bab2 fix tih
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia Pada Kehamilan
2.1.1 Definisi Anemia
Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin didalam darah, walaupun
nilainya bervariasi antar laboratorium, kadar hemoglobin biasanya kurang dari
13,5g/dl pada pria dewasa dan kurang dari 11,5 g/dl pada wanita dewasa17.
Sedangkan menurut Winkjosastro anemia didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi
Hb atau hitung eritrosit dibawah normal. Namun nilai normal yang akurat untuk ibu
hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi
selama periode kahamilan18. Umunya ibu hamil di diagnosis anemia apabila kadar
hemoglobinnya dibawah 11 g/dl atau hematrokit kurang dari 33%.Menurut Wiliams,
anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin kurang dari 11
gr/dl pada trimester pertama dan trimester ketiga, dan kurang dari 10,5 gr/dl pada
trimester kedua. 19
Frekuensi anemia pada ibu hamil di Indonesia relatif masih tinggi yaitu 63,5%,
sedangkan di Amerika hanya 6%. Menurut WHO, 40% kematian ibu di Negara
berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan. Kebanyakan anemia dalam
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi.13
Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800 mg besi, diantaranya 300 mg untuk
janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu
hamil membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari.18
Tabel 2.1 Nilai batas normal anemia pada perempuan18
5
Status kehamilan Hemoglobin(g/dl) Hematrokit (%)
Tidak hamil 12,0 36
Hamil
Trimester 1 11,0 33
Trimester 2 10,5 32
Trimester 3 11,0 33
2.1.2 Etiologi
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat–zat nutrisi. Seringkali
defisiensinya bersifat multiple dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi, gizi
buruk, atau kelainan herediter seperti hemaglobinopati. Namun, penyebab mendasar
anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorpsi yang tidak adekuat,
bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya nutrisi
hemopoetik. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi
yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi.
Penyebab kedua adalah anemia megaloblastik yang dapat disebabkan oleh defisiensi
asam folat dan defisiensi vitamin B12. Penyebab anemia yang lainnya yang jarang
ditemukan adalah hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan
keganasan.6,18
Menurut Mochtar penyebab anemia dalam kehamilan umumnya adalah kurang
gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diit, malabsorpsi, kehilangan darah yang
banyak : persalinan yang lalu, haid, serta penyakit-penyakit kronik seperti tbc,
malaria, paru dan cacing usus.20
6
2.1.3 Karakteristik ibu yang mengalami anemia
2.1.3.1 Umur ibu
Usia kehamilan normal 20-35 tahun. Umur pada saat hamil akan mempengaruhi
terjadinya anemia. Bila umur saat hamil relatif muda dibawah 20 tahun akan berisiko
terjadinya anemia. Hal itu dikarenakan bahwa pada umur tersebut akan terjadi
pertumbuhan dan kebutuhan zat gizi. Menurut Depkes tahun 2001 kadar Hb 7-10 gr%
banyak ditemukan pada kelompok umur < 20 tahun (46%) dan lebih dari 35 tahun
(48%) .21
2.1.3.2 Paritas
Paritas dalam arti luas mencakup gravida (jumlah kehamilan), Partus (jumlah
kelahiran) dan abortus (jumlah keguguran) sedang dalam arti khusus yaitu jumlah
anak yang dilahirkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh S.Nuraini Diah,
Fathonah Siti, dan Kuswardinah Asih tentang faktor determinan yang menyebabkan
anemia diketahui bahwa ibu hamil dengan paritas kurang dari 2 kali akan mengalami
anemia sebanyak 9 kali dibandingkan dengan paritas lebih dari 2 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa kehamilan pertama lebih mudah mengalami anemia disbanding
dengan kehamilan sebelumnya.22
2.1.3.3 Jarak kelahiran
Jarak kelahiran adalah jarak antara kelahiran sebelumnya dengan kelahiran
berikutnya.Menurut penelitian yang dilakukan oleh S.Nuraini Diah, Fathonah Siti,
dan Kuswardinah Asih tentang faktor determinan yang menyebabkan anemia
diketahui bahwa ibu hamil dengan kehamilan pertama menyebabkan anemia sebesar
41,4% sedangkan yang tidak anemia 37,4%. 22
2.1.3.4 Sosial ekonomi
7
Status pekerjaan erat hubungannya dengan pendapatan seseorang, semakin
meningkat pendapatan seseorang maka semakin beragam makanan yang dikonsumsi.
Semakin tinggi tingkat social ekonomi akan menambah tingkat perilaku seseorang.
Didalam suatu wilayah, apabila tingkatan sosial ekonomi tinggi maka kebutuhan
pangan pada wilayah tersebut tinggi,sehingga gizi buruk dapat diminimalisir.
Sebaliknya apabila suatu wilayah mengalami ketahanan pangan yang rendah akan
sering muncul permasalahan gizi yang buruk.21
2.1.3.5 Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi ibu hamil dengan terjadinya
anemia. Pendidikan sangat penting dalam menentukan status gizi dalam keluarga.
Kemampuan membaca dan menulis akan mempengaruhi ibu hamil dalam
memperoleh informasi kesehatan.21
2.1.3.6 Pekerjaan
Berat ringannya pekerjaan ibu hamil akan mempengaruhi kondisi tubuh ibu
hamil. Ibu yang bekerja mempunyai kecenderungan kurang istirahat, konsumsi
makan yang tidak seimbang sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk menderita
anemia dibandingkan ibu yang tidak bekerja.21
2.1.3.7 Konsumsi zat besi
Program kesehatan ibu Departemen Kesehatan menganjurkan agar ibu hamil
minum paling sedikit 90 pil zat besi selama kehamilannya23Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati di Puskesmas Halmahera tentang kepatuhan responden
mengkonsumsi tablet besi folat ternyata lebih dari setengah jumlah responden (58,9%
tidak patuh mengkonsumsi tablet besi folat) sehingga apabila terjadi anemia pada
kehamilan dapat mengakibatkan kematian maternal,peningkatan angka kesakitan dan
kematian janin serta peningkatan risiko bayi berat lahir rendah.24
8
2.1.3.8 ANC (Ante Natal Care)
Pemeriksaan kehamilan / Antenatal care adalah jenis pelayanan kesehatan yang
harus dilakukan ibu hamil. Di Indonesia, setiap ibu hamil dianjurkan mendapat
pelayanan yaitu: pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah,
pemberian zat besi, imunisasi tetanus toksoid, dan pemeriksaan fundus uteri.23
2.1.4 Klasifikasi anemia pada kehamilan
2.1.4.1 Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensii besi adalah anemia karena turunnya cadangan besi tubuh
sehingga proses eritropoesis terganggu, anemia defisiensi besi tergolong anemia
karena gizi.18
Penyebab anemia pada kehamilan paling sering adalah anemia defisiensi besi.
Sekitar 95% wanita hamil dengan anemia mengalami anemia defisiensi besi karena
menstruasi yang terlalu banyak atau kehilangan besi seringkali akibat kehamilan
sebelumnya.18
Defisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan baik di
Negara maju maupun di Negara berkembang. Anemia defisiensi besi merupakan
tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai oleh penurunan cadangan besi,
konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi
hemoglobin atau nilai hematrokit yang menurun. Pada kahamilan, kahilangan zat besi
terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoesis, kehilangan darah
pada saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg
atau setara dengan 2 liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali
kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini
berakibat pada anemia defisiensi besi.18
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi dan
asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk
9
memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namun, banyak literature
menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada
kehamilan. Diwilayah – wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan
untuk memberikan suplementasi sampai tiga bulan postpartum.18
Pada kehamilan, anemia defisiensi besi akan mempengaruhi peningkatan 2 kali
lipat angka kejadian bayi premature dan mengalami peningkatan tiga kali lipat bayi
berat lahir rendah.19
Pengobatan anemia defisiensi besi pada kehamilan dapat kita berikan besi peroral
yaitu sulfas ferosus 325 mg tiga kali sehari (180 mg unsur besi setiap hari). Selain itu
juga dapat kita berikan besi parenteral. Besi parenteral ini kita berikan kepada pasien
yang intoleransi terhadap besi per oral atau penyerapan yang buruk. Dianjurkan
pemberian besi parenteral 250 mg untuk setiap gram Hb dibawah normal. Besi
dekstran (imferon) mengandung 5% logam besi (50mg/ml). Mula-mula berikan 50mg
(1ml) IntraMuskular, kemudian 100 – 250 mg IM dua kali seminggu sampai dosis
total sudah diberikan.25
2.1.4.2 Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam folat
dan ditandai dengan adanya sel-sel megaloblastik yang khas. Defisiensi asam folat
merupakan penyebab kedua terbanyak anemia defisiensi gizi. Selain karena defisiensi
asam folat, anemia megaloblastik juga disebabkan oleh defisiensi vitamin B12
(kobalamin). Folat dan turunannya formil FH4 penting untuk sintesis DNA yang
memadai dan produksi asam amino. Kadar asam folat yang tidak cukup dapat
menyebabkan manifestasi anemia megaloblastik.18
Gejala-gejala anemia defisiensi asam folat sama dengan anemia secara umum
ditambah kulit yang kasar dan glossitis. Pada pemeriksaan apusan darah tampak
prekursor eritrosit secara morfologis lebih besar (makrositik) dan perbandingan inti-
sitoplasma yang abnormal juga normokrom. MCH dan MCHC biasanya normal,
10
sedangkan MCV yang besar berguna untuk membedakan anemia ini dari perubahan
fisiologik kehamilan atau anemia defisiensi besi.18
Penatalaksanaan defisiensi asam folat ini dengan pemberian folat secara oral
sebanyak 1 sampai 5 mg per hari peroral maupun parenteral hingga tercapai
perbaikan hematologis. Anemia megaloblastik dalam kehamilan biasanya tidak
memberi respon terhadap pemberian vitamin B12 bahkan dalam dosis besar. berikan
resep tinggi vitamin dan protein. Transfusi jarang diperlukan.25
2.1.4.3 Anemia Hemolitik
Pada anemia hemolitik, kerusakan sel darah merah yang signifikan akan
memperpendek umur normal eritrosit dalam sirkulasi perifer yaitu sekitar 120 hari.26.
Menurut mochtar anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan
sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan-kelainan gambaran darah,kelelahan,kelemahan,serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.20
Pada umumnya anemia hemolitik akan di temukan tanda sklera yang ikterik.
Anemia hemolitik biasanya di picu oleh penggunaan obat-obatan selama kehamilan
atau nifas dapat terjadi pada individu-individu dengan kelainan metabolism bawaan
dan defisiensi glukosa 6-fosfat dehydrogenase (G6PD) dalam eritrosit. Kelainan
terkait X ini mengenai 12% laki-laki kulit hitam dan 3% wanita kulit hitam. Orang
kulit putih, terutama yang bersala dari mediterania atau Timur Tengah dapat
mengalami anemia hemolitik kronik maupun akut akibat G6PD karena sel darah
merah dan sel darah putih nya kekurangan enzim G6PD.18
Anemia hemolitik dapat mempengaruhi ibu maupun neonatus. Pencegahannya
kita lakukan edukasi pada mereka yang berisiko mengalami anemia hemolitik yaitu
dengan cara menghentikan obat atau zat toksik. Berikan tambahan zat besi dan
tranfusi biasanya jarang dilakukan.25
11
2.1.4..4 Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahuiKarena obat-obat
penambah darah tidak memberi hasil, maka satu-satunya cara terbaik untuk
memperbaiki keadaan penderita adalah transfuse darah yang sering dan perlu diulang
sampai beberapa kali.18
2.1.5 Patofisiologi Anemia pada Kehamilan
Perubahan hematologis normal selama kehamilan adalah volume plasma
meningkat 50%, volume total sel darah merah dalam sirkulasi meningkat 20%. 27
Sel darah merah (eritrosit) mengandung hemoglobin (Hb) yang berfungsi
membawa oksigen dalam darah. Sel darah merah berbentuk gepeng seperti cakram,
bentuk ini yang membuat sel darah merah menjadi luas untuk difusi oksigen
melewati membrane dan bentuk tipis sel darah merah memungkinkan oksigen
mencapai bagian dalam sel. Volume sel darah merah total selama kehamilan
meningkat yang akan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen janin dan ibu.27
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan
produksi eritropoetin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah
(eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi
penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.18
Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada kehamilan.
Mekanisme yang mendasari perubahan ini belum jelas, anemia fisiologik dalam
kehamilan bertujuan menurunkan viskositas darah maternal sehingga meningkatkan
perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin.18
Anemia pada kehamilan paling banyak disebabkan oleh anemia defisiensi zat besi
(95%). Anemia ini dalam kehamilan menurut manuaba dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin yaitu mempengaruhi berat lahir rendah.28
12
Gambar 2.1. Mekanisme anemia defisiensi Besi
Sumber 29: Silbernagl
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil meningkat, jika asupan zat besi pada
wanita hamil menurun akan menyebabkan defisiensi zat besi yang akan
mempengaruhi sintesis hemoglobin sehingga terjadilah anemia defisiensi zat besi.29
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke
plasenta, uterus yang terus membesar dengan pembuluh darah yang membesar juga.
Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologis dengan adanya
pencairan darah yang disebut hidremia. Peningkatan eritrosit yang lebih rendah akan
13
daripada penambahan volume plasma menyebabkan konsentrasi hemoglobin dalam
darah menjadi lebih rendah yang akan menyebabkan anemia pada kehamilan.30
Pembentukan darah janin memerlukan Fe dalam hati, limpa, dan sumsum tulang
belakang ibu. Peredaran darah janin berlangsung selama kehidupan intrauterine,
dimana plasenta memegang peranan yang sangat penting. Sehingga apabila ibu
mengalami anemia maka fungsi plasenta akan terganggu sehingga dapat
menimbulkan berbagai penyulit dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.28
Pada penelitian yang dilakukan oleh Bhalerao dkk di India dengan studi kohort
menunjukkan bahwa angka kejadian anemia pada ibu hamil mempengaruhi kelahiran
premature, berat badan lahir rendah sebanyak 4,2 kali.31
2.1.6 Diagnosis Anemia dalam kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan
anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil
muda.Pemeriksaan dan pengawasan Hemoglobin (Hb) dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli.28 Hasil Pemeriksaan hemoglobin (Hb) dengan metode sahli
dapat digolongkan sebagai berikut28 :
Hb 11 gr % tidak anemia
Hb 9-10 gr Anemia Ringan
Hb 7-8 gr% Anemia Sedang
Hb <7 gr% Anemia Berat
Pemeriksaan darah minimal dua kali dilakukan selama kehamilan yaitu pada
trimester I dan trimester III. Apabila sebagian besar ibu hamil mengalami anemia,
maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di
puskesmas. 28
14
Gambar : 2.2 Alur penegakan diagnosis
Sumber :32 Noerjasin
2.1.7 Tata Laksana Anemia pada Kehamilan
Terapi anemia defisiensi besi ialah dengan preparat besi oral atau parenteral.
Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau
Na-ferobisitrat.
Pemberian preparat besi sebanyak 60mg/hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 gr% perbulan. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum
dekstran sebanyak 1000 mg (20ml) intravena atau 2x10 ml/im pada gluteus dapat
15
meningkatkan Hb relative lebih cepat yaitu 2 g%. Indikasi diberikan preparat
parenteral ini adalah intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat
dan kepatuhan yang buruk. Efek samping utamanya ialah reaksi alergi, untuk
mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tidak ada reaksi dapat
diberikan seluruh dosis.13
2.1.8 Dampak anemia pada kehamilan
Menurut manuaba (1998) Anemia pada kehamilan memiliki dampak atau
pengaruh yaitu:26
2.1.8.2 Bahaya selama kehamilan
Dapat terjadi abortus, persalinan premature, hambatan tumbuh kembang janin,
mudah terjadi infeksi, hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim, ancaman
dekompensasi kordis apabila kadar Hb < 6 gr/dl, mola hidatidosa, hyperemesis
gravidarum, perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini (KPD).26
2.1.8.3 Bahaya saat persalinan
Pada saat persalinan anemia pada ibu hamil bisa menyebabkan gangguan HIS
atau kekuatan mengejan, kala pertama dapat berlangsung lama, kala dua berlangsung
lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan,
kala ini dapat diikuti oleh retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena atonia
uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan sekunder dan atonia uteri.26
2.1.8.4 Kala Nifas
Pada kala nifas setelah ibu melahirkan, anemia juga berpengaruh terhadap kala
nifas yaitu memudahkan terjadinya infeksi puerperium, pengeluaran Air Susu Ibu
berkurang, terjadi dekompensasi kordis yang mendadak setelah persalinan, terjadi
anemia kala nifas dan bisa mengakibatkan infeksi mammae.26
2.1.8.5 Bahaya terhadap janin
16
Anemia pada kehamilan dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam Rahim sehingga dapat menyebabkan abortus, kelahiran premature, bayi berat
lahir rendah, dapat terjadi cacat bawaan, bayi lahir dengan anemia, dan dapat
memudahkan terjadi infeksi dan kematian perinatal.26
2.2 BAYI BERAT LAHIR RENDAH
2.2.1 Definisi bayi berat lahir rendah
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada saat kelahiran tanpa memandang masa kehamilan atau masa gestasi.4,13, 33-37
Dahulu secara historis bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram disebut dengan istilah prematur,tetapi sekarang bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram disebut sebagai Bayi berat lahir rendah35. Bayi berat lahir rendah
dibedakan atas 2 kategori yaitu : bayi berat lahir rendah oleh karena prematur (usia
kandungan kurang dari 37 minggu) atau bayi berat lahir rendah karena intrauterine
17
growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat badan kurang untuk
usianya.35
2.2.2 Epidemiologi bayi berat lahir rendah
Selama tahun 1991, 7,1% kelahiran hidup di Amerika Serikat yang beratnya
kurang dari 2500 gram, frekuensi untuk bayi kulit hitam dua kali lebih tinggi dengan
bayi berkulit putih. Sejak tahun 1981 frekuensi bayi berat lahir rendah meningkat
karena adanya peningkatan jumlah kelahiran bayi premature. Sekitar 30% di Amerika
Serikat mengalami IUGR dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Di Negara-negara yang
sedang berkembang sekitar 70% bayi berat lahir rendah adalah IUGR. Bayi dengan
IUGR mempunyai morbiditas dan mortalitas lebih besar daripada bayi dengan
pertumbuhan umur yang tepat.35
2.2.3 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah
Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat di bedakan atas:4
a. Bayi dengan berat badan normal yaitu 2500 gram - 4000 gram
b. Bayi dengan berat badan lebih yatu lebih dari 4000 gram
c. Bayi dengan berat badan rendah yaitu kurang dari 2500 gram (1500 gram –
2500 gram)
d. Bayi dengan berat badan sangat rendah yaitu kurang dari 1500 gram
e. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah yaitu kurang dari 1000 gram.
Menurut proverawati, ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi berat lahir
rendah yaitu :38
18
1. Menurut harapan hidupnya
a. bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram
b. bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100-1500 gram
c. bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000
gram.
2. Menurut masa gestasinya
a. prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat.
b. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilan.
2.2.4 Ciri-ciri Bayi Berat Lahir Rendah
Menurut Wiknjosastro, ciri – ciri bayi berat lahir rendah yaitu : berat lahir sama
dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm,
lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, umur
kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala relative lebih besar dari badannya, kulit
tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak subcutan kurang, sering tampak peristaltik
usus, tangis bayi lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering apneu.13
2.2.5 Faktor resiko Bayi Berat Lahir Rendah
Menurut manuaba (2010) faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi
berat lahir rendah adalah 6:
2.2.5.1 Faktor maternal / faktor ibu
19
Faktor maternal pada ibu yang menyebabkan kelahiran bayi prematur dan BBLR
yaitu usia kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan yang
terlalu dekat, dan penyakit menahun pada ibu.6
2.2.5.1.1 Usia ibu
Usia reproduksi yang optimal pada ibu adalah usia 20 tahun sampai 35
tahun .13Pada usia kurang dari 20 tahun , organ-organ reproduksi belum berfungsi
dengan sempurna, rahim, dan panggul ibu belum tumbuh mencapai ukuran dewasa
sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami
komplikasi. Pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan kesehatan reproduksi
karena proses degeneratif sudah mulai muncul. Salah satu efek dari proses
degeneratif adalah skelerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium
menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata dan maksimal sehingga
dapat mempengaruhi penyaluran nutrisi ibu ke janin dan membuat gangguan pada
pertumbuhan janin dalam rahim.39
Menurut manuaba, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan faktor risiko terjadinya bayi berat lahir rendah. 6
2.2.5.1.2 Jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat
Jarak kelahiran adalah jarak lahirnya anak yang satu dengan anak yang lainnya.
Jarak kelahiran < 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik,
persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim yang
belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat
berdekatan < 2 tahun akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya
perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan
ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan BBLR.40
2.2.5.1.3 Gizi yang kurang pada saat hamil (Anemia)
20
Malnutrisi membawa akibat pada janin. Berat badan bayi baru lahir disamping
ditentukan oleh genetik juga di pengaruhi oleh status gizi ibu saat hamil. Janin dalam
kandungan membutuhkan zat makanan yang cukup terutama protein dan vitamin
untuk perkembangan dan pertumbuhannya. Bila ibu malnutrisi, bayi tidak terpenuhi
kebutuhannya. 41
Kehamilan berisiko tinggi ialah kehamilan yang disertai oleh penyakit dengan
kondisi seperti diabetes, penyakit jantung dan anemia. Dampak kekurangan zat besi
pada ibu hamil dapat menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian
janin, serta peningkatan risiko terjadinya berat badan lahir rendah.41
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil meningkat, jika asupan zat besi pada
wanita hamil menurun akan menyebabkan defisiensi zat besi yang akan
mempengaruhi sintesis hemoglobin sehingga terjadilah anemia defisiensi zat besi.29
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke
plasenta, uterus yang terus membesar dengan pembuluh darah yang membesar juga.
Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologis dengan adanya
pencairan darah yang disebut hidremia. Peningkatan eritrosit yang lebih rendah
daripada penambahan volume plasma menyebabkan konsentrasi hemoglobin dalam
darah menjadi lebih rendah yang akan menyebabkan anemia pada kehamilan .30
Pembentukan darah janin memerlukan Fe dalam hati, limpa, dan sumsum tulang
belakang ibu. Peredaran darah janin berlangsung selama kehidupan intrauterine,
dimana plasenta memegang peranan yang sangat penting. Sehingga apabila ibu
mengalami anemia maka fungsi plasenta akan terganggu sehingga dapat
menimbulkan berbagai penyulit dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.28
Menurut penelitian yang dilakukan Puji Esse, di Rumah Sakit Umum Baru
Makassar tentang hubungan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
BBLR, anemia mempunyai hubungan dengan terjadinya BBLR dengan p value
(0,000). Hal ini dikarenakan apabila ibu hamil mengalami anemia maka pasokan
oksigen menuju jaringan menurun dan pengangkutan karbondioksida dari jaringan
21
menjadi terhambat sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
janin dan plasenta.42
2.2.5.2 Faktor Kehamilan
Faktor risiko kehamilan ibu yang menyebabkan kelahiran bayi BBLR yaitu :
hamil dengan hidramnion, hamil ganda, peradarahan antepartum, preeklamsia-
eklamsia, dan ketuban pecah dini.
2.2.5.2.1 Hamil dengan hidramnion
Hidramnion atau polihdramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah cairan
amnion lebih banyak dari normal, biasanya lebih dari 2000ml atau 2 liter.43
2.2.5.2.2 Hamil ganda
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan
ganda ini dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap bayi dan ibu. Pertumbuhan
janin kehamilan ganda atau kembar ini memerlukan pengawasan yang intensif selama
kehamilan, pertumbuhan janin ganda ini bergantung kepada faktor plasenta, apakah
menjadi satu (sebagian besar hamil kembar monozigotik) atau bagaimana lokasi
implantasi plasentanya. Kedua faktor tersebut menyebabakan aliran darah ke janin
lebih kuat dari yang lain, sehingga janin yang aliran darahnya lemah akan
mendapatkan nutrisi yang kurang sehingga menyebakan pertumbuhan janin
terhambat.6
2.2.5.2.3 Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada setelah kehamilan 28
minggu 9tetapi sering diartikan sebagai perdarahan pada trimester tiga. Sebab- sebab
peradarahan antepartum tersebut adalah plasenta previa dan solusio plasenta. Plasenta
previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bagian bawah rahim sehingga
menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.gejala yang timbul adalah
22
perdarahan uterus keluar melalui vagina tanpa disertai rasa nyeri.Komplikasi dari
plasenta previa bagi janin dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan gawat janin
sehingga sering dilakukan tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan
dalam kehamilan sebelum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan
amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid
untuk pematangan paru janin.9
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium
sebelum waktunya atau sebelum bayi lahir.komplikasi solusio plasenta ini pada ibu
dapat menyebabkan anemia , syok hipovolemik, gangguan pembekuan darah dan
sebagainya. Sedangkan komplikasi pada janin dapat mengakibatkan kematian janin,
kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah dan kematian perinatal9
2.2.5.2.4 Preeklamsia-eklamsia
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu setelah kehamilan
disertai dengan proteinuria sedangkan eklamsia adalah preeklamsia yang disertai
dengan kejang atau koma.9 Menurut Cunningham preeklamsia merupakan sindrom
spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan
aktivasi endotel,keadaan ini mempunyai pengaruh langsunggg terhadap kualitas janin
karena terjadinya penurunan aliran darah plasenta menyebabkan janin kekurangan
nutrisi sehingga terjadilah gangguan pertumbuhan janin.44
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas terjadi invasi trofoblast
ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot
tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi troffoblast juga memasuki
jaringan sekitar arteri spiralis sehingga matriks menjadi gembur dan memudahkan
lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen
ini memiliki dampak penurunan tekanan darah uteroplasenta. Akibatnya, aliran darah
23
ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan meningkat sehingga dapat menjamin
pertumbuhan dengan baik. Proses ini disebut remodeling arteri spiralis.9
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan
otot arteri spiralis dan jaringan matriks disekitarnya. Lapisan otot spiralis menjadi
kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan terjadi distensi
dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokonstriksi dan
terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah menurun dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.9
2.2.5.2.5 Ketuban Pecah dini
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut dengan
ketuban pecah dini dalam keadaan premature. Dalam keadaan normal 8-10 %
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah dalam
persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda dan pada trimester ketiga selaput
ketuban mudah pecah. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimiawi pada
selaput ketuban yang akan menyebabkan pecahnya selaput ketuban.9
Salah satu komplikasi dari ketuban pecah dini adalah terjadinya peningkatan
risiko persalinan premature dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Ketuban
pecah dini juga dapat menyebabkan terjadinya oligohidramnion yang akan menekan
tali pusat hingga terjadinya asfiksia atau hipoksia.9
2.2.5.3 Faktor Janin
2.2.5.3.1 Cacat bawaan
Menurut WHO cacat bawaan disebut juga dengan cacat lahir atau kelainan
bawaan. Cacat bawaan adalah kelainan struktural atau fungsional, termasuk gangguan
metabolisme yang hadir pada saat kelahiran.43
24
Cacat bawaan terjadi paling banyak pada kehamilan dengan diabetes mellitus
gestasional (DMG) yang tidak terpantau sebelum kehamilan dan pada trimester
pertama. 50% kematian perinatal disebabkan kelainan jantung, kelainan ginjal,
kelainan saluran cerna, kelainan neurologi dan skelet.13
2.2.5.3.2 Infeksi dalam rahim
Infeksi dalam rahim atau infeksi uterus disebut dengan endometritis,
endomiometritis, endoparametritis. Faktor predisposisi menurut libombo dkk (1994)
melaporkan bahwa metritis setelah pelahiran pervaginam lebih sering terjadi pada
wanita yang kehamilannya disertai gangguan pada janin, termasuk lahir mati, berat
lahir rendah, persalinan premature, dan morbiditas neonatus. 45
2.2.5.4 Faktor yang masih belum diketahui
2.2.6 Diagnosis bayi berat lahir rendah
2.1.6.1 Anamnesis
Anamnesis ditanyakan kepada ibu tentang riwayat kehamilan dan faktor-faktor
resiko yang mempengaruhi kejadian bayi berat lahir rendah seperti : umur ibu,
riwayat persalinan sebelumnya, paritas, jarak kehamilan sebelumnya, kenaikan berat
badan selama hamil, aktivitas ibu yang berlebihan, trauma pada ibu, penyakit yang
diderita selama hamil dan obat-obatan yang diminum selama hamil. 33,34
2.1.6.2 Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain :33,34
25
Ditemukan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Tanda prematuritas ( bila bayi kurang bulan )
1. Tulang rawan telinga belum terbentuk
2. Masih terdapat lanugo (rambut halus pada kulit)
3. Refleks masih lemah
4. Alat kelamin luar : pada perempuan labium mayus belum menutup
labium minus dan pada bayi laki-laki belum terjadi penurunan testis
dan kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk)
Tanda bayi berat lahir rendah kecil untuk masa kehamilan : tanda janin
tumbuh lambat yaitu tidak di jumpai tanda prematuritas, kulit keriput dan
kuku lebih panjang.
Penilaian bayi berat lahir rendah menurut winkjosastro dilakukan dengan cara
menimbang bayi baru lahir dan sesuai dengan beratnya, maka jika berat bayi lahir
1500-2500 akan digolongkan menjadi Bayi berat lahir rendah, atau jika berat bayi
kurang dari 1500 gram digolongkan menjadi bayi berat lahir sangat rendah dan jika
berat badan bayi baru lahir kurang dari 1000 gram digolongkan menjadi bayi berat
lahir ekstrem rendah.13
2.2.7 Masalah bayi berat lahir rendah
2.2.7.1 Suhu Tubuh
Pusat pengaturan napas masih belum sempurna, luas badan bayi relative besar
sehingga penguapannya bertambah, otot bayi masih lemah, lemak kulit dan lemak
cokelat kurang sehingga cepat kehilangan panas tubuh, kemampuan metabolism
panas masih rendah sehingga bayi dengan berat badan lahir rendah perlu diperhatikan
agar tidak terlalu banyak kehilangan panas tubuh dan dapat dipertahankan sekitar 36
sampai 370 C.13
26
2.2.7.2 Pernapasan
Pusat pengaturan pernapasan belum sempurna, surfaktan paru-paru masih kurang
sehingga perkembangannya tidak sempurna, otot pernapasan dan tulang iga masih
lemah,dapat disertai penyakir seperti infeksi paru-paru dan gagal pernapasan.13
2.2.7.3 Organ pencernaan makanan
Belum berfungsi secara sempurna sehingga penyerapan makanan kurang baik,
aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan
lambung berkurang, mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan
aspirasi pneumonia.13
2.2.7.4 Hepar yang immatur
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin sehingga mudah terjadi
hiperbilirubinemia (kuning) sampai kernikterus.13
2.2.7.5 Ginjal yang immature
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolism dan air masih belum
sempurna sehingga mudah terjadi edema.13
2.2.7.6 Perdarahan dalam otak
Pembuluh darah bayi masih rapuh dan mudah pecah, sering mengalami gangguan
pernapasan sehingga memudahkan terjadinya perdarahan dalam otak, perdarahan
dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian pada bayi.13
2.2.8 Tatalaksana bayi berat lahir rendah13
Penanganan bayi berat lahir rendah:
1. Mempertahankan suhu dengan ketat.
27
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan terhadap infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi (Air Susu Ibu)
Refleks menelan pada BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan secara ketat.
Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau 100-120
cal/kg/hari. Pemberian diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan bayi
untuk sesegera mungkin mencukupi kebutuhan cairan.kalori.
Tabel 2.2 bagan penanganan BBLR 13
Kriteria Berat lahir bayi < 2500 gram
Kategori Bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR)
Bayi berat lahir rendah
(BBLR)
Penilaian Berat lahir < 1500 gram Berat lahir 1500-2500gram
Penanganan
Puskesmas - Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
- Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering
dan hangat, pertahankan tetap hangat
- Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit
dan / bungkus BBLSR dengan kain hangat.
- Beri lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm dari
28
bayi.
- Kepala bayi ditutup topi
- Beri oksigen
- Tali pusat dalam keadaan bersih
- Tetesi ASI bila dapat
menelan, bila tidak dapat
menelan, langsung rujuk.
- Rujuk ke rumah sakit
- Beri ASI, bila tidak
dapat menghisap, bisa
menelan langsung
tetesi dari putting
- Bila tidak dapat
menelan langsung
dirujuk
Rumah sakit - Sama dengan di atas
- Beri minum dengan sonde / tetesi ASI
- Bila tidak mungkin, infus dextrose 10 % + Bicarbonas
Natricus 1,5 % = 4 : 1, hari 1 : 60 cc/kg/hari,
hari 2 : 70cc/kg/hari
- Antibiotika
- Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak dapat
menelan langsung / sesak / biru / tanda –tanda hipotermia
berat, terangkan kemungkinan akan meninggal
29
2.3 kerangka teori
30
A.Faktor ibu
- Umur ibu <20 tahun / > 35 tahun
- Jarak kelahiran- Gizi saat hamil yang
kurang (Anemia dalam kehamilan)
B. Faktor Kehamilan
- Hamil dengan Hidramnion- Hamil Ganda- perdarahan antepartum- Preeklamsia dan eklamsia- Ketuban Pecah Dini
C. Faktor Janin
- Cacat bawaan
- Infeksi dalam rahim
Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah
Sumber : Manuaba (2010)
Gambar 2.3 Kerangka teori
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
31
D. Faktor yang masih belum diketahui
Anemia Pada Ibu Hamil Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
2.5 Hipotesis Penelitian
H0 pada penelitian ini adalah :
Tidak terdapat hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah.
H1 pada penelitian ini adalah :
Terdapat hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah.
32