bab2

34
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori dan Konsep Terkait II.1.1 Ca mammae 1. Definisi Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006). Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005). Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011) 2. Etiologi Menurut Brunner dan Suddarth (2002), tidak ada satupun penyebab spesifik dari ca mammae; sebaliknya serangkaian factor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang kanker ini. Sedangkan menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik dari ca mammae masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya ca mammae.

Upload: olivia-christy-kaihatu

Post on 14-Apr-2017

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab2

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori dan Konsep Terkait

II.1.1 Ca mammae

1. Definisi

Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel,

akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal

menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006).

Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam

jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar

susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada

payudara (Wijaya, 2005).

Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan

yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan

penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara.

Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di

dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam

kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan

ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)

2. Etiologi

Menurut Brunner dan Suddarth (2002), tidak ada

satupun penyebab spesifik dari ca mammae; sebaliknya

serangkaian factor genetik, hormonal, dan kemungkinan

kejadian lingkungan dapat menunjang kanker ini. Sedangkan

menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik dari ca

mammae masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak

faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap

terjadinya ca mammae.

Page 2: bab2

10

3. Faktor Resiko

Faktor resiko pada ca mammae dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu: faktor yang dapat diubah seperti riwayat

kehamilan, riwayat menyusui, oral kontrasepsi, hormonal

replacement, alcohol, obesitas dan trauma. Sedangkan factor

yang tidak dapat diubah antara lain: riwayat keluarga yang

menderita kanker, genetic, status menstruasi (menarche dan

menopause), riwayat tumor jinak dan kanker sebelumnya,

tidak menikah, tidak pernah melahirkan anak. (Noviani,

2007)

Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2002),

faktor-faktor resiko ca mammae yaitu:

a. Riwayat pribadi tentang ca mammae. Risiko mengalami

ca mammae pada payudara sebelahnya meningkat hampir

1% setiap tahun.

b. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan

keluarga langsung) dari wanita dengan ca mammae.

Sekitar 5 hingga 10 % ca mammae berkaitan dengan

mutasi herediter spesifik. Perempuan lebih besar

kemungkinannya membawa gen kerentanan kanker

payudara jika mereka mengidap kanker payudara sebelum

menopause, mengidap ca mammae bilateral, mengidap

kanker terkait lain (missal, kanker ovarium), memiliki

riwayat keluarga yang signifikan (yaitu banyak anggota

keluarga terjangkit sebelum menopause), atau berasal dari

kelompok etnik tertentu.

c. Menarche dini. Risiko ca mammae meningkat pada

wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12

tahun. keadaan ini berarti peredaran hormon sudah

dimulai pada umur yang muda dan menyebabkan

peningkatan pertukaran zat hormon. (Depkes RI, 2007)

Page 3: bab2

11

d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak

pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama setelah

usia 30 tahun mempunyai risiko 2 kali lipat untuk

mengalami ca mammae disbanding dengan wanita yang

mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20

tahun.

e. Tidak pernah menyusui. Pada perempuan yang tidak

pernah menyusui, kelenjar susu tidak pernah dirangsang

untuk mengeluarkan air susu, sehingga dapat dikatakan

bahwa pemberian ASI pada anak selama mungkin dapat

mengurangi risiko ca mammae. (Depkes RI, 2007)

f. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50

tahun meningkatkan risiko untuk mengalami ca mammae.

Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani

ooforektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai

risiko sepertiganya. Keadaan ini berarti peredaran

hormone akan berlangsung dalam jangka waktu yang

lebih lama, kelenjar susu akan berada di bawah pengaruh

hormone lebih lama. (Depkes RI, 2007)

g. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang

mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel

proliferatif mempunyai risiko dua kali lipat untuk

mengalami ca mammae; wanita dengan hiperplasia tipikal

mempunyai risiko empat kali lipat untuk mengalami

penyakit ini. Lesi jinak payudara yang mempunyai risiko

menjadi kanker ganas dapat dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu: tidak berisiko (non-proliferatif) yaitu kista,

fibroadenoma. Risiko kecil (proliferative tanpa atypa)

yaitu Florid hiperplasia, papiloma intraduktal dan

adenosis sklerosing. Risiko sedang (atypical hyperplasia)

yaitu atypical duct hyperplasia, atypical lobus

hyperplasia. (Depkes RI, 2007)

Page 4: bab2

12

h. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas

dan sebelum usia 30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.

i. Obesitas. Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini

mempunyai angka kematian lebih tinggi, yang paling

sering berhubungan dengan diagnosis yang terlambat.

Selain itu korelasi makanan berlemak dengan ca mammae

itu anatara lain dibuktikan oleh tingginya kadar estrogen

yang juga diproduksi dalam makanan tinggi lemak.

Diketahui, hormone estrogen yang juga diproduksi dalam

ovarium (indung telur) ini karena sesuatu hal dapat

menimbulkan efek karsinogenik.

j. Pemakaian kontrasepsi oral secara terus-menerus lebih

dari 7 tahun, meningkatkan risiko terjadinya ca mammae.

(Depkes RI, 2007)

k. Trauma terus-menerus. Pemakaian bra atau kutang yang

terlalu ketat dan menekan jaringan payudara terus-

menerus dalam waktu lama merupakan salah satu risiko

ca mammae. (Depkes RI, 2007)

l. Terapi penggantian hormone. Wanita wanita yang berusia

lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan

menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10

sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan risiko.

Sementara penambahan progesterone terhadap

penggantian estrogen meningkatkan insidens kanker

endometrium, hal ini tidak menurunkan risiko ca

mammae.

m. Alkohol. Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada

wanita yang mengkonsumsi alkohol bahkan hanya dengan

sekali minum dalam sehari. Risikonya dua kali lipat

diantara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari. Di

Negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara

Page 5: bab2

13

teratur (misal Perancis dan Itali), angkanya sedikit lebih

tinggi.

n. Faktor usia. Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko

diperkuat oleh data bahwa 78% ca mammae terjadi pada

pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6%

pada pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia

pada saat ditemukannya kanker adalah 62 tahun.

4. Patofisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam

suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri

dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi

suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memicu sel

menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini

disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang

berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar

matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang

sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel

atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel

lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Pada tahap promosi,

suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi

ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan

terpengaruh oleh promosi (Desen, 2008).

Menurut Price & Wilson (2006) pada ca mammae

terjadi proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi

duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat

hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel atipikal. Sel-sel

ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan

menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu tujuh tahun

untuk tumbuh dari satu sel manjadi massa yang cukup besar

untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm) pada

Page 6: bab2

14

ukuran itu, sekitar 25% ca mammae sudah mengalami

metastasis.

Skema 1.1

Terjadinya Sel Kanker

(Depkes RI, 2006)

Factor risiko Promotor

kanker (karsinogen)

INISIASI PROMOSI

5. Tanda Dan Gejala Ca mammae

Tanda dan gejala ca mammae, yaitu:

a. Benjolan pada payudara. Umumnya berupa benjolan yang

tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil,

makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau

menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada

puting susu.

b. Erosi atau eksema putting susu. Kulit atau puting susu

tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah

muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema,

hingga kulit kelihatan seperti jeruk (peau d’orange),

mengkerut atau timbul borok (ulkus pada payudara).

Borok itu makin lama makin besar dan mendalam

sehingga dapat menghancurkan payudara, sring berbau

busuk, dan mudah berdarah.

c. Pendarahan pada puting susu.

d. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau

tumor sudah besar, sudah timbul borok atau kalau sudah

ada metastase ke tulang-tulang.

SEL NORMAL SEL KANKERSEL TERINISIASI

Page 7: bab2

15

e. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening

ketiak, bengkak pada lengan dan penyebaran kanker di

seluruh tubuh.

6. Pentahapan Ca mammae

Pentahapan klinik yang paling sering digunakan untuk

ca mammae adalah sistem klasifikasi TNM yang

mengevaluasi ukuran tumor (T), jumlah nodus limfe yang

terkena (N) dan bukti adanya metastasis yang jauh (M).

Sistem klasifikasi TNM diadaptasi dari The American Joint

Commitee on Cancer Staging and End Result Reporting.

Tabel 1.1

Pentahapan Ca mammae Berdasarkan TNM (AJCC 1992)

GRADE TUMOR MODUS METASTASIS

Tahap 0

Tahap I

Tahap IIA

Tahap IIB

Tahap IIIA

Tahap IIIB

Tahap IV

Tis

T1

T0

T1

T2

T2

T3

T0

T1

T2

T3

T3

T4

Sembarang T

Sembarang T

N0

N0

N1

N1

N0

N1

N1

N2

N2

N2

N1

N2

Sembarang N

N3

Sembarang N

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M1

Page 8: bab2

16

Keterangan:

Tumor primer (T):

T0: tidak ada bukti tumor primer

Tis: karsinoma in situ : karsinoma intraduktal, karsinoma

lobular in situ atau penyakit Paget’s puting susu dengan

atau tanpa tumor.

T1: tumor ≤ 2 cm dalam dimensi terbesarnya.

T2: tumor 2 cm tetapi tidak 5 cm dalam dimensi

terbesarnya.

T3: tumor 5 cm dalam dimensi terbesarnya.

T4: tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke

dinding dada atau kulit.

Nodus limfe regional (N):

N0: tidak ada metastasis nodus limfe regional.

N1: metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral yang

dapat digerakkan.

N2: metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral terfiksasi

pada satu sama lain atau pada struktur lainnya.

N3: metastasis ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral.

Metastasis jauh (M):

M0: tidak ada metastasis yang jauh

M1: metastasis jauh (termasuk metastasis ke nodus limfe

supraklavikular ipsilateral).

(Brunner dan Suddarth, 2002)

Page 9: bab2

17

Pentahapan patologi didasarkan pada histologi,

memberikan prognosis yang lebih akurat. Adapun stadium ca

mammae adalah:

Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada

tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal.

Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan

belum menyebar keluar payudara.

Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum

menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan

garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke

kelenjar getah bening ketiak.

Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5

cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau

tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke

kelenjar getah bening ketiak.

Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm

dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai

perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke struktur

lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan

sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu

ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah

menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada

dan tulang dada

Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara

dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.

(Medicastore, 2011)

Page 10: bab2

18

7. Tipe Ca mammae

a. Karsinoma in situ

Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih

berada pada tempatnya, merupakan kaninoma duktker

dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari

tempat asalnya.

1) Karsinoma duktal in situ (DCIS).

Dibagi ke dalam 2 subtipe mayor: komedo dan non

komedo.

2) Karsinoma lobular in situ (LCIS).

Ditandai dengan ploriferasi sel-sel di dalam lobular

payudara. LCIS biasanya temuan insidental yang

umumnya terletak dalam area multisenter penyakit

dan jarang berhubungan kanker invasif.

b. Karsinoma duktal

Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi

saluran yang menuju ke puting susu. Sekitar 90% ca

mammae merupakan karsinoma duktal. Kanker ini bisa

terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause.

Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan

mammogram, kanker ini tampak sebagai bintik-bintik

kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini

biasanya terbatas pada daerah tertentu di payudara dan

bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan.

Sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan

menderita kanker invasif (biasanya pada payudara yang

sama).

c. Karsinoma lobuler

Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu,

biasanya terjadi setelah menopause. Kanker ini tidak

Page 11: bab2

19

dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi

biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada

mammografi yang dilakukan untuk keperluan lain. Sekitar

25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan

menderita kanker invasif (pada payudara yang sama atau

payudara lainnya atau pada kedua payudara).

d. Kanker invasif

Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan

merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada

payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh

lainnya). Sekitar 80% ca mammae invasif adalah kanker

duktal dan 10% adalah kanker lobuler.

e. Karsinoma medular

Kanker ini berasal dari kelenjar susu dan tumbuh dalam

kapsul di dalam duktus. Tumor ini dapat menjadi besar

tetapi meluas dengan lambat sehingga prognosisnya lebih

baik. Sekitar 6% dari ca mammae termasuk jenis ini.

f. Karsinoma duktal-tubular

Kanker ini berasal dari kelenjar susu, jarang terjadi,

menempati sekitar 2% kanker. Prognosisnya sangat baik

karena metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim.

g. Karsinoma inflamatori

1%-2% menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari ca

mammae lainnya. Tumor setemoat, nyeri tekan, payudara

secara abnormal keras dan membesar, kulit di atas tumor i

ni merah dan agak hitam, sering terjadi edema dan

retraksi puting susu.

h. Penyakit Paget’s payudara

Tipe ini jarang terjadi, gejala yang sering timbul adalah

rasa terbakar dan gatal pada payudara, tumor ini dapat

Page 12: bab2

20

duktal atau invasif. Massa sering tidak dapat diraba

dibawah puting tempat dimana penyakit ini timbul.

i. Kanker musinus

3% dari ca mammae. Penghasil lendir, tumbuh dengan

lambat sehingga kanker ini mempunyai prognosis yang

kebih baik.

8. Pengobatan Ca mammae

Pengobatan ca mammae yang disepakati ahli-ahli

kanker sedunia (Medicastore, 2011) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Pengobatan Ca mammae

Stadium Pengobatan

I Dilakukan operasi dan kemoterapi.

II Operasi dilanjutkan dengan kemoterapi

ditambah dengan hormonal.

III Operasi dilanjutkan dengan kemoterapi

ditambah dengan radiasi dan hormonal.

IV Dilakukan kemoterapi dilanjutkan dengan

radiasi dan hormonal.

Lanjut Setelah diobati harapan hidup pasien paling

lama adalah 4 tahun.

Page 13: bab2

21

9. Pencegahan Ca mammae

Strategi pencegahan pada prinsipnya, dikelompokkan

dalam tiga kelompok besar yaitu pencegahan pada

lingkungan, pada penjamu, dan milestone. Hampir setiap

epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif

bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi

kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada ca mammae,

yang dilakukan antara lain berupa.

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada ca mammae merupakan salah

satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada

orang yang “sehat” melalui upaya menghindarkan diri

dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan

melaksanakan pola hidup sehat.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan pada individu yang

memiliki risiko untuk terkena ca mammae. Setiap wanita

yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan

populasi at risk dari ca mammae. Pencegahan sekunder

dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa

metode deteksi dini terus mengalami perkembangan.

Skrinning melalui mammografi diklaim memiliki akurasi

90% dari semua penderita ca mammae, tetapi

keterpapapran terus-menerus pada mammografi pada

wanita yang sehat merupakan salah satu factor risiko

terjadinya ca mammae.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu

yang telah positif menderita ca mammae. Penanganan

yang tepat penderita ca mammae sesuai dengan

stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan

memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan

Page 14: bab2

22

tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup

penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan

meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat

berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak

terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah

jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi

dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan

diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk

mencari pengobatan alternatif.

II.1.2 Kemoterapi

1. Definisi

Kemoterapi adalah terapi untuk membunuh sel-sel

kanker dengan obat-obat anti kanker yang disebut sitostatika

(Sukardja, 2000, hal 213). Kemoterapi merupakan terapi

sistemik yang diberikan kepada pasien pasien dengan tujuan

kuratif maupun paliatif (Abdulmuthalib, 2006). Lebih jauh

Abdulmuthalib mengemukakan bahwa pemberian kemoterapi

saat ini dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu :

a. Terapi induksi primer untuk kanker dimana kemoterapi

merupakan satu-satunya cara pengobatan; b. Terapi

neoajuvan, untuk kanker terlokalisir, namun ukurannya

terlalu besar untuk dilakukan pembedahan atau radiasi

dengan optimal; c. Terapi ajuvan, sebagai tambahan terapi

lokal, baik pembedahan atau radiasi, yang memiliki tujuan

untuk menghilangkan mikrometastasis; dan d. Pemberian

langsung pada lokasi tumor.

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti

kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse

yang bertujuan untuk membunuh sel kanker. Tidak hanya sel

kanker pada payudara, tetapi juga diseluruh tubuh. (Denton,

1996)

Page 15: bab2

23

Kemoterapi terbukti dapat mengurangi angka

kematian sampai 72% dan menurunkan angka kekambuhan

sampai 35% pada pasien ca mammae stadium awal (stadium I

sampai IIIa) yang berusia kurang dari 50 tahun. Pada pasien

yang berusia kurang dari 50 tahun angka kematian akibat

kemoterapi adalah sekitar 0,2%, usia diatas 65 tahun menjadi

1,5%, sementara di antara kelompok umur tersebut (51-64

tahun) angka kematiannya 0,7% (Zubairi, 2006)

Kemoterapi pertama kali dikenal sebagai suatu cara

pengobatan penyakit microbial dan dalam perkembangannya

dipakai dalam pengobatan penyakit neoplastik, dengan

menggunakan zat kimia atau obat-obatan yang bersifat toksik.

Obat tersebut membunuh sekaligus sel-sel kanker dan juga

sel-sel yang sehat, terutama pad asel yang membelah dengan

cepat, misalnya sel mukosa disepanjang saluran pencernaan

dan pernapasan, sel rambut, sel darah, dan sel kelamin.

(Groenwald, 1997)

Kemoterapi diberikan dalam siklus tertentu, dengan

kombinasi obat yang tertentu pula yang diberikan dalam dosis

maksimum yang dapat ditoleransi oleh tubuh. (Dudek, 1997)

Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali

diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama

beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda

kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup

penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif

dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa

pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut tidak

dapat menyembuhkan ca mammae.

Kemoterapi diberikan untuk menyingkirkan

penyebaran penyakit mikromestatik. Program kemoterapi

untuk ca mammae menggabungkan beberapa preparat untuk

menghancurkan sel tumor dan untuk meminimalkan resistensi

Page 16: bab2

24

medikasi. Preparat yang paling sering digunakan dalam

kombinasi adalah cytoxan (C), methotrexate (M), flouracil

(F), dan adryamicin (A). Regimen CMF atau CAF adalah

protokol pengobatan yang umum. Keputusan mengenai

protokol kemoterapi didasar pada usia individual pasien,

status fisik, dan penyakit.

2. Efek Samping

Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual,

lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri

atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara, dan

stomatitis atau sariawan. Pada saat ini muntah relatif jarang

terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron,

penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari

setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi,

tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan

penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi

lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada

akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.

Kemoterapi menyebabkan efek samping yang

berpengaruh terhadap psikologis dan fisiologis. WHO, 1975

menggambarkan bahwa kesehatan seksual merupakan

integrasi dari somatik, emosional, intelektual dan aspek

sosial. Gangguan body image seperti kehilangan rambut,

perubahan kulit, perubahan pada fungsi bowel dan kandung

kemih, nyeri kelelahan, nausea dan vomiting dapat

mempengaruhi harga diri klien terutama pada wanita yang

menjalani kemoterapi. (Carpenter and Brockotp, 1994)

Kesulitan menyesuaikan diri terhadap dampak

pengobatan dapat mempengaruhi klien sebagai stressor

seperti kehilangan control dan kebebasan, merasa tidak

berdaya, gangguan fungsi dan body image, takut akan

Page 17: bab2

25

kematian dan bimbang terhadap masa depan (Anne, 1996).

Nurachman (1999) dalam penelitiannya dampak ca mammae

dan pengobatan dapat menimbulkan ketidak seimbangan

psikologi sangat nyata seperti depresi, berduka, ketangguhan

psikologi, kemampuan koping dan kemampuan mengatasi

masalah. Peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengurangi

risiko efek samping.

II.1.3 Keluarga

1. Definisi

Keluarga merupakan komunitas terkecil dalam

kehidupan bermasyarakat. Terdapat beberapa konsep

keluarga, beberapa ahli mengatakan keluarga merupakan

kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan ada

hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah

(Friedman, 1998). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan

ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan

untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta

sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan 1986).

Keluarga adalah dua orang atau lebih individu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan

atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah

tangga, berinteraksi satu dengan yang lainnya dan di dalam

perannya masing-masing menciptakan erta mempertahankan

kebudayaan (G. Bailon dan A. Maglaya, 1989). Keluarga

adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga

atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat

manapun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia

yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan

dalam kehidupan individu. (Narwoko dan Suyanto, 2004).

Page 18: bab2

26

2. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1999) ada lima fungsi dasar

keluarga, yaitu:

a. Fungsi afektif

Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan

cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.

b. Fungsi sosialisasi

Adalah proses perkembangan dan perubahan individu

keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan

belajar berperan di lingkungan social.

c. Fungsi reproduksi

Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota

keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

3. Peran Keluarga

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga

adalah sebagai berikut:

a. Peran Ayah

Ayah sebagi suami dari istri dan sebagai ayah dari anak-

anaknya, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,

pelindung, dan pemberi rasa aman. Sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya.

Page 19: bab2

27

b. Peran Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh

dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah

satu kelompok dari lingkungannya. Disamping itu ibu

juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarga.

c. Peran Anak

Anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan

spiritual.

4. Tugas-tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Friedman (1999) membagi tugas kesehatan yang

harus dilakukan oleh keluarga, yaitu:

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap

anggotanya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang

tepat.

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya

yang sakit dan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan

dirinya sendiri.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga

dengan lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan

manfaat fasilitas kesehatan dengan baik.

Page 20: bab2

28

II.1.4 Dukungan Keluarga

1. Definisi

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk bantuan yang

bertujuan untuk merawat seorang anggota keluarga dirumah

yang mengalami ketidakmampuan atau keterbatasan (Storey,

1992). Keluarga memainkan suatu peran yang bersifat

mendukung selam penyembuhan dan pemulihan pasien.

Apabila dukungan semacam ini tidak ada, maka keberhasilan

penyembuhan/pemulihan (rehabilitasi) sangat kurang

(Friedman, 1999).

2. Bentuk Dukungan Keluarga

Bentuk dari dukungan keluarga yang dapat diberikan

kepada pasien adalah dukungan secara fisik dan psikologis.

Secara fisik dukungan keluarga berupa bantuan tenaga untuk

memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari pasien. Sedangkan

secara psikologis dukungan keluarga dapat berbentuk

memberikan kasih sayang, membantu mengembangkan

konsep diri pasien yang positif, dan menerima pasien sesuai

dengan perubahan-perubahan yang dialaminya saat

menjalankan kemoterapi.

3. Jenis-jenis Dukungan Sosial

Winnubast (1988) dan Sarfino (1990) membedakan

empat jenis dukungan sosial (dalam Atkinson, 2000):

a. Emotional Support (Dukungan Emosional) yaitu bantuan

sosial yang melibatkan ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian seseorang yang memberikan rasa nyaman,

memiliki, dan dicintai pada waktu mengalami stress.

b. Esteem Support (Dukungan Penghargaan) yaitu bantuan

yang diberikan untuk membangun perasaan berharga,

memberikan nilai positif terhadap orang tersebut ditengah

Page 21: bab2

29

keadaannya yang kurang mampu baik secara mental

maupun fisik.

c. Informational Support (Dukungan Informasi) yaitu

bantuan berupa pengetahuan, petunjuk, saran atau

nasehat, instruksi atau umpan balik, sehubungan dengan

kejadian yang sedang dialami seseorang misalnya efek

samping dari berbagai pengobatan.

d. Tangible Support (Dukungan Nyata/Materi) yaitu bantuan

yang khusus dan langsung diberikan kepada orang lain

yang sangat membutuhkannya, seperti transportasi,

bantuan keuangan, layanan pekerjaan (misalnya menjaga

anak), dan sebagainya.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

sosial keluarga adalah:

a. Usia

Berkaitan dengan dukungan sosial dengan adanya

perubahan peran sosial dan hubungan menyertai dalam

proses penuaan.

b. Jenis Kelamin

Pada wanita diketahui memiliki hubungan sosial yang

lebih luas dan lebih erat dibandingkan dengan kaum pria.

(Kodriaati, 2004)

c. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan akan

mendapatkan dukungan sosial dari orang yang berada

disekitarnya.

d. Status Pernikahan

Pernikahan akan member keuntungan bagi kesehatan

seseorang karena akan mendapatkan perhatian dari

pasangannya.

Page 22: bab2

30

e. Lamanya Menderita

Seseorang yang semakin lama menderita suatu penyakit

ada kemungkinan dukungan sosial yang diterima semakin

berkurang.

II.1.5 Motivasi

1. Definisi

Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk

berbuat atau beraksi. Menurut Nancy Sevenson (2001),

motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang

membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons.

Menurut Sarwono, S.W (2000), motivasi menunjuk pada

proses gerakan termasuk situasi yang mendorong yang timbul

dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh

situasi tersebut dengan tujuan atau akhir dari pada gerakan

atau perbuatan.

Motivasi merupakan proses untuk mempengaruhi

seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan.

(Ranupandojo dan Husnan, Suad, 2002). Banyak teori tentang

motivasi dan penemuan riset yang mencoba menjelaskan

antara perilaku dan hasilnya. Teori motivasi dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Teori Kepuasan (Content Theories), memusatkan

perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang, yang

menggerakkan, mengarahkan, dan menghentikan

perilaku. Mereka mencoba untuk menentukan kebutuhan

khusus yang memotivasi orang.

b. Teori Proses, teori ini menguraikan dan menganalisis

bagaimana perilaku itu digerakkan, diarahkan, didukung

dan dihentikan.

Page 23: bab2

31

Motivasi didefinisikan sebagai kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan

tertentu, yang dikondisikan oleh kemampuan, upaya itu untuk

memenuhi sesuatu kebutuhan individual. Bila individu

termotivasi, ia akan mencoba sekuat tenaga. Tetapi

kemungkinan kecil tingkat upaya yang akan menghambat

hasil kinerja pekerjaan kecuali bila upaya disalurkan dalam

suatu arah yang bermanfaat. Jadi motivasi diperlukan sebagai

proses pemenuhan kebutuhan. (Soekidjo, 2005). Adapun teori

lain yang menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu tenaga

faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan,

mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya.

(Winardi, 2001)

Menurut pengertian lain, motivasi merupakan hasil

jumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi

seorang individu yang menyebabkan timbulnya sifat

antusiasme dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan

tertentu (Gray, 1998). Selain diatas, teori keseimbangan

(Handoko, 1995) berpendapat bahwa tingkah laku manusia

tersebut mengarah kepada pencapaian tujuan yang dapat

memenuhi atau memuaskan kebutuhan itu, begitu seterusnya,

sehingga terjadi suatu lingkaran motivasi (Motivation Circle).

Berdasarkan teori ini pula, secara umum kebutuhan manusia

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang pertama kebutuhan

primer seperti makan, minum, tidur, bernafas, dan lain-lain,

yang kedua kebutuhan sekunder (psikologis) seperti kasih

sayang, perasaan aman, kebiasaan dan lain-lain. Menurut A.

Maslow, pendukung teori perlu keseimbangan agar manusia

dapat dikembangkan dengan baik. Mereka memenuhi

kebutuhan-kebuuhan sebagai berikut:

a. Kebutuhan biologis

b. Kebutuhan akan rasa nyaman

Page 24: bab2

32

c. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki

d. Kebutuhan akan penghargaan

e. Kebutuhan untuk tahu

f. Kebutuhan akan keindahan

g. Kebutuhan akan kebebasan bertindak (aktualisasi diri)

2. Pembagian Motivasi

Motivasi dibagi menurut pandangan para ahli, antara

lain sebagai berikut:

a. Woodworth dan Marquis, membedakan motivasi yang

berdasarkan kebutuhan manusia menjadi 3 macam;

1) Motivasi kebutuhan organis, seperti minum, makan,

bernafas, seksual, bekerja dan beristirahat.

2) Motivasi darurat, yang mencakup dorongan-dorongan

menyelamatkan diri, berusaha, dan dorongan untuk

membalas.

3) Motivasi objektif, yang meliputi kebutuhan untuk

melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, dan

sebagainya.

b. Motivasi Jenis

Meyer dari Success Motivation Institute (1995), membagi

motivasi menjadi tiga bagian yaitu:

1) Motivasi kekhawatiran (fear motivation) yaitu

melakukan kegiatan karena takut akan konsekuensi

atau akibatnya jika tidak dilakukan.

2) Motivasi insentif ialah ganjaran, keuntungan nyata

atau tidak nyata sebagai hasil suatu kegiatan.

3) Motivasi sikap (attitude motivation) yaitu motivasi

yang berhubungan dengan seperangkat tujuan yang

bersifat pribadi.

Page 25: bab2

33

c. Pembagian motivasi menurut penyebabnya, yaitu:

1) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi

karena adanya rangsangan dari luar, misalnya

mahasiswa yang belajar karena ia tahu besok ia akan

ujian.

2) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi

tanpa rangsangan dari luar tetapi sudah dengan

sendirinya terdorong untuk berbuat sesuatu. Menurut

Maslow (1964), motivasi manusia dapat digolongkan

dan tiap-tiap golongan tersebut mempunyai hubungan

jenjang, maksudnya suatu motivasi timbul kalau

motivasi yang mempunyai jenjang lebih rendah telah

terpenuhi. (Notoatmodjo, 2007).

3. Macam-Macam Motivasi

a. Motivasi Tunggal dan Majemuk

Seseorang dikatakan memiliki motivasi tunggal apabila ia

melakukan suatu kegiatan karena satu motivasi saja.

Contohnya: seorang pegawai negeri golongan 1 masuk

kursus pegawai administrasi.

b. Motivasi Biogenik

Motivasi yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan biologis.

Motivasi ini merupakan dorongan seseorang melakukan

suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan organismenya.

Contohnya: orang makan karena lapar.

c. Motivasi Sosiogenetik

Motivasi sosiogenetik adalah motivasi yang berasal dari

lingkungan kebudayaan tempat orang yang bersangkutan

tinggal dan berkembang.

d. Motivasi Teogenik

Motivasi teogenik adalah motivasi yang berhubungan

dengan manusia yang ber ke-Tuhanan.

Page 26: bab2

34

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Dari penjelasan tentang teori dan jenis motivasi dapat

dikatakan individu memiliki bermacam-macam motivasi

yang mendorong dirinya untuk melakukan kegiatan untuk

mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan hidupnya dalam

rangka mempertahankan eksistensinya. Bertindak dan

bertingkah laku untuk mencapai tujuannya dipengaruhi oleh

faktor yang berasal dari dalam (intrinsik) dan luar dirinya

(ekstrinsik). Faktor intrinsik terdiri dari kebutuhan,

pengalaman, pengetahuan, persepsi, minat, dan keyakinan.

Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi fasilitas, sosial, budaya,

ekonomi, dan support system. Faktor intrinsik dan ekstrinsik

ini perlu diperhatikan bagi seseorang yang akan memotivasi

orang lain

II.1.6 Proses Kehilangan

1. Definisi

Kehilangan adalah suatu pengalaman individu yang

sangat universal dan individual. Kehilangan dapat diartikan

sebagai suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu

kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya ada

(Stuart & Sundeen, 2006). Karena kehidupan ini merupakan

suatu rangkaian proses penambahan dan kehilangan. Stuart &

Sundeen (2006) juga menjelaskan bahwa kehilangan ini dapat

terjadi secara tiba-tiba, berangsur-angsur atau dapat

diramalkan dan dapat merupakan hal yang traumatik maupun

tidak.

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana

seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari

sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.

Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah

Page 27: bab2

35

dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik

sebagian atau seluruhnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan,

tergantung:

a. Arti dari kehilangan

b. Sosial budaya

c. Kepercayaan / spiritual

d. Peran seks

e. Status sosial ekonomi

f. Kondisi fisik dan psikologi individu

2. Tipe Kehilangan

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

a. Aktual atau nyata

Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,

misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti/di

cintai.

b. Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat

dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti

bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan

kebebasannya menjadi menurun.

3. Jenis-Jenis Kehilangan

Menurut Potter & Perry (2005), terdapat 5 kategori

kehilangan, yaitu:

a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat

bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang

paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe

kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.

Page 28: bab2

36

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi

orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan

ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,

kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya

membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak

dapat ditutupi.

b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri

atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini

meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,

kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan,

dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin

sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa

aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya

kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi

tubuh.

c. Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik

sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau

pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang

terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan

kegunaan benda tersebut.

d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari

lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan

latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau

bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain,

maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses

penyesuaian baru.

e. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara

perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang

Page 29: bab2

37

disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.

Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

4. Rentang Respon Kehilangan

a. Fase denial

1) Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai

kenyataan.

2) Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya

itu terjadi ”.

3) Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare,

gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis,

gelisah.

b. Fase anger / marah

1) Mulai sadar akan kenyataan.

2) Marah diproyeksikan pada orang lain.

3) Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah

tidur, tangan mengepal.

4) Perilaku agresif.

c. Fase bergaining / tawar- menawar.

1) Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau

saja yang sakit bukan saya “seandainya saya hati-

hati“.

d. Fase depresi

1) Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau

putus asa.

2) Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan

libido menurun.

e. Fase acceptance

1) Pikiran pada objek yang hilang berkurang.

2) Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya

cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “

Page 30: bab2

38

II.2 Penelitian Terkait

Beberapa penelitian yang terkait yang pernah dilakukan mengenai

ca mammae antara lain:

II.2.1 Fink (1995), melakukan studi pengaruh sumber-sumber keluarga

bahwa keluarga dapat menggunakan sumber-sumber untuk

mempertahankan kesehatan dan intervensi yang dibangun dari

keluarga jauh lebih penting didalam mempertahankan keluarga

sehat.

II.2.2 Nurachman (1999), melakukan studi terhadap dampak ca

mammae dan pengobatannya terhadap aspek biopsikologis

cultural klien yang berpartisipasi dalam kelompok pendukung.

Dari study tersebut, ternyata dampak ca mammae terhadap klien

dengan ca mammae megalami ketidakseimbangan psikologis

yang meliputi depresi, ketangguhan psikologis, berduka,

kemampuan koping, dan kemampuan mengatasi masalah.

II.2.3 Faktor-faktor yang berhubungan praktek pendeteksian dini ca

mammae pada karyawati administrasi UI tahun 1999. Penelitian

ini dilakukan oleh Palupy (1999). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa 45,7% responden melakukan pendeteksian

dini ca mammae. 76,6% responden termasuk dalam kategori

pengetahuan rendah tentang ca mammae dan pendeteksiannya.

II.2.4 Kuijer, et al (2000) dikutip dari Monti (2004) menyatakan bahwa

dukungan keluarga mempengaruhi kesembuhan ibu yang

mengidap ca mammae. Kesembuhan tersebut disebabkan

terjadinya reaksi kimiawi yang merangsang sel-sel didalam tubuh

untuk melawan kanker.

II.2.5 Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) pada perawat di RS Kanker

Dharmais tahun 2005. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

87,5% perawat melakukan SADARI. 60,0% berpengetahuan baik

tentang ca mammae. 55,2% berpengetahuan baik tentang

Page 31: bab2

39

SADARI. 54,3% bersikap positif. 85,7% terpapar informasi dari

tenaga kesehatan, 86,7% media massa.

Page 32: bab2

40

II.3 Kerangka Teori

Kanker adalah penyakit dimana sel-sel ganas beranak pinak berupa

keturunan yang bersifat ganas pula (Karsono, 2006). Penyakit ini

kompleks dengan manifestasi yang bervariasi yang tergantung dari jenis

sel kanker dan sistem yang dipengaruhi di tubuh. Pilihan pengobatan yang

ditawarkan kepada pasien kanker disesuaikan dengan tujuan yang realistik

dan dapat dicapai sesuai dengan jenis kanker yang dialami (Smeltzer, et

al., 2008).

Salah satu terapi yang dilakukan dalam tatalaksana kanker adalah

kemoterapi. Kemoterapi merupakan salah satu terapi kanker yang

memiliki banyak keunggulan dan telah terbukti efektif untuk

penatalaksanaan kanker. Di sisi lain, kemoterapi dapat menimbulkan

berbagai efek samping, seperti mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut

yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara,

dan stomatitis atau sariawan. (Abdulmuthalib, 2006)

Pengobatan pada kanker payudara salah satunya adalah dilakukan

mastektomi. Akibat dari dilakukannya mastektomi adalah timbulnya suatu

proses kehilangan. Kehilangan adalah suatu pengalaman individu yang

sangat universal dan individual. Kehilangan dapat diartikan sebagai suatu

kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari

sesuatu yang dulunya ada (Stuart & Sundeen, 2006). Karena kehidupan ini

merupakan suatu rangkaian proses penambahan dan kehilangan. Rentang

respon kehilangan dapat berupa denial, anger/marah, bergainning/tawar-

menawar, depresi, dan acceptance.

Dengan adanya proses kehilangan tersebut, peranan dukungan

keluarga sangat diperlukan. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk

bantuan yang bertujuan untuk merawat seorang anggota keluarga dirumah

yang mengalami ketidakmampuan atau keterbatasan (Storey, 1992).

Winnubast (1988) dan Sarfino (1990) membedakan empat jenis dukungan

sosial (dalam Atkinson, 2000) yaitu: dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan nyata/materi. Adapun

Page 33: bab2

41

faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial keluarga adalah usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, lamanya menderita.

Adanya dukungan keluarga, diharapkan akan timbulnya motivasi

pasien dalam menjalankan pengobatan atau kemoterapi. Secara umum,

motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi. Menurut Nancy

Sevenson (2001), motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis

yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons.

Page 34: bab2

42

Skema 1.2

Kerangka Teori

Sumber : Karsono (2006), Smeltzer, et al. (2008), Abdulmuthalib (2006), Stuart & Sundeen (2006), Storey (1992), Nancy Sevenson (2001, Winnubast (1988) dan Sarfino (1990) (dalam Atkinson, 2000).

Ca Mammae:

- Definisi Ca mammae

- Etiologi- Faktor Resiko- Patofisiologi- Tanda & Gejala

Ca mammae- Pengobatan &

Pencegahan

Mastektomi

Proses Kehilangan

Rentang Respon Kehilangan:

- Fase Denial- Fase Anger/Marah- Fase

Bergainning/Tawar-Menawar

- Fase Depresi- Fase Acceptance

Kemoterapi:

- Definisi- Efek

Samping

Dukungan Keluarga:

- Dukungan Emosional- Dukungan Penghargaan- Dukungan Informasi- Dukungan Nyata/materi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga:

- Usia- Jenis Kelamin- Tingkat

Pendidikan- Status

Pernikahan- Lamanya

Menderita

Motivasi Menjalankan Kemoterapi