kehilangan
Rentang Respon Kehilangan:
- Fase Denial- Fase Anger/Marah- Fase
Bergainning/Tawar-Menawar
- Fase Depresi- Fase Acceptance
Kemoterapi:
- Definisi- Efek
Samping
Dukungan Keluarga:
- Dukungan Emosional- Dukungan Penghargaan- Dukungan Informasi- Dukungan Nyata/materi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga:
- Usia- Jenis Kelamin- Tingkat
Pendidikan- Status
Pernikahan- Lamanya
Menderita
Motivasi Menjalankan Kemoterapi