bab vii

5
VII. PEMBAHASAN Pada percobaan mengenai morfologi sel ini, kami mengamati irisan segar dan busuk dari kentang, roti, dan bawang merah serta irisan dari kambium batang ubi. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x dan 40x dengan zat warna Methylne Blue. Dimana pada pengamatan tersebut didapatkan hanya preparat dari bawang merah segar, kentang busuk dan roti basi yang memiliki warna yang masing-masing berwarna biru, merah muda dan hijau, sedangkan sisanya berwarna putih meskipun pada pengamatan nampak agak kekuningan akibat pencahaya dari mikroskop. Hal tersebut disebabkan oleh sifat dari zat warna yang digunakan terhadap sifat preparat, yang nantinya apabila terjadi kontak akan menghasilkan warna atau tidak. Pada pengamatan irisan tipis kentang segar pada 10x perbesaran sel terlihat berbentuk spiral-spiral kecil berukuran berbeda yang tersusun secara acak. Pada perbesaran 40x, bentuk sel semakin terlihat spiral namun dengan jarak antar sel yang sedikit lebih besar. Lain halnya pada pengamatan irisan tipis kentang busuk. Pada 10x perbesaran sel berbentuk spiral-spiral kecil sudah tidak terlihat lagi, dan yang terlihat adalah mikroba. Salah satu yang jelas terlihat adalah mikroba berbentuk diplococcus atau mikroba dengan dua sel yang 13

Upload: abiyyu-ahmad

Post on 23-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sa

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VII

VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan mengenai morfologi sel ini, kami mengamati irisan segar

dan busuk dari kentang, roti, dan bawang merah serta irisan dari kambium batang

ubi. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan

perbesaran 10x dan 40x dengan zat warna Methylne Blue. Dimana pada

pengamatan tersebut didapatkan hanya preparat dari bawang merah segar, kentang

busuk dan roti basi yang memiliki warna yang masing-masing berwarna biru,

merah muda dan hijau, sedangkan sisanya berwarna putih meskipun pada

pengamatan nampak agak kekuningan akibat pencahaya dari mikroskop. Hal

tersebut disebabkan oleh sifat dari zat warna yang digunakan terhadap sifat

preparat, yang nantinya apabila terjadi kontak akan menghasilkan warna atau

tidak.

Pada pengamatan irisan tipis kentang segar pada 10x perbesaran sel terlihat

berbentuk spiral-spiral kecil berukuran berbeda yang tersusun secara acak. Pada

perbesaran 40x, bentuk sel semakin terlihat spiral namun dengan jarak antar sel

yang sedikit lebih besar. Lain halnya pada pengamatan irisan tipis kentang busuk.

Pada 10x perbesaran sel berbentuk spiral-spiral kecil sudah tidak terlihat lagi, dan

yang terlihat adalah mikroba. Salah satu yang jelas terlihat adalah mikroba

berbentuk diplococcus atau mikroba dengan dua sel yang berdempetan. Begitu

pula pada perbesaran 40x, bentuk sel diplococcus semakin terlihat dengan jumlah

yang lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh adanya mikroba yang tumbuh pada

permukaan sel dari kentang tersebut, sehingga menyebabkan strukrur sel kentang

sudah tidak lagi sama seperti pada saat kentang dalam kondisi segar.

Pada pengamatan lapisan preparat dari roti segar. Saat 10x pembesaran

terlihat sel roti berbentuk spiral dengan ukuran dan jarak antar sel yang besar.

Sedang pada 40x pembesaran bentuk sel roti hampir menyerupai sel dari kentang

segar namun dengan jarak antar sel yang lebih kecil. Sehingga disimpulkan bahwa

struktur sel dari roti segar yang kami amati sama dengan sel kentang segar yaitu

berbentuk spiral. Namun pada sel roti ukuran dan jarak antar selnya sedikit lebih

besar dan lebih acak. Hal ini diperkirakan karena struktur dari roti yang berpori

besar sehingga pada saat penagmbilan irisan roti, ada bagian terlalu tebal sehingga

13

Page 2: BAB VII

14

hanya terlihat seperti gambar kabur serta pada irisan dari pori akan menjadi hitam

atau bagian yang bukan sel.

Sedang pada pengamatan roti basi bentuk sel sudah tidak lagi spiral, namun

berbentuk coccus atau bulat. Pada 10x pembesaran jumlah sel coccus yang terlihat

berjumlah banyak dengan jarak antar sel yang kecil. Pada 40x pembesaran ukuran

sel masih berbentuk coccus namun dengan ukuran yang sedikit lebih besar dan

struktur yang lebih acak. Hal ini terutama disebabkan karena pada sel roti basi

sudah terdapat mikroba yang tumbuh. Sehingga diasumsikan sel roti tersebut

sudah menjadi media bagi mikroba tersebut, sel roti tersebut sudah menjadi

makanan bagi mikroba sehingga massanya berkurang yang menyebabkan

bentuknya pun berubah.

Pada pengamatan irisan tipis bawang merah segar pada 10x perbesaran

berbentuk kotak-kotak kecil berukuran sama yang tersusun berbaris dengan kotak-

kotak kecil lainnya. Pada perbesaran 40x, kotak-kotak kecil tersebut tak lagi

tersusun berbaris, melainkan saling tumpang tindih satu sama lain dengan ukuran

yang tidak sama. Bentuk sel bawang merah yang kaku ini disebabkan oleh adanya

dinding sel yang membatasi satu sel bawang merah dengan sel lainnya. Ukuran

yang berbeda-beda disebabkan oleh massa di dalam sel yang berbeda-beda

menurut kandungannya. Semakin banyak kandungan yang dimiliki oleh sel

bawang merah, maka ukurannya akan semakin besar.

Pada pengamatan bawang merah busuk dengan 10x dan 40x pembesaran,

bentuk sel masih terlihat sama seperti bawang merah segar. Bedanya ialah pada

kentang busuk sudah terdapat mikroba berbentuk diplococcus seperti pada

kentang busuk. Hal ini tetntunya sama halnya terjadi pada kentang busuk dan roti

basi. Namun, bedanya pada pola dari struktur sel bawang masih belum banyak

berubah oleh aktivitas mikroba.

Hasil pengamatan irisan gabus pada 10x perbesaran berbentuk seperti basil

atau batang-batang kecil yang jumlahnya banyak, teratur dan saling terhubung

(streptobasil) yang kebanyakan membentuk segibanyak (polygonal). Pada

perbesaran 40x, sel tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang lebih besar dan

jumlahnya lebih sedikit.

Page 3: BAB VII

15

Pada perbesaran 10x dan 40x, yang nampak dari seluruh pengamatan

preparat hanyalah morfologi luar dari selnya saja, sedangkan bagian-bagian sel

yang lainnya tidak nampak. Ketika diberikan perbesaran 100x pun bagian dalam

selnya tidak terlihat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengamat

yang kurang peka dalam mengatur letak obyek di atas meja preparat sehingga

tidak diperoleh penampakan yang diinginkan. Komponen mikroskop yang

bermasalah (lensa yang kotor, terdapat cacat / noda pada kaca sumber cahaya

dibawah meja preparat, kaca preparat yang kotor, dll.) sehingga memberikan hasil

penampakan yang tidak maksimal. Ke dalam preparat zat warna tidak terdistribusi

secara merata sehingga hanya mengandalkan warna dari cahaya yang

dipancarkan. Irisan preparat yang terlalu tebal sehingga menghalangi penetrasi

cahaya.