bab2 tinjauanpustaka

53
10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stroke 2.1.1 Pengertian stroke Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak menyebabkan fungsi otak terganggu yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada tubuh, tergantung bagian otak mana yang rusak. Bila terkena stroke dapat mengalami gangguan seperti hilangnya kesadaran kelumpuhan serta tidak berfungsinya panca indera atau nafas berhenti berakibat fatal yaitu penderita akan meninggal (Pudiastuti, 2015). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis lokal atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan obstruksi aliran darah otak (Rendy & Margareth, 2017). Stroke berarti serangan yang tiba-tiba, maksudnya serangan terhadap otak atau susunan saraf pusat. Serangan otak merupakan kagawat daruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat (Adiati dan Wahjoepramono, 2015). 2.1.2 Etiologi stroke Salah satu penyebab kejadian stroke adalah sindorma metabolik yang merupakan suatu masalah kesehatan yang sering dijumpai dan dapat menngkatkan risiko penyakit kardiovaskuler lainnya. Sindroma metabolik adalah sebutan gangguan metabolis yang berkaitan erat dengan resistensi urin, hipertensi, dislipidemia serta proses arterosklerosis. Organ penting yang terlibat adalah pembuluh darah,

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stroke

2.1.1 Pengertian stroke

Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak menyebabkan fungsi

otak terganggu yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada

tubuh, tergantung bagian otak mana yang rusak. Bila terkena stroke

dapat mengalami gangguan seperti hilangnya kesadaran kelumpuhan

serta tidak berfungsinya panca indera atau nafas berhenti berakibat fatal

yaitu penderita akan meninggal (Pudiastuti, 2015).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif

cepat, berupa deficit neurologis lokal atau global, yang berlangsung 24

jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata

disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic. Stroke

adalah cedera otak yang berkaitan obstruksi aliran darah otak (Rendy &

Margareth, 2017).

Stroke berarti serangan yang tiba-tiba, maksudnya serangan terhadap

otak atau susunan saraf pusat. Serangan otak merupakan kagawat

daruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat

(Adiati dan Wahjoepramono, 2015).

2.1.2 Etiologi stroke

Salah satu penyebab kejadian stroke adalah sindorma metabolik yang

merupakan suatu masalah kesehatan yang sering dijumpai dan dapat

menngkatkan risiko penyakit kardiovaskuler lainnya. Sindroma

metabolik adalah sebutan gangguan metabolis yang berkaitan erat

dengan resistensi urin, hipertensi, dislipidemia serta proses

arterosklerosis. Organ penting yang terlibat adalah pembuluh darah,

Page 2: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

11

jantung, jaringan, lemak, hari dan rangka otot. Hal ini sangat berkaitan

erat dengan proses metabolisme tubuh dari detoksifikasi toxin,

pembentukan kolesterol, perlemakan hati (fatty liver) (Dourman, 2014).

Stroke disebabkan gangguan pembuluh darah dan timbul secara

mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam beberapa jam)

dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal

yang terganggu. Pada umumnya disfungsi itu berupa hemiparalisis atau

hemifarisis yang disertai dengan defisit sensorik dengan atau tanpa

gangguan fungsi luhur (Bustan, 2015).

2.1.3 Patofisiologi stroke

Menurut Purnomo dkk (2017) patofisiologi stroke adalah sebagai

berikut:

2.1.3.1 Plak aterosklerosis pada arteri bifurkatio karotis di leher

2.1.3.2 Hilangnya kontinuitas endotel (pembentukan tukak)

2.1.3.3 Agresi trombosit dan fibrin pada permukaan kasar pada tukak

endotel, mungkin terjadi emboli trombosit fibrin.

2.1.3.4 Sel dara merah akan menempel di tukak membentuk trombus

2.1.3.5 Terjadi pelepasan bekuan darah, lemak dan trombosit yang

akan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah di otak.

Menurut Widyanto dan Tribowo (2015) mekanisme iskemi (non-

hemoragik) terjadi karena adanya oklusi atau sumbatan di pembuluh

darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau

keseluruhan terhenti. Keadaan tersebut menyebaban terjadinya stroke,

yang disebut stroke iskemik, sedangkan mekanisme hemoragik

(perdarahan) karena pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan

terjadinya stroke, yang disebut stroke hemoragik.

Page 3: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

12

2.1.3.1 Stroke iskemik

Stroke iskmeik terjadinya karena tersumbatnya pembuluh

darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau

keseluruhan terhenti. Penyumbatan dapat terjadi karena

penumpukan timbunan lemak yang mengandung kolestrol

(plak) dalam pembuluh darah besar (arteri karotis) atau

pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah

kecil.

Plak menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar

sehingga aliran darah tidak lancar, mirip aliran air yang

terhalang oleh batu. Darah yang kental akan tertahan dan

menggumpal (trombosis), sehingga alirannya menjadi semakin

lambat. Akibatnya otak akan megalami kekurangan pasokan

oksigen. Jika kelambatan pasokan ini berlarut, sel-sel jaringan

otak akan mati. Tidak heran ketika bangun tidur, korban stroke

akan merasa sebelah badannya kesemutan. Jika berlanjur akan

menyebabkan kelumpuhan.

Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil

dalam pembuluh darah yang disebabkan oleh situasi tekanan

darah tinggi, merokok atau arena konsumsi makanan tinggi

kolesterol dan lemak. Seringkali daerah yang terluka kemudian

tertutup oleh endapan yang kata kolestrol (plak). Gumpalan

plak inilah yang menyumbat dan mempersempit jalannya

aliran darah yang berfungsi mengantar pasokan oksigen dan

nutrisi yang diperlukan otak.

2.1.3.2 Stroke hemoragik

Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada

penderita hipertensi. Perdarahan intrakranila biasanya

disebabkan oleh ruptura arteri serebral. Ekstravasasi darah

terjadi di daerah otak dan atau subraknoid, sehingga jaringan

Page 4: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

13

yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini

mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan

vasospasme srebral (menyempitnya lumen pembuluh darah

yang terdapat pada kranial) merupakan komplikasi yang serius

dari perdarahan subarakhnoid. Mekanisme yang

bertanggungjawab terjadi spasma tidak jelas tetapi adanya

vasospasme dihubungkan dengan meningkatnya jumlah darah

di dalam ruang subarakhnoid dan fisura serebral, sebagaimana

terlihat oleh pemindaian CT. Vasospasme menimbulkan

peningkatan tahanan vaskuler, yang menghalangi aliran darah

serebral dan menyebabkan iskemia otak dan infark (kematian

otak) (Widyanto dan Tribowo, 2015).

2.1.4 Gejala stroke

Gejala-gejala paling umum timbulnya serangan stroke antara lain

terjadinya serangan sakit kepala, hilangnya keseimbangan, gangguan

penglihatan, hilangnya kemampuan berbicara dengan jelas atau

kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain atau lawan

bicara, salah satu kelopak mata sulit dipejamkan, gangguan penciuman

dan lain-lain (Pudiastuti, 2015).

Indikasi awal terjadinya stroke antara lain tangan kerap tidak menuruti

perintah sehingga sulit untuk memegang sendok, memasang tali sepatu,

tulisan jadi jelek dan tidak karuan, gangguan penglihatan, pandangan

mendadak gelap saat melirik, gangguan wicara mulai cadel atau pelo,

lidah terasa kaku dan bicara terbalik-balik. Penderita umumnya juga

menunjukkan gejala seperti menderita pusing yang hebat, muntah-

muntah, kerusakan mental, kejang-kejang, koma dan demam. Sebagian

penderita mengalami gejala khusus yang skalanya berbeda-beda. Ini

bergantung pada saraf mana yang terganggu akibat sumbatan atau

gangguan sirkulasinya, seperti pelo atau gangguan bicara, buta

Page 5: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

14

mendadak, hilang sensor perasa, gangguan memori dan emosi, serta

lumpuh sebelah. Mayoritas penderita merupakan penyandang risiko

tinggi terserang stroke (Pudiastuti, 2015).

Menurut Arum (2015) gejala-gejala stroke antara lain:

2.1.4.1 Merasakan lemah dan mati rasa atau bebal pada bagian wajah,

tangan atau kaki terutama salah satu bagian tubuh.

2.1.4.2 Tiba-tiba merasakan kebingungan secara mendadak, gangguan

berbicara atau sulit berbicara, gangguan pemahaman atau sulit

mengerti.

2.1.4.3 Mengalami maslaah melihat suatu benda dengan kedua mata.

Penglihatan tiba-tiba kabur seperti ada tirai yang menutupi

kedua mata.

2.1.4.4 Mengalami masalah saat berjalan, terasa pusing dan

kehilangan keseimbangan serta koordinasi.

2.1.4.5 Mengalami sakit kepala yang sangat berat tanpa diketahui

penyebab yang jelas.

2.1.4.6 Perut mengalami rasa mual, panas dan muntah-muntah terlalu

sering.

2.1.4.7 Pingsan mendadak, tiba-tiba mengalami kehilangan kesadaran.

2.1.5 Klasifikasi stroke

Menurut Dourman (2014) secara umum stroke dibagi berdasarkan

patologi anatomi dan penyebabnya yaitu:

2.1.5.1 Stroke hemoragik (perdarahan) yang disebabkan oleh

pecahnya cabang pembuluh darah tertentu di otak akibat dari

kerapuhan dindingnya yang sudah berlangsung lama (proses

aterosklerosis atau penuaan pembuluh darah) yang dipercepat

oleh berbagai faktor dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Perdarahan intraserebral (terjadi di dalam otak atau

intraserebral), perdarahan ini biasanya timbul akibat

Page 6: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

15

hipertensi maligna atau sebab lain misalnya tumor otak

yang berdarah, kelainan (malformasi) pembuluh darah otak

yang pecah.

b. Perdarahan subarachnoid (PSA) adalah masuknya darah ke

ruang subarachnoid baik dari tempat lain (perdarahan

subarachnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal

dari rongga subarachnoid itu sendiri (perdarahan

subarachnoid primer).

2.1.5.2 Stroke iskemik

Stroke iskemik yang dapat disebabkan oleh sumbatan setempat

pada suatu pembuluh darah tertentu di otak yang sebelumnya

sudah mengalami proses aterosklerosis (pergeseran dinding

pembuluh darah akibat penumpukan lemak) yang dipercepat

oleh berbagai faktor risiko, sehingga terjadi penebalan ke

dalam lumen pembuluh tersebut yang akhirnya dapat

menyumbat sebagian atau seluruh lumen (thrombosis).

Sumbatan juga dapat disebabkan oleh thrombus atau bekuan

darah yang berasal dari lokasi lain misalnya plak di dinding

pembuluh darah leher yang besar atau dari jantung (emboli).

Menurut Darmawan (2017) stroke dapat diklasifikasikan menjadi tiga

jenis yaitu:

2.1.5.1 Serangan iskemik sementara atau transient ischemic attack

(penderita pulih kembali dalam waktu kurang dari 24 jam).

Stroke jenis ini paling sering disebabkan aterosklerosis, yaitu

mengerasnya pembuluh darah yang mengakibatkan

menebalnya serta kurang lenturnya dinding pembuluh darah

nadi sehingga terjadi penyempitan,biasanya disebabkan oleh

kolesterol. Biasanya penyakit stroke iskemik terjadi waktu

tidur atau dalam keadaan santai.

Page 7: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

16

2.1.5.2 Stroke ringan (penderita pulih kembali dalam waktu 2 minggu)

2.1.5.3 Stroke berat (pemulihan terjadi sepenuhnya atau hanya

sebagian setelah beberapa bulan atau tahun).

Menurut Junaidi (2016) secara garis besar stroke dibagi dalam dua

kelompok yaitu:

2.1.5.1 Stroke perdarahan

Stroke perdarahan dibagi lagi sebagai berikut:

a. Perdarahan subarakhnoid (PSA). Darah yang masuk ke

selaput otak.

b. Perdarahan intraserebral (PIS), intraparenkim atau

intraventrikel. Darah yang masuk ke dalam struktur atau

jaringan otak.

2.1.5.2 Stroke nonpendarahan (iskemik/infark)

Penggolongan berdasarkan perjalanan klinisnya dikelompokkan

sebagai berikut:

a. Transient Ischemic Attack (TIA); serangan stroke sementara

yang berlangsung kurang dari 24 jam.

b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND); gejala

neurologis akan menghilang antara >24 jam sampai 21 hari.

c. Progressing stroke atau stroke in evolution; kelainan atau

defisit neurologik berlangsung secara bertahap dari yang

ringan sampai menjadi berat.

d. Stroke komplit atau complecated stroke; kelainan neurologis

sudah lengkap menetap dan tidak berkembang lagi.

2.1.6 Faktor risiko stroke

Menurut Lingga (2014) secara garis besar faktor risiko stroke dibagi

menjadi dua, yaitu faktor tidak terkendali atau faktor yang bersifat

menetap dan faktor yang dapat dikendalikan atau faktor tidak tetap.

Page 8: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

17

2.1.6.1 Faktor tidak terkendali

Faktor tidak terkendali adalah faktor yang tidak dapat diubah,

terdiri atas:

a. Faktor genetik

Gen tertentu memiliki kecenderungan yang tinggi terhadap

stroke. Sifat genetik yang terbawa oleh bangsa berkulit hitam

berisiko tinggi terhadap stroke. Risiko yang hampir sama

juga dimiliki oleh gen keturunan Afrika-Amerika (Afro

Amerika). Penyakit-penyakit yang terkait dengan gen resesif

yang rawan mereka alami menjadi faktor kuat yang

menyebabkan mereka rentan terhadap stroke. Secara umum

orang Asia memiliki risiko stroke (termasuk kematian akibat

stroke) hampir sama dengan bangsa kulit putih (Lingga,

2014).

Sampai sekarang faktor keturunan masih belum dapat

dipastikan gen mana penentu terjadinya stroke. Menurut

Brass dkk yang meneliti lebih dari 1200 kasus kembar

monozygot dibandingkan 1100 kasus kembar dizygot, berbeda

bermakna antara 17,7% dan 3,6%. Jenis stroke bawaan

adalah cerebral autosomal-dominant arteripathy dengan

infark subkortikal dan leukoenselopati (CADASIL) telah

diketahui lokasi gennya pada kromosom 19q12 (Junaidi,

2016).

b. Cacat bawaan

Seseorang yang memiliki cacat pada pembuluh darahnya

(cadasil) berisiko tinggi terhadap stroke. Jika seseorang

mengalami kondisi seperti ini, maka mereka umumnya akan

mengalami stroke pada usia yang terbilang masih muda.

Stroke di usia muda banyak penyebabnya, namun cacat

bawaan membuat seseorang lebih berisiko terhadap stroke

dibanding individu lain yang normal (Lingga, 2014)

Page 9: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

18

c. Umur

Pertambahan umur meningkatkan risiko terhadap stroke. Hal

ini disebabkan melemahnya fungsi tubuh secara menyeluruh

terutama terkait dengan fleksibilitas pembuluh darah. Sekitar

dua pertiga penderita stroke adalah mereka yang berumur

diatas 65 tahun (Lingga, 2014).

Insiden stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia

setelah umur 55 tahun risiko stroke iskemik meningkat 2 kali

lipat tiap dekade. Menurut Schurz penderita yang berumur

antara 70-79 tahun banyak menderita perdarahan intrakranial

(Junaidi, 2016).

d. Jenis kelamin

Pria lebih berisiko terhadap stroke dibanding wanita.

Sejumlah faktor turut mempengaruhi mengapa hal tersebut

dapat terjadi. Kebiasaan merokok yang lebih banyak

dilakukan oleh kaum pria menjadi salah satu pemicu stroke

pada sebagian besar kaum pria. Secara umum, risiko stroke

yang dimiliki kaum pria satu seperempat kali lebih tinggi

dibanding kaum wanita (Lingga, 2014).

Laki-laki lebih cenderung untuk terkena stroke lebih tinggi

dibandingkan wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali

pada usia lanjut laki-laki dan wanita tidak berbeda. Laki-laki

berumur 45 tahun bila bertahan hidup sampai 85 tahun

kemungkinan terkena stroke 25%, sedangkan risiko bagi

wanita hanya 20%. Pada laki-laki cenderung terkena stroke

iskemik sedangkan wanita lebih sering menderita pendarahan

subarakhnoid dan kematiannya 2 kali lebih tinggi

dibandingkan laki-laki (Junaidi, 2016).

e. Riwayat penyakit dalam keluarga

Jika orang tua atau saudara sekandung pernah menderita

stroke atau bahkan tidak tertolong jiwanya akibat stroke.

Page 10: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

19

Risiko terhadap stroke terkait dengan garis keturunan. Para

ahli menyatakan adanya gen resesif yang mempengaruhinya.

Faktor penting yang sering luput dari pengamatan adalah

gaya hidup yang terbentuk dalam sebuah keluarga. Pola diet

dan kebiasaan-kebiasaan hidup sehari-hari yang menjadi

tradisi dalam sebuah keluarga yang dijalani sejak masih kecil

(Junaidi, 2016).

f. Ras

Tingkat kejadian stroke di seluruh dunia tertinggi dialami

oleh orang Jepang dan Cina. Menurut Broderick dan kawan-

kawan melaporkan orang negro Amerika cenderung berisiko

1,4 kali lebih besar mengalami perdarahan intraserebral

(dalam otak), dibandingkan kulit putihnya. Orang Jepang dan

Afrika-Amerika cenderung mengalami stroke perdarahan

intrakranial. Sedang orang kulit putih cenderung terkena

stroke iskemik, akibat sumbatan ekstrakranial lebih banyak

(Junaidi, 2016).

2.1.6.2 Faktor yang dapat dikendalikan

Sebagian insiden stroke terjadi karena faktor yang sesungguhnya

dapat dikendalikan, dengan kata lain jika faktor-faktor tersebut

dieliminasi maka risiko stroke menjadi rendah atau bahkan dapat

ditiadakan. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan ini terdiri atas:

a. Kegemukan (obesitas)

Dampak obesitas terhadap stroke dapat berpengaruh secara

langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung, obesitas

menurunkan kemampuan tubuh dalam melakukan sirkulasi

darah ke otak. Obesitas mendorong melemahnya kemampuan

tubuh dalam melakukan sejumlah proses biologis sejalan

dengan bertambahnya timbunan lemak di dalam tubuh

(Lingga, 2014).

Page 11: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

20

b. Hipertensi

Sekitar 40-90% stroke dialami oleh penderita hipertensi.

Penderita hipertensi memiliki risiko 4 hingga 6 kali lebih

tinggi untuk mengalami stroke dibanding yang bukan

penderita hipertensi. Faktor risiko hipertensi yang tidak

terkontrol pasca serangan stroke dapat menyebabkan

pendarahan akibat pecahnya pembuluh darah intraserebral

menyebabkan darah keluar dari pembuluh darah dan masuk

ke dalam jaringan otak sehingga terjadi penekanan pada

struktur otak dan pembuluh darah menyeluruh. Hal ini akan

menyebabkan stroke ulang dengan peningkatan angka

kematian, kecacatan dan tingginya biaya pengobatan akibat

stroke ulang (Junaidi, 2016).

c. Hiperlipidemia

Hiperlipidemia adalah suatu kodisi yang ditandai dengan

tingginya kadar lemak dalam darah. Kadar lemak darah yang

tinggi berisiko sebagai pemicu aterosklerosis yaitu suatu

kondisi yang erat sekali hubungan dengan stroke.

d. Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan

tingginya kadar asam urat dalam darah. Ketika kadar asam

urat tinggi, asam urat beraksi sebagaimana radikal bebas yang

lainnya memapar darah dan pembuluh darah sehingga

menyebabkan kerusakan arteri. Kerusakan arteri inilah yang

menjadi biang kerok terhambatnya pasokan darah ke otak

yang selanjutnya mendorong terjadinya insiden stroke pada

penderita hiperurisemia.

e. Penyakit jantung

Pasokan darah ke otak berubungan erat dengan kinerja

jantung. Aktifitas jantung lancar karena pasokan darah

terpenuhi, sebaliknya jika pasokan darah terhambat maka

Page 12: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

21

kinerja jantung pun melemah. Jika fungsi jantung tidak

normal karena sakit jantung, akibatnya risiko terhadap stroke

semakin meningkat.

f. Diabetes

Diabetes menimbulkan dampak yang sangat luas bagi

penderita antara lain sebagai salah satu faktor risiko penyakit

kardiovaskular. Laju penuaan sel (glycation) yang

berlangsung sangat cepat akibat kadar glukosa yang tinggi

disertai kerapuhan pembuluh darah yang ditimbulkannya

menyebabkan diabetes berisiko tinggi terhadap hipertensi dan

penyakit jantung. Hipertensi dan penyakit jantung sangat erat

kaitannya dengan insiden stroke.

g. Kebiasaan merokok

Dampak buruk nikotin sebagai pemicu stroke tidak perlu

diragukan lagi. Nikotin meningkatkan pembentukan plak di

arteri penyebab aterosklerosis, melalui stimulasi yang

berlebihan pada asteilkolin dan reseptor glutamat dalam

waktu lama sehingga memicu keracunan otak

(eksitotoksisitas), serta menurunkan jumlah oksigen (O2) dan

meningkatkan jumlah karbondioksida (CO2) dan karbon

moniksida (CO) yang diantarkan ke otak sehingga otak

mengalami deficit O2.

h. Kebiasaan mengonsumsi alcohol

Alkohol dapat merusak jaringan tubuh terutama hati,

menyebabkan thrombosis, memicu stres, menyebabkan arteri

menjadi tidak luntur, mengganggu ritme sirkadian tubuh

terutama menyebabkan gangguan tidur, menurunkan fungsi

memori dan meningkatkan kadar gula dan lemak darah.

Serentetan kondisi tersebut sangat berisiko memicu stroke.

Page 13: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

22

i. Malas berolahraga

Olahraga memiliki seribu satu manfaat, antara lain

menjauhkan seseorang dari stroke. Dengan berolahraga,

seluruh sistem yang bekerja di dalam tubuh menjadi lebih

aktif, tekanan darah stabil, terhindar dari stres, serta penyakit

metabolik yang memicu stroke seperti diabetes, obesitas,

dislipidemia dan hiperurisemia dapat dicegah.

j. Kadar hematokrit tinggi

Kadar hematokrit (HMT) yang tinggi menjadi petunjuk

bahwa persentase kandungan zat padat lebih tinggi dibanding

zat cair yang menyusun darah. Kondisi seperti ini terjadi

perembesan cairan keluar dari pembuluh darah sementara

jumlah zat pada tetap. Semakin tinggi kadar hematokrit

menyebabkan darah semakin kental, disertai atau tanpa

disertai faktor risiko lainnya, kadar hematokrit yang tinggi

berpotensi memicu stroke.

k. Kadar fibrinogen tinggi

Seseorang dengan kadar fibrinogen tinggi memiliki darah

yang kental (mengalami trombosis). Fibrinogen merupakan

penggumpal darah. Darah yang kental hanya mengandung

sedikit oksigen, sehingga pasokan oksigen yang masuk ke sel,

termasuk sel otak, hanya sedikit. Itulah sebabnya mereka

yang memiliki kadar fibrinogen tinggi perlu waspada

terhadap risiko stroke yang ada dalam dirinya.

l. Konsumsi obat-obatan bebas dan psikotropika

Konsumsi obat-obatan terlarang dapat meningkatkan denyut

jantung (arrhythmia), mengacu irama jantung, serta

meningkatkan tekanan darah. Psikotropika khususnya

mariyuana menyebabkan tekanan darah meningkat dan

menurun secara cepat sehingga merusak keutuhan pembuluh

darah otak. Selain itu, stres neurolos juga merupakan dampak

Page 14: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

23

buruk lain yang disebabkan konsumsi obat-obatan terlarang.

Inilah sederetan kejadian buruk yang berisiko memicu stroke.

m. Cedera pada leher dan kepala

Kecelakaan yang menyebabkan cedera kepala dan leher

merupakan kejadian buruk yang berisiko tinggi sebagai

penyebab stroke hemoragik. Pasalnya trauma pada leher

menyebabkan pembuluh darah yang menuju otak mengalami

tekanan sehingga menimbulkan perdarahan. Pada kasus

lainnya, robeknya pembuluh carotid merupakan pemicu

stroke hemoragik yang paling umum terjadi.

n. Kontrasepsi berbasis hormon

Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dosis tinggi

telah dinyatakan tidak aman karena menimbulkan beragam

dampak buruk bagi wanita yang mengonsumsinya, termasuk

sebagai penyebab stroke. Banyak insiden stroke iskemik

dialami pengguna pil KB yang memiliki kandungan estrogen

tinggi.

o. Terapi sulih hormon

Banyak kaum wanita yang memilih menjalin terapi sulih

hormon untuk mengatasi problem menopause, agar tampil

awet muda dan sebagainya. Jenis hormon yang umumnya

ditambahkan ke dalam tubuh untuk tujuan tersebut adalah

estrogen. Penambahan estrogen diharapkan dapat

mengembalikan kadar estrogen normal seperti ketika wanita

yang bersangkutan belum mengalami menopause. Sulih

hormon estrogen mengubah keseimbangan progesteron alami.

Perubahan keseimbangan hormonal tersebut memiliki

beragam dampak kenaikan tekanan darah, penurunan laju

metabolisme dan penurunan kinerja organ tubuh penting

dapat terjadi sebagai akibat dampak dilakukannya terapi sulih

hormon yang tidak tepat. Kondisi-kondisi tersebut jika terus

Page 15: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

24

berlanjut maka tiba saatnya nanti menjadi boomerang yang

berpotensi sebagai faktor risiko pemicu stroke.

p. Stres

Ketika seseorang mengalami stres, maka selanjutnya tubuh

meresponnya dengan cara mengeluarkan hormon stres dan

kemudian mengalami gejolak molekul penghantar pesan

(neurotrasmiter) terutama adrenalin dan noradrenalin. Stres

merangsang otak mengeluarkan hormon aldosteron, kortisol,

vasopressin, adenokortikotropin dan thyroid stimulating

hormone (TSH). Sejalan dengan peningkatan produk hormon

stres, denyut jantung meningkat, pembuluh darah

bervasokonstrikso, darah menggumpal, serta terjadi

peningkatan kadar gula dan lemak darah. Kondisi-kondisi

buruk tersebut itulah yang berisiko tinggi penyebab stroke.

q. Tumor otak

Tumor yang tumbuh di area sekitar otak mendesak pembuluh

darah otak sehingga menyebabkan kebocoran pembuluh

darah yang akhirnya menyebabkan stroke hemoragik.

r. Hiperhomosisteinemia

Kadar homosistein yang tinggi meningkatkan risiko serangan

stroke. Patofisiologi aterogenesis pada penderita

hipermesosisteinemia terkait dengan efek yang

ditimbulkannya terhadap endotelm trombosit dan faktor

pembukuan darah. Secara singkat hiperhomosisteinemia

merupakan faktor risiko aterosklerosis dan aterotrombosis.

s. Kadar Lp (a) tinggi

Kadar lipoprotein atau Lp (a) yang tinggi memicu

trombogenesis, meningkatkan laju inflamasi terhadap

fosfolipid pada dinding pembuluh darah serta mendorong

terjadinya proliferasi otot polos. Kondisi tersebut merupakan

kondisi yang buruk berpotensi memicu stroke.

Page 16: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

25

t. Kadar fosfolipase tinggi

Fosfolipase adalah enzim yang bertugas mengatalis

hidrolisisikatan ester spesifik pada fosfolipida. Adapun

fosfolipida merupakan bentuk lipid utama dalam membran

sel. Dengan kadar fosfolipid yang tinggi akan memicu

kerusakan membran sel. Inilah permulaan buruk yang

merupakan salah satu faktor berisiko terjadinya stroke.

u. Mengorok

Mengorok termasuk gangguan tidur terkait dengan

terganggunya jalan saluran napas pada saat tidur. Hal tersebut

disebabkan penyempitan saluran napas karena kelainan pada

hidung sampai kerongkongan sehingga aliran oksigen menuju

paru-paru terganggu. Selanjutnya darah mengalami deficit

oksigen sehingga pasokan oksigen yang dibutuhkan jantung

dan otak pun akhirnya tidak terpenuhi dan berpeluang

memicu serangan stroke.

Menurut Pudiastuti (2015) penyebab stroke ada 3 faktor yaitu:

2.1.6.1 Faktor risiko medis antara lain migrain, hipertensi, diabetes,

kolestrol, ateroskloresis, gangguan jantung, riwayat stroke

dalam keluarga, penyakit ginjal dan penyakit vaskuler perifer.

80% pemicu stroke disebabkan karena hipertensi dan

arterosklerosis.

2.1.6.2 Faktor risiko perilaku antara lain kurang olahraga, merokok

(aktif dan pasif), makanan tidak sehat (junk food, fast food),

kontrasepsi oral, mendengkur, narkoba, obesitas dan gaya hidup.

2.1.6.3 Faktor lain

Data statistik 93% pengidap penyakit trombosis ada

hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi yaitu

trombosis serebral, emboli serebral, perdarahan intra serebral,

migren, trombosis sinus dura, diseksi arteri karotis atau

Page 17: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

26

vertebralis, kondisi hiperkoagulasi, vaskulitis sistem saraf pusat,

penyakit moya-moya, kelainan hematologis dan miksoma atrium.

2.1.7 Diagnosis stroke

Menurut Lingga (2014) untuk mendiagnosa stroke secara tepat perlu

serangkaian pemeriksaan diantaranya:

2.1.7.1 Anamnesis

Selain pemeriksaan standar (tekanan darah, denyut jantung dan

fungsi paru-paru), dokter juga akan memeriksa otot-otot pada

anggota gerak terutama otot kaki, dengan menggunakan reflex

hummer, lutut dan tungkai akan dipukul dengan alat tersebut

untuk memastikan apakah rangsangan otot dan reflek masih

berfungsi secara normal atau tidak. Jika rangsangan yang

diberikan dengan alat pemukul tersebut tidak lagi direspon

dengan baik, maka besar kemungkinan akan mengalami

serangan stroke.

2.1.7.2 Pemeriksaan laboraturium

Pemeriksaan laboraturium diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit tertentu yang terdeteksi malalui

pemeriksaan darah. Melalui pemeriksaan darah dapat diketahui

kadar gula, kolesrol, asam urat dan lain-lain yang menjadi

petunjuk ada tidaknya faktor risiko stroke yang bersifat tidak

tetap pada diri pasien.

2.1.7.3 Scanning

Scanning merupakan prosedur pemeriksaan radiologi.

Pemeriksaan yang dilakukan melalui foto kepala dan otak ini

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kondisi

kepala khususnya otak pasien. Tujuannya untuk mendapatkan

gambaran tentang kerusakan otak yang kemungkinan telah

terjadi. Biasanya dilakukan pada pasien yang sudah mengalami

stroke. Pemeriksaan ini juga membantu untuk mendeteksi

Page 18: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

27

kemungkinan stroke pada pasien yang mengalami gejala-gejala

awal stroke, untuk pasien yang sedang dalam tahap pengobatan,

scanning bermanfaat untuk memantau sejauh mana manfaat

pengobatan yang telah dilakukan. Jenis scanning disesuaikan

dengan perolehan data awal yang berhasil dihimpun dari

pemeriksaan sebelumnya diantaranya Computerized

Tomography Scanner (CT Scan), Magnetic Resonance Imaging

(MRI), Clelebral angiography, Carotid ultrasound dan sistem

specitification (SPECT).

2.1.7.4 Pemeriksaan pendukung

Sebagai pendukung diagnosis yang diperoleh dari hasil scanning

pasien perlu melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan

kesehatan jantung. Bagi penderita stroke, gambaran mengenai

kesehatan jantung sangat penting karena terganggunya kinerja

pembuluh darah akibat stroke akan mempengaruhi kinerja

jantung. Pemeriksaan baku biasanya dilakukan melalui

Electrocardiograph (ECG).

Menurut Indriyani (2014) metode-metode dengan teknologi canggih

dapat digunakan untuk menentukan apa penyebab stroke dan sampai

seberapa jauh kerusakannya antara lain:

2.1.7.1 Scan Computerised Axial Tomography (CAT)

Kepala pasien dimasukkan ke dalam satu mesin besar yang

memotret bagian yang rusak. Hasil sinar x mungkin

menunjukkan kerusakan yang sedang terjadi dan dalam

beberapa kasus juga menunjukkan daerah kerusakan lama, yang

sebelumnya tidak ketahuan.

2.1.7.2Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Bila scan CAT tidak menunjukkan suatu penyumbatan atau

kerusakan lain, MRI atau pencitraan getaraa nmagnetis atau satu

teknik paling baru yang dikenal sebagai Positron Emission

Page 19: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

28

Tomogrhaphy (PET) mampu menyediakan rincian yang lebih

detail.

2.1.7.3 Electrocardiograph Machine (ECG)

Kemungkinan juga pasien akan mendapat ECG yang

menunjukkan grafik detak jantung dan bisa mendeteksi penyakit

jantung dan bisa mendeteksi penyakit jantung yang melandasi

serangan stroke serta tekanan darah tinggi.

2.1.7.4 Electroencephalogram (EEG)

EEG memonitor aktifitas elektrik otak. Alat ini bisa menemukan

epilepsi dan kelainan-kelainan elektris lainnya. Dalam

prosedurnya, elektrode-elektrode dan amplifer ditempelkan ke

kepala pasien. Tidak ada yang perlu ditakutkan, sebab prosesnya

tidak menyakitkan dan tidak berbahaya.

2.1.7.5 Tes-tes darah

Tes darah dilakukan secara rutin karena beberapa alasan sebagai

berikut:

a. Suatu gangguan pada darah bisa menyebabkan stroke. Tes-

tes darah bisa menemukan kondisi-kondisi seperti anemia,

leukomia dan polistaemia (terlalu banyak sel darah merah)

atau kekurangan vitamin.

b. Pemeriksaan darah rutin dapat mengindikasikan masalah

lainnya yang bisa menghalangi pemulihan, seperti penyakit

ginjal atau hati, diabetes, infeksi atau dehidrasi.

2.1.7.6 Tes-tes lainnya

Jarang sekali dokter menganjurkan angiogram atau arteriogram

yaitu sinar X dari arteri. Ini disebabkan prosedur yang

menginjeksikan semacam cairan ke dalam arteri melalui sebuah

kateter ini, bisa diikuti komplikasi. Sebagai gantinya, pasien bisa

menjalani angiografi sebuah bentuk nonvasif yang baru-baru ini

berkembang atau penyelidikan ultrasonik pada arteri karotis,

yaitu pembuluh nadi besar di leher yang memasok darah ke otak

Page 20: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

29

dan saluran darah lainnya. Bila diperlukan dokter juga akan

menyuruh pemotretan sinar X dada atau tengkorak.

Menurut Arum (2015) beberapa pemeriksaan yang akan dilakukan

untuk menginformasi penyakit stroke:

2.1.7.1 CT

CT merupakan singkatan dari Computed Tomography. CT

memungkinkan untuk melihat yang terjadi dalam otak tanpa

kesulitan, rasa sakit dan tidak berbahaya. Scan merupakan

pilihan yang dapat membedakan stroke infark (sebuah area

dengan kematian jaringan) dengan hemoragi (pendarahan).

Keuntungan melakukan scan sejak awal adalah dokter dapat

meresepkan aspirin untuk mencegah stroke menjadi lebih parah.

Kerugiannya adalah bisa saja gambaran scan akan terlihat

normal dan tidak menunjukkan seberapa besar kerusakan pada

saat gejala awal muncul.

2.1.7.2 MRI

Gambaran MRI dapat menunjukkan arteri-arteri dengan sangat

jelas sehingga dengan mudah mencari posisi atau bagian mana

yang bermasalah.

2.1.7.3 Angiogram

Angiogram adalah pemeriksaan pembuluh darah dalam tubuh

termasuk jantung, otak dan ginjal untuk mengetahui apakah

pembuluh darah terkena penyakit, mengalami penyempitan,

pembesaran atau tertutup sesuatu.

2.1.7.4 Ekokardiogram

Ekokardiogram merupakan pemeriksaan dengan menggunakan

gelombang suara pada jantung. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

mengetahui fungsi katup-katup di jantung apakah normal arau

tidak, mengetahui ketebalan dinding jantung dan melihat

keberadaan gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke.

Page 21: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

30

2.1.7.5 Lumbar puncture atau pungsi lumar

Lumbar puncture atau pungsi lumbar adalah pemeriksaan

dengan pengambilan cairan spinal dengan menggunakan jarum

ke sumsum tulang belakang. Pemeriksaan fungsi lumbar jarang

sekali dilakukan setelah terkena stroke. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk memastikan penyebab stroke dan sebelumnya

telah melakukan scan otak.

2.1.7.6 Carotid Doopler

Carotid Dopler adalah sebuah tes untuk memeriksa kecepatan

aliran darah yang melewati arteri karotis. Tes ini tidak sakit dan

juga tidak mempunyai risiko. Cara kerja dari tes ini adalah

sebuah alat diletakkan dileher, kemudian alat ini memproduksi

gelombang suara yang berfrekuensi tinggi.

2.1.8 Komplikasi stroke

Menurut Lingga (2014) komplikasi stroke diantaranya:

2.1.8.1 Otot mengerut dan kaku sendi

Bagian tubuh tertentu pada pasien stroke seringkali mengecil,

misalnya tungkai atau lengan yang lumpuh menjadi lebih kecil

dibanding yang tidak lumpuh. Hal ini dapat pula terjadi pada

bagian tubuh yang tidak mengalami kelumpuhan jika kurang

digerakkan. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh

menyebabkan pasien malas menggerakkan tubuhnya yang sehat

sehingga persendian akhirnya menjadi kaku. Inilah penyebab

nyeri sendi yang umumnya mereka rasakan.

2.1.8.2 Darah beku

Akibat sumbatan darah pada sisi tubuh yang mengalami

kelumpuhan, maka bagian tersebut akan membengkak.

Pembekuan darah bukan hal yang pantas diremehkan, jika

terjadi pada arteri yang menggalir ke paru-paru menyebabkan

pasien sulit bernapas. Tanpa pertolongan yang memadai untuk

Page 22: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

31

mengencerkan darah (misalnya dengan mengonsumsi obat)

maka kondisi tersebut dapat berujung pada kematian. Jenis obat

yang berguna untuk mengatasi persoalan ini adalah antiplatelet

atau anti koagulan.

2.1.8.3 Memar

Ketidakmampuan untuk menggerakan tubuh menyebabkan

pasien stroke akhirnya berbaring pada posisi yang tetap

sepanjang hari. Bagian tubuh yang tidak bergeser akan

mengalami tekanan hingga menyebabkan memar atau lecet

sehingga peka terhadap infeksi.

2.1.8.4 Nyeri dibagian pundak

Kelumpuhan menyebabkan pasien mengalami nyeri dibagian

pundaknya. Tangannya yang lemas terkulai tidak mampu

mengontrol otot dan sendi disekitar pundak sehingga terasa

nyeri ketika digerakkan. Nyeri dibagian pundak leher akan

sangat terasa ketika pasien dibantu berdiri, diangkat, atau ketika

akan diganti pakaiannya.

2.1.8.5 Radang paru-paru (pneumonia)

Kesulitan menelan yang dialami pasien menyebabkan terjadinya

penumpukan cairan didalam paru-paru. Batuk-batuk kecil yang

sering dialami setelah minum dan makan menandakan adanya

tumpukan cairan atau lendir yang menyumbat saluran napas.

Jika cairan tersebut terkumpul diparu-paru maka menyebabkan

pnemounia.

2.1.8.6 Fatigue

Kelelahan kronis (fatigue) merupakan problem umum yang

dihadapi oleh insan pasca stroke. Sekitar 30-70% insan pasca

stroke mengalami fatigue. Faktor yang menyebabkannya cukup

beragam antara lain karena penyakit jantung yang dideritanya,

penurunan nafsu makan, gangguan berkemih, infeksi paru-paru

dan depresi.

Page 23: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

32

Menurut Indriyani (2014) komplikasi-komplikasi yang akan muncul

dari penyakit stroke antara lain:

2.1.8.1 Dekubitus

Jika menjadi lumpuh, tidak masalah seberapa parahnya, pasien

harus dipindahkan dan digerakkan secara teratur. Bagian yang

biasanya mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki

dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat bisa terinfeksi. Keadaan

ini menjadi lebih buruk bila pasien dibiarkan terbaring di tempat

yang basah.

2.1.8.2 Bekuan darah

Bekuan darah mudah terbentuk dalam kaki yang lumpuh, selain

dapat menyebabkan penyimpanan cairan yang tidak nyaman dan

pembengkakan yang menganggu, bekuan darah juga

mengakibatkan embolisme paru-paru, yaitu suatu bekuan yang

terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru-paru.

Keadaan ini bisa menyebabkan banyak hal, mulai dari sulit

bernapas dan dalam beberapa kasus kematian.

2.1.8.3 Pneumonia

Sangat diketahui bahwa ketidakmampuan untuk gerak dapat

menyebabkan pneumonia. Setelah stroke, pasien mungkin tidak

akan bisa batuk atau menelan dengan sempurna, menyebabkan

cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan

pneumonia. Ini biasanya ditangani dengan perawatan antibiotik.

2.1.8.4 Otot yang mengerut dan kekakuan sendi

Fisioterapi bertujuan untuk mencegah kekakuan yang nyeri yang

disebabkan oleh kekurangan gerak. Misalnya jika otot-otot betis

mengerut, pasien tidak akan bisa berdiri tumit menyentuh lantai.

Terapi akan membantu pasien untuk membentuk otot tersebut

dengan merancang pasien untuk membentuk otot tersebut

dengan merancang program pembentukan otot secara terus

Page 24: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

33

menerus dengan menargetkan otot yang sedang tidak bekerja

tersebut.

2.1.8.5 Shock

Stroke dapat menyebabkan kecemasan dan ketidakyakinan pada

semua orang yang terlibat, dan ini adalah normal. Cobalah untuk

berharap terlalu banyak pada diri sendiri pada hari-hari awal

setelah serangan, pasien akan merasa tidak berdata dan

ketakutan. Tubuh pasien baru saja menderita shock dan perlu

beberapa saat untuk pulih. Tim rumah sakit siap untuk

membantu, baik moral maupun praktis.

2.1.8.6 Nyeri pundak dan subluxation (disklokasi sebagian)

Otot-otot disekitar pundak pasien mengontrol sendi-sendi

pundak dan dapat rusak saat sedang berganti pakaian, diangkat

atau ditolong untuk berdiri. Untuk mencegah pengaruh gravitasi,

sebaiknya diletakkan sebuah papan untuk menahan lengan

pasien agar terkulai atau juga bisa menggunakan semacama kain

yang dikaitkan ke pundak atau leher untuk menahannya pada

posisi yang benar. Pasien juga dapat mencegah kerusakan

dengan memastikan orang-orang yang membantu terlatih untuk

tidak membuat otot-otot tersebut bekerja terlalu berat.

Menurut Arum (2015) banyak permasalahan yang akan dihadapi ketika

seseorang mengalami stroke, diantaranya:

2.1.8.1 Kemampuan komunikasi

Seorang yang telah mengalami serangan stroke, apalagi ada

kerusakan otak yang cukup parah akan mempengaruhi

kemampuan berkomunikasi, baik secara tertulis maupun

berbicara.

Page 25: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

34

2.1.8.2 Permasalahan mengkonsumsi makanan dan gizi

Permasalahan lain yang muncul setelah mengalami stroke

adalah permasalahan mengkonsumsi makanan dan gizi.

Beberapa penderita setelah mengalami stroke mempunyai

permasalahan dalam mengkonsumsi makanan sehinggi gizi yang

terserang dalam tubuh menjadi kurang.

2.1.8.3 Hubungan seksual

Penyebab gangguan seksual pada pasien stroke dikarenakan

kerusakan struktural otak akibat adanya pengaruh obat-obatan

yang dikonsumsi pasien selama stroke berlangsung, selain itu

adanya pengaruh dari hormon testesteron dan androgen sehingga

mengalami permasalahan dalam hubungan seksual.

2.1.8.4 Perawatan diri sendiri

Ketika seseorang terserang stroke banyak permasalahan yang

seringkali ditimbulkan. Salah satunya aspek perawatan dan

kebersihan pada pasien seperti tiba-tba buang air kecil dan

buang air besar tanpa disadari. Jika maslaah ini terjadi dapat

menyulitkan pasien dan keluarga yang merawat.

2.1.8.5 Kepekaan panca indra dan nyeri

Serangan yang terjadi pada seseorang akan menyebabkan

permasalahan-permasalahan di banyak aspek, seperti pada panca

indera. Misalnya indra peraba mengalami hilangnya kepekaan

saat disentuh atau tidak dapat merasakan apa-apa.

2.1.9 Pencegahan stroke

Mencegah penyakit stroke dilakukan dengan mengurangi atau

menghilangkan berbagai faktor risiko penyakit stroke. Pencegahan

harus dilakukan sepanjang masa. Semakin usia bertambah, semakin

besar kemungkinan penyakit stroke. Olahraga jangan hanya dilakukan

bila ingat, demikian pula diet jangan bosan untuk dilakukan (Darmawan,

2017).

Page 26: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

35

Menurut Dourman (2014) langkah-langkah pencegahan stroke antara

lain:

2.1.9.1 Rutin memeriksa tekanan darah

Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada semua

jenis stroke. Makin tinggi tekanan darah makin besar risiko

terkena stroke. Jika tekanan darah meningkat, segera

konsultasikan dengan seorang dokter. Tekanan darah yang harus

diwaspadai adalah jika angka tertinggi diatas 135 dan angka

terbawah adalah 85 (Dourman, 2013). mengendalikan tekanan

darah merupakan cara menghindari stroke. Seseorang pengidap

hipertensi, harus rajin memeriksakan tekanan darahnya dan tidak

boleh lupa untuk obat mengkonsumsi obat anti hipertensi

seumur hidup (Wardhana, 2016).

2.1.9.2Waspadai gangguan irama jantung (attrial fibrilation)

Detak jantung tidak wajar menunjukkan perubahan fungsi yang

mengakibatkan darah terkumpul dan menggumpal di dalam

jantung. Detak jantung yang mampu menggerakkan gumpalan

darah sehingga masuk pada aliran darah itu mengakibatkan

stroke. Gangguan irama jantung dapat dideteksi dengan menilai

detak nadi.

2.1.9.3 Berhenti merokok dan anti alkohol

Rokok dapat meningkatkan risiko stroke dua kali lipat.

Sebagaimana rokok, alkohol dapat meningkatkan risiko stroke

dan penyakit lain seperti liver.

2.1.9.4 Periksa kadar kolesterol dalam tubuh

Mengetahui tingkat kolesterol dapat meningkatkan kewaspadaan

stroke. Kolesterol tinggi mengarah pada risiko stroke. Jika

kolesterol tinggi, maka segeralah untuk menurunkannya dengan

memilih makanan rendah kolesterol. Agar kolesterol dalam

tubuh tidak berlebihan, maka gantilah asupan lemak jenuh dan

asupan asam tak jenuh seperti omega 3, 6 dan 9.

Page 27: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

36

2.1.9.5 Kontrol kadar gula darah

Diabetes mampu meningkatkan risiko stroke, jika penderita

diabetes konsultasikan dengan seorang dokter mengenai

makanan dan minuman yang bisa dikonsumsi untuk

menurunkan gula darah.

2.1.9.6 Olahraga teratur

Jalan cepat minimal 30 menit sehari bisa menurunkan risiko

stroke. Melakukan olahraga renang, sepeda, dansa, golf atau

tenis. Pilih olahraga yang disukai dan lakukan secara teratur tiga

kali seminggu.

2.1.9.7 Konsumsi garam rendah sodium dan diet lemak

Kurangi konsumsi garam bersodium tinggi, sebaiknya

konsumsilah buah, sayuran dan gandum untuk mengurangi

risiko stroke.

2.1.9.8Waspadai gangguan sirkulasi darah

Stroke berkaitan dengan jantung, pembuluh arteri dan vena. Tiga

bagian ini penting bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh,

termasuk dan jantung ke otak. Ketika terdapat tumpukan lemak

yang menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat.

Masalah ini dapat diobati, operasi pula mampu mengatasi

tumpukan lemak yang menghambat pembuluh arteri.

Menurut Junaidi (2016) pencegahan terhadap kejadian stroke pada

dasarnya dapat dikelompokkan dalam 2 golongan besar yaitu:

2.1.9.1 Pencegahan primer

Langkah pertama dalam mencegah stroke adalah dengan

memodifikasi gaya hidup dalam segala hal, memodifikasi faktor

risiko dan kemudian bila dianggap perlu baru dilakukan terapi

dengan obat untuk mengatasi penyakit dasarnya. Menjalani gaya

hidup sehat dengan pola makan sehat, istirahat cukup, mengelola

stres, mengurangi kebiasaan yang dapat merugikan tubuh seperti

Page 28: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

37

merokok, makan berlebihan, makanan banyak mengandung

lemak jenuh, kurang aktif berolahraga.

2.1.9.2 Pencegahan sekunder

Penderita stroke biasanya banyak memiliki faktor risiko, oleh

karena itu stroke sering kali berulang. Faktor-faktor risiko yang

harus diobati, seperti tekanan darah tinggi, kencing manis,

penyakit jantung koroner, kadar kolesterol LDL darah yang

tinggi, kadar asam urat darah tinggi, kegemukan, perokok,

peminum alkohol, stres dan lain-lain. Sebaliknya penderita harus

berhenti merokok, berhenti minum alkohol, menghindari stres,

rajin berolahraga dan lain-lain.

2.1.10 Pengobatan

Setiap penyakit termasuk stroke, pasti bisa diobati, asalkan orang yang

mengalami penyakit ini segera mendapatkan perawatan dan penanganan

lebih cepat dan tepat. Jika mengalami keterlambatan sepersekian detika

akan berakibat fatal. Bahkan, pennaganan yang terlambat akan

memperburuk keadaan, penderita tidak bisa disembuhkan dan berakibat

pada kematian (Arum, 2015).

Menurut Fong (2016) belum ada obat yang diidentifikasi bisa

mengobati stroke dengan cara yang benar-benar aman, handal dan

efektif. Banyak tindakan pengobatan yang masih berada dalam tahap

penelitian. Tindakan bedah bisa membantu mengobati beberapa jenis

stroke saja. Perawatan modern difokuskan pada pencegahan dan

pengobatan komplikasi stroke, serta memulai program rehabilitasi yang

direncanakan sesegera mungkin.

2.1.10.1 Obat

a. Untuk pasien yang menderita stroke iskemik, dokter

mungkin akan meresepkan obat-obatan berikut ini:

Page 29: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

38

1) Obat anti-trombosit: untuk mencegah pembentukan

gumpalan darah, misalnya Aspirin

2) Obat antikoagulan: untuk mengurangi pembentukan

bekuan darah dan mengurangi emboli, misalnya Heparin,

Warfarin.

3) Obat agen trombolitik: diterapkan pada infark serebral

yang telah terjadi tidak lebih dari beberapa jam

sebelumnya, misalnya rTPA

b. Untuk pasien yang menderita edema serebral

(pembengkakan jaringan otak) yang disebabkan oleh stroke

berat, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti

Manitol dan Gliserol untuk menurunkan tekanan

intrakranial.

c. Obat-obatan tertentu dalam uji klinis bisa melindungi sel-sel

otak dari kematian dalam jumlah yang besar, namun saat ini

belum ada obat dalam tahapan uji klinis yang terbukti

efektif.

2.1.10.2 Operasi Bedah

Tidak semua pasien yang menderita stroke hemoragik perlu

menjalani tindakan operasi bedah. Tergantung pada ukuran,

lokasi, dan kedalaman hematoma (pengumpulan darah di luar

pembuluh darah) dan apakah stroke diikuti dengan

pembengkakan jaringan otak dan kondisi pasien secara

keseluruhan, dll. Operasi bedah bisa membuang hematoma

untuk menurunkan tekanan intrakranial (tekanan di dalam

tengkorak) pada pasien yang mengalami stroke hemoragik.

Tindakan operasi juga bisa memotong aneurisma

(pembengkakan pembuluh darah di otak seperti balon) untuk

mencegah perdarahan lebih lanjut. Untuk stroke iskemik

(stroke karena kurangnya pasokan darah), tindakan operasi

juga bisa dilakukan untuk membuang bagian intima dari arteri

Page 30: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

39

karotis, untuk mencegah kambuhnya stroke. Dengan kemajuan

teknologi non-invasif, pengobatan berbasiskan kateter bisa

dilakukan untuk melebarkan penyempitan pembuluh darah di

leher atau untuk menutup aneurisma pembuluh darah di dalam

otak.

2.1.10.3 Pengobatan Terpadu di Unit Stroke Akut

Suatu tim medis yang terdiri dari sejumlah ahli kesehatan

profesional yang memberikan perawatan terhadap stroke akut,

perawatan rehabilitasi, terapi fisik, terapi okupasi, terapi

wicara, layanan kerja sosial medis, layanan psikologi klinis

dan lain-lain untuk mencegah komplikasi dan mempersiapkan

pasien untuk menerima perawatan rehabilitasi setelah kondisi

pasien stabil.

2.1.11 Tingkat kesadaran pasien stroke

Teasdale dan Jennet dari Institute of neurogical science Glasgow

(1974) mempublikasikan indeks koma yang kemudian berganti nama

menjadi Glasgow Coma Scale (GCS). Sejak dipublikasikan pertama

kali, GCS menjadi skala yang paling sering digunakan tidak hanya di

kalangan spesialis saraf atau bedah saraf tetapi di luar bidang tersebut.

Sampai saat ini GCS masih menjadi baku emas penilaian kesadaran

pada semua populasi pasien. Sejumlah penelitian dilakukan untuk

melakukan validasi atau usaha untuk memodifikasi skala ini dengan

mengeliminasi respon mata dan verbal. Usahausaha sebelumnya yang

dilakukan untuk memodifikasi ataupun menggantikan skala ini

seringkali gagal karena belum ada skala yang dianggap cukup

sederhana dan praktis dalam penggunaannya (Dewi, 2016).

GCS terdapat 3 komponen yaitu pergerakan bola mata, verbal, dan

pergerakan motorik yang dinilai dengan memberikan skor pada

masing-masing komponen. Nilai total dari ketiga komponen berkisar

Page 31: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

40

antara 3-15, dengan nilai makin kecil semakin buruk prognosisnya.

Pada pasien dapat di klasifikasikan sebagai ringan (skor GCS 14-15),

sedang (skor GCS 9-13) dan berat (skor GCS ≤ 8). Selain mudah

dilakukan, GCS juga memiliki peranan penting dalam memprediksi

risiko kematian di awal pemeriksaan. GCS dapat digunakan sebagai

prediksi untuk menentukan prognosis jangka panjang dengan

sensitivitas 79-97% dan spesifisitas 84-97% (Dewi, 2016).

Menurut Junaidi (2016) pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS)

meliputi respon mata (E), respon verbal (V) dan respon motorik.

2.1.11.1 Eye (respon membuka mata)

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,

misalnya menekan kuku jari.

(1) : tidak ada respon

2.1.11.2 Verbal (respon verbal)

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-

ulang), disorientasi tempat dan waktu.

(3) : kata-kata yang tak berhubungan (berbicara tidak jelas,

tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu

kalimat. Misalnya: aduh..., bapak....)

(2) : suara tak dapat dimengerti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

2.1.11.3 Motor (respon motorik)

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau dan menjauhkan

stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(4) : menarik (menghindar atau menarik ektremitas atau

tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)

Page 32: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

41

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di

sisi tubuh, dengan jari menggepal dan kaki extensi saat

diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Kriteria stroke sedang (nilai skor GCS 9-13) atau ringan

(nilai skor GCS 14-15)

2.2 Konsep Personal Hygiene

2.2.1 Pengertian Personal hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti Personal

yang artinya perorangan dan hygiene yang artinya sehat. Kebersihan

perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah,

2015).

Personal hygiene (kebersihan diri) merupakan perawatan diri yang

dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan diri baik secara

fisik maupun mental. Menjaga kebersihan diri sangat penting karena

dapat memperkecil pintu masuk mikroorganisme pembawa penyakit

(Saputra, 2016).

2.2.2 Tujuan personal hygiene

Tujuan personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan diri,

menciptakan keindahan serta meningkatkan derajat kesehatan individu

sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun

orang lain (Mubarak dan Chayatin, 2014).

Tujuan umum kebersihan diri adalah untuk mempertahankan perawatan

diri, baik secara sendiri maupun dengan menggunakan bantuan, dapat

melatih hidup sehat/bersih dengan cara memperbaiki gambaran/persepsi

terhadap kesehatan dan kebersihan, serta menciptakan penampilan yang

Page 33: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

42

sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan

relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan serta

mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah dan

mempertahankan integritas jaringan (Heriana, 2014).

2.2.3 Jenis personal hygiene

Menurut Atoilah dan Kusnadi (2015) jenis kebersihan diri atau

perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaan dibagi menjadi empat,

yaitu:

2.2.3.1 Perawatan diri dini hari

Perawatan diri dini hari merupakan perawatan diri yang

dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan

seperti mencuci muka, tangan dan menjaga kebersihan mulut.

2.2.3.2 Perawatan pagi hari

Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi

dengan melakukan perawatan diri seperti mencuci rambut,

melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung,

membersihkan mulut, kuu dan rambut.

2.2.3.3 Perawatan siang hari

Perawatan diri yang dilakukan setelah makan siang. Berbagai

tindakan perawatan diri yang dilakukan, atara lain mencuci

muka dan tangan, membersihkan mulut.

2.2.3.4 Perawatan menjelang tidur

Perawatan tidur yang melakukan pada saat menjelang tidur

agar dapat tidur atau beristirahat dengan tenang seperti

mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut dan memijat

punggung.

Page 34: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

43

Menurut Yuni (2015) jenis perawatan diri berdasarkan tempat meliputi:

2.2.3.1 Perawatan pada kulit

Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang

dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma

sehinggi diperlukan perawatan yang adekuat dalam

mempertahankan fungsinya.

2.2.3.2 Perawatan diri pada kaki dan kuku

Perawtaan kaki dan kuku untuk mencegah infeksi, bau kaki dan

cederan jaringan lunak. Integritas kaki dan kuku ibu jari penting

untuk mempertahankan fungsi normal kaki sehingga orang dapat

berdiri atau berjalan dengan nyaman.

2.2.3.3 Perawatan rambut

Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi

sebagai proteksi dan pengatur suhu. Indikasi perubahan status

kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut. Perawatan ini

bermanfaat mencegah infeksi daerah kepala.

2.2.3.4 Perawatan gigi dan mulut

Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan

kebesrihannya, sebab mellaui organ ini berbagai kuman dapat

masuk.

2.2.3.5 Perawatan perineal wanita

Perawatan perineal wanita meliputi genetalia eksternal. Prosedur

biasanya dilakukan selama mandi. Perawatan perineal mencegah

dan mengontrol penyebaran infeksi, mencegah kerusakan kulit,

meningkatkan kenyamanan dan mempertahankan kebersihan.

2.2.3.6 Perawatan perineal pria

Klien pria memerlukan perhatian khusus selama perawatan

perineal, khususnya bila ia tidak di sirkulasi. Foreskin

menyebabkan sekresi mengumul dan mudah di sekitar mahkota

penis dekat meatus uretra. Kanker penis terjadi lebih sering pada

Page 35: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

44

pria yang tidak disirkumsisi dan diyakini berbakitan dengan

kebersihan.

2.2.3.7 Kebutuhan kebersihan lingkungan

Kebutuhan kebersihanlingkungan yang dimaksud disini adalah

kebersihan pada tempat tidur. Melakukan kebersihan tempat

tidur diharapkan pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa

gangguan selama tidur sehingga dapat membantu proses

penyembuhan.

2.2.4 Faktor yang mempegaruhi personal hygiene

Menurut Saputra (2016) perilaku menjaga kebersihan diri dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:

2.2.4.1 Kebiasaan

Kebiasaan seseorang berpengaruh dalam kebersihan diri.

Contohnya setiap individu memiliki kebiasaan tersendiri kapan

akan memotong rambut, menggunting kuku, mencuci rambut

dan bahkan kebiasaan tersendiri untuk mandi dua kali sehari,

satu kali sehari, atau tidak mandi. Kebiasaan juga berkaitan

dengan penggunaan produk-produk tertentu dalam melakukan

perawatan diri, misalnya menggunakan sabun padat atau sabun

cair.

2.2.4.2 Budaya

Budaya mempengaruhi kebersihan diri seseorang. Contohnya

adalah terdapat mitos yang mengatakan bahwa menggunting

kuku pada malam hari akan menyebabkan kesialan. Hal ini

menyebabkan beberapa orang menunda menggunting kuku

hingga keesokan hari.

2.2.4.3 Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi cara orang

tersebut merawat diri. Contohnya adalah untuk menjaga

kebersihan gigi, kita sebaiknya menggosok gigi dua kali sehari,

Page 36: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

45

yaitu setelah harapan dan sebelum tidur. Individu yang

mengetahui hal ini akan berusaha untuk mengikutinya. Cuci

tangan sangat berguna untuk membunuh kuman penyakit yang

ada di tangan jika dilakukan dengan memakai sabun.

2.2.4.4 Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan seseorang

untuk memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

mempertahankan kebersihan diri. Contohnya adalah kondisi

keuangan seseorang mempengaruhi antara lain jenis sabun

mandi, sampo atau sikat gigi yang mampu ia beli.

2.2.4.5 Status kesehatan serta kondisi fisik dan mental

Orang yang sedang sakit atau yang mengalami cacat fisik dan

gangguan mental akan terhambat kemampuannya untuk

merawat diri secara mandiri.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), faktor-faktor yang

mempengaruhi personal hygiene adalah:

2.2.4.1 Body image

Body image yaitu gambaran individu terhadap dirinya yang

mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya

perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

2.2.4.2 Praktik sosial

Praktik sosial yaitu pada anak – anak selalu dimanja dalam

kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola

personal hygiene.

2.2.4.3 Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi yang dimaksud yaitu personal hygiene

memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.

Page 37: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

46

2.2.4.4 Pengetahuan

Pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya

pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga

kebersihan kakinya.

2.2.4.5 Budaya

Budaya yaitu pada sebagian masyarakat jika individu sakit

tertentu tidak boleh mandi.

2.2.4.6 Kebiasaan seseorang

Kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam

perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

2.2.4.7 Kondisi fisik atau psikis

Keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri

berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah 1) budaya,

beberapa budaya memungkinkan menganggap bahwa kesehatan dan

kebersihan tidaklah penting, 2) pengetahuan individu, pengetahuan

tentang hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang, 3)

ekonomi, status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat

praktik hygiene perorangan. Sosial ekonomi yang rendah

memungkinkan hygiene perorangan yang rendah pula, 4) citra tubuh,

citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya,

citra tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik hygiene seseorang, 5)

pilihan pribadi, setiap klien memiliki keinginan dan pilihan tersendiri

dalam praktik personal hygienenya, (misalnya kapan dia harus mandi,

bercukur, melakukan perawatan rambut, dsb), termasuk memilih produk

yang digunakan dalam praktik hygienenya (misalnya sabun, sampo,

deodoran, dan pasta gigi), 6) kondisi fisik, orang sakit lebih banyak

membutuhkan kebersihan diri dan personal hygienenya, 7) dukungan

keluarga, kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, ketersediaan air

Page 38: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

47

panas dan lain-lain merupakan faktor yang mempengaruhi personal

hygiene dalam keluarga (Marselina, 2016).

2.2.5 Prinsip personal hygiene

Menurut Mubarak dan Chayatin (2014) prinsip personal hygiene dapat

meliputi beberapa hal, yaitu:

2.2.5.1 Kulit

Umumnya kulit dibersihkan dengan cara mandi. Ketika mandi,

sebaiknya menggunakan jenis sabun yang banyak mengandung

lemak nabati karena dapat mencegah hilangnya kelembapan

dan menghaluskan kulit. Sabun detergen jarang digunakan

untuk mandi karena sifatnya oritatif. Dalam memilih dan

memakai sabun, make-up, deodorant dan sampoo hendaknya

pilih produk yang tidak menimbulkan rasa perih/iritasi. Kulit

anak-anak cenderung lebih rentan terhadap trauma dan infeksi.

Meski demikian, kita harus rutin membersihkannya karena

anak sering sekali buang air dan senang bermain dengan

kotoran. Cara perawatan kulit adalah sebagai berikut:

a. Biasakan mandi minimal dua kali sehari atau setelah

beraktifitas

b. Gunakan sabun yang tidak bersifat iritatif

c. Sabuni seluruh tubuh terutama area lipatan kulit seperti

sela-sela jari, ketiak, belakang telinga dan lain-lain.

d. Jangan sabun mandi untuk wajah

e. Segera keringkan tubuh dengan handuk yang lembut dari

wajah tangan, badan hingga kaki.

2.2.5.2 Kuku

Kuku merupakan pelengkap kulit. Kuku terdiri atas jaringan

epitel. Badan kuku adalah bagian yang tampak disebelah luar,

sedangkan akarnya terletak di dalam lekuk kuku tempat kuku

Page 39: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

48

tumbuh dan mendapat makanan. Kuku yang sehat berwarna

merah muda. Cara-cara merawat kuku antara lain:

a. Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau

memotongnya dalam bentuk oval (bujur) atau mengikut

bentuk jari.

b. Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai

selaput kulit dan kulit di sekitar kuku

c. Jangan membersihkan kotoran di balik kuku dengan benda

tajam, sebab akan merusak jaringan di bawah kuku.

d. Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan

e. Khusus untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong segera

setelah mandi atau direndam dengan air hangat terlebih

dahulu

f. Jangan menggigiti kuku karena akan merusak bagian kuku.

2.2.5.3 Rambut

Rambut merupakan struktur kulit. Rambut terdiri atas tangkai

rambut yang tumbuh melalui dermis dan menembus permukaan

kulit, serta kantung rambut yang terletak di dermis. Rambut

yang sehat terlihat mengilap, tidak berminyak, tidak kering atau

mudah patah. Pertumbuhan rambut bergantung pada keadaan

umum tubuh. Normalnya, rambut tumbuh karena mendapat

suplai darah dari pembuluh-pembuluh darah di sekitar rambut.

Beberapa hal yang dapat mengganggu pertumbuhan rambut

antara lain panas dan kondisi malnutrisi. Fungsi rambut sendiri

adalah untuk keindahan dan penahan panas. Bila rambut kotor

dan tidak dibersihkan lama kelamaan ajab nebhadu sarang kutu

kepala. Umumnya rambut yang pendek lebih mudah

perawatannya dibandingkan rambut yang panjang. Cara-cara

merawat rambut antara lain:

a. Cuci rambut 1-2 kali seminggu (atau ssuai kebutuhan)

dengan memakai sampo yang cocok

Page 40: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

49

b. Pangkas rambut agar terlihat rapi

c. Gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut

keriting dan olesi rambut dengan minyak

d. Pijat-pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk

merangsang partumbuhan rambut

e. Pada jenis rambut ikal dan keriting, sisir rambut mulai dari

bagian ujung hingga ke pangkal dengan pelan dan hati-hati.

2.2.5.4 Gigi dan mulut

Mulut merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan dan

merupakan bagian tambahan dari sistem pernapasan. Dalam

rongga mulut terdapat gigi dan lidah, ada pula saliva yang

penting untuk membersihkan mulut secara mekanis. Mulut

merupakan rongga yang tidak bersih dan penuh dengan bakteri,

karenanya harus selalu dibersihkan. Cara merawat gigi dan

mulut antara lain:

a. Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam

b. Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel

benda keras (mialnya membuka tutup botol)

c. Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat

menyebabkan gigi patah

d. Menyikat gigi sesudah makan dan khususnya sebelum tidur

e. Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus dan kecil

sehingga paat menjangkau bagian dalam gigi

f. Meletakkan sikat pada sudut 450 dipertemuan antara gigi

dan gusi dan sikap menghadap kea rah yang sama dengan

gusi

g. Menyikat gigi sesudah makan dan khususnya sebelum tidur

h. Memeriksakan gigi secara teratur setiap enam bulan

2.2.5.5 Mata

Tujuan menjaga kebersihan mata adalah untuk

mempertahankan kesehatan mata dan mencegah infeksi. Mata

Page 41: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

50

yang sehat akan tampak jernih dan bersih dari kotoran. Kotoran

mata dapat menempel pada bulu mata dan sudut mata. Cara

merawat mata antara lain:

a. Usaplah kotoran mata dari sudut mata bagian dalam ke

sudut bagian luar

b. Saat mengusap mata, gunakanlah kain yang paling bersih

dan lembut

c. Lindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran

d. Bila menggunakan kacamata, hendaklah selalu dipakai

e. Bila mata sakit cepat periksakan ke dokter.

2.2.5.6 Hidung

Cara merawat hidung antara lain:

a. Jaga agar lubang hidung tidak kemasukkan air atau benda

kecil

b. Jangan biarkan benda kecil masuk ke dalam hidung, sebab

nantinya dapat terhisap dan menyumbat jalan napas serta

menyebabkan luka pada membrane mukosa

c. Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung,

hembuskan secara perlahan dengan membiarkan kedua

lubang hidung tetap terbuka.

d. Jangan mengeluarkan kotoran dari lubang hidung dengan

menggunakan jari karena dapat mengiritasi mukosa hidung.

2.2.5.7 Telinga

Saat membersihkan telinga bagian luar, hendaklah kita tetap

memperhatikan telinga bagian dalam. Cara-cara merawat

telinga adalah sebagai berikut:

a. Bila ada kotoran yang menyumbat telinga, keluarkan secara

pelan dengan menggunakan penyedot telinga.

b. Bila menggunakan air yang disemprotkan, lakukan dengan

hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan pada telinga

akibat tekanan air yang berlebihan

Page 42: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

51

c. Aliran air yang masuk hendaklah diarahkan ke saluran

telinga dan bukan langsung ke gendang telinga

d. Jangan menggunakan peniti atau jepit rambut untuk

membersihkan kotoran telinga karena dapat menusuk

gendang telinga.

2.2.5.8 Perineum

Tujuan perawatan perineum adalah untuk mencegah dan

mengontrol infeksi, mencegah kerusakan kulit, meningkatkan

kenyamanan, serta mempertahankan kebersihan diri. Pada

wanita, perawatan perineum dilakukan dengan membersihkan

area genetalia eksterna pada saat mandi. Umumnya wanita

lebih suka melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain

apabila mereka masih mampu secara fisik. Sedangkan pada pria,

perawatan yang sama juga dilakukan dua kali sehari saat mandi.

Menurut Sutanto dan Fitria (2017) beberapa prinsip personal hygiene

yang harus diperhatikan oleh perawat meliputi:

2.2.5.1 Perawat menggunakan keterampilan komunikasi terapeutik

2.2.5.2 Perawat mengintergasrikan strategi perawatan lain (seperti

latihan rentang gerak).

2.2.5.3 Perawat mempertimbangkan keterbatasan fisik klien

2.2.5.4 Perawat menghormati pilihan budaya, kepercayaan nilai dan

kebiasaan klien

2.2.5.5 Perawat menjaga kemandirian klien

2.2.5.6 Menjamin privasi klien

2.2.5.7 Menyampaikan rasa hormat dan mendorong kesehatan fisik

klien

2.2.5.8 Menghormati klien lansia.

Page 43: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

52

2.3 Konsep Dukungan Keluarga

2.3.1 Pengertian dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi

individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga

seseorang akan tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan

mencintainya. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan

penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Setiadi, 2014).

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, dukungan yang diberikan pada setiap siklus perkembangan

kehidupan juga berbeda. Dengan adanya dukungan yang diberikan oleh

keluarga membuat anggota keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal. Sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan

adaptasi keluarga (Safrina, 2016).

2.3.2 Klasifikasi keluarga

Menurut Harmoko (2014) klasifikasi keluarga berdasarkan struktur

keluarga terdiri atas bermacam-macam, diantaranya adalah:

2.3.2.1 Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

disusun melalui jalur ayah.

2.3.2.2Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ibu.

2.3.2.3Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

Page 44: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

53

2.3.2.4 Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga saudara suami.

2.3.2.5 Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak..

Menurut Setyowati dan Murwani (2015) keluarga yang memerlukan

pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan.

Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang

mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam

meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui

berbagai tipe keluarga. Berikut ini disampaikan berbagai tipe keluarga:

2.3.2.1 Keluarga tradisonal

a. Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

suami, istri dan anak (kandung atau anak angkat).

b. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah keluarga lain

yang mempunyai hubungan darah, misalnya: kakek, nenek,

keponakan, paman, bibi.

c. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

suami dan istri tanpa anak.

d. “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat).

Kondisi ini dapat diakibatkan oleh perceraian atau kematian.

e. “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri

seorang dewasa (seorang yang telah dewasa kemudian tinggal

kost untuk bekerja atau kuliah).

2.3.2.2 Keluarga non tradisonal

a. The unmarriedteenege mather

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan

anak dari hubungan tanpa nikah.

Page 45: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

54

b. The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak

ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,

sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama:

sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau

membesarkan anak bersama.

d. The non marital heterosexual cohibitang family

Keluarga yang hidup besama dan berganti-ganti pasangan

tanpa melaui pernikahan.

e. Gay and lesbian family

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama

sebagaimana suami-istri (marital partners).

f. Cohibitang couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan

karena beberapa alasan tertentu.

g. Group marriage family

Beberapa orang dewasa mengunakan alat-alat rumah tangga

bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu

termasuk sexsual dan membesarkan anaknya.

h. Group network family

Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup

bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling

menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,

pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.

i. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga

atau saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua

anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan

kembali keluarga yang aslinya.

Page 46: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

55

j. Homesless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan

yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan

dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

k. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang

muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang

mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan

dan kriminal dalam kehidupan.

2.3.3 Peran keluarga

Menurut Setiadi (2014) setiap anggota keluarga mempunyai peran

masing-masing antara lain:

2.3.3.1 Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa

aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota

masyarakat kelompok sosial tertentu.

2.3.3.2 Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik

anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah

tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok sosial tertentu.

Menurut Dion dan Betan (2014) berbagai peran formal dalam keluarga

adalah:

2.3.3.1 Peranan ayah

Peranan ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak

berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan

pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, sebagai

Page 47: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

56

anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungan.

2.3.3.2 Peranan ibu

Peranan ibu sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anak

berperan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

pendidik bagi anak-anaknya, pelindung dari salah satu anggota

kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dan

lingkungan di samping dapat berperan pula sebagai pencari

nafkah tambahan keluarga.

2.3.3.3 Peranan anak

Peranan anak adalah melaksanakan peranan psikososial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan

spritual.

2.3.4 Sumber-sumber dukungan keluarga

Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial meliputi

pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim

kesehatan, atasan dan konselor. Dukungan sosial keluarga dapat berupa

dukungan internal dan eksternal. Dukungan sosial berupa internal

seperti suami/ayah, istri/ibu, atau dukungan saudara kandung.

Dukungan sosial eksternal adalah dukungan sosial eksternal bagi

keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga) (Yuliana, 2015).

Menurut Rahayu (2015) sumber dukungan keluarga yaitu natural dan

artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui

interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang yang

berada disekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami,

kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non

formal sedangkan dukungan keluarga artifisial adalah dukungan yang

dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan

keluarga akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sehingga

Page 48: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

57

sumber dukungan keluarga natural mempunyai berbegai perbedaan jika

dibandingkan dengan dukungan keluarga artifisial. Perbedaan itu

terletak pada:

a. Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya

tanpa di buat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b. Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai kesesuaian

dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

c. Sumber dukungan keluarga natural berakar dari hubungan yang telah

berakar lama

d. Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam

penyampaian dukungan, mulai dari pemberian barang yang nyata

hanya sekedar menemui seseorang dengan penyampaian salam.

e. Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban dan label

psikologis.

2.3.5 Dimensi dukungan keluarga

Menurut Ambari (2015) menjelasklan bahwa dimensi dukungan

keluarga terdiri dari:

2.3.5.1 Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator

(penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang

pemberian saran, sugesti, informasi, yang dapat digunakan

mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stresor karena

informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti

yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan

ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.

2.3.5.2 Dukungan penghargaan

Keluarga disini bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan

balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan

Page 49: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

58

sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga

diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

2.3.5.3 Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan

makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari

kelelahan. Dukungan ini juga mencakup bantuan secara

langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu,

memodifikasi lingkungan maupun menolong pekerjaan pada

saat penderita mengalami stres.

2.3.5.4 Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat

dan belajar serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-

aspek dari dukungan emosional ini meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,

perhatian, motivasi dan mendengarkan atau di dengarkan saat

mengeluarkan perasaannya.

Menurut House (dalam Setiadi, 2015) setiap bentuk dukungan keluarga

mempunyai ciri-ciri antara lain:

2.3.5.1 Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat

digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-

persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat,

pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan

informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang

mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.

2.3.5.2 Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan

afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik

dan empati, cinta, kepercayaan dan persoalan merasa dirinya

tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain

yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya,

Page 50: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

59

bersimpati dan empati terhadap persolanan yang dihadapinya,

bahkan mau membantu memecakan masalah yang dihadapinya.

2.3.5.3 Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk

mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya

berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya atau

menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya, misalnya

dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi

penderita, menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan dan lain-

lain.

2.3.5.4 Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang

diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi

sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif

yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan

dengan dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat

membantu adalah penilaian yang positif.

Menurut Saragih (2014) menjelaskan bahwa keluarga memiliki empat

dimensi dukungan yaitu:

2.3.5.1 Dukungan informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung

jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari

masalah. Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan

tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat

digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari

dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stresor

karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi

sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam

dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan

pemberian informasi.

Page 51: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

60

2.3.5.2 Dukungan pengharapan

Dukungan pengharapan merupakan dukungan berupa penguatan

dan motivasi yang diberikan keluarga kepada individu.

Dukungan ini terjadi jika ada ekspresi penilaian yang positif

terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat

diajak berbicara tentang masalah pribadi individu tersebut,

terjadi melalui ekspresi pengharapan positif individu kepada

individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau

perasaan seseorang dan perbandingan positif terhadap orang lain,

misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan pengharapan

meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian

depresi yang baik dan juga sumber depresi dan strategi koping

yang dapat digunakan dalam menghadapi stresor. Keluarga

bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing

dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan

validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan

support, penghargaan, perhatian.

2.3.5.3 Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan

makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari

kelelahan. Suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu

memecahkan masalah praktis. Dukungan ini meliputi

penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan

finansial dan material berupa bantuan nyata. Bantuan langsung

merupakan bagian dari dukungan nyata, seperti saat seseorang

memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-

hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga

dan merawat saat sakit ataupun depresi yang membantu

memecahkan masalah.

Page 52: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

61

2.3.5.4 Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat

dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,

mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosional dapat

didefinisikan sebagai persepsi tentang perawatan, kasih sayang

dan kenyamanan yang diberikan yang dapat menurunkan tingkat

stres dan depresi. Selama stres berlangsung, individu sering

menderita secara emosional dan mengalami depresi, sedih,

cemas, kehilangan harga diri. Dukungan emosional memberikan

individu perasaan nyaman, merasa dicintai, bantuan dalam

bentuk semangat, empati sehingga individu yang menerimanya

merasa berharga. Ketidakpuasan hidup pada pasien disebabkan

karena penurunan interaksi dengan lingkungan, hubungan

orangtua dengan teman. Teman atau keluarga dapat

menyediakan dukungan emosional yang dapat menenangkan

individu yang mengalami stres.

2.3.6 Cara mengukur dukungan keluarga

Dukungan keluarga dapat diukur dengan kuesioner dengan skala

pengukuran yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan

informatif dan dukungan penilaian berdasarkan pada jawaban yang

diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan

kemudian diberikan skor masing-masing setiap jawaban (Marsaulina,

2014).

Variabel dukungan keluarga dapat diukur menggunakan skala

dukungan keluarga yang diadaptasi dan dikembangkan dari teori House

dan aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur dukungan keluarga

Page 53: BAB2 TINJAUANPUSTAKA

62

adalah dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, serta dukungan informatif (Sulistyani, 2014).

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antar

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2014). Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

dilihat pada skema 2.1 berikut:

= tidak diteliti = diteliti

Sumber: Marselina (2014)

Skema 2.1 Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawabaan sementara dari pertanyaan penelitian.

Hipotesis biasanya dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel,

yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang berfungsi untuk menentukan

kearah pembuktian (Notoatmodjo, 2014). Hipotesis dalam penelitian ini

adalah ada korelasi yang signifikan antara dukungan keluarga dengan personal

hygiene pada pasien stroke di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

- Dukungan KeluargaPersonal

Hygiene PasienStroke

Faktor Pengganggu- Budaya- Pengetahuan- Ekonomi- Citra tubuh- Pilihan pribadi- Kondisi fisik

Kurang

Cukup

Baik